bab viii detektor dan akselerator

24
BAB VIII DETEKTOR DAN AKSELERATOR Di muka banyak dibahas mengenai keberadaan dan sifat-sifat radiasi, baik radiasi gelombang elektromagnet maupun radiasi partikel. Untuk mengamati radiasi tersebut diperlukan sebuah detektor. Dalam bab ini dibahas berbagai macam jenis detektor. Untuk suatu keperluan eksperimen dalam bidang fisika partikel maupun dalam aplikasi fisika partikel, sebuah akselerator partikel merupakan perangkat utama yang harus tersedia. Dalam bab ini dibahas pula berbagai macam jenis akselerator tersebut. 8.1. Detektor Isian Gas Detektor isian gas bekerja dengan memanfaatkan ionisasi yang dihasilkan oleh radiasi jika melalui gas. Biasanya detektor semacam ini terdiri dari dua elektrode yang diberi beda potensial dalam suatu tempat berisi gas (Gambar. 8.1.). Jika suatu radiasi pengion mengenai gas, sebagian atau seluruh energinya akan dugunakan untuk mengionisasi atom-atom gas sehingga terbentuk pasangan-pasangan elektron-ion positip. Elektron-elektron dan ion-ion ini bergerak menuju elektrode dan memberikan sinyal arus listrik yang dapat diukur dalam bentuk arus ataupun tegangan listrik. Energi yang diperlukan untuk mengionisasi atom gas sekitar 30 eV. Jika 3 MeV partikel dan memberikan seluruh energinya akan dihasilkan 5 6 10 30 10 x 3 pasangan elektron-ion. Detektor tipe ini memiliki kapasitans sekitar 50 pF dan waktu untuk mengumpulkan muatan kira- kira 1 μs . Dengan demikian radiasi dengan energi 3 MeV diharapkan memberikan tegangan dan arus berorde besar : mV 0,5 10 x 50 10 x 1,6 x 10 12 19 5 V C Q V A 10 x 6 , 1 A 10 10 x 1,6 x 10 8 6 19 5 t I Q Unjuk kerja detektor sangat ditentukan oleh tegangan operasi yang dipasang antara ke dua elektrodenya. Pada tegangan operasi yang masih rendah, medan listrik yang dihasilkan masih lemah dan gerakan ion-ion relatif lambat sehingga penggabungan kembali (rekombinasi) elektron dan ion positip menjadi atom netral banyak terjadi. Jika tegangan operasi terus dinaikkan, laju rekombinasi berkurang, sampai akhirnya tidak terjadi samasekali. Dengan demikian seluruh ion yang terbentuk dikumpulkan di elektrode. Daerah operasi ini disebut daerah rekombinasi.

Upload: muad

Post on 03-Jul-2015

715 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

BAB VIII DETEKTOR DAN AKSELERATOR

Di muka banyak dibahas mengenai keberadaan dan sifat-sifat radiasi, baik radiasi gelombang

elektromagnet maupun radiasi partikel. Untuk mengamati radiasi tersebut diperlukan sebuah

detektor. Dalam bab ini dibahas berbagai macam jenis detektor. Untuk suatu keperluan

eksperimen dalam bidang fisika partikel maupun dalam aplikasi fisika partikel, sebuah akselerator

partikel merupakan perangkat utama yang harus tersedia. Dalam bab ini dibahas pula berbagai

macam jenis akselerator tersebut.

8.1. Detektor Isian Gas

Detektor isian gas bekerja dengan memanfaatkan ionisasi yang dihasilkan oleh radiasi

jika melalui gas. Biasanya detektor semacam ini terdiri dari dua elektrode yang diberi beda

potensial dalam suatu tempat berisi gas (Gambar. 8.1.). Jika suatu radiasi pengion mengenai gas,

sebagian atau seluruh energinya akan dugunakan untuk mengionisasi atom-atom gas sehingga

terbentuk pasangan-pasangan elektron-ion positip. Elektron-elektron dan ion-ion ini bergerak

menuju elektrode dan memberikan sinyal arus listrik yang dapat diukur dalam bentuk arus

ataupun tegangan listrik.

Energi yang diperlukan untuk mengionisasi atom gas sekitar 30 eV. Jika 3 MeV partikel

dan memberikan seluruh energinya akan dihasilkan 56

1030

10 x 3 pasangan elektron-ion.

Detektor tipe ini memiliki kapasitans sekitar 50 pF dan waktu untuk mengumpulkan muatan kira-

kira 1 μs . Dengan demikian radiasi dengan energi 3 MeV diharapkan memberikan tegangan dan

arus berorde besar :

mV 0,510 x 50

10 x 1,6 x 1012

195

VC

QV

A 10 x 6,1A10

10 x 1,6 x 10 8

6

195

t

IQ

Unjuk kerja detektor sangat ditentukan oleh tegangan operasi yang dipasang antara ke

dua elektrodenya. Pada tegangan operasi yang masih rendah, medan listrik yang dihasilkan masih

lemah dan gerakan ion-ion relatif lambat sehingga penggabungan kembali (rekombinasi) elektron

dan ion positip menjadi atom netral banyak terjadi. Jika tegangan operasi terus dinaikkan, laju

rekombinasi berkurang, sampai akhirnya tidak terjadi samasekali. Dengan demikian seluruh ion

yang terbentuk dikumpulkan di elektrode. Daerah operasi ini disebut daerah rekombinasi.

