bagian inti new

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Difteri adalah salah satu penyakit infeksi akut yang sangat menular dan disebabkan Corynebacterium diphtheriae dengan ditandai oleh pembentukan pseudomembran pada kulit dan/atau mukosa (Rampengan, 2008). Difteri adalah suatu penyakit menular yang menyebar dari orang ke orang melalui droplet pernapasan yang berasal dari tenggorokan, melalui batuk dan bersin. Masa inkubasi penyakit ini 2 sampai 5 hari. Difteri biasanya mengenai tonsil, faring, laring dan kadang-kadang kulit. Gejala yang ditimbulkan berkisar antara sakit tenggorokan biasa sampai penyakit yang mengancam jiwa akibat toksin beracun yang mengenai saluran pernafasan (WHO, 2000). Myocarditis, polyneuritis, dan tersumbatnya jalan nafas merupakan komplikasi dari penyakit ini. Kematian terjadi pada 5%-10% dari kasus pernapasan yang terjadi (CDC, 2005). Penyakit difteri tersebar di seluruh dunia, terutama di negara negara miskin, yang penduduknya tinggal pada tempat- tempat permukiman yang rapat, higienis dan sanitasi jelek, dan fasilitas kesehatan yang kurang. Di Amerika Serika sejak tahun

Upload: regina-ciputra

Post on 03-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bagian Inti New

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Difteri adalah salah satu penyakit infeksi akut yang sangat menular dan

disebabkan Corynebacterium diphtheriae dengan ditandai oleh pembentukan

pseudomembran pada kulit dan/atau mukosa (Rampengan, 2008). Difteri adalah suatu

penyakit menular yang menyebar dari orang ke orang melalui droplet pernapasan yang

berasal dari tenggorokan, melalui batuk dan bersin. Masa inkubasi penyakit ini 2

sampai 5 hari. Difteri biasanya mengenai tonsil, faring, laring dan kadang-kadang kulit.

Gejala yang ditimbulkan berkisar antara sakit tenggorokan biasa sampai penyakit yang

mengancam jiwa akibat toksin beracun yang mengenai saluran pernafasan (WHO,

2000). Myocarditis, polyneuritis, dan tersumbatnya jalan nafas merupakan komplikasi

dari penyakit ini. Kematian terjadi pada 5%-10% dari kasus pernapasan yang terjadi

(CDC, 2005).

Penyakit difteri tersebar di seluruh dunia, terutama di negara negara miskin,

yang penduduknya tinggal pada tempat-tempat permukiman yang rapat, higienis dan

sanitasi jelek, dan fasilitas kesehatan yang kurang. Di Amerika Serika sejak tahun 1970

sampai tahun 1975, ditemukan 248 kasus (rata-rata 48 kasus pertahun) (PAPDI, 2009).

Sejak 1980, kira-kira 0,001 kasus per 100.000 penduduk di Amerika Serikat (CDC,

2005). Insidens penyakit ini berkurang setelah digunakannya vaksin difteri secara

intensif dan luas. Pada tahun 1992, hanya dilaporkan 3 kasus (PAPDI, 2009). Difteri

tetap endemik di negara-negara berkembang. Negara-negara Uni Soviet telah

1

Page 2: Bagian Inti New

2

melaporkan > 150.000 kasus epidemi yang dimulai pada tahun 1990 (CDC, 2005).

Berdasarkan data WHO, pada tahun 2008 penyakit difteri terbanyak pada negara India

yakni sebesar 6081 kasus, kemudian Indonesia 219 kasus, dan Nepal 149 kasus.

Sementara, di Jawa Timur pada tahun 2006 kasus difteri merupakan kasus yang paling

sedikit, yang sangat dipengaruhi berhasilnya program imunisasi, dengan jumlah 39

kasus yang tersebar terbanyak di kota surabaya 8 kasus, sidoarjo 7 kasus, sumenep 4

kasus dan kota probolinggo 4 kasus (Dinkes Jawa Timur, 2008). Di Kabupaten

Bangkalan dilaporkan tidak ada kasus pada tahun 2007, pada tahun 2008 terdapat 2

kasus, tahun 2009 terdapat 4 kasus, sementara karier difteri yang terdata sebanyak 10

anak pada tahun 2007, 4 anak tahun 2008 dan 18 anak tahun 2009. Pada tahun 2010 ini,

Dinkes Kabupaten Bangkalan menetapkan difteri sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa)

dengan angka kejadian 17 kasus dengan 1 penderita meninggal dunia, serta karier yang

terdata sebanyak 98 anak (Dinkes Bangkalan, 2010).

