badan pekerja tetapkan perempuan sembilan anggota dewan pers 6 … · 1 etika| desember 2012 edisi...

12
1 Etika | Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja Tetapkan Badan Pekerja Tetapkan Badan Pekerja Tetapkan Badan Pekerja Tetapkan Badan Pekerja Tetapkan Sembilan Anggota Dewan Pers Sembilan Anggota Dewan Pers Sembilan Anggota Dewan Pers Sembilan Anggota Dewan Pers Sembilan Anggota Dewan Pers Periode 2013-2016 Periode 2013-2016 Periode 2013-2016 Periode 2013-2016 Periode 2013-2016 Angkat Berbagai Permasalahan Perempuan Magdalena Awuy Magdalena Awuy Magdalena Awuy Magdalena Awuy Magdalena Awuy VS VS VS VS VS Delapan Media Siber Delapan Media Siber Delapan Media Siber Delapan Media Siber Delapan Media Siber Buku Blur Diluncurkan 2 HAL Rizal Mallarangeng Adukan Tempo 4-5 HAL 10-12 HAL

Upload: truongdieu

Post on 15-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

1Etika| Desember 2012

Edisi Desember 2012

6-7HAL

ProblematikaWartawanIndonesia

7HAL

8HAL

Badan Pekerja TetapkanBadan Pekerja TetapkanBadan Pekerja TetapkanBadan Pekerja TetapkanBadan Pekerja Tetapkan

Sembilan Anggota Dewan PersSembilan Anggota Dewan PersSembilan Anggota Dewan PersSembilan Anggota Dewan PersSembilan Anggota Dewan Pers

Periode 2013-2016Periode 2013-2016Periode 2013-2016Periode 2013-2016Periode 2013-2016

Angkat BerbagaiPermasalahanPerempuan

Magdalena AwuyMagdalena AwuyMagdalena AwuyMagdalena AwuyMagdalena Awuy VS VS VS VS VS

Delapan Media SiberDelapan Media SiberDelapan Media SiberDelapan Media SiberDelapan Media Siber

Buku Blur Diluncurkan

2HAL

Rizal Mallarangeng Adukan Tempo

4-5HAL

10-12HAL

Page 2: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

2Etika | Desember 2012

Berita Utama

Rapat Badan Pekerja PemilihanAnggota (BPPA) DewanPers di Jakarta, Jumat

(21|12), menetapkan sembilan anggotaDewan Pers terpilih periode 2013-2016.

Sembilan anggota tersebut ImamWahyudi, Margiono, dan Nezar Patriayang mewakili unsur wartawan.Kemudian, I Made Ray KarunaWijaya, Jimmy Silalahi, dan M. RidloEisy dari Unsur Pimpinan PerusahaanPers. Sedangkan dari Unsur TokohMasyarakat yaitu Bagir Manan, NinokLeksono, dan Yosep Adi Prasetyo.

BPPA telah menyerahkan nama-nama tersebut kepada Dewan Pers.Selanjutnya, Dewan Pers akanmengirim surat kepada Presiden,sebagai Kepala Negara, untukmengeluarkan Keputusan Presidenyang menetapkannya sebagai anggotaDewan Pers periode 2013-2016.

RekomendasiSelain memilih anggota Dewan

Pers, BPPA menyampaikan enam

Badan Pekerja Tetapkan Sembilan Anggota Dewan PersPeriode 2013-2016

poin rekomendasi kepada DewanPers untuk pemilihan anggota DewanPers pada masa depan. Rekomendasidisusun atas masukan darimasyarakat selama proses pemilihanberlangsung.

Rekomendasi tersebut yaitu:1. Masing-masing organisasi

perusahan pers, organisasiwartawan mengusulkan mini-mal seorang perempuansebagai calon anggota DewanPers.

2. Mengusulkan penambahanjumlah anggota Dewan Persdengan mempertimbangkandinamika pers nasional.

3. Komposisi anggota Dewan Persterpilih wajib mengakomodirketerwakilan perempuan.

4. Masing-masing organisasiperusahan pers, organisasiwartawan perlu memperhatikankeberagaman di masyarakat.

5. Mengusulkan adanya DewanPenasehat, Badan Kehormatan

dan kelompok kerja untukmendukung kegiatan DewanPers.

6. Badan Pekerja Dewan Persperlu lebih melibatkan unsurorganisasi pers dan perusahaanpers.

BPPA Dewan Pers dibentukberdasarkan Surat Keputusan DewanPers yang terdiri atas Priyambodo RH(Wakil PWI), Agung Dharmajaya(Wakil ATVLI), Dandhy Dwi Laksono(Wakil AJI), Haris Jauhari (Wakil IJTI),K. Candi Sinaga (Wakil PRSSNI),Sukriansyah S. Latief (Wakil SPS), danUni Z. Lubis (Wakil ATVSI).

Selain itu, ABG Satria Naradha(Anggota Dewan Pers periode 2010-2013 Wakil Unsur PimpinanPerusahaan Pers), BambangHarymurti (Anggota Dewan Persperiode 2010-2013 Wakil UnsurWartawan), dan Wina Armada Sukardi(Anggota Dewan Pers periode 2010-2013 Wakil Unsur TokohMasyarakat).***

Ninok LeksonoBagir Manan Margiono M. Ridlo Eisy

Nezar Patria Jimmy Silalahi Ray Wijaya Y. Adi Prasetyo Imam Wahyudi

Page 3: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

3Etika| Desember 2012

Berita Utama

Badan Pekerja PemilihanAnggota Dewan Pers(BPPA) mendorong agar

Dewan Pers periode 2013–2016membuat aturan tetap mengenaiketerwakilan perempuan dalamkepengurusan. Hal tersebut diperlukanseiring dengan meningkatnya jumlahjurnalis perempuan dan tuntutan untukmemberikan perlindungan yangmemadai terhadap perempuan saatmenjalankan profesinya sebagaiwartawan.

