bab i pendahuluan -...

36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belang Masalah Tindak Pidana Korupsi saat ini dipandang sebagai kejahatan exra ordinary crime 1 , sehingga memerlukan penanganan yang sangat luar biasa, karena itu penanganannya tidak dapat lagi secara konvensional. Kebijakan yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah antara lain sebagai berikut mengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah saat ini belum juga memperoleh hasil yang memadai karena jumlah kasus korupsi tidak berkurang serta pengembalian kerugian negara belum juga optimal dilakukan, sehingga 1 Firma wijaya.Peradilan Korupsi dan Praktik. Maharani Press.Jakarta,hlm.2

Upload: vannhan

Post on 28-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belang Masalah

Tindak Pidana Korupsi saat ini dipandang sebagai

kejahatan exra ordinary crime1, sehingga memerlukan

penanganan yang sangat luar biasa, karena itu

penanganannya tidak dapat lagi secara konvensional.

Kebijakan yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah antara

lain sebagai berikut mengganti Undang-undang Nomor 3

Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

dengan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Namun kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah

saat ini belum juga memperoleh hasil yang memadai karena

jumlah kasus korupsi tidak berkurang serta pengembalian

kerugian negara belum juga optimal dilakukan, sehingga

1 Firma wijaya.Peradilan Korupsi dan Praktik. Maharani Press.Jakarta,hlm.2

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

2

tetap saja korupsi di Indonesia masih besar dengan berbagai

bentuk dan modus operandinya.

Dalam hal ini perlu diketahui bahwa korupsi

menimbulkan implikasi yang buruk terhadap kerugian

keuangan negara dan perekonomian negara. Selain itu

korupsi juga dapat merusak sendi-sendi kehidupan

masyarakat dan negara. Namun dalam hal ini belum ada

pengaturan yang jelas tentang pengembalian kerugian

keuangan negara.2

Uang pengganti sebagai pidana tambahan dalam

perkara korupsi harus dipahami sebagai bagian dari upaya

pemidanaan terhadap mereka yang melanggar hukum. Dalam

hal ini hukum yang dilanggar adalah tindak pidana korupsi.

Untuk memahami lebih lanjut tentang masalah ini ada

baiknya mengingat kembali konsep pemidanaan secara lebih

lengkap. Secara umum pemidanaan tidak dimaksudkan untuk

memberikan dan tidak diperkenankan merendahkan martabat

2 Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

3

manusia. Namun pemidanaan seperti pernah diungkapkan

oleh Lobby Lukman bertujuan untuk:

1. mencegah agar orang tidak melakukan tindak pidana

dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman

masyarakat;

2. memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan

pembinaan sehingga menjadikan orang yang baik dan

berguna;

3. menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak

pidana, memulihkan keseimbangan, dan

mendatangkan rasa damai dalam masyarakat;

4. membebaskan rasa bersalah pada narapidana.3

Sebelum mengetahui latar belakang pembayaran uang

pengganti dalam tindak pidana korupsi, terlebih dahulu harus

diketahui alasan korupsi dijadikan suatu tindak pidana. Hal

ini sangat penting terutama dalam mencari keterkaitan antara

perbuatan yang dijadikan tindak pidana dengan sanksi apa

yang sebaiknya digunakan. Sudarto mengungkapkan bahwa

perbuatan yang diusahakan untuk dicegah dan ditanggungi

dengan hukum pidana harus merupakan perbuatan yang

dikehendaki yaitu perbuatan yang mendatangkan kerugian

(materiil dan spiritual) atas warga masyarakat.

3Efi Laila Kholis.Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi. Solusi

Publicsing.Hlm. 6

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

4

Dalam hal ini dilakukan untuk kesejahteraan dan

pengayoman masyarakat yang harus sejalan pula dengan

tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat

adil dan makmur.4

Mengingat bahwa korupsi telah mengakibatkan

pelaku memperoleh keuntungan finansial dan sebaliknya

negara sebagai korban menderita kerugian finansial. Pada

pokoknya korupsi telah mengakibatkan kemiskinan,

sehingga pelaku korupsi harus dikenakan pidana tambahan

berupa pembayaran uang pengganti.

