bab xxi - bappenas · web viewlomba p2p4 di samping sebagai sarana mewujudkan gerakan peningkatan...

79
POLITIK DALAM NEGERI DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI

Upload: others

Post on 12-Jan-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

POLITIK DALAM NEGERIDAN HUBUNGAN LUAR NEGERI

BAB XXI

POLITIK DALAM NEGERIDAN HUBUNGAN LUAR NEGERI

A. PENDAHULUAN

Pembangunan bidang politik merupakan bagian integral dari pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktub di dalam Pembu- kaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemer- dekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

GBHN 1993 menetapkan bahwa di dalam PJP II pembangunan politik diarahkan pada terwujudnya tatanan kehidupan politik berda- sarkan demokrasi Pancasila yang makin mampu menjamin berfungsi- nya lembaga politik dan lembaga kemasyarakatan, mantapnya proses komunikasi politik, baik antara supra- dan infrastruktur politik maupun antarsesama supra- dan infrastruktur politik dan dengan masyarakat, serta mengembangkan suasana dan sikap keterbukaan

XXI/3

yang bertanggung jawab. Pembangunan politik harus makin mening- katkan kualitas pendidikan politik, keteladanan dan kaderisasi politik, memantapkan etika, moral, dan budaya politik yang berdasarkan Pancasila, meningkatkan peran serta politik masyarakat, dan mem- bangun suasana kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat, ber- bangsa, dan bernegara. Dalam GBHN 1993, diamanatkan pula bahwa kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan semangat kekeluargaan, gotong royong, dan kebersamaan merupakan syarat mutlak bagi mantapnya stabilitas kehidupan politik.

Dalam Repelita VI pembangunan politik diarahkan pada pemba- haruan kehidupan politik dengan meningkatkan fungsi suprastruktur dan infrastruktur politik serta interaksi secara terbuka antar- dan antara keduanya sesuai dengan demokrasi Pancasila; meningkatkan dan mengembangkan kesadaran politik rakyat; meningkatkan kemam- puan, kualitas, dan kemandirian infrastruktur politik; meningkatkan peran serta seluruh masyarakat dalam kehidupan politik; mengem- bangkan dan meningkatkan pelaksanaan budaya politik melalui upaya pemahaman dan pengamalan etika, moral, dan sikap politik berdasar- kan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Pembangunan di bidang politik telah meningkatkan kesadaran politik rakyat, sehingga mendorong semakin tingginya dan beraneka ragamnya tuntutan dan aspirasi masyarakat. Pembangunan politik juga telah meningkatkan keterbukaan dan membuat makin maraknya kehidupan demokrasi. Pembangunan politik dalam Repelita VI tetap dilanjutkan untuk membangun kehidupan konstitusi, demokrasi dan berdasarkan hukum di atas landasan Pancasila. Dalam rangka itu Pemilihan Umum (Pemilu) 1997 telah diselenggarakan sesuai dengan asas-asasnya, yaitu langsung, umum, bebas, dan rahasia. Pemilu 1997 membuktikan kesadaran politik rakyat yang tinggi, yang ditunjukkan oleh partisipasinya yang luas, baik sejak pelaksanaan kampanye

XXI/4

sampai pada waktu pelaksanaan pemilunya sendiri. Hal ini ditunjuk- kan dalam Pemilu 1997, dengan 93,38% rakyat yang berhak memilih telah menggunakan hak pilihnya.

Pemahaman dan pengamalan Pancasila merupakan upaya pokok dalam pembangunan politik. Dalam rangka itu pemasyarakatan dan pembudayaan P4 telah ditingkatkan agar mencakup lapisan masyara- kat seluruhnya.

Peranan ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan kekuatan sosial politik telah semakin mantap baik sebagai modal dasar maupun sebagai kekuatan efektif sehingga telah mendukung pula terciptanya dan terpeliharanya stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.

GBHN 1993 mengamanatkan pula bahwa dalam PJP II penye- lenggaraan hubungan luar negeri yang didasarkan pada politik luar negeri yang bebas aktif perlu terus ditingkatkan dan dimantapkan dalam rangka menunjang pencapaian tujuan nasional. Dalam Repelita VI upaya untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia dan turut mewu- judkan tata dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial terus ditingkatkan melalui kerjasama di berbagai forum internasional maupun regional terutama di antara negara- negara non blok. Kerjasama antara negara anggota ASEAN terus ditingkatkan dan diperluas dalam rangka memperkuat ketahanan regional yang didukung oleh dan memberi dampak kepada ketahanan nasional masing-masing negara anggota menuju terwujudnya kawasan Asia Tenggara yang damai, bebas, netral, dan sejahtera.

Dalam rangka kerjasama regional, Indonesia telah memperkuat kerjasama antar anggota ASEAN, yang terus meningkat kegiatannya dalam mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang damai, bebas,

XXI/5

netral, sejahtera, dan bebas dari ancaman senjata nuklir. Cita-cita para pendiri ASEAN untuk mewujudkan kerjasama seluruh negara di kawasan Asia Tenggara kini hampir menjadi kenyataan. Vietnam telah menjadi anggota ASEAN sedangkan Laos dan Myanmar kini telah disepakati untuk menjadi negara anggota ASEAN. Perkembangan krisis politik dalam negeri Kamboja akhir-akhir ini menyebabkan keinginan Kamboja menjadi anggota ASEAN untuk sementara ditang- guhkan. Penangguhan tersebut merupakan hasil kesepakatan para Menteri Luar Negeri ASEAN pada pertemuan tanggal 10 Juli 1997 di Kuala Lumpur.

Di kelompok negara berkembang, Indonesia telah berhasil membangun kepercayaan dan rasa solidaritas yang mendalam antara negara yang tergabung dalam Gerakan Non Blok (GNB).

Hubungan luar negeri yang dibina selama ini telah menumbuhkan kepercayaan dunia terhadap Indonesia dan pembangunan nasionalnya, seperti tercermin antara lain dengan meningkatnya arus wisatawan, investasi, kerjasama internasional untuk pembangunan, percepatan alih teknologi, perluasan akses komoditas ke pasar internasional dan lain sebagainya. Hal ini didorong pula oleh langkah-langkah Pemerin- tah yang konsisten dalam deregulasi, yang merupakan pula bagian dari proses pengintegrasian ekonomi kawasan Asia Tenggara ke dalam AFTA.

B. POLITIK DALAM NEGERI

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sesuai amanat GBHN 1993, sasaran pembangunan politik dalam Repelita VI adalah tertatanya kehidupan politik yang didukung oleh

XXI/6

suasana yang memungkinkan berkembangnya budaya politik yang mengarah pada perwujudan sikap pembaharuan dan keterbukaan yang bertanggung jawab dalam komunikasi antar dan antara suprastruktur dan infrasruktur politik yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta terselenggaranya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan sasaran tersebut dikembangkan kebijaksanaan dan program pembangunan politik dalam negeri yang pokok-pokoknya adalah pengembangan etika, moral, dan budaya politik; pemasyaraka- tan dan pembudayaan P4; peningkatan fungsi suprastruktur politik; peningkatan kualitas dan kemandirian organisasi kekuatan sosial poli- tik dan organisasi kemasyarakatan; peningkatan kualitas penyelengga- raan pemilihan umum; serta pengembangan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Ketiga Repelita VI

Pembangunan politik dibandingkan dengan pembangunan di sektor-sektor lain, lebih banyak merupakan kegiatan masyarakat serta lembaga-lembaga yang ada di masyarakat ketimbang kegiatan-kegia- tan yang dilakukan oleh pemerintah, misalnya yang dicerminkan oleh investasi dalam APBN. Hasil pembangunan politik umumnya tidak dapat diukur secara kuantitatif, dan acapkali serta teramat penting adalah upaya yang merupakan sinergi antara kegiatan yang diprakarsai pemerintah dan kegiatan masyarakat sendiri untuk membangun kehidupan politik yang konstitusional, dan berlandaskan hukum.

