bab8 rpjm ntt 2009 2013

7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009– 2013 VIII - 1 BAB VIII PENETAPAN INDIKATOR MAKRO SOSIAL DAN EKONOMI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009-2013 8.1. KAIDAH INDIKATOR PENGUKUR Penyusunan RPJMD 2009-2013 dengan Visi, Misi dan Agenda Pembangunan yang sudah dirumuskan merupakan dasar penyusunan dan pelaksanaan kebijakan publik yang akan berdampak kepada kinerja sosial dan ekonomi masyarakatnya. Secara alami kebijakan publik kurang dapat diukur secara langsung, namun lebih dapat diukur secara tidak langsung melalui indikator makro sosial dan ekonomi yang bersifat komposit atau intgralistik dari keluaran kegiatan yanf satu dengangan kegiatanyang lainnya bahkan output program yang satu dengan program lainnya. Dengan demikian, untuk mengevaluasi dampak kebijakan publik berupa kinerja dalam waktu yang telah berjalan, diperlukan beberapa indikator yang secara kuantitatif maupun kualitatif terukur. Sebelum menentukan indikator makro yang akan digunakan , terlebih dahulu perlu ditetapkan bahwa indikator-indikator tersebut memenuhi syarat kaidah pengukuran indikator yang “SMART” yaitu : 1. Spesifik; dalam artian bahwa indikator yang digunakan harus terarah menunjukkan perkembangan kondisi yang dapat diukur keberhasilannya 2. Terukur; indikator yang akan digunakan dapat dengan mudah diukur; 3. Terjangkau; Indikator yang akan digunakan bersifat mudah digunakan dan tidak rumit dalam perhitungannya; kemudahan mendapatkan data dari sumber yang jelas dan resmi juga diperhatikan. 4. Realistis; Indikator yang digunakan merupakan indikator yang logis dalam hal mengukur kondisi dan perubahan yang ingin dicapai; 5. Masa Waktu; Indikator pengukur yang digunakan memiliki masa waktu pengukuran tertentu dan dapat dilakukan secara rutin/tahunan. 8.2. INDIKATOR VISI Visi daerah yaitu “Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkualitas, sejahtera, adil dan demokratis, dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.Dapat diukur melalui dua indikator utama yaitu: 8.2.1. PDRB Per Kapita PDRB per kapita umumnya disajikan atas dasar harga berlaku. Peningkatan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku ini masih mempunyai keterbatasan, yaitu belum menunjukkan peningkatan sebenarnya dari daya beli per kapita karena hal berikut: a. PDRB per kapita masih belum dapat mendeteksi kesenjangan penguasaan asset dan penerimaan balas jasa faktor produksi, angka ini baru memberi petunjuk ratarata dalam suatu wilayah;

Upload: jijings

Post on 30-Jun-2015

260 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab8 RPJM NTT 2009 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009– 2013 VIII - 1

BAB VIII

PENETAPAN INDIKATOR MAKRO SOSIAL DAN EKONOMI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009-2013

8.1. KAIDAH INDIKATOR PENGUKUR Penyusunan RPJMD 2009-2013 dengan Visi, Misi dan Agenda Pembangunan

yang sudah dirumuskan merupakan dasar penyusunan dan pelaksanaan kebijakan publik yang akan berdampak kepada kinerja sosial dan ekonomi masyarakatnya. Secara alami kebijakan publik kurang dapat diukur secara langsung, namun lebih dapat diukur secara tidak langsung melalui indikator makro sosial dan ekonomi yang bersifat komposit atau intgralistik dari keluaran kegiatan yanf satu dengangan kegiatanyang lainnya bahkan output program yang satu dengan program lainnya. Dengan demikian, untuk mengevaluasi dampak kebijakan publik berupa kinerja dalam waktu yang telah berjalan, diperlukan beberapa indikator yang secara kuantitatif maupun kualitatif terukur.