Page 2: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

195

Gamabar 8.1. Skema detektor isian gas

a) arus searah dihasilkan dalam untai

b) tegangan merupakan keluaran detektor

Pada tegangan operasi yang lebih tinggi lagi, cacah ion yang terkumpulkan tidak mengalami

perubahan karena seluruh ion yang dihasilkan oleh radiasi (ionisasi primer) sudah terkumpulkan

semua dan belum terjadi ionisasi sekunder. Daerah operasi ini disebut daerah ionisasi. Dengan

menaikkan tegangan operasi di atas daerah ionisasi ini, elektron-elektron hasil ionisasi primer

mulai mampu mengionkan atom-atom gas isian (ionisasi sekunder). Di sini terjadi suatu pelipatan

muatan ruang. Faktor pelipatan gas, yaitu cacah ionisasi total dibagi dengan cacah ionisasi

primer, adalah tetap tidak bergantung kepada cacah ion primer sehingga jumlah ion akhir yang

terbentuk berbanding lurus dengan cacah ion primer. Oleh sebab itu, di daerah tegangan operasi

ini, tinggi pulsa keluaran detektor sebanding (proporsional) dengan energi radiasi pengionnya,

sehingga pengukuran energi radiasi dapat dilakukan. Daerah operasi ini disebut daerah

proporsional.

Tegangan operasi yang lebih tinggi lagi akan menghasilkan medan listrik yang sangat

kuat sehingga sebuah pasangan elektron-ion dapat menghasilkan peristiwa avalanche yang

diakhiri dengan keadaan jenuh detektor. Dalam hal ini tinggi pulsa keluaran detektor tidak

bergantung pada cacah ionisasi primer dengan demikian juga tak bergantung pada energi radiasi

pengion. Daerah tegangan operasi ini adalah daerah detektor Geiger Moller (GM). Kenaikan

Page 3: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

196

tegangan di atas daerah GM akan menimbulkan lucutan muatan dan dapat mengakibatkan

kerusakan detektor.

Gambar. 8.2. melukiskan hubungan antara tegangan terpasang pada detektor dan cacah ion yang

terkumpul per satuan waktu.

Gambar 8.2. Tegangan detektor vs cacah ion terkumpul per satuan waktu

8.1.1. Kamar Ionisasi

Detektor jenis ini dapat berbentuk keping paralel, silinder atau bola. Dipilih bentuk

keping paralel untuk dibahas karena kesederhanaannya.

Gambar 8.3. Skema untai elektronik detektor kamar ionisasi.

Andaikan kapasitans detektor adalah C dan dengan tahanan R membentuk untai RC,

Andaikan pula bahwa sebuah pasangan elektron-ion terbentuk di titik xo dari elektroda

pengumpul. Jika muatan tersebut telah bergeser sejauh dx+ untuk ion positip dan dx

- untuk

elektron maka berdasarkan kekekalan energi berlaku

Page 4: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

197

)(2

)(2

QQQ

QQddVd

CCddxdxeE o (8-1)

dengan d

VE o kuat medan listrik

Q : muatan dalam keping paralel

QQ dd , : perubahan muatan positip dan negatip

Jika diandaikan bahwa perubahan muatan dQ sangat kecil, maka tegangan oV tidak berubah

besarnya. Tegangan keluaran V(t) adalah

t t

ddC

tdC

tV0 0

)(1

)(1

)( QQQ (8-2)

yang dengan persamaan (8-1) menjadi

)]()([

1)( tdxtdxE

V

e

CtV

o

(8-3)

)( )()(0

twtwCd

edtww

Cd

etV

t (8-4)

dengan w dan w berturut-turut adalah laju pergeseran elektron dan laju pergeseran ion positip.

Persamaan (8-4) berupa persamaan linear dalam t. Dalam kenyataannya ionisasi tidak hanya

terjadi di titik 0x , tetapi disepanjang jejak yang dilewati oleh radiasi pengion sehingga tegangan

keluaran merupakan superposisi pulsa dengan berbagai nilai )(Tt yaitu waktu yang

diperlukan untuk mengumpulkan elektron hasil ionisasi. Jika keluaran tersebut kemudian

dimasukkan ke untai 00CR (Gambar 8.4) maka keluarannya berbentuk :

(-)CRt

o TteT

RCktV 0untuk 1)( 00/

)1(

00

(8-5)

Page 5: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

198

a) b)

Gambar 8.4. a) Untai 00CR b) Bentuk keluarannya

dengan )( wwCd

k

dan

(-)CRtCRto Tee

T

RCktV untuk t 1

)( 0000 //

)1(

00

(8-6)

8.1.2. Detektor Proporsional

Detektor proporsional biasanya berbentuk silinder dengan dinding dan sumbu silinder

sebagai elektrode-elektrodenya, seperti ditunjukkan dalam Gambar 8.5.

Gambar 8.5. Detektor proporsional bentuk silinder.

Kuat medan listrik di dalam detektor dinyatakan oleh

rab

VrE o 1

)/ln()( (8-7)

dengan b : jejari silinder luar dan a : Jejari elektroda poros silinder

Muatan total yang dihasilkan di dalam detektor adalah

ew

EM

Q (8-8)

dengan : E : energi radiasi yang dilepaskan di dalam detektor

w : energi yang diperlukan untuk menghasilkan pasangan elektron-ion

M : faktor perlipatan gas

Page 6: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

199

Andaikan N pasangan elektron-ion terbentuk sebagai akibat ionisasi oleh radiasi yang

mengenai detektor. Elektron-elektron bergerak dengan cepat menuju anode (sumbu detektor). Di

tempat dekat sumbu tersebut elektron merasakan medan listrik yang kuat sehingga mampu

menghasilkan ionisasi sekunder. Karena ionisasi sekunder ini terjadi dekat dengan anode yang

relatif menempati ruangan yang sangat kecil, maka tinggi pulsa keluaran tidak dipengaruhi oleh

letak terjadinya ionisasi primer, selain itu pulsa keluaran detektor terutama disumbang oleh gerak

ion-ion positip menuju katode.

