bab vi

31
BAB VI INDONESIA BERBENTUK FEDERAL A. KONSTITUSI RIS Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federasi (Pasal 1 ayat 1 Konstitusi RIS). Di dalam penyelenggraan pemerintahan negara ini, Presiden tidak dapat diganggu gugat, tetapi tanggungjawab kebijaksanaan pemerinttah adalah di tangan menteri- menteri, baik secara bersama-sama untuk seluruhnya, maupun untuk bagiannya masing-masing Pasal 118 Konstitusi RIS. Di samping DPR ada Senat. Senat adalah merupakan utusan-utusan yang mewakili negara/daerah bagian, oleh karena itu anggota-anggota Senat ini ditunjuk oleh pemerintah negara/daerah bagian yaitu 2 orang untuk masing-masing negara/daerah bagian (psl 80). 1 B. SISTEM KABINET RIS Untuk melaksanakan tugas pemerintahan sehari-hari maka Presiden Sukarno dibantu oleh menteri-menteri. Menteri-menteri ini dipimpin oleh Drs. Muh. Hatta 1 Joeniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia . Jakarta. Penerbit Bumi Aksara, 2001), hlm. 69. Lebih jelas tentang Konstitusi RIS, periksa bagian lampiran dari AT. Soegito. Sejarah Ketatanegaraan RI (Semarang: Unnes Press, 2011).

Upload: teslar

Post on 16-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VI

BAB VI

INDONESIA BERBENTUK FEDERAL

A. KONSTITUSI RIS

Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara

hukum yang demokrasi dan berbentuk federasi (Pasal 1 ayat 1 Konstitusi RIS). Di

dalam penyelenggraan pemerintahan negara ini, Presiden tidak dapat diganggu

gugat, tetapi tanggungjawab kebijaksanaan pemerinttah adalah di tangan

menteri-menteri, baik secara bersama-sama untuk seluruhnya, maupun untuk

bagiannya masing-masing Pasal 118 Konstitusi RIS.

Di samping DPR ada Senat. Senat adalah merupakan utusan-utusan yang

mewakili negara/daerah bagian, oleh karena itu anggota-anggota Senat ini

ditunjuk oleh pemerintah negara/daerah bagian yaitu 2 orang untuk masing-

masing negara/daerah bagian (psl 80).1

B. SISTEM KABINET RIS

Untuk melaksanakan tugas pemerintahan sehari-hari maka Presiden

Sukarno dibantu oleh menteri-menteri. Menteri-menteri ini dipimpin oleh Drs.

Muh. Hatta sebagai PM tetapi bertanggungjawab kepada Presiden. Dalam

Konstitusi RIS ditentukan bahwa penyusunan Dewan Menteri dilakukan oleh tiga

orang formatur bersama Presiden dan salah seorang formatur akan menjadi

Perdana Menteri. Seorang menteri berdasarkan Konstitusi RIS minimal berusia

25 tahun dan tidak kehilangan hak pilihnya. Beberapa pasal yang mengatur

tentang kementerian antara lain :

Pasal 75 mengatur pembagian tugs-tugas menteri

Pasal 76 mengatur tentang tata cara persidangan kabinet

Pasal 77 mengatur sumpah dan janji menteri menurut agamanya

Pasal 78 mengatur gaji presiden dan menteri

Pasal 79 mengatur pelarangan rangkap jabatan presiden dan menteri.

1Joeniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara, 2001), hlm. 69. Lebih jelas tentang Konstitusi RIS, periksa bagian lampiran dari AT. Soegito. Sejarah Ketatanegaraan RI (Semarang: Unnes Press, 2011).

