bab irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · web viewpluralitas merupakan...

33
1 BAB 1 PENDEKATAN DAN DASAR POLITIK ISLAM A.Pendekatan Studi Pemikiran Politik Islam Penulis mencoba menjelaskan tentang bagaimana politik Islam itu dipahami secara benar, sumber-sumbernya apa saja yang menjadi rujukan atau referensi utama di dalam pengkajian pemikiran politik Islam ini. Karena kajian tentang politik Islam memiliki manhaj atau metodenya tersendiri, di mana kajiannya tidak semata-mata mendasarkan pada kasus-kasus yang bersifat empiris belaka, tetapi juga berdasarkan pada sumber rujukan utama, yaitu al-Qur`an dan Sunnah Nabi, sebagaimana yang akan dijelaskan kemudian. Oleh karena itu, jika manhaj ini tidak dipahami dengan benar, maka kajian-kajian politik Islam akan menjadi tidak jelas atau bias, dan bahkan tidak dapat dibedakan mana pemikiran politik Islam dan mana pemikiran politik yang merujuk pada para pemikir dan budaya Barat. Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk memahami manhaj kajian pemikiran politik Islam dengan benar. Ada baiknya sebelum berbicara lebih lanjut tentang pemikiran politik Islam, disampaikan apa itu pemikiran politik Islam. Pemikiran politik Islam adalah pemikiran atau gagasan tentang bahasan-bahasan politik berdasarkan

Upload: hoangque

Post on 20-May-2019

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

1

BAB 1PENDEKATAN DAN DASAR

POLITIK ISLAM

A.Pendekatan Studi Pemikiran Politik Islam

Penulis mencoba menjelaskan tentang bagaimana politik Islam itu dipahami secara benar, sumber-sumbernya apa saja yang menjadi rujukan atau referensi utama di dalam pengkajian pemikiran politik Islam ini. Karena kajian tentang politik Islam memiliki manhaj atau metodenya tersendiri, di mana kajiannya tidak semata-mata mendasarkan pada kasus-kasus yang bersifat empiris belaka, tetapi juga berdasarkan pada sumber rujukan utama, yaitu al-Qur`an dan Sunnah Nabi, sebagaimana yang akan dijelaskan kemudian. Oleh karena itu, jika manhaj ini tidak dipahami dengan benar, maka kajian-kajian politik Islam akan menjadi tidak jelas atau bias, dan bahkan tidak dapat dibedakan mana pemikiran politik Islam dan mana pemikiran politik yang merujuk pada para pemikir dan budaya Barat. Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk memahami manhaj kajian pemikiran politik Islam dengan benar. Ada baiknya sebelum berbicara lebih lanjut tentang pemikiran politik Islam, disampaikan apa itu pemikiran politik Islam. Pemikiran politik Islam adalah pemikiran atau gagasan tentang bahasan-bahasan politik berdasarkan al-Qur`an dan Sunnah Nabi, serta praktik-praktik politik para Khulafa al-Rasyidin dalam rangka terciptanya kesejahteraan ( kebaikan ) di dunia dan akhirat.

1.Sumber Kajian Politik Dalam Islam

Kedudukan ilmu sosial dan ilmu pengetahuan alam ( `ilmu al-thabi`e ) dalam skema pengetahuan manusia adalah sama, yaitu upaya menyingkap rahasia untuk menemukan dan memahami sunnah ilahiyah ( ketentuan-ketentuan Allah yang berlaku secara automatik atau melalui proses pada alam semesta, termasuk manusia ). Dalam skema al-Qur`an, ilmu pengetahuan diperoleh melalui wahyu, yaitu ilmu pengetahuan absolut yang diberikan Allah secara

Page 2: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

2

haqqul yakin, atau secara rasional yang diperoleh melalui kesimpula-kesimpulan yang didasarkan pada penilaian dan bukti yang diakui kebenaranya secara objektif. Dengan demikian, metode ilmu pengetahuan Islam sepenuhnya sesuai dengan pengalaman dan eksperimen, dan sesuai pula dengan penyelidikan rasional dan intelektual dalam lingkup pengetahuan yang diwahyukan,1 termasuk dalam hal ini ilmu politik di dalam Islam. Hanya saja ayat-ayat al-Qur`an sebagai pedoman dan landasan asas, penjelasanya dalam desain umum atau garis-garis besarnya saja, tidak menjelaskan secara rinci, karena memang secara objektif ilmiah sebuah pedoman atau landasar dasar harus bersifat umum agar dapat meliputi atau menjangkau berbagai permasalahan hidup umat manusia, di mana saja dan kapan saja, sehingga dengan begitu al-Qur`an bisa berlaku untuk sepanjang zaman dan tempat di mana saja dan kapan saja umat manusia berarada. Sumber-sumber rujukan ilmu politik dalam Islam berdasarkan objektif ilmiah dalam Islam secara matrik setidaknya ada empat sumber, yaitu; al-Qur`an, Sunnah Nabi, kebijakan-kebijakan para Khulafa al-Rasyidin, dan kajian fiqh yang dinamis.2

Sumber rujukan pertama; al-Qur`an. al-Qur`an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umat manusia. al-Qur`an sebagai pedoman dan landasan asas bagi kehidupan umat manusia, diturunkan untuk tujuan agar menjadi petunjuk atau hidayah, dan tali ikatan yang membentang dari langit sampai bumi, siapa yang berpegang teguh dengan tali ikatan ini ( al-Qur`an ) dia akan mendapatkan hidayah, dan siapa yang menetapkan keputusan hukum berdasarkan al-Qur`an dia akan memutuskan hukum tersebut secara adil, karena Allah yang menurunkan al-Qur`an adalah Zat Yang Maha Adil dan Maha Mengetahui. Oleh karena itu, Al-Qur`an menjadi sumber rujukan asas dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalamnya yang berkaitan soal politik, meskipun penjelasan-penjelasan al-Qur`an bersifat umum, tetapi teknis pelaksanaannya bisa flexible sesuai

1 .Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, terj. Political Science An Islamic Perspective ( Bandung: Pustaka, 1996 ), h. 43

