bab vi b
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 BAB VI B
1/41
VI-52
6.5 Analisis Kesesuaian Lahan Bagi Permukiman
Untuk menganalisis kesesuaian lahan bagi permukiman, digunakan input dari
kondisi dan karakteristik fisik alam. Kawasan permukiman termasuk kawasan budidaya,sehingga penetapannya disesuaikan dengan SK Mentan No.837/KPTS/UI/UM/11/1980
dan No.683/KPTS/UM/8/1981. Menurut SK mentan ini, suatu kawasan dapat
dibedakan menjadi kawasan lindung, kawasan budidaya, dan kawasan penyangga.
Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam penetapan kawasan lindung adalah
kelerengan, jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi, dan intensitas curah hujan di
wilayah tersebut.
1. Kelerengan
Kelerengan atau kemiringan lahan diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 6.30.
No Kelas Lereng (%) Diskripsi
1. I 0-8 Datar
2. II 8-15 Landai
3. III 15-25 Agar Curam
4. IV 25-45 Curam
5. V > 45 Sangat Curam
2. Jenis Tanah Menurut Kepekaan terhadap Erosi
Jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dapat digolongkan ke dalam 5 kelas,
dan tiap kelasnya mempunyai bobot 15. Untuk jenis tanah kompleks, kelasnya sama
dengan jenis tanah yang terpeka terhadap erosi yang terdapat dalam jenis tanah
tersebut.
Tabel 6.31.No Kelas Lereng (%) Diskripsi
1. I Aluvial, tanah galeui, Planosol, HidromorfKelabu, Laterit Air Tanah
Tidak Peka
2. II Latosol Kurang Peka
3. III Brown Forest Soil, Non Caltic Brown, Mediteran Agak Peka
4. IV Andosol, Lateric, Grumusol, Podsolik, Podsol Peka
5. V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka
-
7/26/2019 BAB VI B
2/41
VI-53
3. Curah hujan rata-rata
Intensitas hujan yaitu rata-rata curah hujan dalam mililiter per tahun dibagi dengan
rata-rata jumlah hari hujan setahun. Intensitas hujan ini juga dibagi dalam 5 kelas
dengan bobot sebagai berikut:
Untuk mengetahui perbedaan kawasan lindung dan budidaya, maka semua faktor
yang tersebut diatas di skor dan dijumlahkan. Jumlah seluruh tersebut akan menentukan
jenis peruntukan lahan yang seharusnya pada daerah yang bersangkutan. Untuk kriteria
penetapan kawasan lindung dan budidaya akan berpedoman pada standar kriteria dan
tata cara penetapan kawasan lindung dan budidaya dengan sistem skoring.
Untuk memberikan gambaran rata-rata mengenai kriteria dan tata cara penetapankawasan menurut fungsinya berdasarkan SK Mentan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kawasan Lindung
- Wilayah atau lahan dengan kemampuan lahannya memenuhi syarat sebagai
berikut:
- Mempunyai lereng lapangan > 40%.
-Merupakan jalur pengamanan aliran sungai atau sekurang-kurangnya 100 m disebelah kanan dan kiri aliran sungai tersebut.
- Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya berjari-jari 200 m di
sekeliling mata air tersebut.
- Mempunyai ketinggian lebih dari 2.000 m diatas permukaan laut.
- Untuk kepentingan khusus, ditetapkan oleh Mentan sebagai hutan lindung.
b.
Kawasan Penyangga
Wilayah atau satuan lahan memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Dilihat dari segi ekonomi keadaan fisik areal atau memungkinkan untuk budidaya
tanaman keras.
- Lokasi secara ekonomi sudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
- Tidak merugikan dari aspek ekosistem dan lingkungan.
-
7/26/2019 BAB VI B
3/41
VI-54
c. Kawasan Budidaya
- Permukiman yang berada di kawasan lindung dan kawasan penyangga, terutama
pemukiman di Kecamatan Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan,
Kledung, Bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo dan Tretep dalam
pengawasannya harus diperketat agar permukiman tidak semakin meluas hingga
merambah ke daerah-daerah yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan
kawasan penyangga. Kawasan lindung semacam ini harus terus dipertahankan
keberadaannya karena mempunyai fungsi strategis dalam menjaga kelestarian
lingkungan alam, yaitu mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi,
dan menjaga fungsi hidrolik tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara
tanah, air tanah dan air permukaan.
- Pengembangan permukiman diarahkan di kawasan-kawasan yang mempunyai
fungsi sebagai kawasan budidaya, terutama di Kecamatan Temanggung,
Tlogomulyo, Kranggan, Kaloran, Kedu, Parakan, Ngadirejo dan Candiroto. Selain
didukung oleh kondisi wilayah yang relatif rata dengan tingkat kelerengan
berkisar antara 2-5%, juga tidak terjadi erosi. Dengan demikian dilihat dari segi
keamanan untuk pengembangan kawasan permukiman di kecamatan ini
mempunyai potensi besar sebagai pengembangan kawasan permukiman.
Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung lebih didominasi oleh tanah kering.
Kondisi lahan semacam ini pada umumnya dimanfaatkan untuk tegalan dan pertanian
lahan kering. Berikut ini disampaikan kondisi penggunaan lahan di daerah perkotaan dan
perdesaan.
a. Penggunaan lahan perdesaan
Tanah di daerah perdesaan digunakan bagi kehidupan sosial dan kehidupanekonomi. Kehidupan sosial, seperti berkeluarga, bersekolah, beribadat, berekreasi,
berolah raga, dan sebagainya, dilakukan di dalam kampung, sedangkan kegiatan
ekonomi seperti bertani, berkebun, berternak, memelihara dan menangkap ikan,
menebang kayu di hutan, dan sebagainya, yang umumnya dilakukan di luar kampung,
walaupun ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan di dalam kampung, seperti
perindustrian, perdagangan, dan perusahaan jasa-jasa lain.
-
7/26/2019 BAB VI B
4/41
VI-55
Jadi penggunaan lahan di wilayah perdesaan adalah untuk perkampungan dalam
rangka kegiatan sosial, dan untuk pertanian dalam rangka kegiatan ekonomi. Dengan
demikian kampung di perdesaan merupakan tempat kediaman (dormitory settlement)
tempat aktivitas (activity settlement).
b. Penggunaan lahan perkotaan
Kota dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan, pemasaran, kegiatan industri,
peribadatan, pendidikan, dsb. Oleh karena itu sebagian tanah di kota digunakan untuk
industri, dan jasa disamping tempat tinggal. Sementara itu kegiatan ekonomi perkotaan
dapat dibedakan menjadi:
1. Kegiatan ekonomi dasar (basic economis)yang membuat dan menyalurkan barang danjasa untuk keperluan luar kota, jadi untuk ekspor ke wilayah sekitar kota. Barang dan
jasa itu berasal dari industri, perdagangan dll.
Kegiatan ekonomi bukan dasar (non-basic activities) yang memproduksi dan
mendistribusi barang dan jasa untuk keperluan penduduk kota sendiri. Kegiatan
ekonomi ini disebut sebagai residential activitiesatau service activities.
6.5.1 Analisis pengembangan Kawasan Permukiman Baru
Pengembangan kawasan permukiman baru yang dilakukan secara formal oleh
pemerintah dan swasta/ pengembang perumahan harus dilakukan koordinasi atau
kerjasama dalam pembangunan perumahan skala besar. Pembangunan yang dilakukan
oleh masyarakat secara swadaya bagi penduduk berpenghasilan tinggi membutuhkan
pengaturan dan pengendalian, sedangkan untuk menengah ke bawah membutuhkan
bantuan dari pemerintah. Pengembangan permukiman baru harus memperhatikan:
1.Jumlah dan luasan penduduk yang tertampung,
2. Lokasi - lokasi pengembangan,
3. Pendekatan pembangunan skala besar swadaya.
Pembangunan Skala Besar
Penyediaan pembangunan perumahan sampai dengan tahun perencanaan
membutuhkan suatu kawasan yang luas, terutama untuk masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah. Salah satu cara pembangunan skala besar yang dikelola oleh Pemda
-
7/26/2019 BAB VI B
5/41
VI-56
adalah dengan cara pendekatan Kasiba/Lisiba. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) adalah
sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan
permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Kawasan ini pertama kali harus dilengkapi
dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata
ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dan memenuhi persyaratan
pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan. Sedangkan Lingkungan Siap
Bangun (Lisiba) adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Kasiba ataupun
berdiri sendiri. Lingkungan ini juga telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana
lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun
kaveling tanah matang.
Penyiapan Lokasi Kasiba oleh Pemerintah Daerah, harus memperhatikan
beberapa persyaratan umum seperti tersebut di atas, namun selain itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan sesuai dengan PP No. 80 Tahun 1999, yaitu:
1. Jumlah unit rumah yang dapat ditampung dalam satu Kasiba sekurang-kurangnya
3000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya adalah 10.000 unit rumah;
2. Lokasi tersebut telah dilayani jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan;
3. Lokasi tersebut, telah dilayani fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas ekonomi
setingkat kecamatan.