Tegangan keluaran sebagai fungsi waktu diberikan oleh

iont

t

a

b

abCtV

2

2

1ln)/( ln 2

)(Q

(8-9)

dengan Q seperti pada persamaan (8-8) dan C adalah kapasitas detektor, tion adalah waktu yang

diperlukan ion untuk mencapai katode yang dinyatakan oleh

)( 2

)/( ln 22 rbV

abpt

iono

ion

dengan p adalah tekanan gas, ion adalah mobilitas ion dan r adalah titik tempat ionisasi terjadi.

8.1.3. Detektor Geiger Muller

Bentuk dan cara kerja detektor Geiger Muller serupa dengan detektor proporsional

dengan faktor pelipatan gas M yang sangat besar sehingga mencapai keadaan jenuh. Karena cacah

ionisasi total yang sangat besar dan gerakan ion positip yang sangat lambat dibanding dengan

gerakan elektron maka ion-ion positip akhirnya berlaku sebagai tameng dan menghalangi

terjadinya ionisasi lebih lanjut. Namun sesampainya di dekat katode, ion-ion positip tersebut

menarik elektron-elektron katode, pada saat itu pula medan listrik di dalam detektor telah pulih

kembali. Dalam proses netralisasi ion-ion positip dengan elektron-elektron katode sering

dilepaskan adanya kelebihan energi yang dapat menimbulkan ionisasi baru. Elektron yang baru

dilepaskan ini dapat menyebabkan terjadinya avalanche yang lain yang tidak dikehendaki karena

itu hal tersebut harus dihentikan agar detektor GM siap mendeteksi radiasi berikutnya.

Ada dua cara untuk menghentikan ionisasi dan pelipatannya yang tidak dikehendaki

tersebut yaitu dengan untai elektronik yang akan menurunkan tegangan operasi detektor saat ion-

ion positip mencapai katode. Dengan demikian elektron-elektron baru yang dilepaskan tidak

mempunyai cukup energi untuk melakukan ionisasi berikutnya. Cara lain yaitu dengan

mencampur gas isian utama dengan gas halogen atau gas organik beratom banyak. Energi yang

Page 7: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

200

dibebaskan dalam proses netralisasi atom gas utama akan digunakan untuk disosiasi molekul gas

campuran tersebut. Kerugian cara kedua ini adalah terbatasnya umur detektor karena

berkurangnya atom atau molekul gas campuran akibat disosiasi yang terjadi.

8.2. Detektor Kelipan (sintilasi)

Sintilator adalah bahan yang dapat menghasilkan kelipan cahaya jika radiasi pengion

mengenainya. Bahan sintilator ZnS pertama kali digunakan oleh Rutherford di tahun 1910 dalam

eksperimen hamburan partikel . Cahaya kelipan yang dihasilkan oleh sintilator diamati dengan

mikroskop, suatu cara yang tidak efisien dan tidak teliti. Oleh karena itu detektor sintilasi

dilupakan orang selama sekitar 30 tahun sesudah itu dan diingat kembali setelah adanya

kemajuan pesat di bidang elektronika yang memungkinkan orang untuk mengubah cahaya

kelipan tersebut menjadi sinyal listrik.

Cahaya kelipan diubah menjadi sinyal listrik dengan menggunakan tabung pengganda

foton (photomultiffler tube/PMT) yang berupa tabung kaca hampa yang dilengkapi dengan

fotokatode di bagian masukan dan beberapa dinode di dalamnya. Foton atau cahaya kelipan

mengenai fotokatode dan membebaskan elektron-elektron melalui efek fotolistrik. Elektron-

elektron yang dibebaskan oleh fotokatode ini dipercepat menuju dinode pertama karena adanya

beda potensial yang dipasang. Dinode yang tertabrak elektron ini melepaskan elektron-elektron

sekunder yang selanjutnya dipercepat ke dinode ke dua dan seterusnya, elektron-elektron

diperbanyak setiap kali mengenai dinode. Akhirnya seluruh elektron yang telah dihasilkan

dikumpulkan di anode dan memberikan pulsa listrik.

Gambar 8.6. Diagram detektor sintilasi dan PMT

Bermacam Sintilator yang biasa digunakan dikelompokkan menjadi tiga yaitu : sintilator

anorganik, sintilator organik dan sintilator gas.

Page 8: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

201

8.2.1. Sintilator Anorganik (kristal)

Sintilator anorganik yang biasa digunakan adalah NaI(Tl), CsI(Tl), ZnS (Ag), CaI (Na),

LiI (Eu). Elemen dalam kurung merupakan atom pengotor kristal namun bertanggungjawab atas

terjadinya kelipan.

Proses terjadinya kelipan dapat difahami sebagai berikut: Aras-aras energi suatu kristal

dilukiskan seperti dalam Gambar 8.7. Aras dasar kristal, yang biasanya terisi penuh, disebut pita

valensi. Pita energi di atasnya disebut pita konduksi. Elektron dapat berpindah dari pita valensi ke

pita konduksi karena menyerap energi foton yang mengenainya dengan meninggalkan lowong

positip di pita valensi. Seringkali energi yang diberikan kepada elektron valensi tidak cukup

untuk menaikkannya ke pita konduksi sehingga elektron secara elektrostatik tetap terikat dengan

lowong positip yang ditinggalkan membentuk pasangan yang disebut eksiton. Eksiton ini

menempati pita energi yang tipis di bawah pita konduksi.

Aras-aras energi dapat diciptakan diantara pita valensi dan pita konduksi dengan

memasukkan atom pengotor dalam kristal sebagai aktivator. Atom aktivator dapat tereksitasi

dengan menyerap energi foton, eksiton atau elektron. Deeksitasi atom aktivator yang berlangsung

dalam waktu 10-8

s diikuti pancaran foton dengan panjang gelombang di daerah kasat mata.

Gambar 8.7. Pita energi dalam kristal sintilator.