2 .Saidiy Abu Jaib, Dirasat Fiy Manhaj al-lslamiy al-Siyasiy ( Beirut: Muassisah al-Risalah, 1985 M./ 1406 H. ), h. 33

Page 3: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

3

dengan situasi dan kondisi di mana saja dan kapan saja manusia berada, seperti; kewajiban bermusyawarah, kewajiban menegakkan keadilan, persamaan hak dan kewajiban, dan sebagainya. Dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban ini semua teknisnya bisa saja berubah dari waktu ke waktu, tetapi perintah musyawarah, menegakkan keadilan, dan lain-lainnya sampai kapan pun menjadi kewajiban dan tidak akan terjadi amandemen. Oleh karenanya dapat ditegaskan bahwa al-Qur`an menjadi referensi utama adalah metode khusus dalam kajian-kajian politik di dalam Islam. Sumber rujukan kedua; Sunnah Nabi Muhammad saw. Sunnah Nabi adalah apa yang disampaikan Nabi, baik dalam bentuk ucapan ( hadits ), perilaku dan ketetapannya ( taqrir ) yang kedudukanya sebagai penjelasan atau penjabaran secara rinci terhadap al-Qur`an dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks ini, banyak tindakan-tindakan Nabi Muhammad saw. yang secara politis dalam kategori tindakan politik, antaranya; Perjuangan Nabi dalam rangka membebaskan rakyat kecil dari segala bentuk penindasan dan eksploitasi para pemimpin kafir Quraisy Mekah, Perintah Nabi kepada beberapa orang muslim Mekah untuk mengungsi ke negeri Habsah ( Ethopia ) sebagai upaya menghindari kekejaman para pemimpin Quraisy dan kemudian mereka mendapatkan suaka politik dari Raja Najjasi; penguasa Ethopia, Nabi mengadakan baiat Aqabah ( perjanjian Aqabah ) pertama, kedua, dan ketiga yang menghasilkan manifesto politik. Manifesto politik ini dideklarasikan oleh penduduk Yatsrib ( Madinah ) yang sudah masuk Islam sebagai bentuk dukungan padu kepada perjuangan Nabi, Keberhasilan Nabi dalam menetapkan Piagam sebagai upaya untuk melakukan restrukturisasi dan penataan kehidupan masyarakat Madinah yang plural, Pengangkatan panglima perang, Pengangkatan duta yang ditugaskan di negara Yaman, dan lain sebagainya. Sumber rujukan ketiga; Kebijakan-kebijakan para Khulafa al-Rasyidin, yaitu kebijakan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib saat mereka menjabat kepala negara ( Khalifah ). Kebijakan-kebijakan mereka dalam upaya mengelola atau menata kehidupan masyarakat untuk terciptanya kehidupan yang kondusif, aman, dan damai di bawah kendali dan kordinasi para Khalifah tersebut sangat penting untuk diketahui. Beberapa contoh dapat disampaikan, antaranya; Pemilihan para khalifah berdasarkan

Page 4: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

4

musyawarah melalui berbagai mekanisme pemilihan, baik dilakukan secara langsung ataupun melalui badan pemilihan, Pembagian wilayah dalam bentuk keamiran atau provinsi, Mendirikan Baitul Mal, Mencetak mata uang yang sebelumnya menggunakan mata uang Kerajaan Bizantium sebagaimana yang dilakukan Umar bin Khattab, dan kebijakan-kebijakan lainya. Sumber rujukan keempat; Fiqh. Fiqh sebagai tradisi pengkajian para Ulama Fiqh menjadi sumber rujukan jika pengkajiannya dilakukan secara dinamis dari waktu ke waktu dan selama mengacu pada al-Qur`an dan Sunnah Nabi. Fiqh merupakan terminologi umum tentang kajian ke-Islaman yang bersifat amaliah, baik dalam hal ibadah ataupun dalam hal muamalat ( interaksi ) antara sesama individu ataupun antara sesama masyarakat, yaitu aktivitas-aktivitas yang dapat dilihat, antaranya shalat, berzakat, berhaji, beraktivitas dalam hal-hal yang menyangkut politik, dan sebagainya. Oleh karenanya, pada masa lalu dan di masa modern dan kontemporer sebagian Ulama fiqh menggunakan istilah fiqh siyasah ( al-fiqh al-siyasiy ) dalam hal-hal yang menyangkut bahasan politik, sama sepeti penggunaan istilah fiqh al-zakat ( fiqh zakat ), al-fiqh al-iqtishadiy ( fiqh ekonomi ), dan sebagainya.

2. Fungsi Pemerintahan Dalam Islam

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa aktivitas politik dalam Islam dilakukan dalam batasan-batasan al-Qur`an dan Sunnah Nabi. Hal ini karena aktivitas politik terkait dengan tindakan manusia dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang terkordinasi dalam kepemimpinan dan memiliki kewenangan untuk menetapkan peraturan-peraturan yang mengikat. Tindakan dan kebijakan manusia tersebut tidak terlepas dari penilaian, dan penilaian ini dalam perspektif pemikiran politik Islam berdasarkan kriteria-kriteria yang tetap di dalam al-Qur`an dan Sunnah Nabi. Atas dasar ini, maka pemerintahan dalam Islam adalah instrumen yang dipergunakan untuk merealisasikan missi dan tujuan mulia, baik untuk jangka pendek ataupun untuk jangka panjang. Jangka pendek adalah di dunia ini, yaitu terciptanya kehidupan yang aman, damai,

Page 5: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

5

dan sejahtera ( al-rifahiyah ), dan tujuan jangka panjangnya adalah di akhirat nanti, yaitu memperoleh ampunan dan ridha dari Allah.

