ba.bab 2 sambungan

40
Sambungan BA B 2 SAMBUNGAN 2.1 Sambungan keling, rivet Umumnya mesin terdiri dari beberapa bagian yang disambung menjadi sebuah mesin yang utuh. Sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal dan pesawat terbang. Ada 2 kategori pada pembebanan sambungan keling, yaitu : Beban Sentris Beban Eksentris Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin 14 Sambunga n Tetap / mati Tidak Tetap / dapat di lepas (buka) Keling (rivet) Las (weld) Baut (nut) Pasak (spie)

Upload: anon-729621

Post on 07-Jun-2015

8.389 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

BAB 2SAMBUNGAN

2.1 Sambungan keling, rivet

Umumnya mesin terdiri dari beberapa bagian yang disambung menjadi sebuah

mesin yang utuh. Sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan,

ketel, tangki, kapal dan pesawat terbang.

Ada 2 kategori pada pembebanan sambungan keling, yaitu :

Beban Sentris

Beban Eksentris

1. Beban Sentris, centrist load

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

14

Sambungan

Tetap / mati Tidak Tetap / dapat di lepas (buka)

Keling (rivet)

Las (weld)

Baut (nut)

Pasak (spie)

Page 2: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

D B

P P

C A

Gambar. 2.1 Beban sentries

Gambar diatas, dua buah plat disambung dengan satu deret paku keling. Biasanya

dalam perhitungan diasumsikan bahwa seluruh paku keling akan mendapat tegangan

yang sama, ya atau tidak …..?

Yang sebenarnya terjadi, plat dibagian B dan C akan mengalami perpanjangan yang

besar, karena memikul hampir seluruh beban P. Plat dibagian A dan D mengalami

perpanjangan yang kecil karena beban yang dipikul relatif kecil.

Karena mengalami perubahan panjang yang tidak sama : paku keling yang terletak

diujung akan mendapat beban yang paling besar, paku keling berikutnya lebih kecil.

2.1.1 Pemasangan paku keling

Tidak terlalu berdekatan dan berjauhan jaraknya.

d

min. 3 d

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

15

Page 3: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

Jika jarak antar paku terlalu besar dapat terjadi buckling. Jarak maksimum biasanya

adalah 16 x tebal plat.

Jarak dan pusat paku keling dengan sisi plat tidak boleh terlalu kecil, sebab dapat

terjadi kegagalan.

2.1.2 Tegangan pada paku keling

Kegagalan yang dapat terjadi pada sambungan keling diantaranya :

Geseran pada Tegangan tarik Tekanan pada plat

paku keling pada plat

Karena sambungan keling banyak dipakai pada ketel dan tangki, maka perlu diketahui

tegangan yang terjadi pada silinder berdinding tipis yang mendapat tekanan dalam,

Analisa tegangan pada silinder berdiding tipis :

Asumsi yang digunakan adalah bahwa distribusi tegangan sepanjang tebal dinding adalah

sama dan merata.

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

16

Page 4: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

Dari gambar (a).kesetimbangan gaya horizontal :

tegangan

2

dalam arah longitudinal (aksial) : lihat gambar (c) :

gaya yang bekerja pada tutup silinder

gaya aksial

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

17

Page 5: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

t

P

t t

(a) (b)

a

t

P r

a

( c )

Gambar. 2.2 Tegangan pada silinder berdinding tipis.

contoh :

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

18

Page 6: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

Diketahui diameter paku keling = 31 mm

C C

B B

A A

Buatl perhitungan gaya yang menyebabkan terjadinya kegagalan yang mungkin terjadi.

Hitung besarn efisiensi sambungan jika sambungan ini digunakan pada tangki silindris

berdiameter 1500 mm, dan tentukan besar tekanan dalam yang diizinkan.

