bab vi
TRANSCRIPT
BAB VI
INDONESIA BERBENTUK FEDERAL
A. KONSTITUSI RIS
Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara
hukum yang demokrasi dan berbentuk federasi (Pasal 1 ayat 1 Konstitusi RIS). Di
dalam penyelenggraan pemerintahan negara ini, Presiden tidak dapat diganggu
gugat, tetapi tanggungjawab kebijaksanaan pemerinttah adalah di tangan
menteri-menteri, baik secara bersama-sama untuk seluruhnya, maupun untuk
bagiannya masing-masing Pasal 118 Konstitusi RIS.
Di samping DPR ada Senat. Senat adalah merupakan utusan-utusan yang
mewakili negara/daerah bagian, oleh karena itu anggota-anggota Senat ini
ditunjuk oleh pemerintah negara/daerah bagian yaitu 2 orang untuk masing-
masing negara/daerah bagian (psl 80).1
B. SISTEM KABINET RIS
Untuk melaksanakan tugas pemerintahan sehari-hari maka Presiden
Sukarno dibantu oleh menteri-menteri. Menteri-menteri ini dipimpin oleh Drs.
Muh. Hatta sebagai PM tetapi bertanggungjawab kepada Presiden. Dalam
Konstitusi RIS ditentukan bahwa penyusunan Dewan Menteri dilakukan oleh tiga
orang formatur bersama Presiden dan salah seorang formatur akan menjadi
Perdana Menteri. Seorang menteri berdasarkan Konstitusi RIS minimal berusia
25 tahun dan tidak kehilangan hak pilihnya. Beberapa pasal yang mengatur
tentang kementerian antara lain :
Pasal 75 mengatur pembagian tugs-tugas menteri
Pasal 76 mengatur tentang tata cara persidangan kabinet
Pasal 77 mengatur sumpah dan janji menteri menurut agamanya
Pasal 78 mengatur gaji presiden dan menteri
Pasal 79 mengatur pelarangan rangkap jabatan presiden dan menteri.
1Joeniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara, 2001), hlm. 69. Lebih jelas tentang Konstitusi RIS, periksa bagian lampiran dari AT. Soegito. Sejarah Ketatanegaraan RI (Semarang: Unnes Press, 2011).
Setelah melalui beberapa kali pertemuan antara tim formatur dan presiden,
maka terbentuklah kabinet RIS yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden
No. 2 Tahun 1949 tanggal 20 Desember 1949.2
Susunan Kabinet RIS Pertama
Perdana Menteri : Drs. Muh. Hatta
Menteri Luar Negeri : Drs. Muh. Hatta (merangkap)
Menteri Pertahanan : Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Menteri Dalam Negeri : Anak Agung Gde Agung
Menteri Keuangan : Mr. Syafrudin Prawiranegara
Menteri Perekonomian : Ir. Juanda
Menteri Perhubungan & Naker : Ir.Laoh
Menteri Kehakiman : Prof Dr. Mr. Supomo
Menteri PP dan K : Dr. Abu Hanifah
Menteri Kesehatan : Dr. J. Leimena
Menteri Perburuhan : Mr. Wilopo
Menteri Sosial : Mr. Kosasih
Menteri Agama : KH. Wakhid Hasyim
Menteri Penerangan : Arnold Monomutu
Menteri-Menteri Negera Sultan Hamid II
Mr. Muh. Roem
Dr. Suparno
Program Kabinet RIS
1. Menyelenggarakan pemindahan kekuasaan kepada bangsa Indonesia di
seluruh Indonesia dengan seksama
2. Mengadakan reorganisasi KNIL dan pembentukan APRIS dan
pengembalian tentara Belanda ke negerinya dalam waktu secepat-
cepatnya
2Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 104.
3. Mengadakan persiapan untuk dasar hukum, cara bagaimana rakyat
menyatakan kemauannya menurut azas-azas undang-undang RIS serta
menyelenggarakan pemilihan umum untuk konstituante
4. Berusaha untuk memperbaiki ekonomi rakyat, keadaan keuangan,
perburuhan, perumahan dan kesehatan, mengadakan persiapan untuk
jaminan sosial dan penempatan tanah kembali ke dalam masyarakat,
mengadakan peraturan tentang upah minimum, pengawasan
pemerintah atas kegiatan ekonomi agar kegiatan terwujud kepada
kemakmuran rakyat seluruhnya.
5. Menyempurnakan perguruan tinggi sesuai dengan keperluan
masyarakat Indonesia dan membangun pusat kebudayaan nasional
6. Menyelesaikan soal Irian Barat dalam tahun ini juga dengan jalan
damai
7. Menjalankan politik luar negeri yang memperkuat kedudukan RIS
dalam dunia internasional dengan memperkuat cita-cita perdamaian
dunia dan persaudaraan bangsa-bangsa. Memperkuat hubungan moril,
politik dan eknomi antara negara-negara Asia Tenggara. Menjalankan
politik dalam UNI, agar UNI berguna bagi kepentingan RIS, berusaha
agar RIS menjadi anggota PBB.
C. PENGAKUAN KEDAULATAN RIS
Ketika persiapan dalam negeri dirasa cukup, maka sebagai tindak lanjut
hasil KMB Belanda akan menyerahkan kedaulatan RIS. Penyerahan kedaulatan
ini semula akan dilakukan pada tanggal 25 Desember 1949, tetapi Drs. Muh.