Hasil-hasil eksperimen menunjukkan bahwa pancaran cahaya kelipan mengikuti rumus

TteNtN /0 )( (8-11)

dengan N(t) adalah cacah foton yang diemisikan pada saat t dan T adalah waktu rerata peluruhan

sintilator. Arus yang dihasilkan oleh PMT juga mempunyai bentuk seperti persamaan (8-11) dan

jika dimasukkan ke dalam untai RC menghasilkan tegangan

Page 9: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

202

TtRCt eeVtV //)( (8-12)

Dengan memilih nilai RC yang jauh lebih besar dari pada T berlaku

TteVtV /1)( (8-13)

Sifat-sifat penting beberapa sintilator anorganik dapat disebutkan sebagai berikut.

NaI(Tl) adalah sintilator yang biasa digunakan untuk mendeteksi sinar gamma. Dapat

diproduksi dalam ukuran cukup besar (diameter 0,75 m dan tebal 0,25 m). Karena rapat massanya

yang besar, nomor atom tinggi serta ukuran yang besar maka NaI(Tl) sangat efisien untuk

mendeteksi radiasi gamma. Disamping kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, NaI(Tl)

mempunyai kelemahan antara lain, mudah remuk, higroskopis dan peka terhadap perubahan suhu.

CsI(Tl) memiliki rapat massa dan nomor atom yang lebih tinggi dari pada NaI(Tl)

sehingga memiliki efisiensi deteksi gamma yang lebih besar tetapi mimiliki efisiensi konversi

cahaya yang lebih rendah (45% nya), dengan aktivator Na efisiensi konversi cahaya dapat

mencapai 85% dari NaI(Tl). CsI tidak higroskopis, lebih lunak dan plastis serta tidak peka

terhadap perubahan suhu.

CaF2(Eu) terdiri dari bahan bernomor atom rendah sehingga tidak efisien untuk deteksi

gamma namun sangat efisien untuk deteksi partikel dan sinar-X. Serupa dengan bahan pyrex

sehingga mudah dibuat dalam segala bentuk. Karena tak mudah larut dan berubah sifat maka

cukup baik untuk pengukuran radioisotop berupa cairan. Efisiensi konversi cahayanya mencapai

50% dari NaI(Tl).

LiI(Eu) merupakan detektor netron termal melalui reaksi H),(Li 3

1

6

3 n . Proses kelipan

tidak dilakukan langsung oleh neutron melainkan oleh sebagai hasil reaksi neutron dengan Li.

Efisiensi konversi cahayanya sekitar 3

1 dari NaI(Tl).

8.2.2. Sintilator Organik

Toluene dan anthracene merupakan bahan sintilator yang efisien. Proses kelipan cahaya

merupakan proses transisi molekul bahan sintilator. Gambar 8.8. menunjukkan aras energi

molekul sebagai fungsi jarak antar atom. Keadaan dasar molekul tercapai jika berada di titik oA

dengan energi potensial minimum.

Interaksi dengan radiasi pengion menyebabkan molekul melakukan transisi ke aras

tereksitasi 1A . Posisi 1A bukan merupakan keadaan dengan energi potensial minimum di aras

Page 10: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

203

tersebut. Molekul akan melepas energinya melalui vibrasi kisi untuk mencapai keadaan 1B .

Akhirnya molekul melakukan transisi ke bawah ( oB ) dengan melepas energinya dalam bentuk

pancaran foton cahaya berenergi )( BoB1 EE yang lebih kecil dari energi eksitasinya

)( AoA1 EE . Perbedaan yang paling pokok dengan sintilator anorganik adalah waktu tanggapnya

yang jauh lebih kecil yaitu kurang dari 10 ns (1 s untuk sintilator anorganik).

Gambar 8.8. Diagram aras energi molekul.

Sintilator organik dapat berupa kristal seperti misalnya anthracene dan trans-stilcene. Sintilator

organik cair seperti toluene dan hexamethylbenzene sangat berguna jika suatu detektor dengan

ukuran sangat besar diperlukan dalam usaha menaikkan efisiensi deteksi. Khususnya dalam

pengukuran aktivitas sangat rendah (3H dan

14C), pengukuran sinar kosmis dan sebagainya.

Dalam hal tertentu sampel yang diukur dicampur dalam sintilator cair tersebut sehingga diperoleh

geometri deteksi 4 dan menaikkan efisiensi deteksinya. Boron, cadmium atau gadolunium sering

ditambahkan dalam sintilator untuk pengukuran neutron.

Sintilator plastik merupakan sintilator organik yang memiliki sifat mirip sintilator cair

dengan kelebihan tanpa memerlukan wadah, dapat dibuat dalam bentuk dan ukuran bebas. Nama-

nama komersial (dagang) yang biasa digunakan adalah Pilot B, Pilot Y, NE102 dan NE110.

8.2.3. Sintilator Gas

Sintilator gas merupakan campuran gas adi (mulia). Cahaya kelipan yang dihasilkan

merupakan akibat transisi atom. Karena cahaya yang dipancarkan oleh gas-gas adi berada di

daerah ultraungu maka gas lain, seperti nitrogen, perlu ditambahkan sebagai penggeser panjang

gelombang. Sifat-sifat yang dimiliki oleh sintilator gas antara lain adalah waktu peluruhan yang

Page 11: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

204

sangat pendek, efisiensi deteksi gamma sangat rendah dan cahaya kelipan yang dihasilkan tiap

satuan energi radiasi pengion hampir tidak bergantung pada muatan dan massa partikel pengion

tersebut.

8.3. Detektor Semikonduktor

Detektor semikonduktor merupakan perangkat material zat padat yang digunakan sebagai

detektor radiasi pengion dengan prinsip kerja serupa dengan detektor isian gas. Di dalam detektor

semikonduktor ini sebagai pembawa muatan listrik bukan elektron dan ion melainkan elektron

dan lowong positip. Bahan yang berhasil dimanfaatkan sampai saat ini adalah Si, Ge, Cd Te dan

HgI2.

