bab vi b

Upload: kurnia-dollyansyah

Post on 02-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 BAB VI B

    1/41

    VI-52

    6.5 Analisis Kesesuaian Lahan Bagi Permukiman

    Untuk menganalisis kesesuaian lahan bagi permukiman, digunakan input dari

    kondisi dan karakteristik fisik alam. Kawasan permukiman termasuk kawasan budidaya,sehingga penetapannya disesuaikan dengan SK Mentan No.837/KPTS/UI/UM/11/1980

    dan No.683/KPTS/UM/8/1981. Menurut SK mentan ini, suatu kawasan dapat

    dibedakan menjadi kawasan lindung, kawasan budidaya, dan kawasan penyangga.

    Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam penetapan kawasan lindung adalah

    kelerengan, jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi, dan intensitas curah hujan di

    wilayah tersebut.

    1. Kelerengan

    Kelerengan atau kemiringan lahan diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu sebagai

    berikut:

    Tabel 6.30.

    No Kelas Lereng (%) Diskripsi

    1. I 0-8 Datar

    2. II 8-15 Landai

    3. III 15-25 Agar Curam

    4. IV 25-45 Curam

    5. V > 45 Sangat Curam

    2. Jenis Tanah Menurut Kepekaan terhadap Erosi

    Jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dapat digolongkan ke dalam 5 kelas,

    dan tiap kelasnya mempunyai bobot 15. Untuk jenis tanah kompleks, kelasnya sama

    dengan jenis tanah yang terpeka terhadap erosi yang terdapat dalam jenis tanah

    tersebut.

    Tabel 6.31.No Kelas Lereng (%) Diskripsi

    1. I Aluvial, tanah galeui, Planosol, HidromorfKelabu, Laterit Air Tanah

    Tidak Peka

    2. II Latosol Kurang Peka

    3. III Brown Forest Soil, Non Caltic Brown, Mediteran Agak Peka

    4. IV Andosol, Lateric, Grumusol, Podsolik, Podsol Peka

    5. V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka

  • 7/26/2019 BAB VI B

    2/41

    VI-53

    3. Curah hujan rata-rata

    Intensitas hujan yaitu rata-rata curah hujan dalam mililiter per tahun dibagi dengan

    rata-rata jumlah hari hujan setahun. Intensitas hujan ini juga dibagi dalam 5 kelas

    dengan bobot sebagai berikut:

    Untuk mengetahui perbedaan kawasan lindung dan budidaya, maka semua faktor

    yang tersebut diatas di skor dan dijumlahkan. Jumlah seluruh tersebut akan menentukan

    jenis peruntukan lahan yang seharusnya pada daerah yang bersangkutan. Untuk kriteria

    penetapan kawasan lindung dan budidaya akan berpedoman pada standar kriteria dan

    tata cara penetapan kawasan lindung dan budidaya dengan sistem skoring.

    Untuk memberikan gambaran rata-rata mengenai kriteria dan tata cara penetapankawasan menurut fungsinya berdasarkan SK Mentan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

    a. Kawasan Lindung

    - Wilayah atau lahan dengan kemampuan lahannya memenuhi syarat sebagai

    berikut:

    - Mempunyai lereng lapangan > 40%.

    -Merupakan jalur pengamanan aliran sungai atau sekurang-kurangnya 100 m disebelah kanan dan kiri aliran sungai tersebut.

    - Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya berjari-jari 200 m di

    sekeliling mata air tersebut.

    - Mempunyai ketinggian lebih dari 2.000 m diatas permukaan laut.

    - Untuk kepentingan khusus, ditetapkan oleh Mentan sebagai hutan lindung.

    b.

    Kawasan Penyangga

    Wilayah atau satuan lahan memenuhi kriteria sebagai berikut:

    - Dilihat dari segi ekonomi keadaan fisik areal atau memungkinkan untuk budidaya

    tanaman keras.

    - Lokasi secara ekonomi sudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga.

    - Tidak merugikan dari aspek ekosistem dan lingkungan.

  • 7/26/2019 BAB VI B

    3/41

    VI-54

    c. Kawasan Budidaya

    - Permukiman yang berada di kawasan lindung dan kawasan penyangga, terutama

    pemukiman di Kecamatan Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan,

    Kledung, Bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo dan Tretep dalam

    pengawasannya harus diperketat agar permukiman tidak semakin meluas hingga

    merambah ke daerah-daerah yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan

    kawasan penyangga. Kawasan lindung semacam ini harus terus dipertahankan

    keberadaannya karena mempunyai fungsi strategis dalam menjaga kelestarian

    lingkungan alam, yaitu mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi,

    dan menjaga fungsi hidrolik tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara

    tanah, air tanah dan air permukaan.

    - Pengembangan permukiman diarahkan di kawasan-kawasan yang mempunyai

    fungsi sebagai kawasan budidaya, terutama di Kecamatan Temanggung,

    Tlogomulyo, Kranggan, Kaloran, Kedu, Parakan, Ngadirejo dan Candiroto. Selain

    didukung oleh kondisi wilayah yang relatif rata dengan tingkat kelerengan

    berkisar antara 2-5%, juga tidak terjadi erosi. Dengan demikian dilihat dari segi

    keamanan untuk pengembangan kawasan permukiman di kecamatan ini

    mempunyai potensi besar sebagai pengembangan kawasan permukiman.

    Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung lebih didominasi oleh tanah kering.

    Kondisi lahan semacam ini pada umumnya dimanfaatkan untuk tegalan dan pertanian

    lahan kering. Berikut ini disampaikan kondisi penggunaan lahan di daerah perkotaan dan

    perdesaan.

    a. Penggunaan lahan perdesaan

    Tanah di daerah perdesaan digunakan bagi kehidupan sosial dan kehidupanekonomi. Kehidupan sosial, seperti berkeluarga, bersekolah, beribadat, berekreasi,

    berolah raga, dan sebagainya, dilakukan di dalam kampung, sedangkan kegiatan

    ekonomi seperti bertani, berkebun, berternak, memelihara dan menangkap ikan,

    menebang kayu di hutan, dan sebagainya, yang umumnya dilakukan di luar kampung,

    walaupun ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan di dalam kampung, seperti

    perindustrian, perdagangan, dan perusahaan jasa-jasa lain.

  • 7/26/2019 BAB VI B

    4/41

    VI-55

    Jadi penggunaan lahan di wilayah perdesaan adalah untuk perkampungan dalam

    rangka kegiatan sosial, dan untuk pertanian dalam rangka kegiatan ekonomi. Dengan

    demikian kampung di perdesaan merupakan tempat kediaman (dormitory settlement)

    tempat aktivitas (activity settlement).

    b. Penggunaan lahan perkotaan

    Kota dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan, pemasaran, kegiatan industri,

    peribadatan, pendidikan, dsb. Oleh karena itu sebagian tanah di kota digunakan untuk

    industri, dan jasa disamping tempat tinggal. Sementara itu kegiatan ekonomi perkotaan

    dapat dibedakan menjadi:

    1. Kegiatan ekonomi dasar (basic economis)yang membuat dan menyalurkan barang danjasa untuk keperluan luar kota, jadi untuk ekspor ke wilayah sekitar kota. Barang dan

    jasa itu berasal dari industri, perdagangan dll.

    Kegiatan ekonomi bukan dasar (non-basic activities) yang memproduksi dan

    mendistribusi barang dan jasa untuk keperluan penduduk kota sendiri. Kegiatan

    ekonomi ini disebut sebagai residential activitiesatau service activities.

    6.5.1 Analisis pengembangan Kawasan Permukiman Baru

    Pengembangan kawasan permukiman baru yang dilakukan secara formal oleh

    pemerintah dan swasta/ pengembang perumahan harus dilakukan koordinasi atau

    kerjasama dalam pembangunan perumahan skala besar. Pembangunan yang dilakukan

    oleh masyarakat secara swadaya bagi penduduk berpenghasilan tinggi membutuhkan

    pengaturan dan pengendalian, sedangkan untuk menengah ke bawah membutuhkan

    bantuan dari pemerintah. Pengembangan permukiman baru harus memperhatikan:

    1.Jumlah dan luasan penduduk yang tertampung,

    2. Lokasi - lokasi pengembangan,

    3. Pendekatan pembangunan skala besar swadaya.

    Pembangunan Skala Besar

    Penyediaan pembangunan perumahan sampai dengan tahun perencanaan

    membutuhkan suatu kawasan yang luas, terutama untuk masyarakat berpenghasilan

    menengah ke bawah. Salah satu cara pembangunan skala besar yang dikelola oleh Pemda

  • 7/26/2019 BAB VI B

    5/41

    VI-56

    adalah dengan cara pendekatan Kasiba/Lisiba. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) adalah

    sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan

    permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang

    pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Kawasan ini pertama kali harus dilengkapi

    dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata

    ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dan memenuhi persyaratan

    pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan. Sedangkan Lingkungan Siap

    Bangun (Lisiba) adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Kasiba ataupun

    berdiri sendiri. Lingkungan ini juga telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana

    lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan

    tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun

    kaveling tanah matang.

    Penyiapan Lokasi Kasiba oleh Pemerintah Daerah, harus memperhatikan

    beberapa persyaratan umum seperti tersebut di atas, namun selain itu ada beberapa hal

    yang perlu diperhatikan sesuai dengan PP No. 80 Tahun 1999, yaitu:

    1. Jumlah unit rumah yang dapat ditampung dalam satu Kasiba sekurang-kurangnya

    3000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya adalah 10.000 unit rumah;

    2. Lokasi tersebut telah dilayani jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan;

    3. Lokasi tersebut, telah dilayani fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas ekonomi

    setingkat kecamatan.

