bab_i-ii

32

Upload: givenchy-es

Post on 08-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Status Gizi PKM Kedokan Bunder

TRANSCRIPT

Penanganan Gizi Buruk

[Type the company name]Laporan Triwulan 2015Penanganan Gizi BurukPuskesmas Kedokan Bunder*dr. Givenchy Eunike Semen

PENDAHULUAN

Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah ataupun antar kelompok masyarakat, bahkan akar masalahnya dapat berbeda antar kelompok usia balita.Angka kematian bayi dan anak (balita) di negara-negara berkembang khususnya Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya adalah karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Kondisi gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika. Sebelum krisis menerpa 8,5 juta anak (37% dari 23 juta anak) Indonesia diketahui kurang berat badannya dan menderita kekurangan mikronutrien seperti zat besi (Fe), seng (Zn) dan Vitamin A. Jumlah kematian anak pertahun akibat kekurangan gizi itu mencapai 147 ribu jiwa dan separuh lebih di antaranya adalah balita. Balita hidup mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10%.Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa persentase anak balita gizi buruk di Indonesia sebesar 5,4%. Walaupun angka ini menurun dibandingkan hasil Susenas tahun 2005 (8,8%), tetapi menunjukkan bahwa anak balita gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama; jika di suatu daerah ditemukan gizi buruk > 1% maka termasuk masalah berat. Indonesia mengantongi sekitar 4.420 kasus gizi buruk yang merenggut 476 nyawa. South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) pada tahun 2012 menyebutkan masalah gizi buruk menjadi masalah utama Indonesia. Di Kabupaten Indramayu, hingga November 2012, tercatat ada sekitar 1.000 balita justru berada pada kondisi status gizi kurang.Keadaan gizi kurang, terutama gizi buruk menurunkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit, terutama infeksi. Juga akan mangganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia.Salah satu cara paling mudah untuk mengetahui keadaan gizi anak adalah berat badan dibandingkan dengan umurnya (BB/U), kemudian dibandingkan dengan standar baku; gizi buruk bila Z_Score < - 3 SD. Pada anak gizi kurang tanda khas belum kelihatan kecuali relatif lebih kurus. Pada gizi buruk tanda klinis sudah jelas; dikenal tiga macam gizi buruk, yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-kwashiorkor.Dalam upaya mengatasi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita, Kementerian kesehatan telah menetapkan kebijakan yang komprehensif, meliputi pencegahan, promosi/edukasi dan penanggulangan balita gizi buruk. Upaya pencegahan dilaksanakan melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu dan dibantu puskesmas. Penanggulangan balita gizi buruk dilakukan dengan pemberian makanan tambahan (PMT). Untuk meningkatkan kualitas pelayanan gizi dalam penanganan anak gizi buruk dilakukan melalui tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan primer, yaitu puskesmas dan posyandu.

PENANGANAN GIZI BURUKDI PUSKESMAS KEDOKAN BUNDER

Gizi BurukGizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan energi dan protein menahun pada balita. Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) atau Protein Energy Malnutrition (PEM) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang banyak mengenai anak-anak di bawah lima tahun (balita).Penyakit ini banyak diselidiki di Afrika karena di negara tersebut ditemukan anak dengan rambut merah. Nama lokal yang diberikan yaitu kwashiorkor yang berarti penyakit rambut merah. Di tempat tersebut masyarakat menganggap kwashiorkor sebagai kondisi yang biasa terdapat pada anak kecil yang sudah mendapat adik lagi, karena perhatian orang tua telah beralih ke adik baru.KEP menyebabkan berbagai macam keadaan patologis pada derajat yang sangat ringan sampai berat. Pada keadaan yang sangat ringan tidak ditemukan kelainan biokimiawi maupun gejala klinisnya, hanya terdapat pertumbuhan yang kurang. Pada keadaan yang berat ditemukan 3 tipe yaitu kwashiorkor, marasmus, dan kwashiorkor-marasmik, masing-masing dengan gejala yang khas. Pada semua derajat maupun tipe KEP ini terdapat gangguan pertumbuhan di samping gejala-gejala klinis maupun biokimiawi yang khas bagi tipe penyakitnya.Gejala klinis untuk KEP pada tingkat kwashiorkor adalah anak terlihat gemuk, ditemukan edema pada beberapa bagian tubuh yang diiringi asites, anak apatis, adanya atrofi otot sehingga anak tampak lemah dan berbaring terus-menerus, rambut mudah dicabut dan mengalami pembesaran hati. Gejala klinis pada KEP tingkat marasmus yaitu wajah anak tampak seperti wajah orang tua, anak terlihat sangat kurus, kulit biasanya mengering, dingin dan mengendor serta turgor kulit mengurang. Penderita marasmus lebih sering menderita diare atau konstipasi. Pada kwashiorkor marasmik kondisi penderita memperlihatkan gejala campuran yaitu adanya edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan kelainan biokimiawi.Untuk menentukan status gizi balita, maka diperlukan klasifikasi menurut derajat beratnya KEP. Klasifikasi yang dibuat oleh Dep.Kes.RI (disahkan dengan SK Menkes RI No. 920/Menkes/SK/VIII/2002) tentang baku rujukan penilaian status gizi anak perempuan dan anak laki-laki usia 0-59 bulan menurut Berat Badan dan Umur (BB/U), adalah seperti terlihat pada Tabel 2.1:

Tabel Klasifikasi Status Gizi (BB/U) Menurut Dep.Kes.RI (2002)

Status Gizi Berat Badan Menurut Umur (BB/U)*) Gizi Lebih Z-Score : >+2 SDGizi Baik Z-Score : -2 SD s/d +2 SD Gizi Kurang Z-Score :