bagaimana hitung cpr

11
BUKU SAKU CARA MENGHITUNG CAKUPAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (CONTRACEPTIVE PREVALENCE RATE = CPR) DI POSKESDES/POLINDES Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010

Upload: buluk-rengas

Post on 07-Dec-2015

860 views

Category:

Documents


113 download

DESCRIPTION

cpr

TRANSCRIPT

Page 1: Bagaimana Hitung CPR

BUKU SAKUCARA MENGHITUNG CAKUPAN

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (CONTRACEPTIVE PREVALENCE RATE =

CPR) DI POSKESDES/POLINDES

Kementerian Kesehatan RI

Tahun 2010

Page 2: Bagaimana Hitung CPR

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................

Sambutan.............................................................................................................

1

LANGKAH DUA 4

LANGKAH TIGA 6

LANGKAH EMPAT 8

PENUTUP 10

1

Page 3: Bagaimana Hitung CPR

1. APA ITU CPR ?

CPR adalah angka cakupan semua peserta KB yang masih aktif menggunakan metode kontrasepsi dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Jadi rumus angka cakupan KB yaitu:

Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jadi angka cakupan peserta KB adalah prosentase, bukan absolut. Contoh : cakupan peserta KB Indonesia berdasar SDKI 2007 adalah 61,4%.

Gambar 1.

Catatan:

2

X 100%

POPULASI

WUS

PUS berKB

PUS tdk KB

Jumlah seluruh penduduk

Jumlah wanita usia subur

Jumlh pasangan usia subur

Page 4: Bagaimana Hitung CPR

CPR tidak mungkin mencapai angka 100%. Kenapa ? Karena denominatornya PUS dan di dalamnya ada PUS yang tidak mungkin pakai metode KB yaitu PUS yang sedang hamil (sekitar 1,5 – 2,5%), PUS yang infertil (sekitar 4 - 10%), PUS yang unmet need (data SDKI 2007 : 6 – 20%).

2. MENGAPA CPR ?

Sejak desentralisasi pada tahun 2000an, setiap kabupaten/kota diminta untuk menunjukkan kinerjanya. Kinerja ini ada di semua bidang pembangunan. Kinerja pemda itu dijabarkan dalam Keputusan Mendagri berupa Standar Pelayanan Minimal (SPM). Di dalam SPM ini tercantum indikator-indikator yang menunjukkan kinerja setiap bidang pembangunan. Dalam bidang pembangunan kesehatan, di dalam SPM tercantum bermacam-macam indikator pelayanan kesehatan.

Pelayanan KB merupakan salah satu pelayanan kesehatan. Dan satu-satunya indikator pelayanan KB adalah CPR (contraceptive prevalence rate). Ini artinya CPR merupakan satu-satunya indikator yang menunjukkan hasil kinerja tenaga kesehatan dalam pelayanan KB. Jadi kalau suatu fasilitas kesehatan tidak dapat menunjukkan CPR maka dapat dianggap fasilitas kesehatan tersebut tidak memberikan pelayanan KB.

Gambar 2.

3

Page 5: Bagaimana Hitung CPR

CPR = indikator kinerja tenaga kesehatan dalam pelayanan KB

3. APA BEDA CAKUPAN PESERTA KB DENGAN CAKUPAN PELAYANAN KIA ?

Ada perbedaan mendasar antara cakupan peserta KB dengan cakupan pelayanan KIA lainnya seperti cakupan K1, K4, persalinan nakes ataupun kunjungan nifas dan neonatus. Cakupan K1 misalnya, akan dihitung mulai dari 0% dari tanggal 1 Januari tahun tertentu, meningkat terus menerus dan berakhir sampai tanggal 31 Desember pada tahun tersebut. Misal, cakupan K1 bulan Januari sudah mencapai 8%, kemudian bulan Februari menjadi 15% dan seterusnya meningkat dari bulan ke bulan. Sehingga pada bulan Desember bisa mencapai 95%. Tidak mungkin pencapaian bulan Maret misalnya, lebih kecil dari bulan Februari. Contoh, cakupan K1 bulan Februari 15% kemudian cakupan bulan Maret turun jadi 12%. Jelas ini tidak mungkin.

Berbeda dengan cakupan K1, cakupan peserta KB pada awal tahun tertentu tidak dimulai dari 0%. Tapi merupakan kelanjutan dari cakupan peserta KB tahun sebelumnya. Kecuali bila fasilitas kesehatan tersebut baru mulai melakukan pelayanan KB, maka cakupannya dimulai dari 0%. Ini berarti cakupan peserta KB merupakan proses kumulatif (ditambahkan terus menerus setiap bulannya).

Perbedaan lainnya adalah bahwa cakupan peserta KB pada bulan tertentu bisa jadi menurun pada bulan berikutnya. Mengapa ini bisa terjadi ? Hal ini dimungkinan apabila jumlah peserta KB

4

Page 6: Bagaimana Hitung CPR

baru pada bulan tersebut lebih sedikit dibanding jumlah peserta KB yang putus pemakaian (drop out) dan atau kegagalan KB.

Catatan : Salah satu ketidakakuratan tenaga kesehatan dalam menghitung jumlah peserta KB aktif adalah tidak pernah mengurangi dengan peserta KB yang putus pemakaian dan yang mengalami kegagalan KB.

Perbedaan ini pada dasarnya disebabkan karena sifat alami antara ibu hamil dan kondisi peserta KB. Masa ibu hamil dan nifas berlangsung kira-kira satu tahun, sedang masa peserta KB sangat panjang antara 30 sampai 35 tahun. Karena masa seorang wanita subur dimulai antara umur 15 tahun sampai 49 tahun.

