bahan
TRANSCRIPT
2.2 Transport Melalui Membran
Membran sel adalah komponen sel yang sangat penting yaitu menjadi jalan utama
keluar masuknya molekul ataupun ion ke dalam dan ke luar sel. Organisasi molekuler
membran mengakibatkan permeabilitas selektif. Hal ini berarti membran mengatur
molekul dan ion yang bisa keluar dan masuk sel sehingga substansi-substansi tersebut
tidak dapat melintas secara sembarangan. Sel tersebut dapat mengambil berbagai macam
molekul dan ion kecil dan menolak yang lainnya.
Molekul yang dapat melintasi bilayer lipid dengan cepat adalah molekul kecil,
larut dalam lipid, hidrofobik, dan nonpolar. Molekul hidrofobik seperti hidrokarbon, CO2,
dan O2 dapat larut dalam membran dan melintasinya dengan mudah. Molekul sangat kecil
yang polar tetapi tidak bermuatan juga dapat melewati membran dengan lebih lambat.
Contohnya ialah air, urea, gliserol, dan etanol. Bilayer lipid tidak sangat permeabel
terhadap molekul polar tak bermuatan yang lebih besar seperti glukosa dan sukrosa.
Bilayer ini relatif tidak permeabel terhadap ion, sekalipun ion-ion kecil seperti H+, K+,
dan Na+.
Ada dua mekanisme transpor berdasarkan jumlah molekul yang melintasi
membran yaitu uniport (transpor satu molekul) dan co-transport (transpor dua molekul).
Co-transport berdasarkan kedua arah molekul yang ditranspor dibagi menjadi symport
(dua molekul ditranspor dengan arah yang sama), misalnya glukosa dan Na+, dan antiport
(kedua molekul ditranspor dengan arah berlawanan), misalnya pompa Na-K.
Transpor melalui membran berdasarkan aliran gradien elektrokimia dibagi
menjadi transpor aktif dan transpor pasif. Transpor pasif artinya molekul melewati
membran tanpa melawan gradien konsentrasi dan sel tidak mengeluarkan energi,
misalnya air secara osmosis dan O2 secara difusi. Ada juga mekanisme difusi yang
dipermudah dengan menggunakan protein spesifik atau sering juga disebut transpor
terfasilitasi. Sedangkan transpor aktif membutuhkan energi karena harus melawan
gradien konsentrasi, misalnya pompa Na dan K.
Transpor aktif dan pasif diperantarai oleh protein carrier yang berikatan dengan
sumber energi. Protein ini akan mengikat senyawa yang akan ditranspor dengan adanya
perubahan pada konformasi protein. Protein carrier membantu molekul keluar masuk sel
dengan mekanisme “ping-pong”. Transpor ini relatif lambat karena molekul yang masuk
ditahan dulu dalam protein carrier yang memediasi difusi kemudian baru dikeluarkan ke
dalam sel.
Selain protein carrier, transpor pasif juga dapat melewati protein channel. Protein
ini tidak mengikat senyawa yang akan ditranspor, berupa lubang hidrofilik sepanjang
lipid bilayer. Transpor melalui channel lebih cepat daripada melalui carrier.
Gambar 2.7 Transport molekul melalui membran
A. Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien
konsentrasinya. Perbedaan konsentrasi molekul yang menyebabkan perpindahan disebut
gradien konsentrasi. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi
terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang
meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih
acak. Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah melalui membran permeabel. Persyaratan yang harus
dimiliki oleh suatu senyawa nonelektrolit agar dapat berdifusi secara pasif melalui
membran yaitu konsentrasi senyawa pada satu sisi lebih dari sisi lain serta membran
harus permeable terhadap substansi tersebut. Difusi akan berlanjut selama respirasi
seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi
membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut
total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam
transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya. Contoh
molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air
dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar
berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi
sederhana (simple difusion),difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein
transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated
difusion). (Lihat Gambar 2.8)
Gambar 2.8 Difusi membran
Difusi Sederhana
Difusi sederhana melalui membran berlangsung karena molekul-molekul yang
berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga
dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel permeabel
terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-
bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, membran sel juga sangat permeabel
terhadap molekul anorganik seperti O, CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil
khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui
saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori
dengan diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari
diameter pori tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran
besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam – garam mineral, tidak dapat
menembus membran secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau
transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya molekul besar yang
melibatkan transforter dinamakan difusi difasilitasi.
