bab vi
DESCRIPTION
tt5esrws5ewwerwTRANSCRIPT
BAB VI
HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI
Sistem penambangan yang diterapkan untuk penambangan di Dusun Sangon
Desa Kalirejo adalah sistem tambang bawah tanah. Keberadaan air tanah pada operasi
tambang bawah tanah telah menjadikannya sebagai salah satu faktor batasan terpenting
terhadap tingkat keberhasilan ekonomis awal dari suatu operasi penambangan. Semakin
dalam kemajuan penambangan penambangan tambang bawah tanah, maka tingkat
permasalahan air tanah akan semakin sulit. Oleh karena itu perlu adanya sistem
penyaliran yang baik. Penyaliran diperlukan sebagai penunjang kelancaran dalam
kegiatan penambangan. Sistem penyaliran yang ada di lokasi tambang bawah tanah
(Underground Mining) dilaksanakan karena akumulasi air di dalam tambang yang harus
dikeluarkan. Gangguan air tanah selama tahap kegiatan tambang bawah tanah antara
lain:a. Masalah kedalaman air.b. Sifat fisik air.c. Masalah lingkungan air tanah.d. Kekuatan massa batuan.e. Aliran air yang tak terduga.
Penyaliran pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Drainase dengan tunnel (terowongan)
Yaitu dengan membuat tunnel bila topografi di daerahnya memungkinkan dimana
terowongan ini dibuat sebagai level pengeringan tersendiri untuk mengeluarkan air
tambang bawah tanah. Dalam sistem tunnel ini diterapkan pada tambang bawah tanah
yang mempunyai level banyak. Di setiap level dibuat adit, dari sini dialirkan ke adit
terakhir di bagian bawah dengan melalui shaft. Dengan gaya gravitasi, sistem ini tidak
memerlukan pompa.
2. Penyaliran tambang dengan pemompaan
1
Yaitu dengan mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar shaft atau sumuran
bawah tanah yang sengaja dibuat untuk menampung air dari permukaan maupun air
rembesan air bawah tanah. Air yang sudah terkumpul tersebut selanjutnya dipompa
keluar atau ke permukaan tambang. Penyaliran dengan pemompaan dapat dilakukan
dengan sistem pemompaan langsung menggunakan pompa slurry dan dengan sistem
pemompaan tidak langsung berupa fasilitas pompa yang terpasang secara terpisah untuk
memompa air bersih (tidak berlumpur), dimana air tambang yang terkumpul diendapkan
terlebih dahulu untuk memisahkan air jernih dengan endapan lumpur pada suatu sumur
pengendap (settler sump).
Upaya penyaliran air yang dilakukan pada PT. Sangon Gold Mining adalah
dengan membuat paritan kecil sisi kanan berbentuk trapezium dengan lebar atas 14 cm,
lebar bawah 7 dan kedalamannya 6 cm. Pada tambang ini, dimensi lebar lubang bukaan
harus ditentukan dengan terlebih dahulu karena metode tambang ini adalah tambang
bawah tanah dengan dimensi lebar lubang bukaan yang terbatas lebarnya. Jadi dimensi
yang bisa direkayasa atau diubah-ubah adalah dimensi kedalaman dari paritan tersebut,
dengan tujuan dapat mengalirkan air keluar tambang berdasarakan gravitasi tanpa
adanya genangan air pada lubang bukaan tambang. Pemilihan metode penyaliran dengan
paritan dipilih karena lebih murah dibandingkan dengan metode pemompaan.
Agar dalam melakukan kajian hidrogeologi dapat berjalan lancar dan tepat
sasaran, diperlukan kerangka kajian. Kerangka kajian ini sebagai acuan pelaksanaan
kajian di lapangan, terutama cakupan materi, data-data yang harus diambil, urutan dan
kaitan masing-masing aspek kajian serta hasil yang diperoleh. Secara ringkas kerangka
kajian mencakup :
a. Kajian Hidrologi
b. Kajian Hidrogeologi
c. Pengendalian Air tambang
d. Perhitungan dimensi saluran terbuka
e. Rancangan kolam pengendapan
f. Diagram alir kerangka kajian hidrogeologi dapat dilihat di bawah ini.
2
KAJIAN HIDROGEOLOGI
KAJIAN HIDROLOGI Daerah Plampang 2, meliputi :Kondisi Hidrologi daerah Kondisi morfolofi daerah Analisis data curah hujan
KAJIAN HIDROGEOLOGI Daerah Plampang 2, meliputi :Kondisi geologi.Kondisi akuifer.Kondisi airtanah.Kondisi kualitas airtanah.
M A T E R I K A J I A N
PENGENDALIAN AIR TAMBANG
Lokasi dan jumlah lubang bukaanLuas daerah tangkapan hujanRencana kemajuan tambang (kemajuan lubang bukaan)Sumber dan jumlah air tambang
Perhitungan saluran air (paritan) untuk air tambang.Perhitungan dimensi kolam pengendapan.