Hatta mendesak agar diundur tanggal 27 Desember 1949. Pengunduran ini
berkaitan dengan tanggal 25 Desember merupakan hari Natal, sehingga
dikhawatirkan bahwa penyerahan itu dianggap sebagai hadiah Natal. Selain itu,
untuk menghilangkan kesan bahwa yang paling berjasa dalam perjuangan
merebut dan mempertahankan kemerdekaan adalah golongan Nasrani. Apabila
tidak diadakan perubahan, maka dikemudian hari dapat menimbulkan masalah
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada 27 Desember 1949, terjadi tiga peristiwa penting sekaligus yaitu di
Amsterdam, Jakarta dan Yogyakarta. Upacara penyerahan kedaulatan di
Amsterdam dilakukan oleh Ratu Juliana kepada Drs. Moh. Hatta. Di Jakarta juga
diadakan upacara penyerahan kedaulatan dari Wakil Tinggi Mahkota Belanda
HVS Lovink yang diterima oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sementara
itu, di Yogyakarta dilaksanakan upacara penyerahan jabatan presiden RI dari Ir.
Sukarno kepada Presiden RI Mr. Assaat.
D. PENGAKUAN INTERNASIONAL
Unsur terbentuknya negara salah satunya adalah unsur deklaratif. Unsur
ini berupa pengakuan internasional terhadap berdirinya suatu negara baru, baik
pengakuan secara de facto maupun de jure. Pengakuan de facto artinya negara
lain mengakui keberadaan suatu negara karena wilayahnya. Sedangkan
pengakuan de jure adalah pengakuan secara hukum internasional yang disahkan
oleh parlemen negara masing-maing. Pengakuan de jure mempunyai konsekuensi
berupa terjalinnya hubungan politik kedua negara, seperti adanya keduataan besar
atau konsul jendral. Pengakuan internasional bukan saja pengakuan dari suatu
negara, tetapi juga pengakuan dari lembaga-lembaga internasional, seperti PBB.
Sesudah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pada tanggal 27
Desember 1949 di Den Haag, yang upacaranya dihadiri juga oleh Sujono
Hadinoto sebagai anggota delegasi RI di bawah Wakil Presiden Moh. Hatta
menjadi permulaan meluasnya pengakuan kemerdekaan kita (de jure) di seluruh
dunia (pada tanggal 30 Desember 1949 sudah tercatat 15 negara).3
Di mata negara-negara luar lahirnya RIS yang merdeka dan berdaulat
disambut dengan gembira. Apabila sewaktu negara kita baru lahir yaitu RI
(sebelum RIS) sampai tanggal 26 Mei 1948 negara yang mengakui RI baru 10
negara yaitu Mesir (10 Juni 1947), Libanon (29 Juni 1947), Arab Saudi (24
Nopember 1947), Birma (23 Nopember 1947), Yaman (3 Mei 1948), USSR (26
Mei 1948). Tetapi sejak berdirinya RIS negara lain yang mengakuinya tidak
kurang dari 62 negara, mereka ialah :
3Soenario. Banteng Segitiga dan Indonesia Menggugat (Jakarta: Yayasan Marinda, 1971), hlm. 74.
27 Desember 1949 Belanda, Libanon, Irak, Haiti
28 Desember 1949 Mesir, Norwegia, AS, Inggris, India, Cina Nasionalis,
Filiphina, Portugal, Pakistan, Birma, Muangthai, Sri
Langka, Afrika Selatan, Kanada, Bolivia, Kuba, Vatikan,
Syiria, Turki dan Iran
29 Desember 1949 Belgia, Arab Saudi dan Italia
Sampai Mei 1950 Prancis (1 Januari 1950), Yaman (3 Januari 1950),
Luxemburg (6 Januari 1950), Yunani (7 Januari 1950),
Yordania ( 9 Januari 1950), Israel dan Denmark (10 Januari
1950), Swis (11 Januari 1950), Swedia (12 Januari 1950),
New Zeland (13 Januari 1950), USSR (30 Januari 1950),
Afganistan dan Equador ( 31 Januari 1950), Korea (2
Pebruari 1950), Yugoslavia (3 Pebruari 1950),
Cekoslovakia (7 Pebruari 1950), Hongaria dan Polandia (10
Pebruari 1950), Finlandia (11 Pebruari 1950), Republik
Dominika (13 Pebruari 1950), Mexico (18 Pebruari 1950),
Panama ( 28 Pebruari 1950), Ethiophia (3 Maret 1950), El
Savador (5 Mei 1950), Republik Paraguay (9 Mei 1950) dan
Australia.4
E. NEGRA BAGIAN RIS
Setelah negara kita berbentuk RIS wilayahnya sudah luas sesuai dengan
wilayah yang diklaim oleh Bung Karno pada saat memproklamasikan
kemerdekaan yaitu bekas jajajan Hindia Belanda. Namun demikian masih ada
satu bagian yang masih belum berhasil disatukan yaitu Irian Barat. RIS terdiri
dari negara bagian dan daerah-daerah satuan dan otonom sehingga menjadi 16
bagian.
Adapun yang merupakan negara-negara bagian lainnya selain RI menurut
pasal 2 Konstitusi RIS ialah Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan termasuk
4Tolchah Mansur dalam Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: , 1985), hlm. 110-111.
Distrik Federal Jakarta, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera
Timur dan Negara Sumatera Selatan. Selain negara-negara bagian tersebut di atas
menurut pasal 2 tersebut masih dikenal pula yang disebut “satuan-satuan
kenegaraan yang tegak berdiri” yaitu Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau,
Kalimantan Barat, Dayak Besar, daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan
Kalimantan Timur dan selain daerah tersebut di atas masih pula dikenal daerah-
daerah Indonesia selebihnya yang bukan daerah-daerah bagian.5
Negara Indonesia Timur
Wilayah negara ini adalah daerah di sebelah timur Selat Makasar dan selat
Bali. Rencana berdirinya negara ini dilakukan oleh Van Mook yang memimpin
NICA pada bulan Juli 1946 dalam Konferensi Malino, tetapi baru direalisasikan
dalam Konferensi Denpasar bulan Desember 1946. Berdasarkan rencana Van
Mook wilayah Negara Indonesi Timur meliputi Jawa, Sumatera maupun
Kalimantan, tetapi ketika Konferensi Denpasar berlangsung yang hadir hanyalah
daerah-daerah dibawah kekuasaan NICA, sementara di Kalimantan menolak
untuk bergabung dengan NIT. Berdirinya NIT ditandai dengan disetujuinya
Konstitusi NIT pada tanggal 24 Desember 1946 di Denpasar.
