bab vi urea formaldehid
TRANSCRIPT
BAB VI
UREA FORMALDEHID
6.1. Tujuan Percobaan
- Mempelajari polimerisasi kondensasi urea formaldehid
- Mengetahui reaksi pembentukan polimer urea formaldehid
6.2. Tinjauan Pustaka
Polimer, atau kadang-kadang disebut makromolekul, ialah molekul besar yang
dibangun dari perangkaian berulang sejumlah besar satuan yang lebih kecil yang disebut
monomer. Polimer dapat tergolong alami atau sintetik. Polimer alami yang paling
penting ialah karbohidrat (pati,selulosa), protein, dan asam nukleat (DNA, RNA).
Polimer sintetik dapat digolongkan ke dalam dua jenis, bergantung pada
bagaimana cara pembuatannya. Polimer adisi (juga disebut polimer rantai-tumbuh,
chain-growth polymer) dibuat melalui adisi satu unit monomer ke unit lain dengan cara
berulang-ulang. Polimer kondensasi (juga dinamakan polimer seselangkah, step-growth
polymer) biasanya dibuat melalui reaksi di antara dua jenis gugus fungsi, dengan
melepas beberapa molekul kecil, seperti air. [3]
Ikatan pada molekul polimer umumnya dibagi menjadi empat jenis, seperti
dijelaskan berikut ini.
- Ikatan ion, ikatan yang kuat dan terjadi di antara unsur-unsur yang mempunyai
keelektronegatifan. Pada polimer ikatan jenis ini tidak begitu penting.
- Ikatan kovalen, ikatan ini juga cukup kuat dan mempunyai energi kira-kira 50 sampai
100 kkal/bilangan Avogadro ikatan.
- Ikatan hidrogen, ikatan ini lemah dan mempunyai energi berkisar 2-5 kkal.
- Ikatan hasil interaksi dipol-dipol, ikatan ini mempunyai energi kurang dari satu kkal
(ikatan ini terjadi antarmolekul). [5]
Thermoplastic adalah polimer yang tidak memiliki ikatan silang antar molekul.
Material thermoplastic dapat ditemukan dalam struktur linear atau bercabang. Sebuah
material thermoplastic yang mengalami proses pemanasan, akan menjadi cairan yang
sangat kental yang dapat dibentuk dengan menggunakan peralatan pengolahan plastik.
Tidak perduli berapa kali pun proses tersebut diulang, thermoplastic akan selalu
melunak bila dipanaskan dan mengeras jika didinginkan. Terdapat 22 jenis plastik yang
termasuk dalam kategori ini.
Sedangkan thermoset memiliki sifat yang sebaliknya. Thermoset memiliki
ikatan silang antar molekul yang kuat dan apabila dipanaskan akan mengalami
perubahan kimia sehingga bentuknya tidak dapat kembali. Dalam kondisi mentah
umumnya thermoset berbentuk tepung atau cair. Karena sifatnya yang mudah didaur
ulang, maka jenis plastik thermoplastic akan lebih tepat untuk dikembangkan sebagai
material dalam bangunan. Dengan demikian material bangunan ini tidak menjadi
sampah ketika bangunan tersebut dihancurkan atau ingin mengganti material lain, tetapi
dapat didaur ulang menjadi produk yang dapat bermanfaat. [2]
Urea-formaldehid (dikenal juga sebagai urea-metanal) adalah suatu resin atau
plastik thermosetting yang terbuat dari urea dan formaldehid yang dipanaskan dalam
suasana basa lembut seperti amoniak atau piridin.
Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan
formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan kondisi
reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu reaksi
diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk menjaga agar
pH tetap maka dilakukan penambahan natrium karbonat sebagai buffer ke dalam
campuran. Struktur urea-formaldehid sebagai berikut:
Gambar 6.2.1 Struktur molekul urea-formaldehid
Reaksi ini secara umum berlangsung dalam 3 tahap yakni inisiasi, propagasi
(kondensasi), dan proses curing.
- Tahap metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari urea,
dan menghasilkan metilol urea.
- Tahap selanjutnya propagasi, yaitu reaksi kondensasi dari monomer-monomer dan
dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus.
- Tahap terakhir adalah proses curing yaitu ketika kondensasi tetap berlangsung,
polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat kompleks dan menjadi resin
thermosetting. Resin thermosetting mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa,
serta tidak dapat melarut dan meleleh. Temperatur curing dilakukan pada sekitar
temperatur 120 oC dan pH < 5.