Secara garis besar upaya-upaya yang dilakukan dalam melaksa- nakan program-program pembangunan politik dalam tiga tahun Repe- lita VI pada dasarnya adalah melanjutkan, meningkatkan, mengem-

XXI/7

bangkan dan memantapkan apa yang telah dirintis, dilaksanakan dan dihasilkan di tahun-tahun sebelumnya. Pokok-pokoknya adalah seba- gai berikut.

a. Program Pengembangan Etika, Moral, dan Budaya Politik

Program ini bertujuan mewujudkan pengamalan nilai-nilai Panca- sila sebagai ideologi terbuka di tengah arus perubahan dinamika masyarakat, yang dipengaruhi pula perkembangan di dunia serta kemajuan teknologi, umumnya di bidang informasi.

Dalam rangka ini pemasyarakatan dan pembudayaan P4 merupa- kan kegiatan utama, dan diarahkan pada pemahaman dan pendalaman serta kukuhnya keyakinan masyarakat akan kebenaran dan keampuhan Pancasila baik sebagai dasar negara, ideologi nasional maupun pan- dangan hidup bangsa. Upaya yang dilakukan dalam Repelita VI bukan saja merupakan kelanjutan dari pemasyarakatan P4 yang telah dise- lenggarakan sejak PJP I, tetapi sekaligus upaya pembaharuan dan peningkatan pemasyarakatan dan pembudayaan P4. Intruksi Presiden No. 2 Tahun 1994 tentang Peningkatan Penataran P4, yang diikuti oleh Gerakan Peningkatan Pembudayaan Pancasila merupakan upaya mewujudkan gagasan-gagasan tersebut.

Dalam tahun ketiga Repelita VI pemasyarakatan dan pembu- dayaan P4 dilanjutkan dengan melaksanakan dan mengembangkan program-program yang sudah ada, sehingga dapat menjangkau selu- ruh kelompok masyarakat dengan mengembangkan berbagai metode yang lebih mudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dengan pendekatan kontekstual.

XXI/8

1) Kegiatan Pemasyarakatan dan Pembudayaan P4

Pelaksanaan penataran dan upaya pemasyarakatan dan pembu- dayaan P4 tidak hanya dibatasi pada rumusan baku yang bersifat normatif tentang cita-cita, akan tetapi harus pula dibakukan dalam bentuk-bentuk penjabaran yang lebih operasional dan dapat diamalkan secara nyata. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang sangat bervariasi dan beraneka ragam. Oleh sebab itu metode dan materinya harus dikembangkan dan diselaraskan sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan dengan konteks bidang, fungsi dan kelom- pok masyarakat.

Mengingat tantangan yang dihadapi, maka titik berat pengem- bangan metode dan materi menjadi faktor kunci penentu keberhasilan. Perlu dihindarkan pengulangan yang berlebihan karena sasaran pemasyarakatan dan pembudayaan P4 sebagian besar telah menerima P4 baik melalui kegiatan penataran maupun non penataran sebelum- nya. Aspek yang perlu mendapat perhatian adalah penjabaran nilai dasar kepada nilai instrumental dan operasional, sehingga materi P4 selalu dikaitkan dengan bidang/sektor masing-masing.

Dalam penjabarannya, materi umum dikembangkan kedalam materi yang lebih rinci sesuai dengan kekhasan bidang masing-masing. Metode yang diterapkan diharapkan mampu menjadi motivasi untuk menggali dan mengidentifikasikan cara yang tepat di bidang masing-masing. Implementasi pemasyarakatan dan pembudayaan P4 secara kontekstual dilakukan melalui penjabaran operasional dalam berbagai aspek agar tercipta konsistensi dalam pelaksanaan keputusan maupun kebijaksanaan. Selama dua tahun terakhir telah ditatar sebanyak 1.310 orang bagi para pelaku ekonomi, lektor, dan pelaku komunikasi nasional (perincian Tabel XXI-1).

XXI/9

Dalam pemasyarakatan dan pembudayaan P4, diperlukan kemampuan menjabarkan nilai dasar ke dalam nilai instrumental dan selanjutnya nilai praksis secara konsisten, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat. Oleh karena itu penataran P4 dewasa ini dilakukan melalui pendekatan konstektual, karena metode ini lebih menarik dan menggunakan topik-topik diskusi.

Upaya aktualisasi nilai-nilai Pancasila dengan pendekatan kon-

tekstual secara bertahap dilakukan melalui peningkatan dan perluasan di berbagai kalangan, dimulai dari pejabat eselon I dan Gubernur. Di samping itu dilaksanakan pula penataran Calon Manggala bagi rektor, pembantu rektor dan dekan perguruan tinggi negeri/IAIN maupun pimpinan perguruan tinggi swasta dan para guru besar serta para pelaku komunikasi massa nasional. Untuk menyiapkan calon penatar baik di pusat maupun daerah telah dilaksanakan penataran sebanyak 268 kali (perincian lihat Tabel XXI-2) yang sampai dengan tahun 1996/97 mencapai jumlah 34.885 orang (perincian lihat Tabel XXI-3). Penataran P4 bagi organisasi kemasyarakatan sampai tahun 1996/97 mencapai jumlah peserta 22.873.141 orang (perincian lihat Tabel XXI-4).

Di samping itu untuk lebih meningkatkan dan mengefektifitaskan pemasyarakatan dan pembudayaan P4 di lingkungan instansi masing-masing, dilaksanakan penataran P4 bagi para eselon II termasuk dida- lamnya Bupati/Walikotamadya seluruh Indonesia, yang sampai dengan tahun 1996/97 telah ditatar sebanyak 4.629 orang. Dalam rangka mempersiapkan penataran P4 bagi eselon III, IV, dan V di instansi pusat dan daerah, telah diselenggarakan pula penataran bagi pembina TOT (Training of the Trainer) dan penataran TOT baik di pusat maupun di daerah sebanyak 13.899 orang pada tahun 1996/97 (lihat Tabel XXI-5).

XXI/10

Bagi mahasiswa baru, mulai Repelita VI telah digunakan pola terpadu 45 jam sebagai prasyarat untuk menempuh mata kuliah dasar umum Pancasila. Hal ini merupakan penyempurnaan metode sebe- lumnya yang menggunakan pola pendukung 100 jam bagi mahasiswa baru dengan bobot 2 Sks. Sampai dengan tahun 1996/1997 penataran bagi mahasiswa mencapai jumlah 7.403.113 orang yang meliputi pola 100 jam, 45 jam, 25 jam, dan 17 jam. Di samping itu sampai dengan tahun 1996/97 penataran bagi siswa SLTA telah mencapai jumlah 17.500.529 orang, dan siswa SLTP sampai dengan tahun 1996/97 telah mencapai jumlah 27.646.875 orang (perincian lihat Tabel XXI-6).