Pembangunan skala besar yang ditangani developer diarahkan untuk
pembangunan rumah golongan masyarakat kelas atas, karena pembangunan developer
mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan. Lokasi pembangunan permukiman untuk
skala besar di Kabupaten Temanggung ada beberapa lahan yang berpotensi, yaitu di
Kecamatan Pringsurat dan Kranggan.
Penyediaan rumah oleh pihak swasta antara lain yang dilakukan oleh para
developer. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pihak pengembang
perumahan, selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan rumah yang
layak, juga mempunyai misi profit oiernted, sehingga dalam pelaksanaanya lebih didasari
oleh proses kerja yang profesional, dengan tidak ada sama sekali sifat kegotong
-
7/26/2019 BAB VI B
6/41
VI-57
royongan. Meski demikian, diharapkan ada misi sosial yaitu menyediakan rumah yang
layak yang dapat dijangkau oleh semua kalangan termasuk penduduk dengan
penghasilan rendah. Seperti pembangunan rumah sangat sederhana (RSS), rumah
sederhana (RS). Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan pola pengadaan
perumahan 1:3:6, yang artinya setiap pembangunan 1 unit rumah mewah harus juga
dibangun 3 unit rumah sederhana dan 6 unit rumah sangat sederhana.
Alternatif lahan yang dapat digunakan untuk perumahan dan permukiman
berdasarkan dari data kondisi lahan dan kondisi kelerengan kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Temanggung, sehingga lahan yang dapat digunakan adalah lahan tegalan,
bukan lahan pertanian, lahan milik negara/pemerintah, lahan yang kemiringannya di
bawah 40 %, tidak berada di pusat kota dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Temanggung. Untuk daerah pusat perkotaan yang memiliki kepadatan
bangunan yang relatif tinggi, sehingga lahan yang tersedia untuk pembangunan
perumahan baru dalam skala besar tidak dimungkinkan, sehingga pembangunan
perumahan yang dilakukan di daerah perkotaan ada beberapa alternatif yang
dimungkinkan antara lain:
- Pembangunan perumahan baru di kawasan pusat kota dengan kepadatan bangunan
yang relatif tinggi yang dilakukan oleh Bapermades.
- Memanfaatkan lahan permukiman di lokasi yang masih memiliki kepadatan rendah,
yaitu dengan cara mengoptimalkan lahan pekarangan yang masih dimungkinkan
untuk dikembangkan.
- Mengarahkan lahan kebutuhan perumahan untuk penduduk di kawasan perkotaan
ke daerah pinggiran kota.
Untuk daerah pinggiran atau daerah yang masih bercirikan perdesaan tidak semuanya
dapat dibangun untuk perumahan dan permukiman. Alternatif pengembangannya
adalah :
- Di daerah yang kelerengannya di bawah 40 %.
- Memanfaatkan tegalan bukan sawah irigasi teknis.
- Bukan merupakan daerah konservasi/kawasan lindung.
-
7/26/2019 BAB VI B
7/41
VI-58
- Lokasi mudah dicapai dan sesuai dengan arah pengembangan dari rencana tata ruang
kota.
Pengembangan Perumahan Secara Swadaya Masyarakat
Pengembangan perumahan secara swadaya yang dilakukan masyarakat di
Kabupaten Temanggung, dapat dilihat dari tingkat golongan masyarakatnya. Biasanya
untuk masyarakat golongan atas, mereka membangun permukiman kurang
mengindahkan peraturan yang ada, sehingga perlu adanya pengaturan dan penertiban
pembangunan perumahan dari pemerintah yang tegas, khususnya untuk perumahan
yang ada di pusat Kabupaten Temanggung. Sedangkan untuk pembangunan swadaya
yang dilakukan masyarakat untuk golongan menengah rendah, perlu membutuhkan
bantuan dari pemerintah. Bantuan tersebut dapat berupa pinjaman dari koperasi dan
kemudahan dalam peminjaman kredit untuk pembangunan rumah sangat sederhana
mandiri, atau dapat dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan perumahan sangat
sederhana yang diberikan kepada masyarakat menengah rendah, dan untuk
mendapatkan dapat melalui angsuran.
6.5.2
Analisis Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman
6.5.2.1 Lokasi Kawasan Permukiman yang Ditingkatkan
Permukiman Kumuh
Pengembangan kawasan yang dimaksud dalam hal ini adalah upaya untuk
meningkatkan kondisi atau kualitas dari perumahan dan permukiman yang telah ada.
Kondisi perumahan atau permukiman yang dianggap perlu untuk ditingkatkan
kualitasnya adalah permukiman-permukiman kumuh dan permukiman di kawasan
bercirikan perdesaan yang ada di Kabupaten Temanggung.
Permukiman kumuh (squatters) di Kabupaten Temanggung, kondisi ini terlihat
dari lingkungan permukiman yang liar dengan menempati lahan ilegal, serta kondisi fisik
lingkungan dan bangunan jelek, tanpa dilayani sarana dan prasarana, khususnya yang
mendukung kebersihan lingkungan seperti sanitasi, persampahan dan drainase, yang
biasanya terdapat di pusat-pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi. Kondisi ini dilihat
-
7/26/2019 BAB VI B
8/41
VI-59
dari tingkat kepadatan netto dari masing-masing kelurahan/desa dan berdasarkan hasil
survei lapangan kondisi ini sesuai dengan hasil yang didapat di lapangan.
Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman liar (squatters), yaitu dengan
penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan
kepadatan tinggi, selain itu dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk
kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi/kumuh berat, serta adanya pengendalian
terhadap permukiman kumuh khususnya untuk permukiman kumuh dengan kategori
squatters. Selain itu dengan pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukiman
yang menempati lahan yang sesuai dengan peruntuknya dan pembuatan ruang terbuka
hijau. Serta pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang
termasuk dalam kategori kumuh ringan.
Berdasarkan hasil survei, diperoleh beberapa masalah permukiman yang terkait
dengan permukiman kumuh dengan kategori squatters, yaitu seperti yang terjadi di
kelompok permukiman yang berkembang disekitar di sepanjang bantaran rel yang sudah
tidak digunakan lagi yang ditemukan di Kecamatan Temanggung. Rumah-rumah yang
dibangun hanya berjarak 2 meter dari rel kereta api yang sudah tidak digunakan lagi.
Lahan yang digunakan untuk membangun permukiman disini merupakan lahan
yang illegal. Lahan tersebut merupakan lahan milik PJKA yang kemudian disewakan.
Lahan yang disewakan tersebut oleh penyewa kemudian dibangun rumah-rumah yang
dapat dikatakan layak. Kebanyakan penduduk yang mendiami permukiman squatter ini
adalah penduduk pendatang yang bukan merupakan penduduk asli Kabupaten
Temanggung.
Untuk permukiman kumuh identik dengan permukiman di kawasan bercirikan
perdesaan. Permukiman ini merupakan permukiman legal, namun secara fisik, sosial dan
budaya kurang memperdulikan lingkungan tempat tinggalnya atau dapat dikatakan
kesadaran masyarakat di permukiman tersebut terhadap kebersihan lingkungan masih
sangat kurang. Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh (slums), yaitu
dengan perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh,
melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan
(participatory planning) sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana
(P3KT dan PKL), serta adanya pembuatan ruang terbuka hijau.
-
7/26/2019 BAB VI B
9/41
VI-60
Untuk permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung, berdasarkan hasil
survei dapat dibedakan menjadi :
1. Permukiman Kumuh Perkotaan
Kelompok permukiman kumuh perkotaan berkembang disekitar kawasan bantaran rel
kereta api yang sudah tidak digunakan lagi yaitu di kelurahan Parakan Wetan,
Temanggung I dan Banyuurip. Selain itu lokasi permukiman disepanjang sungai yaitu
di Kelurahan Parakan Wetan, Wanutengah, Temanggung I, Temanggung II, Gilingsari,
Banyuurip, Butuh, Kertosari dan Gendengan. Permukiman kumuh tersebut
merupakan permukiman padat dengan kondisi yang dibawah standar. Kondisi rumah
yang ada saling berhimpitan dengan tinggi bangunan yang hanya memenuhi skala
manusia, dindingnya rata-rata berdinding kayu dan bambu dengan lantai tanah.
Rumah-rumah tersebut hanya berjarak kurang dari 20 meter dari bibir sungai.
