bab xirohmat.dosen.unimus.ac.id/files/2015/07/bab-11-perawatan... · web viewpengertian kematian...

23
BAB XI PERAWATAN KEMATIAN Standar Kompetensi Setelah membaca bab ini mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian mati baik secara fisik, psikologis, maupun sosial 2. Menjelaskan cara menangani orang dalam kritis menuju kepada kematian 3. Menjelaskan cara menangani orang mati menurut syariat Islam, yaitu memandikan, mengafani, menyalati, dan mengebumikannya. 4. Menjelaskan cara yang benar menurut syariat berkenaan dengan upacara-upacara di sekitar kematian. A. Pengertian Kematian 1. Kematian adalah berhentinya suatu kehidupan, berakhirnya semua aktifitas kehidupan, penghentian kesadaran indrawi, hasrat dan semua jenis gerak, perpisahan jiwa dari tubuh. Jiwa kembali ke alam 1

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB XI

PAGE

1

BAB XI

PERAWATAN KEMATIAN

Standar Kompetensi

Setelah membaca bab ini mahasiswa diharapkan mampu :

1. Menjelaskan pengertian mati baik secara fisik, psikologis, maupun sosial

2. Menjelaskan cara menangani orang dalam kritis menuju kepada kematian

3. Menjelaskan cara menangani orang mati menurut syariat Islam, yaitu memandikan, mengafani, menyalati, dan mengebumikannya.

4. Menjelaskan cara yang benar menurut syariat berkenaan dengan upacara-upacara di sekitar kematian.

A. Pengertian Kematian

1. Kematian adalah berhentinya suatu kehidupan, berakhirnya semua aktifitas kehidupan, penghentian kesadaran indrawi, hasrat dan semua jenis gerak, perpisahan jiwa dari tubuh. Jiwa kembali ke alam rohani dan tubuh atau raga berangsur-angsur hancur menjadi tanah.

2. Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa pada organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik penyebabnya secara alami, terkena penyakit, atau karena kecelakaan. Setelah kematian tubuh, makhluk hidup mengalami pembusukan dan selanjutnya kembali menjadi tanah.

3. Kematian secara fisik adalah kematian yang sudah benar-benar berakhir karena semua organ tubuh tidak berfungsi untuk bertahan hidup.

4. Kematian secara rohani adalah kematian yang sudah diambang ajal, dimana jiwa dan raga sudah tidak bernyawa. Hidup sudah berakhir di bumi ini dan nyawa kembali ke alam selanjutnya (alam barzah).

B. Macam-macam Kematian

Ada beberapa tinjauan pengertian tentang kematian, antara lain

1.Kematian sosial

Kematian sosial terjadi ketika seseorang telah kehilangan kontak dengan orang lain. Penyebabnya cukup berfariatif. Orang yang karena dianggap terlalu sombong bisa dikucilkan oleh masyarakatnya. Karena mengidap penyakit berbahaya dan berpotensi menularkan kepada orang lain, orang tersebut kemudian diisolasikan supaya tidak kontak fisik dengan orang lain. Karena penyakitnya amat serius dan membutuhkan kesembuhan, orang semacam ini diisolasikan oleh yang menangani supaya tidak berhubungan dengan orang lain supaya orang lain ini tidak menghalangi proses penyembuhannya.

2. Kematian Psikologis

Orang dikatakan mati secara psikologis jika aspek-aspek kepribadiannya telah hilang, orang yang dikatakan rai gedheg (berwajah dinding) pada hakikatnya adalah mati secara psikologis karena ia telah tidak lagi memiliki rasa malu berbuat yang mestinya tidak boleh dilakukannya.

3. Kematian Biologis

Kematian biologis adalah bentuk kematian seluruh atau sebaian organisme, umpama organ jantung telah tidak berfungsi, tetapi organ lain masih berfungsi. Jantung yang telah mati ini dapat digantikan dengan jantung lain dengan cara jantung yang telah mati dilepas dari posisinya kemudian dicangkokkanjantung lain yang masih berfungsi. Jika semua organ berhenti, maka dari kematian biologis menjadi kematian fisik.