“BPPA mendorong dikepengurusan Dewan Pers berikutnyaharus mulai dipikirkan mengenaiketerwakilan perempuan,” kata KetuaKomisi Pelatihan, Pendidikan, danPengembangan Profesi WartawanDewan Pers, Uni Lubis, dalam DiskusiMemperkuat Peran JurnalisPerempuan dalam Meliput Isu Pentingbagi Publik, di Gedung Dewan Pers,Jakarta, Kamis (20|12).

Keterwakilan Perempuan Perlu Diakomodasi

Menurut Uni, hal tersebutpenting mengingat jumlah jurnalisperempuan mengalami peningkatansignifikan. Dengan begitu, tuntutanuntuk memberikan perlindungan yangmaksimal terhadap jurnalis perempuanjuga semakin tinggi.

Untuk diketahui, dalam bursapemilihan anggota Dewan Persperiode 2013–2016, terdapat 38 namayang masuk dari kalangan jurnalis,pengusaha media, dan tokohmasyarakat. Namun, hanya satu namaperempuan yang muncul. “Kemudian,calon dari perempuan tersebut puntidak lolos ke 18 besar. Jadi periodeini sebenarnya kemunduran dari sisikesetaraan gender karena tidak adaketerwakilan perempuan di sana,”ungkap Uni.

Ia menyayangkan, sejumlahorganisasi profesi kewartawanan jugatidak mendaftarkan nama-namaperempuan dalam pendaftaran

anggota Dewan Pers. “Hanya satu, itudari PWI, sayang sekali organisasi lainbelum mengajukan nama-nama pe-rempuan untuk dicalonkan,” papar dia.

Sementara itu, Ketua BPPA,Priyambodo, menduga adanyaketerbatasan informasi mengenaipemahaman Dewan Pers di kalanganjurnalistik itu sendiri. “Jangan-jangan,sedikitnya perempuan yang mendaftarkarena Dewan Pers kurang dipahamimasyarakat,” jelas Priyambodo.

Padahal, Priyambodo sangatberharap adanya wakil perempuanyang masuk dalam bursa pemilihan.Meski secara statistik, populasi jumlahjurnalis perempuan memang tidaksebanyak jurnalis pria. “Tapi, dalam halini memang bukan soal jumlah, namunperan, dan keberanian perempuanuntuk maju, idealnya memang dikepengurusan ada keterwakilanperempuan,” tegas Priambodo.

Siti Muktiah Mashud, dariGerakan Pemberdayaan SwaraPerempuan, berharap ke depansemakin banyak lagi jumlah jurnalisperempuan di Indonesia yang dapatmenguasai bidang-bidang peliputanyang penting bagi publik. “Semakinbanyak jumlahnya, semakin bisaberbuat banyak juga untukkepentingan perempuan, mengingatkasus-kasus kekerasan terhadapperempuan, lalu kasus hukum TenagaKerja Wanita yang terjadi di LuarNegeri butuh kepedulian danpengawalan, perempuan dapatmengupayakan kemajuan kaumnyasendiri.”(sumber: Koran Jakarta, Rabu, 26 |12|2012)

“Jumlah jurnalis perempuanmengalami peningkatan

signifikan. Dengan begitu,tuntutan untuk memberikanperlindungan yang maksimalterhadap jurnalis perempuan

juga semakin tinggi.”

-Uni Lubis-

Page 4: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

4Etika | Desember 2012

Sorotan

Problematika Problematika Problematika Problematika Problematika Wartawan IndonesiaWartawan IndonesiaWartawan IndonesiaWartawan IndonesiaWartawan IndonesiaBagian 2 dari 3 Tulisan

2.2. Problematik pers sebagaiindustriPers Indonesia—seperti pers

dunia pada umumnya—tidak lagisekedar kegiatan profesi, tetapiberkembang menjadi usaha ekonomi(industri). Pekerjaan pers bukan lagisekedar aktivitas idealistik. Sebagaiaktivitas ekonomi, motif mencari labaharus diterima sebagai kenyataanyang tidak mungkin dielakkan. Hal inisangat mempengaruhi politik pem-beritaan atau siaran, hubungan kerjadengan wartawan, dan pergeserankewajiban-kewajiban etik pers.Sebagai “pekerja”, wartawan tidakbegitu berdaya. Harus senantiasatunduk pada politik pemberitaan dankehendak pemilik. Pemilik bukan sajadisatukan oleh motif ekonomi tetapijuga peran politik yang dijalankan.Kenyataan ini semestinya mem-bangkitkan pertanyaan: “Benarkahwartawan kita merdeka atau bebas”.Atau makna kemerdekaan pers dankebebasan wartawan hanya berlakukeluar, tetapi ke dalam jauh daripanggang dari api—quo vadis?