Sebelum menentukan indikator makro yang akan digunakan , terlebih dahulu perlu ditetapkan bahwa indikator-indikator tersebut memenuhi syarat kaidah pengukuran indikator yang “SMART” yaitu :

1. Spesifik; dalam artian bahwa indikator yang digunakan harus terarah menunjukkan perkembangan kondisi yang dapat diukur keberhasilannya

2. Terukur; indikator yang akan digunakan dapat dengan mudah diukur; 3. Terjangkau; Indikator yang akan digunakan bersifat mudah digunakan dan tidak

rumit dalam perhitungannya; kemudahan mendapatkan data dari sumber yang jelas dan resmi juga diperhatikan.

4. Realistis; Indikator yang digunakan merupakan indikator yang logis dalam hal mengukur kondisi dan perubahan yang ingin dicapai;

5. Masa Waktu; Indikator pengukur yang digunakan memiliki masa waktu pengukuran tertentu dan dapat dilakukan secara rutin/tahunan.

8.2. INDIKATOR VISI

Visi daerah yaitu “Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkualitas, sejahtera, adil dan demokratis, dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Dapat diukur melalui dua indikator utama yaitu:

8.2.1. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita umumnya disajikan atas dasar harga berlaku. Peningkatan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku ini masih mempunyai keterbatasan, yaitu belum menunjukkan peningkatan sebenarnya dari daya beli per kapita karena hal berikut:

a. PDRB per kapita masih belum dapat mendeteksi kesenjangan penguasaan asset dan penerimaan balas jasa faktor produksi, angka ini baru memberi petunjuk ratarata dalam suatu wilayah;

Page 2: bab8 RPJM NTT 2009 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009– 2013 VIII - 2

b. Tingkat kenaikan harga masih ada didalamnya;

c. Tingkat pertumbuhan penduduk juga berpengaruh.

Sebagai indikator pelengkap indikator ini maka perlu diukur pula PDRB per-Kapita atas dasar harga konstan yang lebih menggambarkan kenaikan riil pendapatan masyarakat.

8.3. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang

pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Pembangunan manusia yang berhasil akan membuat usia ratarata masyarakatnya meningkat; usaha pembangunan juga ditandai dengan peningkatan pengetahuan yang bermuara di peningkatan kualitas SDM. Pencapaian dua hal tersebut selanjutnya akan meningkatkan produktifitas sehingga akhirnya akan meningkatkan mutu hidup dalam arti hidup layak.

8.3.1. Usia Hidup; Komponen ini diukur melalui pendekatan angka harapan hidup waktu lahir

yang biasa dinotasikan dengan e0. Karena Indonesia tidak memiliki sistem vital registrasi yang baik, maka e0 dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup per wanita usia 15-49 tahun menurut kelompok umur lima tahunan.

8.3.2 Pengetahuan; Komponen pengetahuan diukur melalui dua indikator, yaitu angka melek

huruf dan rata-rata lama sekolah. Sumber data kedua indikator ini adalah Sensus Penduduk dan Susenas. Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan tiga variabel, yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan yang ditamatkan.

8.3.3 Standar Hidup Layak; Indikator yang digunakan pada komponen ini adalah rata-rata per kapita riil

yang disesuaikan. Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik).

8.4. INDIKATOR MISI Upaya untuk merubah paradigma pembangunan, dari fokus pertumbuhan

menjadi pemberdayaan seluruh masyarakat. Pemberdayaan tersebut meliputi peran serta masyarakat, penyelenggaraan administrasi publik, pertumbuhan ekonomi dalam kesinambungan demi kemerataan pendapatan. Untuk itu, tujuh misi pembangunan telah dirumuskan yang dapat diukur masing-masing indikator kinerja yang berguna sebagai bahan evaluasi dan masukan sehingga terwujud kerangka konstruksi meliputi:

Page 3: bab8 RPJM NTT 2009 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009– 2013 VIII - 3

8.4.1. MENINGKATKAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS, RELEVAN, EFISIEN DAN EFEKTIF YANG DAPAT DIJANGKAU OLEH SELURUH MASYARAKAT.