2. Permukiman Kumuh Perdesaan
Kelompok permukiman kumuh perdesaan disebabkan karena masih adanya masalah
rumah yang tidak sehat maksudnya adalah masih banyaknya rumah atau
permukiman yang masih menyatu dengan kandang ternak. Menyatunya kandang
ternak dekat dengan tempat hunian dikarenakan terbatasnya lahan perkarangan yang
ada, selain itu juga dikarenakan agar memudahkan dalam pengawasan sehingga aman
dari pencurian ternak. Masalah tersebut terjadi juga dikarenakan masih rendahnya
pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan kebersihan (SDM masyarakat masih
rendah) terutama bagi masyarakat pedesaan. Kebanyakan masyarakat memiliki usaha
sampingan yaitu beternak kerbau, kambing, sapi, selain itu juga ayam, itik dan sejenis
hewan unggas lainnya. Mereka masih seringkali menempatkan kandang ternak
tersebut berdampingan langsung dengan tempat tinggal mereka. Permasalahan rumah
tidak sehat banyak ditemui dilingkungan permukiman pedesaan di wilayah
perencanaan. Masalah permukiman kumuh yang ada di Perdesaan disebabkan juga
karena masih banyaknya rumah yang tidak layak huni.
Untuk menentukan kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung
dapat juga dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data sekunder yang ada.
Adapun analisis yang akan dilakukan terkait dengan indikator penetapan kawasan
-
7/26/2019 BAB VI B
10/41
VI-61
kumuh yaitu dilihat dari kepadatan rumah/ bangunan, kondisi rumah, tingkat
kemiskinan, jumlah sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis dari
masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Analisis Kepadatan Penduduk
Analisis kepadatan penduduk ini dilaksanakan dengan membandingkan antara
jumlah penduduk dengan luas wilayah (kepadatan brutto) yang ada pada masing-masing
kecamatan. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:
Perhitungan:
- Rentang, didapat dari kepadatan penduduk tertinggi dikurangi kepadatan penduduk
terendah.
Rentang = 24 - 3 = 21
- Banyaknya kelas adalah 4
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
3 8,25 = Skor 1
8,25 13,5 = Skor 2
13,5 18,75 = Skor 3
18,75 - 24 = Skor 4
Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-masing
kecamatan di Kabupaten Temanggung.
Tabel 6.32.Skor Kepadatan Penduduk
NO KECAMATAN LUAS WILAYAHJUMLAH
PENDUDUKKEPADATAN SKOR
1 Parakan 2.223 49.879 22 4
2 Kledung 3.221 26.310 8 1
3 Bansari 2.253 22.696 10 2
4 Bulu 4.304 44.021 10 2
5 Temanggung 3.339 79.908 24 4
-
7/26/2019 BAB VI B
11/41
VI-62
6 Tlogomulyo 2.484 21.024 8 1
7 Tembarak 2.684 28.310 11 2
8 Selopampang 1.729 18.254 11 2
9 Kranggan 5.761 43.366 8 1
10 Pringsurat 5.728 46.110 8 1
11 Kaloran 6.392 43.394 7 1
12 Kandangan 7.836 47.423 6 1
13 Kedu 3.496 52.442 15 3
14 Ngadirejo 5.331 53.920 10 2
15 Jumo 2.932 27.936 10 2
16 Gemawang 6.711 29.701 4 1
17 Candiroto 5.994 31.960 5 1
18 Bejen 6.884 20.163 3 1
19 Tretep 3.365 19.530 6 1
20 Wonoboyo 4.398 24.062 5 1
JUMLAH 87.065 730.409 8 2
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
Analisis Kepadatan Bangunan
Analisis kepadatan bangunan ini dilakukan dengan membandingkan antarajumlah penduduk dengan luas permukiman (kepadatan netto) yang ada pada masing-masing kecamatan. Dimana apabila jumlah penduduknya banyak dan luaspermukimannya kecil maka dapat dikatakan bahwa kecamatan tersebut termasukberkepadatan bangunan tinggi karena dengan jumlah penduduk yang banyak seharusnyajuga diimbangi dengan luas permukiman yang besar sesuai dengan kapasitas jumlahpenduduknya. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:
Perhitungan:
- Rentang, didapat dari kepadatan bangunan tertinggi dikurangi kepadatan bangunanterendah.
Rentang = 52 - 9 = 43
- Banyaknya kelas adalah 4
- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 43 : 4 = 10.75
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
9 19,75 = Skor 1
-
7/26/2019 BAB VI B
12/41
VI-63
19,75 30,50 = Skor 2
30,50 41,25 = Skor 3
41,25 - 52 = Skor 4
Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-masingkecamatan di Kabupaten Temanggung.
Tabel 6.33.Skor Kepadatan Bangunan
NO KECAMATANLUAS
PERMUKIMAN(Ha.)
JUMLAHRUMAH
KEPADATANBANGUNAN
SKOR
1 Parakan 313 10.112 32 3
2 Kledung 138 7.186 52 4
3 Bansari 134 4.915 37 3
4 Bulu 372 12.427 33 35 Temanggung 847 17.914 21 2
6 Tlogomulyo 239 7.569 32 3
7 Tembarak 290 6.380 22 2
8 Selopampang 214 4.083 19 1
9 Kranggan 797 10.502 13 1
10 Pringsurat 1.177 10.810 9 1
11 Kaloran 689 10.504 15 1
12 Kandangan 994 10.624 11 1
13 Kedu 492 12.981 26 2
14 Ngadirejo 313 12.376 40 3
15 Jumo 365 7.133 20 2
16 Gemawang 451 7.836 17 1
17 Candiroto 447 7.658 17 1
18 Bejen 509 5.228 10 1
19 Tretep 188 4.809 26 2
20 Wonoboyo 305 6.135 20 2
9.274 177.182 24 2
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
Analisis Kondisi Rumah
Analisis kondisi rumah dilakukan dengan mengetahui data jumlah rumah
eksisting dan jumlah rumah non permanen, dimana dengan mengetahui data tersebut
kemudian akan dapat dihitung prosentase antara jumlah rumah dengan jumlah rumah
non permanen. Jika suatu kecamatan mempunyai prosentase jumlah rumah non
permanen yang tinggi maka kecamatan tersebut mempunyai kemungkinan untuk
menjadi permukiman kumuh yang dikarenakan banyaknya jumlah rumah non
permanen. Adapun penilaian atau skornya adalah sebagai berikut:
-
7/26/2019 BAB VI B
13/41
VI-64
Perhitungan:
- Rentang, didapat dari prosentase kondisi rumah tertinggi dikurangi prosentase
kondisi rumah terendah.
Rentang = 84 - 41= 43
- Banyaknya kelas adalah 4
- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 43 : 4 = 10,75
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
41,00 - 51,75 = Skor 1
51,75 - 62,75 = Skor 2
62,75 - 73,25 = Skor 3
73,75 - 84,00 = Skor 4
Pada tabel 6.37. berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-
masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.
Tabel 6.34.Skor Prosentase Kondisi Rumah
NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH TIDAK PERMANEN % SKOR
1 Parakan 10.112 6.292 62 2
2 Kledung 7.186 6.014 84 4
3 Bansari 4.915 3.644 74 4
4 Bulu 12.427 5.104 41 1
5 Temanggung 17.914 8.461 47 1
6 Tlogomulyo 7.569 5.863 77 4
7 Tembarak 6.380 3.620 57 2
8 Selopampang 4.083 3.061 75 4
9 Kranggan 10.502 7.343 70 3
10 Pringsurat 10.810 7.818 72 3
11 Kaloran 10.504 8.093 77 4
12 Kandangan 10.624 6.900 65 313 Kedu 12.981 10.138 78 4
14 Ngadirejo 12.376 9.376 76 4
15 Jumo 7.133 5.762 81 4
16 Gemawang 7.836 6.418 82 4
17 Candiroto 7.658 5.830 76 4
18 Bejen 5.228 3.887 74 4
19 Tretep 4.809 3.985 83 4
20 Wonoboyo 6.135 4.912 80 4
177.182 122.521 72 3
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
-
7/26/2019 BAB VI B
14/41
VI-65
Analisis Tingkat Kemiskinan
Analisis tingkat kemiskinan dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah
keluarga (kk) dengan jumlah keluarga miskin yang ada di masing-masing kecamatan.
Dimana analisis ini dilakukan dengan cara memprosentasekan perbandingan jumlah KK
yang ada dengan jumlah KK miskin. Setelah mengetahui prosentase keluarga miskin,
maka dapat diberi penilaian atau skor dengan cara memberikan interval dari hasil
prosentase untuk mengetahui tingkat kemiskinan yang paling tinggi berdasarkan skor.
Adapun nilai/ skornya adalah sebagai berikut;
Perhitungan:
-Rentang, didapat dari prosentase tingkat kemiskinan tertinggi dikurangi prosentasetingkat kemiskinan terendah.
Rentang = 36 1 = 35
- Banyaknya kelas adalah 4
- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 35 : 4 = 8,75
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
1,00 - 9,75 = Skor 19,75 - 18,50 = Skor 2
18,50 - 27,25 = Skor 3
27,25 - 36,00 = Skor 4
Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor prosentase tingkat kemiskinan terhadap masing-
masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.