Berbeda dari para pemikir politik Islam, para ilmuan politik empiris membatasi ruang lingkup penyelidikan mereka pada tindakan dan kebijakan yang dapat diselidiki secara empiris, maka kemudian politik didefinisikan ( dalam salah satu pandangan pemikir ) sebagai kajian terhadap siapa dan mendapatkan apa, kapan dan bagaimana. Demikian juga asosiasi politik atau negara dipahami sebagai instrument pelengkap bagi tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan dapat dikalkulasi sesuai dengan konsepsi orang-orang instrumentalis berdasarkan pemikiran yang rasional.3 Konsepsi tentang politik dan asosiasi politik seperti ini dalam perspektif pemikiran politik Islam jelas bertentangan dengan jalan hidup Islam yang memiliki arah dan orientasi terciptanya kehidupan yang berdasarkan aturan-aturan yang bersumberkan al-Qur`an dan Sunnah Nabi. Hanya kehidupan yang dikonsepsikan berdasarkan konsep ini menurut keyakinan umat Islam dapat melahirkan kehidupan sejahtera, baik di dunia ini ataupun di akhirat nanti atas ridha Allah.

3. Politik dan Otoritas Kekuasaan

Memang demikian, jika politik tanpa dasar moral ( akhlak ) akan menjadi permainan kotor melalui berbagai cara yang bisa dilakukan, tidak penting halal atau haram itu urusan agama. Hal ini bisa ditengarai, di mana individu-individu yang selalu mencari-cari jabatan atau kekuasaan melalui cara-cara yang tidak mengenal halal-haram, persaingan yang tidak sehat antara satu dengan yang lainya untuk memperoleh kedudukan atau memperbesar kekuasaan, atau untuk mempertahankan jabatan yang dianggapnya sebagai hak istimewa melalui penggabungan formasi, manipulasi atau menyingkirkan rival. Itu semua dilakukan tanpa mengkalkulasikan dampak positif ataupun negatif, yang penting tercapai tujuan.4

3 .Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, h. 444 .Ibid. h.44, lihat juga Bernard Crick, In Defence of Politics ( London:

Pelican Books, 1964 ), h. 16

Page 6: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

6

Dalam kondisi seperti ini sebenarnya telah terjadi penyimpangan atau penyalah gunaan wewenang, baik disadari ataupun tidak, dan ini sebagai akibat dari pemahaman politik yang tidak benar, bahwa politik itu untuk mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana. Jika yang terjadi seperti ini, maka sesungguhnya politik akan terjebak pada permainan kotor, manipulatif dan berujung akan menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan, yaitu kekuasaan. Oleh karena itu, ketika kekuasaan hanya menjadi orientasi politik dan hanpa dari tujuan-tujuan untuk terciptanya kebaikan bersama ( al-maslahah al-`ammah ), maka politik dan kekuasaan itu akan menjadi brutal, otoriter, kejam, dan tidak manusiawi.

Islam menekankan pentingnya organisasi pemerinahan dan otoritas kekuasaan untuk merealisasikan tujuan-tujuan mulia dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya, antaranya; terciptanya kehidupan sejahtera di dunia dan di akhirat nanti sebagaimana disebutkan di atas. Tanpa organisasi pemerintahan dan otoritas kekuasaan, pasti akan terjadi kekacauan dan malapetaka. Oleh karena itu, al-Qur`an mengecam tindakan-tindakan anarkis.5 Dan Nabi Muhammad saw. menekankan pentingnya organisasi dan otoritas kekuasaan untuk merelisasikan berbagai program dan kelancaran kordinasi. Penekanan pada pentingnya organisasi dan otoritas kekuasaan ini terus diperjuangkan serta dipertahankan oleh para pemimpin umat Islam kemudian, baik yang bergelar Khalifah, Sulthan, Malik, Imam, dan sebagainya. Dalam konteks ini, Umar bin Khattab ( Khalifah ke-2 setelah Abu Bakar ) meyakini bahwa masyarakat tidak akan terorganisir dengan rapi tanpa Imam ( pemimpin ) yang ditaati. Dalam konteks ini Imam Ahmad bin Hambal setuju dan berpendirian bahwa apabila Imam tidak ada, maka anarkis dan kekacauan akan muncul.6 Seorang pemikir politik muslim terkemuka di abad klasik; al-Mawardiy melangkah lebih jauh dan menegaskan bahwa keberadaan seorang Imam sebagai pemimpin

5 .Lihat al-Qur`an, 2: 205, yang artinya; dan ia berpaling ( dari kamu ), ia berjalan di bumi untuk melakukan kerusakan dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kerusakan.

6 .Yusuf Ibn Abdul Barr al-Qurtubiy, Jami` al-Bayan al-`ilm wa Fadhlih ( Madinah: Maktabah al-`Ilmiyah, Tp. Th. ), h. 62

Page 7: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

7

umat dan memiliki otoritas, sama pentingnya dengan usaha mencari kebenaran dan memperoleh ilmu pengetahuan.7

Argumentasi tentang pentingnya otoritas kekuasaan yang terorganisir sebagaimana dijelaskan oleh Fakhruddin al-Razi ( 1149 – 1209 M. ) bahwa tanpa organisasi sosial politik, seseorang tidak akan dapat mencapai nasibnya.8 Lebih lanjut Ibnu Taimiyah ( 1262 – 1328 M. ) menegaskan bahwa agama tidak mungkin ada tanpa adanya otoritas kekuasaan.9 Senada dengan pandangan para pemikir di atas, Abul `Ala al-Maududiy menegaskan bahwa tujuan tertinggi pemerintahan dalam Islam bukanlah sekedar mempertahankan perdamaian dan meningkatkan standar hidup rakyatnya, juga bukan pula sekedar mempertahankan territorial perbatasannya dengan negara-negara tetangga, tetapi tujuan tertingginya adalah memberdayakan dan mengimplementasikan semua sumber daya kekuasaan yang terorganisir itu untuk menyusun program yang telah ditetapkan oleh Islam dalam rangka terealisasinya kemaslahatan umat ( al-maslahah al-`amah ).10

4. Umat dan Politik

Konsepsi pemerintahan sebagaimana disebutkan di atas didasarkan pada fakta bahwa Islam adalah sistem kehidupan yang komprehensif. Islam tidak membagi dunia secara artifisial dan sewenang-sewenang ke dalam sosial dan profan ( hal keduniaan ) atau ke dalam keagamaan dan sekular. Dalam Islam, agama dan pemerintahan adalah suatu organik yang melekat dalam kesatuan sosial dan politik yang tidak terpisah-pisahkan.11 Hakikat ini senada dengan apa yang ditegaskan al-Faruqi;