Lembaga pemerintahan NIT terdiri dari Badan Eksekutif (Pemerintah dan
menteri-menteri), DPR, Senat. Komisaris Mahkota bertindak sebagai penasehat
dan pengawas agar hak-hak warga negara dijamin. Presiden NIT pertama adalah
Cokorde Gde Raka Sukawati yang didampingi DPR dengan sistem Kabinet
Parlementer.
Negara Sumatera Timur
Negara Sumatera Timur wilayahnya meliputi daerah Medan dan
sekitarnya. Di daerah itu memang terdapat kekuatan separatis, (ingin memisahkan
diri) yang semula kecil saja, tetapi kemudian membesar karena Agresi Militer
Belanda I. Dengan perlindungan Belanda kaum separatis mendirikan Komite
Daerah Istimewa Sumatera Timur yang kemudian memperoleh pengesahan dari
5Joeniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara, 2001), hlm. 63-64.
pihak Belanda pada bulan Oktober 1947. Atas persetujuan Belanda komite
tersebut dirubah menjadi Konstituante. Komite mengusulkan agar Sumatera
Timur dijadikan negara bagian dan disetujui oleh Van Mook dengan
keputusannya pada tanggal 25 Desember 1947. Negara Sumatera Timur
kemudian diresmikan pada 16 Pebruari 1948 setelah konstitusinya selesai
disusun.
Menurut konstitusinya, Negara Sumatera Timur mempunyai sistem
pemerintahan yang sedikit berlainan dengan NIT. Lembaga negara yang paling
penting adalah Badan Perwakilan (seperti DPR), Badan Amanah (Senat) dan Wali
Negara. Pembentukan Negara Sumatera Timur mendapat tentangan dari
kekuatan-kekuatan Republiken, tetapi kekuatan mereka tidak berhasil mematikan
negara ini, bahkan wilayah Negara Sumatera Timur bertambah luas sejak Agresi
Militer Belanda II dengan memperoleh tambahan daerah Asahan Selatan dan
Labuhan Batu. Kedua daerah ini tidak dikembalikan kepada RI sampai
terbentuknya RIS. Terpilih sebagai Presiden Sumatera Timur adalah Dr. Mansur.
Negara Sumatera Selatan
Wilayah Negara Sumatera Selatan meliputi Palembang dan sekitarnya.
Proses pembentukan negara ini sedikit berlainan. Di daerah ini terdapat kekuatan-
kekuatan sosial politik yang tidak setuju dengan strategi diplomasi menghadapi
negara-negara Barat. Kekuatan-kekuatan ini berhasil didekati Belanda dan
Recomba Sumatera Selatan kemudian membentuk Dewan Penasehat pada 16
April 1948. Dewan Penasehat mengusulkan kepada NICA untuk membentuk
Negara Sumatera Selatan. Van Mook menyetujui pada tanggal 30 Agustus 1948.
Kemudian Dewan Penasehat diubah menjadi Konstituante, yang kemudian
berhasil menyusun konstitusi pada bulan Desember 1948 menurut model Negara
Sumatera Timur. Presiden Sumatera Selatan adalah Abdul Malik.
Negara Jawa Timur
Daerah negara ini adalah Surabaya, Malang dan daerah sebelah timurnya
sampai Banyuwangi. Pada bulan Agustus 1948 Belanda mengadakan pertemuan
dengan wakil-wakil berbagai daerah di Jawa Timur. Belanda menghidupkan
kembali 12 kabupaten di daerah tiu. Utusan dari daerah-daerah itu kemudian
mengadakan pertemuan di Bondowoso pada Nopember 1948. Mereka
mengusulkan pembentukan Negara Jawa Timur kepada NICA. Usul tersebut
disetujui berdasarkan Surat Gubernur Jendral pada tanggal 26 Nopember 1948.
Utusan-utusan daerah kemudian bertindak sebagai Konstituante dan
menyelesaikan tugasnya pada bulan September 1949. Susunan Negara hampir
sama dengan Negara Sumatera Timur dan Sumatera Selatan, tetapi kedudukan
Wali Negara mirip dengan sistem parlementer (dapat dijatuhkan DPR tetapi dapat
membubarkan DPR). Wali Negara Jawa Timur adalah R.T. Kusumonegoro.
Dengan berdirinya Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember
1949, dengan Konstitusi RIS sebagai Undang-Undang Dasarnya, maka RI hanya
berstatus sebagai salah satu negara bagian saja, dengan wilayah kekuasaan yaitu
daerah yang disebut di dalam persetujuan Renville. Sedangkan Undang-Undang
Dasar 1945 sejak saat itu dengan sendirinya hanya berstatus sebagai Undang-
Undang Dasar Negara Bagian RI.6
Negara Madura
Wilayah negara Madura meliputi seluruh Pulau Madura. Proses berdirinya
Negara Madura dimulai dari adanya Konferensi Bondowoso.7
F. MASLAH-MASALAH MASA RIS
Pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada 27 Desember 1949 bukan berarti
masalah bangsa Indonesia selesai. Hasil KMB sebagai dasar pengakuan
kedaulatan ini menimbulkan dan meninggalkan masalah yang luar biasa berat.