Tabel 6.35.Skor Prosentase Tingkat Kemiskinan
No KecamatanJumlah Rumah
Tangga KK Miskin % Skor
1 Parakan 12.899 1.716 13 2
2 Kledung 6.450 2.311 36 4
3 Bansari 5.800 586 10 2
4 Bulu 11.199 1.693 15 2
5 Temanggung 21.002 2.646 13 2
6 Tlogomulyo 5.098 516 10 2
7 Tembarak 7.079 1.170 17 2
8 Selopampang 4.645 206 4 1
9 Kranggan 11.610 113 1 1
10 Pringsurat 12.466 822 7 1
11 Kaloran 11.612 1.357 12 2
-
7/26/2019 BAB VI B
15/41
VI-66
12 Kandangan 12.360 2.681 22 3
13 Kedu 13.460 1.226 9 1
14 Ngadirejo 13.920 2.601 19 3
15 Jumo 7.670 1.711 22 3
16 Gemawang 7.524 1.673 22 3
17 Candiroto 8.649 1.426 16 218 Bejen 5.582 678 12 2
19 Tretep 4.835 1.126 23 3
20 Wonoboyo 6.253 977 16 2
190.113 27.235 14 2
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
Analisis permukiman kumuh yang telah dilakukan dengan melakukan analisis
berdasarkan gabungan dari hasil skor analisis kepadatan penduduk, kepadatan
bangunan, kondisi rumah dan tingkat kemiskinan. Tabulasi hasil dari masing-masing
analisis tersebut memunculkan skor terendah dan tertinggi dari setiap kecamatan. Untuk
lebih jelasnya mengenai hasil tabulasi dari masing-masing analisis yang telah dilakukan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6.36.Total Skor Penilaian Permukiman Kumuh
No Kecamatan KepadatanPenduduk KepadatanBangunan KondisiRumah TingkatKemiskinan JumlahSkor
1 Parakan 4 3 2 2 11
2 Kledung 1 4 4 4 13
3 Bansari 2 3 4 2 11
4 Bulu 2 3 1 2 8
5 Temanggung 4 2 1 2 9
6 Tlogomulyo 1 3 4 2 10
7 Tembarak 2 2 2 2 8
8 Selopampang 2 1 4 1 8
9 Kranggan 1 1 3 1 6
10 Pringsurat 1 1 3 1 6
11 Kaloran 1 1 4 2 8
12 Kandangan 1 1 3 3 8
13 Kedu 3 2 4 1 10
14 Ngadirejo 2 3 4 3 12
15 Jumo 2 2 4 3 11
16 Gemawang 1 1 4 3 9
17 Candiroto 1 1 4 2 8
18 Bejen 1 1 4 2 8
-
7/26/2019 BAB VI B
16/41
VI-67
19 Tretep 1 2 4 3 10
20 Wonoboyo 1 2 4 2 9
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Ket: Skor semakin besar semakin burukBerdasarkan hasil penilaian permukiman kumuh yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa antar hasil survei dengan penilaian permukiman kumuh memiliki
keterkaitan dan kesesuaian. Seperti yang terlihat dari hasil penilaian permukiman kumuh
di Kecamatan Kledung, Ngadirejo dan Parakan, memiliki skor yang tinggi tentang
permukiman kumuh. Sedangkan berdasarkan hasil survei, di Kecamatan Ngadirejo dan
Parakan dijumpai permukiman kumuh perkotaan, yang kondisi kumuh terlihat dari
kondisi rumah yang tidak layak dan lingkungan permukiman yang tidak sehat.
Analisis Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Analisis ketersediaan sarana dan prasarana permukiman ini dilakukan berdasarkan
jumlah dan jenisnya di 15 kecamatan untuk mencari alternatif lokasi kawasan prioritas
penanganan permukiman kumuh (Pendidikan; TK, SD, SLTP, SLTA dan PT; Kesehatan:
Puskesmas, Rumah sakit; Perdagangan: Pasar, dan Toko; Peribadatan: Masjid, Musholla,
Gereja dan Vihara). Berdasarkan data-data tersebut kemudian dinilai ketersediaan
sarananya, semakin lengkap sarananya maka desa tersebut telah dapat melayani aktivitasmasyarakatnya. Adapun nilai adalah sebagai berikut:
-
7/26/2019 BAB VI B
17/41
VI-68
Tabel 6.37.Skor Ketersediaan Sarana
No. Kecamatan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan Skor
1 Parakan TK, SD, SLTP, SLTA Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 13
2 Kledung TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola Pasar, Toko 7
3 Bansari TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8
4 Bulu TK, SD, SLTP Rumah Sakit, Puskesmas Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8
5 Temanggung TK, SD, SLTP, SLTA Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 116 Tlogomulyo TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8
7 Tembarak TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas Masjid, Mushola Pasar, Toko 7
8 Selopampang TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7
9 Kranggan TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9
10 Pringsurat TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
11 Kaloran TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
12 Kandangan TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9
13 Kedu TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9
14 Ngadirejo TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9
15 Jumo TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
16 Gemawang TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
17 Candiroto TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
18 Bejen TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8
19 Tretep TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7
20Wonoboyo TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7
Sumber: Hasil Analisis, 2011
-
7/26/2019 BAB VI B
18/41
VI-69
Berdasarkan hasil penilaian diatas menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki
sarana paling sedikit terdapat di Kecamatan Kledung, Tembarak, Selopampang, Tretep
dan Wonoboyo, dimana kecamatan tersebut saat ini masih dirasa sangat kurang dalam
ketersediaan sarana, baik sarana pendidikan maupun peribadatan.
Selain melakukan analisis sarana, juga perlu dilakukan analisis terhadap
ketersediaan prasarana permukiman. Kelengkapan prasarana yang akan di analisis
meliputi: Jaringan Jalan (jalan desa dan jalan antar desa/ kecamatan); Listrik (jaringan
PLN); Air Bersih (pipa PDAM dan air sumur) dan telepon. Perhitungan analisis prasarana
pada masing-masing desa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
-
7/26/2019 BAB VI B
19/41
VI-70
Tabel 6.38. Skor Ketersediaan Prasarana
No Kecamatan Listrik Jalan Air Bersih Nilai
1 Parakan Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa
Mata air, Sumur, PDAM, Pipa, Sungai 9
2 Kledung Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,
Jalan Desa
Mata air, Sumur, Pipa, Sungai, Embung 10
3 Bansari Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai 8
4 Bulu Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,
Jalan Desa
Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9
5 Temanggung Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,
Jalan Desa
Mata air, Sumur, PDAM 8
6 Tlogomulyo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9
7 Tembarak Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, PDAM, Pipa, Sungai 9
8 Selopampang Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9
9 Kranggan Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa
Sumur, PDAM 7
10 Pringsurat Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa
Mata air, PDAM, Pipa, Embung 8
11 Kaloran Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,
Jalan Desa
Sumur, PDAM, Sungai 8
12 Kandangan Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai 8
13 Kedu Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa
Sumur, PDAM, Sungai 8
14 Ngadirejo Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa
Sumur, Pipa, PDAM, Sungai 9
15 Jumo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, PDAM, Sungai 8
16 Gemawang Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Sungai 7
17 Candiroto Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,
Jalan Desa
Sumur, Pipa, Sungai 8
18 Bejen Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa
Sumur, Pipa 7
19 Tretep Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai, Embung 9
20 Wonoboyo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa 7
Sumber: Hasil Analisis, 2011
-
7/26/2019 BAB VI B
20/41
VI-71
Berdasarkan hasil penilaian diatas menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki kelengkapan prasarana paling sedikit terdapat di
Kecamatan Kranggan, Gemawang, Bejen dan Wonoboyo. Setelah melakukan analisis kelengkapan sarana dan prasarana maka dapat
diketahui kecamatan mana saja yang mempunyai sarana dan prasarana yang masih kurang. Untuk mengetahui jumlah keseluruhan dapat
dilakukan dengan analisis skoring terhadap penyedian sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 6.10. berikut ini.
Adapun nilai/ skornya adalah sebagai berikut;
Perhitungan:
- Rentang, didapat dari nilai sarana tertinggi dikurangi sarana terendah.
Rentang = 24 - 18 = 6
- Banyaknya kelas adalah 3
- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 6 : 3 = 2
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
24 26 = Skor 3
21 23 = Skor 2
1820 = Skor 1
-
7/26/2019 BAB VI B
21/41
VI-72
Tabel 6.39.Skor Ketersediaan Sarana dan Prasarana Permukiman
No Kecamatan Sarana Prasarana Total nilai Skor
1 Parakan 13 9 22 4
2 Kledung 7 10 17 2
3 Bansari 8 8 16 1
4 Bulu 8 9 17 2
5 Temanggung 11 8 19 3
6 Tlogomulyo 8 9 17 2
7 Tembarak 7 9 16 1
8 Selopampang 7 9 16 1
9 Kranggan 9 7 16 1
10 Pringsurat 10 8 18 2
11 Kaloran 10 8 18 2
12 Kandangan 9 8 17 2
13 Kedu 9 8 17 2
14 Ngadirejo 9 9 18 2
15 Jumo 10 8 18 2
16 Gemawang 10 7 17 2
17 Candiroto 10 8 18 2
18 Bejen 8 7 15 1
19 Tretep 7 9 16 1
20 Wonoboyo 7 7 14 1
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
-
7/26/2019 BAB VI B
22/41
VI-73
Hasil skor yang diperoleh dari ketersediaan sarana dan prasarana ini akan digabungkan dengan total skor penilaian kumuh sebelumnya.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6.40.
