bagaimana menyusun soal yang baik.docx

11
Bagaimana Menyusun Soal yang Baik? (http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel- pengembangan-sdm/9938-bagaimana-menyusun-soal-yang-baik) Dibuat: Jumat, 07 Juni 2013 09:52 Ditulis oleh BPPK Oleh : I Wayan Sukada Widyaiswara Muda pada BDK Denpasar Pendahuluan Penilaian hasil belajar merupakan bagian dari evaluasi belajar yang digunakan sebagai sarana mengukur kemampuan atau perilaku yang dapat dicapai oleh peserta pembelajar selama dan setelah proses belajar. Kawasan memampuan kompetensi yang diukur mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terutama dilakukan terhadap apa yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Capaian hasil yang diinginkan dalam proses pembelajaran dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Untuk mengukur kemampuan yang ingin dicapai, diperlukan alat ukur (soal) yang valid, realiabel, daya diskriminasi tinggi, tingkat kesukaran tepat, komprehensip, dan efisien. Salah satu metode yang umum dipakai dalam penilaian hasil belajar, terutama untuk mengukur kemampuan pengetahuan (cognitive) peserta adalah berupa tes tertulis, selain tes lisan. Tes tertulis dapat berbentuk tes objektif atau berbentuk tes uraian. Dan sarana dalam melakukan evaluasi dengan menggunakan tes tertulis adalah berbetuk soal. Dalam tulisan berikut diuraikan mengenai proses penyusunan soal, sebagai sarana dalam melaksanakan tes, agar dapat dibentuk dan disusun soal yang mampu mengukur apa yang ingin diukur. Tulisan berikut terutama disarikan dari materi yang penulis dapatkan saat mengikuti Diklat Penyusunan Soal, yang dilaksanakan Pusdiklat

Upload: dekamaulid

Post on 14-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Bagaimana Menyusun Soal yang Baik? (http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-pengembangan-sdm/9938-bagaimana-menyusun-soal-yang-baik) Dibuat: Jumat, 07 Juni 2013 09:52 Ditulis oleh BPPKOleh : I Wayan SukadaWidyaiswara Muda pada BDK DenpasarPendahuluan

Penilaian hasil belajar merupakan bagian dari evaluasi belajar yang digunakan sebagai sarana mengukur kemampuan atau perilaku yang dapat dicapai oleh peserta pembelajar selama dan setelah proses belajar. Kawasan memampuan kompetensi yang diukur mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terutama dilakukan terhadap apa yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Capaian hasil yang diinginkan dalam proses pembelajaran dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.Untuk mengukur kemampuan yang ingin dicapai, diperlukan alat ukur (soal) yang valid, realiabel, daya diskriminasi tinggi, tingkat kesukaran tepat, komprehensip, dan efisien. Salah satu metode yang umum dipakai dalam penilaian hasil belajar, terutama untuk mengukur kemampuan pengetahuan (cognitive) peserta adalah berupa tes tertulis, selain tes lisan. Tes tertulis dapat berbentuk tes objektif atau berbentuk tes uraian. Dan sarana dalam melakukan evaluasi dengan menggunakan tes tertulis adalah berbetuk soal.

Dalam tulisan berikut diuraikan mengenai proses penyusunan soal, sebagai sarana dalam melaksanakan tes, agar dapat dibentuk dan disusun soal yang mampu mengukur apa yang ingin diukur. Tulisan berikut terutama disarikan dari materi yang penulis dapatkan saat mengikuti Diklat Penyusunan Soal, yang dilaksanakan Pusdiklat Keuangan Umum pada tanggal 20 sampai dengan 23 Mei 2013, di Jakarta ditambahkan dengan beberapa materi dari sumber lain yang relevan.

Tes Sebagai Salah Satu Metode Penilaian Hasil Belajar

Sebetulnya sangat banyak metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian hasil belajar. Metode yang umum dipakai dalam penilaian antara lain portofolio, jurnal, simulasi, demonstrasi, wawancara, observasi, dan tes. Pemilihan metode penilaian dilakukan berdasarkan ranah kemampuan kompetensi yang ingin diukur. Kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan, diukur dengan metode non tes, yang dapat berupa demonstrasi atau simulasi. Kompetensi yang berkaitan dengan sikap, diukur dengan metode wawancara, observasi, atau bermain peran (role play). Dan kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan, diukur dengan metode tes.

Tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait/atribut pendidikan/psikologis, dimana setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa tes hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang baik. Perencanaan tersebut mulai dari perencanaan tentang apa dan sampai level apa pengukuran dilakukan, apa metode tes yang dipakai. Untuk mendapatkan informasi, yang merupakan umpan balik dari peserta yang di tes, maka tes disusun dalam pertanyaan-pertanyaan atau tugas sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan atau mencakup keseluruhan materi yang telah disampaikan. Agar dapat menjamin objektifitas dalam penilaian hasil belajar, maka setiap pertanyaan atau tugas yang diberikan harus mempunyai satu jawaban yang benar.