Selanjutnya dengan dibentuknya lembaga Menteri Negara Urusan Khusus sedang dipersiapkan pembekalan bagi calon anggota legislatif DPR/MPR, hasil Pemilu 1997.

2) Penyiapan Sumber Daya Manusia

Mengingat sasaran kelompok dari pemasyarakatan dan pembu- dayaan P4 yang semakin kritis, di samping iklim keterbukaan serta kesadaran akan arti pentingnya pendidikan, maka tuntutan terhadap peran BP-7 akan semakin berat. Agar mampu meningkatkan efektivi- tas penataran, para manggala dan penatar dituntut lebih terbuka dan siap dengan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

Guna menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh mental ideologinya dalam menghadapi tuntutan zaman tersebut di atas, maka diperlukan jajaran aparat BP-7 dan tenaga penatar tingkat nasional/ Manggala baik di pusat maupun di daerah yang mampu menyampai- kan materi nilai-nilai P4 secara aktual dan kontekstual. Mereka adalah Manggala yang bertugas melaksanakan penataran kontekstual di sektor dan daerah masing-masing sehingga dapat mengopersionali-

XXI/11

sasikan Pancasila, UUD 1945 dan GBHN sesuai dengan jabatan, tugas, fungsi serta kedudukan masing-masing secara lintas sektor.

Di samping itu untuk memenuhi kebutuhan tenaga penatar yang diperlukan di lingkungan lembaga pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan, BP-7 secara berkelanjutan akan menyempurnakan penataran P4 Calon Penatar P4 Pola 144 Jam. Sedangkan tenaga penatar sektoral yang disiapkan melalui TOT adalah para pejabat eselon I dan II di lingkungan masing-masing yang nantinya menatar pegawai di bawahnya.

3) Kegiatan Pembudayaan Non Penataran

Selain kegiatan pemasyarakatan dan pembudayaan P4 melalui penataran seperti tersebut di atas, upaya lainnya adalah melalui jalur non penataran. Upaya ini antara lain meliputi lomba pemasyarakatan dan pembudayaan P4 (lomba P2P4), simulasi P4, modulasi P4, media massa, pembinaan kesenian tradisional, dakwah maupun kelompok belajar yang tersebar di pelosok tanah air.

Lomba P2P4 yang telah dilaksanakan sejak awal Repelita VI merupakan upaya pemasyarakatan dan pembudayaan untuk menjang- kau lapisan masyarakat yang terdiri dari kelompok pelajar, mahasis- wa, dan organisasi kemasyarakatan, yang melibatkan segenap anggota masyarakat yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan dalam lomba tersebut meliputi lomba cerdas tangkas P4 (LCT P4) untuk kelompok Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Madrasah Tsanawiyah, lomba pidato P4 dan lomba menyanyi lagu-lagu bernafaskan P4 untuk kelompok Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/Madrasah Aliyah, lomba diskusi P4 kelompok mahasiswa, dan lomba simulasi P4 untuk Kelompok Belajar.

XXI/12

Lomba P2P4 di samping sebagai sarana mewujudkan gerakan peningkatan pembudayaan P4 sekaligus juga sebagai upaya memasyarakatkan mekanisme kepemimpinan nasional berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan demokrasi Pancasila serta Ekaprasetia Pancakarsa dalam kehidupan penyelenggaraan kenegaraan. Sedangkan untuk menjangkau kalangan masyarakat luas juga dilaksanakan lomba karangan ilmiah tentang Pancasila di lingkungan kampus.

b. Program Peningkatan Fungsi Suprastruktur Politik

Program ini bertujuan untuk meningkatkan dan memantapkan fungsi suprastruktur politik, dengan mengembangkan kerjasama yang serasi dan terbuka berdasarkan atas asas kekeluargaan dan didukung oleh sumber daya yang memadai.

Program ini diselenggarakan antara lain melalui pemantapan hubungan dan tata kerja antara pemerintah dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya dalam rangka peningkatan peranan dan fungsi- nya dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Dalam rangka peningkatan peranan dan fungsi DPR, pemerintah telah menawarkan kepada Organisasi Peserta Pemilihan Umum (OPP) untuk mengikuti pembekalan bagi calon anggota legislatif (calon anggota DPR-RI). Untuk meningkatkan peranan dan fungsi DPRD, maka telah diprogramkan Orientasi Pembekalan Bidang Tugas Anggo- ta DPRD I dan DPRD II yang telah dilaksanakan sejak Pemilu 1982. Di samping itu juga telah diprogramkan santiaji politik bagi aparatur pemerintah di jajaran Departemen Dalam Negeri, serta peningkatan fungsi wadah-wadah partisipasi masyarakat perdesaan dan perkotaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah melalui kegiatan bulan bhakti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).

XXI/13

c. Program Peningkatan Peranan Organisasi Kekuatan Sosial Politik

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas organisasi kekuatan sosial politik dalam rangka mewujudkan dan memantapkan kehidupan demokrasi Pancasila.

Dalam rangka pembinaan infrastruktur politik telah diupayakan penciptaan iklim yang mendukung berfungsinya lembaga-lembaga politik baik Partai Politik, Golongan Karya dan lembaga kemasyaraka- tan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berda- sarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Sebagai modal dasar pembangunan kekuatan-kekuatan sosial politik, organisasi-organisasi sosial politik dan ABRI telah menjalan- kan peranannya dalam kehidupan politik dan dalam memantapkan serta memperkuat demokrasi serta stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.

d. Program Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Pemilihan Umum

Program ini bertujuan untuk memantapkan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) agar semakin berkualitas, berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia.

Pelaksanaan Pemilu 1997 telah diupayakan untuk ditingkatkan kualitasnya di antaranya melalui penyempurnaan peraturan perundang- undangan tentang pemilu. Dalam upaya peningkatan peran OPP dalam pelaksanaan pemilu, yang tidak terlepas dari keanggotaan OPP dalam Badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu, telah diadakan perubahan terhadap PP No. 35 Tahun 1985 tentang pelaksanaan UU No. 15

XXI/14

Tahun 1969 tentang Pemilu (sebagaimana telah beberapa kali dirubah), tertuang dalam PP No. 10 Tahun 1995 dan PP No. 74 Tahun 1996. Pelaksanaan kampanye Pemilu 1997 untuk wilayah Indonesia dibagi enam wilayah kampanye. Bentuk kampanye diatur dalam bentuk kampanye monologis dan dialogis, yang pengaturannya tertuang dalam KEPPRES No. 99 Tahun 1996 Yo KEPMEN- DAGRI/Ketua LPU No. 7 Tahun 1997. Perubahan lainnya menyang- kut perubahan UU No. 16 Tahun 1969 tentang susunan dan kedudu- kan MPR, DPR dan DPRD, yaitu dengan UU No. 5 Tahun 1995. Perubahan tersebut hanya menyangkut 1 pasal yaitu Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4) mengenai perubahan jumlah anggota Fraksi ABRI di DPR yang diangkat dari 100 orang menjadi 75 orang, diikuti perubahan dengan PP No. 20 Tahun 1995.

e. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran seluruh warga negara akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta untuk berperan sepenuhnya dalam pembangunan.