Sejak tahun 1980, setelah program imunisasi rutin dilakukan, maka angka

kejadian difteri menurun (PAPDI, 2009). Berdasarkan penelitian Basuki Kartono yang

menyatakan bahwa anak dengan status imunisasi DPT dan DT yang tidak lengkap

beresiko menderita difteri 46.403 kali lebih besar dari pada anak yang status imunisasi

DPT dan DT lengkap (Kartono, 2008). Secara nasional didapatkan penurunan kasus

pada daerah dengan cakupan imunisasi yang tinggi yang artinya sesuai kenyataan di

lapangan (Ditjen PP&PL, 2009). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangkalan tahun 2007 penjangkauan imunisasi untuk DPT-HB1 95%, DPT-HB2 93%

dan DPT-HB3 91%. Pada tahun 2008 penjangkauan imunisasi untuk DPT-HB1 98%,

DPT-HB2 97% dan DPT-HB3 95%. Sedangkan pada tahun 2009 penjangkauan

Page 3: Bagian Inti New

3

imunisasi untuk DPT-HB1 96%, DPT-HB2 95% dan DPT-HB3 93% (Dinkes

Bangkalan, 2010). Dari data didapatkan bahwa terdapat penurunan jangkauan imunisasi

dari tahun 2008 ke 2009.

Meningkatnya kejadian difteri di suatu daerah dapat disebabkan oleh cakupan

imunisasi yang kurang optimal. Penurunan jangkauan imunisasi yang terjadi dicurigai

merupakan salah satu faktor penyebab yang paling berpengaruh terhadap meningkatnya

difteri di Kabupaten Bangkalan tahun 2010. Oleh karena itu, di sini penulis berminat

untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara jangkauan status imunisasi

difteri dengan meningkatnya kasus difteri di Kabupaten Bangkalan tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara status imunisasi difteri dengan meningkatnya kasus

difteri di Kabupaten Bangkalan tahun 2010 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Mengetahui adanya hubungan antara status imunisasi difteri dengan

meningkatnya kasus difteri di Kabupaten Bangkalan tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mangetahui insidensi kasus difteri di Kabupaten Bangkalan pada tahun 2010.

2. Mengetahui daerah dengan kasus difteri terbanyak di Kabupaten Bangkalan

pada tahun 2010.

Page 4: Bagian Inti New

4

3. Mengetahui penjangkauan imunisasi difteri di Kabupaten Bangkalan tahun

2010.

4. Mangetahui hubungan insidensi kasus difteri dengan jangkauan imunisasi di

Kabupaten bangkalan Bangkalan tahun 2010.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai dua manfaat, yaitu :

1. Manfaat Praktis

Menbantu memberikan pandangan mengenai jangkauan imunisasi di wilayah

Kabupaten Bangkalan.

Membantu menganalisa faktor penyebab meningkatnya kasus difteri, sehingga

nantinya peningkatan kasus difteri di Kabupaten Bangkalan dapat ditekan.

Membantu mengevaluasi dari kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan,

sehingga nantinya kinerjanya dapat lebih ditingkatkan.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan memberi masukan yang bermanfaat untuk ilmu

kesehatan masyarakat khususnya mengenai imunisasi.

Page 5: Bagian Inti New

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Difteri

2.1.1. Definisi

Difteri berasal dari bahasa Yunani yang berarti kulit. Difteri adalah suatu

penyakit infeksi akut yang terjadi secara lokal pada mukosa saluran pernafasan atau

kulit, yang disebabkan oleh basil gram positif Corynebacterium diphtheriae, ditandai

oleh terbentuknya eksudat yang berbentuk membran pada tempat infeksi, dan diikuti

oleh gejala-gejala umum yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang diproduksi oleh

bakteri ini (PAPDI, 2009).

2.1.2. Epidemiologi

Pada tahun 1920, lebih dari 125.000 kasus dan 10.000 kematian karena difteria

dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat, dengan angka kematian tertinggi pada

penderita yang amat muda dan yang lebih tua. Insidennya mulai turun dengan

penggunaan toksoid difteri yang luas di Amerika Serikat sesudah perang dunia II,

insiden ini menurun secara mantap dengan pengurangan dramatis pada akhir tahun

1970. Sejak saat tersebut hanya ada kasus nol sampai 5 pertahun dan tidak ada

epidemik difteri saluran pernapasan. Walaupun insiden penyakit turun di seluruh dunia,

difteri tetap endemik di negara berkembang (Nelson et al., 1996).