    Pembangunan skala besar yang ditangani developer diarahkan untuk

    pembangunan rumah golongan masyarakat kelas atas, karena pembangunan developer

    mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan. Lokasi pembangunan permukiman untuk

    skala besar di Kabupaten Temanggung ada beberapa lahan yang berpotensi, yaitu di

    Kecamatan Pringsurat dan Kranggan.

    Penyediaan rumah oleh pihak swasta antara lain yang dilakukan oleh para

    developer. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pihak pengembang

    perumahan, selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan rumah yang

    layak, juga mempunyai misi profit oiernted, sehingga dalam pelaksanaanya lebih didasari

    oleh proses kerja yang profesional, dengan tidak ada sama sekali sifat kegotong

  • 7/26/2019 BAB VI B

    6/41

    VI-57

    royongan. Meski demikian, diharapkan ada misi sosial yaitu menyediakan rumah yang

    layak yang dapat dijangkau oleh semua kalangan termasuk penduduk dengan

    penghasilan rendah. Seperti pembangunan rumah sangat sederhana (RSS), rumah

    sederhana (RS). Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan pola pengadaan

    perumahan 1:3:6, yang artinya setiap pembangunan 1 unit rumah mewah harus juga

    dibangun 3 unit rumah sederhana dan 6 unit rumah sangat sederhana.

    Alternatif lahan yang dapat digunakan untuk perumahan dan permukiman

    berdasarkan dari data kondisi lahan dan kondisi kelerengan kecamatan-kecamatan di

    Kabupaten Temanggung, sehingga lahan yang dapat digunakan adalah lahan tegalan,

    bukan lahan pertanian, lahan milik negara/pemerintah, lahan yang kemiringannya di

    bawah 40 %, tidak berada di pusat kota dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

    Kabupaten Temanggung. Untuk daerah pusat perkotaan yang memiliki kepadatan

    bangunan yang relatif tinggi, sehingga lahan yang tersedia untuk pembangunan

    perumahan baru dalam skala besar tidak dimungkinkan, sehingga pembangunan

    perumahan yang dilakukan di daerah perkotaan ada beberapa alternatif yang

    dimungkinkan antara lain:

    - Pembangunan perumahan baru di kawasan pusat kota dengan kepadatan bangunan

    yang relatif tinggi yang dilakukan oleh Bapermades.

    - Memanfaatkan lahan permukiman di lokasi yang masih memiliki kepadatan rendah,

    yaitu dengan cara mengoptimalkan lahan pekarangan yang masih dimungkinkan

    untuk dikembangkan.

    - Mengarahkan lahan kebutuhan perumahan untuk penduduk di kawasan perkotaan

    ke daerah pinggiran kota.

    Untuk daerah pinggiran atau daerah yang masih bercirikan perdesaan tidak semuanya

    dapat dibangun untuk perumahan dan permukiman. Alternatif pengembangannya

    adalah :

    - Di daerah yang kelerengannya di bawah 40 %.

    - Memanfaatkan tegalan bukan sawah irigasi teknis.

    - Bukan merupakan daerah konservasi/kawasan lindung.

  • 7/26/2019 BAB VI B

    7/41

    VI-58

    - Lokasi mudah dicapai dan sesuai dengan arah pengembangan dari rencana tata ruang

    kota.

    Pengembangan Perumahan Secara Swadaya Masyarakat

    Pengembangan perumahan secara swadaya yang dilakukan masyarakat di

    Kabupaten Temanggung, dapat dilihat dari tingkat golongan masyarakatnya. Biasanya

    untuk masyarakat golongan atas, mereka membangun permukiman kurang

    mengindahkan peraturan yang ada, sehingga perlu adanya pengaturan dan penertiban

    pembangunan perumahan dari pemerintah yang tegas, khususnya untuk perumahan

    yang ada di pusat Kabupaten Temanggung. Sedangkan untuk pembangunan swadaya

    yang dilakukan masyarakat untuk golongan menengah rendah, perlu membutuhkan

    bantuan dari pemerintah. Bantuan tersebut dapat berupa pinjaman dari koperasi dan

    kemudahan dalam peminjaman kredit untuk pembangunan rumah sangat sederhana

    mandiri, atau dapat dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan perumahan sangat

    sederhana yang diberikan kepada masyarakat menengah rendah, dan untuk

    mendapatkan dapat melalui angsuran.

    6.5.2

    Analisis Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman

    6.5.2.1 Lokasi Kawasan Permukiman yang Ditingkatkan

    Permukiman Kumuh

    Pengembangan kawasan yang dimaksud dalam hal ini adalah upaya untuk

    meningkatkan kondisi atau kualitas dari perumahan dan permukiman yang telah ada.

    Kondisi perumahan atau permukiman yang dianggap perlu untuk ditingkatkan

    kualitasnya adalah permukiman-permukiman kumuh dan permukiman di kawasan

    bercirikan perdesaan yang ada di Kabupaten Temanggung.

    Permukiman kumuh (squatters) di Kabupaten Temanggung, kondisi ini terlihat

    dari lingkungan permukiman yang liar dengan menempati lahan ilegal, serta kondisi fisik

    lingkungan dan bangunan jelek, tanpa dilayani sarana dan prasarana, khususnya yang

    mendukung kebersihan lingkungan seperti sanitasi, persampahan dan drainase, yang

    biasanya terdapat di pusat-pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi. Kondisi ini dilihat

  • 7/26/2019 BAB VI B

    8/41

    VI-59

    dari tingkat kepadatan netto dari masing-masing kelurahan/desa dan berdasarkan hasil

    survei lapangan kondisi ini sesuai dengan hasil yang didapat di lapangan.

    Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman liar (squatters), yaitu dengan

    penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan

    kepadatan tinggi, selain itu dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk

    kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi/kumuh berat, serta adanya pengendalian

    terhadap permukiman kumuh khususnya untuk permukiman kumuh dengan kategori

    squatters. Selain itu dengan pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukiman

    yang menempati lahan yang sesuai dengan peruntuknya dan pembuatan ruang terbuka

    hijau. Serta pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang

    termasuk dalam kategori kumuh ringan.

    Berdasarkan hasil survei, diperoleh beberapa masalah permukiman yang terkait

    dengan permukiman kumuh dengan kategori squatters, yaitu seperti yang terjadi di

    kelompok permukiman yang berkembang disekitar di sepanjang bantaran rel yang sudah

    tidak digunakan lagi yang ditemukan di Kecamatan Temanggung. Rumah-rumah yang

    dibangun hanya berjarak 2 meter dari rel kereta api yang sudah tidak digunakan lagi.

    Lahan yang digunakan untuk membangun permukiman disini merupakan lahan

    yang illegal. Lahan tersebut merupakan lahan milik PJKA yang kemudian disewakan.

    Lahan yang disewakan tersebut oleh penyewa kemudian dibangun rumah-rumah yang

    dapat dikatakan layak. Kebanyakan penduduk yang mendiami permukiman squatter ini

    adalah penduduk pendatang yang bukan merupakan penduduk asli Kabupaten

    Temanggung.

    Untuk permukiman kumuh identik dengan permukiman di kawasan bercirikan

    perdesaan. Permukiman ini merupakan permukiman legal, namun secara fisik, sosial dan

    budaya kurang memperdulikan lingkungan tempat tinggalnya atau dapat dikatakan

    kesadaran masyarakat di permukiman tersebut terhadap kebersihan lingkungan masih

    sangat kurang. Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh (slums), yaitu

    dengan perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh,

    melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan

    (participatory planning) sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana

    (P3KT dan PKL), serta adanya pembuatan ruang terbuka hijau.

  • 7/26/2019 BAB VI B

    9/41

    VI-60

    Untuk permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung, berdasarkan hasil

    survei dapat dibedakan menjadi :

    1. Permukiman Kumuh Perkotaan

    Kelompok permukiman kumuh perkotaan berkembang disekitar kawasan bantaran rel

    kereta api yang sudah tidak digunakan lagi yaitu di kelurahan Parakan Wetan,

    Temanggung I dan Banyuurip. Selain itu lokasi permukiman disepanjang sungai yaitu

    di Kelurahan Parakan Wetan, Wanutengah, Temanggung I, Temanggung II, Gilingsari,

    Banyuurip, Butuh, Kertosari dan Gendengan. Permukiman kumuh tersebut

    merupakan permukiman padat dengan kondisi yang dibawah standar. Kondisi rumah

    yang ada saling berhimpitan dengan tinggi bangunan yang hanya memenuhi skala

    manusia, dindingnya rata-rata berdinding kayu dan bambu dengan lantai tanah.

    Rumah-rumah tersebut hanya berjarak kurang dari 20 meter dari bibir sungai.

    2. Permukiman Kumuh Perdesaan

    Kelompok permukiman kumuh perdesaan disebabkan karena masih adanya masalah

    rumah yang tidak sehat maksudnya adalah masih banyaknya rumah atau

    permukiman yang masih menyatu dengan kandang ternak. Menyatunya kandang

    ternak dekat dengan tempat hunian dikarenakan terbatasnya lahan perkarangan yang

    ada, selain itu juga dikarenakan agar memudahkan dalam pengawasan sehingga aman

    dari pencurian ternak. Masalah tersebut terjadi juga dikarenakan masih rendahnya

    pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan kebersihan (SDM masyarakat masih

    rendah) terutama bagi masyarakat pedesaan. Kebanyakan masyarakat memiliki usaha

    sampingan yaitu beternak kerbau, kambing, sapi, selain itu juga ayam, itik dan sejenis

    hewan unggas lainnya. Mereka masih seringkali menempatkan kandang ternak

    tersebut berdampingan langsung dengan tempat tinggal mereka. Permasalahan rumah

    tidak sehat banyak ditemui dilingkungan permukiman pedesaan di wilayah

    perencanaan. Masalah permukiman kumuh yang ada di Perdesaan disebabkan juga

    karena masih banyaknya rumah yang tidak layak huni.