Masalah-masalah yang muncul bukan hanya berasal dari proses hubungan
internasional kedua negara yang terikat dalam Uni Indonesia Belanda, tetapi juga
muncul dari proses penjajahan Belanda yang cukup lama serta masalah-masalah
6Joeniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara, 2001), hlm. 63.
7Lebih jelas tentang perkembangan Madura sejak zaman kuno sampai berdirinya Negara Madura, periksa Abdurachman. Sejarah Madura Selayang Pandang (Sumenep: Offset The Sun SMP, 1971).
yang timbul sebagai akibat keinginan Belanda menjajah kembali Indonesia.
Selain itu, di setiap negara bagian RIS masih terdapat dua golongan masyarakat
yag mempunyai pendirian berbeda mengenai bentuk negara. Golongan federalis
dan golongan unitaris merupakan golongan terbesar yang terdapat di negara-
negara bagian dengan anggota dari kalangan masyarakat umum sampai elit-elit
politik dan pemimpin negara. Di beberapa daerah terdapat golongan masyarakat
yang ingin menjadikan daerahnya bagian integral dari Kerajaan Belanda seperti
daerah Minahasa dan Maluku Selatan, bahkan ada yang ingin merdeka terlepas
dari Belanda maupun Indonesia, seperti Papua. Masalah-masalah tersebut harus
dihadapi dalam waktu yang sama oleh suatu negara yang baru lepas dari perang
panjang, RIS.
Sementara itu, gerakan APRA yang didalangi oleh bekas-bekas pasukan
Belanda yang tak puas, sempat pula mengacau Bandung. Di Sulawesi Selatan ex
KNIL mengacau pula. Kemudian apa yang menamakan diri Republik Maluku
Selatan (RMS) menyatakan diri bebas dari RIS.8 Jika krisis-krisis bersenjata
yang mengacau keabsyahan dan kedaulatan itu belum cukup, RIS dan kemudian
juga negara kesatuan masih pula harus menghadapi masalah. Masalah bekas
pejuang, soal demobilisasi pelajar, ekonomi yang berantakan dan sebagainya.
Dan masalah DI/TII Kartosuwiryo pun menjadi masalah yang baru dapat
diselesaikan lebih dari sepuluh tahun kemudian. Belum lagi masalah kepemudaan
yang tidak tertangani dengan baik sebagai bekas pejuang sehingga sebagai ladang
rebutan berbagai kelompok kepentingan. Dalam bidang pemerintahan terjadi
konflik antara pelaksanaan pemerintahan yang efisien dan efektif dengan praktik
akomodasi dan oportunitas politik sangat melemahkan bangsa dan negara
Indonesia.9 Berarti di usia yang sangat muda, Indonesia menghadapi masalah
yang cukup berat baik dalam bidang politik, ekonomi maupun militer.
APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)
8Akhmaddani G Martha, dkk. Tt. Pemuda Indonesia Dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa (Jakarta: Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga, tt), hlm. 211.
9Akhmaddani G Martha, dkk. Tt. Pemuda Indonesia Dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa (Jakarta: Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga, tt), hlm. 211.
Gerakan ini didalangi oleh kolonialis Belanda yang dipimpin oleh Kapten
Westerling. Gerakannya mengambil semboyan sebagai penyelamat dengan
mengatakan akan datangnya Ratu Adil di bumi Indonesia, oleh karena itu banyak
rakyat yang mendukungnya, terutama rakyat negera Pasundan.
Kapten Westerling mengetahui bahwa rakyat Indonesia telah lama
menderita baik karena penjajahan Belanda maupun Jepang. Bahkan ketika
Indonesia merdeka kesejahteraan yang menjadi cita-cita sejak lama belum
menjadi kenyataan. Oleh karena itu Kapten Westerling mengingatkan kembali
akan ramalan Jayabaya yang sangat diyakini kebenarannya oleh rakyat Indonesia
bahwa akan datang Ratu Adil yang akan membawa kemakmuran bagi bangsa
Indonesia. Kedatangan Ratu Adil ini di Tanah Jawa akan memerintah negara
dengan penuh kebijaksanaan sehingga kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
akan tercapai. Istilah dalam bahasa Jawa dikatakan “gemah ripah loh jinawi tata
titi tentrem kerto raharjo, peni edi peni”. Padahal tujuan gerakan APRA
sebenarnya adalah ingin tetap mempertahankan bentuk negera Indonesia federal
dengan masing-masing negara bagian mempunyai tentara sendiri. Dengan setiap
negara bagian mempunyai tentara sendiri, maka semua bekas pasukan Belanda
yaitu KL dan KNIL akan tertampung dalam angkatan perang. Sementara itu,
berdasarkan hasil Konferensi Inter Indonesia sebelum KMB, Angkatan Perang
adalah hak pemerintah federal dengan TNI sebagai intinya. Oleh karena itu,
banyak bekas anggota KL dan KNIL tidak tertampung di dalam APRIS. Apalagi
dengan munculnya gerakan untuk kembali ke negara kesatuan, maka kedudukan
bekas KL dan KNIL akan semakin terancam.
Gerakan APRA didukung oleh anggota KL sebanyak 300 pasukan
bersenjata lengkap dengan bantuan tentara lainnya semuanya sekitar 800 orang.
Mereka menyerbu kota Bandung pada tanggal 23 Januari 1950. Dengan membabi
buta mereka menyerang anggota-anggota APRIS dari TNI. Dalam penyerangan
terhadap markas Divisi Siliwangi, prajurit TNI yang berjaga hampir semua tewas
sebanyak 13 orang, 3 di antaranya berhasil meloloskan diri. Seorang perwira
menengah Divisi Siliwangi pun ikut menjadi korban yaitu Letkol Lembong.