Dalam konteks pidana tambahan dalam pembayaran

uang pengganti yaitu yang mempunyai unsur merugikan

keuangan negara. Bahwa yang dimaksud dengan merugikan5

adalah sama artinya dengan menjadi rugi atau menjadi

berkurang. Maka yang dimaksud dengan unsur merugikan

keuangan Negara6 adalah menjadi ruginya keuangan negara

atau berkurangnya keuangan negara. Adapun yang

4 Efi Laila Kholos, op-cit.hal 13.

5 R. Wiyono. Pembahasan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 32. 6 R. Wiyono. Ibid.Hlm. 32.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

5

dimaksud dengan Keuangan Negara di dalam penjelasan

umum Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Tindak Pidana Korupsi, disebutkan bahwa keuangan negara

adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apa pun yang

dipisahkan atau yang tidak dipisahkan termasuk di dalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban

yang timbul karena.7

a. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan

pertanggungjawaban pejabat lembaga negara,

baik tingkat pusat maupun di daerah.

b. Berada dalam penguasaan, pengurusan,

pertanggungjawaban badan Usaha Milik

Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan,

badan hukum dan perusahaan yang

menyertakan modal negara, atau perusahaan

yang menyertakan modal pihak ketiga

berdasarkan perjanjian dengan negara.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dengan adanya

kerugian yang diderita Negara dan berdampak juga pada

7 R. Wiyono .Ibid.Hlm.32.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

6

masyarakat, maka untuk mewujudkan keadilan sosial

diperlukan upaya-upaya pengembalian kerugian negara hasil

tindak pidana korupsi. Pengaturan pengembalian kerugian

negara dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 yaitu

dengan gugatan perdata.

Dalam hal ini bahwa uang pengganti tidak otomatis

disetorkan ke kas negara, tapi harus didahului upaya

kejaksaan untuk menggugat perdata terpidana. Berdasarkan

proses perdata tersebut diperlukan waktu yang cukup lama

dalam pengembalian keuangan negara. Sedangkan

Pengaturan pengembalian keuangan negara8 hasil tindak

pidana korupsi diatur dalam Undang-undang Nomor 31

Tahun 1999 juncto Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu

pendekatan pidana melalui proses penyitaan dan perampasan.

Berdasarkan pendekatan pidana, maka salah satu cara

yaitu memberikan pidana tambahan. Pidana tambahan diatur

8 Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang mapun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pasal 1 huruf (1) Undang-undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

7

selain dalam KUHP juga diatur tersendiri dalam Undang-

undang Nomor 31 Tahun 1999 diubah menjadi Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

tindak Pidana Korupsi yaitu pengaturannya sebagai

berikut:9

a. perampasan barang bergerak yang berwujud

atau yang tidak berwujud atau barang tidak

bergerak yang digunakan untuk atau yang

bertindak pidana korupsi, termasuk perusahaan

milik terpidana dimana tindak pidana korupsi

dilakukan, begitu pula dari barang-barang yang

menggantikan barang-barang tersebut;

b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya

sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda

yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;

c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan

untuk waktu paling lama 1 tahun;

d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak

tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian

keuntungan tertentu, yang telah atau dapat

diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana.

Pidana tambahan diatur dalam Pasal 18 ayat (1)

huruf a, b, c, d, ayat (2) dan ayat (3)10

. Berdasarkan Pasal-

Pasal di atas , bahwa pidana tambahan wajib dilaksanakan

sesuai dengan Putusan Hakim yang sudah in kracht van

9 Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi.(Jakarta: Solusi Publishing. 2010). Hlm 11.

10 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 diubah menjadi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

8

gewijsde. Pidana Tambahan bisa dijatuhkan terhadap pelaku

tindak pidana korupsi yang unsurnya merugikan keuangan

negara. Berkaitan dengan pidana tambahan Penulis akan

membahas lebih mendalam mengenai Pidana tambahan yaitu

dengan cara pembayaran uang pengganti.

Definisi pidana pembayaran uang pengganti yaitu

“pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-

banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari

tindak pidana korupsi.”11

Dalam menentukan dan

membuktikan berapa sebenarnya jumlah “harta benda yang

diperoleh terpidana dari tindak korupsi” tidak hanya

ditafsirkan harta benda yang masih dikuasai oleh terpidana

pada saat putusan pengadilan dijatuhkan tetapi juga harta

benda hasil korupsi yang pada waktu pembacaan putusan

sudah dialihkan terdakwa kepada orang lain.

Berkaitan dengan pelaksanaan pidana pembayaran

uang pengganti, kenyataannya dalam praktik sampai

sekarang belum dapat dilaksanakan secara efektif, karena

11

Pasal 18 UU ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

9

banyak faktor yang menghambat baik dari terpidana,

penegak hukum, hukum dan aturan-aturan pelaksananya.

Dalam pidana tambahan yaitu pembayaran uang pengganti

hasil tindak pidana korupsi sampai saat ini belum bisa

membuahkan hasil yang maksimal.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan Penulis di

Kejaksaan Negeri Sragen bahwa dalam kurun waktu 3 (tiga)

tahun kerugian Negara mencapai Rp12.876.761.644 (dua

belas milyar delapan ratus tujuh puluh enam juta tujuh ratus

enam puluh ribu enam ratus empat pulu empat rupiah) dari

putusan hakim .12

Bahwa dari kerugian keuangan negara

tersebut di atas yang baru biasa kembali kenegara yaitu Rp.