Page 2: BAB VI

Setelah melalui beberapa kali pertemuan antara tim formatur dan presiden,

maka terbentuklah kabinet RIS yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden

No. 2 Tahun 1949 tanggal 20 Desember 1949.2

Susunan Kabinet RIS Pertama

Perdana Menteri : Drs. Muh. Hatta

Menteri Luar Negeri : Drs. Muh. Hatta (merangkap)

Menteri Pertahanan : Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Menteri Dalam Negeri : Anak Agung Gde Agung

Menteri Keuangan : Mr. Syafrudin Prawiranegara

Menteri Perekonomian : Ir. Juanda

Menteri Perhubungan & Naker : Ir.Laoh

Menteri Kehakiman : Prof Dr. Mr. Supomo

Menteri PP dan K : Dr. Abu Hanifah

Menteri Kesehatan : Dr. J. Leimena

Menteri Perburuhan : Mr. Wilopo

Menteri Sosial : Mr. Kosasih

Menteri Agama : KH. Wakhid Hasyim

Menteri Penerangan : Arnold Monomutu

Menteri-Menteri Negera Sultan Hamid II

Mr. Muh. Roem

Dr. Suparno

Program Kabinet RIS

1. Menyelenggarakan pemindahan kekuasaan kepada bangsa Indonesia di

seluruh Indonesia dengan seksama

2. Mengadakan reorganisasi KNIL dan pembentukan APRIS dan

pengembalian tentara Belanda ke negerinya dalam waktu secepat-

cepatnya

2Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 104.

Page 3: BAB VI

3. Mengadakan persiapan untuk dasar hukum, cara bagaimana rakyat

menyatakan kemauannya menurut azas-azas undang-undang RIS serta

menyelenggarakan pemilihan umum untuk konstituante

4. Berusaha untuk memperbaiki ekonomi rakyat, keadaan keuangan,

perburuhan, perumahan dan kesehatan, mengadakan persiapan untuk

jaminan sosial dan penempatan tanah kembali ke dalam masyarakat,

mengadakan peraturan tentang upah minimum, pengawasan

pemerintah atas kegiatan ekonomi agar kegiatan terwujud kepada

kemakmuran rakyat seluruhnya.

5. Menyempurnakan perguruan tinggi sesuai dengan keperluan

masyarakat Indonesia dan membangun pusat kebudayaan nasional

6. Menyelesaikan soal Irian Barat dalam tahun ini juga dengan jalan

damai

7. Menjalankan politik luar negeri yang memperkuat kedudukan RIS

dalam dunia internasional dengan memperkuat cita-cita perdamaian

dunia dan persaudaraan bangsa-bangsa. Memperkuat hubungan moril,

politik dan eknomi antara negara-negara Asia Tenggara. Menjalankan

politik dalam UNI, agar UNI berguna bagi kepentingan RIS, berusaha

agar RIS menjadi anggota PBB.

C. PENGAKUAN KEDAULATAN RIS

Ketika persiapan dalam negeri dirasa cukup, maka sebagai tindak lanjut

hasil KMB Belanda akan menyerahkan kedaulatan RIS. Penyerahan kedaulatan

ini semula akan dilakukan pada tanggal 25 Desember 1949, tetapi Drs. Muh.

Hatta mendesak agar diundur tanggal 27 Desember 1949. Pengunduran ini

berkaitan dengan tanggal 25 Desember merupakan hari Natal, sehingga

dikhawatirkan bahwa penyerahan itu dianggap sebagai hadiah Natal. Selain itu,

untuk menghilangkan kesan bahwa yang paling berjasa dalam perjuangan

merebut dan mempertahankan kemerdekaan adalah golongan Nasrani. Apabila

tidak diadakan perubahan, maka dikemudian hari dapat menimbulkan masalah

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 4: BAB VI

Pada 27 Desember 1949, terjadi tiga peristiwa penting sekaligus yaitu di

Amsterdam, Jakarta dan Yogyakarta. Upacara penyerahan kedaulatan di

Amsterdam dilakukan oleh Ratu Juliana kepada Drs. Moh. Hatta. Di Jakarta juga

diadakan upacara penyerahan kedaulatan dari Wakil Tinggi Mahkota Belanda

HVS Lovink yang diterima oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sementara

itu, di Yogyakarta dilaksanakan upacara penyerahan jabatan presiden RI dari Ir.