7 .`Ali Ibn Muhammad al-Mawardiy, al-Ahkam al-Sulthaniyah wa al-Wilayah al-Diniyah ( Kairo: Isa al-Babiy al-Halabiy, 1960 ), h. 5

8 .E.I,J. Rosenthal, Political Thought in Medival Islam ( Cambridge: Cambridge University Press, 1968 ), h. 14

9 .Qamaruddin Khan, The Political Thought of Ibnu Taimiyah ( London: Islamic Book Foundation, 1983 ), h. 29

10 . Sayyid Abul `Ala al-Maududiy, The Islamic Law and Constitution ( Lahore: Islamic Publication, 1967 ), h.248

11 .Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, h.46

Page 8: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

8

Umat bagaikan suatu badan organik yang bagian-bagiannya saling bergantung antara satu dengan yang lainya secara keseluruhan. Agar bagian tersebut dapat bekerja untuk dirinya, maka ia sendiri harus bekerja untuk bagian-bagian lainya secara keseluruhan, dan agar keseluruhan dapat bekerja untuk dirinya, maka iapun harus bekerja untuk masing-masing bagian yang lain.12

Dalam salah satu hadits, Nabi Muhammad saw. menggambarkan umat Islam sebagai suatu bangunan yang kokoh dan bersatu, masing-masing bagian dari bangunan tersebut menopang kepada bagian yang lainya. Di dalam hadits lain, Nabi menyamakan umat dengan sebuah badan atau jasad, di mana komponen badan yang lain akan merasakan gelisah dan demam panas, ketika bagian komponen yang lainya terkena sakit.

Berdasarkan hakikat organik umat Islam tersebut, kerangka yang tepat untuk menganalisis fenomena politik di dalam Islam adalah menempatkan bagian-bagian dalam konteks yang lebih luas. Individu misalnya, tidak dapat dipahami ketika dalam hubunganya sendiri, karena tujuan dan identitas individu terbentuk melalui partisipasi dalam hubungan keluarga. Keluarga pada gilirannya harus ditempatkan dalam konteks hubunganya dengan sosial politik yang lebih luas, dan seterusnya individu-individu bisa saja memiliki rasa sebagai individu asal mereka dapat menghubungkan tujuan-tujuan mereka dengan kelompok-kelompok sosial yang lebih luas, seperti keluarga, masyarakat, pemerintahan dan dapat memperkuat identitas individu mereka sepanjang kelompok-kelompok yang lebih luas ini mempertahankan diri mereka sebagai keseluruhan.

5. Fakta dan Nilai Poitik Islam

Hakikat dari metode Islam dalam konteks ini adalah bahwa politik Islam tidak dapat didasarkan hanya pada fakta belaka, karena

12 .Ismail Raji al-Faruqi, Tauhid: It`s Implication for Thought and Life ( Herndon: International Institut of Islamic Thought, 1982 ), h. 153

Page 9: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

9

fakta-fakta yang sudah menjadi fenomena di dalam kehidupan masyarakat adalah tindakan atau perilaku manusia yang selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu dan terus hidup.13 Dengan demikian, fakta-fakta ini bisa jadi memiliki makna hanya jika ditempatkan pada keseluruhan yang signifikan yang secara teoritis dapat memberikan konteks yang diinformasikan.14 Maka rekam jejak fakta-fakta ini tidak dapat memberikan pengertian secara komprehensif bila tidak dikaitkan dengan fakta-fakta lain dalam uraian deskriptif yang menyeluruh. Oleh karenanya, semua fakta yang berkaitan dengan manusia adalah relatif, karena tindakan manusia wujud sebagai manifestasi dari keinginan-keinginan yang dibentuk oleh keyakinan-keyakinan dan tujuan-tujuan mereka. Suatu fakta yang tidak dapat menggambarkan tentang dirinya, tidak dapat memberikan arti sesuai dengan formula dan persamaan matematik.15

Analisis orang yang memberikan makna terhadap fakta tersebutlah yang menentukan bagaimana analisis tersebut dapat disesuaikan dengan konsep-konsep dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki, dan sejauhmana konsep-konsep dan keyakinan-keyakinan tersebut harus dimodifikasi agar sesuai dengannya. Oleh karena itu, perlunya acuan interpretatif untuk menekankan secara esensial terhadap pentingnya nilai-nilai. Mitos sains politik bebas nilai ternyata telah dibuktikan salah oleh beberapa sarjana, seperti Thomas Kuhn, Sayyid Nashr, Naquib al-Attas, dan oleh salah seorang ketua Asosiasi Ilmu Politik Amerika terdahulu. Membuat pretense ( kepura-puraan ) seperti itu merefleksikan angan-angan diri. Oleh karena itu, ilmu politik yang bebas nilai adalah suatu mitos, karena nilailah yang memberikan acuan yang membentuk seleksi data-data untuk analisis dan interpretasi. Jika ilmu pengetahuan ditentukan dan digunakan untuk tujuan-tujuan yang positif, maka nilai-nilai yang ada itu harus ditakar berdasarkan ajaran yang benar sebagai dasar acuan.16

13 .Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, h. 4814 . Ibid.15 . Ibid.16 .Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, h. 48

Page 10: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

10

Oleh karena itu, menurut Abdul Rashid Moten ilmu politik Barat bukanlah bebas nilai sebenarnya. Alih-alih mempertahankan sikap netralitas nilai, kebanyakan ilmuan politik Barat menegaskan keunggulan demokrasi liberal dengan perhatian utamanya pada maksimalisasi keuntungan. Dengan demikian, pengetahuan yang dihasilkan tidaklah netral, tetapi bercampur aduk dengan karakter dan kepribadian peradaban Barat.17 Atas dasar ini, jelaslah bahwa semua perilaku politik dibimbing oleh nilai-nilai atau pertimbangan-pertimbangan normatif dan semua praktisi ilmu politik mempunyai perangkat sistem atau konsepsi mengenai tujuan-tujuan penting manusia. Oleh karenanya, nilai-nilai atau pertimbangan-pertimbangan normatif tidak dapat dilepaskan dari analisis.