Sifat yang sangat penting dan merupakan kelebihan yang tidak dimiliki detektor jenis lain

adalah resolusi energinya sangat tinggi. Sifat-sifat lain yang menguntungkan adalah linearitas

yang tinggi antara tinggi pulsa keluaran dengan energi radiasi untuk jangkau energi yang cukup

lebar, efisiensi yang relatif tinggi untuk ukuran yang kecil, dapat dioperasikan dalam vakum dan

tidak dipengaruhi oleh medan magnet.

8.3.1. Detektor sambungan p-n

Penggunaan sambungan p-n sebagai detektor nuklir telah dibahas dalam Bab VI.

Sambungan p-n ini dapat dibuat dengan cara mengoksidasikan bahan semi konduktor tipe-n pada

satu sisi permukaannya sehingga dibentuk lapisan tipis tipe-p. Detektor jenis ini biasa disebut

detektor sawar-muka (surface barrier detector). Cara lain untuk membuat sambungan p-n adalah

dengan difusi. Bahan semikonduktor (biasanya tipe-p) diberi bahan fosfor di bagian muka

kemudian dipanaskan sampai mencapai suhu 800 – 1000 C dalam waktu kurang dari satu jam.

Bahan fosfor tersebut akan mendifusi ke dalam bahan semikonduktor dan berlaku sebagai donor

dan terbentuklah lapisan tipe-n dibagian muka. Detektor ini dinamakan detektor sambungan p-n

terdifusi.

Karena ukurannya yang sangat tipis, maka detektor jenis ini hanya efisien untuk

mendeteksi radiasi partikel bermuatan.

8.3.2. Detektor Si(Li) dan Ge(Li)

Bagian sensitif yang dapat terbentuk lewat difusi ataupun oksidasi sangat terbatas yaitu

hanya sampai setebal 2000 m. Keterbatasan ini tentunya juga membatasi energi partikel yang

dapat dideteksi.

Page 12: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

205

Difusi ion Li ke dalam bahan Si atau Ge dan dilanjutkan dengan penyusupan Li melalui

berbagai metode (antara lain metode elektrostatik) dapat dicapai ketebalan sampai 5 mm untuk Si

dan 12 mm untuk Ge. Untuk menjaga keadaan yang telah dicapai, detektor Si(Li) dan Ge(Li)

harus selalu disimpan dan dioperasikan pada suhu rendah (biasanya digunakan nitrogen cair

dalam cryostat), karena pada suhu tinggi, mobilitas atom Li juga tinggi dan dapat merusak

struktur yang telah dicapai.

8.3.3. Detektor Semikonduktor Kemurnian Tinggi

Pembuatan bahan Ge dengan kemurnian tinggi (high purity Germanium atau HPGe) telah

dapat dilakukan dengan konsentrasi pengatur sebesar 1016

atom/m3. Detektor dengan ketebalan 20

mm dan diameter 60 mm telah dapat dibuat. Penyimpanan tidak perlu dilakukan pada suhu

rendah. untuk meniadakan pembentukan elektron-lowong karena efek termal, detektor tetap harus

dioperasikan pada suhu rendah.

8.3.4. Dtektor CdTe dan HgI2

Pengoperasian detektor Ge(Li), Si(Li) dan HPGe pada suhu rendah menyebabkan ukuran

seluruh sistem menjadi sangat besar karena memerlukan cryostat. Disamping itu pemakaian

nitrogen cair membuat beaya perawatan dan operasinya sangat mahal. Untuk tujuan-tujuan

khusus diperlukan detektor berukuran kecil, misalnya pada alat medical imaging, penelitian ruang

angkasa dan sebagainya.

Detektor CdTe dan HgI2 telah dapat dibuat (pada tahun 1978) dengan ketebalan sampai

0,7 mm dan luas permukaan sampai 100 mm2. Dengan ukuran yang kecil tersebut efisiensinya

cukup besar karena memiliki nomor atom bahan yang besar. Energi yang diperlukan untuk

membentuk pasangan elektron-lowong lebih besar dibandingkan dengan Ge atau Si, akibatnya

resolusi energinya lebih kecil.

8.4. Detektor Jejak

Detektor radiasi nuklir yang telah dibahas di muka pada dasarnya merupakan transduser

listrik yaitu alat pengubah besaran fisis (intensitas dan energi radiasi) menjadi sinyal-sinyal

listrik.

Pada awal perkembangan fisika nuklir, detektor jejak mempunyai peranan yang sangat

besar. Untuk pengukuran-pengukuran partikel energi tinggi, detektor jejak masih merupakan

pilihan utama.

Page 13: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

206

8.4.1. Kamar Kabut

Wilson menciptakan detektor kamar kabut di awal abad 20 ini. Skema detektor tersebut

dilukiskan dalam Gambar 8.9.

Gambar 8.9. Skema kamar kabut Wilson.

Terdiri dari silinder A yang berisi udara atau nitrogen dan uap air jenuh. Piston B dapat

digerakkan ke bawah secara cepat. Jika secara mendadak piston B ditarik, maka gas dalam tabung

mengembang secara cepat (adiabatis) sehingga terjadi penurunan suhu dan uap air dalam tabung

menjadi kelewat jenuh. Radiasi pengion yang menembus kamar kabut mengionisasi gas di

dalamnya sepanjang lintasan yang dilaluinya. Ion-ion ini berlaku sebagai inti pengembunan,

sehingga akan terlihat bintik-bintik air sepanjang jejaknya. Tebal jejak serta panjang jejak sangat

bergantung pada energi radiasi pengion. Dengan memasang medan magnet tegak lurus pada arah

kecepatan partikel dapat pula ditentukan jenis partikel pengion yang diselidiki. Kamar kabut suhu

tinggi juga telah dikembangkan dan dipergunakan secara luas.