Tes dapat dilakukan secara lisan atau tes tertulis. Tes lisan dilakukan secara langsung dimana guru atau pengajar memberikan pertanyaan secara lisan kepada peserta dan peserta yang mampu akan menjawab pertanyaan tersebut dengan lisan pula. Tes lisan dapat dilakukan berulang kali pada setiap akhir sub pokok bahasan atau lainnya tergantung pada gurunya. Tes lisan biasanya dilakukan untuk mengetahui respon atau umpan balik secara langsung dari peserta, sehingga pengajar dapat mengetahui apakah peserta mampu memahami apa yang diajarkan. Dalam pelaksanaan tes lisan hendaknya pengajar dapat mengetahui secara merata kemampuan peserta. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada semua peserta secara merata dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan.

Tes tertulis dilakukan dengan memberikan pertanyaan atau tugas secara tertulis dan peserta menjawab setiap pertanyaan atau tugas tersebut secara tertertulis pula. Tes tertulis dapat berbentuk tes objektif atau tes uraian. Bentuk tes objektif terdiri dari bentuk soal benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat berupa pilihan ganda biasa, pilihan ganda analisis kasus, pilihan ganda komplek, dan pilihan ganda membaca diagram/tabel.

Tes uraian dapat berbentuk soal uraian terbuka (non objektif) atau soal uraian terbatas (objektif). Soal uraian terbuka menuntut jawaban yang diberikan oleh peserta tidak dibatasi dan sesuai dengan pandangan serta kemampuan peserta sendiri. Isi soal uraian terbuka biasanya bersifat umum. Dengan demikian jawaban yang diberikan oleh peserta sangat bervariasi. Hal ini tentu akan menyulitkan pengajar dalam memberikan penilaian, sehingga sering bersifat sangat subjektif. Namun demikian, soal uraian terbuka sangat baik untuk menggali dan mengenali kemampuan dan penguasaan peserta tes terhadap materi yang di tes. Selain itu, dengan jawaban terbuka, maka secara tidak langsung peserta juga diajarkan untuk memilih kata yang benar dan menuliskan buah pikirannya.

Soal uraian terbatas, pertanyaan lebih diarahkan ke dalam hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan tersebut bisa dari segi: ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indikator-indikatornya. Dengan demikian jawaban yang diberikan oleh peserta menjadi terarah sesuai dengan keinginan penulis soal. Soal uraian terbatas memungkinkan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan unsur subjektivitas dalam pemberian nilai. (http://suluhpendidikan.blogspot.com/2010/03/tes-sebagai-alat-penilaian-hasil.html).

Bagaimana Menyusun Soal Yang Baik?

Baik dalam pelaksanaan tes lisan maupun tes tertulis, soal atau pertanyaan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengukur dengan baik kemampuan peserta. Dalam tes lisan, soal atau pertanyaan yang diajukan oleh pengajar hendaknya mencakup materi yang telah dibahas sebelumnya dan pertanyaan yang diajukan bersifat penguatan sehingga tidak terlalu mendalam. Berbeda dengan tes tertulis, dimana dalam pelaksanaan tes tersebut telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga soal atau pertanyaan yang dibuat dapat mencakup materi secara keseluruhan dengan pertanyaan yang mendalam, tergantung dari apa yang mau diukur.

Secara umum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan soal :

a. Mengikuti langkah-langkah dan prosedur yang benar;

b. Mengikuti berbagai kaidah yang ada agar soal-soal yang dihasilkan membentuk perangkat tes yang valid;

c. Mengikuti syarat-syarat dalam penyusunan soal;

Langkah-langkah Penyusunan Soal

Sebagai sebuah proses, maka dalam penyusunan soal harus mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Pilih materi atau topik yang tepat untuk diangkat menjadi bahan ujian;

b. Tentukan dari materi atau topik terpilih tersebut, bagian mana yang tepat untuk dijadikan soal dengan bentuk pilihan ganda atau benar-salah atau isian, atau uraian, atau ujian praktek;

c. Buat kisi-kisi soalnya yang disesuaikan dengan indikator capaian dalam setiap materi atau topik terpilih;

d. Tulis soal mengacu pada indikator sebagaimana dituangkan dalam kisi-kisi;

e. Tulis kunci jawaban (untuk soal selain uraian) atau pedoman penskoran (untuk soal uraian);

f. Penelaahan dan perakitan soal beserta kunci jawaban atau pedoman penskorannya.