[4]
Secara umum, senyawa amino pada senyawa organik dapat direaksikan dengan
berbagai senyawa aldehid yaitu melalui reaksi polikondensasi yang menghasilkan suatu
polimer yang kompleks. Reaksi yang terjadi:
Gambar 6.2.2 Reaksi polikondensasi membentuk polimer kompleks
Dalam penelitian ini digunakan urea sebagai senyawa amino dan formaldehid
sebagai senyawa aldehid. Reaksi polikondensasi sendiri atas 2 langkah, yaitu reaksi
adisi dan reaksi kondensasi. Pada reaksi adisi terjadi reaksi antara formaldehid dengan
gugus hidroksil. Reaksi ini disebut metilolisasi atau hidroksi metilisasi yang akan
membentuk monometilol urea dan dimetilol urea. Reaksi adisi terjadi sebagai berikut:
(amida) (aldehida) (urea)
(urea) (formaldehid) (monomer urea-formaldehid)
Gambar 6.2.3 Reaksi adisi antara formaldehid dengan gugus hidroksil
Gugus aldehid menarik satu atom H dari gugus NH2, menjadi gugus metilol.
Urea mempunyai 4 atom H di gugus amina, maka dimungkinkan hasil reaksinya
berbentuk monometilol sampai tetrametilol urea. Reaksi ini dapat terjadi dalam suasana
asam atau basa. Selanjutnya terjadi reaksi kondensasi antara unit monomer yang disertai
pembebasan H2O untuk membentuk sebuah dimer, sebuah rantai polimer, atau sebuah
jaringan polimer yang kompleks. Berikut reaksinya:
Gambar 6.2.4 Reaksi kondensasi antara unit monomer yang disertai pembebasan H2O
Gugus –OH dari metilol bereaksi dengan –H dari –NH2 atau –NH- urea dan
menghasilkan H2O. Reaksi ini berlangsung terus, sehingga membentuk rantai yang
panjang, bahkan beberapa posisi menjadi rantai cabang. Reaksi ini yang membentuk
polimer urea-formaldehid, dengan ikatan antar urea dihubungkan oleh gugus metilen
(-CH2-). Makin besar ukuran polimer atau panjang rantai yang terbentuk, polimer ini
makin sukar larut dalam air.
Adanya ikatan rantai cabang (network) karena reaksi crosslink membuat
polimer yang terjadi semakin keras. Reaksi kondensasi ini dipengaruhi oleh tingkat
keasaman larutan. Pada kondisi asam (pH<7), kecepatan reaksi sebanding dengan
konsentrasi ion hidrogen, tetapi pada kondisi basa, reaksi kondensasi berjalan lambat.
Dengan turunnya pH, kecepatan polimerisasi meningkat dengan cepat sehingga
viskositas larutan juga semakin besar. [1]
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi urea-formaldehid:
- Katalis
Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi tersebut. Begitu
juga yang terjadi pada reaksi urea-formaldehid ini. Laju reaksinya akan meningkat
jika digunakan katalis. Katalis yang diguanakan pada percobaan ini adalah NH4OH
karena reaksi ini berlangsung pada kondisi basa.
- Temperatur
Kenaikan temparatur juga dapat menurunkan berat molekul (Mr) resin urea-
formaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang
baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin.
- Waktu reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi oleh
waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan makin
banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan memiliki Mr
tinggi. [4]
Keuntungan dari perekat urea-formaldehid antara lain larut dalam air, keras,
tidak mudah terbakar, sifat panasnya baik, tidak berwarna ketika mengeras, dan
harganya murah. [6]
(monomer urea-formaldehid) (polimer urea-formaldehid) (air)
Kerugian penggunaan urea-formaldehid sebagai resin dibandingkan polimer
lain adalah resistensinya terhadap kadar air (moisture) apalagi jika dikombinasikan
dengan panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan melepaskan monomer-
monomer yang belum sempurnya bereaksi membentuk polimer. Monomer ini biasanya
beracun misalnya formaldehid yang dapat menyebabkan kanker.