a. Angka Buta Huruf; menurunnya angka Buta Huruf dari 11,47% ditahun 2007

menjadi 5% di tahun 2013 b. Angka Partisipasi Sekolah ;

1. Meningkatnya angka partisipasi murni SD dari 90,80 % di tahun 2007, menjadi 95 % di tahun 2013

2. Meningkatnya angka partisipasi kasar SMP/MTs dari 67,46 % di tahun 2007, menjadi 77,46 % di tahun 2013

3. Meningkatnya angka partisipasi murni SMU/MA dari 34,67 % di tahun 2007, menjadi 46,67% di tahun 2013

4. Meningkatnya angka partisipasi Kasar SMA/MA/SMK dari 48,19 % di tahun 2007, menjadi 58,19 % di tahun 2013

c. Angka Putus Sekolah;

1. Berkurangnya persentase drop out siswa SD dari 1,94% di tahun 2006 menjadi minimal 0,5 % di tahun 2013

2. Berkurangnya persentase droup out siswa SMP/MTs dari 2,14 siswa di tahun 2007, menjadi 1,14 % di tahun 2013

3. Berkurangnya angka droup-out siswa SMA/MA/SMK, yang pada tahun 2006 sebanyak 1,39 %, menjadi minimal 0,9 % di tahun 2013

d. Kualitas pendidikan ;

1. Meningkatnya persentase kelulusan SMP/MTs, yang pada tahun 2005/2006 sebesar 64,96 %. menjadi 75 % di tahun 2013

2. Meningkatnya persentase lulusan SMA/MA, yang pada tahun 2006/2007 sebesar 62,75 %. Menjadi 78% % di tahun 2013

3. Meningkatnya persentase lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK), yang pada tahun 2006 sebesar 77,19 %. Menjadi minimal 92 % di tahun 2013

8.4.2. MENINGKATKAN DERAJAT DAN KUALITAS KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI PELAYANAN YANG DAPAT DIJANGKAU SELURUH MASYARAKAT, a. Angka Harapan Hidup: Meningkatnya UHH dari 65,1 tahun menjadi 68,5 tahun.

b. Angka Kematian Bayi: Menurunnya AKB dari 57/1000 KH pada tahun 2007 menjadi 45/1000 KH pada tahun 2013.

c. Angka kematian Balita: AKABA dari 82/1000 Balita menjadi 65/1000 Balita

d. Angka kematian Ibu: AKI dari 306/100.000 KH pada tahun 2007 menjadi 300/100.000 KH pada tahun 2013.

Page 4: bab8 RPJM NTT 2009 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009– 2013 VIII - 4

e. Rasio Fasilitas Kesehatan (Puskesmas, Pustu, Tenaga Medis, Tenaga Paramedis) merupakan hasil bagi antara banyaknya fasilitas kesehatan dengan jumlah penduduk pada suatu saat .

f. Derajat Rumah sehat: Meningkatnya derajat “rumah tangga sehat” dari 43,03% pada tahun 2007 menjadi 55% pada tahun 2013.

g. Status Gizi Balita : Menurunnya status gizi buruk dari 6,7 % menjadi 4,1% dan gizi kurang dari 30,10%menjadi 25,80%

h. Total Fertility Rate: Menurunnya TFR dari 4,2 menjadi 2,4

8.4.3. MEMBERDAYAKAN EKONOMI RAKYAT DENGAN MENGEMBANGKAN PELAKU EKONOMI YANG MAMPU MEMANFAATKAN KEUNGGULAN POTENSI LOKAL a. Utilisasi tenaga kerja under emplyoment, sehingga menurun dari 70,6% menjadi