648.179.000 (enam ratus juta empat puluh delapan juta

seratus tujuh puluh sembilan ribu rupiah).13

Dari 4 kasus

yang sudah In Kracht Van Gewijsde, 1(satu) orang terpidana

yang membuat pernyataan menjalani pidana subsider dari

12

Data yang di peroleh dari Kejaksaan Negeri Sragen tahun 2011-2013 13

Ibid.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

10

pidana tambahan dan 3 orang terpidana membayar uang

pengganti.14

Dalam hal ini pelaksanaan putusan pidana yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap, menurut Pasal 270

KUHAP serta Pasal 30 huruf b Undang-undang Nomor 16

Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia,

dilakukan oleh jaksa selaku eksekutor.

Berdasarkan putusan Hakim yang sudah in kracht

van gewijsde, maka Jaksa Penuntut Umum selaku eksekutor

melakukan penagihan kepada terpidana untuk membayar

uang pengganti. Proses pembayaran uang pengganti tersebut

diatur dalam Pasal 18 ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang

Nomor 31 Tahun 1999. Namun berdasarkan studi kasus yang

dilakukan oleh Penulis bahwa Jaksa Eksekutor mengalami

kendala ketika harta benda terdakwa belum diketahui

keberadaannya. Dalam Undang-undang menjelaskan apabila

terpidana tidak membayar uang pengganti , harta bendanya

dapat disita oleh jaksa yang mana tidak boleh melebihi

14

Http://www.antikorupsi.org, Pengadilan masih milik koruptor, diakses tanggal 2 Mei 2006

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

11

tenggang waktu 1 (satu) bulan. Oleh karena dapat dipahami

bahwa waktu yang ditetapkan dalam Undang-undang tidak

cukup dalam pencarian aset terpidana , mengingat bahwa

penyitaan tidak dilakukan pada waktu proses Penyidikan.

Dengan kendala tersebut memungkinkan terpidana

kasus korupsi tidak membayar uang pengganti dan memilih

menjalani pidana subsider. Dalam hal ini Penulis melakukan

penelitian di Kejaksaan Sragen yaitu kasus Korupsi atas

nama terpidana H.Untung Sarono Wiyono Sukarno, SH.

Berdasarkan Penelitian penulis bahwa H.Untung Sarono

Sukarno, SH dalam hal ini merugikan keuangan Negara yang

mencapai Rp 10.501.445.352,- berdasarkan tuntutan Jaksa

Penuntut Umum maka hakim berdasarkan Putusan No. 1361

K/Pid.Sus/2012 dalam hal ini menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa antara lain.

1. Dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun dan

pidana denda sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

12

tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan

pidana kurungan selama 6 (enam) buan.

2. Membayar uang pengganti sebesar Rp.

10.501.445.352,- (sepuluh milyar lima ratus satu

juta empat ratus empat puluh lima ribu tiga ratus

lima purupiah) dan apabila terdakwa tidak

mempunyai harta benda yang mencukupi, maka

dijatuhi pidana penjara selama 4 (empat) tahun.

Dalam hal ini terpidana H.Untung Sarono wiyono

Sukarno, SH berdasarkan Putusan Hakim tersebut ternyata

memilih membuat pernyataan tidak mampu untuk membayar

uang pengganti dan menjalani pidana subsider. Padahal

terpidana diduga mempunyai harta benda yang mencukupi

untuk membayar uang pengganti, namun Jaksa selaku

eksekutor tidak mengetaui secara jelas dimana letak harta

benda milik Untung Wiyona karena keterbatasan waktu yang

diberikan Undang-undang.

Berdasarkan kasus diatas maka dapat dipahami

bahwa belum ada pengaturan yang lebih jelas ketika

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

13

terpidana diketahui mempunyai harta benda namun Jaksa

Penuntut umum belum mengetahui letak atau tempat yang

pasti keberadaan aset yang dimiliki untung wiyono,

mengingat undang-undang memberikan waktu tenggang

selama (1) bulan.

Dalam hal ini bahwa mengenai penentuan pidana

pembayaran uang pengganti berpedoman pada Surat Jaksa

Agung No. B -28 / A / Ft.1 / 05 / 2009 tanggal 11 Mei 2009,

mengenai petunjuk kepada jaksa penuntut umum dalam

membuat surat-surat tuntutan yang salah satu diantara

petunjuk adalah mengenai pidana pembayaran uang

pengganti. 15

Sedangkan Tata cara penyelesaian uang

pengganti juga berpedoman pada Surat Jaksa Agung No. B-

020/A/J.A/04/2009.