Kekuatan bahan ; ( baja pelat )

Tarik : = 380 N/mm

Tekan : = 650 N/mm

Kekuatan paku : ……… Geser : = 300 N/mm

Factor keamanan yang digunakan = 5

Penyelesaian :

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

19

Tebal 13 mm (plat penyambung)

Plat tebal 19 mm

210 mm 210 mm 210 mm 210 mm

Page 7: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

(a). Tegangan tarik pada pelat di penampang A – A :

F = ( 210 – 31 mm) x 19 mm

F = 258476 N

(b). Geseran pada paku, terdapat 9 penampang yaitu 4 di B – B, 4 di C – C dan 1 di A

– A. Luas penampang yang mengalami tegangan geser :

A = = 754,77 mm

F = x 9 x 754,77

F = 407574,80 N

(c). Tekanan paku terhadap plat, di B – B dan C – C kegagalan terjadi pada plat

Utama, di A – A terjadi pada plat penyambung. Luas permukaan yang

mengalami tekanan adalah :

A = 4 x 31 mm x 19 + 31mm x 13 mm = 2759 mm

B-B dan C-C A – A

F = x 2759 = 358670 N

(d). Tegangan tarik di B – B dan geseran di A – A :

Luas penampang yang mengalami tegangan tarik ,

A = (210 mm – 2 x 31 mm) x 19 mm

A = 2812 mm

F = (2812) + (754,77)

F = 258998,2 N

(e). Tegangan tarik di B – B dan tekanan di A – A :

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

20

Page 8: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

F = (2812) + (31 mm x 13 mm)

F = 266102 N

(f). Tekanan di B – B dan C – C dengan geseran di A – A :

F = (4 x 31 mm x 19 mm) + (754,77)

F = 351566,2 N

(g). Tegangan tarik pada plat yang tidak berlubang :

F = (210 mm x 19 mm)

F = 303240 N

(h). Efisiensi sambungan F = = 85,24 %

( I ). F = r

P =

2. Beban Eksentris, Eccentrics Load

Bila beban yang bekerja pada sistem paku keling adalah eksentris maka harus

diperhitungkan pula pengaruh teori atau momen yang terjadi. Misalkan suatu sambungan

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

21

Page 9: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

keling mendapat momen Pe. Titik O adalah titik berat dari sekelompok paku keling

tersebut.

e

e

P P

Menentukan titik berat (kesetimbangan) :

y

G

x

Maka lokasi G (titik berat) adalah ; ………….. ……………… ….(Shigley Jilid 1 Hal. 407)

A1.X1 + A2.X2 + A3.X3 + A4.X4 + A5.X5

X = =

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

22

Gaya Resultan (R)

Gaya akibat beban P

P/N F1 P/N R1 F2 P/N P/N

R3 P/N o P?N R3 F3 F3

P/N F1 P/N R1 F2 P/N P/N

R3 P/N o P?N R3 F3 F3

Gaya akibat momen Pe

F1

F2

A3

A5

A4

A2

A1

x

y

A = luas penampang paku keling. luas penampang paku keling A1, A2, ….tidak perlu sama.

Page 10: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

A1 + A2 + A3 + A4 + A5

A1.y1 + A2.y2 + A3.y3 + A4.y4 + A5.y5

y = =

A1 + A2 + A3 + A4 + A5

Hubungan antara momen Pe dengan gaya-gaya F1, F2, ………

M = Pe = (F1.r1) + (F1.r1) + (F2.r2) + (F2.r2) + (F3.r3) + (F3.r3) + ………

Besarnya gaya yang dialami oleh tiap paku keling tergantung pada jaraknya terhadap c.g.