Mereka menembak semua anggota TNI di Bandung sehingga sebanyak 79
anggota TNI tewas, tanpa sempat membela diri. Pada saat itu Panglima Divisi
Siliwangi sedang mengadakan kunjungan ke daerah, sehingga tidak sempat
mengkonsolidasi kekuatan TNI.
Pemerintah RIS di Jakarta segera mengirim tentara bantuan ke Bandung.
Selain itu, secara diplomasi di Jakarta juga diadakan pertemuan antara PM Drs.
Moh. Hatta dengan Komisaris Tinggi Belanda untuk membahas peristiwa
serangan APRA. Hasilnya, APRA meninggalkan Kota Bandung di sore hari atas
desakan komandan KL di Bandung Mayor Jenderal Engels. Setelah meninggalkan
kota Bandung, gerakan APRA menyebar ke berbagai daerah dan terus dikejar
oleh pasukan APRIS dengan bantuan rakyat yang telah menyadari kekeliruannya.
Selain di Bandung, gerakan APRA juga direncanakan di Jakarta. Kapten
Westerling bekerjasama dengan seorang Menteri Negara tanpa Portopolio, Sultan
Hamid untuk merebut kekuasaan. Menurut rencana yang disusun, APRA akan
menyerang gedung kabinet pada saat kabinet sedang bersidang. Mereka akan
menculik semua menteri serta membunuh Menteri Pertahanan Sultan Hamengku
Buwono IX, Sekretaris Jenderal Menteri Pertahanan Mr. Ali Budiarjo dan Pejabat
Kepala Staf Angkatan Perang, Kol. T.B. Simatupang.10 Akan tetapi, berkat
kewaspadaan dan kecekatan APRIS, gerakan APRA di Jakarta berhasil
digagalkan. Persekongkolan Kapten Westerling dengan Sultan Hamid terbongkar.
Akibatnya, Sultan Hamid ditangkap dan Kapten Westerling pada 22 Pebruari
1950 meninggalkan Jakarta menuju Malaya dengan pesawat terbang Belanda.
Dalam persidangan selanjutnya Sultan Hamid II dijatuhi hukuman selama 10
tahun.11
Akibat pemberontakan APRA itu gerakan rakyat anti federal semakin kuat
di beberapa negara bagian. Mereka menuntut agar secepatnya Indonesia kembali
ke negara kesatuan. Sementara itu, Wali Negara Pasundan R.A.A Wiranata
Kusumah mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban, karena rakyat
Pasundan mendesak agar negara Pasundan segera dibubarkan. Penggantinya
adalah Sewaka.
10Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 1977), hlm. 75.
11Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 149.
Pemberontakan Andi Azis
Gerakan Andi Azis dipicu oleh rencana kedatangan pasukan TNI sebagai
bagian APRIS ke Sulawesi Selatan. Andi Azis beserta pasukannya (bekas KNIL)
menolak kedatangan TNI dari Jawa. Dengan kedatangan TNI dari Jawa
dikhawatirkan kedudukan Andi Azis sebagai seorang perwira APRIS di Makasar
akan semakin terancam.
Pada tanggal 30 Maret 1950, ia bersama-sama dengan pasukan KNIL yang
berada dibawah komandonya menggabungkan diri ke dalam APRIS di hadapan
Letkol A.J. Mokoginta, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur. 12
Penggabungan itu diterima dengan baik sebagai bagian dari APRIS, tetapi tidak
semua anggota KNIL akan diterima melainkan harus melalui proses seleksi.
Keadaan Makassar di akhir bulan Maret 1950, sering terjadi demonstrasi
rakyat yang saling bertentangan. Rakyat yang pro unitaris mendesak pemerintah
NIT segera membubarkan diri dan bergabung menjadi negara kesatuan,
sedangkan rakyat yang pro federalisme tetap berpendirian agar NIT tetap berdiri.
Keadaan yang kacau ini menyebabkan keamanan di Makassar terganggu.
Pada tanggal 5 April 1950, pasukan APRIS dari Jawa sekitar 900 orang di
bawah pimpinan Mayor Worang diangkut dua kapal laut telah berada di luar
pelabuhan Makasar. Kedatangan pasukan dari Jawa itu akan memperkuat pasukan
APRIS di Makasar dalam rangka mengatasi keamanan seiring semakin
gentingnya keadaan karena banyaknya demonstrasi dan kerusuhan-kerusuhan.
Namun passukan bekas KNIL di bawah Kapten Andi Azis khawatir, kedatangan
APRIS akan mendesak pasukan bekas KNIL, sehingga mereka keluar dari APRIS
dan menyatakan sebagai pasukan yang bebas.
Pada tanggal 5 April di pagi hari sekitar pukul 5.00, Andi Azis beserta
pasukannya menyerang poso-pos TNI di Makasar. Pasukan APRIS yang
jumlahnya sedikit berhasil dikalahkan dengan beberapa korban sehingga markas
Tentara dan Teritorium Indonesia Timur berhasil dikuasai pasukan KNIL.
12Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 1977), hlm. 76.
Komandan Tentara Teritorium Indonesia Timur Letkol Akhmad Junus
Mokoginta ditawan oleh pasukan Andi Azis.