Berdasarkan pedoman Surat Jaksa Agung sudah

cukup jelas mengatur tentang pidana pembayaran uang

pengganti dan tata cara penyelesaian uang pengganti, namun

dalam hal ini masih mengalami kendala. Kendala yang

15

Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi.Jakarta: Solusi Publishing. Hlm 20.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

14

dihadapi oleh penegak hukum yaitu pengaturan yang tidak

jelas tentang pembayaran uang pengganti. Selain itu kendala

Jaksa Penuntut Umum yaitu sebagai berikut:16

1. terpidana suda tidak memiliki harta bendanya;

2. terpidana sudah meninggal dan tidak mengetahui

domisinya;

3. kesulitan dalam eksekusi dalam penyitaan aset

karena pada saat penyidikan tidak dilakukan

penyitaan terhadap harta benda.

Dalam hal ini bahwa Putusan Hakim dalam pidana

tambahan yaitu berupa pidana pembayaran uang pengganti

atau pidana subsider. Berdasarkan Pasal 18 ayat (2) dan (3)

pembayaran uang mengganti juga mengalami kelemahan.

Ramelan juga pernah mengungkapkan bahwa Kendalam

dalam penjatuhan pembayaran uang pengganti dalam rangka

penyelesaian keuangan Negara yaitu17

.

1. Kasus korupsi dapat diungkapkan setelah

berjalan dalam kurun waktu yang lama sehingga

sulit untuk menelusuri uang atau harta kekayaan

yang diperoleh dari korupsi.

16

Wawancara JPU kejaksaan Negeri Sragen 1 Januari 2014 17

Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi.Jakarta: Solusi Publishing. Op.cit. Hlm 15

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

15

2. Dengan berbagai upaya pelaku korupsi telah

menghabiskan uang hasil korupsi atau

mempergunakan / mengalihkan dalam bentuk

lain termasuk mengatasnamakan nama orang lain

yang sulit terjangkau hukum.

3. Dalam pembayaran pidana uang pengganti, si

terpidana banyak yang tidak sanggup membayar.

4. Adanya pihak ketiga yang menggugat pemerintah

atas barang bukti yang disita dalam rangka

pemenuhan pembayaran uang pengganti.

Berdasarkan Pasal 18 ayat (2) yaitu “jika terpidana

tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam 1 (satu) bulan

sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa

dan di lelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Maka

dapat dipahami bahwa kalau terpidana tidak membayar uang

pengganti, harta bendanya dapat disita oleh jaksa yang mana

tidak boleh melebihi tenggang waktu 1 (satu) bulan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

16

Penyitaan dan pelelangan bersifat fakultatif, yaitu baru

dilakukan dalam hal terpidana belum atau tidak membayar

uang pengganti sejumlah yang ditentukan dalam putusan

dalam waktu yang telah ditentukan seperti diatas.18

Penyitaan

terhadap harta benda kepunyaan terdakwa tidak perlu terlebih

dahulu mendapat izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat

karena penyitaan ini bukan dalam rangka penyidikan tetapi

dalam rangka pelaksanaan putusan pengadilan. Berdasarkan

Surat Jaksa Agung Nomor B-020/A/J.A/04/2009 tanggal 08

april 2009 bahwa apabila terpidana tidak membayar uang

pengganti, maka JPU membuat Berita Acara Pelaksanan

Putusan Pengadilan Pidana Penjara (Pasal 18 ayat (3))19

.

Dalam Pasal 18 ayat (3) yaitu dijelaskan bahwa apabila

terpidana tidak mempunyai harta yang mencukupi untuk

membayar uang pengganti , maka dipidana dengan pidana

penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum

dari pidana pokok sesuai dengan ketentuan dalam Undang-

18

Efi Laila Kholis.Ibid. Hlm.23. 19

Undang-undang Nomor. 31 tahun 1999 di ubah menjadi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

17

undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan

dalam putusan pengadilan.

Perlu diketahui bahwa tujuan adanya pidana uang

pengganti adalah untuk memidana dengan seberat mungkin

para koruptor agar mereka jera dan untuk menakuti orang lain

agar tidak melakukan korupsi. Bahwa tujuan lainnya adalah

untuk mengembalikan uang negara yang hilang akibat suatu

perbuatan korupsi. Dengan tujuan hukum tersebut akan

tercapai manakala terdapat keserasian antara kepastinan

hukum dengan kesebandingan hukum sehingga menghasilkan

suatu keadilan.20

Oleh karena itu Pidana tambahan harus ada

dan diberikan kepada koruptor. “Bahwa hukum mempunyai 3

(tiga) peranan utama dalam masyarakat, yakni pertama,

sebagai sarana pengendalian sosial; kedua, sebagai sarana

untuk memperlancar proses interaksi sosial; ketiga, sebagai

sarana untuk menciptakan keadilan tertentu.” 21

Berdasarkan pada konsep rasionalitas ini, maka

kebijakan penetapan sanksi dalam pidana tersebut tidak

20

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah. Politik Hukum Pidana Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi. op.cit., Hlm.7.

