baf

31
ASSALAMUALAIKUM

Upload: ilvan-vania

Post on 30-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan alam farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: Baf

ASSALAMUALAIKUM

Page 2: Baf

Apa itu obat tradisional ?

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan

tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman.

Page 3: Baf

PENGGOLONGAN SIMPLISIAMenurut Material Medika (MMI, 1995), simplisia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:1. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. 2.Simplisia hewani2. Simplisia hewani

adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.3.Simplisia pelikan (mineral)

Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia. Zat kimia berkhasiat (obat) tidak diperbolehkan digunakan dalam campuran obat tradisional karena obat tradisional diperjual belikan secara bebas. Dengan sendirinya apabila zat berkhasiat (obat) ini dicampurkan dengan ramuan obat tradisional dapat berakibat buruk bagi kesehatan (Dirjen POM, 1986).

Page 4: Baf

BENTUK SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka padat

tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Zat cair atau cairan biasanya ditimbang dalam botol yang digunakan sebagai wadah yang diberikan. Cara melarutkan zat cair ada dua cara

yakni zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang disebukkan. Pada pembuatan serbuk kasar, terutama serbuk nabati, digerus terlebih

dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih 500oC.

Page 5: Baf

PENGOBATAN MEDIK HERBAL

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam  bentuk serbuk seduhan, pil dan cairan yang  berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi  penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional dan belum dilakukan uji apapun, komposisi jamu diperoleh dari informasi turun-temurun nenek moyang kita yang membuktikan bahwa jamu tersebut berkhasiat menyembuhkan suatu penyakit.

Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak

Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi modern.

Page 6: Baf

CONTOH BIOTA LAUT YANG DAPAT DI GUNAKAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

HEWAN LAUT

KEONG LAUT

KERANG HIJAU

IKAN BUNTAL

KUDA LAUT

BULU BABI

TUNICATE

TERIPANG

Page 7: Baf

TANAMAN LAUT

Page 8: Baf

MANFAAT MAKROALGA

Sumber Utama Energi Makanan

Bahan Pembuatan Pupuk

Bahan Obat Dan Anti Biotik

Page 9: Baf

Penggolongan Molekul Obat dari Mikroorganisme Laut

Banyaknya jumlah molekul obat lebih baru dan poten yang berasal dari spectrum organism laut yang luas diseluruh dunia dapat digolongkan secara logis berdasarkan pada kerja farmakologis spesifiknya sebagai berikut :

Bahan sitotoksik/ antineoplastik

Obat aktif kardiovaskular

Toksin laut

Macam-macam zat yang aktif secara farmakologis

Bahan antiinflamasi dan antisplasmodik

Zat antibiotic

Obat antimikroba

Page 10: Baf

BAHAN SITOTOKSIK

1. SEMBRANSembranoid adalah diterpen siklik beranggota 14 yang diperoleh dari koral lunak yang sangat beragam. Banyak sembranoid telah diisolasi dan dikarakterisasi. Sebagian besar senyawa ini telah teramati mengandung suatu lakton eksosiklik sebagai bagian integralnya.

Page 11: Baf

Beberapa contoh khas sembra yang terbentuk secara alami adalah sinularin, krasin asetat, sitarabin (Ara-C), fludarabin, dan aplisistatin. Senyawa-senyawa

ini kini masing-masing akan dibahas pada bagian-bagian berikut ini :

•Sumber biologis. Sinularin dan turunan dihidronya diperoleh dari Sinularia flexibilis.•Kegunaan. Senyawa ini memiliki aktivitas antikankerSINULARIN

•Sumber biologis. Senyawa ini diperoleh dari gorgonian karibia, yaitu Pseudoplexaura porosa.

•Kegunaan. Krasin asetat teramati cukup inert pada system mamalia, tetapi sebaliknya ditemukan sangat sitotoksik pada manusia pengidap leukemia serta sel Hella invitro dan juga pada fibroblast mencit

KRASIN ASEAT

•Sitarabin adalah suatu senyawa sintetik yang semata-mata berdasarkan pada pengetahuan tentang gugus yang terbentuk secara alami yang ditemukan terdapat didalam ‘Spons Karibia’, misalnya spongosin dan spongouridin.