Pada hari itu juga Perdana Menteri NIT Dr. P.D. Diapari mengundurkan
diri karena tidak menyetujui gerakan Andi Azis. Pemerintah selanjutnya dipegang
oleh kabinet baru yang pro RI di bawah pimpinan Ir. Putuhena dan pada tanggal
21 April 1950 Wali Negara NIT Sukawati mengumumkan bahwa NIT bersedia
lebur ke dalam negara kesatuan Indonesia dengan syarat bila RI juga mau
melakukan tindakan yang sama.13 Untuk mengatasi pemberontakan Andi Azis,
Pemerintah RIS di Jakarta pada tanggal 8 April 1950 mengeluarkan ultimatum
agar Andi Azis dalam waktu 4 x 24 jam datang melapor ke Jakarta. Selain itu
agar semua pasukan dikumpulkan, senjajat-senjata diserahkan dan para tawanan
dibebaskan. Tindakan mengeluarkan ultimatum, pemerintah pusat juga mengirim
pasukan tambahan dengan pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. Sedangkan
batalyon Worang yang belum jadi mendarat di Makasar, meneruskan perjalanan
dan mendarat di Jeneponto dengan kawalan kapal perang Banteng dan Hang
Tuah. Dari Jeneponto, pasukan Worang bergerak menuju Makasar pada tanggal
21 April 1950. Kedatangan pasukan Worang di Makasar tidak mendapatkan
perlawanan, karena Kapten Andi Azis pada tanggal 15 April 1950 telah berangkat
ke Jakarta untuk menyerahkan diri atas desakan Presiden NIT Sukawati. Namun
kedatangan yang terlambat ini, tetap dianggap sebagai pemberontak sehingga
tetap diadili.14 Selanjutnya pada tanggal 8 April 1953 Mahkamah Militer Yogya
menjatuhkan hukuman penjara 14 tahun kepada Kapten Andi Azis.15
Pada tanggal 26 April 1950 pasukan APRIS di bawah Kol. Alex
Kawilarang mendarat di Makasar sehingga situasi di Sulawesi Selatan semakin
bisa dikendalikan. Namun masih sering terjadi bentrokan antara pasukan APRIS
dengan KL dan KNIL. Bentrokan ini berhenti pada tanggal 8 Agustus 1950,
13Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 1977), hlm. 77.
14Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud
Balai Pustaka, 1977), hlm. 77.
15Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 149.
ketika Komandan KNIL-KL di Makasar Mayor Jendral Scheffelaar dengan
Kolonel Alex Kawilarang mengadakan perundingan. Hasil perundingan ini
adalah APRIS akan menghentikan penyerangan terhadap KL KNIL, dengan
syarat selama dua hari pasukan KL KNIL meninggalkan Makasar.
Republik Maluku Selatan (RMS)
Republik Maluku Selatan merupakan gerakan separatis yanag ingin
memisahkan diri dari Negara RIS. Pendiri RMS adalah Mr. Dr. Christian Robert
Steven Soumokil. Dia bekas Jaksa Agung NIT. Ketika muda Dr. Soumokil sering
berada di Jakarta sebagai seorang mahasiswa yang ikut berjuang bersama-sama
dengan para pejuang yang lain. Namun pendiriannya lebih condong memihak
Belanda, sehingga tidak terkenal di kalangan pejuang. Ketika Van Mook
mendirikan negara-negara boneka, Dr. Soumokil segerar bergabung sehingga
mendapat jabatan sebagai Jaksa Agung NIT.
Ketika pemberontakan Andi Azis berlangsung di Makasar, dia termasuk
tokoh yang ikut mendorong agar Andi Azis meneruskan pemberontakannya.
Tetapi ketika hasutannya tidak berhasil akhirnya melarikan diri ke Maluku. Di
sana dia menghasut penduduk Maluku Tengah dan Tenggara untuk mendirikan
Negara terpisah dari RI. Dipilihnya daerah Maluklu karena masyarakat setempat
pada waktu dijajah Belanda lebih banyak yang memihak Belanda, baik karena
faktor agama maupun pendekatan Belanda yang berhasil terhadap rakyat Maluku.
Para mantan anggota KNIL di Maluku banyak yang terhasut. Hal ini
karena mereka menerima isu bahwa bila anggota KNIL masuk ke dalam APRIS
maka akan dipaksa masuk ke dalam agama Islam. Ketika dukungan rakyat dan
mantan anggota Kl dan KNIL dirasa kuat, Dr. Soumokil memproklamasikan
Negara Republik Maluku Selatan pada tanggal 25 April 1950 dengan ibukota
Ambon. Selain mengharapkan dukungan rakyat Maluku, Dr. Soumokil juga
memintan bantuan internasional terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan
PBB.
Untuk mengatasi gerakan separatis ini pemerintah RIS menempuh cara
diplomasi dengan mengirimkan utusan Dr. J. Leimena. Dia adalah putra asli
Maluku dengan harapan dapat melunakkan hati orang-orang Maluku. Tetapi
delegasi yang dikirimkan pemerintah RIS tidak memperoleh hasil baik. Dengan
terpaksa pemerintah RIS menempuh jalan kekerasan dengan kekuatan senjata.
Pasukan pertama dikirim dari Makasar yang dipimpin oleh Kolonel Alex
Kawilarang dengan kekuatan 850 pasukan mendarat di Laha Pulau Buru pada
tanggal 14 Juli 1950. Pasukan APRIS berhasil merebut pos-pos RMS dengan
susah payah dan banyak korban karena tidak mengenal medan perang sama
sekali. Gerakan berikutnya adalah Pulau Seram sebagai basis utama RMS.
Pendaratan dilakukan di Seram Barat pada tanggal 19 Juli 1950 dan berhasil
menguasai Seram Barat hari itu juga. Operasi pasukan APRIS di Pulau Seram
dan Ambon mengalami banyak kesulitan, karena medan yang sulit serta kekuatan
RMS terpusat di daerah ini. Selain itu sebagai besar rakyat Seram dan Ambon
mendukung gerakan RMS. Baru pada bulan Desember 1950, setelah Indonesia
kembali ke negara kesatuan Pulau Seram dan Ambon berhasil dikuasai. Tetapi
RMS bukan berarti selesai ditunmpas. Para pemimpinnya mengadakan gerilya di
hutan dan gunung, sedangkan sebagian melarikan diri keluar negeri seperti
Belanda, Amerika Serikat dan Australia. Di negara-negara tersebut mereka selalu
mempropagandakan RMS serta minta perlindungan politik. Bahkan sampai
sekarang, gerakan RMS di luar negeri pun masih berlangsung oleh anak
keturunan pengikut RMS.