    Untuk menentukan kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung

    dapat juga dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data sekunder yang ada.

    Adapun analisis yang akan dilakukan terkait dengan indikator penetapan kawasan

  • 7/26/2019 BAB VI B

    10/41

    VI-61

    kumuh yaitu dilihat dari kepadatan rumah/ bangunan, kondisi rumah, tingkat

    kemiskinan, jumlah sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis dari

    masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

    Analisis Kepadatan Penduduk

    Analisis kepadatan penduduk ini dilaksanakan dengan membandingkan antara

    jumlah penduduk dengan luas wilayah (kepadatan brutto) yang ada pada masing-masing

    kecamatan. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:

    Perhitungan:

    - Rentang, didapat dari kepadatan penduduk tertinggi dikurangi kepadatan penduduk

    terendah.

    Rentang = 24 - 3 = 21

    - Banyaknya kelas adalah 4

    Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

    3 8,25 = Skor 1

    8,25 13,5 = Skor 2

    13,5 18,75 = Skor 3

    18,75 - 24 = Skor 4

    Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-masing

    kecamatan di Kabupaten Temanggung.

    Tabel 6.32.Skor Kepadatan Penduduk

    NO KECAMATAN LUAS WILAYAHJUMLAH

    PENDUDUKKEPADATAN SKOR

    1 Parakan 2.223 49.879 22 4

    2 Kledung 3.221 26.310 8 1

    3 Bansari 2.253 22.696 10 2

    4 Bulu 4.304 44.021 10 2

    5 Temanggung 3.339 79.908 24 4

  • 7/26/2019 BAB VI B

    11/41

    VI-62

    6 Tlogomulyo 2.484 21.024 8 1

    7 Tembarak 2.684 28.310 11 2

    8 Selopampang 1.729 18.254 11 2

    9 Kranggan 5.761 43.366 8 1

    10 Pringsurat 5.728 46.110 8 1

    11 Kaloran 6.392 43.394 7 1

    12 Kandangan 7.836 47.423 6 1

    13 Kedu 3.496 52.442 15 3

    14 Ngadirejo 5.331 53.920 10 2

    15 Jumo 2.932 27.936 10 2

    16 Gemawang 6.711 29.701 4 1

    17 Candiroto 5.994 31.960 5 1

    18 Bejen 6.884 20.163 3 1

    19 Tretep 3.365 19.530 6 1

    20 Wonoboyo 4.398 24.062 5 1

    JUMLAH 87.065 730.409 8 2

    Ket: Skor semakin besar semakin buruk

    Analisis Kepadatan Bangunan

    Analisis kepadatan bangunan ini dilakukan dengan membandingkan antarajumlah penduduk dengan luas permukiman (kepadatan netto) yang ada pada masing-masing kecamatan. Dimana apabila jumlah penduduknya banyak dan luaspermukimannya kecil maka dapat dikatakan bahwa kecamatan tersebut termasukberkepadatan bangunan tinggi karena dengan jumlah penduduk yang banyak seharusnyajuga diimbangi dengan luas permukiman yang besar sesuai dengan kapasitas jumlahpenduduknya. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:

    Perhitungan:

    - Rentang, didapat dari kepadatan bangunan tertinggi dikurangi kepadatan bangunanterendah.

    Rentang = 52 - 9 = 43

    - Banyaknya kelas adalah 4

    - Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 43 : 4 = 10.75

    Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

    9 19,75 = Skor 1

  • 7/26/2019 BAB VI B

    12/41

    VI-63

    19,75 30,50 = Skor 2

    30,50 41,25 = Skor 3

    41,25 - 52 = Skor 4

    Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-masingkecamatan di Kabupaten Temanggung.

    Tabel 6.33.Skor Kepadatan Bangunan

    NO KECAMATANLUAS

    PERMUKIMAN(Ha.)

    JUMLAHRUMAH

    KEPADATANBANGUNAN

    SKOR

    1 Parakan 313 10.112 32 3

    2 Kledung 138 7.186 52 4

    3 Bansari 134 4.915 37 3

    4 Bulu 372 12.427 33 35 Temanggung 847 17.914 21 2

    6 Tlogomulyo 239 7.569 32 3

    7 Tembarak 290 6.380 22 2

    8 Selopampang 214 4.083 19 1

    9 Kranggan 797 10.502 13 1

    10 Pringsurat 1.177 10.810 9 1

    11 Kaloran 689 10.504 15 1

    12 Kandangan 994 10.624 11 1

    13 Kedu 492 12.981 26 2

    14 Ngadirejo 313 12.376 40 3

    15 Jumo 365 7.133 20 2

    16 Gemawang 451 7.836 17 1

    17 Candiroto 447 7.658 17 1

    18 Bejen 509 5.228 10 1

    19 Tretep 188 4.809 26 2

    20 Wonoboyo 305 6.135 20 2

    9.274 177.182 24 2

    Ket: Skor semakin besar semakin buruk

    Analisis Kondisi Rumah

    Analisis kondisi rumah dilakukan dengan mengetahui data jumlah rumah

    eksisting dan jumlah rumah non permanen, dimana dengan mengetahui data tersebut

    kemudian akan dapat dihitung prosentase antara jumlah rumah dengan jumlah rumah

    non permanen. Jika suatu kecamatan mempunyai prosentase jumlah rumah non

    permanen yang tinggi maka kecamatan tersebut mempunyai kemungkinan untuk

    menjadi permukiman kumuh yang dikarenakan banyaknya jumlah rumah non

    permanen. Adapun penilaian atau skornya adalah sebagai berikut:

  • 7/26/2019 BAB VI B

    13/41

    VI-64

    Perhitungan:

    - Rentang, didapat dari prosentase kondisi rumah tertinggi dikurangi prosentase

    kondisi rumah terendah.

    Rentang = 84 - 41= 43

    - Banyaknya kelas adalah 4

    - Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 43 : 4 = 10,75

    Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

    41,00 - 51,75 = Skor 1

    51,75 - 62,75 = Skor 2

    62,75 - 73,25 = Skor 3

    73,75 - 84,00 = Skor 4

    Pada tabel 6.37. berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-

    masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.

    Tabel 6.34.Skor Prosentase Kondisi Rumah

    NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH TIDAK PERMANEN % SKOR

    1 Parakan 10.112 6.292 62 2

    2 Kledung 7.186 6.014 84 4

    3 Bansari 4.915 3.644 74 4

    4 Bulu 12.427 5.104 41 1

    5 Temanggung 17.914 8.461 47 1

    6 Tlogomulyo 7.569 5.863 77 4

    7 Tembarak 6.380 3.620 57 2

    8 Selopampang 4.083 3.061 75 4

    9 Kranggan 10.502 7.343 70 3

    10 Pringsurat 10.810 7.818 72 3

    11 Kaloran 10.504 8.093 77 4

    12 Kandangan 10.624 6.900 65 313 Kedu 12.981 10.138 78 4

    14 Ngadirejo 12.376 9.376 76 4

    15 Jumo 7.133 5.762 81 4

    16 Gemawang 7.836 6.418 82 4

    17 Candiroto 7.658 5.830 76 4

    18 Bejen 5.228 3.887 74 4

    19 Tretep 4.809 3.985 83 4

    20 Wonoboyo 6.135 4.912 80 4

    177.182 122.521 72 3

    Ket: Skor semakin besar semakin buruk

  • 7/26/2019 BAB VI B

    14/41

    VI-65

    Analisis Tingkat Kemiskinan

    Analisis tingkat kemiskinan dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah

    keluarga (kk) dengan jumlah keluarga miskin yang ada di masing-masing kecamatan.

    Dimana analisis ini dilakukan dengan cara memprosentasekan perbandingan jumlah KK

    yang ada dengan jumlah KK miskin. Setelah mengetahui prosentase keluarga miskin,

    maka dapat diberi penilaian atau skor dengan cara memberikan interval dari hasil

    prosentase untuk mengetahui tingkat kemiskinan yang paling tinggi berdasarkan skor.

    Adapun nilai/ skornya adalah sebagai berikut;

    Perhitungan:

    -Rentang, didapat dari prosentase tingkat kemiskinan tertinggi dikurangi prosentasetingkat kemiskinan terendah.

    Rentang = 36 1 = 35

    - Banyaknya kelas adalah 4

    - Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 35 : 4 = 8,75

    Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

    1,00 - 9,75 = Skor 19,75 - 18,50 = Skor 2

    18,50 - 27,25 = Skor 3

    27,25 - 36,00 = Skor 4

    Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor prosentase tingkat kemiskinan terhadap masing-

    masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.