2.3. Problematik ketaatan padakode etik persKode etik (code of ethics)

dikenal juga dengan sebutan code ofconduct, professional code ataucode of morality. Kode etik adalahaturan tingkah laku yang wajibdijunjung tinggi setiap profesi. Kitamengenal kode etik kedokteran, kodeetik hakim, kode etik advokat, dan lain-lain. Sebagai aturan tingkah laku, bukanhukum (law) tetapi ketentuan (rule)yang berisi kewajiban-kewajiban yangbersifat moral yang wajib dijunjungtinggi di kalangan profesional. Dalamperkataan lain kode etik adalah

kumpulan kewajiban. Karena itu,dalam profesi selalu diketengahkantanggung jawab (responsibility atauaccountability). Di bidang politik ataupemerintahan, aturan-aturan ini disebutconstitutional morality yang berbedadengan the law of the constitution(lihat, Dicey). Ada dua ciri utama kodeetik. Pertama; sebagai aturan moral(bukan aturan hukum). Kedua; se-bagai kumpulan kewajiban-kewajibanmoral yang harus dihormati dandijunjung tinggi dalam setiap profesi.Perlu juga dicatat, beberapa asas danketentuan kode diangkat menjadikaidah hukum (cq. UU No. 40 Tahun1999). Hal semacam ini tidak asing.

Penelitian (survey) terakhirDewan Pers menunjukkan pening-katan pengenalan wartawan terhadapkode etik pers. Tetapi dari berbagaipengaduan ke Dewan Pers, masihhampir selalu dijumpai pelanggaranatau kelalaian menaati bagian-bagiantertentu kode etik pers. Mengapa?

Pertama; telah dikemukakan,sumber utama wartawan sangatterbuka. Sebagian besar wartawanbaru mengenal kode etik setelahmenjadi wartawan. Kode etik sesuatuyang asing.

Kedua; tidak cukup dorongandari asosiasi komunitas pers meng-kedepankan pendidikan dan pelatihankode etik. Pendidikan dan pelatihan

terutama di bidang pengetahuan danketrampilan jurnalistik. Kurang di-sadari, kode etik pers adalah bagianintegral sebagai avant garde jurnalis-tik (jurnalisme). Sekarang ada peru-bahan yang luar biasa. Pendidikan danpelatihan kode etik pers menjadikomponen utama pendidikan danpelatihan pers.

Ketiga; sejak masa kolonial,bahkan hingga sekarang, aturan ting-kah laku pers lebih didekati sebagaibagian dari tingkah laku hukum. Dimasa kolonial dan pemerintahan RIyang otoritarian, mengkedepankanhukum sebagai ukuran tingkah lakupers merupakan bagian dari upayakendali atau kontrol terhadap pers.Karena itu tidak heran, apabilaberbagai ketentuan dalam KUHPidberlaku juga untuk pers seperti Pasal310 dst. Bahkan di masa kolonialdikenal sebutan haatzaaiartikelen(pasal-pasal penyebaran kebencian/permusuhan), persdelict (pidana pers).Secara hukum positif (positief rechtelijk)ketentuan tersebut masih berlalu,walaupun telah tumbuh kesadaranyang sangat baik di kalangan penegakhukum tidak lagi menerapkan keten-tuan-ketentuan tersebut terhadap pers.Tetapi kesadaran saja tidak cukup.Ancaman delik tertentu (sepertipenghinaan, pencemaran nama baik,fitnah) bersumber dari laporan pihak

Bagir MananKetua Dewan Pers

Page 5: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

5Etika| Desember 2012

Sorotan

Bersambung di edisi Etika mendatang

“Pada suasana yang wajar, menjadi wartawansemata-mata karena minat dan dorongan bergiat

dalam kebebasan. Pada suasana tidak normal—sepertiyang terjadi sekarang di Indonesia—menjadi

wartawan menjadi pilihan lapangan kerja yangterbuka dan relatif mudah didapat”.

yang dirugikan. Penegak hukum sulitmengalihkan atau tidak melakukanpemeriksaan. Selain itu, masih adapenegak hukum yang belum sepenuh-nya menyadi betapa esensialkemerdekaan pers dalam demokrasi.

Keempat; ketaatan terhadapkode etik pers belum benar-benarmentradisi pada semua wartawan ataupers. Bahkan saya mempunyai kesan,tingkat kecerobohan atau kelalaianterhadap kode etik lebih rapuh dikalangan wartawan muda dibanding-kan dengan wartawan generasi masalalu. Bagi generasi masa lalu, mentaatikode etik merupakan suatu sikap luhurdan kemulyaan (dignity). Kalaupunada kecemasan yang paling men-dalam—pada saat ini—adalah makinmemudarnya sikap luhur dan ke-mulyaan pada hampir semua kehi-dupan bersama. Korupsi, penyalah-gunaan kekuasaan atau bentuk-bentukmempersulit rakyat kecil, tidak lepasdari memudarnya kemulyaan yangmenjelma dalam bentuk-bentuk men-jaga kehormatan integritas. Setiapjabatan atau fungsi semata-matadianggap sebagai peluang bukantanggung jawab apalagi pengorbanan.

Kelima; pengaruh perkemba-ngan pers sebagai industri (usahaekonomi). Motif mencari keuntunganacap kali menekan wartawan tundukpada kemauan pemilik perusahaanpers yang tidak sejalan dengan tuntutankode etik bahkan fungsi pers padaumumnya. Termasuk pula kecenderu-ngan politik pemilik perusahaan persdapat sangat mempengaruhi ketaatanwartawan terhadap kode etik.