B. Prinsip-prinsip Dasar Politik Islam

Berbicara tentang pemikiran politik Islam di abad klasik dan pertengahan ( abad klasik merentang dari tahun 650 – 1250 M. dan abad pertengahan 1250 – 1800 M. ), berarti bicara soal teori dan konsep tentang politik Islam yang digagas oleh para Ulama dan Pemikir Islam, antranya Ibnu Abi Rabi`, al-Farabiy, al-Mawardiy, al-Ghazaliy, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, dan lain-lainnya. Berdasarkan kajian mendalam terhadap pemikiran-pemikiran mereka tentang politik kenegaraan, terdapat beberapa prinsip dasar ( al-mabda al-asasiy) bagi tegaknya sebuah negara atau pemerintahan dalam Islam.18 Berikut ini disampaikan beberapa prinsip tersebut;

1.Amanah ( al-mabda al-amanah )

Amanah ( amanat atau trust ) berasal dari bahasa Arab, artinya adalah adanya kepercayaan yang diberikan atau dititipkan, baik berupa materi ( fisik ) yang dapat dilihat atau non fisik kepada seseorang disertai dengan rasa aman sepanjang materi tersebut

17 .Ibid. h. 4918 .Lihat Abdul Wahid Muhammad al-Far, al-Tsaqafah al-Islamiyah:

Dirasah Ta`shiliyah Limadhmun al-Risalah al-Islamiyah Fiy al-Dhau`i al-Qur`an wa al-Sunnah ( Jiddah: Dar al-`Ilmi, t.th. ), h. 84 -147

Page 11: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

11

berada dengannya. Oleh karena amanah merupakan titipan yang harus dijaga dengan baik, maka titipan tersebut harus diserahkan kembali dengan utuh kepada orang yang menitipkannya, sehingga setelah mengembalikan titipan tersebut, orang yang bersangkutan disebut orang yang dipercaya ( al-amin ). Dengan demikian, amanah adalah sikap sesorang yang dapat dipercaya karena ada kejujuran dan tanggung jawab. Lawan kata amanah adalah khiyanat, yaitu; sikap seseorang yang tidak dapat dipercaya karena tidak memiliki sikap jujur dan tanggung jawab. Nabi Muhammad saw. dikenal sebagai orang yang sangat amanah dikalangan masyarakatnya, makanya diberi gelar; al-Amin.

Sikap amanah merupakan perintah ajaran Islam, di dalam surat al-Nisa, ayat 58 ditegaskan yang artinya; sesungguhnya Allah memerintahkan kamu agar menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.19 Dalam konteks ini Ibnu Taimiyah ( 1263 – 1329 M. ) ketika menjelaskan ayat 58 surat al-Nisa ini menyatakan bahwa Allah memerintahkan kepada para pemimpin dalam berbagai tingkatannya dari atas sampai bawah, agar menyampaikan ( merealisasikan ) amanah yang telah dipercayakan oleh rakyat kepada mereka, baik itu berupa hak, kewajiban, harta kekayaan, bantuan, dan sebagainya.20 Dalam merealisasikan amanah kepada rakyat menurut Ibnu Taimiyah ada dua kategori; Pertama; Saat pengangkatan para pejabat negara, dan Kedua; Saat melakukan pengelolaan kekayaan negara untuk menjaga dan melindungi harta kekayaan negara tersebut, bersama dengan hak milik rakyat.21 Oleh karena itu, jabatan atau pangkat pada saatnya akan dikembalikan kepada yang memberikan jabatan jika masa jabatannya sudah habis.

Amanah ( trust ) dalam realitas kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus menjadi dasar dalam berbagai aktivitas, dan kebijakan, terutama ketika menyangkut hubungan antara sesama anggota masyarakat dengan pemerintah, rakyat, pejabat, lembaga

19 . Al-Qur`an; 4: 5820 . Ibnu Taimiyah, al-Siyasah al-Syar`iyah Fiy al-Islah al-Ra`iy wa al-

Ra`iyah ( Beirut: Dar al-Kutub, 1386 H. ) h. 421 . Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah, dan

Pemikiran ( Jakarta: UI-Press, 1993 ). h. 83-84

Page 12: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

12

tinggi negara, partai politik, dan organisasi kemasyarakatan. Hukum dan undang-undang yang telah ditetapkan oleh badan perundang-undangan adalah merupakan amanah yang harus direalisasikan ( dilaksanakan ) oleh pemerintah dalam setiap tingkatannya, dari tingkat pusat sampai ke tingkat yang paling bawah. Oleh karena itu, para pengemban amanah ( pemerintah )22 akan dimintai pertanggung jawabannya nanti, baik di hadapan rakyat atau di hadapan Allah di akhirat kelak.23 Dengan demikian, amanah sebagai prinsip dasar dalam kehidupan bukan saja dilaksanakan dalam konteks kehidupan perpolitikan saja, tetapi juga dilaksanakan dalam konteks kehidupan keseharian, sehingga amanah dapat mewarnai tata pergaulan dalam bermasyarakat dan bernegara.

2.Musyawarah ( al-mabda al-Syura )

Musyawarah ( al-syura atau consultation ) sinonim dengan istilah sidang, urun rembug atau konsultasi tentang bagaimana menyelesaikan masalah yang melibatkan orang banyak. Dalam konteks ini, al-Qur`an menempatkan musyawarah (syura ) sebagai dasar dalam mencari penyelesaian masalah yang menyangkut kehidupan orang banyak, seperti urusan politik, ekonomi,

pendidikan, kemasyarakatan dan sebagainya. Oleh karena itu, al-Qur`an mengarahkan Nabi Muhammad saw. untuk selalu melakukan musyawarah dengan para Sahabatnya dalam menyikapi berbagai masalah yang muncul di tengah-tengah masyarakat.24 Di tempat lain, al-Qur`an menyebut orang-orang beriman sebagai orang-orang yang menyikapi urusan-urusan mereka dengan musyawarah antara sesama mereka.25 Dengan demikian, musyawarah merupakan perintah ajaran agama yang harus direalisasikan dalam rangka

22 .Dalam ketata negaraan Negara Republik Indonesia, pemerintah diberi mandat atau amanat oleh rakyat yang direpresentasikan oleh DRR / MPR untuk melaksanakan ketentuan dan undang-undang yang telah ditetapkan.