•KEGUNAAN. Senyawa ini diindikasikan pada leukemia dewasa maupun anak.SITARABIN

•Sumber biologis. Aplisistatin diperoleh dari Aplysia angasi (Terwelu Laut)•Kegunaan. Senyawa ini digunakan sebagai bahan antineoplastik.APLISTATIN

Page 12: Baf

OBAT AKTIF KARDIOVASKULAR

1.KARDIOTONIK• Senyawa kardiootonik yang menunjukan

respons positif dalam hal aktivitas intropok in vivo dan in vitro terhadap seluruh atau sebagian jantung tercakup dalam bagian ini. Secara umum, kardiotonik selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu :

1.Peptida laut2.Glikosida laut

Page 13: Baf

PEPTIDA LAUTSejumlah senyawa lain yang menunjukkan aktivitas kardiotonik yang termasuk dalam

kelompok ‘peptida laut' adalah laminin, oktopamin, saksitoksin, dan autonomium klorida.

LAMININ

•Sumber biologis. Laminin diperoleh dari ganggang laut Laminaria angustata.•Kegunaan•Senyawa ini menunjukkan efek hipertensif.•Senyawa ini menunjukkan aktivitas biologis yang berbeda.

OKTOPAMI

N

•Sumber biologis. Oktopamin ditemukan pada kelenjar saliva Octopus vulgaris, Octopus macropus, dan Eledone moschata.

•Kegunaan •Senyawa ini member respons adrenergic yang nyata•Pada system saraf invertebrata, oktopamin dapat berfungsi sebagai neurotransmitter.

SAKSIOKSI

N

•Kegunaan •Senyawa ini menunjukkan efek hipotensif.•Senyawa ini selalu digunakan sebagai salah satu alat dalam penelitian neurokimia.

AUTONIUM KLORIDA

•Sumber biologis. Senyawa ini ditemukan dalam Verongia fistularis.•Kegunaan :•Automium klorida juga menunjukkan kerja kolinergik.•Senyawa ini memunculkan efek α- dan β- adrenergic.

Page 14: Baf

GLIKOSIDA LAUT

• Kelompok senyawa ini adalah residu aglikonik yang diperoleh dari suku Holothuroidae dari filum Echinodermata dan terutama memiliki moietas steroid yang sangat mirip dengan aglikon pada glikosida digitalis.

HOLOTURIN

• Kelompok senyawa ini adalah glikosida laut yang diperoleh dari ikan bintang yang termasuk suku Asteroidae.

ASTROSAPONIN

Page 15: Baf

SENYAWA HIPOTENSIF•Senyawa ini menurunkan laju dan daya kontraksi jantung•Senyawa ini ditemukan untuk memunjulkan efek kerja lama yang lebih jelas dan menonjol.

•Senyawa ini bekerja sebagai suatu hipotensif, misalnya pada tingkat dosis ketika adenosine teramati sama sekali tidak aktif.

SPONGOSTIN

• Senyawa ini adalah nukleosida laut hipotensif paling poten yang dikenal hingga kini.

• Senyawa ini juga memunculkan efek hipotermik, yaitu menurunkan suhu normal tubuh.

DORIDOSIN

• Senyawa ini memiliki efek perintangan α-adrenergik.• Jika senyawa ini tidak mengalami metabolisme in situ yang

cepat pada spesies mamalia, senyawa ini terbukti dapat menyebabkan efek hipotensif.

AAPTAMIN• Polipeptida ini menunjukkan efek hipotensif yang

tampaknya berdasarkan pada kerja vasodilatasinya.• Meskipun demikian, penemuan kedua peptide

vasoaktif ini (Laderis dan McCannell) menunjukkan bahwa keduan senyawa itu kemungkinan dapat terbukti sebagai obat yang potensial secara klinis, tetapi hingga kini belum ada laporan mengenai bukti tentang efikasi klinisnya.

HIMENIN

Page 16: Baf

ZAT ANTIBIOTIK

•Senyawa ini adalah alat biokimia yang penting sebagai peningkat tumor dan kuar (probe) pada pengaturan sel.

•Senyawa ini dibutuhkan jauh lebih toksik terhadap sel-sel KB dan pada mencit dibandingkan dengan zat ionoforik laut baru, yaitu akantifolisin.

•Senyawa ini mampu memindahkan kation-kation bervalensi dua, misalnya Ca2+ melintasi membrane lipoid dengan mudah.

ASAM OKSADAT

• Sumber biologis. Akantifolisin diperoleh dari Pandaros acanthifolium (spons).

• Kegunaan. Kegunaannya hamper sama dengan kegunaan yang dicantumkan untuk asam okadat.

AKANTIFOLOSIN

• Sumber biologis. Norhalikondrin A dan beberapa halikondrin lain yang memiliki struktur yang sama telah diperoleh dari Halichondria okadai (spons).