Program ini berupaya untuk meningkatkan peran dan fungsi organisasi kemasyarakatan; menumbuhkembangkan kreatifitas, pemanfaatan potensi, dan menyalurkan minat masyarakat untuk ikut berkiprah dalam pembangunan, memberikan dorongan serta bim- bingan kepada organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyaraka- tan untuk meningkatkan kemampuan, kualitas dan kemandirian dalam menjalankan fungsi dan perannya, mendorong terselenggaranya forum konsultasi dan komunikasi antar LSM secara periodik; melanjutkan inventarisasi perkembangan data keberadaan organisasi kemasyaraka- tan dan lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah,

XXI/1

serta mengevaluasi keberadaannya dalam rangka peningkatan parti- sipasi masyarakat dalam pembangunan nasional.

Dalam Repelita VI khususnya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, peran serta masyarakat dalam pembangunan telah makin meningkat dan mengakar, terutama berkat upaya yang semakin intensif untuk memberdayakan masyarakat melalui berbagai kegiatan penerangan, pendidikan, penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan ekonomi.

f. Program Pemantapan Integrasi Bangsa

Program ini diarahkan untuk memperkuat jiwa dan semangat kebangsaan bagi segenap warga negara Indonesia yang tercermin dalam sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga semakin memper- kukuh persatuan dan kesatuan bangsa.

Program ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, antara lain pemantapan wawasan kebangsaan bagi seluruh lapisan masyarakat dengan perhatian khusus diberikan kepada generasi muda; peningka- tan kewaspadaan nasional untuk menangkal pengaruh ideologi asing; peningkatan keamanan dan perlindungan masyarakat dan pemantapan stabilitas nasional; peningkatan pembinaan para bekas tahanan dan bekas narapidana G.30.S/PKI; penyelenggaraan latihan pembinaan bagi Tenaga Pelaksana Pembauran Daerah (TPPD), Kelompok Penggerak Pembauran Lapangan (KPPL) dan Tenaga Pelaksana Pembauran Rukun Tetangga/Rukun Warga (TPP-RT/RW) sebagai kader-kader andalan dalam memacu proses pembauran bangsa; peningkatan efektifitas pelaksanaan program dalam pemasyarakatan bahasa Indonesia khususnya di wilayah perbatasan dalam rangka pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa; peningkatan peran

XXI/16

BAKOM PKB sebagai mitra pemerintah dalam memberikan masukan yang berdayaguna bagi kelancaran proses pembauran bangsa; dan peningkatan kerjasama antar umat beragama guna memantapkan kerukunan hidup intern umat beragama, antara umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah.

g. Program Peningkatan Penyelenggaraan Otonomi Daerah

Program peningkatan penyelenggaraan otonomi daerah dilaksa- nakan melalui penyerahan secara bertahap kewenangan dan urusan penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan dan pembangunan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka peningkatan otonomi daerah, dengan titik berat pada Daerah Tingkat II melalui penataan kewenangan penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan pusat dan daerah, dan unit-unit di daerah. Pelaksanaan program ini ditujukan agar pemerintah daerah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri secara lebih berkualitas.

Secara rinci hasil pelaksanaan pembangunan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Penataan Wilayah Daerah (Kota dan Desa)

Dalam rangka penatanaan wilayah daerah (kota dan desa) yang didasarkan pada ketentuan perundangan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas rentang kendali penyelenggaraan pemerintah daerah, telah terbentuk Kotamadya Dati II Bitung, Denpasar, Tangerang, Mataram, Jayapura, Palu, Kendari, Kupang dan Kabupaten Dati II Halmahera Tengah, Lampung Barat, Tulang Bawang dan Tanggamus.

Sedangkan program penataan wilayah desa di beberapa daerah terus dilanjutkan secara bertahap dan ditingkatkan pembinaan dan

XXI/17

pengembangannya dengan tujuan agar desa-desa hasil penataan terse- but dapat lebih cepat berfungsi dan berkembang atas dasar kemam- puan penyelenggaraan urusan rumah tangga sendiri.

2) Penataan Kewenangan

Dalam rangka penataan kewenangan dalam menangani berbagai urusan pemerintahan dilakukan peninjauan kembali berbagai peraturan mengenai penyerahan urusan kepada pemerintah daerah dengan kegia- tan pada 26 Kabupaten dati II percontohan dan pengembangan percon- tohan otonomi Daerah pada 64 Dati II.

Penataan dan pendistribusian urusan pemerintahan di Daerah Tingkat I dan II dilaksanakan dalam rangka memperjelas kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan antara pusat dan daerah serta antar unit-unit pemerintahan di daerah dalam satu sistem manajemen. Hal tersebut dilakukan sebagai perwujudan penyelenggaraan tugas-tugas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, yang dilak- sanakan secara bersama-sama dengan pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab.

3) Penataan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sumber Pendapatan Daerah

Upaya penataan dan pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah, dilaksanakan bersama dengan pengembangan sistem pengelo- laan keuangan daerah yang mendukung terciptanya kondisi yang lebih memberikan kepastian dan menjamin laju pertumbuhan daerah, melalui:

XXI/18

a) Penataan dan peningkatan kualitas pemungutan dan pengelolaan pajak, retribusi daerah serta pendapatan lain-lain di luar kedua hal di atas.

b) Realokasi dan restrukturisasi APBD dikaitkan dengan penataan pembinaan dan pengelolaan Subsidi Daerah Otonom (SDO), ganjaran, lembaga keuangan, lembaga swadana dan lain-lain.

c) Pengembangan sistem informasi administrasi keuangan daerah guna mewujudkan administrasi keuangan daerah yang berdaya- guna dan berhasilguna.

4) Penataan dan Pendayagunaan Manajemen/Administrasi Pemerintahan Daerah

Sasaran penataan dan pengembangan sistem administrasi pemerintahan ini adalah tingkat daerah, desa dan kelurahan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Penataan organisasi dan restrukturisasi unit-unit penyelenggara pemerintahan di daerah, desa dan kelurahan, yang mengarah pada terwujudnya unit pemerintahan yang semakin kuat dalam kemampuan administrasi dan pelayanan.

b) Upaya realokasi dan refungsionalisasi personil, yang mengarah pada profesionalisme pelaksanaan tugas struktural maupun fung- sional.

c) Penciptaan iklim dan kondisi yang mendukung dalam menguasai, mengembangkan dan mendayagunakan ilmu pengetahuan dan

XXI/19

teknologi (proses kearah sadar IPTEK bagi aparat dan masyarakat).

d) Pembakuan hubungan kerja antar perangkat pemerintah dalam suatu sistem manajemen pemerintahan di daerah yang terpadu, selaras dan serasi.

e) Penataan pemerintahan desa/kelurahan yang mengarah pada kemandirian dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan.

5) Penataan dan Pengembangan Sumber-Sumber Pendapatan Desa

Kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan keuangan dan kekayaan desa secara lebih rasional, melalui penataan dan pembinaan panda- patan dan kekayaan desa, dan peningkatan kemampuan aparat desa dalam mengelola keuangan kekayaan desa.