23 .Saidy Abu Jayb, Dirasat Fiy Manhaj al-Islam al-Siyasiy ( Beirut: Muassisah al-Risalah, 1985 ), h. 105

24 .Lihat al-Qur`an, 3: 15925 . Lihat al-Qur`an, 42: 38

Page 13: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

13

membangun kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan realitas kehidupan di masyarakat, musyawarah berarti partisipasi masyarakat atau individu dalam menentukan dan mengatur diri mereka berdasarkan kesepakatan -kesepakatan bersama.26 Dalam realitas kehidupan di masyarakat, musyawarah dapat ditemui beberapa padanannya, antaranya; rapat, sidang, urun rembug, pertemuan ( meeting ), konfrensi, dan sebagainya, meskipun istilah-istilah ini secara khusus ada penekanannya masing-masing, tetapi secara substansi bahwa semuanya adalah sama, yaitu adanya pembicaraan-pembicaraan mengenai berbagai masalah yang memerlukan keputusan bersama.

Pelaksanaan musyawarah harus didasarkan pada keyakinan bahwa masalah-masalah penting yang menyangkut kehidupan orang banyak harus diputuskan bersama secara kolektif dengan mekanisme yang disepakati bersama. Bagi umat Islam di dalam melaksanakan musyawarah pastinya terikat dengan ajaran agama yang membimbingnya, agar hasil keputusan musyawarah mencerminkan keputusan yang bijaksana dan berbobot ( berkualitas ), maka musyawarah harus diwarnai dengan etika, moral, dan akhlak yang mulia, serta harus berada pada kondisi yang bebas dari berbagai tekanan, harus transparan, jujur ( amanah ), bertanggung jawab, serta adanya kesamaan tujuan yang mengacu pada wujudnya kebaikan bersama ( maslahah ammah ), dan tidak menonjolkan egoisme golongan atau kepentingan-kepentingan kelompok, atau kepentingan pribadi.

3.Persamaan ( al-mabda al-musawa )

Konsep persamaan ( al-musawa atau egalitarian ) merupakan salah satu prinsip yang sangat penting dalam merekonstruksi kehidupan masyarakat dan negara, di mana sistem-sistem politik modern dan kontemporer mendasarkan

26 .Abdul Rasyid Moten, Ilmu Politik Islam, terj. Politic al Science An Islamic Prespective ( Bandung: Pustaka, 2001 M./ 1422 H.), h. 109

Page 14: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

14

pada prinsip ini, meskipun dalam penerapannya berbeda.27 Persamaan artinya bahwa setiap individu dalam masyarakat adalah sama, sama di hadapan undang-undang, di dalam hak, kewajiban, kemerdekaan dan tanggung jawab. Oleh karena itu tidak ada perbedaan dalam hal ini semua hanya karena perbedaan suku, keturunan, bahasa, warna kulit, keyakinan ( akidah ), pejabat tinggi atau rendah, semuanya sama.28 Dalam arti lain, bahwa persamaan setiap individu dalam masyarakat adalah persamaan di hadapan hukum dan undang-undang, bukan persamaan di dalam status atau kedudukan. Persamaan di hadapan hukum dan undang-undang dimaksudkan agar setiap individu dapat tunduk, patuh, menghargai hukum dan undang-undang dalam rangka terrealisasinya kebebasan dan memperoleh hak-hak asasi.29 Di dalam salah satu hadits Nabi Muhammad saw. disebutkan yang artinya;

bahwa umat-umat dahulu menjadi rusak karena, jika para pembesar negara atau orang ternama mencuri, dibiarkan begitu saja ( tidak dilaksanakan hukuman oleh para penegak hukum, seolah-olah orang lain tidak tahu ), tetapi jika orang-orang kecil atau orang bawahan mencuri, mereka ( para penegak hukum ) cepat-cepat melakukan proses hukum dan mengenakan hukuman berat kepadanya, lalu Nabi bersumpah di hadapan masyarakat “ Demi Allah . . ! jika Fatimah putri Muhammad mencuri akan aku potong tangannya “.

Hadits Nabi di atas dapat dijadikan referensi dalam menegakkan supremasi hukum. Dalam arti bahwa dalam rangka menegakkan supremasi hukum, hukum harus dilaksanakan kepada siapa saja yang melakukan tindak pidana, siapa pun dia, pembesar

27 .Di era modern untuk pertama kalinya Perancis telah melaksanakan prinsip persamaan ( egaliter ) sebagaimana tertuang dalam konstitusi Perancis yang dikeluarkan pada tahun 1789 M. Dengan dikeluarkannya undang-undang yang mengatur persamaan hak, Perancis banyak kehilangan pembesar-pembesar yang mempertahankan status quo setelah terjadinya revolusi Perancis.

28 .Muhammad Salim al-Awwa, Fiy al-Nidzam al-Siyasah Li al-Daulah al-Islamiyah ( Kairo: Dar al-Syuruq, 1989 M. / 1310 H. ), h.226

29 .Ibid.

Page 15: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

15

negara, anak pembesar, orang kaya, rakyat kecil, proses hukum harus dijalankan secara jujur dan konsekuen. Oleh karena itu, persamaan di hadapan hukum dan undang-undang merupakan dasar yang sangat berarti bagi terrealisasinya kondisi yang kondusif dan nyaman. Kondisi ini seperti disebutkan di atas akan wujud jika adanya penghormatan terhadap persamaan. Oleh karenanya, jika dasar persamaan ini tidak wujud, maka kondisi nyaman dan kondusif sulit untuk direalisasikan, karena hal ini akan berdampak pada munculnya sikap egoistik dan sikap semena-mena dari kalangan para pembesar yang melakukan tindak kejahatan, sementara orang-

orang kecil yang melakukan tindak kejahatan akan menghadapi proses pengadilan, kondisi ini akan berakibat terjadinya ketidak adilan.