C. Menangani Peristiwa Sakaratul Maut

Ada beberapa tuntunan berkenaan dengan peristiwa kematian antara lain:

1. Bersabar menghadapi musibah.

Ketika seorang wanita menangis karena kematian suaminya dan peristiwa ini diketahui oleh Rasulullah, beliau mengatakan kepadanya “ittaqilla>h was}biri> Takutlah kepada Allah. Wanita tadi tidak menerima nasihat itu karena tidak tahu bahwa yang menasihati Rasulullah. Setelah ia tahu, ia diam dan masuk kamar, lalu menyatakan penyesalannya. Rasulullah lalu menasihati lagi: “Innama as}-s}abru ‘inda as}-s}adamat}il-u>la (Bahwa sabar itu ketika pukulan pertama – HR. Muttafaq ‘alaih dari Anas bin Malik – Fuad, 2007 : 277).

2. Tidak membacakan surat Yasin untuk orang yang sedang mengalami sakaratul maut. Hadis-hadis berkenaan dengan peristiwa ini lemah atau d}a’if dan tidak boleh dijadikan dasar hukum melaksanakan sesuatu perbuatan. Contohnya adalah hadis berikut:

يس قلب القران لا يقرأها رجل يريد الله والدار الاخرة غفر له واقروًوها على موتاكم

Artinya:

Yasin adalah hati Alquran. Tidaklah seseorang yang dibacakannya dan berharap kepada Allah dan kehidupan (bahagia) di akhirat, kecuali ia diampuni. Maka, bacakanlah (surat Yasin) orang (yang akan) mati diantaramu.

(HR.Ahmad. an-Nasai dari Mu’tamir)

Hadis ini lemah. Tiga orang periwayat hadis ini majhu>l (tidak diketahui- Qadir Jawas, 2005 : 30).

Juga hadis berikut: “Iqrau> ya>si>n ‘ala> mata>kum” (Bacakan surat Yasin orang yang akan mati diantaramu – HR. QAhmad, Abu Dawud, an-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, al-Hakim, Baihaki, dan ath-Thayalisi).

Kualitas hadis ini lemah. Tiga tingkat (thabaqat) periwayat hadis ini majhul, yaitu Sulaiman at-Taimi, Abu Usman, dan ayah dari Abu Usman (Jawas, 2005 : 30).

Hadis yang berbunyi:

ما من ميت يموت فيقرأ عنده (يس) إلآ هون الله عليه

Artinya: Tidak ada seorang pun yang akan mati, lalu dibacakan surat Yasin di sisinya melainkan Allah akan memudahkan (kematiannya).

Terhadap Hadis ini Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Abu Hatim mengomentari bahwa hadis ini mungkar. Hadis ini Palsu (maud}u>’) . Pemalsunya adalah Marwan bin Salim al-Jaziri. (Jawas,2005 : 37). Abdullah bin al-Mubarak, seorang ulama ahli kritikus hadis yang amat handal mengatakan bahwa semua hadis yang menjelaskan tentang berbagai keistimewaaan surat Yasin berkenaan dengan orang mati adalah palsu (Jawas, 2005 : 37).

Cara yang benar menangani orang yang akan mati adalah menuntun membaca “La> ila>ha illalla>h”. Cara ini didasarkan pada Sabda Nabi sebagai berikut:

لقنوا موتكم لا إله إلا الله (رواه مسلم و ابو داود والنساء والترمذى وابن ماجه عن ابى سعد

الخدرى)

Artinya: ajarkanlah la> ila>ha illalla>h kepada orang yang hampir mati diantara kamu. HR. Muslim, Abu Dawud, an-Nasai, at-Turmuzi, dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Hudri. (Jawas, 2005 : 47)

Jika dalam menuntun pengucapan kalimah tauhid tersebut berhasil, harapan nya, atas dasar sabda Rasulullah, orang tersebut akan masuk surga, yang ini tidak akan diperoleh keterangan bagi orang yang dibacakan surat Yasin padanya ketika menghadapi sakaratulmaut. Hadis yang dimaksud adalah sebagai bedrikut:

من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة (رواه احمد وابو داود وحاكم)

Artinya: Barang siapa yang akhir berbicaranya la> ila>ha illalla>h , ia masuk surga. HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim (Jawas, 2005 : 45-46).