6) Penataan dan Pengembangan Lembaga Ekonomi Daerah

Dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah, diupayakan penyempurnaan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) agar berdayaguna dan berhasilguna. Untuk itu diambil langkah-lang- kah sebagai berikut :

a) Penataan struktur organisasi dan sistem perencanaan serta manajemen administrasi dan keuangan BUMD seperti Bank Pembangunan Daerah (BPD) milik Daerah Tingkat I, Bank Karya Pembangunan Daerah (BKPD) milik Daerah Tingkat II, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) milik Daerah Tingkat II dan perusahaan daerah lainnya.

XXI/20

b) Pengembangan dan perluasan jaringan usaha organisasi perusahaan daerah pada kawasan padat pembangunan serta pelayanan jasa pemerintahan dan keikutsertaan swasta dalam peningkatan ekonomi daerah, dan

c) Peningkatan pengetahuan dan kemampuan pimpinan dan karya- wan BUMD di bidang dunia usaha secara profesional.

C. HUBUNGAN LUAR NEGERI

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran penyelenggaraan hubungan luar negeri dalam Repelita VI sesuai amanat GBHN 1993 adalah meningkatnya hubungan kerja sama internasional yang saling menguntungkan dan menunjang kepentingan nasional.

Pembangunan hubungan luar negeri pada Repelita VI, yang

merupakan awal dari PJP II, dilaksanakan dengan senantiasa memper- hatikan kepentingan nasional serta menegakkan kedaulatan, kemandi- rian dan kepribadian bangsa serta memperhatikan beberapa Kebijaksa- naan yang meliputi (a) pemantapan prinsip politik luar negeri bebas aktif; (b) peningkatan upaya perwujudan tatanan dunia baru; (c) peningkatan kerjasama multilateral dan bilateral, baik regional maupun global, yang sesuai dengan kepentingan nasional; dan (d) peningkatan peran GNB.

Program pembangunan hubungan luar negeri terdiri atas satu

program pokok, yaitu Program Pembinaan Hubungan Luar Negeri, dan beberapa program penunjang, yaitu Program Pendidikan, Pelati-

XXI/21

han dan Penyuluhan Hubungan Luar Negeri; Penelitian dan Pengem- bangan Hubungan Luar Negeri dan Bantuan Kemanusiaan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Ketiga Repelita VI

a. Program Pokok

1) Program Pembinaan Hubungan Luar Negeri

Program ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan dan kerja- sama luar negeri dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi. Program ini dilaksanakan di berbagai fora internasional melalui berbagai kegiatan yang seluruhnya ditujukan untuk memperjuangkan dan menunjang kepentingan dan pembangunan nasional.

Dalam meningkatkan hubungan dan kerjasama luar negeri,

Indonesia tetap berpegang pada prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif dan diarahkan untuk turut mewujudkan tatanan dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta ditujukan untuk lebih meningkatkan kerjasama regional dan internasional.

Dalam rangka mewujudkan kerjasama regional di kawasan Asia

Tenggara, Indonesia menjadikan ASEAN sebagai prioritas politik luar negeri dalam rangka menciptakan stabilitas ekonomi dan politik di Asia Tenggara yang akan meningkatkan keserasian hubungan antar-negara, memperkukuh perdamaian, dan meningkatkan kesejahteraan bersama.

XXI/22

Pada KTT Informal ASEAN di Jakarta bulan Novemper 1996 yang lalu, para Kepala Pemerintahan yang hadir menegaskan kembali komitmennya untuk mewujudkan ASEAN sebagai kawasan damai, bebas dan netral, mempercepat ratifikasi traktat kawasan bebas senjata nuklir di Asia Tenggara (Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone/SEA-NWFZ) dan merampungkan revisi protokol dari traktat tersebut untuk dapat ditandatangani oleh negara-negara pemilik senjata nuklir anggota Dewan Keamanan PBB.

Bagi Indonesia, terciptanya Asia Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir merupakan kepentingan nasional yang sangat mendasar. Indonesia saat ini telah menyelesaikan proses ratifikasi kawasan bebas senjata nuklir Asia Tenggara dan dijadikan undang-undang yakni Undang-Undang No 9 tahun 1997 yang ditandatangani pada tanggal 2 April 1997.

Pada KTT Informal tersebut telah pula disepakati untuk meneri-

ma keinginan Kamboja, Laos dan Myanmar menjadi anggota ASEAN. Sehubungan krisis politik di dalam negeri Kamboja dewasa ini, para Menteri Luar Negeri ASEAN telah mengadakan pertemuan pada tanggal 10 Juli 1997 di Kuala Lumpur. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa keangotaan Kamboja dalam ASEAN untuk sementara ditangguhkan. Laos dan Myanmar secara resmi menjadi anggota ASEAN pada pertemuan ASEAN Ministerial Meet-ing/ Post Ministerial Conference (AMM/PMC) ke-30 bulan Juli 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Indonesia dan negara ASEAN lainnya menegaskan untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing anggotanya dan berupaya untuk mencari penyelesaian secara damai demi terwujudnya keamanan dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik.

XXI/23

Forum Regional ASEAN (ASEAN Regional Forum/ARF) telah diakui sebagai forum yang efektif untuk dialog dan konsultasi di bidang politik dan keamanan negara-negara di kawasan ini, dengan melibatkan negara-negara besar (major powers) dan diharapkan menjadi wahana penerapan diplomasi preventif yang efektif, serta dapat membangun rasa saling percaya dan tranparansi diantara para pesertanya.

Selama kepemimpinan Indonesia sebagai Ketua ARF telah dise-

lenggarakan kegiatan-kegiatan ARF yang melibatkan baik pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah. Indonesia telah berhasil memenuhi mandat untuk menyusun kriteria partisipasi ARF. Dengan diterimanya kriteria partisipasi ARF, peserta ARF telah berkembang menjadi 21 negara, antara lain dengan peserta baru Myanmar dan India.

Pertemuan Forum Regional ASEAN III (ARF III) yang terakhir

telah berlangsung di Jakarta pada tanggal 23 Juli 1996 dihadiri oleh seluruh negara peserta ARF. Selama tiga kali pertemuan, ARF telah berhasil melakukan pertukaran pikiran mengenai isu-isu politik dan keamanan regional yang merupakan kepentingan bersama untuk pemantapan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik, di samping itu telah behasil pula menyepakati kriteria partisipasi.

Pada tanggal 10 - 11 Juni 1997 di Jakarta telah diadakan perte- muan ketiga dari para pejabat senior ASEAN yang merupakan bagian dari pertemuan para Menteri ASEAN yang bertanggung jawab di bidang perencanaan pembangunan. Pertemuan ini mempunyai tujuan: (a) membuat suatu kerangka kerja guna memperkuat pembangunan kawasan ASEAN melalui berbagai kebijakan perencanaan yang diper- siapkan untuk menyongsong abad 21; (b) mempercepat penyatuan pembangunan regional di kawasan ASEAN; (c) meningkatkan

XXI/24

kemampuan kapasitas nasional ASEAN dan lembaga-lembaga lainnya di bidang perencanaan pembangunan; (d) meningkatkan integrasi sosial ekonomi di kawasan ASEAN dengan mempererat kerjasama antar negara ASEAN di bidang perencanaan pembangunan dengan turut melibatkan seluruh negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Keanggotaan Indonesia pada Dewan Keamanan PBB periode 1995-1996 telah meningkatkan sumbangsih Indonesia dalam pemeliha- raan perdamaian dan keamanan internasional, tidak hanya dalam mengatasi situasi konflik tetapi juga dalam upaya restrukturisasi Dewan Keamanan.