21 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah.Ibid.halm. 7.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

18

terlepas dari penetapan tujuan yang ingin dicapai oleh

kebijakan criminal secara keseluruhan, yakni perlindungan

masyarakat.22

Dengan disebabkanya pidana sebagai sarana

untuk mencapai tujuan itu, maka haruslah dirumuskan

terlebih dahulu tujuan pemidanaan yang diharapkan dapat

menunjang tujuan umum tersebut.23

Maka pemidanaan

tersebut kemudian, berorientasi dari tujuan itu untuk

menetapkan cara, sarana atau tindakan apa yang akan

dilakukan.

Dengan demikian penggantian uang negara perlu

dilakukan karena korupsi sudah dalam tahap darurat.

Diperlukan kebijakan hukum pidana untuk mengatur tentang

pengembalian uang Negara yang bersifat pemiskinan para

koruptor. Bahwa diperlukan penanganan yang khusus, karena

tindak pidana korupsi sudah masuk tahap yang berbahaya.

22

Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi.Jakarta: Solusi Publishing. Hlm 16.

23 Efi Laila Kholis.ibid.Hlm.17.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

19

Dengan demikian diperlukan kebijakan hukum pidana yaitu

tahap formulasi, tahap aplikasi dan tahap eksekutif.24

Dalam tahap formulasi bahwa diperlukan perencanaan

dan perumusan peraturan perundang-undangan pidana. Bahwa

dalam hal ini diperlukan pengaturan yang lebih jelas tentang

pembayaran uang pengganti berdasarkan Undang-undang

Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-undang Nomor 20

Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dalam Tahap aplikasi yaitu perlunya penerapan dari ketentuan

peraturan perundang-undangan tersebut diatas. Sedangkan

tahap eksekusi sendiri adalah tahap pelaksanaan dari putusan

pengadilan atas perbuatan pidana yang memperoleh kekuatan

hukum tetap.

Pengembalian keuanga negara bertujuan untuk

memidana dengan seberat mungkin para koruptor agar mereka

jera dan untuk menakuti orang lain agar tidak melakukan

korupsi. Pembembalian uang Negara merupakan salah satu

upaya penting dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.

24

Barda Namawi Arief. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Hlm. 75.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

20

Oleh karena itu Penulis mencoba mengangkat permasalahan

tersebut dan menuangkan dalam penulisan Tesis yang berjudul

“Kebijakan Hukum Pidana Dalam Pengembalian Kerugian

Keuangan Negara Berupa Pembayaran Uang pengganti Oleh

Terpidana Korupsi”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka

rumusan masalah dalam penulisan tesis ini adalah :

1. Bagaiman Kebijakan Hukum Pidana Dalam

Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Berupa

Pembayaran Uang pengganti Oleh Terpidana

Korupsi?

2. Bagaiman Pembaharuan Hukum Pidana Dalam

Pengembalian Kerugian Keuangan negara Berupa

Pembayaran Uang Pengganti Oleh Terpidana

Korupsi?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis

Kebijakan Hukum Pidana Dalam Pengembalian Kerugian

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

21

Keuangan Negara Berupa Pembayaran Uang pengganti Oleh

Terpidana Korupsi dan Pembaharuan Hukum Pidana Dalam

Pengembalian Kerugian Keuangan negara Berupa

Pembayaran Uang Pengganti Oleh Terpidana Korupsi.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dalam penulisan ini adalah hasil penulisan ini

diharapkan dapat digunakan sebagai kontribusi bagi

pengembangan dan perkembangan ilmu pengetahuan di

bidang hukum, khususnya Hukum Pidana Korupsi. Manfaat

lain yang diharapkan yakni dari hasil penulisan ini

diharapkan dapat dijadikan acuan yang berharga bagi pihak-

pihak yang terlibat dalam pemeriksaaan tindak pidana

korupsi khususnya dalam pengembalian keuangan negara

melalui pembayaran uang pengganti.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

22

E. Kerangka Pemikiran

1. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi

Istilah “kebijakan” dalam tulisan ini diambil dari

istilah “policy” (Inggris) atau “politiek” (Belanda).25

Bertolak dari kedua istilah asing ini, maka istilah

“kebijakan hukum pidana” dapat pula disebut dengan

istilah “politik hukum pidana”. Pengertian kebijakan

atau politik hukum pidana dapat dilihat dari politik

hukum maupun dari politik kriminal. Menurut

Prof.Sudarto, Politik Hukum adalah.26

a. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan

yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi

pada suatu saat.27

b. Kebijakan dari negara melalui badan-badan

yang berwenang untuk menetapkan peraturan-

peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan

25

Barda Nawawi.Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana: Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru. Jakarta:Kencana Prenadamedia Group.Hlm.26.