DATA MASUKAN
DATA MASUKAN
Kerangka kajian hidrogeologi lubang bukaan Dusun SangonDesa Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo
DIMENSI SALURAN AIR (PARITAN)RANCANGAN KOLAM PENGENDAPAN
Gambar 6.1
3
6.1. KAJIAN HIDROLOGI
Pada umumnya proses-proses yang berkaitan dengan daur air merupakan yang
periodik terhadap ruang dan waktu, yang tergantung pada pergerakan bumi terhadap
matahari dan rotasi bumi pada porosnya. Dusun Sangon Desa Kalirejo Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulonprogo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki iklim
tropis yang ditandai dengan adanya pergantian dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Upaya penyaliran air menuju sumuran dan mencegah genangan air
pada tunnel dilakukan dengan membuat paritan pada sisi tunnel.
6.1.1. Kondisi Hidrologi Daerah Penyelidikan
Dusun Timur Sangon Desa Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai iklim tropis dengan musim hujan
dari bulan November sampai dengan bulan Mei dan musim kemarau dari bulan Juni
sampai dengan bulan Oktober. Temperatur udara berkisar antara 26º-33º. Curah hujan
tahunan berkisar antara 386 mm sampai 1.556 mm, dengan rata-rata pertahun sebesar
2297,6 mm. Jumlah hari hujan tahunan berkisar antara 101 hari sampai 195 hari, dengan
rata-rata pertahun sebesar 160,6 hari .
6.1.2. Morfologi Daerah Penelitian
Berdasarkan bentuk, ketinggian dan sudut lereng morfologi daerah perencanaan
dapat dibedakan menjadi 2 morfologi, yaitu satuan morfologi perbukitan dan satuan
morfologi dataran. Berdasarkan relief dan genesanya, geomorfologi daerah ini termasuk
satuan pegunungan struktural yang merupakan satuan perbukitan berlereng terjal dengan
sudut kemiringan topografi 15° - 70° serta elevasi berkisar antara 100 – 537 meter dpl.
Peta topografi ditandai dengan garis kontur yang rapat, yang mencerminkan daerah
perbukitan berlereng cukup curam. Bentuk puncak – puncak bukit umumnya agak
meruncing dengan litologi penyusun berupa andesit, mikrodiorit dan breksi andesit.
Selain itu juga termasuk dalam satuan dataran alluvial Secara umum satuan ini
merupakan daerah datar dengan kelerengan kurang dari 2° dan mempunyai elevasi
berkisar antara 12 – 65 meter diatas muka air laut. Litologi penyusun pada umumnya
4
berupa endapan alluvial yang terdiri dari lempung, kerikil, kerakal sampai bongkah hasil
pelapukan batuan.
Morfologi bagian tengah berupa perbukitan yang bergelombang. Secara regional
daerah penambangan di Dusun Timur Sangon mempunyai ketinggian sekitar ketinggian
150-700 m (dpl). Daerah KP berada pada daerah perbukitan dengan ketinggian antara
247-323 m.
6.1.3. Curah Hujan
Curah hujan akan menunjukkan suatu kecenderungan pengulangan. Sehubungan
dengan hal tersebut, dalam analisis curah hujan dikenal istilah periode kemungkinan
ulang (return period), yang berarti kemungkinan periode terulangnya suatu tingkat curah
hujan tertentu. Satuan periode ulang adalah tahun. Dalam perancangan suatu bangunan
air atau dalam hal ini adalah sarana penyaliran tambang, salah satu kriteria perancangan
adalah hujan rencana, yaitu curah hujan dengan periode tertentu atau curah hujan yang
memiliki kemungkinan akan terjadi sekali dalam suatu jangka waktu tertentu. Data
curah hujan yang diperoleh dari stasiun pengamatan hujan merupakan data kasar yang
tidak dapat digunakan secara langsung untuk perhitungan dalam analisis curah hujan.
Oleh karena itu, data tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan menggunakan metode
statistik. Tetapi untuk tambang bawah tanah, curah hujan tidak terlalu berpengaruh
terhadap air yang akan masuk ke dalam tambang.
6.1.4 Siklus Hidrologi
Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 Milyar km3 air : 97,5 % adalah air
laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air
tanah dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap di udara.Air di bumi ini mengulangi
terus menerus sirkulasi penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air
menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah
melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut
atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara
dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke
permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-
5
tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir
melalui dahan-dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah
(infiltrasi). Bagian yang lain merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan
tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai dan
akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke laut. Dalam
perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air yang
masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai (disentuh aliran
intra=interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater)
yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan
tanah di daerah-daerah yang rendah (disebut groundwater runoff = limpasan air tanah).
Jadi, sungai itu mengumpulkan 3 jenis limpasan, yakni limpasan permukaan
(surface runoff), aliran intra (interflow) dan limpasan air tanah (groundwater runoff)
yang akhirnya akan mengalir ke laut. Singkatnya adalah: uap dari laut dihembus ke atas
daratan (kecuali bagian yang telah jatuh sebagai presipitasi ke laut), jatuh ke daratan
sebagai presipitasi (sebagian jatuh langsung ke sungai-sungai dan mengalir langsung ke
laut). Sebagian dari hujan atau salju yang jatuh di daratan menguap dan meningkatkan
kadar uap di atas daratan. Bagian yang lain mengalir ke sungai dan akhirnya ke laut.