Polimer jenis ini banyak digunakan di industri untuk berbagai tujuan seperti:
- Bahan adesif (61 %)
- Papan fiber berdensitas medium (27 %)
- Harwood plywood (5 %)
- Laminasi (7 %)
- Produk mebelir (furniture) [4]
6.3. Tinjauan Bahan
- Aquadest
Rumus molekul : H2O
Bentuk fisik : cairan tak berwarna dan tidak berbau
Berat molekul : 18,02 g/mol
Densitas : 0,62 g/cm3
Titik didih : 100 oC
Titik beku : 0 oC
- Amonium hidroksida
Rumus molekul : NH4OH
Bentuk fisik : cairan tak berwarna dan berbau amonia
Berat molekul : 35,05 g/mol
Densitas : 0,89 g/cm3
Titik didih : 27 oC
Titik beku : - 69,2 oC
- Formaldehid
Rumus molekul : H2OC
Bentuk fisik : cairan tak berwarna dan berbau menyengat
Berat molekul : 30,02 g/mol
Densitas : 1,03 g/cm3
Titik didih : 98 oC
Titik beku : - 15 oC
- Natrium karbonat
Rumus molekul : Na2CO3
Bentuk fisik : padatan putih tidak berbau
Berat molekul : 105,99 g/mol
Densitas : 1,55 g/cm3
Titik didih : 400 oC
Titik beku : -851 oC
- Urea
Rumus molekul : CH4N2O
Bentuk fisik : padatan warna pink
Berat molekul : 60,06 g/mol
Densitas : 2,07 g/cm3
Titik didih : 1323 oC
Titik beku : 132,7 oC
6.4. Alat dan Bahan
A. Alat - alat yang digunakan:
- alumunium foil
- batang pengaduk
- beakerglass
- botol aquadest
- corong kaca
- gelas ukur
- karet penghisap
- kertas pH
- labu leher tiga
- oven
- pipet volume
- refluks kondensor
- waterbath
B. Bahan-bahan yang digunakan:
- amonium hidroksida (NH4OH)
- aquadest (H2O)
- asam sulfat (H2SO4)
- formalin (H2OC)
- natrium karbonat (Na2CO3)
- urea (CH4N2O)
6.5. Prosedur percobaan
Pembuatan resin urea-formaldehid skala laboratorium
- masukkan 100 ml formalin (37%-w/w) ke dalam labu bundar berleher yang
dilengkapi kondensor, termometer, agitator, dan waterbath (heater)
- tambahkan 0,425 gram Na2CO3 sebagai buffering agent
- tambahkan 43,35 ml NH4OH sebagai katalis
- tambahkan 53,23 gram urea kemudian aduk secara teratur hingga tampak
homogen
- panaskan larutan secara perlahan sampai mendidih
- setelah mendidih, akan terjadi refluks
- stelah terjadi refluks, atur temperatur heatet menjadi 65 °C
- panaskan selama 3 jam sejak terjadi refluks pertama
- setelah 3 jam, ambil larutan secukupnya kemudian dimasukkan dalam wadah
tahan panas misalnya cawan penguap
- masukkan larutan dalam cawan penguap ke dalam oven dengan temperatur
pemanasan sekitar 120 °C selama 24 jam hingga larutan mengeras
membentuk resin
6.6. Data Hasil Pengamatan
Tabel 6.6.1. Data Pengamatan Reaksi
No Perlakuan Pengamatan Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
H2CO + Na2CO3H2O lar.A
A + NH4OH lar.B
B + urea lar.C
C lar.D (hingga
mendidih)
D lar.E suhu 65 C
selama 3 jam
Lar.E dioven pada suhu 120C
selama 1 jam
Lar.E di teruskan dioven pada
suhu 120C selama 6 jam
Lar.E dicuplik dan didiamkan
pada suhu ruang
Agak keruh
Agak keruh
Keruh
- Terdapat
gelembung
- warna keruh
Warna keruh
Larutan E menjadi
mulai sedikit
mengental
Larutan E benar-
benar mengental
Larutan E yang
semula kental
menjadi sangat
keras
Terjadi perubahan
warna
Tidak terjadi
perubahan warna
Terjadi perubahan
warna
- Air sudah mendidih
- tidak ada perubahan
warna
Tidak ada perubahan
warna
Mulai nampak bentuk
resin urea formaldehid
Terbentuk resin urea-
formaldehid
Terbentuk resin urea-
formaldehid
Tabel 6.6.2. Data Pengamatan Gambar
No. Gambar Keterangan
1.
2.
3.
Pecampuran seluruh bahan-bahan, yaitu
formalin, urea, dengan katalis NH4OH, dan
buffer Na2CO3.
Setelah pecampuran seluruh bahan, larutan
urea-formaldehid akan dipanaskan dengan
menggunakan hotplate pada suhu 70 oC
hingga mendidih. Setelah mendidih,
dipanaskan lagi pada suhu 65 oC selama 2
jam. Tahap ini digunakan untuk memenuhi
tahap metilolasi dan propagasi.