Difusi Terfasilitasi
Difusi terfasiltasi (facilitated diffusion) adalah pelaluan zat melalui membran
plasma yang melibatkan protein pembawa atau protein transporter. Protein transporter
tergolong protein transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion atau
molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. Protein transport memiliki banyak sifat
enzim. Persis seperti enzim yang bersifat spesifik untuk substratnya, protein transport
dispesialisasikan untuk zat terlarut yang diangkutnya dan bahkan mungkin memiliki
tempatbpengikatan spesifik yang bertalian erat dengan tempat aktif suatu enzim. Setiap
molekul atau ion memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu
molekul glukosa diperlukan protein transporter yang khusus untuk mentransfer glukosa
ke dalam sel.
Protein transporter untuk glukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot
jantung, sel-sel lemak dan sel-sel hati, karena sel – sel tersebut selalu membutuhkan
glukosa untuk diubah menjadi energi (lihat Gambar 2.9).
Gambar 2.9 Difusi terfasilitasi
Contohnya pada Bakteri Escherichia coli jika dipindahkan ke medium laktosa,
maka metabolismenya menurun. Salah satu sebabnya ialah membrane selnya tidak dapat
menembus laktosa (impermeabel). Tetapi setelah beberapa menit laktosa mulai masuk ke
dalam sel, karena terbentuknya enzim dalam sel yang disebut permease. Permease adalah
suatu protein membrane sel yang membuatkan jalan bagi laktosa agar dapat melintasi
membrane ganda fosfolipid dan hidropobik dari membrane sel. Difusi yang tergantung
pada suatu organisme transport dari membrane selseperti permease disebut difusi
terbantu.
Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari
larutan yang konsentrasi zat pelarutnya (air) tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat
pelarutnya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi
permeabel. Atau dapat diartikan juga perpindahan molekul dari larutan yang rendah
menuju larutan yang tinggi konsentrasinya.
Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika
dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua larutan
glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan
konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari
larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa
yang konsentrasinya tinggi melalui selaput permeabel. Jadi, pergerakan air berlangsung
dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi airnya
rendah melalui selaput selektif permiabel.
Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan
di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipertonis sedangkan larutan yang konsentrasinya
sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di
luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai
larutan hipotonis.
Gambar 2.10 Perpindahan air menembus membrane selektif permeabel
Faktor yang mempengaruhi proses osmosis:
1. konsentrasi air dan zat terlarut yang ada di dalam sel dan luar sel
2. ketebalan membran
3. suhu.
Efek Osmosis pada Sel Hewan dan Tumbuhan
Apakah yang terjadi jika sel tumbuhan atau hewan, misalnya sel darah merah
ditempatkan dalam suatu tabung yang berisi larutan dengan sifat larutan yang
berbeda-beda? Pada larutan isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah akan tetap
normal bentuknya. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari
ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi
keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah dimasukkan
dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah
/lisis, hal ini karena sel hewan tidak memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis, sel
tumbuhan akan kehilangan tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya
membran sel dari dinding sel), sedangkan sel hewan/sel darah merah dalam larutan
hipertonis menyebabkan sel hewan/sel darah merah mengalami krenasi sehingga sel
menjadi keriput karena kehilangan air. (Lihat Gambar 2.11 dan Tabel 2.1).
Gambar 2.11 Osmosis pada sel hewan dan sel tumbuhan
Tabel 2.1 Efek Osmosis pada Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
Pembeda Sel tumbuhan Sel hewan
Larutan Hipotonik Turgiditas tinggi Lisis
Larutan Hipertonik Plasmolisis Krenasi
Keterangan:
• Tekanan turgor:tekanan dari dalam vakuola kepada membran plasma dan dinding
sel karena adanya osmosis air ke dalam vakuola.