Total Skor Penilaian Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh
di Kabupaten Temanggung
No KecamatanSarana &
Prasarana
Kepadatan
Bangunan
Kondisi
Rumah
Tingkat
Kemiskinan
Jumlah
Skor
1 Parakan 4 3 2 2 11
2 Kledung 2 4 4 4 14
3 Bansari 1 3 4 2 10
4 Bulu 2 3 1 2 8
5 Temanggung 3 2 1 2 8
6 Tlogomulyo 2 3 4 2 11
7 Tembarak 1 2 2 2 7
8 Selopampang 1 1 4 1 7
9 Kranggan 1 1 3 1 6
10 Pringsurat 2 1 3 1 7
11 Kaloran 2 1 4 2 9
12 Kandangan 2 1 3 3 9
13 Kedu 2 2 4 1 9
14 Ngadirejo 2 3 4 3 12
15 Jumo 2 2 4 3 11
16 Gemawang 2 1 4 3 10
17 Candiroto 2 1 4 2 9
18 Bejen 1 1 4 2 8
19 Tretep 1 2 4 3 10
-
7/26/2019 BAB VI B
23/41
VI-74
20 Wonoboyo 1 2 4 2 9
Pada tabel diatas dapat diketahui 2 kecamatan yang akan dijadikan lokasi prioritas penanganan permukiman kumuh di Kabupaten
Temanggung, yaitu Kecamatan Kranggan dan Pringsurat.
Permukiman disekitar Kawasan Lindung
Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang disekitar kawasan lindung di Kecamatan Selopampang,
Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan, Kledung, Bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo, Tretep sedangkan kawasan resapan air berada
di Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari dan Kandangan. Kawasan lindung dan resapan air merupakan kawasan yang
dilarang untuk dibangun permukiman. Namun dalam kenyataannya ada permukiman-permukiman yang dibangun oleh penduduk pada
lokasi tersebut.
Permukiman disepanjang Bantaran Sungai
Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sepanjang bantaran sungai sungai deres yang berada di
Kecamatan Ngadirejo, Bantaran kali pacar yang berada di Kelurahan Temanggung I dan Temanggung II, dan bantaran kali jambe yang
berada di Kelurahan Butuh yaitu disebelah sepanjang sungai yang melintasi sungai dekat Pasar Kliwon temanggung. Rumah-rumah
tersebut dibangun dengan jarak yang hanya beberapa meter dari bibir sungai, atau tidak memiliki jarak batasan dengan sungai, sehingga
-
7/26/2019 BAB VI B
24/41
VI-75
tidak mengindahkan adanya sempadan sungai. Kondisi ini sangat membahayakan, sebab rumah yang dibangun pada bantaran sungai
sangat berpotensi terjadi longsor atau banjir akibat luapan sungai.
Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan bencana alam tanah longsor di
Tretep, Wonoboyo, bejen, candiroto, Gemawang, kandangan, Kaloran, Pringsurat dan Selopampang, daerah rawan bencana tersebut
memiliki karakteristik yang relatif sama, yaitu topografi yang curam (15-40% dan >40%), serta kondisi tanah yang labil menyebabkan
daerah tersebut rawan bencana.
Permukiman di Kawasan Rawan Kekeringan
Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan kekeringan berada di Kecamatan
Pringsurat, Kranggan, kaloran, kandangan, Candiroto, Bejen dan Jumo, ketika musim kemarau tiba, daerah-daerah tersebut sering dilanda
kekeringan. Adapun usaha penduduk untuk mendapatkan kebutuhan air bersih adalah dengan membuat sumur. Masyarakat yang berada
di daerah tersebut telah terbiasa dengan kondisi seperti ini.
6.5.2.2
Alternatif Penanganan
Alternatif penanganan yang dilakukan untuk perumahan dan permukiman yang bermasalah di Kabupaten Temanggung dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
-
7/26/2019 BAB VI B
25/41
VI-76
Tabel 6.41.
Alternatif Penanganan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Baru di Kabupaten Temanggung
KLASIFIKASI
KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUANPERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
Kawasanpermukiman
perkotaan baiksudah terbangunmaupunkawasan siapbangun
Pembangunanperumahan baru di
kawasan perkotaan baikyang dibangun olehmasyarakat secaraswadaya secara legalmaupun oleh developeratau pengembang
perumahanTujuan :- Untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagipenduduk KabupatenTemanggung
- Pembangunan baruuntuk perumahan danpermukiman sesuairencana IKK pada
masing-masingkecamatan
- Adanya pengawasan
untuk menghindaripembangunan
perumahan di daerahsawah produktif
Mencegah pembangunan rumah barudengan tipe kapling besar (> 200 m2)
KDB, KLB, Sempadan Jalan, SempadanBangunan untuk pusat kota dengankepadatan > 1000 unit/Ha, dibangunsecara vertikal.
Pembangunan jalur hijau di tepi sungai
Pembangunan jalan inspeksi di tepi sungai
Penetapan garis batas dari darat ke laut
sejauh 12 mil
Melakukan intensifikasi lahan perkotaansesuai peruntukkan di RUTRK
(Mengacu pada Keputusan Menteri NegaraPerumahan dan Permukiman Nomor:10/KPTS/M/1999)
Pembangunan permukiman penduduk dilokasi yang padat.
Membangun jalan inspeksi dan jalur hijaudi tepi sungai
Diarahkan pada daerah-daerah yang dilalui jalan
propinsi, yaitu KecamatanPringsurat, Kranggan,Temanggung, Kedu,Parakan, Ngadirejo,candiroto dan Bejen
Mengatur investasi rumah di Kabupaten
Temanggung, khususnya bagi parapendatang yang berinvestasi dan tidaktinggal di Kabupaten Temanggung supayamenjadikan rumah investasi tersebut tidakhanya sebagai bangunan kosong saja,
namun dipergunakan, misalnya sebagairumah tinggal/usaha
Pembuatan aturan yang menyempurnakan
aturan investasi rumah di KabupatenTemanggung
Mempetakan kawasan yang berpotensi
sebagai kawasan resapan air dan wisatadengan kepadatan rendah untuk lokasipembangunan baru
Pengaturan pembangunan perumahan dan
permukiman yang disesuaikan dengankondisi fisik dan lingkungan lahan tempatdibangunnya kawasan tersebut, sehinggamasing-masing fungsi kawasan dapat
terakomodir dan terkoneksi dengan baik
Mempetakan kawasan perumahan danpermukiman yang terletak disekitar
kawasan industri
Pengaturan jarak lokasi industri denganperumahan dan permukiman serta dengan
melakukan pembangunan penghalang yang
-
7/26/2019 BAB VI B
26/41
VI-77
KLASIFIKASIKAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUANPERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
berupa jalur atau jalur terbuka hijau
Mengoptimalkan lahan perumahanperkotaan yang masih memiliki kepadatanrendah dan kepadatan sedang
Mengembangkan perumahan sesuai
dengan dengan RUTRK IKK masing-masing
Pembangunan rumah baru oleh masyarakatsecara swadaya atau developer/pengembang perumahan dengan
pendekatan Kasiba/ Lisiba
Mencegah pembangunan massal olehindividu / broker dengan penjualan kaplingsecara bebasPembuatan peraturan tentang tata caramendirikan bangunan di pusat kota : IMB,
Sempadan Bangunan, Sempadan Jalan,KDB, KLB dan ketinggian Bangunan
Mengkaitkan antara pusat-pusat kota danpusat-pusat pertumbuhan baru
Membangun jaringan jalan/mengembangkan jalan yang berpotensiuntuk menghubungkan pusat-pusat
pertumbuhan
- Kecamatan Kranggan- Kecamatan Temanggung
- Kecamatan Parakan
- Kecamatan Ngadirejo- Kecamatan Candiroto
Mempertahankan kawasan resapan air
Membangun di kawasan yang memiliki
sumber air bersih
Membuat sumur resapan, embung untuklokasi yang tidak memiliki sumber air
bersih.
Mempertimbangkan lokasi permukiman di
daerah banjir
Pembangunan jaringan drainase.