Menurut para ahli kritik Hadis, hadis ini s}ah}i>h}, dengan demikian dapat dijadikan dasar untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini menuntun (talqin) oarang dalam keadaan atau sakaratulmaut.

D. Menangani Kematian

Ada beberapa tuntunan dan dan kewajiban menangani orang yang telah meninggal, yaitu:

1. Melakukan istirja’, yaitu mengucapkan lafal “Inna lilla>hi wa inna ilaihi ra>ji’u>n”. Tindakan ini didasarkan perintah Allah sebagai berikut.

الذين اذا اصابتهم مثيبة قالوا انا لله وانا اليه راجعون

Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “inna lilla>hi wa inna ilaihi ra>ji’u>n (Q.S. al-Baqarah/2 : 156).

Ucapan yang benar ini mengandung hikmah bahwa para ahli waris harus ikhlas akan kematian orang tersebut, meskipun mereka amat menyayangi, mendambakan, atau karena motif lain. Menurut Islam, mati dan hidup adalah sepenuhnya urusan Tuhan. Allah Maha kuasa. Jika Allah menghendaki, tidak ada yang menghalanginga. Tidak ikhlas akan kematian orang yang disayangi berarti menentang kuasa Allah. Justru orang yang mati kemudian ditangisi keluarganya, si mayit malah disiksa Allah. Demikian Hadis Nabi berkenaan dengan masalah ini : “al-Mayyitu yu’az|z|abu fi> qabrihi bima> ni>h}a ‘alaihi (Mayit itu disiksa di kuburnya karena tangis keluarganya atasnya (HR. Muttafaq ‘alaihi dariUmar bin Khathab (Fuad, 2007 : 279).

Setelah nyata seseorang meninggal, maka segera dilakukan hal-hal sebagaiberikut:

a). Memejamkan matanya kalau masih terbuka.

b). Tangan disedekapkan dan kaki diluruskan.

c). Mulut dikatupkan dengan diikat kain yang menyangkut bagian dagu, pelipis, dan kepala bagian ubun-ubun.

d). Ditelantangkan membujur dengan kepala sebelah kanan kiblat. Untuk di Jawa membujur ke utara.

e). Muka dan seluruh tubuhnya ditutup, sambil mempersiapkan perawatan selanjutnya, khususnya memandikannya).

f). Mengabarkan berita lelayu ini kepada para tetangga, relasi, dan kerabatnya.

2. Memandikan mayyit

Sebelum memandikan mayit persiapkan terlebih dulu: (1) air suci yang menyucikan, dengan dicampuri bau-bau wewangian, (2) serbuk larutan kapur barus, untuk meredam bau, (3) sarung tangan dan handuk tangan untuk membersihkan kotoran maupun najis lain, (4) Lidi atau sebangsanya untuk membersihkan kuku, dan (5) handuk untuk mengelap tubuh mayit setelah dimandikan.

Setelah persiapan selesai segera memandikannya, (1) Membujurkan jenazah menghadap kiblat dengan kepala di sebelah kanan, di tempat tertutup, pada tempat yang telah disediakan atau dipangku oleh para muhrimnya (2) Melepas seluruh pakaian yang menempel padanya, termasuk pengikat dagu, #(3) Menutup bagian aurat, (4) Melepas cincin atau gigi palsu kalau ada, (5) Membersihkan kotoran dengan meremas bagian perut agar kotoran keluar, pada saat ini bagian kepala agak ditinggikan sehingga memperlancar keluarnya kotoran, (6) Membersihkan kuku-kukunya, rongga mulutnya, atau lubang-lubang yang lain. Disunahkan menyiram air mulai bagian kanan diawali dari kepala, lalu menurun hingga kaki, setelah itu dimulai bagian kiri dengan peragaan seperti bagian kanan. Cara ini diulangi beberapa kali sambil digosok-gosok dan bilas sehingga bersih. Diusahakan ganjil, tiga, lima dst, Untuk mengakhiri ini disiran larutan kapur barus atau air yang wangi.