30%;

b. Meningkatnya produktivitas perkapita tenaga kerja pertanian dari Rp. 260.000/tenaga kerja menjadi minimal sama dengan standar kebutuhan minimum di tahun 2013

c. Meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dari rata-rata 3,5%/tahun menjadi rata-rata 5%/tahun dalam lima tahun selama periode pelaksanaan RPJMD

d. Meningkatkan pendapatan per kapita NTT dari hanya 25% menjadi minimal 50% dari pendapatan per kapita nasional;

e. Menurunkan tingkat pengangguran terbuka dari 5,59% menjadi maksimal 2,5%;

f. Meningkatnya volume dan nilai Ekspor dengan pertumbuhan minimal 1% per tahun

g. Meningkatnya peran sektor industri dalam PDRB dari sekitar 4,21% menjadi minimal 6%

h. Menguatnya peran institusi ekonomi masyarakat dalam peningkatan kinerja ekonomi daerah

i. Meningkatnya kapasitas institusi pemerintah dalam fasilitasi pengembangan institusi ekonomi rakyat

8.4.4. MENINGKATKAN INFRASTRUKTUR YANG MEMADAI AGAR MASYARAKAT

DAPAT MEMILIKI AKSESIBILITAS UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP YANG LAYAK. a. Persentase rumah dengan fasilitas tertentu ( penerangan listrik dan air bersih)

1. Meningkatnya cakupan pelayanan listrik yang digambarkan oleh meningkatnya persentase Rumah Tangga dengan penerangan listrik dari 38,81% di Tahun 2006 menjadi minimal 43% di Tahun 2013

2. Menurunnya persentase Rumah Tangga dengan sumber Air Bersih dari Mata Air Tak Terlindung dari 8,47% di tahun 2006 menjadi maksimal 7,5% di tahun 2013

Page 5: bab8 RPJM NTT 2009 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009– 2013 VIII - 5

b. Meningkatnya prosentase perumahan yang layak huni:

1. Atap layak dari 70,63% di tahun 2006 menjadi 80% di Tahun 2013

2. Dinding permanen 38,44% di Tahun 2006 menjadi 45% di Tahun 2013

c. Persentase jalan dalam kondisi baik; 1. Meningkatnya permukaan jalan provinsi dalam kondisi mantap (kondisi baik

dan sedang) dari 20,9 % (tahun 2006) % menjadi minimal 30 % tahun 2013.

2. Meningkatnya persentase perbandingan panjang jalan dengan luas wilayah

3. Bertambahnya panjang jambatan yang dapat dilewati kendaraan

d. Tingkat aksesibilitas dan mobilitas wilayah, Meningkatnya kecepatan rata-rata layanan jalan provinsi menjadi 50 km/jam (sama dengan jalan nasional) di NTT

e. Tingkat Fungsional daerah Irigasi dan Ketersediaan Air Baku

1. Meningkatnya persentase tingkat fungsional daerah irigasi terhadap lahan potensial dari 55,6% (2005) menjadi 65 % tahun 2013.

2. Meningkatnya ketersediaan air baku untuk irigasi dan air bersih

3. Meningkatnya intensitas produksi pada daerah irigasi teknis 4. Meningkatnya pengendalian dan pemanfaatan air baku

8.4.5 PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM DALAM RANGKA MENCIPTAKAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BEBAS KKN SERTA MEWUJUDKAN KEADILAN DAN MASYARAKAT SADAR HUKUM, a. Jumlah Peraturan Daerah yang partisipatif dan responsif yang dihasilkan;

b. Tingkat sinkronisasi hukum di daerah (antara peraturan daerah propinsi NTT satu dengan peraturan daerah Propinsi NTT lainnya, dan antar pemeraturan daerah propinsi dengan peraturan tingkat nasional).

c. Jumlah kasus pelanggaran HAM yang berhasil diungkapkan dan dilakukan penegakan hukum.

d. Jumlah dan kualitas peranan kelompok sadar hukum;

e. Luasnya terpaan informasi hukum di kalangan masyarakat;

f. Selain itu, terdapat beberapa indikator di bidang pembangunan politik dan pemerintahan, sebagai berikut:

g. Kualitas peranan partai politik dalam mengembangkan demokrasi di NTT;

h. Tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti pemilihan umum anggota legislatif, pemilihan umum presiden & wakil presiden, serta pemilihan umum kepala daerah & wakil kepala daerah.