26Barda Nawawi. Ibid. Hlm. 26.

27 Barda Nawawi, Op. Cit. Hlm. 26.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

23

bisa digunakan untuk mengekspresikan apa

yang terkandung dalam masyarakat dan untuk

mencapai apa yang dicita-citakan.28

Sedangkan tindak pidana korupsi merupakan suatu

fenomena kejahatan yang menggerogoti dan mengganggu

pelaksanaan pembangunan, sehingga penanggulangan

dan pemberantasannya harus di prioritaskan. Akibat

yang ditimbulkan dari tindak pidana korupsi sangat luas

dan berpengaruh buruk terhadap semua bidang,

khususnya bidang perekonomian.

Pengertian korupsi dalam Undang-undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terdapat pada

Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 31

Tahun 1999. Pengertian lain, korupsi dapat diartikan

sebagai “prilaku tidak mematuhi prinsip”, dilakukan oleh

perorangan di sektor swasta atau pejabat publik. Putusan

dibuat berdasarkan hubungan pribadi atau keluarga,

28

Barda Nawawi, Op. Cit. Hlm. 26.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

24

korupsi akan timbul, termasuk juga konflik kepentingan

dan nepotisme.29

Tindak pidana korupsi adalah tindak pidana yang

berupa perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain

atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara. Yang dimaksud dengan

keuangan negara adalah keseluruhan kekayaan negara

dalam bentuk apa pun, baik yang dipisahkan atau yang

tidak dipisahkan, termasuk segala bagian kekayaan

negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena

berada dalam penguasaan, dan pertanggungjawaban

pejabat lembaga negara, baik tingkat pusat maupun

daerah atau BUMN/BUMD, yayasan, badan hukum dan

perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga

berdasarkan perjanjian dengan negara.

Sedangkan yang dimaksud dengan perekonomian

negara adalah kehidupan perekonomian yang disusun

sebagai usaha masyarakat secara mandiri yang

29

Marwan Effendy. Korupsi & Strategi Nasional Pencegahan Serta Pemberantasannya. Jakarta Selatan: Referensi.hlm.19

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

25

didasarkan pada kebijakan pemerintah baik di tingkat

pusat maupun daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan bertujuan untuk

memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan

kepada kehidupan rakyat.

Dengan demikian, perekonomian negara yang

disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan atau masyarakat yang didasarkan pada

kebijakan pemerintah untuk kemakmuran rakyat.30

Menurut Barda Nawawi bahwa Stategi dalam

Pemberantasan Korupsi, bukan pada pemberantasan

korupsi itu sendiri melainkan pemberantasan “kausa dan

kondisi yang menimbulkan terjadinya korupsi”,31

pemberantasan korupsi lewat penegakan hukum pidana

hanya merupakan pemberantasan simptomatik,

sedangkan pemberantasan kausa dan kondisi yang

30

Adami Chazawi. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang: Bayu Media Publishing.2005 hal 354.

31 Marwan Effendy. Korupsi & Strategi Nasional Pencegahan Serta Pemberantasannya. Jakarta Selatan: Referensi.hlm.150-151.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

26

menimbulkan terjadinya korupsi merupakan

pemberantasan Kausatif.32

2. Pengaturan Pidana Tambahan Dalam Pembayaran

Uang Pengganti

Pidana tambahan selain diatur dalam KUHP juga

diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi yaitu sebagai

berikut:

1. perampasan barang bergerak yang

berwujud atau yang tidak berwujud atau

barang tidak bergerak yang digunakan

untuk atau yang diperoleh dari tindak

pidana korupsi, termasuk perusahaan

milik terpidana dimana tindak pidana

korupsi dilakukan, begitu pula harga dari

barang yang menggantikan barang-barang

tersebut;

2. pembayaran uang pengganti yang

jumlahnya sebanyak-banyaknya sama

dengan harta benda yang diperoleh dari

tindak pidana korupsi;

3. penutupan seluruh atau sebagian

perusahaan untuk waktu paling lama 1

tahun;

4. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak

tertentu atau penghapusan seluruh atau

sebagian keuntungan tertentu, yang telah

atau dapat diberikan oleh Pemerintah

kepada terpidana.

32

Marwan Effendy .Ibid.op.cit.hlm 151

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

27

Sedangkan Pembayaran Uang Pengganti di atur

dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b menentukan bahwa

pidana tambahan dapat berupa pembayaran uang

pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama

dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana

korupsi.