Sukarno kepada Presiden RI Mr. Assaat.

D. PENGAKUAN INTERNASIONAL

Unsur terbentuknya negara salah satunya adalah unsur deklaratif. Unsur

ini berupa pengakuan internasional terhadap berdirinya suatu negara baru, baik

pengakuan secara de facto maupun de jure. Pengakuan de facto artinya negara

lain mengakui keberadaan suatu negara karena wilayahnya. Sedangkan

pengakuan de jure adalah pengakuan secara hukum internasional yang disahkan

oleh parlemen negara masing-maing. Pengakuan de jure mempunyai konsekuensi

berupa terjalinnya hubungan politik kedua negara, seperti adanya keduataan besar

atau konsul jendral. Pengakuan internasional bukan saja pengakuan dari suatu

negara, tetapi juga pengakuan dari lembaga-lembaga internasional, seperti PBB.

Sesudah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pada tanggal 27

Desember 1949 di Den Haag, yang upacaranya dihadiri juga oleh Sujono

Hadinoto sebagai anggota delegasi RI di bawah Wakil Presiden Moh. Hatta

menjadi permulaan meluasnya pengakuan kemerdekaan kita (de jure) di seluruh

dunia (pada tanggal 30 Desember 1949 sudah tercatat 15 negara).3

Di mata negara-negara luar lahirnya RIS yang merdeka dan berdaulat

disambut dengan gembira. Apabila sewaktu negara kita baru lahir yaitu RI

(sebelum RIS) sampai tanggal 26 Mei 1948 negara yang mengakui RI baru 10

negara yaitu Mesir (10 Juni 1947), Libanon (29 Juni 1947), Arab Saudi (24

Nopember 1947), Birma (23 Nopember 1947), Yaman (3 Mei 1948), USSR (26

Mei 1948). Tetapi sejak berdirinya RIS negara lain yang mengakuinya tidak

kurang dari 62 negara, mereka ialah :

3Soenario. Banteng Segitiga dan Indonesia Menggugat (Jakarta: Yayasan Marinda, 1971), hlm. 74.

Page 5: BAB VI

27 Desember 1949 Belanda, Libanon, Irak, Haiti

28 Desember 1949 Mesir, Norwegia, AS, Inggris, India, Cina Nasionalis,

Filiphina, Portugal, Pakistan, Birma, Muangthai, Sri

Langka, Afrika Selatan, Kanada, Bolivia, Kuba, Vatikan,

Syiria, Turki dan Iran

29 Desember 1949 Belgia, Arab Saudi dan Italia

Sampai Mei 1950 Prancis (1 Januari 1950), Yaman (3 Januari 1950),

Luxemburg (6 Januari 1950), Yunani (7 Januari 1950),

Yordania ( 9 Januari 1950), Israel dan Denmark (10 Januari

1950), Swis (11 Januari 1950), Swedia (12 Januari 1950),

New Zeland (13 Januari 1950), USSR (30 Januari 1950),

Afganistan dan Equador ( 31 Januari 1950), Korea (2

Pebruari 1950), Yugoslavia (3 Pebruari 1950),

Cekoslovakia (7 Pebruari 1950), Hongaria dan Polandia (10

Pebruari 1950), Finlandia (11 Pebruari 1950), Republik

Dominika (13 Pebruari 1950), Mexico (18 Pebruari 1950),

Panama ( 28 Pebruari 1950), Ethiophia (3 Maret 1950), El

Savador (5 Mei 1950), Republik Paraguay (9 Mei 1950) dan

Australia.4

E. NEGRA BAGIAN RIS

Setelah negara kita berbentuk RIS wilayahnya sudah luas sesuai dengan

wilayah yang diklaim oleh Bung Karno pada saat memproklamasikan

kemerdekaan yaitu bekas jajajan Hindia Belanda. Namun demikian masih ada

satu bagian yang masih belum berhasil disatukan yaitu Irian Barat. RIS terdiri

dari negara bagian dan daerah-daerah satuan dan otonom sehingga menjadi 16

bagian.