Page 6: Bagian Inti New

6

Tabel 2.1 Kasus Difteri berdasarkan WHO di berbagai negara

WHO ISOCname 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002REGION code

SEAR IND India 6081 3354 2472 10231 8465 3914 5301

SEAR IDN Indonesia 219 183 432 499 197 402 51

SEAR NPL Nepal 149 44 72 46 81 173 108

AMR BRA Brazil 85 0 9 27 15 49 19

AFR AGO Angola 69 4 0 0 16 0

WPR PHL Philippines 65 39 47 118 89 88 62

EUR UKR Ukraine 61 81 68 98 123 158 285

EMR IRN Iran (Islamic Republic of) 52 32 26 15 6 24 10

EUR RUS Russian Federation 50 91 178 353 505 655 778

SEAR BGD Bangladesh 43 86 34 125 117 78 73

EMR SDN Sudan 38 7 15 13 70 156 26

EMR PAK Pakistan 32 11 42 23 24 26 22

EUR LVA Latvia 28 18 32 20 20 26 45

WPR VNM Viet Nam 17 32 25 36 49 105 105

EUR TKM Turkmenistan 11 5 3 2 2 2 1

AMR HTI Haiti 10 94 260 204 37 2 6

WPR KHM Cambodia 7 5 0 0 4 3 0

EUR GEO Georgia 7 9 14 10 12 26 28

SEAR THA Thailand 7 3 3 2 13 8

EMR IRQ Iraq 6 3 6 6 17

EUR FRA France 5 1 3 0 5 0 1

EUR KAZ Kazakhstan 5 5 9 1 0 4 14

EUR GBR United Kingdom of Great 5 3 3 0 0 3 6Britain and Northern Ireland

EMR YEM Yemen 5 10 36 8 2

AMR CAN Canada 4 5 0 0 1 2 2

EUR LTU Lithuania 4 0 0 0 0 0 3

WPR MYS Malaysia 4 2 0 3 3 11 2

EUR AZE Azerbaijan 3 4 0 0 0 0 0

EUR BLR Belarus 3 5 6 11 15 6 7

AMR DOM Dominican Republic 3 4 16 39 122 38 35

SEAR MMR Myanmar 3 5 3 5 1 21 50

AFR ZMB Zambia 3 0 7 11 4 31 25

WPR LAO Lao People’s Democratic 2 2 2 9 11 116 40Republic

EUR TJK Tajikistan 2 3 2 3 3 14 11

(current source: annual WHO/UNICEF Joint Reporting Form and WHO regional offices reports)

Page 7: Bagian Inti New

7

DATABASE KESEHATAN PENYAKIT DIFTERI

Page 8: Bagian Inti New

Tabel 2.2 Kasus Per Propinsi di Indonesia

PROPINSI 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008Nanggroe Aceh

80 23 0 980 95 0 0DarussalamSumatera Utara 5 11 0 0 2.014 0 2Sumatera Barat 0 0 17 0 0 0 9Riau 0 13 9 12 0 1 0Jambi 4 2 9 8 17 0 0Sumatera Selatan 7 6 0 7 2 12 61Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0Lampung 0 23 0 24 0 1 3Kepulauan Bangka

0 0 0 0 0 0 0BelitungKepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0DKI Jakarta 0 5 0 0 0 0 3Jawa Barat 45 8 133 0 13 38 33Jawa Tengah 0 14 0 0 8 27 13D I Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 1Jawa Timur 22 32 0 0 0 81 63Banten 0 7 1 0 0 10 5Bali 1 0 0 0 23 0 0Nusa Tenggara

0 0 0 0 0 0 0BaratNusa Tenggara

0 16 0 0 2 1 0TimurKalimantan Barat 0 0 1 0 0 0 0Kalimantan Tengah 21 0 0 0 0 0 5Kalimantan Selatan 0 18 0 0 0 2 2Kalimantan Timur 2 3 0 0 1 0 0Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 1 0Sulawesi Tengah 2 1 0 0 0 0 0Sulawesi Selatan 6 7 2 0 76 5 6Sulawesi Tenggara 0 2 0 0 20 3 1Gorontalo 1 3 0 0 0 1 0Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0Maluku 0 1 0 0 0 0 0Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0Irian Jaya Barat 0 0 0 0 29 0 0Papua 16 0 0 0 37 0 12

Sumber : Bank Data Pusdatin-Depkes RI. 2009

Tabel 2.3 Kasus Per Kabupaten di Jawa Timur

PROPINSI 2007 2008Pacitan 0Ponorogo 1Trenggalek 1Tulungagung 1 2Blitar 4 5Kediri 1Malang 0Lumajang 1Jember 2Banyuwangi 2 5Bondowoso 0Situbondo 0Probolinggo 1Pasuruan 1 1Sidoarjo 7 7Mojokerto 2 0Jombang 2 2Nganjuk 0Madiun 0Magetan 0Ngawi 0Bojonegoro 4 3Tuban 1Lamongan 1 0Gresik 7Bangkalan 9 4Sampang 1Pamekasan 0Sumenep 13Kota Kediri 0Kota Blitar 0Kota Malang 10Kota

3ProbolinggoKota Pasuruan 0Kota

1MojokertoKota Madiun 0Kota Surabaya 25 17Kota Batu 1 1

Page 9: Bagian Inti New
Page 10: Bagian Inti New

PDF to Word