• Plasmolisis:menciutnya sitoplasma ketika sel berada pada larutan yang hipertonis.
• Krenasi≈ plasmolisis; krenasi terjadi pada hewan
B. Transpor Aktif
Definisi transport aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah
proses yang menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area yang mempunyai
potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan potensial yang lebih
tinggi. Proses tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi dan suatu mekanisme
kopling agar asupan energi dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan
substansi.
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan.
Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif
membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor
aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionofor. Ionofor merupakan
antibiotik yang menginduksi transpor ion melalui membran sel maupun membran buatan.
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran
semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi
dalam bentuk ATP. Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah
ke larutan yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di
dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat mempengaruhi proses ini,
misalnya ion K+, Na+dan Cl+. Peristiwa transpor aktif dapat Anda lihat pada peristiwa
masuknya glukosa ke dalam sel melewati membran plasma dengan menggunakan energi
yang berasal dari ATP.
Contoh lain terjadi pada darah di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion
kalium (K) dan natrium (Na) yang terjadi antara sel darah merah dan cairan ekstrasel
(plasma darah). Kadar ion kalium pada sitoplasma sel darah merah tiga puluh kali lebih
besar daripada cairan plasma darah. Tetapi kadar ion natrium plasma darah sebelas kali
lebih besar daripada di dalam sel darah merah.
Adanya pengangkutan ion bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar ion
di dalam sel. Mekanisme transpor ion ini dapat terlihat pada Gambar 2.12 berikut.
Gambar 2.12 Mekanisme Transpor Aktif
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light
driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu
simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua
substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah
berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light
driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi
cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.
1. ATP DRIVEN PUMP
Mekanisme pompa Na-K adalah sebagai berikut:
a. Pengikatan Na+ sitoplasmik dengan protein menstimulasi fosforilasi oleh ATP,
b. Fosforilasi menyebabkan perubahan konformasi protein,
c. Perubahan konformasi mengusir Na+ keluar dan K+ ekstraseluler diikat,
d. Pengikatan K+ memicu pelepasan gugus fosfat,
e. Kehilangan fosfat membentuk kembali konformasi asli,
f. K+ dilepaskan dan tempat Na+ mampu mengikat kembali; siklus berulang kembali.
Gambar 2.13 Mekanisme pompa Na-K
Pompa proton mentranslokasikan muatan positif dalam bentuk ion hidrogen
dengan menggunakan ATP sebagai penggeraknya. Tegangan dan gradien H+
menggambarkan sumber energi ganda yang dapat digunakan sel untuk menggerakkan
proses lain, seperti penyerapan gula dan nutrien lainnya. Pompa proton merupakan
pompa elektrogenik utama tumbuhan, fungi, dan bakteri.
2. Couple Carrier
Couple carrier adalah sepasang protein yang pengangkutan ion dari suatu larutan
di luar sel ke dalam sel melewati membran. Couple carrier dibagi dua yaitu symporter
(coupled transport yang melewatkan ion pertama dan kedua pada arah yang sama) dan
antiporters (coupled transport yang melewatkan ion kedua dari arah berlawanan).
Couple carriers termasuk dalam transport aktif tidak langsung, pada transport ini
menggunakan energi yang dihasilkan dari pompa sodium-potasium. Molekul-molekul
yang masuk atau keluar sel dengan transport tidak langsung selalu bergerak melewati
membran bersama-sama dengan gerakan ion, maka mekanisme transpot aktif ini juga
disebut cotransport.
Couple carriers terjadi dalam dua pola, symport dan antiport. Pada symport,
substansi yang dicotransport bergerak searah gerakan ion. Diantara metabolit penting dan
ion yang digerakkan secara aktif ke dalam sel dengan symport adalah gula dan Na++.
Pada antiport, substansi yang di cotransport bergerak dalam arah berlawanan
dengan gerakan ion. Pola ini umumnya terbatas untuk ion.