Hubungan bilateral RI-RRC senantiasa berjalan dengan baik sejak normalisasi hubungan kedua negara pada tahun 1991. Kerjasama kedua negara pada forum regional seperti ASEAN, ARF dan APEC semakin erat. RRC menghargai upaya Indonesia dalam penyelesaian masalah-masalah di Laut Cina Selatan, serta dukungannya sehingga RRC dapat diterima menjadi anggota ARF pada tahun 1994 dan mitra wicara ASEAN tahun 1996.

Indonesia juga mendukung proses penyatuan seluruh Cina.

Dalam kaitan ini, Indonesia mengikuti dengan seksama proses Persia- pan Hongkong menjadi Special Administrative Region (SAR) RRC pada tanggal 1 Juli 1997 yang telah berjalan dengan lancar. Dalam rangka mengantisipasi alih kekuasaan atas Hongkong dari pemerintah Inggris kepada pemerintah RRC, Indonesia dan RRC telah mencapai persetujuan tentang dipertahankannya Konsulat Jenderal RI di Hongkong.

Hubungan bilateral Indonesia - Amerika Serikat di tahun 1996/1997 pada umumnya dapat dikatakan terselenggara dengan

XXI/25

cukup baik, akan tetapi di sisi lain patut pula dicatat bahwa hubungan Indonesia - Amerika Serikat tidak luput dari berbagai masalah dengan adanya sikap sementara anggota Kongres Amerika Serikat yang kritis, yang sering melancarkan kritik terhadap pelaksanaan HAM, lingku- ngan hidup, demokratisasi dan ketenagakerjaan di Indonesia, yang dapat merupakan iritasi bagi hubungan kedua negara.

Pada tanggal 3 September 1996 House of Representatives

Negara Bagian Massachusetts mengajukan RUU baru No. 6320 (HB 6320) yang intinya antara lain berupa sanksi bagi perusahaan-perusahaan yang melakukan investasi di Indonesia. Contoh lain, RUU Indonesian Military Assistance Accountability Act (HR 1132) yang diprakarsai oleh anggota Kongres Patrick Kennedy, yang ditujukan untuk penjualan senjata antar pemerintah (G to G). Demikian pula dengan Rancangan Resolusi (Ranres) mengenai Timor Timur (H.Res 45) yang diajukan oleh anggota Kongres Tony Hall (D-Ohio). Indone- sia bersikap tegas untuk tidak saling mencampuri masalah dalam negeri masing-masing dalam hubungan antar negara. Dalam rangka itu Indonesia telah membatalkan rencana pembelian sembilan pesawat F-16 eks Pakistan yang ditawarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Indonesia juga menolak memanfaatkan International Military Educa- tion and Trainning (IMET).

Perkembangan di kawasan Pasifik Selatan dan Barat Daya, secara umum cukup baik, terlihat pada peningkatan kerjasama bilateral di antara negara-negara kawasan dan melalui Forum Pasifik Selatan. Negara-negara di kawasan tersebut juga berusaha meningkatkan hubungan kerjasama dengan Indonesia. Bagi Indonesia, kawasan Pasifik Selatan memiliki arti penting karena Indonesia berbatasan langsung dengan Papua Nugini dan Australia yang memiliki peranan penting dalam Forum Pasifik Selatan. Pembinaan hubungan baik dengan negara-negara di kawasan Pasifik Selatan diharapkan juga

XXI/26

untuk menangkal upaya-upaya yang dilakukan oleh unsur-unsur anti-RI di kawasan tersebut.

Hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah terus berkembang dari tahun ke tahun dan pada umumnya tidak ada suatu ganjalan yang berarti bagi peningkatan hubungan, baik politik maupun ekonomi dengan negara-negara di kawasan ini.

Indonesia mendukung upaya penyelesaian damai permasalahan di

kawasan Timur Tengah yang masih tetap ditandai konflik antara negara-negara Arab dengan Israel. Proses perundingan damai yang semula berlangsung dan memberikan harapan-harapan positif, kini dalam perkembangannya mengalami hambatan akibat perubahan kebijakan yang ditempuh Pemerintah PM Netanyahu dari partai Likud yang berhaluan konservatif. Indonesia tetap membantu perjuangan rakyat Palestina untuk membangun negerinya.

Di kawasan Afrika, masih berkecamuk pertentangan etnis, agama, perbatasan dan perebutan kekuasaan. Di samping itu masalah umum yang dihadapi Afrika adalah masalah kemiskinan dan kelapa- ran, baik sebagai akibat gejolak politik, ekonomi maupun kondisi alam yang tidak menguntungkan.

Negara-negara Afrika mulai mengalihkan perhatiannya kepada kerjasama dengan sesama negara-negara berkembang (Selatan-Sela- tan) melalui forum Gerakan Non Blok, antara lain melalui perluasan program Kerjasama Tehnik Negara Berkembang. Citra Indonesia sebagai pemrakarsa Konferensi Asia Afrika di Bandung tetap dihargai di Afrika, demikian juga kedudukan Indonesia sebagai Ketua Gerakan Non Blok sampai tahun 1995 merupakan faktor positif bagi upaya peningkatan hubungan dan kerjasama dengan negara-negara di Afrika. Indonesia terus meningkatkan pemberian bantuan teknik sebagai salah

XXI/27

satu sarana untuk membina persahabatan dengan bangsa-bangsa Afrika.

Sementara itu dalam kurun waktu lima tahun terakhir, hubungan

RI dengan negara-negara di kawasan Eropa Timur dan khususnya negara-negara bekas Uni Soviet mengalami peningkatan yang ditandai dengan telah dilakukannya kunjungan oleh kepala negara/pemerinta- han maupun pejabat tinggi lainnya ke Indonesia maupun sebaliknya. Indonesia juga merencanakan untuk membeli peralatan militer dari Rusia secara imbal beli.

Dalam bidang kerjasama ekonomi, wahana ASEAN dimanfaat- kan untuk menggalang solidaritas dan kerja sama guna menghadapi permasalahan di tingkat regional dan global terutama untuk mengha- dapi liberalisasi pasar. Indonesia mendukung penuh pelaksanaan pro- gram AFTA yang akan mulai diberlakukan pada tahun 2003. Hu- bungan kerjasama ekonomi antar negara ASEAN telah dilengkapi dengan kerjasama-kerjasama kawasan pertumbuhan yang diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah yang saling berbatasan seperti Indonesia Malaysia Thailand Growth Trian- gle (IMT-GT), Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT), dan Brunei Darussalam Indonesia Malaysia the Philippines East Asean Growth Area (BIMP-EAGA). Sementara itu, dengan Australia telah dibentuk kerjasama pertumbuhan ekonomi yang melibatkan propinsi-propinsi di kawasan timur Indonesia dengan seluruh negara bagian di Australia yang dikenal dengan nama Australia-Indonesia Development Area (AIDA).

Dalam rangka kerjasama Selatan-Selatan yang bersifat inter-regional, wahana kerjasama Gerakan Non Blok (GNB), Kelompok-77, Organisasi Konperensi Islam, Kelompok-15, Development-8 (D-8), Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC)

XXI/28

dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan pembangunan nasional.