Keenam; sikap masyarakat.Dapat dipahami, anggota ma-

syarakat yang merasa dirugikan olehpemberitaan, siaran atau informasipers membawa wartawan atau perskehadapan hukum. Di manapun,wartawan, pers tidak tabu dibawa dihadapan hukum (pengadilan). Tetapi

masyarakat juga harus menerimakehadiran pers sebagai pranata sosialbukan sekedar unsur entertainment.Pers adalah kebutuhan publik. Persadalah bagian dari publik. Masyarakatmemiliki kewajiban untuk mendewasa-kan dan tidak membuka peluang persatau wartawan menyalahgunakan ke-sempatan karena publik sendiri mela-kukan kesalahan. Dalam beberapaperistiwa dijumpai kesalahan-kesala-han masyarakat yang dieksploitasi war-tawan atau pers yang beritikad buruk.

Sekedar petunjuk, di bawah inidicatat beberapa kode etik yangmengikat wartawan:(1) Wartawan dilarang keras meminta

suatu imbalan (bayaran) pada saatmenjalankan pekerjaan kewarta-wanan (tugas jurnalistik).

(2) Wartawan dilarang keras me-ngancam, menakut-nakuti sumber,seperti akan memuat berita burukkalau tidak membayar. Perbuatansemacam ini adalah pemerasan.Kalau dapat dibuktikan, adalahperbuatan yang dapat dipidana.

(3) Wartawan dilarang keras membuatatau memuat berita fiktif atauberita bohong. Setiap berita harusbenar (berisi kebenaran) danfaktual yang dapat dibuktikan.

(4) Wartawan dilarang keras me-ngajukan pertanyaan-pertanyaanyang mengiring agar sumberberita memberi keterangan yangtidak benar yang dikehendakiwartawan. Wartawan juga di-larang mengajukan pertanyaanyang menjebak, sehingga sumber

memberi keterangan yang tidaklayak secara hukum atau moral,atau adat istiadat setempat.

(5) Wartawan wajib melindungisumber berita yang perlu di-rahasiakan, termasuk dihadapanpenegak hukum. Polisi (penyidik)tidak berhak memaksa wartawanmengungkapkan sumber berita.Di Amerika Serikat, MahkamahAgung dengan suara 5:4 (menun-jukkan putusan itu tidak begitukuat), memutuskan, merahasia-kan sumber berita bukan halesensial bagi kemerdekaan pers(freedom of the press). Amande-men Pertama (menjamin kemer-dekaan pers) tidak dimaksudkanuntuk membenarkan kesepakatanwartawan terhadap tingkah lakukriminal sumber berita. Kemer-dekaan pers tidak sama (tidakdapat diartikan) sebagai kekebalanpers (Branzburg V Hayes, 1972).

(7) Sebelum suatu berita dimuat ataudisiarkan, wajib terlebih dahuluada verifikasi atau ada upaya yangsungguh-sungguh melakukanverifikasi dari pihak yang akandiberitakan atau disiarkan, ataupihak-pihak lain yang bersang-kutan atau berkepentingan yangakan memperkuat fakta ataukebenaran bahan berita. Hal iniuntuk mencegah berita yang tidakberimbang atau menghakimi danmenjamin fairness dalampemberitaan, untuk menjagaindependensi pers.

Page 6: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

6Etika | Desember 2012

Kegiatan

M enteri PemberdayaanPerempuan danPerlindungan Anak Linda

Amelia Sari Agum Gumelar me-ngatakan jurnalis perempuan ber-tanggung jawab mengangkat ber-bagai permasalahan kaum perem-puan melalui pemberitaan yangakurat dan baik. “Perempuan yangbekerja di bidang jurnalis mempu-nyai tanggung jawab untuk menulis-kan berita dengan tepat dan akuratmengangkat berbagai permasalahanperempuan,” kata Linda setelahmenghadiri Sarasehan JurnalisPerempuan di Hall Dewan PersJakarta, Kamis (20|12).

Menurutnya, jurnalis perempu-an harus memperjuangkan isu-isu,seperti pelecehan seksual, kekera-san, trafficking, kesetaraan gender,dan lain-lain, sehingga bisa diketahuimasyarakat luas. “Hal tersebutharus diperjuangkan karena merekalebih peka untuk mengangkatnyalewat media,” kata Linda.

Linda juga mengatakan perlin-dungan terhadap wartawan perem-puan harus ditingkatkan karena be-berapa kekerasan kadang dialami

selama menjalankan tugas jurnalistik.“Perlindungan terhadap jurnalisperempuan harus ditingkatkankarena memang ada kodrat bagimereka seperti keterbatasan dalamberbagai hal,” ujarnya.

Di sisi lain, peran perempuanharus ditingkatkan di dalam memain-kan peranan sebagai penentukebijakan di tempatnya bekerjasehingga di dalam hasil keputusantersebut memperhatikan hak-hakwanita.”Salah satu cara bisa denganaffirmative action yang diberikanpada kelompok yang masih tertinggaldan minoritas, sehingga adakesetaraan gender di berbagaisektor seperti kesehatan, ekonomi,sosial, dan politik,” katanya.

Dengan adanya kesetaraanantara perempuan dan laki-lakidalam mewujudkan pembangunanMillennium Development Goals(MDGs) yang lebih baik lagi, makaindeks pembangunan manusia dipe-ngaruhi indeks pembangunan gender.Pemerintah, lanjut Linda, hendaknyamembuat rencana pembangunanjangka pendek dan jangka panjangnasional sehingga pada 2014 kese-

taraan antara laki-laki dan perem-puan bisa terjadi. Ia juga menilaipemahaman kesetaraan gender dimasyarakat masih minim, karena ituperlu dilakukan sosialisasi menyelu-ruh tentang pemahaman gender.