    Tabel 6.35.Skor Prosentase Tingkat Kemiskinan

    No KecamatanJumlah Rumah

    Tangga KK Miskin % Skor

    1 Parakan 12.899 1.716 13 2

    2 Kledung 6.450 2.311 36 4

    3 Bansari 5.800 586 10 2

    4 Bulu 11.199 1.693 15 2

    5 Temanggung 21.002 2.646 13 2

    6 Tlogomulyo 5.098 516 10 2

    7 Tembarak 7.079 1.170 17 2

    8 Selopampang 4.645 206 4 1

    9 Kranggan 11.610 113 1 1

    10 Pringsurat 12.466 822 7 1

    11 Kaloran 11.612 1.357 12 2

  • 7/26/2019 BAB VI B

    15/41

    VI-66

    12 Kandangan 12.360 2.681 22 3

    13 Kedu 13.460 1.226 9 1

    14 Ngadirejo 13.920 2.601 19 3

    15 Jumo 7.670 1.711 22 3

    16 Gemawang 7.524 1.673 22 3

    17 Candiroto 8.649 1.426 16 218 Bejen 5.582 678 12 2

    19 Tretep 4.835 1.126 23 3

    20 Wonoboyo 6.253 977 16 2

    190.113 27.235 14 2

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

    Ket: Skor semakin besar semakin buruk

    Analisis permukiman kumuh yang telah dilakukan dengan melakukan analisis

    berdasarkan gabungan dari hasil skor analisis kepadatan penduduk, kepadatan

    bangunan, kondisi rumah dan tingkat kemiskinan. Tabulasi hasil dari masing-masing

    analisis tersebut memunculkan skor terendah dan tertinggi dari setiap kecamatan. Untuk

    lebih jelasnya mengenai hasil tabulasi dari masing-masing analisis yang telah dilakukan

    dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 6.36.Total Skor Penilaian Permukiman Kumuh

    No Kecamatan KepadatanPenduduk KepadatanBangunan KondisiRumah TingkatKemiskinan JumlahSkor

    1 Parakan 4 3 2 2 11

    2 Kledung 1 4 4 4 13

    3 Bansari 2 3 4 2 11

    4 Bulu 2 3 1 2 8

    5 Temanggung 4 2 1 2 9

    6 Tlogomulyo 1 3 4 2 10

    7 Tembarak 2 2 2 2 8

    8 Selopampang 2 1 4 1 8

    9 Kranggan 1 1 3 1 6

    10 Pringsurat 1 1 3 1 6

    11 Kaloran 1 1 4 2 8

    12 Kandangan 1 1 3 3 8

    13 Kedu 3 2 4 1 10

    14 Ngadirejo 2 3 4 3 12

    15 Jumo 2 2 4 3 11

    16 Gemawang 1 1 4 3 9

    17 Candiroto 1 1 4 2 8

    18 Bejen 1 1 4 2 8

  • 7/26/2019 BAB VI B

    16/41

    VI-67

    19 Tretep 1 2 4 3 10

    20 Wonoboyo 1 2 4 2 9

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

    Ket: Skor semakin besar semakin burukBerdasarkan hasil penilaian permukiman kumuh yang telah dilakukan, dapat

    disimpulkan bahwa antar hasil survei dengan penilaian permukiman kumuh memiliki

    keterkaitan dan kesesuaian. Seperti yang terlihat dari hasil penilaian permukiman kumuh

    di Kecamatan Kledung, Ngadirejo dan Parakan, memiliki skor yang tinggi tentang

    permukiman kumuh. Sedangkan berdasarkan hasil survei, di Kecamatan Ngadirejo dan

    Parakan dijumpai permukiman kumuh perkotaan, yang kondisi kumuh terlihat dari

    kondisi rumah yang tidak layak dan lingkungan permukiman yang tidak sehat.

    Analisis Ketersediaan Sarana dan Prasarana

    Analisis ketersediaan sarana dan prasarana permukiman ini dilakukan berdasarkan

    jumlah dan jenisnya di 15 kecamatan untuk mencari alternatif lokasi kawasan prioritas

    penanganan permukiman kumuh (Pendidikan; TK, SD, SLTP, SLTA dan PT; Kesehatan:

    Puskesmas, Rumah sakit; Perdagangan: Pasar, dan Toko; Peribadatan: Masjid, Musholla,

    Gereja dan Vihara). Berdasarkan data-data tersebut kemudian dinilai ketersediaan

    sarananya, semakin lengkap sarananya maka desa tersebut telah dapat melayani aktivitasmasyarakatnya. Adapun nilai adalah sebagai berikut:

  • 7/26/2019 BAB VI B

    17/41

    VI-68

    Tabel 6.37.Skor Ketersediaan Sarana

    No. Kecamatan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan Skor

    1 Parakan TK, SD, SLTP, SLTA Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 13

    2 Kledung TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola Pasar, Toko 7

    3 Bansari TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8

    4 Bulu TK, SD, SLTP Rumah Sakit, Puskesmas Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8

    5 Temanggung TK, SD, SLTP, SLTA Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 116 Tlogomulyo TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8

    7 Tembarak TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas Masjid, Mushola Pasar, Toko 7

    8 Selopampang TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7

    9 Kranggan TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9

    10 Pringsurat TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

    11 Kaloran TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

    12 Kandangan TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9

    13 Kedu TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9

    14 Ngadirejo TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9

    15 Jumo TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

    16 Gemawang TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

    17 Candiroto TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

    18 Bejen TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8

    19 Tretep TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7

    20Wonoboyo TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

  • 7/26/2019 BAB VI B

    18/41

    VI-69

    Berdasarkan hasil penilaian diatas menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki

    sarana paling sedikit terdapat di Kecamatan Kledung, Tembarak, Selopampang, Tretep

    dan Wonoboyo, dimana kecamatan tersebut saat ini masih dirasa sangat kurang dalam

    ketersediaan sarana, baik sarana pendidikan maupun peribadatan.

    Selain melakukan analisis sarana, juga perlu dilakukan analisis terhadap

    ketersediaan prasarana permukiman. Kelengkapan prasarana yang akan di analisis

    meliputi: Jaringan Jalan (jalan desa dan jalan antar desa/ kecamatan); Listrik (jaringan

    PLN); Air Bersih (pipa PDAM dan air sumur) dan telepon. Perhitungan analisis prasarana

    pada masing-masing desa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  • 7/26/2019 BAB VI B

    19/41

    VI-70

    Tabel 6.38. Skor Ketersediaan Prasarana

    No Kecamatan Listrik Jalan Air Bersih Nilai

    1 Parakan Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa

    Mata air, Sumur, PDAM, Pipa, Sungai 9

    2 Kledung Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,

    Jalan Desa

    Mata air, Sumur, Pipa, Sungai, Embung 10

    3 Bansari Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai 8

    4 Bulu Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,

    Jalan Desa

    Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9

    5 Temanggung Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,

    Jalan Desa

    Mata air, Sumur, PDAM 8

    6 Tlogomulyo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9

    7 Tembarak Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, PDAM, Pipa, Sungai 9

    8 Selopampang Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9

    9 Kranggan Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa

    Sumur, PDAM 7

    10 Pringsurat Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa

    Mata air, PDAM, Pipa, Embung 8

    11 Kaloran Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,

    Jalan Desa

    Sumur, PDAM, Sungai 8

    12 Kandangan Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai 8

    13 Kedu Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa

    Sumur, PDAM, Sungai 8

    14 Ngadirejo Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa

    Sumur, Pipa, PDAM, Sungai 9

    15 Jumo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, PDAM, Sungai 8

    16 Gemawang Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Sungai 7

    17 Candiroto Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,

    Jalan Desa

    Sumur, Pipa, Sungai 8

    18 Bejen Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan,Jalan Desa

    Sumur, Pipa 7

    19 Tretep Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai, Embung 9

    20 Wonoboyo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa 7

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

  • 7/26/2019 BAB VI B

    20/41

    VI-71

    Berdasarkan hasil penilaian diatas menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki kelengkapan prasarana paling sedikit terdapat di

    Kecamatan Kranggan, Gemawang, Bejen dan Wonoboyo. Setelah melakukan analisis kelengkapan sarana dan prasarana maka dapat

    diketahui kecamatan mana saja yang mempunyai sarana dan prasarana yang masih kurang. Untuk mengetahui jumlah keseluruhan dapat

    dilakukan dengan analisis skoring terhadap penyedian sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 6.10. berikut ini.

    Adapun nilai/ skornya adalah sebagai berikut;

    Perhitungan:

    - Rentang, didapat dari nilai sarana tertinggi dikurangi sarana terendah.

    Rentang = 24 - 18 = 6

    - Banyaknya kelas adalah 3

    - Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 6 : 3 = 2

    Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

    24 26 = Skor 3

    21 23 = Skor 2

    1820 = Skor 1

  • 7/26/2019 BAB VI B

    21/41

    VI-72

    Tabel 6.39.Skor Ketersediaan Sarana dan Prasarana Permukiman

    No Kecamatan Sarana Prasarana Total nilai Skor

    1 Parakan 13 9 22 4

    2 Kledung 7 10 17 2

    3 Bansari 8 8 16 1

    4 Bulu 8 9 17 2

    5 Temanggung 11 8 19 3

    6 Tlogomulyo 8 9 17 2

    7 Tembarak 7 9 16 1

    8 Selopampang 7 9 16 1

    9 Kranggan 9 7 16 1

    10 Pringsurat 10 8 18 2

    11 Kaloran 10 8 18 2

    12 Kandangan 9 8 17 2

    13 Kedu 9 8 17 2

    14 Ngadirejo 9 9 18 2

    15 Jumo 10 8 18 2

    16 Gemawang 10 7 17 2

    17 Candiroto 10 8 18 2

    18 Bejen 8 7 15 1

    19 Tretep 7 9 16 1

    20 Wonoboyo 7 7 14 1

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

    Ket: Skor semakin besar semakin buruk

  • 7/26/2019 BAB VI B

    22/41

    VI-73

    Hasil skor yang diperoleh dari ketersediaan sarana dan prasarana ini akan digabungkan dengan total skor penilaian kumuh sebelumnya.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 6.40.