Dalam memandikan jenazah, tidak perlu dibuka atau diakhiri dengan wud}u karena tidak dicontohkan maupun diperintahkan oleh Rasulullah.

3. Mengafani Mayit

Perlengkapan kafan meliputi: (1) Selembar kain lingkaran badan dan yang lebih panjang dari seluruh tubuh, (2) Tujuh utas tali dari sobekan kain kafan, (3) Kain segi tiga tutup kepala/rambut, (4) Sehelai tutup aurat, untuk wanita ditambah kain basahan, mukena untuk rambut, dan baju untuk penutup bagian dada, (5) Kapas untuk menutup semua lobang (mata, mulut, telinga, hidung, dan mulut).

Untuk jenazah laki-laki disunahkan kain tiga lapis, ditambah baju kurung dan sorban. Untuk jenazah wanita disunahkan lima lapis kain kafan ditambah sarung, baju, dan kerudung.

Untuk mengafani, (1) Meletakkan tujuh utas tali pada posisi: ujung kepala, leher, pinggang/pada lengan tangan, perut, lutut, pergelangan tangan, dan ujung kaki,(2) Menggelar kain memanjang dan melebar di atas tujuh utas tali ke seluruh tubuh, selanjutnya ditaburi serbuk kapur barus, (3) Meletakkan dan mengatur kain (segi tiga) penutup rambut/kepala, (4) Membentangkan kain penutup dada, dengan masih terhampar di ke atas, (5) Meletakkan kain sehelai tutup aurat (semacam celana dalam) memanjang dan melebar ke bawah dan merupakan kain lipatan, (6) Bagi jenazah wanita diatur mukena, baju, dan kain basahan sesuai dengan posisi tubuh masing-masing.

Pelaksanaannya adalah: (1) Meletakkan jenazah membujur di atas kain yang telah dibentangkan, dalam keadaan tertutup selubung, jangan sampai jenazah berkeadaan telanjang, (2) Menutup tujuh lubang (dua mata, dua telinga, hidung, mulut, dan pusar) dengan kapas yang ditaburi serbuk kapur barus, (3) Menutupkan kain segi tiga pada rambut di kepala dengan ikatan pada jidat, (4) Mengatupkan tutup dada melalui lubang pada leher, (5) Mengatupkan lipatan tutup celana dalamnya. Bagi Jenazah wanita, meletakkan tiga pintalan rambut ke belakang kepala, menutupkan kain mukena pada rambut kepala, menutupkan belahan kain baju pada dada, melipatkan kain basahan melingkar badan perut dan auratnya, di atas penutup kain celana dalamnya, (6) Mengatupkan dengan melingkar tubuh badannya kain kafan yang rapat, tertib, dan menyeluruh, (7) seluruh utas tali ditalikan dengan cara menali yang mudah dilepas, bukan talipati.

4. Menyalati Mayyit

Syarat menyalati jenazah: (1) Bergama Islam, (2) Berakal sehat, (3) Baligh, (4) Menutup aurat, (5) suci dari najis maupun hadas baik besar maupun kecil, (6) Mayat sudah dimandikan maupun sudah dikafan, (7) Posisi jenazah di sebelah kiblat orang yang menyalatinya. Si Imam salat berada di s}af terdepan sendirian berada di samping jenazah bagian kepala kalau jenazahnya laki-laki, dan di bagian kaki bawah lutut kalau jenazahnya perempuan. Para makmum berada di belakang Imam dan selalu membentuk s}af ganjil.

Jika salat jenazah bersifat ghaib, mayat tidak perlu ada di depan para mushalli ‘alaih. Salat Ghaib dilakukan biasanya terhadap para pemimpin agama yang wafat. Umat Islam dari tempat-tempat yang jauh dihimbau oleh para tokoh agama atau ustaz untuk ikut menyalatinya secara ghaib.