8.4.2. Kamar Gelembung

Karena kerapatan gas yang relatif rendah maka panjang jejak yang dapat diamati dengan

kamar kabut Wilson sangat dibatasi oleh ukuran detektor yang relatif kecil. Pada detektor kamar

gelembung, medium gas diganti dengan cairan. Cairan dalam tabung ditekan dan dipanaskan

sampai suhu tepat di bawah titik didihnya. Jika secara mendadak kemudian tekanan dikurangi,

maka cairan berada dalam keadaan kelewat mendidih (super heated) tetapi tidak mendidih.

Radiasi pengion yang melewati cairan menghasilkan ion-ion yang dapat berlaku sebagai pusat

Page 14: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

207

gelembung sebagai akibat keadaan mendidih. Dengan demikian akan terbentuk gelembung-

gelembung sepanjang jejak radiasi yang mengenainya. Hidrogen cair (27 K) biasa digunakan

untuk keperluan detektor ini, dapat juga digunakan propane dan freon untuk dioperasikan pada

suhu kamar.

8.4.3. Detektor Film

Detektor jenis ini digunakan di banyak bidang, terutama bidang yang banyak

berhubungan dengan radiografi sinar-X dan sinar gamma, kristalografi, dosimetri, bahkan neutron

radiografi.

Detektor film terdiri dari lapisan emulsi tebal antara 10 m sampai 25 m, dilapiskan di

atas lembaran plastik transparan sebagai alas. Elemen aktif dalam film berupa butiran kristal

perak bromida. Butiran kristal tersebut berukuran diameter 0,3 m untuk film kurang sensitif

sampai diameter 2 m untuk film yang sensitif.

Detektor film sensitif terhadap cahaya kasat mata, sinar-X, sinar gamma, beta dan

partikel bermuatan lainnya, tetapi tidak sensitif terhadap neutron. Untuk keperluan deteksi

neutron, boron dicampurkan dalam emulsi atau menggunakan konverter neutron berupa lembaran

tipis bahan penyerap neutron yang karena interaksinya dengan neutron menghasilkan radiasi

sekunder yang dapat menghitamkan film.

8.5. Detektor Cerenkov

Suatu gejala pertama kali diamati oleh Cerenkov pada tahun 1934 merupakan alternatif

lain dalam pengukuran partikel energi tinggi. Ia mengamati bahwa partikel yang melewati

medium dielektrik transparan menghasilkan radiasi optis jika laju partikel tersebut lebih besar

dari laju cahaya dalam medium (laju cahaya dalam kaca kira-kira 2 x 108 m/s). Radiasi cahaya

tampak ini kemudian dideteksi dengan PMT seperti pada sintilator.

Teori menunjukkan bahwa cahaya terhambur dari arah datangnya partikel radiasi

memenuhi

v

cos 0

n

c (8-13)

dengan 0c adalah laju cahaya dalam ruang hampa, v adalah laju partikel dalam medium dan

n adalah indeks bias medium.

Page 15: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

208

Penjelasan radiasi Cerenkov dapat dilukiskan dalam Gambar 8.10. Partikel memasuki

medium dan diperlambat dalam lintasan dengan memancarkan radiasi gelombang elektromagnet

ke segala arah. Jika BC merupakan muka gelombang maka berlaku bahwa ttt ACAB .

tACtuAB vdan 1 dengan 1u adalah laju cahaya dalam medium. Dengan demikian

diperoleh hubungan ucn

cu

AC

AB dengan v

vv cos 01 .

Gambar 8.10. Radiasi Cerenkov

8.6. Akselerator

Pada eksperimen-eksperimen fisika inti sering diperlukan partikel penembak berenergi

tinggi. Partikel penembak yang pertama kali digunakan adalah partikel yang dipancarkan oleh

suatu sumber radioaktif dan tentu saja energi tertinggi hanya dapat mencapai beberapa MeV. Hal

ini akan membatasi juga informasi yang dapat diperoleh dalam eksperimen.

Akselerator adalah mesin pemercepat partikel sehingga diperoleh energi yang cukup

tinggi sesuai dengan keperluan-keperluan eksperimen fisika inti bahkan sekarang banyak

digunakan juga dalam penelitian di bidang fisika material.

8.6.1. Akselerator Cockroft-Walton

Ciri pokok akselerator Cockroft-Walton adalah pada penyedia sumber tegangan

tingginya. Sumber tegangan bolak-balik (AC) dimasukkan ke untai pengarah bertingkat (Gambar

Page 16: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

209

8.11.) Andaikan dalam setengah periode pertama titik T negatip dan O positip sehingga kapasitor

C1 termuati lewat diode D1 sampai potensial P sama dengan amplitudo tegangan masukan Vo.

Dalam setengah periode ke dua terjadi sebaliknya yaitu titik T menjadi positip dan O negatip.

Dalam keadaan ini kapasitor C2 termuati lewat diode D2. Selama periode berikutnya dimuati lagi

sampai penuh dan dipompakan ke kapasitor C2 sampai mencapai potensial maksimum yaitu 2Vo.

Begitulah proses yang sama terjadi untuk kapasitor-kapasitor di atasnya.

Tegangan tinggi yang diperoleh, secara teori tidak terbatas namun dalam praktek dibatasi

oleh kemampuan diode dan kapasitor dalam menahan tegangan tinggi (ada arus bocor).

Gambar 8.11. Diagram akselerator Cockroft-Walton.

Akselerator jenis ini pertama kali dapat mempercepat partikel bermuatan sampai 0,7

MeV di tahun 1932 dan sekarang telah dicapai energi sampai 500 GeV.

8.6.2. Akselerator Van de Graaff

Perbedaan pokok dengan akselerator Cockroft-Walton pada dasarnya di penyedia

tegangan tinggi. Pada jenis ini, penyedia tegangan tinggi masih diperoleh secara elektrostatik.