• Kegunaan. Senyawa ini ditemukan mendorong aktivitas antitumorNORHARIKONDRIN A

Page 17: Baf

BAHAN ANTI RADANG DAN ANTISPASMODIK

No Zat Kimia Organism Laut Nama Umum Aktivitas Biologis1. Dendalon 3-

hidroksibutiratPhyllospongia dendyl Spons Antiradang

2. Flustramin A dan B Frustra foliaceae Lumut laut Swedia Antispasmodik3. Tetradoktosin Spheroides rubripes Ikan bulat Antispasmodik kuat4. Asam 6-n-tridesil

salisilatCaulocystis cephalomithos

Ganggang coklat Antiradang

5. Fleksibilida Sinularia flexibilis Koral lunak Antiradang6. Monalida Luffariella variabilis Spons Antiradang

(senyawa nonsteroid)

Page 18: Baf

MACAM – MAAM ZAT AKTIF FARMAKOLOGIS

1. LATRUNKULINKegunaan • Senyawa-senyawa ini digunakan secara ekslusif dalam

penetapan elusidasi mekanisme molecular proses-proses gerak.

• Pada konsentrasi nanomolar di dalam biakan neuroblastoma dan fibroblast mencit, LAT-A dan LAT-B dengan jelas menyebabkan gangguan pada pengaturan mikrofilamen tanda mempengaruhi mikrotubulus, yang sama dengan yang dilakukan oleh sitokalsin yang aktivitasnya lebih rendah.

• Berbeda dengan sitokalsin, LAT-A dan LAT-B tidak memberikan perubahan apapun dalam tingkat polimerisasi filament-filamen.

Page 19: Baf

2. ASAM KAINATKegunaan • Senyawa ini digunakan sebagai suatu konvulsan poten.• Senyawa ini selalu digunakan alat neurobiologist yang penting.• Senyawa ini banyak digunakan sebagai suatu antelmintik (untuk nematode).3. VIDARABIN• Sumber biologis. Senyawa ini diperoleh dengan cara membiakkan galur

Streptomyces antibioticus.• Kegunaan. Senyawa ini banyak digunakan sebagai bahan antivirus. 4. APLISINOPSIN• Kegunaan • Senyawa ini memiliki aktivitas sitotoksik terhadap lini sel leukemia KB.P 388 dan

L1210.• Senyawa ini telah ditemukan menunjukkan aktivitas antidepresi yang sangat mirip

dengan imipramina5. 28-Deoksizoantenamin• Sumber biologis. Senyawa ini diperoleh dari Zonathus sp. Dari teluk Benggala (India).• Kegunaan. Senyawa ini ditemukan memiliki aktivitas analgesic kuat serta aktivitas

antiradan6. Baretin • Sumber biologis. Senyawa ini diperoleh dari Geodia beretti (spons air dingin)• Kegunaan. Senyawa ini bekerja sebagai suatu stimulant otot polos.7. Nereistotoksin• Sumber biologis. Senyawa ini diperoleh dari Lumbriconeris heteropoda, suatu anelida

laut. • Kegunaan. Senyawa ini kebanyakan digunakan sebagai insektisida yang efektif

berkat efek perintang ganglion inherennya.

Page 20: Baf

8. KONOTOKSINSumber biologis. Banyak toksin yang diperoleh dan diisolasi dengan Conus geographus, khususnya dari bias toksik siput pemakan ikan.Kegunaan (m-konotoksin)• Sangat mirip dengan kerja yang ditunjukkan oleh toksin

guanidium, yaitu tetrodotoksin (TTX) dan saksitoksin (STX), toksin-toksin ini juga efektif untuk merintangi potensial aksi sel-sel otot rangka; meskipun demikian, berbeda dengan TTX, toksin-toksin ini tidak mampu mempengaruhi saluran-saluran pada saraf.

• Telah dibuktikan melalui percobaan bahwa konotoksin CIIIA biasanya terikat pada tempat yang sama pada saluran Na+, tempat STX dan TTX ditemukan terikat.

Page 21: Baf

REVIEW JURNALPENELUSURAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM MAKRO ALGA

SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI DAN ANTIJAMURArifudin 1), Rauf Patong2) dan Ahyar Ahmad2)

1 Lab. Kimia LPMP Sulawesi Selatan 2 Program Studi Kimia Fak. MIPAUniversitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Page 22: Baf

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara bahari dengan luas 75 % berupa lautan, memiliki kekayaan sumber daya hayati yang melimpah, antara lain berbagai jenis makroalga dan spongs. Beberapa jenis diantaranya dilaporkan memiliki senyawa bioaktif yang dapat digunakan dalam bidang farmasi.