Peragaan salat jenazah meliputi: (1) niat dalam hati, bisa juga dilafalkan, (2) Takbiratul ihram, (3) Membaca surat fatihah, (4) Takbir yang kedua, (5) membaca shalawat Nabi, sebaiknya secara lengkap: Alla>humma s}alli ‘ala> Muh}ammad wa ‘ala> a>li Muh}ammad. Kama> s}allaita ‘ala> Ibra>hi>ma wa ‘ala> a>li Ibra>hi>m. Wa ba>rik ‘ala> Muh{ammad wa ‘ala> a>li Muh}ammad ka ma> ba>rakta ‘ala> Ibra<>hi>ma wa ‘ala> a>li Ibra>hi>m, fi al-‘a>lam i>na innaka h}ami>dun maji>d, (6) Takbir yang ketiga, (7) Berdoa, antara lain: Alla>hummaghfirlahu warh}amhu wa ‘a>fi>hi wa’fu ‘anhu wakrim nuzu>lahu wa wassi’ madkhalahu wa aghsilhu bi al-ma>I wa as|-s|alji wa al-bard wa naqqihi min al-khathaya>hu kama> yunaqqas|s|aubul abyad}u min ad-danas wa abdilhu da>ran khairan min dabi al-qabri wa ‘az|a>bi an-na>r, (8) Takbir ke empat, (9) Berdoa, antara lain: Alla>humma in ka>na muh}sitihi wa inka>na musi>an fataja>waz ‘an sayyia>tihi. Alla>humma la> tah}}rimna ajrahu wa la> tud}illana> ba’dahu, (10) Salam mengakhiri salat: Assala>mu ‘alaikum warah}matulla>hi wabaraka>tuh (menoleh ke kanan), kemudian melakukan hal yang sama sambil menoleh ke kiri.

Di dalam menyalati jenazah tidak ada tuntunan dari Rasulullah maupun perintah Allah dan Rasulullah untuk ditahlili sesudah atau sebelumnya. Karena itu sebaiknya tidak menambah syariat di luar yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam hal ini. Akan lebih baik kalau disalati berulang-ulang sebelum diberangkatkan ke makam. Pengulangan salat berdasarkan kehadiran para pelayat yang bergelombang.

Dasar pelaksanaan salat atas jenazah adalah perintah Rasulullah antara lain ketika ada seorang salih dari Habsy meninggal, berita itu sampai kepada Rasulullah, kemudian beliau berperintah: Fahalumma ! fas}allu> ‘alaihi (Marilah salat bersama-sama untuknya H.R. Muttafaq ‘alaih dari Jabir R.a.)

5. Mengubur Mayyit

Hal-hal yang perlu disiapkan dalam penguburan adalah: (1)Tempat penguburan jenazah muslim mestinya khusus kuburan muslim, tidak dicampur dengan kuburan non muslim. Kalau karena darurat adalah persoalan lain.(2) Struktur tanah kuburan harus kuat tidak mudah longsor.(3) Dalamnya liang lahat tidak bisa dibongkar binatang buas pemakan daging atau bangkai dan tidak membocorkan bau busuk.(4) Keranda jenazah harus dapat menutup rapat jenazah dan dari bahan yang sesederhana mungkin sehingga tidak termasuk mubazirSetelah liang lahat siap untuk menguburkan, jenazah segera diberangkatkan ke tanah untuk dikubur. Sebenarnya tidak ada tuntunan: (1) Dalam mengiring jenazah membaca tahlil secara koor sepanjang perjalanan ke kuburan, (2) berhadiah fatihah atau yang lain kepada jenazah, kecuali doa maghfirah dan keselamatan untuk jenazah, (3) Upacara terobosan di bawah jenazah sementara jenazah dipanggul mengawali pemberangkatan, (4) Barisan paling depan membawa lampu sementara penguburan dilakukan pada siang hari, (5) Menabur uang atau kembang di sepanjang perjalanana menuju kuburan, (6) Pemimpin upacara pemberangkatan jenazah sebaiknya meminta kepada para pelayat agar mau memberi maaf atas kesalahan jenazah semasa masih hidup, mengihlaskan hutang jenazah jika dirasa tidak memberatkan. Segera berhubungan kepada ahli waris untuk membayar hutang jika penghutang menuntut pembayaran, dan memberikan persaksian amal-amal jenazah yang baik ketika masih hidup.