Kaidah Penyusunan Soal

Masing-masing bentuk soal mempunyai kaidah penulisan yang berbeda. Secara umum, kaidah penulisan soal mencakup materi, konstruksi, dan bahasa.

Bentuk Soal Pilihan GandaBentuk soal pilihan ganda paling banyak digunakan dalam melakukan tes secara masal dengan cakupan materi yang banyak. Dalam pembuatan soal pilihan ganda, kaidah umum yang berlaku adalah:Materia. Soal yang dibuat harus sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan;b. Pilihan jawaban yang diberikan harus homogen dan logis;c. Setiap soal hanya memiliki satu jawaban yang benarKonstruksia. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas;b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja;

c. Pokok soal hendaknya jangan memberikan petunjuk kearah jawaban yang benar;

d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda;

e. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama;

f. Pilihan jawaban jangan mengandung semua pilihan jawaban di atas salah atau semua pilihan jawaban di atas benar;

g. Pilihan jawaban berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar- kecilnya nilai angka tersebut;

h. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi;

i. Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.Bahasaa. Setiap butir soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar;b. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat;c. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.Bentuk Soal Benar-Salah

Bentuk soal benar- salah kaidah yang berlaku umum adalah :

a. Hindari penggunaan kata : terpenting, selalu, sebagian kecil, tidak pernah, hanya, sebagian besar dan kata-kata lain yang sejenis;

b. Rumusan soal harus jelas dan pasti benar atau pasti salah;

c. Hindari pernyataan negatif;

d. Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda;

e. Jumlah rumusan butir soal yang kunci jawabannya benar dan salah hendaknya dibuat berimbang;

f. Panjang rumusan butir soal hendaknya relatif sama;

g. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah hendaknya disusun secara random dan tidak sistematis mengikuti pola tertentu.

Bentuk Soal Uraian

Secara umum kaidah yang berlaku dalam penyusunan soal bentuk soal uraian adalah:

a. Harus sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan sebagaimana dalam kisi-kisi soal;

b. Batasan jawaban atau ruang lingkup yang akan diukur harus jelas;

c. Rumusan soal atau pertanyaan hendaknya menggunakan kata tanya yang menuntut jawaban uraikan, misalnya : mengapa, jelaskan, uraikan;

d. Rumusan kalimat soal hendaknya komunikatif dan hindari kalimat atau istilah atau kata yang dapat menimbulkan tafsir ganda;

e. Hal-hal yang menyertai soal, seperti tabel, diagram, gambar atau sejenisnya harus disajikan secara jelas dan berfungsi;

f. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal;

g. Butir soal harus dilengkapi dengan kunci jawaban atau kriteria jawaban serta pedoman penskoran dan harus segera dibuat setelah soal ditulis.

Syarat Penyusunan Soal

Selain mengikuti langkah-langkah serta kaidah penyusunan soal, hal lain yang perlu diperhatikan untuk dapat menghasilkan soal yang baik adalah syarat dalam penyusunan soal. Adapun syarat penyusunan soal meliputi :

a. Soal-soal atau pertanyaan yang dibuat harus menanyakan tentang ilmu/materi/konsep/teori/pengetahuan yang telah dipelajari;

b. Soal disusun mengikuti kaidah penyusunan soal;

c. Penulis soal harus menguasai ilmu yang akan dituliskan soalnya;

d. Penulis soal mengetahui adanya ragam/jenis/bentuk soal beserta keunggulan dan kelemahannya;

e. Penulis soal paham akan kaidah penulisan soal untuk berbagai bentuk soal;

f. Penulis soal paham bahwa soal yang ditanyakan berhubungan langsung dengan penskoran sehingga diperoleh penilaian yang objektif.

Penutup

Soal merupakan sarana atau alat untuk melakukan evaluasi hasil belajar sehingga dapat diberikan penilaian kepada peserta selama dan setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Untuk dapat dipakai sebagai sarana pengukuran atau evaluasi hasil belajar yang baik, maka soal atau pertanyaan harus dibuat mengikuti langkah-langkah serta kaidah penyusunan soal yang baik. Selain itu baik atas soal yang dibuat maupun terhadap si pembuat soal harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Daftar Pustaka

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Umum, 2013, Bahan Ajar Diklat Penyusunan Soal (BPPK)

Suluh Pendidikan, Tes Sebagai Aat Penilaian Hasil Belajar, http://suluhpendidikan.blogspot.com/2010/03/tes-sebagai-alat-penilaian-hasil.html, diakses 30 Mei 2013

Efi Dyah Indrawati, Pengantar Evaluasi Diklat, (http://efidrew.wordpress.com/2012/10/19/pengantar-evaluasi-diklat/), diakses 30 Mei 2013