Prinsip persamaan di dalam Islam telah mengakar kokoh, karena Islam memang mengajarkannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini sebagaimana ditegaskan di dalam surat al-Hujurat, ayat 13, yang artinya;

Wahai manusia sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertqwa.30

Penegasan ayat al-Qur`an ini, diperkuat oleh pernyataan Nabi Muhammad saw. di dalam salah satu haditsnya, yang artinya bahwa; semua manusia sama seperti deriji-deriji sikat rambut. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab dari orang ajam ( orang-orang non Arab ) melainkan taqwanya. Atas dasar inilah, maka semua manusia diperlakukan sama, laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, rakyat, pejabat, asal keturunan, suku, marga, warna kulit, dan

30 .al-Qur`an, 49 : 38

Page 16: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

16

sebagainya, semuanya tidak menjadikan seseorang berbeda, yang menjadikannya berbeda adalah komitmennya pada ajaran agama ( taqwa ), undang-undang atau peraturan yang diberlakukan.31

Prinsip persamaan yang diajarkan Islam inilah yang menjadikan seseorang memiliki sikap yakin diri ( confident ) dan sikap tawadhu`, yaitu sikap yang tidak menunjuk-nunjuk prestasi, tidak sombong, tidak egoistik, tidak feodalistik. Implikasi dari semua ini seseorang dapat menerima dan mengapresiasi orang lain, tidak memandang rendah atau memandang kecil orang lain. Jika kondisi ini tercipta dalam kehidupan masyarakat, maka akan wujud kehidupan yang nyaman karena diwarnai oleh sikap kebersamaan dan gotong royong, transparan dan penuh kesadaran.

4.Keadilan ( al-mabda al-`adalah )

Adil ( al-`dalah ) adalah menetapkan sesuatu secara proporsional dan objektif, atau menempatkan sesuatu pada tempatnya.32 Islam memerintahkan umatnya agar menjadikan keadilan sebagai prinsip dasar dalam bersikap dan

memperlakukan orang lain, karena realitasnya keadilan berimplikasi pada terciptanya keamanan dan ketentraman hidup.33 Dalam konteks ini Allah berfirman dalam surat al-Nisa, ayat 58, yang artinya; jika kamu memutuskan suatu ketetapan hukum di antara manusia, putuskanlah dengan adil.34 Berdasarkan pernyataan al-Qur`an, ayat 58, surat al-Nisa ini dapat dipahami bahwa keadilan ( adil ) merupakan landasan pokok dalam pelaksanaan supremasi hukum, sebagaimana juga amanah menjadi dasar dalam pergaulan dan interaksi yang baik antara sesama anggota masyarakat dan

31 .Ashqar Ali, Enginer, Islam dan Teologi Pembebasan ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999 ),h. 33

32 .A. Zaki Badawiy, A Dictionary of The Social Sciences ( Beirut: Library Du Liban, 1982 M ),h. 232

33 .Lihat Saidiy Abu Jayb, Dirasat Fiy Manhaj al-Islam al-Siyasiy, h. 76534 .al-Qur`an, 4 : 58

Page 17: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

17

dalam aktivitas berpolitik.35 Sikap adil dan amanah, keduanya merupakan bagian dari akhlak ( moral Islam ) yang berimplikasi pada keberhasilan melahirkan masyarakat yang transparan, dan al-Qur`an menuntut setiap muslim agar memiliki standar moral ( akhlak ) yang tinggi sehingga bersedia untuk menjadi saksi walau pun kepada dirinya sendiri.36

Salah seorang Gubernur di era Khalifah Umar Ibnu Khattab mengirim surat kepada Khalifah menyampaikan keluhan tentang situasi politik di daerah wilayahnya yang selalu bergejolak, tidak kondusif, dan carut marut. Dia meminta bantuan kepada Khalifah untuk memulihkan situasi dan kondisi sosial politik yang tidak stabil itu ke situasi yang kondusif. Khalifah Umar dalam surat jawabannya menegaskan agar Gubernur yeng bersangkutan memperbaiki kondisi yang buruk itu dengan menegakkan keadilan yang sebenar-benarnya.37 Penegasan Umar ini memang sangat tepat, karena realitasnya ketimpangan-ketimpangan yang terjadi yang berujung pada instablitas politik dan keamanan sering kali diakibatkan oleh tidak adanya keadilan, tidak adanya kepastian hukum dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam aspek pemerataan ekonomi ( pendapatan ), dan sebagainya. Dalam kasus ini, barangkali Gubernur tersebut tidak bersikap adil dalam menata dan mengelola pemerintahannya. Jika dia bersikap adil dapat dipastikan tidak terjadi kondisi buruk. Karena tatanan politik yang adil termanifestasikan dalam diri para pejabat publik yang jujur dan bertanggung jawab dalam membuat kebijakan-kebijakan yang melahirkan kebaikan bersama.38

al-Mawardiy ( 975 – 1059 M.) salah seorang pemikir politik Islam yang memahami betul perpolitikan saat itu menawarkan alternatif dalam rangka terciptanya stabilitas politik, dia menyatakan bahwa yang menjadikan negtara

35 .Sayyid Quttub, Dhilal al-Qur`an ( Beirut: Dar al-Syuruq, 1977 ), Jld. 2, h. 689

36 .Abdul Rasyid Moten, Ilmu Politik Islam, h. 10737 .Ibnu Qutaibah, Abu Muhammad Abdullah Ibnu Muslim Ibnu

Qutaibah, `Uyun al-Akhbar ( Mesir: Wuzarat al-Tsaqafah wa al-Irsyad al-Qaumiy, 1963 M./ 1383 ), Jld. 1, h. 13

38 .Abdul Rasyid Moten, Ilmu Politik Islam, h. 107

Page 18: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

18

stabil sehingga terciptanya masyarakat dan pemerintahan yang tertata baik, di mana semua program dan agenda berjalan secara sistemik, maka harus didasarkan sekurang-kurangnya pada lima landasan pokok,39 yaitu;