Beberapa jenis hewan tertentu merupakan sumber vitamin, protein dan mineral, selain itu ada juga beberapa jenis hewan yang mensintesis dan menyimpan senyawa toksin, yang biasa disebut marintoksin pada bagian tubuhnya atau dikeluarkan ke lingkungan hidupnya

Page 23: Baf

BAHAN• Bahan yang digunakan adalah :

makroalga Turbinaria decurrens Bory, Sargassum echinocarpum J.G Agard dan Laurencia cartilaginea, biakan murni bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, biakan murni jamur Candida albicans dan Malassezia furfur, Amonium sulfat, Aquades, medium NA (Nutrien agar), medium Potato Dekstrose Agar (PDA), medium Mueller Hinton Agar (MHA), medium Sabouraud Dekstrose Agar (SDA), buffer A dingin (Tris(hydroksimetil)-aminometana 0,1 M, pH 8,3 yang mengandung NaCl 2 M, CaCl2 0,01 M, ß - merkaptoetanol 1%, Triton X- 100 0,5 %), buffer B (Tris(hydroksimetil)-aminometana 0,1 M, pH 8,3 yang mengandung NaCl 0,2 M, CaCl2 0,01 M,), buffer C (Tris(hydroksimetil)-aminometana 0,01 M, pH 8,3 yang mengandung NaCl 0,2 M, dan CaCl2 0,01 M), BSA (Bovine Serum Albumin), kloramfenikol, Ketoconazole, kapas, dan aluminium foil.

Page 24: Baf

PROSEDUR KERJA• Ekstraksi dan isolasi protein

bioaktif dari makro alga menggunakan prosedur dari metode sebelumnya (Schroder et al., 2003; Ely et al., 2004 yang dimodifikasi) sebagai berikut. Tiga spesies dari makro alga yang telah dikoleksi dipotong-potong kecil lalu ditimbang sebanyak 1000 g berat segar, dihomogenisasi dengan blender menggunakan pelarut buffer A (Tris-HCl 0,1 M pH 8,3, NaCl 2 M, CaCl2 0,01 M, ß- merkaptoetanol 1 %, Triton X- 100 0,5 %) disaring dengan corong buchner, kemudian filtrat yang di peroleh dibeku-cairkan 2 – 3 kali lalu disentrifugasi pada 12.000 rpm 4oC, selama 30 menit selanjutnya supernatannya disimpan dalam lemari es sebelum dilakukan uji antimikroba dan proses pemurnian selanjutnya.

Ekstraksi dan isolasi protein bioaktif makro

alga

Page 25: Baf

• Untuk menghitung konsentrasi protein bioaktif dalam buffer A (Tris-HCl 0,1 M pH 8,3, NaCl 2 M, CaCl2 0,01 M, ß - merkaptoetanol 1 %, Triton X-100 0,5 %) ditentukan berdasarkan metode Lowry (Colowick dan Kaplan, 1957) menggunakan bovine serum albumin (BSA) sebagai standar.

Penentuan konsentrasi

protein• Supernatan (ekstrak kasar) yang mengandung

protein dan memiliki aktivitas antimikroba difraksinasi dengan menggunakan amonium sulfat pada tingkat kejenuhan masing-masing : 0 – 20 %, 30 – 40 %, 40 – 60% dan 60 – 80 %. Endapan yang diperoleh setelah fraksinasi dari masing-masing tingkat kejenuhan amonium sulfat disuspensikan dalam sejumlah buffer B (Tris-HCl 0,1 M pH 8,3, NaCl 0,2 M, CaCl2 0,01 M), selanjutnya didialisis dalam larutan buffer C (Tris-HCl 0,01 M pH 8,3, NaCl 0,2 M, CaCl2 0,01 M) menggunakan kantong selofan (sigma) sampai larutan buffernya tidak berubah warna. Setiap fraksi protein sesudah dialisis diuji aktivitas antimikroba dan antikanker.

Fraksinasi dan dialisis

protein

Page 26: Baf

• Pengujian daya hambat protein bioaktif terhadap pertumbuhan bakteri (Staphylococcus aureus dan E. coli) dilakukan dengan metode difusi agar (Ely et al., 2004) menggunakan pencandang silinder besi. Pencandang besi diletakkan diatas seed layer pada medium MHA kemudian sampel dimasukkan kedalam pencandang sebanyak 250 L. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC lalu diamati dan diukur zona hambatanya dengan mistar geser. Pengujian dilakukan secara duplo dan diulang sebanyak 3 kali eksperimen untuk menghasilkan data yang representatif.