Adapun yang merupakan negara-negara bagian lainnya selain RI menurut

pasal 2 Konstitusi RIS ialah Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan termasuk

4Tolchah Mansur dalam Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: , 1985), hlm. 110-111.

Page 6: BAB VI

Distrik Federal Jakarta, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera

Timur dan Negara Sumatera Selatan. Selain negara-negara bagian tersebut di atas

menurut pasal 2 tersebut masih dikenal pula yang disebut “satuan-satuan

kenegaraan yang tegak berdiri” yaitu Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau,

Kalimantan Barat, Dayak Besar, daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan

Kalimantan Timur dan selain daerah tersebut di atas masih pula dikenal daerah-

daerah Indonesia selebihnya yang bukan daerah-daerah bagian.5

Negara Indonesia Timur

Wilayah negara ini adalah daerah di sebelah timur Selat Makasar dan selat

Bali. Rencana berdirinya negara ini dilakukan oleh Van Mook yang memimpin

NICA pada bulan Juli 1946 dalam Konferensi Malino, tetapi baru direalisasikan

dalam Konferensi Denpasar bulan Desember 1946. Berdasarkan rencana Van

Mook wilayah Negara Indonesi Timur meliputi Jawa, Sumatera maupun

Kalimantan, tetapi ketika Konferensi Denpasar berlangsung yang hadir hanyalah

daerah-daerah dibawah kekuasaan NICA, sementara di Kalimantan menolak

untuk bergabung dengan NIT. Berdirinya NIT ditandai dengan disetujuinya

Konstitusi NIT pada tanggal 24 Desember 1946 di Denpasar.

Lembaga pemerintahan NIT terdiri dari Badan Eksekutif (Pemerintah dan

menteri-menteri), DPR, Senat. Komisaris Mahkota bertindak sebagai penasehat

dan pengawas agar hak-hak warga negara dijamin. Presiden NIT pertama adalah

Cokorde Gde Raka Sukawati yang didampingi DPR dengan sistem Kabinet

Parlementer.

Negara Sumatera Timur

Negara Sumatera Timur wilayahnya meliputi daerah Medan dan

sekitarnya. Di daerah itu memang terdapat kekuatan separatis, (ingin memisahkan

diri) yang semula kecil saja, tetapi kemudian membesar karena Agresi Militer

Belanda I. Dengan perlindungan Belanda kaum separatis mendirikan Komite

Daerah Istimewa Sumatera Timur yang kemudian memperoleh pengesahan dari

5Joeniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara, 2001), hlm. 63-64.

Page 7: BAB VI

pihak Belanda pada bulan Oktober 1947. Atas persetujuan Belanda komite

tersebut dirubah menjadi Konstituante. Komite mengusulkan agar Sumatera

Timur dijadikan negara bagian dan disetujui oleh Van Mook dengan

keputusannya pada tanggal 25 Desember 1947. Negara Sumatera Timur

kemudian diresmikan pada 16 Pebruari 1948 setelah konstitusinya selesai

disusun.

Menurut konstitusinya, Negara Sumatera Timur mempunyai sistem

pemerintahan yang sedikit berlainan dengan NIT. Lembaga negara yang paling

penting adalah Badan Perwakilan (seperti DPR), Badan Amanah (Senat) dan Wali

Negara. Pembentukan Negara Sumatera Timur mendapat tentangan dari

kekuatan-kekuatan Republiken, tetapi kekuatan mereka tidak berhasil mematikan

negara ini, bahkan wilayah Negara Sumatera Timur bertambah luas sejak Agresi

Militer Belanda II dengan memperoleh tambahan daerah Asahan Selatan dan

Labuhan Batu. Kedua daerah ini tidak dikembalikan kepada RI sampai

terbentuknya RIS. Terpilih sebagai Presiden Sumatera Timur adalah Dr. Mansur.