Melalui GNB, Indonesia senantiasa berupaya untuk terus mengembangkan Kerjasama Selatan-Selatan. Indonesia secara konsis- ten terus meminta perhatian dan kesungguhan negara maju, khususnya Kelompok G7 dan lembaga keuangan internasional untuk membantu menyelesaikan hutang luar negeri, terutama hutang negara-negara berkembang yang terbelakang.

Dalam kaitannya dengan Kelompok-77, terutama dalam pelaksa- naan kerjasama teknik antar negara berkembang, Indonesia sejak 1981- 1997 telah menawarkan 472 program KTNB di bidang pertain- an, pendidikan, keluarga berencana, pekerjaan umum, skema partum- buhan yang mandiri, penerangan, sumber daya alam, pelayanan so- sial, keuangan, kesehatan, survei dan pemetaan yang hingga kini telah diikuti oleh 3875 peserta dari 92 negara berkembang. Program KTNB merupakan salah satu 'alat diplomasi' yang handal dalam hubungan luar negeri Indonesia, khususnya dengan sesama negara berkembang.

Selaku Ketua KTM OKI untuk periode 1996-Maret 1998, Indo-

nesia menekankan agar OKI lebih menitikberatkan kepada kerjasama ekonomi dan meningkatkan peran serta swasta dalam kerjasama perdagangan dan investasi sebagai realisasi dari KTM OKI ke 24 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 9-13 Desember 1996. Selain itu, Indonesia, bersama-sama dengan negara anggota OKI lainnya akan terus meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan yang lebih nyata melalui wadah yang dimiliki OKI, yaitu Komite Tetap Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Organisasi Konferensi Islam (COMCEC-OKI).

XXI/29

Indonesia sebagai salah satu negara anggota kerjasama Kelom- pok-15, terus berusaha memberikan sumbangan dan berperan aktif dengan menjadi negara pemrakarsa tiga proyek kerjasama ekonomi, yaitu di bidang produksi pangan, kependudukan/keluarga berencana dan masalah hutang luar negeri. Konperensi Tingkat Tinggi ke-6, Kelompok-15, di Harare, Nopember 1996 telah menghasilkan bebera- pa kesepakatan pokok, yaitu menyetujui komunike bersama "Sistem Perdagangan Internasional Dewasa ini" dan "Prospek Peningkatan Perdagangan Antar Negara Berkembang". Di samping itu secara terpisah mengeluarkan pernyataan khusus Kelompok-15 terhadap WTO yaitu perlunya kesatuan sikap setiap negara-negara berkembang guna menghadapi tekanan negara-negara maju dan menentang upaya negara maju untuk memasukkan isu baru lainnya ke dalam agenda PTM I WTO di Singapura. Dalam masalah keanggotaan Kelompok-15 memutuskan untuk menerima Kenya sebagai anggota baru.

Dalam rangka kerjasama negara berkembang, telah terbentuk

kelompok D-8 (Developing Eight) yang tidak dimaksudkan untuk mengimbangi kelompok apapun baik secara politis maupun ekonomis melainkan untuk menunjang terciptanya kemitraan bagi pembangunan baik secara global, regional maupun sub-regional.

Berkaitan dengan kerjasama D-8, Indonesia menekankan bahwa tujuan kerjasama melalui D-8 adalah untuk memajukan produktivitas dan efektivitas kerjasama diantara negara-negara anggota dalam upaya bersama menyumbang kearah terselenggaranya kerjasama bagi pembangunan. D-8 merupakan wahana kerjasama diantara negara-negara peserta dan juga dapat dimanfaatkan oleh negara berkembang lainnya.

Dengan keberhasilan Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan,

Indonesia telah diminta untuk menangani masalah penanggulangan

XXI/30

kemiskinan dan pengembangan sumber daya manusia dalam KTT D-8 bulan Juni 1997 di Istanbul, Turki.

Keikutsertaan Indonesia dalam kerjasama ekonomi regional Negara-negara di Kawasan Samudera Hindia (India Ocean Rim- Association for Regional Cooperation/IOR-ARC) yang baru saja dibentuk, dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan akses ekspor Indonesia ke pasaran negara-negara IOR-ARC, khususnya yang berada di belahan barat Samudera Hindia. Ditinjau dari segi ekonomi, IOR-ARC menjanjikan masa depan yang cukup cerah karena potensi ekonomi kawasan itu cukup besar dan bidang-bidang kerjasama yang dapat dikembangkan cukup luas. Meskipun demikian, sebagai suatu perhimpunan kerjasama ekonomi regional yang baru dan yang perta- ma di kawasan Samudera Hindia, masih perlu mendapat perhatian berbagai kendala yang mempengaruhi cakupan dan kedalaman sub- stansi kerjasama.

Indonesia telah secara aktif berpartisipasi dalam kerjasama ekonomi regional di berbagai pertemuan Economic and Social Commission for Asia and the Pasific (ESCAP) dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Pada bulan April 1997 Indonesia telah memberikan sumbangan untuk mendukung kegiatan-kegiatan ESCAP khususnya bagi pembiayaan proyek-proyek kerjasama teknik dan ekonomi yang dipandang dapat memberikan manfaat besar bagi kepentingan pembangunan nasional.

Dalam rangka kerjasama APEC, Indonesia mendukung Agenda Aksi Osaka yang mencakup tiga pilar pokok APEC yang ditegaskan di Bogor yaitu: (1) Liberalisasi perdagangan dan investasi; (2) Fasilitasi perdagangan dan investasi; dan (3) Kerjasama Ekonomi dan Teknik. Deklarasi liberalisasi dan fasilitasi dari Agenda tersebut didasarkan suatu pendekatan yang merupakan kombinasi dari concerted unilateral

XXI/31

measures dan collective actions. Sedangkan Kerjasama Ekonomi dan Teknik dalam Agenda Aksi meliputi 13 bidang yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi diantara anggota-anggota APEC dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial, serta menunjang proses liberalisasi ekonomi.

Deklarasi Bogor yang menyepakati liberalisasi dan fasilitasi

perdagangan dan investasi bebas dan terbuka di negara-negara Pasific pada tahun 2010/2020, kemudian lebih diperinci dengan Agenda Aksi Osaka dan Manila Action Plan for APEC (MAPA). APEC telah bera- lih dari tahapan visi, kebijaksanaan dan perencanaan ke tahapan pelaksanaan.

Asia Europe Economic Meeting (ASEM) merupakan wahana yang relatif baru untuk menggalang kemitraan dalam rangka memper- erat kerjasama antara Asia dan Eropa. Keberadaan ASEAN terasa semakin penting dengan diselenggarakannya Pertemuan Asia-Eropa (ASEM-1) di Bangkok tanggal 1-2 Maret 1996.

ASEAN sepakat untuk mendorong sektor-sektor usaha dan

swasta termasuk perusahaan-perusahaan berskala kecil dan menengah guna meningkatkan arus investasi dan perdagangan antara Asia dan Eropa; serta meningkatkan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknolo- gi. Pertemuan ASEM II direncanakan akan diselenggarakan pada tahun 1998 di Inggris dan ASEM III di Korea Selatan tahun 2000.