Pembangunan sarana & prasarana (primer& sekunder) pendukung perumahan baru
Pembangunan perumahan baru
diprioritaskan di lokasi tegalan danpengoptimalan bangunan di tanahpekarangan
Mempertanahkan sawah yang ada
Memperhatikan/melindungi kawasanlindung/konservasi
Pembangunan Perumahan denganpendekatan Kasiba/Lisiba
-
7/26/2019 BAB VI B
27/41
VI-78
KLASIFIKASIKAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUANPERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
Kawasanpermukiman diwilayah yangbercirikan
perdesaan baiksudah terbangun
maupunkawasan siapbangun
Kawasan yangmempunyai arahankegiatan utama pertaniantermasuk pengelolaan
sumber daya alam.Tujuan :
Pemenuhan kebutuhanperumahan untukpembangunan baru Kab.Temanggung dengan
tidak merusak sumberdaya alam / kawasanlindung
Pembangunan perumahan barudiprioritaskan di lokasi tegalan
Sesuai dengan RTRW kawasan yang
mempunyai kelerengan 25% - 40% ataulebih tidak digunakan untuk permukiman
Lokasi pembangunan baru diprioritaskan
untuk kelurahan/desa yang memilikitegalan, dengan persyaratan: tidak rawanbencana, memiliki kelerengan 2% - 15%,
memiliki kelengkapan fasilitas sosial danumum, adanya sumber air, serta
kesesuaian dengan RTRW
Menghubungkan jalur-jalur pusatpertumbuhan desa
Pembangunan RSH, RSS, menengah, danmewah. Lebih diutamakan RSH dan RSSyang diprioritaskan untuk MasyarakatBerpenghasilan Rendah (MBR)
Pembangunan sarana dan prasarana dasarperumahan dan permukiman, seperti jalan,
sanitasi, drainase, air bersih, telepon,listrik, dan fasilitas pendukung sepertipendidikan, kesehatan, peribadatan, ruangpublik di pusat pertumbuhan desa
Diluar wilayah IKK/kawasanyang bercirikan perdesaan,yaitu di seluruh kecamatankabupaten temanggung.
Mempertahakan karakteristik perdesaanyang ada dan adanya laranganmembangun tanpa mempertimbangkanRUTRK yang ada
Mengendalikan para developer (resmi)
yang menjual bebas kapling dengan luasanyang melebihi luasan dari luas kaplingmaksiman di RTRW
Penegasan tindakan persuasif dan represifbagi pelanggar
Pengawasan & pengendalian pembangunanunit rumah baru di sepanjang bantaran
sungaiPembangunan tanggul di tepi sungaiagar tidak longsor
Sumber: Hasil Analisis, 2011
-
7/26/2019 BAB VI B
28/41
VI-79
Tabel 6.42.Alternatif Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung
KLASIFIKASIKAWASAN
DEFINISI, KRITERIADAN TUJUAN
PERLINDUNGANARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
KawasanSempadan Sungai
Kawasan sempadan sungaiadalah kawasan sepanjang
kanan kiri sungai, termasuksungai buatan/ saluran
irigasi primer, yangmempunyai manfaat pentinguntuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai.Kriteria:10 15 m, diperkirakancukup untuk dibangun jalan
inspeksi, untuk sungai dikawasan permukiman
Tujuan perlindungan :Melindungi sungai darikegiatan manusia yangdapat mengganggu dan
merusak kualitas air sungai,kondisi fisik pinggir dan
dasar sungai sertamengamankan aliransungai.
Sempadan bangunan (tanpatanggul)
Anak sungai/ sungai kecil dengankedalaman < 3 m garis sempadanbangunan : 10 m dari tepi sungai
Sungai dengan kedalaman 3-20 m
garis sempadan bangunan : 15 m daritepi sungai.
Sungai dengan kedalaman < 30 meter
: sempadan bangunan 30 meter daritepi sungai.
Garis sempadan bangunan di tepi
jalan inspeksi minimal 7.5 m dari asjalan
Sempadan bangunan (bertanggul)
3 meter di sebelah luar sepanjangkaki tanggul
Anak sungai/ sungai kecil dengankedalaman < 3 m garis sempadanbangunan minimal 3 m dari batas
tanggul. Sungai dengan kedalaman >3m garis
sempadan bangunan minimal 5 m dari
batas tanggul Pencegahan dan Pengendalian
pembangunan perumahan baru disepanjang bantaran sungai.
RESTRUKTURISASI:
Redevelopment
- Upaya penataan kembalisuatu kawasan perumahandan permukiman kumuhdengan terlebih dahulumelakukan pembongkaran
sarana dan prasarana darisebagian atau seluruhkawasan yang telah
dinyatakan tidak dapat lagidipertahankankehadirannya.
- Perubahan strukturalperuntukan lahan sertaketentuan-ketentuan
pembangunan lainnyayang mengaturpembangunan baru (KDB,KLB, GSB, dll) yang
biasanya terjadi.
Renewal (Peremajaan)
Kawasan tepi sungai yangtidak bertentangan dengan
RUTR, RDTR, RTRK danbukan diperuntukan jalursungai
Pembuatan peraturandaerah tentang larangan dan
pemberian sanksi
- Sungai Progo :Kecamatan Ngadirejo, jumo,
Kedu, kandangan, Kranggan,tembarak, Selopampang
- Sungai Bodri :Kecamatan Wonoboyo, Candirotodan Bejen
-
7/26/2019 BAB VI B
29/41
VI-80
KLASIFIKASIKAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUANPERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
pembuatan bangunan di atasbantaran sungai
Sempadan dapat diwujudkan
dalam bentuk jalan inspeksiminimal lebar 7,5 m.
KawasanPerumahan diKawasan Banjir
Terdapat 2 kriteria untukpermasalahan kawasanbanjir : genangan sepanjangtahun dan genangan
periodik
- Kawasan rawan bencana banjir sedapatmungkin tidak dipergunakan untukpermukiman, demikian pula kegiatanlain yang dapat merusak atau
mempengaruhi kelancaran sistemdrainase.
- Pada daerah rawan banjir ini perluadanya pemantapan kawasan lindung
di antaranya dengan langkah reboisasijenis tanaman khusus ( tanamantahunan).
- Perlu penambahan kualitas dankuantitas sarana prasarana pendukungperumahan dan permukiman
Rehabilitasi (Perbaikan)-Mengembalikan kondisi
komponen-komponen fisikkawasan permukiman yang
telah mengalami kemundurankondisi atau degradasi kepadakondisi asalnya, sehinggadapat berfungsi kembali.
-Konsep penanganan ini untukmemperbaiki sarana danprasarana.
-Pengadaan sarana danprasarana terutamadiarahkan: Untuk kawasan
rawan bencana banjir dikawasan perumahan danpermukiman yang berada dikawasan sempadan sungai,
jika masih memungkinkan
tanpa harus melalui relokasikeluar kawasan, maka dapatdibangun tanggul pengaman,dengan syarat tetap
diberlakukan sempadanbangunan dan syarat lainnya.Sedangkan untuk genangansepanjang tahun, penanganan
- Kecamatan Parakan- Kecamatan Kedu- Kecamatan Temanggung
-
7/26/2019 BAB VI B
30/41
VI-81
KLASIFIKASIKAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUANPERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
diarahkan pada normalisasisaluran.
KawasanPerumahan di
koridor SUTET dan
SUTT
Perumahan yang berada disepanjang jaringan/saluran
tegangan ekstra tinggi.
Lokasi rumah :A. Rumah yang terletak
langsung dibawahmenara SUTET danSUTT
B. Rumah yang terletak disepanjang jaringanSUTET dan SUTT yangberjarak < 9 meter
C. Rumah yang terletak disepanjang jaringan
SUTET dan SUTT yangberjarak > 9 meter
Tujuan :Melindungi warga
yang tinggal di sekitarjaringan SUTET dan SUTTdengan bahaya-bahaya
yang akan terjadi
Mencegah dan pengendalianpembangunan baru disepanjang jaringan
SUTET dan SUTT
Pemberian sanksi atau larangan bagimasyarakat yang membangun rumahbaru di lokasi jaringan SUTET dan SUTTMenyarankan kepada masyarakatpenggunaan bahan bangunan rumah
yang bukan penghantar panas yang baik(larangan penggunaan seng untukatapnya)Pembuatan jalan inspeksi di kanan kiri
jalur listrik tegangan tinggi, dengan lebarjalan 9 m.
Menanam tanaman di sekitar jaringansebagai barrier/jalur hijau yang tidakmengganggu jaringan agar mengurangidampak yang ditimbulkan SUTET dan
SUTT
Membuat peraturan daerahyang melarang pembangunan
baru dan tidak memberi ijin
atau pemberian sertifikat (untukmelegalkan lahan) bagipenduduk yang mengajukan ijintsbSosialisai kepada masyarakat
tentang bahaya radiasi yangditimbulkan oleh jaringanSUTET dan SUTTMenambah barrier di sekitar
perumahan dengan jenis tidakmengganggu jaringan SUTET
dan SUTT.
- Kecamatan Kandangan- Kecamatan Kaloran
- Kecamatan Pringsurat
-
7/26/2019 BAB VI B
31/41
VI-82
KLASIFIKASIKAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUANPERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
KawasanPermukiman diRawan Bencana/Longsor
Kawasan rawan bencanaadalah kawasan yangteridentifikasi sering terjadibencana alam seperti tanah
longsor, letusan gunungberapi, banjir, dan
kekeringan.Kriteria:Kawasan rawan tanahlongsor
Daerahnya labilMempunyai kemiringanlahan yang ekstrim > 40%.