Page 17: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

210

Suatu sabuk A terbuat dari bahan isolator (Gambar 8.12.) diberi muatan listrik melalui

sisir C yang dihubungkan ke suatu sumber tegangan. Sabuk tersebut membawa muatan listrik asal

(akibat gesekan dan sebagainya) ke atas dan memindahkannya ke bola konduktor melalui sisir E.

proses ini dilakukan terus menerus sehingga terjadi penimbunan muatan yang sangat besar di

permukaan bola dan dengan sendirinya memberikan potensial yang tinggi terhadap tanah.

Akselerator Van de Graaff dapat dipakai untuk mempercepat partikel bermuatan positip

maupun negatip dengan memilih jenis muatan yang ditimbun melalui pemilihan tegangan pemuat

yang sesuai

Gambar 8.12. Diagram Akselerator Van de Graaff.

Dengan akselerator Van de Graaff, sampai saat ini telah dapat dipercepat partikel sampai

energi lebih dari 12 MeV. Telah banyak digunakan juga akselerator tandem yaitu mesin

pemercepat yang memanfaatkan tegangan tinggi positip yang sama dua kali, pertama untuk

mempercepat partikel bermuatan negatip dan selanjutnya ion negatip yang telah dipercepat

tersebut dilewatkan pada bahan penanggal elektron (electron stripper) sehingga muatan partikel

berubah menjadi positip dan dipercepat lagi melalui beda potensial yang sama dengan arah kuat

medan berlawanan (Gambar 8.13.)

Page 18: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

211

Gambar 8.13. Skema akselerator tandem

8.6.3. Akselerator Linear

Di dalam akselerator Cokroft-Walton dan Van de Graff, partikel bermuatan dipercepat

melalui beda potensial listrik sangat tinggi yang diperoleh secara elektrostatik. Akselerator linear

mempercepat partikel secara bertahap melalui beda potensial yang relatif rendah di antara

beberapa tabung deretan pemercepat.

Gambar 8.14. merupakan skema akselerator linear. Suatu deretan tabung pemercepat

dihubungkan secara bergantian ke sumber tegangan periodik frekuensi tinggi (radial). Ketika

tabung 1, 3, 5 dan seterusnya negatip, tabung 2, 4, 6 dan seterusnya positip dihasilkan di S

melalui tabung C1 menuju celah antara C1 dan C2. Pada saat ion positip ini memasuki celah,

potensial C2 adalah negatip terhadap C1 dan C3, sehingga ion dipercepat menuju tabung C2.

Selama melewati C2 ion mempunyai kecepatan yang tetap. Panjang tabung C2 dipilih sedemikian

hingga ketika ion memasuki celah antara C2 dan C3, potensial C2 tepat berubah menjadi positip

terhadap C3, sehingga ion positip ini dipercepat melalui celah kedua. Proses yang sama terjadi

setiap melalui tabung dari celah berikutnya.

Waktu yang diperlukan untuk menempuh tiap tabung harus sama dengan setengah

periode sumber tegangan pemercepat. Panjang tabung pemercepat ke n harus memenuhi

hubungan

2/ TL nn v (8-13)

Setiap kali melewati celah, energi partikel bertambah sebesar oqV , dengan q adalah

muatan partikel dan Vo adalah besar tegangan pemercepat. Setelah melewati n buah celah, energi

kinetik partikel (tak-relativistik) adalah

o

2

2

1nqVm n v

Page 19: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

212

2 2

1

o

m

nqVnv

Masukkan ke persamaan (8-13) diperoleh

Tm

nqVn

2

2

1

o

L (8-15)

Jadi tabung pemercepat berangsur-angsur semakin ke arah keluaran semakin panjang. Dipusat

akselerator linear Stanford Amerika, elektron dipercepat sampai energi 22 GeV melalui

akselerator sepanjang mendekati 3 km.

8.6.4. Siklotron

Akselerator linear yang sangat panjang diperlukan agar diperoleh energi akhir partikel

yang tinggi. E.O. Lawrence pada tahun 1930 mengembangkan suatu jenis akselerator untuk

mempercepat partikel bermuatan melalui lintasan berbentuk spiral. Akselerator jenis ini dikenal

dengan nama siklotron.

Gambar 8.15. menunjukkan diagram “D” yang berongga. Ion yang dilepaskan oleh S

dipercepat oleh beda potensial periodik yang dipasang antara kedua D. Suatu medan magnet

homogen yang dipasang tegak lurus pada permukaan D akan membelokkan arah lintasan ion

sehingga berbentuk lingkaran. Jejari lintasan ion bermuatan q, yang bergerak dengan kecepatan v

tegak lurus medan magnet B adalah

qB

mr

v (8-16)

Semakin besar kecepatan ion, semakin besar pula jejari lintasannya. Setiap kali memasuki celah

antara kedua D, polaritas beda potensial disesuaikan sedemikian sehingga ion mengalami

percepatan. Oleh karena itu waktu yang diperlukan ion melintasi setiap D harus sesuai dengan

setengah periode tegangan pemercepat T. Jadi berlaku bahwa

v

2/2

2

rT

qB

mrT

22

v (8-17)

Page 20: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

213

Atau frekuensi siklotron adalah :

m

qB

Tf

2

1 (8-18)

Energi maksimum yang dapat dicapai dibatasi oleh ukuran D yang digunakan. Jika jejari

D adalah R maka dari persamaan (8-16) Laju partikel maksimum adalah

m

qBRmaksv

sehingga energi partikel maksimum adalah

m

RBqmE

22

1 2222 vmaksimum (non-relativistik) (8-19a)

4222 cmcpE maksmaksimum (relativistik) 8-19b)

dengan qBRp maksimum

Disamping dibatasi oleh ukuran R, energi partikel tidak dapat mencapai energi

relativistik. Karena jika besar kecepatan v sudah tidak dapat diabaikan lagi terhadap laju cahaya

c, maka tak lagi 1 sehingga menurut (8-17) terlihat bahwa T menjadi tidak sama dengan

periode tegangan pemercepat qB

mT cv

2)( (tidak sefase lagi).