: paku yang terletak paling jauh dari c.g mengalami beban yang terbesar sebaliknya paku

yang terdekat dengan c.g mengalami beban yang paling kecil, oleh karena itu :

= =

dari kedua persamaan tersebut diatas, maka :

M.r nF =

r 1 + r 1 + r 2 +r 2 + r 3 + r 3 + r 4 + r 4 …

Contoh (1) :

250 Diketahui : diameter paku = 16 mm

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

23

C B 60 O 60 D A

Page 11: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

10 15

P =16 KN

200

75 75 50 300

penyelesaian :

Titik berat O dari sistem paku keling dapat ditentukan berdasarkan simetris :

Fc”

C FC B

FC’ rC rB FB’ FB”

FB

M O

FD” rD V rA

FD D A

FD’ FA” FA’

FA

V = 16 KN

M = 16 x (425) = 6800 N.m

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

24

Ukuran dalam mm. Tentukan :a. gaya resultan tiap paku keling.b. Tegangan geser maksimum pada paku keling.c. Tekanan maksimum yang disebabkan oleh paku.d. Tegangan lentur kritis pada batang akibat momen.

Page 12: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

rA = rB = rC = rD = r = + (75) = 96 mm

Gaya geser pada paku karena adanya gaya lintang :

FA” = FB” = FC” = FD” = F = = = 4 KN

Gaya geser pada paku akibat Momen :

FA” = FB” = FC” = FD” = F = = = = 17,7 KN

(a). Gaya-gaya resultan :

FA = FB = 21 KN

FC = FD = 13,8 KN

(b). Paku A dan B memikul gaya yang paling besar :

=

=

= 104 MN / m

( c). Oleh karena kanal lebih tipis dari pada plat Utama, maka tekanan yang terbesar

adalah terhadap kanal, luas permukaan yang mendapatkan tekanan :

A = td = (10). (16) = 160 mm

= = = 131 MN / m

(d). Tegangan lentur kritis pada batang terjadi pada penampang yang sejajar dengan sumbu y

dan melalui paku A dan B. Pada penampang tersebut, momen lentur yang terjadi :

M = 16 (300 + 50) = 5600 N.m

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

25

Page 13: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

Momen inersia pada penampang ini :

I = I batang - 2 ( I batang + (r ) A )

= - 2 ( )

= 8,26 x 10 mm

r =60

200

16

15

maka : = = (10 )

= 67,8 MN / m

2.2. Sambungan baut ( Bolt ) dan ulir pengangkat (Screw).

Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau diikat untuk

menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak dan paku keling banyak

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

26

Page 14: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

dipakai untuk maksud ini. Tapi ada pula penyambungan dengan cara pengelasan, pres dan

sebagainya.

2.2.1 Terminologi baut

Ket : 1. Sudut ulir

2. Puncak ulir luar

3. Jarak bagi

4. Diameter inti dari ulir luar

5. Diameter luar dari ulir luar

6. Diameter dalam dari ulir dalam

7. Diameter luar dari ulir dalam

Gambar. 2.3 Terminologi baut.

Geometri ulir (standart Inggris) yang umum dipakai.

Ulir Standar ( American National atau Unified ) dan ulir ISO (International Standard

Organization ) mempunyai sudut ulir 60.

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

27

Page 15: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

P/8

Pitch (P) 60 rata /bulat

d dm dr

keterangan : d = diameter utama

dm = diameter puncak

dr = diameter minor

P = jarak puncak ulir

Ulir Persegi biasanya dipakai pada dongkrak dan mesin frais.

P/2 P

P/2

d dr

Berdasarkan hasil pengujian tarik terhadap batang berulir, didapatkan bahwa : suatu

batang tanpa ulir yang berdiameter d, ( dimana d = ) mempunyai kekuatan tarik

yang sama dengan batang berulir dengan dimensi d, dm dan dr. Luas penampang batang

tanpa ulir berdiameter d tersebut disebut At.

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

28

Page 16: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

Ulir Unified - 18 UNF ulir halus

ulir per in

diameter utama = in

Ulir Metrik (ISO) : M 12 x 1,75 picth = 1,75 mm

diameter Utama = 12 mm

metrik

Tabel. 2.1 Luas bidang - bidang tegangan.