Masalah kekurangan pangan dan kekurangan gizi yang dewasa

ini merupakan masalah dunia tidak dapat diabaikan dan memerlukan penanganan bersama. Sementara bantuan pangan dunia dan bantuan pertanian kepada negara-negara berkembang cenderung menurun. Untuk mengatasi hal tersebut, Dirjen FAO telah berinisitif untuk menyelenggarakan KTT Pangan Sedunia di Roma bulan Nopember

XXI/32

1996, untuk memperoleh komitmen para pemimpin dunia guna menghapuskan kelaparan dan kekurangan gizi masyarakat dunia. Dalam kesempatan tersebut, Presiden RI telah mengajukan usul untuk mendirikan pabrik pupuk bersama guna mengatasi masalah pangan global, dan mendapatkan sambutan positif dari para pemimpin dunia.

Indonesia terus meningkatkan kerjasama antara lembaga nasional maupun asing, melalui pengembangan pola kerjasama antar kota/propinsi; kerjasama antar universitas/ perguruan tinggi; promosi investasi di luar negeri dan pendayagunaan informasi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

Dalam upaya menciptakan, menumbuhkan dan memantapkan

citra positif Indonesia di luar negeri, diupayakan pengembangan Media Production Center yang memanfaatkan peralatan audio-visual; publikasi Citra Indonesia dalam bentuk bahan-bahan informasi tulisan; peningkatan jaringan informasi di Perwakilan RI berupa publikasi penerbitan News Letters Indonesia "News and Views" serta meman- faatkan media internet, dengan membangun homepage Departemen Luar Negeri yang berisi informasi mengenai kebijakan dan pelaksa- naan politik dan hubungan luar negeri dalam upaya penanggulangan isu-isu negatif tentang Indonesia.

b. Program Penunjang

1) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Hubungan Luar Negeri

Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia, yang mencakup wawasan kejuangan maupun kemampuan profesional yang mendukung terlaksananya hubungan luar negeri yang mantap.

XXI/33

Selama tahun anggaran 1996/1997 kegiatan pendidikan dan latihan berjenjang dilakukan pada tingkat Caraka Muda (pendidikan diplomat tingkat dasar), Caraka Madya (pendidikan diplomat tingkat menengah) dan Caraka Utama (untuk para diplomat senior).

Caraka Muda diikuti oleh 45 peserta, Caraka Madya oleh 45 peserta dan Caraka Utama 44 peserta. Untuk menambah keahlian diplomasi mereka, juga telah diajarkan bahasa-bahasa internasional diplomatik yang meliputi bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Jerman, Jepang, Cina dan Arab.

Di samping itu telah pula dilaksanakan Orientasi Isteri Pejabat

Dinas Luar Negeri (Taribatlu) yang diikuti oleh 35 peserta untuk tingkat Caraka Muda, 37 peserta untuk tingkat Caraka Madya dan 38 peserta untuk tingkat Caraka Utama. Bagi isteri-isteri Kepala Perwaki- lan RI dan Wakil Kepala Perwakilan RI telah pula diadakan orientasi yang diikuti oleh 26 peserta.

2) Program Penelitian dan Pengembangan Hubungan Luar Negeri

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hubungan internasional dan politik luar negeri Indonesia berdasarkan konsep yang telah dikaji secara mantap dan terpadu.

Dalam rangka program penelitian dan pengembangan hubungan

luar negeri, telah dilaksanakan serangkaian loka karya, seminar, forum dialog dan diskusi-diskusi baik yang berskala nasional dan internasional. Departemen Luar Negeri juga bertindak sebagai koor- dinator media center guna menangkal isu-isu negatif yang merugikan kepentingan nasional Indonesia. Pusat media ini diharapkan akan lebih mempermudah koordinasi dalam rangka mengumpulkan data untuk

XXI/34

kepentingan penyusunan bahan-bahan counter dan kampanye penerangan lainnya.

Selama tahun periode 1996-1997 telah dilaksanakan studi peneli-

tian kerjasama Departemen Luar Negeri (Badan Penelitian dan Pengembangan) dengan universitas-universitas negeri di Indonesia yaitu: (1) Pertumbuhan dan perkembangan negara-negara di kawasan (Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar) dalam dasawarsa 90-an dalam hubungan Asia Pasifik dan antisipasi Indonesia; (2) Kerjasama negara- negara di kawasan Samudra Hindia : Prospek dan antisipasi Indone- sia; (3) Restrukturisasi Departeman Luar Negeri RI ke arah peningka- tan efektivitas diplomasi global di abad 21; (4) Kebijakan politik luar negeri Indonesia menghadapi pengaruh barat di bidang lingkungan hidup; (5) Segitiga pertumbuhan kawasan timur Indonesia, Australia dan PNG: harapan dan tantangannya; (6) Masalah tenaga kerja Indo- nesia di luar negeri: prospek dan tantangannya bagi Indonesia.

3) Program Bantuan Kemanusiaan Program ini bertujuan untuk mendorong kesetiakawanan sosial

dan berkaitan erat dengan upaya mewujudkan suasana perdamaian dan kemitraan, terutama antara Indonesia dan negara berkembang lainnya serta negara-negara yang memerlukan bantuan.

Indonesia telah memberikan bantuan kemanusiaan bagi negara-

negara yang mengalami bencana alam maupun sosial, dan dalam tahun 1996/1997 memberikannya kepada 10 negara (Afrika Selatan, Korea Utara, Mongolia, Tajikistan, Vietnam, Laos, Malaysia, Sudan, Losotho, India) yang mengalami musibah bencana alam dan bantuan dalam rangka Program United Nation High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk menangani repatriasi pengungsi asal Togo, Niger, Mali serta pengungsi korban penyerangan Israel ke Libanon. Di samping itu dilanjutkan pemberian bantuan sosial dan kesehatan untuk Kamboja dan Bosnia Herzegovina.

XXI/35

TABEL XXI – 1PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN

PANCASILA (P4) KONTEKSTUAL BAGI PELAKU EKONOMI DAN LEKTOR1993/94, 1994/95 – 1996/97

(jumlah petatar)

Catatan :- Belum/tidak dilaksanakan lagi

XXI/36

TABEL XXI – 2PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN

PANCASILA (P4) BAGI CALON PETATAR1993/94, 1994/95 – 1996/97

(frekuensi penataran)

Catatan :- Belum/tidak dilaksanakan lagi

XXI/37

TABEL XXI – 3PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN

PANCASILA (P4) BAGI CALON PENATAR1993/94, 1994/95 – 1996/97

(jumlah petatar/peserta)

Catatan :- Belum/tidak dilaksanakan lagi

XXI/38

TABEL XXI – 4PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN

PANCASILA (P4) BAGI ANGGOTA KEMASYARAKATAN1993/94, 1994/95 – 1996/97

(jumlah petatar/peserta)

1) Data sampai bulan Desember 1996Catatan :- Tidak dilaksanakan lagi.. Data diperbaiki

XXI/39

TABEL XXI – 5PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN

PANCASILA (P4) BAGI PEGAWAI NEGERI1993/94, 1994/95 – 1996/97

(jumlah petatar/peserta)

1) Data sampai bulan Desember 1996Catatan :- Tidak dilaksanakan lagi.. Data diperbaiki

XXI/40

TABEL XXI – 6PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN

PANCASILA (P4) BAGI MAHASISWA DAN PELAJAR1993/94, 1994/95 – 1996/97(jumlah petatar/peserta didik)

Catatan :- Tidak dilaksanakan lagi

XXI/41