Negara Sumatera Selatan

Wilayah Negara Sumatera Selatan meliputi Palembang dan sekitarnya.

Proses pembentukan negara ini sedikit berlainan. Di daerah ini terdapat kekuatan-

kekuatan sosial politik yang tidak setuju dengan strategi diplomasi menghadapi

negara-negara Barat. Kekuatan-kekuatan ini berhasil didekati Belanda dan

Recomba Sumatera Selatan kemudian membentuk Dewan Penasehat pada 16

April 1948. Dewan Penasehat mengusulkan kepada NICA untuk membentuk

Negara Sumatera Selatan. Van Mook menyetujui pada tanggal 30 Agustus 1948.

Kemudian Dewan Penasehat diubah menjadi Konstituante, yang kemudian

berhasil menyusun konstitusi pada bulan Desember 1948 menurut model Negara

Sumatera Timur. Presiden Sumatera Selatan adalah Abdul Malik.

Negara Jawa Timur

Daerah negara ini adalah Surabaya, Malang dan daerah sebelah timurnya

sampai Banyuwangi. Pada bulan Agustus 1948 Belanda mengadakan pertemuan

dengan wakil-wakil berbagai daerah di Jawa Timur. Belanda menghidupkan

Page 8: BAB VI

kembali 12 kabupaten di daerah tiu. Utusan dari daerah-daerah itu kemudian

mengadakan pertemuan di Bondowoso pada Nopember 1948. Mereka

mengusulkan pembentukan Negara Jawa Timur kepada NICA. Usul tersebut

disetujui berdasarkan Surat Gubernur Jendral pada tanggal 26 Nopember 1948.

Utusan-utusan daerah kemudian bertindak sebagai Konstituante dan

menyelesaikan tugasnya pada bulan September 1949. Susunan Negara hampir

sama dengan Negara Sumatera Timur dan Sumatera Selatan, tetapi kedudukan

Wali Negara mirip dengan sistem parlementer (dapat dijatuhkan DPR tetapi dapat

membubarkan DPR). Wali Negara Jawa Timur adalah R.T. Kusumonegoro.

Dengan berdirinya Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember

1949, dengan Konstitusi RIS sebagai Undang-Undang Dasarnya, maka RI hanya

berstatus sebagai salah satu negara bagian saja, dengan wilayah kekuasaan yaitu

daerah yang disebut di dalam persetujuan Renville. Sedangkan Undang-Undang

Dasar 1945 sejak saat itu dengan sendirinya hanya berstatus sebagai Undang-

Undang Dasar Negara Bagian RI.6

Negara Madura

Wilayah negara Madura meliputi seluruh Pulau Madura. Proses berdirinya

Negara Madura dimulai dari adanya Konferensi Bondowoso.7

F. MASLAH-MASALAH MASA RIS

Pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada 27 Desember 1949 bukan berarti

masalah bangsa Indonesia selesai. Hasil KMB sebagai dasar pengakuan

kedaulatan ini menimbulkan dan meninggalkan masalah yang luar biasa berat.

Masalah-masalah yang muncul bukan hanya berasal dari proses hubungan

internasional kedua negara yang terikat dalam Uni Indonesia Belanda, tetapi juga

muncul dari proses penjajahan Belanda yang cukup lama serta masalah-masalah

6Joeniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara, 2001), hlm. 63.

7Lebih jelas tentang perkembangan Madura sejak zaman kuno sampai berdirinya Negara Madura, periksa Abdurachman. Sejarah Madura Selayang Pandang (Sumenep: Offset The Sun SMP, 1971).

Page 9: BAB VI

yang timbul sebagai akibat keinginan Belanda menjajah kembali Indonesia.