Sirkulasi yang kontinyu antara air laut dan air daratan berlangsung terus.
Sirkulasi air ini disebut siklus hidrologi (hydrological cycle). Sirkulasi air ini
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan, atmosfer, angin, dan lain-lain) dan
kondisi topografi, kondisi meteorologi adalah faktor-faktor yang menentukan.
Dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenai hubungan antara aliran kedalam
(inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu disebut
neraca air (water balance)
Umumnya, terdapat Hubungan keseimbangan sebagai berikut:
P = D + E + G + M
Keterangan :P = PresipitasiD = Debit
6
E = EvapotransportasiG = Penambahan (supply) air tanahM = Penambahan kadar kelembaman tanah (moisture content)
Gambar 5.2
Daur Hidrologi
6.2. KAJIAN HIDROGEOLOGI
6.2.1. Kajian Akuifer
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permabel yang dikenal sebagai akifer
yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada
kondisi lapangan yang biasa. Sehingga akuifer adalah lapisan batuan atau tanah yang
permeable, dimana dapat menyimpan dan meloloskan air.
Litologi pada daerah penelitian berdasarkan hasil pemboran secara umum terdiri
atas 5 lapisan, yaitu batuan andesit lapuk, profilit, algirit, urat kuarsa dan batuan andesit
yang masih segar dengan ketebalan yang bervariasi. Jenis akuifer pada daerah tersebut
adalah akuifer rekahan yaitu yang terdapat pada batuan andesit lapuk. Akuifer ini
terletak pada kedalaman 0 m (permukaan tanah) hingga 15 m.
7
Beberapa parameter akuifer adalah :
1. Koefisien simpanan
Koefisien simpanan diberi batas sebagai volume air yang akan dilepaskan (atau
diambil) oleh akuifer ke dalam simpanan per satuan luas permukaan akuifer dan
per satuan perubahan tinggi.
2. Permeabilitas
Merupakan suatu ukuran kemudahan ain mengalir melalui suatu media porous.
Koefisien kelulusan dihitung dengan rumus Todd :
K = -
VdH
dL
Keterangan :
K = koefisien kelulusan, m/hr
V = kecepatan aliran, m/hr
dH/dL = gradient hidrolik, m/hr
Transmisivitas = m2/hari6.2.2. Kajian Kondisi Air Tanah
Keberadaan air tanah pada operasi tambang bawah tanah telah menjadikan salah
satu faktor batasan penting terhadap tingkat keberhasilan ekonomis awal dari suatu
operasi penambangan. Semakin dalam kemajuan penambangan tambang bawah tanah,
maka tingkat permasalahan air tanah akan semakin sulit. Kondisi air tanah dapat
ditentukan dengan menggunakan tekanan air yang keluar dari kekar / joint (joint water
pressure) dan debit air dalam 10 m panjang terowongan atau secara umum dan mudah
dilakukan , yaitu dengan memperhatikan keadaan atap dan dinding terowongan secara
visual, sehingga diperoleh keadaan air di terowongan adalah kering, lembab, menetes
dan mengalir.
6.3. PENGENDALIAN AIR TAMBANG
Kedalam setiap tambang, banyak atau sedikit selalu ada air yang mengalir masuk
ke dalam tambang. Air ini masuk melalui batas perlapisan, celah–celah batuan ataupun
8
patahan. Air tersebut perlu dikeluarkan secara terus menerus supaya tambang jangan
sampai kebanjiran. Pengendalian air tambang ini meliputi pengendalian air limpasan, air
yang masuk tambang, dimensi saluran air, penentuan kolam pengendapan dan penentuan
letak dan jumlah pompa. Adapun air yang masuk kedalam tambang ini dapat berasal dari
:
1. air material isian
Disini air yang dimasukkan guna memenuhi keperluan penambangan, 450 liter/jam
air yang timbul karena pengisian diperkirakan sejumlah 60 liter/menit (lampiran f.1).
2. Air tanah (air dari akuifer).
Air yang tertahan dalam lapisan akan mengalir masuk ke dalam tambang ketika
lapisan–lapisan tersebut ditembus atau dapat juga karena gerakan–gerakan lapisan
disekitarnya. Jumlah air yang berasal dari sumber ini diperkirakan berasal dari akuifer
tertekan. Akuifer tertekan (confined aquifer) merupakan lapisan permeabel yang
sepenuhnya jenuh oleh air dan dibatasi oleh lapisan-lapisan impermeabel (confining
beds) baik di bagian di dalam aquifer tersebut berada dalam kondisi tertekan sehingga
jika terdapat sumur yang menembus akuifer tersebut akan lebih tinggi dari atas akuifer.
Bila air pada sumur tersebut lebih tinggi daripada permukaan tanah.
Masuknya air kedalam tambang harus dicegah atau dikeluarkan agar tambang tidak
menjadi banjir. Pencegahan masuknya air kedalam tambang dapat dilakukan dengan
jalan membuat parit pada lereng– lereng bagian atas singkapan, kemudian
mengalirkannya ke tempat lain keluar daerah penambangan.
9