    Total Skor Penilaian Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh

    di Kabupaten Temanggung

    No KecamatanSarana &

    Prasarana

    Kepadatan

    Bangunan

    Kondisi

    Rumah

    Tingkat

    Kemiskinan

    Jumlah

    Skor

    1 Parakan 4 3 2 2 11

    2 Kledung 2 4 4 4 14

    3 Bansari 1 3 4 2 10

    4 Bulu 2 3 1 2 8

    5 Temanggung 3 2 1 2 8

    6 Tlogomulyo 2 3 4 2 11

    7 Tembarak 1 2 2 2 7

    8 Selopampang 1 1 4 1 7

    9 Kranggan 1 1 3 1 6

    10 Pringsurat 2 1 3 1 7

    11 Kaloran 2 1 4 2 9

    12 Kandangan 2 1 3 3 9

    13 Kedu 2 2 4 1 9

    14 Ngadirejo 2 3 4 3 12

    15 Jumo 2 2 4 3 11

    16 Gemawang 2 1 4 3 10

    17 Candiroto 2 1 4 2 9

    18 Bejen 1 1 4 2 8

    19 Tretep 1 2 4 3 10

  • 7/26/2019 BAB VI B

    23/41

    VI-74

    20 Wonoboyo 1 2 4 2 9

    Pada tabel diatas dapat diketahui 2 kecamatan yang akan dijadikan lokasi prioritas penanganan permukiman kumuh di Kabupaten

    Temanggung, yaitu Kecamatan Kranggan dan Pringsurat.

    Permukiman disekitar Kawasan Lindung

    Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang disekitar kawasan lindung di Kecamatan Selopampang,

    Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan, Kledung, Bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo, Tretep sedangkan kawasan resapan air berada

    di Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari dan Kandangan. Kawasan lindung dan resapan air merupakan kawasan yang

    dilarang untuk dibangun permukiman. Namun dalam kenyataannya ada permukiman-permukiman yang dibangun oleh penduduk pada

    lokasi tersebut.

    Permukiman disepanjang Bantaran Sungai

    Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sepanjang bantaran sungai sungai deres yang berada di

    Kecamatan Ngadirejo, Bantaran kali pacar yang berada di Kelurahan Temanggung I dan Temanggung II, dan bantaran kali jambe yang

    berada di Kelurahan Butuh yaitu disebelah sepanjang sungai yang melintasi sungai dekat Pasar Kliwon temanggung. Rumah-rumah

    tersebut dibangun dengan jarak yang hanya beberapa meter dari bibir sungai, atau tidak memiliki jarak batasan dengan sungai, sehingga

  • 7/26/2019 BAB VI B

    24/41

    VI-75

    tidak mengindahkan adanya sempadan sungai. Kondisi ini sangat membahayakan, sebab rumah yang dibangun pada bantaran sungai

    sangat berpotensi terjadi longsor atau banjir akibat luapan sungai.

    Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan bencana alam tanah longsor di

    Tretep, Wonoboyo, bejen, candiroto, Gemawang, kandangan, Kaloran, Pringsurat dan Selopampang, daerah rawan bencana tersebut

    memiliki karakteristik yang relatif sama, yaitu topografi yang curam (15-40% dan >40%), serta kondisi tanah yang labil menyebabkan

    daerah tersebut rawan bencana.

    Permukiman di Kawasan Rawan Kekeringan

    Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan kekeringan berada di Kecamatan

    Pringsurat, Kranggan, kaloran, kandangan, Candiroto, Bejen dan Jumo, ketika musim kemarau tiba, daerah-daerah tersebut sering dilanda

    kekeringan. Adapun usaha penduduk untuk mendapatkan kebutuhan air bersih adalah dengan membuat sumur. Masyarakat yang berada

    di daerah tersebut telah terbiasa dengan kondisi seperti ini.

    6.5.2.2

    Alternatif Penanganan

    Alternatif penanganan yang dilakukan untuk perumahan dan permukiman yang bermasalah di Kabupaten Temanggung dapat

    dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

  • 7/26/2019 BAB VI B

    25/41

    VI-76

    Tabel 6.41.

    Alternatif Penanganan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Baru di Kabupaten Temanggung

    KLASIFIKASI

    KAWASAN

    DEFINISI, KRITERIA

    DAN TUJUANPERLINDUNGAN

    ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

    Kawasanpermukiman

    perkotaan baiksudah terbangunmaupunkawasan siapbangun

    Pembangunanperumahan baru di

    kawasan perkotaan baikyang dibangun olehmasyarakat secaraswadaya secara legalmaupun oleh developeratau pengembang

    perumahanTujuan :- Untuk memenuhi

    kebutuhan rumah bagipenduduk KabupatenTemanggung

    - Pembangunan baruuntuk perumahan danpermukiman sesuairencana IKK pada

    masing-masingkecamatan

    - Adanya pengawasan

    untuk menghindaripembangunan

    perumahan di daerahsawah produktif

    Mencegah pembangunan rumah barudengan tipe kapling besar (> 200 m2)

    KDB, KLB, Sempadan Jalan, SempadanBangunan untuk pusat kota dengankepadatan > 1000 unit/Ha, dibangunsecara vertikal.

    Pembangunan jalur hijau di tepi sungai

    Pembangunan jalan inspeksi di tepi sungai

    Penetapan garis batas dari darat ke laut

    sejauh 12 mil

    Melakukan intensifikasi lahan perkotaansesuai peruntukkan di RUTRK

    (Mengacu pada Keputusan Menteri NegaraPerumahan dan Permukiman Nomor:10/KPTS/M/1999)

    Pembangunan permukiman penduduk dilokasi yang padat.

    Membangun jalan inspeksi dan jalur hijaudi tepi sungai

    Diarahkan pada daerah-daerah yang dilalui jalan

    propinsi, yaitu KecamatanPringsurat, Kranggan,Temanggung, Kedu,Parakan, Ngadirejo,candiroto dan Bejen

    Mengatur investasi rumah di Kabupaten

    Temanggung, khususnya bagi parapendatang yang berinvestasi dan tidaktinggal di Kabupaten Temanggung supayamenjadikan rumah investasi tersebut tidakhanya sebagai bangunan kosong saja,

    namun dipergunakan, misalnya sebagairumah tinggal/usaha

    Pembuatan aturan yang menyempurnakan

    aturan investasi rumah di KabupatenTemanggung

    Mempetakan kawasan yang berpotensi

    sebagai kawasan resapan air dan wisatadengan kepadatan rendah untuk lokasipembangunan baru

    Pengaturan pembangunan perumahan dan

    permukiman yang disesuaikan dengankondisi fisik dan lingkungan lahan tempatdibangunnya kawasan tersebut, sehinggamasing-masing fungsi kawasan dapat

    terakomodir dan terkoneksi dengan baik

    Mempetakan kawasan perumahan danpermukiman yang terletak disekitar

    kawasan industri

    Pengaturan jarak lokasi industri denganperumahan dan permukiman serta dengan

    melakukan pembangunan penghalang yang

  • 7/26/2019 BAB VI B

    26/41

    VI-77

    KLASIFIKASIKAWASAN

    DEFINISI, KRITERIA

    DAN TUJUANPERLINDUNGAN

    ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

    berupa jalur atau jalur terbuka hijau

    Mengoptimalkan lahan perumahanperkotaan yang masih memiliki kepadatanrendah dan kepadatan sedang

    Mengembangkan perumahan sesuai

    dengan dengan RUTRK IKK masing-masing

    Pembangunan rumah baru oleh masyarakatsecara swadaya atau developer/pengembang perumahan dengan

    pendekatan Kasiba/ Lisiba

    Mencegah pembangunan massal olehindividu / broker dengan penjualan kaplingsecara bebasPembuatan peraturan tentang tata caramendirikan bangunan di pusat kota : IMB,

    Sempadan Bangunan, Sempadan Jalan,KDB, KLB dan ketinggian Bangunan

    Mengkaitkan antara pusat-pusat kota danpusat-pusat pertumbuhan baru

    Membangun jaringan jalan/mengembangkan jalan yang berpotensiuntuk menghubungkan pusat-pusat

    pertumbuhan

    - Kecamatan Kranggan- Kecamatan Temanggung

    - Kecamatan Parakan

    - Kecamatan Ngadirejo- Kecamatan Candiroto

    Mempertahankan kawasan resapan air

    Membangun di kawasan yang memiliki

    sumber air bersih

    Membuat sumur resapan, embung untuklokasi yang tidak memiliki sumber air

    bersih.

    Mempertimbangkan lokasi permukiman di

    daerah banjir

    Pembangunan jaringan drainase.