Selain itu, di setiap negara bagian RIS masih terdapat dua golongan masyarakat

yag mempunyai pendirian berbeda mengenai bentuk negara. Golongan federalis

dan golongan unitaris merupakan golongan terbesar yang terdapat di negara-

negara bagian dengan anggota dari kalangan masyarakat umum sampai elit-elit

politik dan pemimpin negara. Di beberapa daerah terdapat golongan masyarakat

yang ingin menjadikan daerahnya bagian integral dari Kerajaan Belanda seperti

daerah Minahasa dan Maluku Selatan, bahkan ada yang ingin merdeka terlepas

dari Belanda maupun Indonesia, seperti Papua. Masalah-masalah tersebut harus

dihadapi dalam waktu yang sama oleh suatu negara yang baru lepas dari perang

panjang, RIS.

Sementara itu, gerakan APRA yang didalangi oleh bekas-bekas pasukan

Belanda yang tak puas, sempat pula mengacau Bandung. Di Sulawesi Selatan ex

KNIL mengacau pula. Kemudian apa yang menamakan diri Republik Maluku

Selatan (RMS) menyatakan diri bebas dari RIS.8 Jika krisis-krisis bersenjata

yang mengacau keabsyahan dan kedaulatan itu belum cukup, RIS dan kemudian

juga negara kesatuan masih pula harus menghadapi masalah. Masalah bekas

pejuang, soal demobilisasi pelajar, ekonomi yang berantakan dan sebagainya.

Dan masalah DI/TII Kartosuwiryo pun menjadi masalah yang baru dapat

diselesaikan lebih dari sepuluh tahun kemudian. Belum lagi masalah kepemudaan

yang tidak tertangani dengan baik sebagai bekas pejuang sehingga sebagai ladang

rebutan berbagai kelompok kepentingan. Dalam bidang pemerintahan terjadi

konflik antara pelaksanaan pemerintahan yang efisien dan efektif dengan praktik

akomodasi dan oportunitas politik sangat melemahkan bangsa dan negara

Indonesia.9 Berarti di usia yang sangat muda, Indonesia menghadapi masalah

yang cukup berat baik dalam bidang politik, ekonomi maupun militer.

APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)

8Akhmaddani G Martha, dkk. Tt. Pemuda Indonesia Dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa (Jakarta: Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga, tt), hlm. 211.

9Akhmaddani G Martha, dkk. Tt. Pemuda Indonesia Dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa (Jakarta: Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga, tt), hlm. 211.

Page 10: BAB VI

Gerakan ini didalangi oleh kolonialis Belanda yang dipimpin oleh Kapten

Westerling. Gerakannya mengambil semboyan sebagai penyelamat dengan

mengatakan akan datangnya Ratu Adil di bumi Indonesia, oleh karena itu banyak

rakyat yang mendukungnya, terutama rakyat negera Pasundan.

Kapten Westerling mengetahui bahwa rakyat Indonesia telah lama

menderita baik karena penjajahan Belanda maupun Jepang. Bahkan ketika

Indonesia merdeka kesejahteraan yang menjadi cita-cita sejak lama belum

menjadi kenyataan. Oleh karena itu Kapten Westerling mengingatkan kembali

akan ramalan Jayabaya yang sangat diyakini kebenarannya oleh rakyat Indonesia

bahwa akan datang Ratu Adil yang akan membawa kemakmuran bagi bangsa

Indonesia. Kedatangan Ratu Adil ini di Tanah Jawa akan memerintah negara

dengan penuh kebijaksanaan sehingga kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

akan tercapai. Istilah dalam bahasa Jawa dikatakan “gemah ripah loh jinawi tata

titi tentrem kerto raharjo, peni edi peni”. Padahal tujuan gerakan APRA

sebenarnya adalah ingin tetap mempertahankan bentuk negera Indonesia federal

dengan masing-masing negara bagian mempunyai tentara sendiri. Dengan setiap

negara bagian mempunyai tentara sendiri, maka semua bekas pasukan Belanda

yaitu KL dan KNIL akan tertampung dalam angkatan perang. Sementara itu,

berdasarkan hasil Konferensi Inter Indonesia sebelum KMB, Angkatan Perang

adalah hak pemerintah federal dengan TNI sebagai intinya. Oleh karena itu,

banyak bekas anggota KL dan KNIL tidak tertampung di dalam APRIS. Apalagi

dengan munculnya gerakan untuk kembali ke negara kesatuan, maka kedudukan

bekas KL dan KNIL akan semakin terancam.