Namun demikian, lanjutnya,pemahaman gender itu tidak harusdiberikan kepada kaum wanita saja,tetapi seluruh masyarakat Indonesia,termasuk kaum pria.

Ia mengatakan, salah satucontoh kasus yang dijumpai saatdirinya melakukan sosialisasi gender,sebagian besar peserta didominasikaum wanita.

“Di sini kita melihat bahwamasih banyak orang yang menilaigender itu berhubungan denganperempuan, padahal pengertiansebenarnya gender tidak hanyamengedepankan perempuan tapikesamaan hak antara wanita danpria. Jadi, kaum laki-laki juga harusmemahaminya,” kata Linda.

Perhatikan di DPRDalam pada itu, Ketua Dewan

Pers mengatakan, jurnalis perempuanharus memperhatikan isu kesetaraan

Angkat Berbagai Permasalahan PerempuanMenteri Linda Agum:

Page 7: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

7Etika| Desember 2012

Kegiatan

gender di dalam parlemen maupunpartai politik (parpol).

“Secara hukum memang diten-tukan bahwa 30 persen anggota DPRitu wanita, tapi faktanya sampaisekarang belum tercapai,” ujarnyadalam sambutan “Sarasehan JurnalisPerempuan” di Hall Dewan PersJakarta, Kamis (20|12).

Menurut dia, hal itu terjadikarena di dalam partai politik posisiperempuan hanya dicari sekedarnyasaja atau belum menjadi prioritas.Namun demikian, mantan KetuaMahkamah Agung itu menilai, hinggasaat ini ada suatu kemajuan signifikanketerwakilan perempuan di parlemenmaupun di parpol.

Ia mengatakan, jurnalisperempuan harus memberikanpengetahuan tentang bagaimanacara memilih di dalam pemilihankepala daerah (pilkada) maupunpemilihan umum (pemilu), karena

dengan dibekalipengetahuan yang cukupperempuan akan memilihpemimpin secara baik danbenar.

“Jumlah pemilihwanita lebih banyak darilaki-laki, misalnya pada2014 akan ada pemilu.Kalau melihat jumlah itusemestinya anggota DPRperempuan lebih banyakdari laki-laki,” ujarnya.Selain itu, menurut dia,“Ibu-ibu kita sebaiknyamemilih denganpengetahuan yang cukupuntuk mencoblossehingga harus menjadiconcern bagi jurnalisperempuan untukm e n g g a r a p n y a ” .( M e t r o t v n e w s . c o m /ANTARA News)

Didampingi pengacaranyaHarry Ponto dan IfdhalKasim serta rekan-rekannya

dari Freedom Institute, RizalMallarangeng mengadukan majalahTempo ke Dewan Pers, Selasa(18|12|2012). Pengaduan itu terkaitpemuatan gambar dirinya di sampulmajalah berita mingguan itu, pada edisi17-23 Desember 2012.

Adik Andi Alfian Mallarangengini keberatan atas gambar sampul

tersebut karena ia merasa tidak terlibatdengan kasus yang dimuat dalamberita majalah tersebut. Rizal, sebagaipengadu, berkeberatan karena peng-gambaran itu, menurut dia, sangatberlebihan dan melukai rasa keadilanpengadu.

Kepada pers di Kantor DewanPers, Rizal mengakui bahwa AndiMallarangeng, kakaknya, menjaditersangka dan adiknya, CoelMallarangeng, menjadi saksi kasus

Hambalang. Sebagai keluarga diaharus memberikan dukungan kepadasaudara-saudaranya. Ia menjadi jurubicara keluarga. Dan itu merupakanhal yang wajar. Pengadilanlah yangberhak menentukan siapa yang ber-salah dalam kasus tersebut. TidakKPK. Tidak juga Tempo.

Ketua Komisi Pengaduan Masya-rakat dan Penegakan Etika Pers, DewanPers, Agus Sudibyo menyatakan, sesuaidengan mekanisme pengaduan, DewanPers akan mengklarifikasi terlebih dulukepada teradu sekaligus mempertemu-kan pengadu dan teradu. Klarifikasi yangdijadwalkan pada Jumat (21|12|2012) diGedung Dewan, terpaksa ditundasampai awal Januari 2013 karenapengadu berhalangan hadir. ***

Rizal Mallarangeng Adukan Tempo

Kuasa hukum RizalMallarangeng, Hary Ponto,

sedang menunjukkangambar sampul majalah

Tempo yang diadukan keDewan Pers(18|12|2012).

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, LindaAgum Gumelar, bersama Anggota Dewan Pers, Uni Lubis, sedangmemberikan penjelasan kepada para peserta acara SarasehanJurnalis Perempuan yang digelar di Hall Dewan Pers (20|12|2012).

Page 8: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

8Etika | Desember 2012

Kegiatan

Magdalena Awuy, seorangflight attendant sebuahperusahaan penerbangan,

melalui pengacaranya dari kantorRudyatho & Partners mengadukan 8media online yakni www.kapanlagi.com,iskaruji.com, warnanews.com,komhukam.com, kabartop.com,okepop.com, solopos.com dandetik.com.