Garis tengah baut (d) M 6 M 8 M10 M12 M16 M20 M24 M30

Luas bidang tegangan A (mm) 20,1 36,6 58 84,2 157 245 352 561

2.2.2 Ulir pengangkat, power screw

Ulir pengangkat dipakai pada permesinan untuk mengubah gerakkan angular

menjadi gerakkan linier, contohnya pada mesin bubut dan dongkrak mobil. Gambar

skematis dari pemakaian ulir pengangkat seperti dibawah ini :

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

29

Page 17: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

dimensi ulir pengangkat :

F

P

mur

F / 2 F / 2

Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segi tiga digulung pada

sebuah silinder, pada gambar 2.4. Dalam pemakaian, ulir selalu bekerja dalam pasangan

antara ulir luar dan ulir dalam. Ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil

penampang berbentuk segi tiga sama kaki. Jarak antara satu puncak dengan puncak

berikutnya dari profil ulir disebut jarak bagi.

d

d 2

Gambar. 2.4 Bentuk dasar sebuah ulir.

Ulir tersebut mendapat gaya tekan F. Diperlukan hubungan untuk torsi yang

dibutuhkan untuk menaikan atau menurunkan beban. Misalkan kita ambil satu ulir yang

dipanjangkan untuk satu putaran.

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

30

P

Page 18: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

. N F F

. N

dm dm

Mengangkat beban Menurunkan beban

Gaya gesek, N : bekerja berlawanan arah dengan arah gerakan.

Untuk menaikan Beban :

FH = P - N sin - N cos = 0

Fv = F + N sin - N cos = 0

Untuk menurunkan beban :

FH = - P - N sin + N cos = 0

Fv = F - N sin - N cos = 0

dengan mengeliminasikan N, maka :

Untuk menaikan beban :

P =

Untuk menurunkan beban :

P =

Penyebut dan pembilang dibagi oleh cos dan dengan menggunakan hubungan tan =

maka :

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

31

Page 19: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

P =

P =

Dengan menggunakan hubungan T = P ( ), maka :

T = ( ………….……………(1)

T = torsi yang dibutuhkan untuk mengatasi gesekan dan mengangkat beban .

Untuk menurunkan beban :

T = ……………………..…(2)

(Torsi ini dibutuhkan untuk mengatasi sebagian dari gesekan pada waktu menurunkan

beban). Dapat terjadi bahwa, beban besar atau gesekan kecil, sehingga beban akan turun

dengan sendirinya dan menyebabkan ulir berputar dengan sendirinya, dalam hal ini T

0. Jika T 0 pada persamaan (2) maka ulirnya di sebut “ self-locking “.

Untuk “ self-locking “ :

dm

tan

untuk ulir pengangkat ini dikenal istilah “efisiensi “ jika = 0 To = ... (pers.1)

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

32

Page 20: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

(torsi hanya untuk menaikan beban)

Efisiensi : e =

Untuk menaikan Beban :

T =

contoh (2) :

Pada sebuah batang Cantilever : (Secara Matematis)

Diketahui : P = 10 ton = 10.000 kg

a = 18 cm

b = 30 cm Baut 1,2,3 dan 4 = M12 x 1,75

Ditanya : (a). r (resultan)

(b). Momen (M)

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

33

Page 21: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

P

a

a b

(a). Agar batang P tidak melengkung / bengkok ke bawah, maka diberi gaya momen.

M = Gaya x jarak M = P x L

M = P ( b + ½.a )

Mencari titik momen / titik berat dari sekelompok baut (cancroids) :

Free body diagram.

y 1 2

G

y 3 4

O x x

x =

y =

catatan :

x i dan y i adalah jarak dari masing-masing titik pusat baut.

mencari harga x dan y pada jarak yang telah ditentukan :

x 1 = 0 cm y 1 = 18 cm

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

34

1 2

3 4

1 2

3 4

Page 22: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

x 2 = 18 cm y 2 = 18 cm

x 3 = 18 cm y 3 = 0 cm

x 4 = 0 cm y 4 = 0 cm

luas penampang masing-masing baut ( A ) :