Masalah Perekonomian
Masalah perekonomian yang dihadapi Kabinet RIS Pertama yang
dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta, merupakan masalah RIS juga. Artinya
masalah itu bukan hanya tanggungjawab Kabinet Mohammad Hatta, melainkan
tanggungjawab seluruh bangsa Indonesia dalam wadah Negara RIS. Masalah
ekonomi ini merupakan rangkaian panjang kesengsaraan bangsa Indonesia sejak
dijajah Belanda. Namun semakin berat karena adanya masalah-masalah ekonomi
yang merupakan hasil KMB.
Sejak awal kemerdekaan yang disusul dengan berbagai peristiwa yang
berkaitan dengan usaha Belanda untuk menguasai kembali Indonesia, bangsa kita
belum sempat memikirkan bagaimana membangun negara. Rongrongan dari
Belanda dan bangsa Indonesia sendiri, pertentangan politik antar partai dan
sebagainya menyebabkan ekonomi Indonesia merosot. Belum lagi banyaknya
uang yang beredar di masyarakat tidak dibarengi dengan naiknya produksi
industri maupun pertanian menyebabkan terjadinya inflasi. Untuk menekan angka
inflasi pemerintah berusaha dengan berbagai cara, antara lain menaikkan
produksi pertanian maupun tindakan lainnya.
Pemerintah menjalankan suatu tindakan dalam bidang keuangan yang
dratis yaitu mengeluarkan peraturan pemotongan uang pada tanggal 19 Maret
1950. Peraturan ini menentukan bahwa uang yang bernilai 2,50 gulden ke atas
dipotong menjadi dua sehingga nilainya tinggal setengahnya.16 Tindakan
pemotongan mata uang bagi Indonesia bukanlah yang pertama dilakukan. Pada
tahun 1946 Indonesia pernah menerapkan kebijakan ini yaitu pemotongan nilai
mata uang untuk mengatasi inflasi yang sangat tinggi. Inflasi yang tinggi saat itu
dipicu oleh beredarnya beberapa jenis mata uang di seluruh daerah Indonesia,
baik yang dikuasai Indonesia maupun dikuasai Belanda. Mata uang tersebut
antara lain uang Pemerintah Pendudukan Jepang, uang Hindia Belanda dan uang
de Javashe Bank. Selain itu pemerintah saat itu mengeluarkan mata uang baru
yang disebut ORI. Ketika inflasi tak terkendali mata diberlakukanlah kebijakan
“Gunting Syafrudin”.
Kebijakan pemotongan nilai mata uang tentu saja mengakibatkan banyak
anggota masyarakat dirugikan, terutama golongan atas yang mempunyai uang
banyak. Sedangkan rakyat kebanyakan mendapatkan manfaat yang lebih besar.
Itu artinya suatu kebjiakan yang diambil oleh pemerintah dapat menolong rakyat
secara mayoritas, sehingga kebijakan itu memihak rakyat.
Sementara itu semakin tegangnya hubungan antara Korea Utara dan
Selatan yang mengarah ke Perang Korea, menyebabkan nilai ekspor Indonesia
semakin meningkat. Hal ini karena jalur-jalur perdagangan di sekitar
Semenanjung Korea membahayakan kapal-kapal dagang sehingga perdagangan
antara berbagai negara lebih mengarah ke Indonesia. Selain itu juga produk-
produk Korea banyak yang dapat digantikan oleh produk-produk pertanian
Indonesia di arena perdagangan internasional.
16Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 1977), hlm. 79.
Masalah Kepegawaian
Sebelum Indonesia berbentuk RIS, Drs. Moh. Hatta pernah membuat
program rasionalisasi angkatan perang. Rasionalisasi tersebut dilanjutkan ketika
keadaan Indonesia sudah relatif aman. Perang yang berkepanjangan di awal
kemerdekaan telah menyebabkan seluruh komponen bangsa ikut mengangkat
senjata. Mereka berjuang hanya mempunyai motivasi bebasnya Indonesia dari
tangan penjajah, tidak ada motivasi untuk memperoleh jabatan tinggi atau
kedudukan sebagai anggota Angkatan Perang Negara.
Namun seiring kondisi negara yanag aman, maka dilakukan penataan
terhadap anggota badan-badan perjuangan, Bagi para pejuang yang masih
berstatus pelajar mereka disalurkan kembali ke lembaga-lembaga pendidikan
yang dibentuk pemerintah. Dengan demikian mereka dibekali dengan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan sehingga dapat merintis karier di bidang lain.
Mereka umumya tidak mempermasalahkan karena masa depan bagi mereka masih
paajang. Bagi para pejuang yang berasal dari pesantren seperti pasukan Hisbullah
dan Sabilillah, mereka kembali ke pesantren menjadi santri. Bagi yang tidak
mempunyai pekerjaan serta tidak memenuhi syarat menjadi anggota Angkatan
Perang mereka ditrasmigrasikan dengan wadah Corps Cadangan Nasional.
Sedangkan bagi yang memenuhi syarat menjadi anggota AP mereka dijadikan
prajurit TNI.
Program-program yang dirancang pemerintah tidak berjalan mulus.
Banyak kalangan yang merasa diperlakukan tidak adil, sehingga memicu banyak
ketegangan diberbagai daerah. Ketegangan ini banyak yang akhirnya berujung
pada pemberontakan yang terjadi setelah Indonesia kembali ke negara kesatuan.