Kuasa hukum pengadu menilaimedia-media tersebut membuat beritatanpa konfirmasi terhadap kliennyapadahal menyebut-nyebut adahubungan khusus antara kliennyadengan penyanyi Ariel “Noah”. Kuasahukum juga menilai media-mediatersebut telah melanggar asas pradugatak bersalah. Berita dimaksudditerbitkan antara tanggal 12-13 No-

Magdalena Awuy VS

Delapan Media Siber

PENGURUS DEWAN PERS PERIODE 2010-2013: Ketua: Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., M.C.L Wakil Ketua: Ir. Bambang Harymurti, M.P.A Anggota: Agus Sudibyo, S.I.P., Drs. Anak Bagus Gde Satria Naradha,

Drs. Bekti Nugroho, Drs. Margiono, Ir. H. Muhammad Ridlo ‘Eisy, M.B.A., Wina Armada Sukardi, S.H., M.B.A., M.M., Ir. Zulfiani Lubis

Sekretaris (Kepala Sekretariat): Lumongga Sihombing

REDAKSI ETIKA: Penanggung Jawab: Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., M.C.L. Redaksi: Herutjahjo, Winahyo, Chelsia, Samsuri (Etika online), Lumongga

Sihombing, Ismanto, Wawan Agus Prasetyo, Reza Andreas (foto), Agape Siregar.

Surat dan Tanggapan Dikirim ke Alamat Redaksi: Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110. Tel. (021) 3521488, 3504877, 3504874 - 75, Fax. (021) 3452030 E-mail: [email protected] Twitter: @dewanpers Website: www.dewanpers.or.id / www.presscouncil.or.id

(ETIKA dalam format pdf dapat diunduh dari website Dewan Pers: www.dewanpers.or.id)

vember 2012. Media-media siber —satu diantaranya blog — umumnyamengutip berita awal dariwww.kapanlagi.com

Menindaklanjuti pengaduantersebut, Dewan Pers telah memintaklarifikasi kepada pengadu dan teradutanggal 13 Desember 2012 diJakarta. Dari 8 media yang diadukan3 media tidak hadir. Dalam klarifikasiitu, umumnya media-media itu dinilaioleh Dewan Pers menurunkan beritatanpa uji informasi, tidak konfirmasi,sehingga tidak akurat. Hal inimelanggar Pasal 1 dan 3 Kode EtikJurnalistik (KEJ) sehingga DewanPers merekomendasikan agar teradumemuat Hak Jawab dari MagdalenaAwuy melalui penjelasan dari kuasahukumnya.

Pengadu dan teradu bisa mene-rima pernilaian Dewan Pers itu.Khusus terhadap www.kapanlagi.commasih memerlukan pertemuanlanjutan untuk mencapai titik temuantara Dewan Pers, pengadu danteradu. Berikut ditampilkan salah satuhasil penyelesaian pengaduan KEJtersebut. (lihat halaman selanjutnya)

Page 9: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

9Etika| Desember 2012

Risalah Kesepakatan

Dewan Pers menerima pengaduan dari Magdalena Awuy melalui pengacara dari Kantor Rudyantho& Parnters, tanggal 25 November 2012, atas berita www.detik.com berjudul: “Digosipkan KencaniPramugari Bersuami, Ini Kata Ariel”, “Ayah Ariel Berharap Kabar Pacaran dengan PramugariBersuami Bohong”, “Ariel Berang Digosipkan Kencani Pramugari Bersuami”, dan “DikabarkanKencani Pramugari Bersuami, Ariel Anggap Cobaan”(edisi 13 November 2012).

Terkait pengaduan ini, Dewan Pers telah meminta klarifikasi kepada pengadu dan teradu tanggal 13Desember 2012 di Jakarta. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan klarifikasi tersebut, Dewan Pers menilai:berita www.detik.com tanpa uji informasi, tidak konfirmasi, sehingga tidak akurat. Hal ini melanggar Pasal1 dan 3 Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

Pengadu dan teradu menerima penilaian Dewan Pers tersebut.

Dewan Pers merekomendasikan agar www.detik.com memuat Hak Jawab dari Magadalena Awuymelalui penjelasan dari kuasa hukum pengadu.

Demikian Hasil Penyelesaian Pengaduan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Jakarta, 13 Desember 2012

Pengadu Teradu

Hasil Penyelesaian Pengaduan Kode Etik Jurnalistikatas

Pengaduan Magdalena Awuy terhadap Berita www.detik.com

Agus SudibyoKetua Komisi Pengaduan Masyarakat

dan Penegakan Etika Pers

Dewan Pers

RudyanthoKuasa Hukum Magdalena Awuy

Is MujiarsoRedaktur Pelaksana www.detikhot.com

Page 10: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

10Etika | Desember 2012

Bedah Buku

Bertempat di Kantor DewanPers, Kebon Sirih, Jakarta,pada Kamis (27|12) Dewan

Pers bekerja sama dengan YayasanPantau meluncurkan buku berjudul:Blur — Bagaimana MengetahuiKebenaran di Era BanjirInformasi — karya Bill Kovachdan Tom Rosenstiel. Buku iniberjudul asli Blur: How to KnowWhat’s True In The Era of Informa-tion Overload.

Dipandu anggota Dewan PersUni Lubis, dalam diskusi bedah bukuBlur dan peluncuran buku-bukuterbitan Dewan Pers itu tampil sebagaipembicara utama Andreas Harsonodari Yayasan Pantau. Turut berbicaraPemimpin Redaksi Femina, Petty SFatimah. Sementara Ketua DewanPers Bagir Manan memberikansambutannya. Hadir dalam diskusi itutidak hanya kalangan wartawan, tetapijuga praktisi di bidang hubunganmasyarakat.