    Pembangunan sarana & prasarana (primer& sekunder) pendukung perumahan baru

    Pembangunan perumahan baru

    diprioritaskan di lokasi tegalan danpengoptimalan bangunan di tanahpekarangan

    Mempertanahkan sawah yang ada

    Memperhatikan/melindungi kawasanlindung/konservasi

    Pembangunan Perumahan denganpendekatan Kasiba/Lisiba

  • 7/26/2019 BAB VI B

    27/41

    VI-78

    KLASIFIKASIKAWASAN

    DEFINISI, KRITERIA

    DAN TUJUANPERLINDUNGAN

    ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

    Kawasanpermukiman diwilayah yangbercirikan

    perdesaan baiksudah terbangun

    maupunkawasan siapbangun

    Kawasan yangmempunyai arahankegiatan utama pertaniantermasuk pengelolaan

    sumber daya alam.Tujuan :

    Pemenuhan kebutuhanperumahan untukpembangunan baru Kab.Temanggung dengan

    tidak merusak sumberdaya alam / kawasanlindung

    Pembangunan perumahan barudiprioritaskan di lokasi tegalan

    Sesuai dengan RTRW kawasan yang

    mempunyai kelerengan 25% - 40% ataulebih tidak digunakan untuk permukiman

    Lokasi pembangunan baru diprioritaskan

    untuk kelurahan/desa yang memilikitegalan, dengan persyaratan: tidak rawanbencana, memiliki kelerengan 2% - 15%,

    memiliki kelengkapan fasilitas sosial danumum, adanya sumber air, serta

    kesesuaian dengan RTRW

    Menghubungkan jalur-jalur pusatpertumbuhan desa

    Pembangunan RSH, RSS, menengah, danmewah. Lebih diutamakan RSH dan RSSyang diprioritaskan untuk MasyarakatBerpenghasilan Rendah (MBR)

    Pembangunan sarana dan prasarana dasarperumahan dan permukiman, seperti jalan,

    sanitasi, drainase, air bersih, telepon,listrik, dan fasilitas pendukung sepertipendidikan, kesehatan, peribadatan, ruangpublik di pusat pertumbuhan desa

    Diluar wilayah IKK/kawasanyang bercirikan perdesaan,yaitu di seluruh kecamatankabupaten temanggung.

    Mempertahakan karakteristik perdesaanyang ada dan adanya laranganmembangun tanpa mempertimbangkanRUTRK yang ada

    Mengendalikan para developer (resmi)

    yang menjual bebas kapling dengan luasanyang melebihi luasan dari luas kaplingmaksiman di RTRW

    Penegasan tindakan persuasif dan represifbagi pelanggar

    Pengawasan & pengendalian pembangunanunit rumah baru di sepanjang bantaran

    sungaiPembangunan tanggul di tepi sungaiagar tidak longsor

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

  • 7/26/2019 BAB VI B

    28/41

    VI-79

    Tabel 6.42.Alternatif Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung

    KLASIFIKASIKAWASAN

    DEFINISI, KRITERIADAN TUJUAN

    PERLINDUNGANARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

    KawasanSempadan Sungai

    Kawasan sempadan sungaiadalah kawasan sepanjang

    kanan kiri sungai, termasuksungai buatan/ saluran

    irigasi primer, yangmempunyai manfaat pentinguntuk mempertahankan

    kelestarian fungsi sungai.Kriteria:10 15 m, diperkirakancukup untuk dibangun jalan

    inspeksi, untuk sungai dikawasan permukiman

    Tujuan perlindungan :Melindungi sungai darikegiatan manusia yangdapat mengganggu dan

    merusak kualitas air sungai,kondisi fisik pinggir dan

    dasar sungai sertamengamankan aliransungai.

    Sempadan bangunan (tanpatanggul)

    Anak sungai/ sungai kecil dengankedalaman < 3 m garis sempadanbangunan : 10 m dari tepi sungai

    Sungai dengan kedalaman 3-20 m

    garis sempadan bangunan : 15 m daritepi sungai.

    Sungai dengan kedalaman < 30 meter

    : sempadan bangunan 30 meter daritepi sungai.

    Garis sempadan bangunan di tepi

    jalan inspeksi minimal 7.5 m dari asjalan

    Sempadan bangunan (bertanggul)

    3 meter di sebelah luar sepanjangkaki tanggul

    Anak sungai/ sungai kecil dengankedalaman < 3 m garis sempadanbangunan minimal 3 m dari batas

    tanggul. Sungai dengan kedalaman >3m garis

    sempadan bangunan minimal 5 m dari

    batas tanggul Pencegahan dan Pengendalian

    pembangunan perumahan baru disepanjang bantaran sungai.

    RESTRUKTURISASI:

    Redevelopment

    - Upaya penataan kembalisuatu kawasan perumahandan permukiman kumuhdengan terlebih dahulumelakukan pembongkaran

    sarana dan prasarana darisebagian atau seluruhkawasan yang telah

    dinyatakan tidak dapat lagidipertahankankehadirannya.

    - Perubahan strukturalperuntukan lahan sertaketentuan-ketentuan

    pembangunan lainnyayang mengaturpembangunan baru (KDB,KLB, GSB, dll) yang

    biasanya terjadi.

    Renewal (Peremajaan)

    Kawasan tepi sungai yangtidak bertentangan dengan

    RUTR, RDTR, RTRK danbukan diperuntukan jalursungai

    Pembuatan peraturandaerah tentang larangan dan

    pemberian sanksi

    - Sungai Progo :Kecamatan Ngadirejo, jumo,

    Kedu, kandangan, Kranggan,tembarak, Selopampang

    - Sungai Bodri :Kecamatan Wonoboyo, Candirotodan Bejen

  • 7/26/2019 BAB VI B

    29/41

    VI-80

    KLASIFIKASIKAWASAN

    DEFINISI, KRITERIA

    DAN TUJUANPERLINDUNGAN

    ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

    pembuatan bangunan di atasbantaran sungai

    Sempadan dapat diwujudkan

    dalam bentuk jalan inspeksiminimal lebar 7,5 m.

    KawasanPerumahan diKawasan Banjir

    Terdapat 2 kriteria untukpermasalahan kawasanbanjir : genangan sepanjangtahun dan genangan

    periodik

    - Kawasan rawan bencana banjir sedapatmungkin tidak dipergunakan untukpermukiman, demikian pula kegiatanlain yang dapat merusak atau

    mempengaruhi kelancaran sistemdrainase.

    - Pada daerah rawan banjir ini perluadanya pemantapan kawasan lindung

    di antaranya dengan langkah reboisasijenis tanaman khusus ( tanamantahunan).

    - Perlu penambahan kualitas dankuantitas sarana prasarana pendukungperumahan dan permukiman

    Rehabilitasi (Perbaikan)-Mengembalikan kondisi

    komponen-komponen fisikkawasan permukiman yang

    telah mengalami kemundurankondisi atau degradasi kepadakondisi asalnya, sehinggadapat berfungsi kembali.

    -Konsep penanganan ini untukmemperbaiki sarana danprasarana.

    -Pengadaan sarana danprasarana terutamadiarahkan: Untuk kawasan

    rawan bencana banjir dikawasan perumahan danpermukiman yang berada dikawasan sempadan sungai,

    jika masih memungkinkan

    tanpa harus melalui relokasikeluar kawasan, maka dapatdibangun tanggul pengaman,dengan syarat tetap

    diberlakukan sempadanbangunan dan syarat lainnya.Sedangkan untuk genangansepanjang tahun, penanganan

    - Kecamatan Parakan- Kecamatan Kedu- Kecamatan Temanggung

  • 7/26/2019 BAB VI B

    30/41

    VI-81

    KLASIFIKASIKAWASAN

    DEFINISI, KRITERIA

    DAN TUJUANPERLINDUNGAN

    ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

    diarahkan pada normalisasisaluran.

    KawasanPerumahan di

    koridor SUTET dan

    SUTT

    Perumahan yang berada disepanjang jaringan/saluran

    tegangan ekstra tinggi.

    Lokasi rumah :A. Rumah yang terletak

    langsung dibawahmenara SUTET danSUTT

    B. Rumah yang terletak disepanjang jaringanSUTET dan SUTT yangberjarak < 9 meter

    C. Rumah yang terletak disepanjang jaringan

    SUTET dan SUTT yangberjarak > 9 meter

    Tujuan :Melindungi warga

    yang tinggal di sekitarjaringan SUTET dan SUTTdengan bahaya-bahaya

    yang akan terjadi

    Mencegah dan pengendalianpembangunan baru disepanjang jaringan

    SUTET dan SUTT

    Pemberian sanksi atau larangan bagimasyarakat yang membangun rumahbaru di lokasi jaringan SUTET dan SUTTMenyarankan kepada masyarakatpenggunaan bahan bangunan rumah

    yang bukan penghantar panas yang baik(larangan penggunaan seng untukatapnya)Pembuatan jalan inspeksi di kanan kiri

    jalur listrik tegangan tinggi, dengan lebarjalan 9 m.

    Menanam tanaman di sekitar jaringansebagai barrier/jalur hijau yang tidakmengganggu jaringan agar mengurangidampak yang ditimbulkan SUTET dan

    SUTT

    Membuat peraturan daerahyang melarang pembangunan

    baru dan tidak memberi ijin

    atau pemberian sertifikat (untukmelegalkan lahan) bagipenduduk yang mengajukan ijintsbSosialisai kepada masyarakat

    tentang bahaya radiasi yangditimbulkan oleh jaringanSUTET dan SUTTMenambah barrier di sekitar

    perumahan dengan jenis tidakmengganggu jaringan SUTET

    dan SUTT.

    - Kecamatan Kandangan- Kecamatan Kaloran

    - Kecamatan Pringsurat

  • 7/26/2019 BAB VI B

    31/41

    VI-82

    KLASIFIKASIKAWASAN

    DEFINISI, KRITERIA

    DAN TUJUANPERLINDUNGAN

    ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

    KawasanPermukiman diRawan Bencana/Longsor

    Kawasan rawan bencanaadalah kawasan yangteridentifikasi sering terjadibencana alam seperti tanah

    longsor, letusan gunungberapi, banjir, dan

    kekeringan.Kriteria:Kawasan rawan tanahlongsor

    Daerahnya labilMempunyai kemiringanlahan yang ekstrim > 40%.