Gambar 2.14 Couple transport
3. Light Driven Pump
Di dalam membran plasma archea halofilik ekstrem terdapat mekanisme transpor
aktif yang di induksi oleh cahaya. Transpor aktif ini difasilitasi oleh protein
bakteriorhodopsin yang tertanam di dalam membran plasma. Penelitian terakhir
menjelaskan bahwa rhodopsin yang berperan dalam transpor aktif ini juga terdapat di
dalam organisme lain. Termasuk juga pada bakteri yang hidup di permukaan air laut.
Rhodopsin terbagi dalam dua tipe yang berbeda berdasarkan fungsinya, rhodopsin
yang berfungsi secara visual dan rhodopsin yang berfungsi sebagai pompa proton yang
diinduksi oleh cahaya (bacteriorhodopsin), pompa ion klorida (Halorhodopsin) dan
sensor cahaya (sensory rhodopsin) pada archaea.
Pada mebran sel arkhea, terdapat protein bakteriorhodopsin yang memiliki
fotosistem yang peka cahaya. Pada saat cahaya (yang juga merupakan energi dalam
bentuk elektron) terkumpul dalam fotosistem, maka fotosistem akan memiliki kelebihan
energi. Kondisi ini akan membuat protein rhodopsin akan melepaskan elektron. Elektron
yang dilepaskan ini yang menjadi energi yang dibutuhkan untuk melakukan transpor aktif
intermembran.
C. Bulk Transport
Molekul-molekul besar seperti protein ditranspor dengan eksositosis dan
endositosis. Pada eksositosis, vesikula transpor bermigrasi ke membran plasma,
bergabung dengannya, dan melepaskan kandungannya. Pada endositosis, molekul besar
memasuki sel di dalam vesikula yang dijepit ke dalam dari membran plasma. Ketiga jenis
endositosis ialah fagositosis, pinositosis, dan endositosis yang diperantarai reseptor.
Gambarb2.15 Transport bulk pada membran
a. Endositosis
Endositosis merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel. Endositosis
terjadi karena ada transfer larutan atau partikel ke dalam sel. Peristiwa endositosis
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Pinositosis
Pinositosis merupakan peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur dengan
membentuk lekukan-lekukan membran sel. Peristiwa ini dapat terjadi bila konsentrasi
protein dan ion tertentu pada medium sekeliling sel sesuai dengan konsentrasi di dalam
sel. Proses pinositosis dapat diamati dengan mikroskop elektron.
Sel-sel yang melakukan proses pinositosis ini antara lain sel darah putih, epitel
usus, makrofag hati, dan lain-lain. Tahapan proses pinotosis adalah sebagai berikut.
Gambar 2.16 Proses pinositosisKeterangan gambar:
1. Molekul-molekul medium kultur mendekati membran sitoplasma.
2. Molekul-molekul mulai melekat (menempel) pada plasma, hal ini terjadi karena
adanya konsentrasi yang sesuai antara protein dan ion tertentu pada medium sekeliling sel
dengan di dalam sel.
3. Mulai terbentuk invaginasi pada membran sitoplasma.
4. Invaginasi semakin ke dalam sitoplasma.
5. Terbentuk kantong dalam sitoplasma dan saluran pinositik.
6. Kantong mulai lepas dari membran plasma dan membentuk gelembunggelembung
kantong.
7. Gelembung-gelembung kantong mulai mempersiapkan diri untuk melakukan
fragmentasi.
8. Gelembung pecah menjadi gelembung yang lebih kecil.
2) FagositosisFagositosis merupakan peristiwa yang sama seperti pada pinositosis tetapi terjadi
pada benda padat yang ukurannya lebih besar. Fagositosis dapat diamati dengan mikroskop misalnya yang terjadi pada Amoeba. Tahap-tahap fagositosis dapat terlihat pada Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Proses fagositosis
Keterangan gambar:
1. Sebuah sel Amoeba mendekati sel Paramaecium.
2. Amoeba membentuk kaki semu (pseudopodia) dan semakin mendekati Paramaecium.
3. Amoeba mengurung sel Paramaecium dengan kaki semu dan memasukkannya ke
dalam vakuola makanan.