Tujuan perlindungan :Melindungi daerah rawanbencana dari kegiatanmanusia yang dapatmenimbulkan dan merusakkehidupan manusia.
Pengawasan dan Pengendalianpembangunan perumahan baru di daerahyang rawan longsorKepadatan bangunan diarahkan dengan
kepadatan rendah, harus adapembatasan kepadatan dan pertumbuhan
fisik aktivitas kawasan.Kepadatan diarahkan < 30 unit/ Hadengan luas lantai bangunan < 100 m2.
Membuat peraturan daerahyang melarang pembangunanbaru dan tidak memberi ijinatau tidak pemberian sertifikat
(untuk melegalkan lahan) bagipenduduk yang mengajukan ijin
tsb
- Kecamatan Selopampang,tembarak, Tlogomulyo, bulu,Parakan, kledung, bansari,Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo,
dan Tretep, Kledung, Bansari,Tretep, Bulu
-
7/26/2019 BAB VI B
32/41
VI-83
KLASIFIKASIKAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUANPERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
KawasanPermukiman diResapan Air
Kawasan yang terdapatsumber mata air yangdigunakan penduduk untukkebutuhan sehari-hari.
Tujuan :Melindungi dan menjaga
kelestarian jumlah, kualitas,penyebaran tata air,kelancaran, ketertiban,pengaturan air dan sumber-
sumber air
Sempadan mata air dapat dibangunsuatu bangunan dengan jarak minimal200 m dari sumber mata air
Pembuatan peraturan untuktidak diijinkan pembangunanbaru di kawasan lokasi tersebut.Sosialisai kepada masyarakat
tentang pembangunan disekitarmata air.
- Kecamatan Wonoboyo, Tretep,Bejen, Candiroto, Bansari danKandangan
KawasanPermukimanKumuh
Kawasan hunian masyarakatdengan ketersediaan saranaumum buruk atau tidak ada
sama sekali dan kepadatanbangunan netto yang tinggi.
Kawasan ini jugaditunjukkan dengan kualitaslingkungan yang kurangmemperhatikan kesehatan,
seperti: masih berdindingbambu, berlantai tanah, danbersampingan denganternakKategori: slums dansquatters
Slums : permukiman yanglegal, namun secara fisik,
Penataan dan peremajaan kawasanlingkungan perumahan dan permukimandengan kepadatan tinggi
Merencanakan secara optimalpenggunaan lahan
Pembangunan Rumah Susununtuk kawasan pusat kotadengan kepadatan tinggi
/kumuh beratPembuatan rencana detail
geometric pengaturan kawasanpermukiman kumuh
- Kecamatan Temanggung ;Kelurahan Temanggung I,Temanggung II , gilingsari,
Banyuurip, Butuh dan Kertosari- Kecamatan Parakan :
Kelurahan Parakan Wetan danWanutengah
- Kecamatan Ngadirejo :Kelurahan Ngadirejo
Mengoptimalkan implementasi rencana,
pengawasan, dan perijinanpembangunan perumahan
Land re-adjustment (penataan
permukiman) dan peremajaanpermukiman di kawasanperkotaan
-
7/26/2019 BAB VI B
33/41
VI-84
KLASIFIKASIKAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUANPERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
sosial budaya dan sosialpolitik mengalami degradari,sehingga daya dukung lahantidak dapat dimanfaatkan
secara optimal.Squatters:
lingkungan permukiman liaryang menempati lahanillegal, kondisi fisiklingkungan dan bangunan
jelek, tanpa dilayani saranadan prasarana.Tujuan:
Penataan dan peningkatankawasan lingkunganpermukiman menjadi tertatadan lebih sehat.
Pengembangan perumahan denganbatas-batas tertentu untuk kawasan yangtermasuk dalam kategori kumuh ringan.
Pemberian status kepemilikanlahan bagi para pemukim yangmenempati lahan yang sesuaidengan peruntukannya
Melibatkan masyarakat secaralangsung dalam proses
perencanaan dan penataan(participatory planning) sejakawalPenyediaan sarana dan
prasarana (P3KT dan PKL)
- Perbaikan dan peningkatan kualitaslingkungan untuk kawasan kumuh
- Pengendalian terhadap permukimankumuh
- Pembuatan Ruang Terbuka Hijau
KawasanPermukiman diBantaran Rel
Perumahan yang berada disepanjang kanan kiri relkereta api.
Tujuan : Mengurangipertumbuhan permukimanwarga yang tinggal di
bantaran rel supaya tidakterus bertambah karenalokasi ini sebatas lokasi hak
pakai yang sewaktu-waktubias dapat dilakukanpemugaran.
Pencegahan dan Pengendalianpembangunan perumahan baru disepanjang Bantaran rel
Pembuatan peraturan yangmelarang pembangunan baru dikawasan lokasi tersebut.
- Kecamatan Temanggung:Kelurahan Madureso, kertosari,Banyuuurip, Temanggung I,Sidorejo
- Kecamatan Kedu :Desa Candimulyo, Kedu,Mojotengah
- Kecamatan Parakan :Kelurahan Parakan wetan
Sumber: Hasil Analisis, 2011
-
7/26/2019 BAB VI B
34/41
VI-85
Tabel 6.43.Alternatif Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Pedesaan di Kabupaten Temanggung
KLASIFIKASI
KAWASANDEFINISI, KRITERIA DAN TUJUAN PERLINDUNGAN ARAHAN
ALTERNATIF
PENANGANANLOKASI
PenangananKawasanPermukimandi Wilayah
yangBercirikan
Perdesaan
Kawasan permukiman yang masih bercirikan perdesaan sepertipemanfaatan lahan mayoritas digunakan untuk pertanian, wisata danindustri.
Strategi penanganan permukiman diwilayah kawasan perdesaan di KabupatenTemanggung akan diarahkan padaprogram pengadaan prasarana dasar
permukiman perdesaan.
Kegiatan PenyediaanAir BersihKegiatan PenyehatanLingkungan
- Hampirsemuakecamatan di
kabupaten
temanggung
Tujuan :
- Karakteristik wilayah yang bercirikan perdesaan masih dipertahankandan melindungi kawasan menjadi daerah resapan air
- Pengembangan wilayah yang bercirikan perdesaan dengan memilihdesa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat pertumbuhan.
- Mempertahankan potensi kawasan yang ada
Pengaturan jarak lokasi industri denganperumahan dan permukiman serta denganmelakukan pembangunan penghalang
yang berupa jalur atau jalur terbuka hijauPeningkatan kualitas dan kuantitas saranapendukung pusat aktivitas di pedesaan
Dengan mengembangkan KawasanPermukiman industri rumah tangga.
Hal ini dapat berupa aglomerasi usaha,sehingga menciptakan keuntungankolektif.
Kegiatan PerbaikanPerumahanPermukiman
KTP2D-DPP padalahan-lahan yangmempunyai embriountuk peningkatanperekonomian
masyarakatperdesaanPembangunan
prasarana dansarana pendukung
perkembanganmasyarakatperdesaan yang
memiliki ciri khususSosialisasi danpembinaan tentangrumah sehat kepadamasyarakat yangtinggal di wilayahyang bercirikan
perdesaan.
-
7/26/2019 BAB VI B
35/41
VI-86
KLASIFIKASI
KAWASANDEFINISI, KRITERIA DAN TUJUAN PERLINDUNGAN ARAHAN
ALTERNATIF
PENANGANANLOKASI
Redefinisi, khususnya
rehabilitasi(perbaikan), yaiturumah temporeryang sudah tidak
layak huni.
Pelatihan danpembentukanKlaster, sesuaidengan potensi
masing-masingdaerah- Pelatihan dan
pembentukanKlaster usaha,sesuai denganpotensi masing-masing daerah
- Pembangunan
sarana danprasaranapermukiman sertausaha/wisata/daer
ah-daerah khususyang memiliki
embrio untukpeningkatanperekonomianpenduduk
Sumber: Hasil Analisis, 2011
-
7/26/2019 BAB VI B
36/41
VI-87
6.5.3 Analisis kawasan Permukiman Bercirikan Pedesaan
RTRW Kabupaten Temanggung telah menetapkan kawasan perkotaan dan
pedesaan dan untuk wilayah perencanaan kawasan pedesaan meliputi seluruhkecamatan di temanggung, sedangkan untuk wilayah perencanaan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kabupaten
Temanggung tahun 2011 ini, terdapat 14 kecamatan yang masuk wilayah pedesaan.
6.5.3.1 Lokasi Kawasan Permukiman Bercirikan Perdesaan
Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No.327/KPTS/M/2002 yang menetapkan
bahwa kriteria suatu kawasan disebut sebagai kawasan perkotaan, didasarkan pada
fungsi kegiatan utama budidaya, bukan pertanian atau lebih dari 75% mata pencaharian
penduduknya di sektor perkotaan, dan memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya
10.000 jiwa serta kepadatan sekurang-kurangnya 50 jiwa/Ha. Dari data-data yang
diperoleh selanjutnya diolah untuk mendapatkan permukiman yang memiliki
karakteristik perkotaan dan perdesaan. Adapun permukiman yang memiliki
karakteristik Perkotaan terletak di Kecamatan Pringsurat, Kranggan, Temanggung, Kedu,
Parakan dan Ngadirejo, sedangkan sisanya memiliki karakteristik perdesaan.