    Tujuan perlindungan :Melindungi daerah rawanbencana dari kegiatanmanusia yang dapatmenimbulkan dan merusakkehidupan manusia.

    Pengawasan dan Pengendalianpembangunan perumahan baru di daerahyang rawan longsorKepadatan bangunan diarahkan dengan

    kepadatan rendah, harus adapembatasan kepadatan dan pertumbuhan

    fisik aktivitas kawasan.Kepadatan diarahkan < 30 unit/ Hadengan luas lantai bangunan < 100 m2.

    Membuat peraturan daerahyang melarang pembangunanbaru dan tidak memberi ijinatau tidak pemberian sertifikat

    (untuk melegalkan lahan) bagipenduduk yang mengajukan ijin

    tsb

    - Kecamatan Selopampang,tembarak, Tlogomulyo, bulu,Parakan, kledung, bansari,Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo,

    dan Tretep, Kledung, Bansari,Tretep, Bulu

  • 7/26/2019 BAB VI B

    32/41

    VI-83

    KLASIFIKASIKAWASAN

    DEFINISI, KRITERIA

    DAN TUJUANPERLINDUNGAN

    ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

    KawasanPermukiman diResapan Air

    Kawasan yang terdapatsumber mata air yangdigunakan penduduk untukkebutuhan sehari-hari.

    Tujuan :Melindungi dan menjaga

    kelestarian jumlah, kualitas,penyebaran tata air,kelancaran, ketertiban,pengaturan air dan sumber-

    sumber air

    Sempadan mata air dapat dibangunsuatu bangunan dengan jarak minimal200 m dari sumber mata air

    Pembuatan peraturan untuktidak diijinkan pembangunanbaru di kawasan lokasi tersebut.Sosialisai kepada masyarakat

    tentang pembangunan disekitarmata air.

    - Kecamatan Wonoboyo, Tretep,Bejen, Candiroto, Bansari danKandangan

    KawasanPermukimanKumuh

    Kawasan hunian masyarakatdengan ketersediaan saranaumum buruk atau tidak ada

    sama sekali dan kepadatanbangunan netto yang tinggi.

    Kawasan ini jugaditunjukkan dengan kualitaslingkungan yang kurangmemperhatikan kesehatan,

    seperti: masih berdindingbambu, berlantai tanah, danbersampingan denganternakKategori: slums dansquatters

    Slums : permukiman yanglegal, namun secara fisik,

    Penataan dan peremajaan kawasanlingkungan perumahan dan permukimandengan kepadatan tinggi

    Merencanakan secara optimalpenggunaan lahan

    Pembangunan Rumah Susununtuk kawasan pusat kotadengan kepadatan tinggi

    /kumuh beratPembuatan rencana detail

    geometric pengaturan kawasanpermukiman kumuh

    - Kecamatan Temanggung ;Kelurahan Temanggung I,Temanggung II , gilingsari,

    Banyuurip, Butuh dan Kertosari- Kecamatan Parakan :

    Kelurahan Parakan Wetan danWanutengah

    - Kecamatan Ngadirejo :Kelurahan Ngadirejo

    Mengoptimalkan implementasi rencana,

    pengawasan, dan perijinanpembangunan perumahan

    Land re-adjustment (penataan

    permukiman) dan peremajaanpermukiman di kawasanperkotaan

  • 7/26/2019 BAB VI B

    33/41

    VI-84

    KLASIFIKASIKAWASAN

    DEFINISI, KRITERIA

    DAN TUJUANPERLINDUNGAN

    ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

    sosial budaya dan sosialpolitik mengalami degradari,sehingga daya dukung lahantidak dapat dimanfaatkan

    secara optimal.Squatters:

    lingkungan permukiman liaryang menempati lahanillegal, kondisi fisiklingkungan dan bangunan

    jelek, tanpa dilayani saranadan prasarana.Tujuan:

    Penataan dan peningkatankawasan lingkunganpermukiman menjadi tertatadan lebih sehat.

    Pengembangan perumahan denganbatas-batas tertentu untuk kawasan yangtermasuk dalam kategori kumuh ringan.

    Pemberian status kepemilikanlahan bagi para pemukim yangmenempati lahan yang sesuaidengan peruntukannya

    Melibatkan masyarakat secaralangsung dalam proses

    perencanaan dan penataan(participatory planning) sejakawalPenyediaan sarana dan

    prasarana (P3KT dan PKL)

    - Perbaikan dan peningkatan kualitaslingkungan untuk kawasan kumuh

    - Pengendalian terhadap permukimankumuh

    - Pembuatan Ruang Terbuka Hijau

    KawasanPermukiman diBantaran Rel

    Perumahan yang berada disepanjang kanan kiri relkereta api.

    Tujuan : Mengurangipertumbuhan permukimanwarga yang tinggal di

    bantaran rel supaya tidakterus bertambah karenalokasi ini sebatas lokasi hak

    pakai yang sewaktu-waktubias dapat dilakukanpemugaran.

    Pencegahan dan Pengendalianpembangunan perumahan baru disepanjang Bantaran rel

    Pembuatan peraturan yangmelarang pembangunan baru dikawasan lokasi tersebut.

    - Kecamatan Temanggung:Kelurahan Madureso, kertosari,Banyuuurip, Temanggung I,Sidorejo

    - Kecamatan Kedu :Desa Candimulyo, Kedu,Mojotengah

    - Kecamatan Parakan :Kelurahan Parakan wetan

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

  • 7/26/2019 BAB VI B

    34/41

    VI-85

    Tabel 6.43.Alternatif Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Pedesaan di Kabupaten Temanggung

    KLASIFIKASI

    KAWASANDEFINISI, KRITERIA DAN TUJUAN PERLINDUNGAN ARAHAN

    ALTERNATIF

    PENANGANANLOKASI

    PenangananKawasanPermukimandi Wilayah

    yangBercirikan

    Perdesaan

    Kawasan permukiman yang masih bercirikan perdesaan sepertipemanfaatan lahan mayoritas digunakan untuk pertanian, wisata danindustri.

    Strategi penanganan permukiman diwilayah kawasan perdesaan di KabupatenTemanggung akan diarahkan padaprogram pengadaan prasarana dasar

    permukiman perdesaan.

    Kegiatan PenyediaanAir BersihKegiatan PenyehatanLingkungan

    - Hampirsemuakecamatan di

    kabupaten

    temanggung

    Tujuan :

    - Karakteristik wilayah yang bercirikan perdesaan masih dipertahankandan melindungi kawasan menjadi daerah resapan air

    - Pengembangan wilayah yang bercirikan perdesaan dengan memilihdesa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat pertumbuhan.

    - Mempertahankan potensi kawasan yang ada

    Pengaturan jarak lokasi industri denganperumahan dan permukiman serta denganmelakukan pembangunan penghalang

    yang berupa jalur atau jalur terbuka hijauPeningkatan kualitas dan kuantitas saranapendukung pusat aktivitas di pedesaan

    Dengan mengembangkan KawasanPermukiman industri rumah tangga.

    Hal ini dapat berupa aglomerasi usaha,sehingga menciptakan keuntungankolektif.

    Kegiatan PerbaikanPerumahanPermukiman

    KTP2D-DPP padalahan-lahan yangmempunyai embriountuk peningkatanperekonomian

    masyarakatperdesaanPembangunan

    prasarana dansarana pendukung

    perkembanganmasyarakatperdesaan yang

    memiliki ciri khususSosialisasi danpembinaan tentangrumah sehat kepadamasyarakat yangtinggal di wilayahyang bercirikan

    perdesaan.

  • 7/26/2019 BAB VI B

    35/41

    VI-86

    KLASIFIKASI

    KAWASANDEFINISI, KRITERIA DAN TUJUAN PERLINDUNGAN ARAHAN

    ALTERNATIF

    PENANGANANLOKASI

    Redefinisi, khususnya

    rehabilitasi(perbaikan), yaiturumah temporeryang sudah tidak

    layak huni.

    Pelatihan danpembentukanKlaster, sesuaidengan potensi

    masing-masingdaerah- Pelatihan dan

    pembentukanKlaster usaha,sesuai denganpotensi masing-masing daerah

    - Pembangunan

    sarana danprasaranapermukiman sertausaha/wisata/daer

    ah-daerah khususyang memiliki

    embrio untukpeningkatanperekonomianpenduduk

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

  • 7/26/2019 BAB VI B

    36/41

    VI-87

    6.5.3 Analisis kawasan Permukiman Bercirikan Pedesaan

    RTRW Kabupaten Temanggung telah menetapkan kawasan perkotaan dan

    pedesaan dan untuk wilayah perencanaan kawasan pedesaan meliputi seluruhkecamatan di temanggung, sedangkan untuk wilayah perencanaan Rencana

    Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kabupaten

    Temanggung tahun 2011 ini, terdapat 14 kecamatan yang masuk wilayah pedesaan.

    6.5.3.1 Lokasi Kawasan Permukiman Bercirikan Perdesaan

    Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No.327/KPTS/M/2002 yang menetapkan

    bahwa kriteria suatu kawasan disebut sebagai kawasan perkotaan, didasarkan pada

    fungsi kegiatan utama budidaya, bukan pertanian atau lebih dari 75% mata pencaharian

    penduduknya di sektor perkotaan, dan memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya

    10.000 jiwa serta kepadatan sekurang-kurangnya 50 jiwa/Ha. Dari data-data yang

    diperoleh selanjutnya diolah untuk mendapatkan permukiman yang memiliki

    karakteristik perkotaan dan perdesaan. Adapun permukiman yang memiliki

    karakteristik Perkotaan terletak di Kecamatan Pringsurat, Kranggan, Temanggung, Kedu,

    Parakan dan Ngadirejo, sedangkan sisanya memiliki karakteristik perdesaan.