4. Lisosom pada Amoeba mulai bergabung (fusi) dengan vakuola makanan untuk
mengeluarkan enzim pencernaan.
b. Eksositosis
Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat Anda
lihat pada proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses pengeluaran
hormon tertentu. Semua proses sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis. Sel-sel
yang mengeluarkan protein akan berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi
protein akan bergerak ke arah permukaan sel untuk mengosongkan isinya.
2.3 Aplikasi
Begitu besarnya peranan membran sel terhadap kelangsungan hidup sel membuat
orang tidak pernah puas dan berhenti mempelajarinya. Banyak penemuan di berbagai
bidang yang berhubungan dengan struktur, komposisi, maupun sistem transpor.
Salah satu penelitian menunjukkan batu-batu sistein di ginjal terbentuk karena
ketidakmampuan seseorang untuk mentranspor asam-asam amino termasuk sistein dari
urin atau darah. Penyakit ini disebut cystuaria. Masih di bidang kesehatan, kelebihan
kadar kolesterol di membranlah yang membuat transpor ke dalam sel menjadi terganggu.
Semua sistem pemupukan dan irigasi juga harus memperhatikan betul-betul
mengenai sistem transpor agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2.2 Memban Sel
Sel terdiri atas materi hidup yang disebut dengan protoplasma. Protoplasma sel dibatasi dari
lingkungan sekitarnya oleh selaput sel tipis yang disebut dengan membran plasma (membran sel).
Membran ini mempunyai kemampuan untuk mengatur secara selektif aliran materi dari dan keluar sel.
Berdasarkan kemampuan membran menyeleksi aliran materi antar sel dan lingkungannya maka
membran dapat dibedakan menjadi dua jenis. Membran dikatakan permiabel apabila semua jenis
molekul dalam cairan dapat melewati membran. Sedang suatu membran dikatakan semi-permeabel jika
hanya dapat dilewati oleh molekul-molekul tertentu saja (Annur dan Santooosa, 2008).
Membran merupakan media pemisah yang bersifat selektif permeabel dengan menahan
komponen tertentu dan melewatkan komponen lainnya. Proses pemisahan dengan menggunakan
membran pada pemisahan fasa cair-cair umumnya didasarkan atas ukuran partikel dan beda muatan
dengan gaya dorong (driving force) berupa beda tekanan, medan listrik, dan beda konsentrasi (Yusuf, et
al., 2008).
Macam-macam membrane permeabilitas (Parjatmo, 1987):
1. Impermeable (tidak permeable), dimana air maupun zat terlarut didalamnya tidak dapat
melaluinya.
2. Permeable, yaitu membrane yang dapat dilalui oleh air maupun zat tertentu yang terlarut
didalamnya.
3. Semi permeable, yaitu membrane yang hanya dapat dilalui oleh air tetapi tidak dapat dilalui
oleh zat terlarut, misalnya membaran sitoplasma.
2.3 Transpor pasif
Dapat berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi larutan di antara kedua sisi
membran. Pada transpor pasif tidak rnemerlukan energi rnetabolik. Transpor pasif ini bersifat
spontan. Transpor pasif dibedakan menjadi tiga, yaitu difusi sederhana (simple diffusion), difusi
dipermudah atau difasilitasi (facilitated diffusion), dan osmosis.Terdapat dua proses fisikokimiawi yang
penting dalam transport materi dalam sel yaitu difusi dan osmosis (Alkatiri, 1996).
Difusi merupakan peristiwa perpindahan melekul dengan menggunakan tenaga kinetik bebas,
proses perpindahan ini berlangsung dari derajat konsentrasi tinggi ke derajat konsentrasi rendah. Proses
ini akan terus berlangsung hingga dicapai titik keseimbangan. Osmosis merupakan suatu peristiwa
perembesan suatu molekul air melintasi membran yang memisahkan dua larutan dengan potensial air
yang berbeda. Proses osmosis berlangsung dari larutan hipotonik menuju larutan yang hipertonik atau
perpindahan air dari molekul larutan yang potensial airnya tinggi ke potensial yang rendah.