A1 = A2 = A3 = A4 =

=

= 113,04 cm

Jadi harga : x = 9 cm

y = 9 cm y

1 2

r1 r2

18 G

y= 9 r3 r4 x

x =9

18

mencari luas segi tiga dengan menggunakan Dalil Phytagoras : A =

jadi : x = 9 atau (18 – x)

y = 9 y =9 r1 r3 y =9

r4 x = 9 atau (18 – x) x = 9 r3 = r4

r1 = r2 = r3 = r4 =

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

35

Page 23: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

=

= 12,72 cm

(b). Momen (M) : M = P ( 9 + b ) 1 ton = 1000 kg

M = 10.000 kg ( 9 cm + 30 cm ) 10 ton = 10.000 kg

M = 39.000 kg.cm

Latihan dan contoh soal :

1.

10 mm P = 2500 lb

15 mm

15 8 8 mm 80 mm

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

36

2 1 3

Page 24: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

Baut yang digunakan : baut 1 = M12 dan baut 2 & 3 = M15, dengan diberi pembebanan

P sebesar 2500 pound (lb). Tentukanlah Resultan masing-masing baut dan Momen yang

terjadi. ( jawab : M = 103737 Kg.mm)

2.

P

a b a c

65 mm 250 mm

3.

P = 0,5 kg

5 mm

350 mm 25 25 mm

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

37

Diketahui :

Berat Crane P = 65 lbBaut 1&2 = M10 x 1,25Baut 3&4 = M15 x 1,25a = 25 mmb = 60 mmc = 300 mm

Tentukan : (a). R (b). M

2

3

Page 25: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

Sebuah gantungan celana (kait) di bautkan pada sebuah papan. Panjang dari gantungan

tersebut adalah 350 mm, dimana gantungan ini akan digantung sebuah celana LEVIS 999

yang beratnya 0,5 kg pada 3 buah baut yang diameternya berbeda. Hitunglah momen

yang terjadi pada ketiga baut tersebut.

Catatan : Baut 1 & 2 = M8 dan Baut 3 = M 5

2.3 Sambungan las, welded

Macam - macam sambungan las :

60

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

38

Page 26: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

60 45

“ Butt atau grove weld “

h = tinggi leher las

penguat / kekuatan A

F F

h

tinggi leher h

Tegangan normal rata-rata yang terjadi pada las : =

Tinggi h tidak termasuk penguat. Penguat tersebut berguna untuk menutupi cacat-cacat

pada las, penguat tersebut juga menimbulkan kosentrasi tegangan di A apabila terjadi

beban Fatique ( lelah ), penguat tersebut perlu diratakan.

Lap joints :

Leher leher

F

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

39

Page 27: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

F h

h

luas permukaan leher = 0,707 h

metoda yang umum dipakai adalah bahwa kegagalan terjadi karena tegangan geser pada

permukaan leher melebihi batas yang di izinkan.

Tegangan geser rata-rata : =

Parallel fillet weld :

h

F F h las

Gambar. 2.5 Sambungan bermomen.

karena ada 2 bagian yang di las, maka luas permukaan leher las = (2). (0,707 h )

1,414 hl tegangan geser rata-rata =

Puntiran pada sambungan Las :

F

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

40

Page 28: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

Reaksi pada kantilever selalu terdiri dari garis lintang V dan Momen M, akibat gaya

lintang timbul tegangan geser primer :

“ =

Momen yang terjadi akan menimbulkan tegangan geser sekunder atau torsi,

“ =

r adalah jarak dari titik berat terhadap titik pada las.

A adalah luas penampang leher dari seluruh las

J adalah momen inersia polar terhadap titik berat

Bentuk

Las

Penampang

Leher

Lokasi

G

Momen inersia dalam

persatuan lebar leher

d G y

A = 0,707 hd

= 0

= d /2

Ju =

b

d A = 1,414 hd

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

41

Page 29: BA.bab 2 Sambungan

Sambungan

y

x

Nofriady Handra – Buku ajar elemen mesin

42