Setelah rombongan jenazah sampai di kuburan, urutannya sebagai berikut: (1) Keranda diletakkan di sebelah liang kubur, (2) Tutup keranda di buka, (3) dua atau tiga orang masuk dulu ke liang lahat untuk menerima jenazah, (4) Jenazah diangkat dan dimasukkan dari arah kaki, didahulukan kepala, (5) Yang telah di dalam menerima jenazah dengan hati-hati, (6) jenazah dimiringkan dengan lambung kanan sehingga wajah dapat menghadap kiblat, (7)Tali-temali dilepas, tetapi masih tetap melingkar pada posisinya, (8) Menutup cekungan liang lahat dengan kayu yang kuat, (9) Menimbuni tanah secara rapat dan padat.

Dalam mengebumikan mayat perlu diperhatikan ha-hal sebagai berikut: (1) tidak ada tuntunan azan dan iqamat ketika jenazah akan ditutup kayu untuk ditimbuni tanah, (2) Tidak ada tuntunan talkin untuk orang yang sudah mati. Seluruh hubungan antara orang yang sudah mati dengan orang yang masih hidup di dunia terputus kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dalam arti masih dimanfaatkan oleh yang hidup, dan anak salih yang mendoakan kepada orang tuanya (yang sudah meninggal). Oleh karena itu kalau diadakan upacara di kuburan setelah selesai menimbuni tanah cukup didoakan yang isinya supaya si mayit jauh dari fitnah kubur, jauh dari siksanya dan siksa neraka, diberi ampunan atas kesalahannya, supaya lapang, terang, dan nyaman di alam kubur baik doa itu dilakukan secara individual atau jamaah. Tidak perlu pula membaca Alquran, surat Yasin atau yang lain yang pahalanya dikirimkan kepada yang baru saja dikebumikan atau orang-orang lain yang telah meninggal. (3) Tidak dianjurkan para wanita ikut menghantar jenazah ke kuburan karena dikhawatirkan kehilangan kontrol sehingga berbuat yang tidak-tidak seperti menangis atau sambat-sambat. Laki-laki pun juga tidak boleh kalau seperti permpuan itu.

Berkenaan dengan orang yang telah meninggal terdapat banyak upacara keagamaan yang sebenarnya tidak ada tuntunan dari Rasulullah, umpama: memperingati kematian dengan mengundang orang banyak ke rumah ahli watis si mayit pada hari pertama kematian hingga hari ke tiga tau ke tuju setiap malamnya, pada hari ke 40, pada hari ke 100, ulang tahun kematian pertama (mendhak pisan), ulang tahun kematian ke 2 (mendhak pindho), pada hari ke 1000, dan selanjutnya tiap tahunnya (h}aul) jika dikehendaki untuk mengadakan tahlilan dan yasinan dengan niat pahala bacaan dikirimkan kepada si mayit sebagai bakti anak kepada orang tua (birr al-walidain). Cara ini sasma sekali tidak pernah dipraktikkan oleh Rasulullah, para sahabat, tabiin, maupun tabiin.Dengan demikian, maksud hati ingin berbuat baik, tetapi sebenarnya malah tersesat. Praktik ini diadakan jauh setelah kewafatan Rasulullah. Cara ini oleh sementara ulama yang tidak setuju adalah termasuk bid’ah yang perlu dijauhi. Yang dicontohkan bagi yang telah meninggal hanya doa untuk mereka. Doa untuk mereka dapat dilakukan kapan saja, sebanyak-banyaknya, tidak perlu dikuburan kalau di sana malah terjadi kesalahan.

Ziarah ke kubur memang boleh asal: (1) mendoakan yang diziarahi, (2)Ingat bahwa dirinya akan mati sehingga diharapkan ia banyak bertaubat dan beramal salih sebagai bekal menuju kematian, (3) tidak boleh meminta sesuatu, kepada Rasulullah sekalipun, (4) tidak mengirim pahala bacaan kalimah-kalimah thayyibah maupun Alquran). Keempat hal ini tercermin dari tuntunan doa Rasulullah bagi para peziarah kubur sebagai berikut:

السلام عليكم اهل الديار من المسلمين والموًمنين و انا إنشا الله بكم لاحقون. اللهم لنا ولكم العافية

Artinya: Semoga keselamatan untuk kamu hai penduduk para muslim dan mukmin, aku insyaAllah menyusulmu. Ya Allah semoga bagi kami dan kamu semua memperoleh kesehatan. (Basharuddin, 2007 : 164)., (4)

Di Kuburan tidak boleh duduk, utamanya di atas pemakaman. Larangan Nabi demikian artinaya: Janganlah kalian salat menghadap kuburan dan duduk di atasnya (H.R.Muslim). Jadi di kuburan cukup berdiri, dengan demikian tidak perlu berlama-lama di sana.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’a>n al-Kari>m.