Andreas yang adalah murid BillKovach ketika belajar di UniversitasHarvard 1999-2000, dalam paparan-nya mengatakan antara lain Bill lKovach dan Tom Rosenstiel adalah

Buku Blur Diluncurkan

dua wartawan, dua sahabat, yangsudah menulis tiga buku bersama.Pada 1999, mereka menulis WarpSpeed: America in the Age of MixedMedia dimana mereka memakaikasus Monica Lewinsky guna mene-rangkan bagaimana kecepatan pem-beritaan menekan waktu untuk verifi-kasi informasi, “…sources are gain-ing more leverage and argument isoverwhelming reporting”

Pada Desember 2001, merekamenerbitkan buku The Elements ofJournalism: What NewspeopleShould Know and the Public ShouldExpect. Mereka memperkenalkansembilan elemen jurnalisme. Ia jadibuku populer, sudah diterjemahkandalam lebih dari 40 bahasa.

Pada April 2007, mereka mener-bitkan revisi buku tersebut. Ia bukanrevisi biasa. Mereka menambahkansatu elemen kepada sembilan elemenjurnalisme. Elemen ke-10 soal “Hakdan Tanggungjawab Warga.” Iadimunculkan karena internet mengu-bah dunia jurnalisme. Kovach danRosenstiel menulis sekarang setiaporang bisa jadi penerbit lewat blog,setiap orang bisa siaran dengan You

Tube atau Vimeo, setiap orang bisa jadikomentator dengan Facebook atauTwitter.

Pada Agustus 2011, mereka me-nerbitkan buku ketiga: Blur: How toKnow What’s True in the Age ofInformation Overload. Buku iniadalah pengembangan dari elemen ke-10. Mereka menulis bahwa teknologiinternet mengubah cara penyampaianinformasi dan format pemberitaan.Secara revolusioner internet mengubahdunia informasi. Dampaknya, banyakinformasi ngawur beredar di internet.Internet praktis menghancurkanperanan ruang redaksi sebagai gatekeeper informasi. Wartawan kini takmemiliki peranan buat menentukanapa yang perlu diberitakan, apa yangtak perlu. Namun teknologi internet takmengubah makna tentang keperluaninformasi yang bermutu agar masya-rakat bisa mengambil keputusan sub-stansial buat mengatur kehidupanmereka.

Kovach dan Rosenstiel melihatsejumlah fungsi yang diminta oleh parakonsumen berita dari dunia jurnalismeyakni:

Authenticator – Konsumenperlu wartawan buat memeriksakeautentikan suatu informasi, manafakta benar, mana yang dapat diandal-kan. Masyarakat tak melihat wartawanhanya sebagai penyedia informasi.Mereka memerlukan wartawan untukmenerangkan bukti dan dasar untukmemahami mengapa suatu informasibisa dipercaya. Peran authenticatormemerlukan keahlian yang lebihcanggih dari suatu ruang redaksi.

Sense Maker – Jurnalismejuga cocok untuk memainkan peran

Dari kiri-kanan: Bagir Manan (ketua Dewan Pers), Uni Lubis (anggota Dewan Pers), Andreas Harsono(Yayasan Pantau) dalam acara Bedah Buku Blur dan Peluncuran buku-buku Dewan Pers.Ruang rapat Dewan Pers, 27|12|2012.

Page 11: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

11Etika| Desember 2012

sebagai sense maker, menerangkansesuatu masuk akal atau tidak. Peranini jadi penting karena sekarang banyakinformasi lewat internet yang tidakmasuk akal sehat. Kebingungan danketidakpastian lebih sering muncul. BillKeller dari New York Times memakaiistilah “tsunami informasi.” Pasokaninformasi mbludak, masyarakatmenjadi kesulitan untuk menyaringmana yang masuk akal, mana propa-ganda, mana tipu-tipu dst.

Investigator – Wartawan harusterus berfungsi sebagai investigatorguna mengawasi kekuasaan sertamembongkar kejahatan dalampelaksanaan pemerintahan. Jurnalismeyang membongkar apa yang tersem-bunyi, atau dirahasiakan, sangatpenting untuk merawat demokrasi. Iaadalah fundamental bagi jurnalismebaru maupun lama.

Witness Bearer –Ada kejadi-an-kejadian tertentu dalam setiapmasyarakat yang harus diamati,dipantau dan diteliti. Wartawan tetapharus berada di tempat-tempat terten-tu, termasuk kantor-kantor pemerin-tahan, dimana mereka menjadi saksikejadian penting. Jika sumber dayamereka kurang, maka pers harus me-nemukan cara untuk minta bantuancitizen reporter. Disini ada potensimenciptakan kemitraan dengan warga.Disini juga terletak kewajiban masyara-kat untuk memberdayakan jurnalisme.

Empowerer – Ini fungsi salingpemberdayaan: wartawan dan warga.Wartawan memberdayakan wargadengan berbagi pengalaman danpengetahuan dalam newsgathering.Warga memberdayakan wartawandengan pengalaman dan keahlianmereka. Fungsi ini harus dimulaidengan mengakui bahwa masyarakatadalah mitra dalam jurnalisme. Ia akanmenghasilkan dialog terus-menerusantara wartawan dan warga.

Smart Aggregator – Masyara-

kat memerlukan aggregator cerdasyang rajin menelusuri web sertamenawarkan informasi bermutukepada masyarakat. Wacana organi-sasi berita sebagai “taman tertutup,”yang hanya menawarkan karyamereka sendiri, sudah berakhir.Wartawan cerdas harus berbagisumber yang bisa diandalkan, laporan-laporan yang mencerahkan, sertamengarahkan khalayak mereka kesumber-sumber terpercaya.