Pengujian aktivitas

antibakteri

• Pengujian daya hambat protein bioaktif terhadap pertumbuhan jamur (Candida albicans dan Malassezia furfur) dilakukan dengan metode difusi agar (Ely et al., 2004) menggunakan pencandang silinder besi. Pencandang besi diletakkan diatas seed layer pada medium SDA kemudian sampel dimasukkan kedalam pencandang sebanyak 250 L. Selanjutnya diinkubasi selama 2X24 jam pada suhu 37oC lalu diamati dan diukur zona hambatanya dengan mistar geser. Pengujian dilakukan secara duplo dan diulang sebanyak 3 kali eksperimen untuk menghasilkan data yang representatif.

Pengujian aktivitas

antijamur

Page 27: Baf

Bioaktivitas antibakteriGambar 1. Diagram zona hambatan antibakteri dari ekstrak kasar dan fraksi

protein makroalga Turbinaria decurens bory

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data tersebut menunjukkan bahwa zona hambatan terhadap bakteri Staphylococus aureus pada ekstrak kasar dan fraksi 40– 60% dari spesies Turbinaria

decurens bory lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol K(+), dengan zona hambatan terkuat ditemukan pada fraksi 40-60% sebesar 17,75 mm. Sedangkan

zona hambatan terhadap bakteri Escherichia coli yang tertinggi dan melampui zona hambatan terhadap K(+) yakni pada fraksi 40 – 60% sebesar 16,75 mm.

Page 28: Baf

Dari data tersebut memperlihatkan bahwa zona hambatan terhadap bakteri Staphylococus aureus pada ekstrak kasar, 20

– 40 %, 40 – 60 % dan 60 – 80% dari spesies Sargasum echinocarpum J.G Agardh lebih tinggi dibandingkan dengan K(+), dengan zona hambatan terkuat ditemukan pada fraksi

40 - 60 % sebesar 14,84 mm. Sedangkan zona hambatan terhadap bakteri Escherichia coli yang tertinggi dan melampui zona hambatan terhadap K(+) yakni pada ekstrak kasar, fraksi 40 – 60% dan 60 – 80%, dengan zona hambatan terkuat yaitu

pada ekstrak kasar sebesar 16,20mm.

Gambar 2. Diagram zona hambatan antibakteri dari ekstrak kasar danfraksi protein makroalga Sargasum echinocarpum J.G Agardh.

Page 29: Baf

Pada penelitian uji antibakteri di atas terlihat bahwa setiap fraksi protein pada berbagai tingkat kejenuhan amonium

sulfat pada semua sampel makroalga menunjukkan adanya bioaktivitas antibakteri. Hal ini, ditunjukkan dengan zona

bening di setiap media uji, membuktikan bahwa pada semua sampel makroalga yang digunakan mengandung senyawa protein yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri

patogen

Gambar 3. Diagram zona hambatan antibakteri dari ekstrak kasar danfraksi protein makroalga Laurencia cartilaginea Yamada

Page 30: Baf

Pada pengujian antibakteri, daya hambat terbesar diperlihatkan oleh ekstrak kasar spesies makroalga Laurencia cartilaginea Yamada terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli yaitu mencapai 24,82 mm hal ini menunjukkan bahwa pada spesies ini terdapat senyawa protein antimikroba yang sangat kuat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Gejala ekstrak kasar Lourensia cartilaginea yang memiliki daya hambat kuat terhadap bakteri Escherichia coli, hal ini mungkin disebabkan didalam ekstrak kasar Laurencia cartilaginea Yamada terkandung berbagai protein antimikroba yang secara bersama – sama berfungsi menghambat aktivitas bakteri Escherichia coli, dilain sisi setelah dilakukan fraksinasi kemampuan daya hambat cenderung menurun, bahkan pada fraksi protein Laurencia cartilaginea Yamada 20 – 40 % daya hambat menghilang sama sekali, dan pada fraksi 40 – 60 % kembali muncul dan mendadak naik melebihi fraksi 0 – 20 % tetapi kembali turun dibawah daya hambat fraksi 0 – 20 % pada fraksi 60 – 80 %. Daya hambat antibakteri Escherichia coli dari fraksi-fraksi protein Laurencia cartilaginea Yamada yang semakin menurun, ini dapat dijelaskan sebagai akibat telah efektifnya proses fraksinasi ekstrak kasarnya dengan tingkat kejenuhan ammonium sulfat yang berbeda yang mana dengan perbedaan tingkat kejenuhan ammonium sulfat itu menyebabkan terjadinya pemisahan fraksi – fraksi protein yang semula berada dalam ekstrak kasar,

Page 31: Baf

ADA PERTANYAAN ?