Hubungan Internasional
RIS yang baru berdiri menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif,
sesuai dengan cita-cita proklamasi. Namun demikian hubungan ini masih banyak
dengan negara-negara blok Barat, sehingga Indonesia dianggap condong ke blok
barat. Namun demikian sebenarnya wajar saja, karena trauma hubungan dengan
blok timur yang rata-rata berhaluan sosialis komunis akibat adanya
pemberontakan PKI Madiun. Selain itu dukungan negara Barat pada akhir perang
kemerdekaan di Indonesia terasa lebih besar dibandingkan dengan peran serta
negara-negara Blok Timur.
Keberadaan Irian Barat
Irian Barat yang selanjutnya terkenal dengan sebutan Irian Jaya
merupakan daerah jajahan Belanda paling timur di Hindia Belanda. Daerahnya
berbatasan dengan daerah jajahan Australia yaitu Papua Nugini. Ketika Belanda
ingin menajjah kembali Indonesia melalui serangkaian gerakan militer dan
politik, Irian Barat termasuk daerah yang kurang mendapat perhatian pemerintah
pusat di Jakarta. Bahkan pada saat awal kemerdekaan pun, daerah Irian belum
dianggap sebagai daerah Republik Indonesia. Ini terbukti dengan tidak
dibentuknya Irian sebagai sebuah propinsi, sebagaimana terjadi di daerah-daertah
lain. Saat PPKI bersidang tanaggal 19 Agustus 1945 hanya delapan propinsi yang
dibentuk yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah
pusat belum menampakkan keinginan memasukkan Irian ke dalam wilayah RI.
Dalam perundingan-perundingan selanjutnya dengan Belanda pun, Irian tidak
sering disebut. Dengan demikian maka kedudukan Belanda di Irian sangat kuat,
dan berhasil menanamkan pengaruhnya yang dalam agar masyarakat Irian anti
Indonesia, atau bahkan kalau dapat jangan sampai bergabung dengan Indonesia.
Ketika KMB berlangsung, yang dimulai 18 Agustus 1949, tidak satupun
wakil masyarakat Irian duduk sebagai seorang utusan, baik melalui utusan RI
maupun negara-negara pendukung federalisme. Oleh karena itu keberadaan Irian
hanyalah sebagai obyek bagi RI dan Belanda, tanpa tahu pasti apa yang
dikehendaki oleh obyek yang bersangkutan.
Dalam persetujuan pendapat antara Belanda dan Indonesia sebelum
pelaksanaan KMB, ditetapkan hal-hal yang akan dibicarakan meliputi
perhubungan luar negeri, hak menentukan nasibnya sendiri untuk bagian-bagian
bangsa Indonesia, kebangsaan dan kewarganegaraan, hubungan keuangan dan
ekonomi, hubungan kebudayaan dan persetujuan militer dan penarikan kembali
tentara Kerajaan Belanda, mempertukaran komisaris-komisaris tinggi dan
mengenai Nederland Niew Guinea.17 Dengan kenyataan ini menunjukkan bahwa
pemerintah Indonesia di Yogyakarta sudah mulai memperhatikan daerah Irian
Barat sebagai daerah yang seharusnya dimasukkan ke wilayah Indonesia
sebagaimana klaim Bung Karno bahwa wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Apalagi lalu kita menengok ke belakang terhadap sejarah bangsa,
daerah Irian bukanlah daerah yang asing bagi tokoh-tokoh pergerakan nasional.
Ratusan bahkan ribuan orang dihukum di penjara-penjara di Digul atau
diasingkan sebagai akibat gerakan menentang Belanda. Dengan adanya fakta ini
menunjukkan bahwa telah ada ikatan historis antara Indonesia yang saat itu
terkonsentarsi di Jawa dengan daerah Irian yangs saat itu juga dikuasai Belanda.
Namun beratnya perjuangan untuk memperhatikan proklamasi akibat
campur tangan Belanda melalui NICA maupun bangsa lain yang mendukung
Belanda, maka selama revousi fisik, Irian tidak mendapatkan perhatian
sebagaimana mestinya. Barulah ketika kondisi tantangan militer menghadapi
Belanda menurun seiring adanya persetujuan Roem Royen, Irian kembali
mendapatkan posisi penting di arena perpolitikan Indonesia.
Dalam KMB, masalah Irian menjadi masalah yang paling sulit
dipecahkan, sehingga kedua pihak mengambil; langkah kompromi untuk
mengaburkan status Irian sampai setahun setelah pengakuan kedaulatan. Ini
berarti setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, status Irian masih
di bawah kekuasaan Belanda. Penyelesaian yang disepakati bahwa masalah Irian
akan dibicarakan antara RIS dengan Belanda yang sama-sama anggota Uni
Indonesia Belanda.
Setelah pemerintah kembali ke Jakarta, RIS berusaha untuk secepatnya
membicarakan status Irian dengan Belanda agar batas akhir penyerahan Irian ke
Indonesia 27 Desember 1950 tidak terlampaui. Oleh karena itu pada akhir Maret
sampai awal April 1950, RIS dan Belanda mengadakan konferensi Uni Indonesia
Belanda untuk membicarakan status Irian. Untuk merealisasikan maksud tersebut
kedua negara membentuk sebuah panitia. Tiga orang dari Belanda dan tiga orang
dari Indonesia, mereka adalah G.H. Vander Kolff, R. Van Dijk dan J.M. Pieters
17(Pigay, 2001: 175).
dari pihak Belanda serta L.H.P.S Makaliwy, J. Latuharhary dan Moh. Yamin dari
pihak Indonesia.18
18 (Pigay, 2001: 178).