Kawasan dengan ciri perdesaan mempunyai arahan kegiatan utama pertanian
mempunyai arahan kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman di wilayah yang bercirikan
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi, dalam
mengembangkan fungsi kawasan sebagai kawasan permukiman di wilayah yang
bercirikan perdesaan, diutamakan pada pengembangan kegiatan yang mendukung
fungsi pertanian.
6.5.3.2
Jenis dan Karakteristik Kawasan Permukiman Bercirikan Perdesaan
Jenis dan karakteristik perumahan dan permukiman mengkaji mengenai kondisi
fisik perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung. Pengkajian karakteristik
perumahan dan permukiman ini mencakup karakteristik bangunan Berdasarkan kualitas
fisik (tingkat penghunian), karakteristik aktivitas dan fungsi kawasan yang menjadi
arahan pengembangan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan. Dari
beberapa kawasan perdesaan yang memiliki aktivitas potensial ini, maka arah
-
7/26/2019 BAB VI B
37/41
VI-88
pengembangan kawasan permukiman perdesaan akan diarahkan pada kawasan
perdesaan yang pontesial tersebut. Arah ini akan membuka pusat-pusat pertumbuhan
baru dengan kelengkapan fasilitas yang ada. Kawasan permukiman perdesaan adalah
kawasan yang berada di luar kawasan perkotaan. Kawasan ini sebagian besar berfungsi
sebagai kawasan pertanian.
Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung
diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai
salah satu usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-
hambatan strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi
dengan tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya
hambatan-hambatan fisik lawasan dan sistem jaringan yang belum memadai.
Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten
Temanggung adalah sebagai berikut:
1. Memilih desa-desa potensial menjadi desa-desa pusat pertumbuhan.
2. Pengembangan aktivitas wisata yang mendukung pertanian berupa agrowisata,
agrobisnis dan agroindustri yang terpadu dan saling terkait.
3. Peningkatan sumber daya manusia dan buatan, agar keberadaan manusia menjadi
prioritas utama pengembangan wilayah perdesaan yang cenderung terbelakang.
6.5.3.3 Tingkat Penghunian
Tingkat penghunian rumah digunakan untuk menghitung dan mengetahui
jumlah penghuni atau orang yang menempati satu rumah, cara menghitung jumlah
penghunian rumah pada masing-masing desa dilakukan dengan membagi antara jumlah
penduduk dengan jumlah rumah. Berdasarkan perhitungan tingkat penghunian
permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat diketahui bahwa rata-rata
tingkat penghuni 4, yaitu satu rumah rata-rata dihuni oleh 4 anggota keluarga. Adapun
hasil perhitungan jumlah penghunian rumah pada masing-masing kecamatan yang
merupakan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
-
7/26/2019 BAB VI B
38/41
VI-89
Tabel 6.44.Tingkat Penghunian Permukiman Perdesaan di Kabupaten Temanggung
No KecamatanJml.Pend. Jml Tingkat
Jiwa Rumah Hunian1 Kledung 26.310 7.186 4
2 Bansari 22.696 4.915 5
3 Bulu 44.021 12.427 4
4 Tlogomulyo 21.024 7.569 3
5 Tembarak 28.310 6.380 4
6 Selopampang 18.254 4.083 4
7 Kaloran 43.394 10.504 4
8 Kandangan 47.423 10.624 4
9 Jumo 27.936 7.133 4
10 Gemawang 29.701 7.836 4
11 Candiroto 31.960 7.658 4
12 Bejen 20.163 5.228 4
13 Tretep 19.530 4.809 414 Wonoboyo 24.062 6.135 4
JUMLAH 730.409 177.182 4
6.5.3.4 Kualitas Fisik
Kualitas fisik permukiman dapat dilihat dari kondisi bangunan rumah pada
Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung. Kondisi bangunan
permukiman perdesaan, berdasarkan data jumlah rumah menurut permanensi bangunan
di Kabupaten Temanggung tahun 2011 dapat diketahui bahwa jumlah rumah di Kawasan
permukiman perdesaan adalah sebesar 102.487 unit dengan jumlah rumah paling banyak
berupa semi permanen sebanyak 42.625 unit.
Jumlah rumah paling banyak di Kawasan permukiman perdesaan, terdapat di
Kecamatan Kandangan yaitu sebanyak 3.940 unit rumah, sedangkan kecamatan yang
mempunyai jumlah rumah terkecil terdapat di Kecamatan Tretep, yaitu sebanyak 2.142
unit rumah. Selengkapnya mengenai jumlah dan kondisi bangunan pada masing-masing
kecamatan di Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
-
7/26/2019 BAB VI B
39/41
VI-90
Tabel 6.45.Karakteristik Kualitas Permukiman Perdesaan di Kabupaten Temanggung
No Kecamatan
Jenis Rumah (unit)
JumlahPermanen % Semi Permanen % Sederhana %
1 Kledung 1.172 4 3.660 9 2.354 8 7.186
2 Bansari 1.271 4 2.620 6 1.024 3 4.915
3 Bulu 7.323 25 3.262 8 1.842 6 12.427
4 Tlogomulyo 1.706 6 2.909 7 2.954 10 7.569
5 Tembarak 2.760 9 2.942 7 678 2 6.380
6 Selopampang 1.022 3 2.142 5 919 3 4.083
7 Kaloran 2.411 8 3.875 9 4.218 14 10.504
8 Kandangan 3.724 13 3.940 9 2.960 10 10.624
9 Jumo1.371
53.418
82.344
87.133
10 Gemawang 1.418 5 3.254 7 3.164 10 7.836
11 Candiroto 1.828 6 2.903 7 2.927 9 7.658
12 Bejen 1.341 5 2.728 6 1.159 4 5.228
13 Tretep 824 3 2.142 5 1.843 6 4.809
14 Wonoboyo 1.223 4 2.830 7 2.082 7 6.135
JUMLAH 29.394 42.625 30.468 102.487
Sumber :Kab. Temanggung dalam angka, Tahun 2011
6.5.3.5 Pola Pemanfaatan Lahan
Karakteristik pemanfaatan lahan di kawasan yang bercirikan perdesaan di
Kabupaten Temanggung secara umum terdiri dari penggunaan yang digunakan sebagai
kawasan pertanian, dan yang lain digunakan sebagai kawasan industri (besar, menengah
dan kecil). Untuk aktivitas industri di kawasan yang bercirikan perdesaan secara umum
diarahkan pada aktivitas industri dan mendukung aktivitas pertanian, serta industri
rumahtangga.
Pola pemanfaatan lahan tersebut menjadi karakteristik dan jenis yang dapatmenjadi dasar pengembangan permukiman di kawasan yang bercirikan perdesaan yang
memiliki karakter yang kuat. Wilayah kecamatan (pedesaan) yang cocok untuk
dikembangkan dan yang memiliki karakteristik industri adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan KANDANGAN :
Industri makanan Pisang Aroma di Desa Gesing.
2. Kecamatan KEDU :
Industri Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari
-
7/26/2019 BAB VI B
40/41
VI-91
3. Kecamatan KALORAN :
Industri Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh
4. Kecamatan PRINGSURAT :
Industri Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan
Sedangkan untuk wilayah pedesaan yang perlu dikembangkan sebagai kawasan
wisata yaitu sebagai berikut:
1. Kecamatan GEMAWANG :
Wisata curug lawe
2. Kecamatan Kecamatan NGADIREJO :
Wisata Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit
3. Kecamatan WONOBOYO :
Wisata Air Terjun Trocoh
4. Kecamatan CANDIROTO :
Wisata Air Terjun Onje dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento
5. SELOPAMPANG :
Wisata Pelestarian habitat alam di Desa Walitis
6. Kecamatan BULU :
Wisata Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli dan Kerajinan Mendong
6.5.3.6
Pembangunan Permukiman Swadaya Masyarakat
Pembangunan swadaya yang dilakukan masyarakat di Kawasan permukiman
perdesaan di Kabupaten Temanggung, dapat dilihat dari tingkat golongan
-
7/26/2019 BAB VI B
41/41
masyarakatnya. Sebagian besar masyarakat yang ada di Kawasan pemukiman perdesaan
merupakan masyarakat golongan menengah rendah, yang perlu membutuhkan bantuan
dari pemerintah dalam pembangunan perumahannya. Bantuan tersebut dapat berupa
pinjaman dari koperasi dan kemudahan dalam peminjaman kredit untuk pembangunan
rumah sangat sederhana mandiri. Atau dapat dilakukan oleh pemerintah dengan
pembangunan perumahan sangat sederhana yang diberikan kepada masyarakat
menengah rendah, dan untuk mendapatkan dapat melalui angsuran.