Forum Organizer – Sebuahorganisasi berita, baru atau lama, jugadapat berfungsi sebagai “alun-alun”dimana warga bisa memantau suaradari semua pihak, bukan hanya suarakelompok atau ideologi mereka sendiri.Jika wartawan membayangkan bahwatujuan mereka adalah memberiinspirasi kepada masyarakat, makaforum organizer adalah fungsi yangmasuk akal dan tepat buat mendorong

masyarakat mengambil keputusanyang bermutu buat perbaikanpemerintahan mereka. Masyarakatmemerlukan informasi bermutu,liputan dari lapangan — bukan faktasemu — serta alun-alun dimanamereka bisa mendapatkannya.

Role Model – Media baru,terutama warisan nama-nama medialama yang terkenal, jika bisa bertahanhidup, pasti akan berfungsi sebagaipanutan (role model) bagi warga yangingin jadi citizen reporter. Wargaakan menengok ke wartawan untukmelihat bagaimana wartawan bekerja,meniru apa yang mereka lihat dan mengubah apa yang mereka tidaksuka. Kini banyak organisasi beritamembuat kelas-kelas jurnalisme untukwarga dan mendidik warga dalamnewsgathering. Kovach danRosenstiel memuji pendekatan ininamun wartawan harus mengerti

Pemimpin RedaksiMajalah Femina, Petty

S Fatimah ketikamemberikan tanggapan

atas buku Blur dalamacara diskusi

peluncuran buku-bukuterbitan Dewan Pers

di Ruang RapatDewan Pers.

Kamis, 27|12|2012.

Bedah Buku

Peserta diskusi menyimakpemaparan Andreas Harsono.

Page 12: Badan Pekerja Tetapkan Perempuan Sembilan Anggota Dewan Pers 6 … · 1 Etika| Desember 2012 Edisi Desember 2012 6-7 HAL Problematika Wartawan Indonesia 7 HAL 8 HAL Badan Pekerja

12Etika | Desember 2012

bahwa perilaku mereka sekarangmasuk ranah publik, bukan hanyalaporan-laporan mereka. Mereka jugaperlu jadi role model.

Tingkatkan kompetensiKetua Dewan Pers, Bagir

Manan, mengawali sambutannyadengan mengajukan pertanyaan,apakah kode etik sanggup penuhituntutan perubahan jenis media baru?Kalau tidak maka KEJ harusdiperbarui agar KEJ tetap jadipengontrol fungsi jurnalistik. Jika KEJtidak bisa mengontrol, maka negaraakan mengatakan “kami tidak akanmembiarkan kondisi ini, kami akanmengatur kembali apa yang kamianggap sebagai ketidaktertiban itu”.

Karena itu – seperti ditulis padapengantar buku Blur – Bagir Mananmenegaskan wartawan perlu terusmeningkatkan kompetensi, baik secara

teknis sesuai perkembangan teknologimaupun secara kreatif dalammenyajikan informasi yang relevansbagi audiens. Perubahan dunia media,peran baru wartawan dan organisasimedia, justru mengukuhkan perlunyamemelihara disiplin dasar jurnalisme,terutama disiplin verifikasi dalammenyajikan kebenaran. Blur menun-jukkan bahwa disiplin dasar itu kini takhanya menjadi ketrampilan wartawan.Publik pun perlu memiliki ketrampilansama guna memilih informasi. Publikyang kian terampil dan kritis menuntutwartawan lebih professional dan kom-peten. “Inilah esensi Blur,” tulisnya.

Sementara itu, Petty S Fatimahmenyatakan sekarang para pengelolamedia sudah lebih cooling down,lebih tahu harus berbuat sesuatudengan popularitas media sosial. Me-dia sosial adalah kanal yang menarikdan menentukan, sesuatu yang agak

sulit dilakukan oleh media tradisional.Menurut Kovach, kehadiran mediasosial harus disikapi sebagai saranaampuh dimana media kita jadi relevandi masa sekarang.

Endi Bayuni dari harian TheJakarta Post mengatakan, orangpers tidak lagi punya monopoliinformasi, istilah gate keeper tidaklagi relevan. Menurutnya, terkesancitizen journalism lebih bagus darimedia tradisional. Pers cenderungmengabaikan cek-ricek, cover bothside cenderung ditinggalkan karenasiaran berita yang lebih didahulukan.“Cek dan ricek diabaikan, yangpenting tulis saja dulu. Respon daripihak lainnya mungkin akan datangdalam 1-2 jam kemudian,” ujarnya.

Diskusi itu ditutup denganpembagian buku Blur dan buku-bukulainnya yang diterbitkan Dewan Perskepada setiap peserta diskusi. ***

Bedah Buku

Dewan Pers Indonesia berdialog tentang digitalisasi penyiaran bersamaSupinya Klangnarong, Commissioner Thai National Broadcasting andTelecommunications Commission, Bangkok 13|12|2012.

Delegasi Dewan Pers mengunjungi ruang redaksi Group TheNation, Bangkok 13|12|2012.

Courtesy Call Dewan Pers Indonesia tentang rencana pertemuan Dewan PersASEAN kepada Minister Varathep Ratanakorn, Minister Attached to The PrimeMinister's Office of Royal Thai Government, Bangkok 13|12|2012.

Penandatanganan MoU antara Dewan Pers Indonesia dan Dewan PersThailand dalam rangka mendukung pembentukan ASEAN Press

Council di Bangkok, 13|12|2012.

Foto KegiatanDewan Persdi Thailand