Setelah melalui proses refluks, larutan
dituangkan kedalam loyang dan
dipanaskan dalam oven pada suhu 120 oC.
Hal ini dilakukan untuk memenuhi tahapan
curing.
4. Setelah dipanaskan di oven, menghasilkan
resin urea-formaldehid.
6.7. Persamaan Reaksi
6.8. Pembahasan
- Reaksi kondensasi yang terjadi pada pembuatan urea-formaldehid adalah reaksi
kondensasi antara unit monomer yang disertai pembebasan H2O untuk
membentuk sebuah dimer, sebuah rantai polimer, atau sebuah jaringan polimer
yang kompleks.
- Gugus –OH dari metilol bereaksi dengan –H dari –NH2 atau –NH- urea dan
menghasilkan H2O. Reaksi ini berlangsung terus, sehingga membentuk rantai
yang panjang, bahkan beberapa posisi menjadi rantai cabang. Reaksi ini yang
membentuk polimer urea-formaldehid, dengan ikatan antar urea dihubungkan
oleh gugus metilen (-CH2-). Makin besar ukuran polimer atau panjang rantai
yang terbentuk, polimer ini makin sukar larut dalam air.
- Menurut teori, pada umumnya reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak
terjadi reaksi Cannizaro yaitu reaksi diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol
dan asam karboksilat. - Untuk menjaga pH tetap dan tidak berubah tiba-tiba secara drastis, maka dilakukan
penambahan Na2CO3 sebagai buffer ke dalam campuran. - Refluks digunakan untuk mempercepat terjadinya reaksi dengan pemanasan tanpa
mengurangi volume zat yang bereaksi, sebab pelarut yang menguap dapat
terkondensasi dengan adanya kondensor tegak pada rangkaian refluks. - Dimasukkan ke dalam oven untuk memenuhi tahap curing yang merupakan tahap
akhir pembuatan resin urea-formaldehid.
(urea) (formaldehid) (monomer urea-formaldehid)
(monomer urea-formaldehid) (polimer urea-formaldehid) (air)
6.9. Kesimpulan
- Dalam pembuatan urea-formaldehid terjadi reaksi antara urea dan formalin
dengan penambahan larutan NH4OH sebagai katalis dan larutan Na2CO3
sebagai buffer. Kemudian melalui proses refluks dan pengeringan di oven
diperoleh resin urea-formaldehid.
VI. Urea Formaldehida
1. Penentuan jumlah formaldehida
formalin = 1,079 g/mL
V = 100 mL
massa formalin = 100 × 1,079
= 107,9 gram
jika larutan formalin 37%
massa formaldehid = 0,37 × 107,9
= 39,923 gram
mol formaldehid =
=
= 1,331 mol
2. Penentuan jumlah urea
misal F/U = 1,65
mol urea = 0,806 mol
massa urea = n × Mr
= 0,806 × 66
= 53,23 gram
3. Katalis dan Buffer
Diketahui :
massa katalis 5% masa total = 0,05 X
massa buffer 5% masa katalis = 0,05 . 0,05 X
massa NH4OH yang digunakan adalah 21% W/W = 40,48 gram
ρ NH4OH = 0,934 g/cm3
Ditanya :
Massa total bahan (X), V NH4OH, dan Massa Na2CO3.....?
Penyelesaian
- X = massa (formalin + urea + katalis + buffer)
X = 107,9 + 53,23 + 0,05 X + 0,05 .0,05 X
0,9475 X = 161,13
X = 170,058 gram
- V NH4OH =
ρ
=
= 43,35 mL
- Massa Na2CO3 = 0,05 . 0,05 X
= -
170,058
= 0,425 gram
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, Bernadeta Ariane. 2010. Pembuatan mikrokapsul dari urea-formaldehid,
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM. Yogyakarta.
Felixon, Kandy. 2011. Penelitian Terhadap Pengembangan Penggunaan Material
Plastik (Polikarbonat) Pada Selubung Bangunan, Jurusan Arsitektur, Fakultas
Teknik Universitas Tarumanagara. Palembang.
Hart, Harold., Leslie E. Craine, & David J. Hart. 2003, Kimia Organik Suatu Kuliah
Singkat, Erlangga, Jakarta.
Resin Urea-Formaldehid” http://www.id.wikipedia.org diakses 13 Desember 2013.
S. Riswiyanto. Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Sari, Nasmi Herlina. 2011. Ketahanan bending komposit hybrid serat batang
kelapa/serat gelas dengan matrik urea formaldehyde, Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik Universitas Mataram. Lombok.