Ketika sel tumbuhan diletakkan pada larutan yang hipertonik/lebih pekat dibanding
konsentrasi plasma selnya maka air yang berada dalam vakoula akan merembes ke luar sel. Akibatnya
protoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, peristiwa ini disebut dengan plasmolisis. Keadaan
tersebut dapat kembali seperti semula apabila lingkungan sel diganti dengan larutan hipotonik.
Kembalinya keadaan protoplasma setelah plasmolisis disebut deplasmolisis. Difusi terfasilitasi juga
masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
2.4 Transpor aktif
Pada sel-sel akar tumbuhan terdapat penumpukan mineral. Artinya, konsentrasi mineral di
dalam sel lebih tinggi daripada di luar sel, atau potensial air di luar sel lebih tinggi dibandingkan dengan
potensial air di dalam sel. Oleh karena itu, osmosis dari luar sel ke dalam sel tetap berlangsung untuk
mencegah plasmolisis. Akan tetapi, keadaan ini menghambat pengambilan mineral dari luar ke dalam sel
melalui difusi, terutama karena membran sel memiliki permeabilitas yang sangat rendah. Untuk
mengatasi hal tersebut, diperlukan transpor aktif yang melibatkan energi dari ATP agar ion-ion dapat
masuk ke dalam sel. ATP adalah molekul pembawa energi di dalam sel (Kimball, 1999).
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang
bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. Transpor aktif
berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi tinggi,
sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat
mempengaruhi proses ini, misalnya ion K+, Na+ dan CL -.
Gambar 1 Mekanisme Transpor Aktif
2.5 Transport Ion Channel
Transport lewat ion channel khusus bagi ion-ion yang sulit ditransport secara difusi akibat
muatan listriknya. Ion channel ini mempunyai sifat yang sangat selektif dan terbukanya channel tersebut
akibat potensial listrik sepanjang membran sel dan melalui ikatan channel dengan hormon atau
neurotransmitter (Parjatmo, 2005).
2.6 Difusi
Difusi merupakan perpindahan partikel zat dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan
berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar, lambat
laun cairan teh menjadi manis. Perhatikan Gambar 3.
Gambar 3. Proses Difusi
Gambar di atas menunjukkan perpindahan konsentrasi larutan yang lebih tinggi ke konsentrasi larutan
yang lebih rendah sampai terjadi keseimbangan dinamis.
Peristiwa difusi pada tumbuhan sangat penting untuk keseimbangan hidup tumbuhan. Karbon
dioksida (CO2) dan oksigen (O2) diambil oleh tumbuhan dari udara melalui proses difusi. Pengambilan air
dan garam mineral oleh tumbuhan dari dalam tanah, salah satunya melalui proses difusi. Difusi zat dari
dalam tanah ke dalam tubuh tumbuhan disebabkan konsentrasi garam mineral di tanah lebih tinggi
daripada di dalam sel. Demikian juga gas CO2 di udara masuk ke dalam tubuh tumbuhan karena
konsentrasi CO2 di udara lebih tinggi daripada di dalam sel tumbuhan. Sebaliknya, O2 dapat berdifusi
keluar tubuh tumbuhan jika konsentrasi O2 dalam tubuh tumbuhan lebih tinggi akibat adanya
fotosintesis dalam sel (Loveless, 1991).
Gambar 4
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut
dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah, sedangkan
osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih
encer ke bagian yang lebih pekat (Kustiyah, 2007). Contoh peristiwa difusi yang sederhana
adalah pemberian gula pada cairan teh tawar dan contoh peristiwa osmosis adalah kentang
yang dimasukkan ke dalam air garam.
Kecepatan difusi ditentukan oleh : Jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerak
kinetik dan jumlah celah pada membran sel. Difusi sederhana ini dapat terjadi melalui dua
cara:
a. Melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya jika bahan berdifusi terlarut lipid
b. Melalui saluran licin pada beberapa protein transpor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung
pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
l) Mekanisme difusi
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu
difusi sederhana (simple difusion),difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran
(simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi sederhana melalui
membrane berlangsung karena molekul-molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran
bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara
langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D,
E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat
permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O.
Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus
membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori
dengan diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori
tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam amino,
glukosa, dan beberapa garam – garam mineral, tidak dapat menembus membrane secara langsung,
tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Proses
masuknya molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi.
2) Mekanisme Difusi dan Difasilitasi
Difusi difasilitasi (facilitated diffusion) adalah pelaluan zat melalui rnembran plasrna yang
melibatkan protein pembawa atau protein transporter. Protein transporter tergolong protein
transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion atau molekul vang akan ditransfer ke
dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan
suatu molekul glukosa diperlukan protein transforter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam
sel. Protein transporter untuk grukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel
lemak dan sel-sel hati, karena sel – sel tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk diubah menjadi
energi.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
1. Suhu, makin tinggi difusi makin cepat
2. BM makin besar difusi makin lambat
3. Kelarutan dalam medium, makin besar difusi makin cepat
4. Perbedaan Konsentrasi, makin besar perbedaan konsentrasi antara dua bagian, makin
besar proses difusi yang terjadi.
5. Jarak tempat berlangsungnya difusi, makin dekat jarak tempat terjadinya difusi, makin
cepat proses difusi yang terjadi.
6. Area Tempat berlangsungnya Difusi, makin luas area difusi, makin cepat proses difusi.
2.7 Osmosis
Osmosis adalah difusi pelarut melalui membran. Untuk memahami tentang osmosis, perhatikan Gambar
5.
Gambar 5. Proses Osmosis
Pada gambar diatas, air akan berpindah dari B (larutan yang konsentrasi airnya tinggi) menuju
A (larutan yang konsentrasi airnya rendah) melalui membran semi permeabel sehingga diperoleh hasil
larutan isotonis, yaitu konsentrasi air sama untuk dua larutan antara A dan B, walaupun hasil akhirnya
nanti volume antara A dan B berbeda.
Keadaan di atas terjadi juga pada peristiwa osmosis pada penyerapan air tanah ke dalam sel
akar. Jika terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran
sampai kedua larutan seimbang. Jika sel dimasukkan ke dalam larutan isotonis, bentuk sel tetap karena
keadaan seimbang. Akan tetapi, jika sel tumbuhan berada dalam larutan hipertonis (konsentrasi larutan
lebih tinggi daripada cairan sel), air dalam plasma sel akan berosmosis keluar sehingga sel
mengerut/menyusut. Protoplasma yang kekurangan air menenyusut volumenya mengakibatkan
membran sel terlepas dari dinding sel, sehingga terjadi plasmolisis.
Sebaliknya, jika sel berada dalam larutan hipotonis (konsentrasi larutan lebih rendah daripada
cairan sel), air dari luar akan masuk ke dalam sel sehingga sel membengkak. Pada larutan hipertonik,
sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air
yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak
molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang
melewati membran (Kustiyah, 2007).
Lihat Gambar 6.
Gambar 6. Sel tumbuhan dalam larutan hipertonis, isotonis dan hipotonis
(Sumber: Campbell, et al., 2005)
Osmosis merupakan difusi air dari daerah yang memiliki potensial air lebih tinggi ke daerah
yang potensial airnya lebih rendah, melalui suatu membran semi permeabel. Potensial osmotik suatu
larutan selalu negatif yang ekivalen dengan nilai tekanan osmotiknya yang sebenarnya. Plasmolisis
adalah peritiwa melepasnya plasmalemma atau mebran plasma dari dinding sel karena dehidrasi
(hilangnya air sel) bila sel berada di lingkungan larutan yang hipertonis.
Untuk memenuhi kebutuhan materi dan mempertahankan keseimbangan fisiologi didalam
tubuhnya, tumbuhan melakukan beberapa aktivitas, di antaranya adalah absorbsi (penyerapan),
transportasi (pengangkutan) atau translokasi (pemindahan) dan transpirasi (pelepasan air melalui
stomata). Beberapa prinsip yang berhubungan dengan proses penyerapan pada akar :
1. Penyerapan air tanah oleh akar dapat terjadi melalui meknisme imbibisi, difusi, osmosis dan transpor
aktif.