Gambar 3.

4. DATA APA YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGHITUNG CPR ?

Sesuai dengan rumus di atas, maka ada 2 data yang diperlukan, yaitu :

1. Jumlah peserta KB aktif , dan

5

Page 7: Bagaimana Hitung CPR

2. Jumlah PUS dalam satu tahun.

Gambar 4.

5.APA ITU PESERTA KB AKTIF ?

Peserta KB aktif adalah semua peserta KB yang masih menggunakan metode kontrasepsi. Di kalangan

Apa artinya ? Ini berati bahwa tenaga kesehatan harus mengetahui semua PUS yang menggunakan metode kontrasepsi, baik yang baru maupun yang lama. Baik yang datang ke tempat pelayanan secara rutin maupun yang tidak.

Mengapa demikian ? Karena ada beberapa metode yang rutin pada periode pendek harus kembali namun ada juga beberapa metode yang cukup lama/panjang untuk kembali dipasang alatnya. Contoh, bila menggunakan metode suntik, maka peserta KB tersebut harus setiap 3 bulan disuntik. Sedangkan peserta yang menggunakan implan, baru akan kembali mengganti implan setiap 3 tahun, atau bahkan yang menggunakan IUD baru akan kembali setiap 10 tahun.

Jadi bisa dibayangkan, bahwa peserta KB dengan metode IUD yang dipasang pada bulan Mei 2005, akan tetap aktif sampai bulan Mei tahun 2015!. Dan setiap bulannya dia akan tetap terhitung, selama IUD nya tidak dicabut oleh tenaga kesehatan.

Bagaimana dengan peserta KB dengan menggunakan kondom atau pil ? Untuk kondom, biasanya tenaga kesehatan memberikan sejumlah kondom selama satu bulan. Demikian juga dengan pil KB. Jadi untuk kedua jenis metode ini, tenaga kesehatan harus mengetahui setiap bulan, mereka datang ke tempat pelayanan (Bila pil diberikan sebanyak 3 strip maka dapat kembali setiap 3 bulan)

6

Page 8: Bagaimana Hitung CPR

Bagaimana dengan peserta KB yang putus pemakaian (drop-out) ?

6. BAGAIMANA CARA MENGETAHUI JUMLAH PESERTA KB AKTIF ?

Untuk mengetahui jumlah peserta KB aktif, kita harus mulai dengan mencatat semua peserta KB dengan menggunakan kartu status peserta KB (K4).

didapat dari menghitung banyaknya peserta KB yang ada dan dicatat di kohort KB.

3. Jumlah PUS didapat melalui :

a. Proyeksi dari jumlah penduduk sebesar 17%, ataub. Proyeksi dari jumlah WUS sebesar 67%

Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah PUS di Desa Cisadane yang mempunyai penduduk sebanyak 3.000 penduduk, maka jumlah PUS:

Jumlah PUS = 17 X 3.000/ 100 = 510 pasang

Bila data penduduk tidak dan hanya ada data WUS maka jumlah PUS didapat dari proporsi WUS. Misal di Desa Cisadane jumlah WUS nya ada 700 orang, maka jumlah PUS:

Jumlah PUS = 67 X 700/ 100 = 469 pasang

Jumlah PUS ini sebaiknya dihitung pada awal tahun. Dan jumlah PUS ini seyogyanya tidak berubah selama satu tahun.

7

Page 9: Bagaimana Hitung CPR

4. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Agar hasil pelayanan KB pasca persalinan dapat menggambarkan kinerja seorang tenaga kesehatan maka semua kegiatan pelayanan KB pasca persalinan yang dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan harus dicatat dalam format yang ada dan kemudian dilaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat (sesuai dengan kondisi daerah).

1. Pencatatan

Peserta KB pasca persalinan secara otomatis adalah peserta KB baru. Oleh karena itu peserta KB pasca persalinan akan dicatat pada kartu status peserta KB. Dari kartu status inilah maka seorang peserta KB baru akan terdeteksi apakah dia masuk kategori KB pasca persalinan atau bukan. Kemudian dari kartu status KB tersebut, peserta KB baru akan dicatat kembali di register kohort KB agar dapat dipantau dan dinilai secara terus menerus sebagai peserta KB aktif.

2. Pelaporan

Sebagai hasil kinerja pelayanan KB pasca persalinan maka indikator yang paling penting untuk dilaporkan adalah cakupan pelayanan KB pasca persalinan. Definisi cakupan pelayanan KB pasca persalinan adalah cakupan ibu bersalin yang menggunakan metode KB yang dianjurkan dalam masa nifas (sampai 42 hari sesudah bersalin) di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu ( triwulan).

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Jumlah ibu bersalin yang menggunakan metode KB dalam 42 hari di suatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun

Jumlah sasaran peserta KB pasca persalinan di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

8

X 100

Page 10: Bagaimana Hitung CPR

Contoh : dari 85 sasaran peserta KB pasca persalinan di Desa Jambusari di Kabupaten Bandung, ternyata yang menggunakan metode KB pasca persalinan terhitung ada 60 ibu bersalin maka :

Cakupan KB pasca persalinan = 60/85 x 100% = 70,59%.

Jadi pencapaian cakupan KB pasca persalinan di Desa Jambusari adalah 70,59%.

Pelaporan dapat menggunakan : Format PWS KB TK.PUSKESMAS

9