1. Agama yang dihayati dan diamalkan,2. Penguasa yang kharismatik ( berwibawa ),3. Wujudnya keadilan yang merata dalam berbagai aspek

kehidupan,4. Stabilitas dan keamanan di seluruh wilayah,5. Wawasan penguasa yang luas.

al-Mawardi ketika menguraikan landasan pokok ketiga, yaitu keadilan, menjelaskan bahwa dengan keadilan yang merata akan lahir beberapa aspek positif, antaranya;

1. Lahirnya kehidupan harmoni di kalangan sesama warga masyarakat,

2. Ketaatan dan loyalitas penuh dari rakyat kepada pemerintah/undang-undang,

3. Negara menjadi makmur dan dinamis,4. Kelahiran generasi atau penduduk tertata dengan baik,5. Pertumbuhan ekonomi berkembang dengan baik,6. Penguasa merasa aman, karena tidak ada gangguan dari

lawan politiknya yang bertujuan menjegal kekuasaannya atau melakukan konspirasi untuk menjatuhkannya dari kursi kekuasaan.40

Berdasarkan pandangan al-Mawardiy di atas, dapat disimpulkan bahwa jika keadilan wujud secara merata dalam kehidupan masyarakat dan negara, maka itu adalah sebuah indikasi berdirinya pondasi yang kokoh bagi negara tersebut. Karena semua pengelolaan dan kebijakan politik dihormati oleh semua pihak.

39 .al-Mawardiy, Adab al-Dunya wa al-Din ( Mesir: al-Mathba`ah al-Adabiyah, 1317 H.), h. 68

40 .Ibid. h. 82

Page 19: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

19

5.Kemajmukan

Majemuk atau pluralisme adalah paham yang mempertahankan keaneka -ragaman perbedaan dalam masyarakat ( plural society ), baik dari dimensi agama, etnik, budaya, kecendrungan, bahasa, dan sebagainya.41 Di dalam sejarah peradaban Islam awal fenomena pluralitas ini sudah wujud semenjak permulaan Islam berkembang, yaitu ketika Nabi Muhammad saw. bersama dengan para Sahabat-sahabatnya membangun masyarakat Madinah ( Yatsrib ).

Masyarakat Madinah pada saat itu ternyata masyarakat majemuk atau plural dari segi sosial budaya, etnik, agama, dan sebagainya. Oleh karena itu, ditinjau dari segi sosial budaya dan agama, masyarakat Madinah terdiri dari beberapa elemen atau komunitas, setidaknya ada tiga atau empat elemen masyarakat; yaitu; Orang-orang muslim terdiri dari komunitas Muhajirin dan Anshar, Orang-orang yang beragama Yahudi terdiri dari beberapa Qabilah; Qabilah Bani Nadhir, Qiniqa`, Quraidhah, dan sebagainya, Orang-orang penyembah patung berhala ( al-Watsaniyun atau Paganis ), dan di luar kota Madinah ada orang-orang yang beragama Nasrani ( Kristiani ).42 Keaneka-ragaman sosial budaya, agama, etnik, dan sebagainya berhasil dipersatukan oleh Nabi Muhammad saw. menjadi satu masyarakat ( ummatun wahidatun min dunin nas ), yaitu masyarakat Madinah. Persatuan ini diikat oleh satu ikatan watsiqah ( agreement ) atas dasar kesepakatan bersama. Watsiqah atau agreement ini kemudian dikenal dengan sebutan Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah ( Constitution of Medina ).43

41 .A. Zaki Badawiy, A Dictionary of The Social Sciences, h. 31742 .Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah, dan

Pemikiran ( Jakarta: UI-Press, 1990 ), h. 1643 .Piagam Madinah adalah konstitusi atau undang-undang dasar Negara

Islam yang pertama dan yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw. di Madinah. Piagam Madinah dirumuskan untuk mengatur lalu lintas kehidupan dan hubungan antara komunitas-komunitas yang merupakan komponen-komponen masyarakat yang majemuk di Madinah. Lihat Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, h 16

Page 20: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

20

Pluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini, dan ini perlu dijaga untuk tujuan terciptanya keharmonian hidup, keamanan, saling mengenal dengan baik, sehingga terhindar dari konflik. Dalam al-Qur`an surat al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman yang artinya;

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengena. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal.44

Ayat di atas, baik secara tekstual atau pun kontekstual memberikan pengertian tentang adanya penolakan terhadap semua paham superioritas, rasial kesukuan, kebangsaan, dan bahkan keluarga yang wujud dalam realitas sosial kehidupan manusia di bumi ini, tetapi yang diutamakan adalah sikap kesalehan dan ketaqwaan. Kesalehan tidak hanya dimengerti dalam konteks ritualitas ( ibadah ) saja, melainkan juga harus dipahami dalam konteks dimensi sosial,

karena inti dari keseluruhan ajaran Islam sebenarnya adanya keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, serta dengan alam sekitar. Oleh karena itu, dari sikap yang saleh dan pribadi yang taqwa ini akan muncul penghargaan dan apresiasi kepada orang lain yang berbeda agama, status sosial, budaya, etnik, dan sebagainya. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa pluralisme hanya akan menjadi kenyataan dalam kehidupan masyarakat dan berbangsa kalau lahir dalam kondisi sosial politik yang menerinanya dengan sepenuh hati sebagai fenomena alami, adanya saling pengertian di antara sesama anggota masyarakat, saling memebutuhkan antara satu dengan yang lain melalui kerja sama untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu kemerdekaan, kesejahteraan, stabilitas politik, dan sebagainya, jika terjadi perbedaan, baik dalam pandangan, pemikiran atau pun sikap 44 .al-Qur`an, 49 : 13

Page 21: BAB Irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41255... · Web viewPluralitas merupakan realitas kehidupan dan fenomena alami ( natural ) bagi kehidupan manusia di bumi ini,

21

tidak diekspresikan dengan kekerasan, tetapi dicarikan sosulinya melalui musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan bersama dan untuk kemaslahatan bersama.