2. Pada tumbuhan darat, penyerapan gas-gas (O2 dan CO2) lebih banyak melalui sedangkan ion-ion dalam
larutan tanah melalui akar. Pada tumbuhan air hampir seluruh permukaan tubuhnya dapat melakukan
penyerapan air beserta gas-gas dan ion-ion yangterlarut di dalamnya.
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan yang
konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput
atau membran selektif permeabel atau semi permeabel. Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh
selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel
ditempatkan dua larutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut
dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan
yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya
tinggi melalui selaput permeabel.
Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut,
yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami,
tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi
pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan
untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan
dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor (Keenan, et al,. 1984).
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat
menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel. Pada hewan, untuk bisa
bertahan dalam lingkungan yang hipotonik atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan
air, yaitu dalam proses osmoregulasi.
Faktor–faktor yang mempengaruhi terjadinya osmosis pada sel hidup :
Ukuran zat terlarut: semakin banyak zat terlarut maka peristiwa terjadinya osmosis akan
semakin cepat. Karena zat terlarut memiliki tekanan osmotik yang berfungsi untuk memecah zat
pelarut bergerak melalui membrane semipermeable.
Tebal membran: semakin tebal suatu membrane akan memperhambat terjadinya osmosis.
Karena dapat menyebabkan semakin sulitnya zat terlarut menembus membrane tersebut.
Luas permukaan
Jarak zat pelarut dan zat terlarut
Suhu
2.8 Difusi Terfasilitasi
Transport dengan cara difusi fasilitas mempunyai perbedaan dengan difusi sederhana yaitu
difusi fasilitas terjadi melalui carrier spesifik dan difusi ini mempunyai kecepatan transport maksimum
(Vmax). Suatu bahan yang akan ditransport lewat cara ini akan terikat lebih dahulu dengan carrier
protein yang spesifik, dan ikatan ini akan membuka channel tertentu untuk membawa ikatan ini ke
dalam sel. Jika konsentrasi bahan ini terus ditingkatkan, maka jumlah carrier akan habis berikatan
dengan bahan tersebut sehingga pada saat itu kecepatan difusi menjadi maksimal (Vmax). Pada difusi
sederhana hal ini tidak terjadi, makin banyak bahan kecepatan transport bahan maakin meningkat tanpa
batas.
Difusi terfasilitasi adalah sejenis transpor pasif yang molekul solutnya bergerak menuruni
gradien konsentrasi dengan bantuan protein pembawa pada membran. Suatu protein pembawa
mengambil sebuah molekul, kemudian protein tersebut berubah ke bentuk alternatifnya untuk
menyimpan molekul ke sisi lain membran. Dalam hal ini tidak diperlukan masukan energi(Bresnick:2003)
DAPUS
Campbell, N. A. (1993). Biology, fifth edition. Benjamin Cummings Publishing
Company, Inc., Red-wood City.
Alkatiri, S. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Airlangga University Press: Surabaya.
Annur, H dan H.H, Santosa, 2008, Analisa Temperatur Pada Proses Difusi Obat Dalam Membran Dengan
Metode Diferensial Parabolik Untuk Mendeteksi Sinyal Fotoakustik, Jurnal Ilmiah GIGA, Vol.
11, No.3, Hal: 45-56.
Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Hipokrates: Jakarta.
Keenan, Donald, dan Jesse. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.
Kimball, J.W. 1999. Biologi Edisi Pertama. Erlangga: Jakarta.
Kustiyah, 2007, Miskonsepsi Difusi dan Osmosis Pada Siswa MAN Model Palangkaraya,Jurnal Ilmiah
Guru Kanderang Tingang, Vol. 1, No. 1, Hal: 24-37.
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik I. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Parjatmo,W. 1987. Biologi Umum I. Angkasa Bandung: Bandung.
Santoso, B. 2005. Biologi dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact : Jakarta.
Yusuf, E., T.A. Rachmanto dan R. Laksmono, 2008, Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih Dengan
Menggunakan Membran Reverse Osmosis, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol. 1, No. 1,
Hal : 6-15.