Terhadap ketentuan tentang pidana tambahan

yang berupa uang pengganti sebagaiman ditentukan

dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b tersebut, maka perlu

adanya alat-alat bukti antara lain keterangan ahli

(sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) huruf b

KUHAP) yang dapat menentukan dan membuktikan

berapa sebenarnya jumlah harta benda yang diperoleh

terpidana dari tindak pidana korupsi yang dilakukannya.

Hal ini perlu dilakukan karena penentuan pidana

tambahan yang berupa pembayaran uang pengganti

hanya terbatas sampai sebanyak-banyaknya sama dengan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

28

harta yang diperoleh terpidana dari hasil tindak pidana

korupsi.33

Namun dalam hal ini Jaksa penuntut umum juga

dapat menghitung sendiri berapa besar jumlah harta

benda yang diperoleh terpidana dari tindak pidana

korupsi yang dilakukan.

Berdasarkan Pasal 18 ayat (2) yaitu “jika

terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam 1

(satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya

dapat disita oleh jaksa dan di lelang untuk menutupi uang

pengganti tersebut.

Dalam Pasal 18 ayat (3) yaitu dijelaskan bahwa

apabila terpidana tidak mempunyai harta yang

mencukupi untuk membayar uang pengganti , maka

dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak

melebihi ancaman maksimum dari pidana pokok sesuai

33

P.A.F. Lamintang. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung:Sinar Baru.Hlm.129.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

29

dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya

pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan

pengadilan.

Pengembalian keuangan negara yang bersifat

pemiskinan melalui pembayaran uang pengganti hasil

tindak pidana korupsi, sebagai bagian dari upaya

pemulihan kesejahteraan sosial, merupakan ruang

lingkup kebijakan hukum pidana dalam pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi.

Menurut tokoh ulitarian, Jeremy bentham

pemidanaan harus bersifat spesifik untuk tiap kejahatan,

dan besarnya pidana tidak boleh melebihi jumlah yang

diperlukan untuk mencegah dilukannya penyerangan-

penyerangan tertentu. Pemidanaan hanya dibenarkan jika

dapat mencegah terjadinya tindak pidana yang lebih

besar. Berdasarkan teori keadilan sosial, pengembalian

keuangan negara pada hakekatnya adalah kewajiban

moral yang merupakan salah satu kebijakan untuk

bertindak dalam rangka mencapai kepentingan umum .

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

30

Tujuan adanya pidana uang pengganti yang

bersifat pemiskinan adalah untuk memidana dengan

seberat mungkin para koruptor agar mereka jera dan

untuk menakuti orang lain agar tidak melakukan korupsi.

Tujuan lain pidana uang pengganti adalah untuk

mengembalikan uang negara yang hilang akibat suatu

perbuatan korupsi.34

oleh karena itu perlu pengaturan

yang lebih jelas tentang pidana uang pengganti yang

bersifat pemiskinan para koruptor.

3. Eksekusi Pembayaran Uang Pengganti

Tata cara pelaksanaan putusan pengadilan secara

umum diatur dalam Bab XIX KUHAP, Eksekusi hanya

bisa dilakukan dalam hal putusan telah berkekuatan

hukum tetap.35

Eksekusi dilakukan oleh jaksa

sebagaimana diatur pasal 1 butir 6 jo pasal 270 KUHAP

juncto pasal 30 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor

16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

34

Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti Ddalam Perkara Korupsi. Jakarta: Solusi Publishing.Hlm.17.

35 Efi Laila Kholis. Ibid. Hlm.21.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

31

Pidana pembayaran uang pengganti tidak diatur di dalam

KUHAP, pidana ini merupakan salah satu kekhususan

dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

Dalam hal hakim menjatuhkan pidana tambahan

berupa pembayaran uang pengganti. Berdasarkan

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, maka terpidana diberi tenggang

waktu satu bulan setelah putusan pengadilan berkekuatan

hukum tetap untuk melunasinya. Jika dalam waktu yang

ditentukan tersebut telah habis dan terpidana belum atau

tidak melunasi, maka jaksa sebagai eksekutor Negara

dapat menyita dan melelang harta benda terdakwa (Pasal

18 ayat (2) UUPTPK).

Dalam eksekusi pembayaran uang pengganti ini

Jaksa selaku eksekutor tidak dapat memperpanjang batas

waktu terpidana untuk membayar uang penggantinya

seperti pidana denda yang diatur pada pasal 273 (2)

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

32

KUHAP.36

Pidana pembayaran uang pengganti dan

pidana denda memiliki sifat yang berbeda hal ini dapat

dilihat bahwa pidana uang pengganti merupakan pidana

tambahan sedangkan pidana denda merupakan pidana

pokok.