‘Abd al-Baqi, Ahmad Fuad, al-Lu’lu.u wa al-Marja>n, (ter.) Salim Bahraesy. Surabaya: Bina Ilmu, 2007

Abdat, Abdul Hakim bin Amir, Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian & Hukum Membaca Alqur’an untuk Mayit Bersama Imam asy-Syafi’i. Jakarta: Pustaka Abdullah, 2006.

Ali, H.Mahrus, Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik (Nariyah, al-Fatih, Munjiyat, Thibbul Qulub), Surabaya: Laa Tasyukl, 2007.

Jawas, Yazid bin Abdul Qadir, Yasinan. Jakarta: Pustaka Abdullah, 2006

Okho Com

Syuhaimin, Basharuddin bin Shalih, Membongkar Kesesatan: Tahlilan, Yasinan, Ruwahan, Tawassul, Istighasah, Ziarah, Maulid Nabi, Bandung: Mujahid, 2007.

www.Wikipedia Com.

Yuniardi, Harry, Santri NU Menggugat Tahlilan. Bandung: Mujahid, 2007.

LATIHAN-LATIHAN SOAL

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan mati fisik, mati rohani, mati secara psikologi, mati sosial, dan mati suri !

2. Membaca Yasin untuk orang yang sedang sakaratul maut apa hukumnya ? tunjukkan dalilnya yang mu’tabar (dapat dan benar untuk dijadidan dasar).

3. Apa yang dimaksud istirja’ ? bagaimana bunyi lafal istirja’ ? apa pula arti lafal itu ?

4. Bolehkah menangisi orang yang baru saja meninggal ? tunjukkan dalilnya atas jawaban saudaran !

5. Jelaskan cara yang benar menurut ajaran Islam autentik dalam menangani orang yang sedang sakaratul maut ! tunjukkan dalilnya atas penanganan itu !

6. Apa saja yang sebaiknya dianjurkan oleh pemimpin pemberangkatan jenazah ke kuburan untuk dimakamkan bagi para pelayat ?

7. Tulislah (boleh memakai huruf Latin) bunyi doa dalam salat Jenazah sesudash takbir ke tiga maupun ke empat, serta bagaimana bunyi lengkap salam dalam mengakhiri salat jenazah.

8. Tunjukkan kesalahan yang biasa terjadi dalam memandikan Jenazah !

9. Tunjukkan kesalahan menurut syariat Islam yang biasanya terjadi di sekitar menyalatkan jenazah.

10. Tunjukkan apa saja yang biasanya terjadi kesalahan di sekitar persiapan pemberangkatan Jenazah ke kuburan maupun sepanjang perjalanan menuju ke kuburan untuk memakamkan Jenazah tersebut !

11. Tunjukkan kesalahan yang biasa terjadi dalam mengebumikan Jenazah !

12.Tunjukkan kebiasaan yang salah berkenaan dengan orang yang telah meninggal pasca penguburannya !

13.Mengapa pada umumnya wanita dilarang ikut menghantar Jenazah ke kuburan ? Jelaskan argumen saudara secara syariat Islam, bukan pendapat pribadi.

14. Apa saja yang tidak diperbolehkan menurut syariat bagi para peziarah kubur ? dan apa saja yang diperbolehkan ? Jawaban saudara harus bukan sekedar hanya kata seorang Ulama, Kiyai, atau Ustaz. Kapan diperbolehkah mengikuti nasihat mereka ? dan kapan tidak boleh mengikuti mereka dalam hal-hal yang berkenaan dengan kematian ?

15. Doa yang bagaimana yang menurut Sabda Nabi untuk orang yang telah meninggal dapat diterima oleh Allah ?