Gambar 8.14. Skema akselerator linear.

Page 21: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

214

Gambar 8.15. Diagram Siklotron.

8.6.5. Sinkrosiklotron

Kesulitan yang ditemui pada siklotron dapat diatasi dengan mengatur priode T atau

frekuensi siklotron f sesuai dengan kenaikan m yang disebabkan oleh semakin besarnya v.

Persamaan (8-17) secara relativistik menjadi

)/(1

2

22 cqB

mT

v

(8-20)

Dengan perkataan lain, frekuensi siklotron harus disinkronkan dengan pertambahan kecepatan

atau energi partikel. Oleh karena itu mesin pemercepat ini disebut sinkrosiklotron. Dengan

teknik ini, partikel telah berhasil dipercepat sampai energi 380 MeV dan proton sampai energi

720 MeV.

8.6.6. Betatron.

Akselerator Cockroft-Walton, Van de Graff dan akselerator linear dapat digunakan untuk

mempercepat elektron; siklotron tidak dapat dipakai untuk elektron karena massa elektron yang

sangat kecil memerlukan kecepatan sangat tinggi untuk mendapatkan energi yang besar. Untuk

memperoleh energi sebesar 1 MeV, elektron harus bergerak dengan laju 0,96 C.

Betatron dirancang khusus untuk mempercepat elektron. Elektron-elektron dikungkung

dalam wadah berupa tabung berbentuk lingkaran menyerupai kue doughnut (baca : donat)

diletakkan di antara kutub-kutub elektromagnet B berbentuk khusus (Gambar. 8.16.)

Page 22: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

215

Gambar 8.16. Diagram irisan betatron.

Medan magnet dihasilkan dengan mengalirkan arus bolak-balik melalui kumparan W.

Selama arus listrik, juga medan magnet yang dihasilkannya, naik menuju maksimum, suatu

tegangan listrik diinduksikan di dalam donat dan mempercepat elektron dalam lintasan lingkaran.

Arus listrik dan medan magnet dihentikan saat mencapai maksimum.

Jika panjang keliling donat ~ 3 m, laju elektron mencapai nilai mendekati 0,98 c dengan

frekuensi edarnya menelusuri donat sebesar MHz 983

10 x 3 x 0,98 8

. Untuk frekuensi

arus/medan magnet 50 Hz, seperempat periodenya (dari nol mencapai nilai maksimumnya)

adalah .200

1

50

1 x

4

1s Selama waktu itu elektron telah mengedar donat sebanyak

56

10 x 4,9200

10 x 98 kali. Jika rata-rata tiap edaran elektron memperoleh tambahan energi sebesar

200 eV maka energi akhir yang diperoleh elektron hampir mendekati 100 MeV.

8.6.7. Sinkrotron.

Energi partikel yang dapat diperoleh dengan siklotron bergantung pada jejari siklotron

tersebut. Kesulitan yang timbul adalah dalam memperoleh medan magnet homogen dalam daerah

yang luas.

Sinkrotron mempercepat partikel dengan mempertahankan jejari lintasan yang tetap,

sehingga medan magnet yang diperlukan hanya di sepanjang lintasannya. Untuk menjaga lintasan

yang tetap, maka menurut persamaan (8-20) besar medan magnet harus disesuaikan dengan

kenaikan energi atau kecepatan elektron. Demikian juga frekuensi sinkroton harus berubah

mengikuti perubahan medan magnet. Untuk keadaan relativistik, persamaan (8-20) dapat diubah

menjadi bentuk

Page 23: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

216

E

cBqf

2

2

2o

2

2

)(2 Epc

qBc

(8-21)

Dengan menggunakan persamaan (8-20) untuk p = q B r, persamaan di atas menjadi

2o

2

2

)(2

EqBrc

cBqf

(8-22)

dengan Eo adalah energi rehat partikel.

Sinkrotron di Fermi Lab. (Tevatron), Amerika mempunyai diameter lebih dari 2 km dan

dapat mempercepat proton sampai energi sekitar 100 GeV sampai 1 TeV.

Gambar 8.17. Diagram Sinkrotron.

SOAL-SOAL

1. Hitung jejari sinkrotron yang dapat mempercepat proton sampai energi 500 GeV dalam

medan magnet 2 T. km) 1 ~ (jawab

2. Sebuah siklotron dirancang untuk mempercepat proton, deuteron dan energi rendah.

Frekuensi siklotron tetap, tidak dapat divariasi, sedang medan magnetnya dapat diatur.

Siklotron tersebut pertama-tama diatur untuk untuk mempercepat partikel sampai energi

4,0 MeV.

a) Tunjukkan bahwa dengan frekuensi dan medan magnet yang tidak berubah, siklotron

dapat mempercepat deuteron sampai energi 2,0 MeV.

Page 24: Bab Viii Detektor Dan Akselerator

217

b) Dengan faktor beberapa medan magnet harus dikurangi untuk mempercepat proton ?

(jawab : ½).

c) Hitung energi proton maksimum yang dihasilkan !

(jawab : 2 MeV).

3. Suatu betatron mempunyai medan magnet maksimum 0,4 T, beroperasi pada frekuensi 50 Hz

dengan diameter orbit 1,5 m.

Hitung energi yang diperoleh tiap edaran elektron dan hitung juga energi akhirnya ! (jawab :

294 eV dan 91 MeV).

4. Untuk siklotron jejari 12,5 cm dan medan magnet 1,3 T, hitung energi proton maksimum dan

frekuensi siklotron yang sesuai.

5. Suatu akselerator linear mempercepat elektron mencapai energi 30 GeV. hitung kecepatan

elektron pada energi tersebut.

Berapa energi proton yang bergerak dengan kecepatan itu.