i. Kadar demokrasi dari proses dan hasil pemilihan umum anggota legislatif, pemilihan umum presiden & wakil presiden, serta pemilihan umum kepala daerah & wakil kepala daerah.

j. Efektivitas dan efisiensi administrasi dan organisasi pemerintahan daerah;

Page 6: bab8 RPJM NTT 2009 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009– 2013 VIII - 6

k. Efektivitas dan efisiensi pelayanan publik yang dilakukan aparatur pemerintah Propinsi NTT;

l. Tingkat kemampuan otonomi desa;

m. Jumlah kasus konflik batas wilayah kabupaten/kota yang diselesaikan.

8.4.6 MENINGKATKAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP. a. Berkembangnya model perencanaan dan pemanfaatan ruang secara optimal

b. Terkonsolidasinya perencannaan tata ruang aras provinsi dan lintas kabupaten/kota berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi

c. Terkonsolidasinya perencannaan tata ruang kawasan-kawasan khusus wilayah laut dan pesisir

d. berkembangnya sistem informasi tata ruang untuk kepentingan pengawasan dan pengaturan

e. Meningkatnya konsistensi dalam pengaturan dan pemanfaatan tata ruang

f. Meningkatnya usaha-usaha perlindungan dan pestarian lingkungan hidup di semua sektor pembangunan

g. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam usaha pelestarian lingkungan hidup

h. Meningkatnya pelaksanaan AMDAL dalam pelaksanaan pembangunan

i. Penurunan Jumlah Kasus Pelanggaran Perda Penataan Ruang Daerah;

j. Penurunan Jumlah kasus pencemaran lingkungan;

k. Peningkatan kejelasan Status Kepemilkan Tanah,

l. Menurunnya diviasi penggunaan ruang dari Perda Tata Ruang

8.4.7 MENINGKATKAN AKSES PEREMPUAN DAN ANAK DALAM SEKTOR PUBLIK, SERTA MENINGKATKAN PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK. a. Tercapainya quota 30% perempuan dalam bidang legislatif b. Tercapainya quota 30% perempuan dalam jabatan birokrasi c. Tercapainya akses perempuan terhadap pendidikan dan lapangan kerja d. Tercapainya Kebijakan Peningkatan Kualitas anak dan Perempuan e. Tercapainya upaya Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender f. Meningkatnya Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan g. Meningkatnya Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan h. Meningkatnya Pembinaan terhadap Anak Terlantar. i. Meningkatnya pembinaan terhadap anak jalanan j. Meningkatnya perlindungan terhadap anak dari tindakan eksploitasi

Page 7: bab8 RPJM NTT 2009 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Prov. NTT Tahun 2009– 2013 VIII - 7

8.4.8 Pengentasan Kemiskinan, a. Peningkatan HDI NTT dalam kontelasi nasional dari urutan ke 24 menjadi paling

kurang urutan 20

b. Menurunnya persentase penduduk miskin dari 25,65% pada tahun 2008 menjadi maksimal 16,43% pada tahun 2013.

8.4.9 Pembangunan Daerah Perbatasan, a. Meningkat upaya pemberdayaan masyarakat di daerah perbatasan

b. Tersedianya sarana dan prasarana pemukiman, pendidikan, kesehatan dan ekonomi di daerah perbatasan

c. Meningkatnya kerja sama antar daerah di wilayah perbatasan

d. Meningkatnya kesadaran hukum masyarakat perbatasan

8.4.10 Pembangunan Daerah Kepulauan

a. Tercapainya kesepakatan tentang jumlah kepulauan di NTT b. Tercapainya pengakuan atas NTT sebagai Propinsi Kepulauan c. Meningkatnya aktifitas perekonomian antar pulau