Menurut Wiryono dikutip oleh Efi Laila Kholis

dalam bukunya yang berjudul pembayaran uang

pengganti dalam perkara korupsi yaitu walaupun jaksa

tidak memperpanjang tenggang waktu pembayaran tetapi

mengingat bunyi pasal 18 ayat (2) Undang-undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi maka jaksa masih

dapat menentukan tahap-tahap pembayaran uang

pengganti, tetapi tetap tidak melebihi tenggang waktu

satu bulan tersebut.37

Penyitaan dan pelelangan bersifat fakultatif, yaitu

baru dilakukan dalam hal terpidana belum atau tidak

membayar uang pengganti sejumlah yang ditentukan

dalam putusan dalam waktu yang telah ditentukan seperti

36

Efi Laila Kholis.Ibid.22. 37

Efi Laila Kholis. Ibid.Hlm. 22.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

33

diatas.38

Dalam Hal ini penyitaan terhadap harta benda

milik terpidana tidak perlu mendapat izin dari Ketua

Pengadilan Negeri setempat karena penyitaan ini bukan

dalam rangka penyidikan tetapi dalam rangka

pelaksanaan putusan pengadilan.

Dalam pasal 18 ayat (3) Undang-undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ditentukan dalam

hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang

mencukupi untuk membayar uang pengganti dalam

tenggang waktu yang ditentukan ayat (2) maka terpidana

dipidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman

maksimum pidana pokoknya dan pidana tersebut sudah

dicantumkan dalam putusan. Pidana subsider penjara

dalam pasal tersebut terlihat terdapat tiga syarat.39

1. Pidana subsidier baru berlaku dalam hal

terpidana tidak mempunyai harta benda yang

mencukupi untuk membayar uang pengganti.

Terpidana dalam waktu 1 bulan setelah

putusan memperoleh kekuatan hukum tetap

ternyata tidak mempunyai lagi uang tunai

untuk membayar uang pengganti, juga hasil

38

Efi Laila Kholis. Ibid.23. 39

Efi Laila Kholis. Ibid.23-24.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

34

lelang dan harta bendanya tidak mencukupi

untuk membayar uang pengganti.

2. Lamanya pidana penjara pengganti tidak

melebihi ancaman pidana maksimum dari

pasal UU PTPK yang dilanggar terdakwa.

3. Lamanya pidana penjara pengganti telah

ditentukan dalam putusan pengadilan.

Dengan adanya ketentuan tersebut maka juga

menjadi kewajiban hakim dalam putusan

untuk mencantumkan pidana pengganti ini

menghindari apabila uang pengganti tidak

dapat dibayar seluruh atau sebagian.

F. Sistematik Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini terbagi ke dalam V

(lima) BAB, adapun urutan tata letak masing-masing adalah

sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan, bahwa pada bab ini akan

diuraikan tentang latar belakang masala, perumusan masalah,

tujuan penulisan, dan manfaat penulisan.

BAB II. Tinjauan Pustaka, dalam bab ini berisi

landasan teori yang akan digunakan sebagai acuan untuk

menganalisis permasalahan terkait dengan Kebijakan Hukum

Pidana Dalam Pengembalian Kerugian Keuangan Negara

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

35

Berupa Pembayaran Uang Pengganti Oleh Terpidana

Korupsi.

BAB III Medote Penelitian, dalam bab ini akan

diuraikan metode yang akan digunakan dalam penulisan

tesis. Metode yang digunakan dalam penulisan ini

menggunakan tipe yuridis normatif dengan pendekatan

Undang-undang (stratute appoach, pendekatan kasus,

pendekatan teori dan conseptual approac. Spesifikasi

penulisan deskriptif analitis, Tehnik pengumpulan data

dalam penelitian tesis ini disusun dengan menggunakan studi

kepustakaan.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang akan

menguraikan hasil penelitian yang relevan dengan

permasalahan dan analisis yaitu menjelaskan kebijakan

hukum pidana pengembalian kerugian keuangan negara

berupa pembayaran uang pengganti yaitu Pasal 18 ayat (1)

huruf a, b dan c, ayat (2) dan ayat (3) dan Undang-undang

Nomor 31 Tahun 1999 diubah menjadi Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8393/2/T2_322012006_BAB I.pdf · memasyarakatkan narapidana dengan mengadakan ... Maka yang dimaksud

36

Pidana Korupsi dengan Surat Jaksa Agung Nomor B-

20/A/J.A/04/2009 dan Surat Jaksa Agung Nomor B-

28/A/Ft.1/05/2009 tanggal 11 Mei 2009.

BAB V Penutup, merupakan penutup yang berisi

kesimpulan dan saran dari hasil penulisan.