    Kawasan dengan ciri perdesaan mempunyai arahan kegiatan utama pertanian

    mempunyai arahan kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam

    dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman di wilayah yang bercirikan

    perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi, dalam

    mengembangkan fungsi kawasan sebagai kawasan permukiman di wilayah yang

    bercirikan perdesaan, diutamakan pada pengembangan kegiatan yang mendukung

    fungsi pertanian.

    6.5.3.2

    Jenis dan Karakteristik Kawasan Permukiman Bercirikan Perdesaan

    Jenis dan karakteristik perumahan dan permukiman mengkaji mengenai kondisi

    fisik perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung. Pengkajian karakteristik

    perumahan dan permukiman ini mencakup karakteristik bangunan Berdasarkan kualitas

    fisik (tingkat penghunian), karakteristik aktivitas dan fungsi kawasan yang menjadi

    arahan pengembangan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan. Dari

    beberapa kawasan perdesaan yang memiliki aktivitas potensial ini, maka arah

  • 7/26/2019 BAB VI B

    37/41

    VI-88

    pengembangan kawasan permukiman perdesaan akan diarahkan pada kawasan

    perdesaan yang pontesial tersebut. Arah ini akan membuka pusat-pusat pertumbuhan

    baru dengan kelengkapan fasilitas yang ada. Kawasan permukiman perdesaan adalah

    kawasan yang berada di luar kawasan perkotaan. Kawasan ini sebagian besar berfungsi

    sebagai kawasan pertanian.

    Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung

    diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai

    salah satu usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-

    hambatan strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi

    dengan tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya

    hambatan-hambatan fisik lawasan dan sistem jaringan yang belum memadai.

    Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten

    Temanggung adalah sebagai berikut:

    1. Memilih desa-desa potensial menjadi desa-desa pusat pertumbuhan.

    2. Pengembangan aktivitas wisata yang mendukung pertanian berupa agrowisata,

    agrobisnis dan agroindustri yang terpadu dan saling terkait.

    3. Peningkatan sumber daya manusia dan buatan, agar keberadaan manusia menjadi

    prioritas utama pengembangan wilayah perdesaan yang cenderung terbelakang.

    6.5.3.3 Tingkat Penghunian

    Tingkat penghunian rumah digunakan untuk menghitung dan mengetahui

    jumlah penghuni atau orang yang menempati satu rumah, cara menghitung jumlah

    penghunian rumah pada masing-masing desa dilakukan dengan membagi antara jumlah

    penduduk dengan jumlah rumah. Berdasarkan perhitungan tingkat penghunian

    permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat diketahui bahwa rata-rata

    tingkat penghuni 4, yaitu satu rumah rata-rata dihuni oleh 4 anggota keluarga. Adapun

    hasil perhitungan jumlah penghunian rumah pada masing-masing kecamatan yang

    merupakan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel

    berikut ini.

  • 7/26/2019 BAB VI B

    38/41

    VI-89

    Tabel 6.44.Tingkat Penghunian Permukiman Perdesaan di Kabupaten Temanggung

    No KecamatanJml.Pend. Jml Tingkat

    Jiwa Rumah Hunian1 Kledung 26.310 7.186 4

    2 Bansari 22.696 4.915 5

    3 Bulu 44.021 12.427 4

    4 Tlogomulyo 21.024 7.569 3

    5 Tembarak 28.310 6.380 4

    6 Selopampang 18.254 4.083 4

    7 Kaloran 43.394 10.504 4

    8 Kandangan 47.423 10.624 4

    9 Jumo 27.936 7.133 4

    10 Gemawang 29.701 7.836 4

    11 Candiroto 31.960 7.658 4

    12 Bejen 20.163 5.228 4

    13 Tretep 19.530 4.809 414 Wonoboyo 24.062 6.135 4

    JUMLAH 730.409 177.182 4

    6.5.3.4 Kualitas Fisik

    Kualitas fisik permukiman dapat dilihat dari kondisi bangunan rumah pada

    Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung. Kondisi bangunan

    permukiman perdesaan, berdasarkan data jumlah rumah menurut permanensi bangunan

    di Kabupaten Temanggung tahun 2011 dapat diketahui bahwa jumlah rumah di Kawasan

    permukiman perdesaan adalah sebesar 102.487 unit dengan jumlah rumah paling banyak

    berupa semi permanen sebanyak 42.625 unit.

    Jumlah rumah paling banyak di Kawasan permukiman perdesaan, terdapat di

    Kecamatan Kandangan yaitu sebanyak 3.940 unit rumah, sedangkan kecamatan yang

    mempunyai jumlah rumah terkecil terdapat di Kecamatan Tretep, yaitu sebanyak 2.142

    unit rumah. Selengkapnya mengenai jumlah dan kondisi bangunan pada masing-masing

    kecamatan di Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat

    pada tabel berikut ini.

  • 7/26/2019 BAB VI B

    39/41

    VI-90

    Tabel 6.45.Karakteristik Kualitas Permukiman Perdesaan di Kabupaten Temanggung

    No Kecamatan

    Jenis Rumah (unit)

    JumlahPermanen % Semi Permanen % Sederhana %

    1 Kledung 1.172 4 3.660 9 2.354 8 7.186

    2 Bansari 1.271 4 2.620 6 1.024 3 4.915

    3 Bulu 7.323 25 3.262 8 1.842 6 12.427

    4 Tlogomulyo 1.706 6 2.909 7 2.954 10 7.569

    5 Tembarak 2.760 9 2.942 7 678 2 6.380

    6 Selopampang 1.022 3 2.142 5 919 3 4.083

    7 Kaloran 2.411 8 3.875 9 4.218 14 10.504

    8 Kandangan 3.724 13 3.940 9 2.960 10 10.624

    9 Jumo1.371

    53.418

    82.344

    87.133

    10 Gemawang 1.418 5 3.254 7 3.164 10 7.836

    11 Candiroto 1.828 6 2.903 7 2.927 9 7.658

    12 Bejen 1.341 5 2.728 6 1.159 4 5.228

    13 Tretep 824 3 2.142 5 1.843 6 4.809

    14 Wonoboyo 1.223 4 2.830 7 2.082 7 6.135

    JUMLAH 29.394 42.625 30.468 102.487

    Sumber :Kab. Temanggung dalam angka, Tahun 2011

    6.5.3.5 Pola Pemanfaatan Lahan

    Karakteristik pemanfaatan lahan di kawasan yang bercirikan perdesaan di

    Kabupaten Temanggung secara umum terdiri dari penggunaan yang digunakan sebagai

    kawasan pertanian, dan yang lain digunakan sebagai kawasan industri (besar, menengah

    dan kecil). Untuk aktivitas industri di kawasan yang bercirikan perdesaan secara umum

    diarahkan pada aktivitas industri dan mendukung aktivitas pertanian, serta industri

    rumahtangga.

    Pola pemanfaatan lahan tersebut menjadi karakteristik dan jenis yang dapatmenjadi dasar pengembangan permukiman di kawasan yang bercirikan perdesaan yang

    memiliki karakter yang kuat. Wilayah kecamatan (pedesaan) yang cocok untuk

    dikembangkan dan yang memiliki karakteristik industri adalah sebagai berikut:

    1. Kecamatan KANDANGAN :

    Industri makanan Pisang Aroma di Desa Gesing.

    2. Kecamatan KEDU :

    Industri Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari

  • 7/26/2019 BAB VI B

    40/41

    VI-91

    3. Kecamatan KALORAN :

    Industri Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh

    4. Kecamatan PRINGSURAT :

    Industri Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan

    Sedangkan untuk wilayah pedesaan yang perlu dikembangkan sebagai kawasan

    wisata yaitu sebagai berikut:

    1. Kecamatan GEMAWANG :

    Wisata curug lawe

    2. Kecamatan Kecamatan NGADIREJO :

    Wisata Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit

    3. Kecamatan WONOBOYO :

    Wisata Air Terjun Trocoh

    4. Kecamatan CANDIROTO :

    Wisata Air Terjun Onje dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento

    5. SELOPAMPANG :

    Wisata Pelestarian habitat alam di Desa Walitis

    6. Kecamatan BULU :

    Wisata Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli dan Kerajinan Mendong

    6.5.3.6

    Pembangunan Permukiman Swadaya Masyarakat

    Pembangunan swadaya yang dilakukan masyarakat di Kawasan permukiman

    perdesaan di Kabupaten Temanggung, dapat dilihat dari tingkat golongan

  • 7/26/2019 BAB VI B

    41/41

    masyarakatnya. Sebagian besar masyarakat yang ada di Kawasan pemukiman perdesaan

    merupakan masyarakat golongan menengah rendah, yang perlu membutuhkan bantuan

    dari pemerintah dalam pembangunan perumahannya. Bantuan tersebut dapat berupa

    pinjaman dari koperasi dan kemudahan dalam peminjaman kredit untuk pembangunan

    rumah sangat sederhana mandiri. Atau dapat dilakukan oleh pemerintah dengan

    pembangunan perumahan sangat sederhana yang diberikan kepada masyarakat

    menengah rendah, dan untuk mendapatkan dapat melalui angsuran.