Gerakan APRA didukung oleh anggota KL sebanyak 300 pasukan

bersenjata lengkap dengan bantuan tentara lainnya semuanya sekitar 800 orang.

Mereka menyerbu kota Bandung pada tanggal 23 Januari 1950. Dengan membabi

buta mereka menyerang anggota-anggota APRIS dari TNI. Dalam penyerangan

terhadap markas Divisi Siliwangi, prajurit TNI yang berjaga hampir semua tewas

sebanyak 13 orang, 3 di antaranya berhasil meloloskan diri. Seorang perwira

menengah Divisi Siliwangi pun ikut menjadi korban yaitu Letkol Lembong.

Mereka menembak semua anggota TNI di Bandung sehingga sebanyak 79

anggota TNI tewas, tanpa sempat membela diri. Pada saat itu Panglima Divisi

Page 11: BAB VI

Siliwangi sedang mengadakan kunjungan ke daerah, sehingga tidak sempat

mengkonsolidasi kekuatan TNI.

Pemerintah RIS di Jakarta segera mengirim tentara bantuan ke Bandung.

Selain itu, secara diplomasi di Jakarta juga diadakan pertemuan antara PM Drs.

Moh. Hatta dengan Komisaris Tinggi Belanda untuk membahas peristiwa

serangan APRA. Hasilnya, APRA meninggalkan Kota Bandung di sore hari atas

desakan komandan KL di Bandung Mayor Jenderal Engels. Setelah meninggalkan

kota Bandung, gerakan APRA menyebar ke berbagai daerah dan terus dikejar

oleh pasukan APRIS dengan bantuan rakyat yang telah menyadari kekeliruannya.

Selain di Bandung, gerakan APRA juga direncanakan di Jakarta. Kapten

Westerling bekerjasama dengan seorang Menteri Negara tanpa Portopolio, Sultan

Hamid untuk merebut kekuasaan. Menurut rencana yang disusun, APRA akan

menyerang gedung kabinet pada saat kabinet sedang bersidang. Mereka akan

menculik semua menteri serta membunuh Menteri Pertahanan Sultan Hamengku

Buwono IX, Sekretaris Jenderal Menteri Pertahanan Mr. Ali Budiarjo dan Pejabat

Kepala Staf Angkatan Perang, Kol. T.B. Simatupang.10 Akan tetapi, berkat

kewaspadaan dan kecekatan APRIS, gerakan APRA di Jakarta berhasil

digagalkan. Persekongkolan Kapten Westerling dengan Sultan Hamid terbongkar.

Akibatnya, Sultan Hamid ditangkap dan Kapten Westerling pada 22 Pebruari

1950 meninggalkan Jakarta menuju Malaya dengan pesawat terbang Belanda.

Dalam persidangan selanjutnya Sultan Hamid II dijatuhi hukuman selama 10

tahun.11

Akibat pemberontakan APRA itu gerakan rakyat anti federal semakin kuat

di beberapa negara bagian. Mereka menuntut agar secepatnya Indonesia kembali

ke negara kesatuan. Sementara itu, Wali Negara Pasundan R.A.A Wiranata

Kusumah mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban, karena rakyat

Pasundan mendesak agar negara Pasundan segera dibubarkan. Penggantinya

adalah Sewaka.

10Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 1977), hlm. 75.

11Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 149.

Page 12: BAB VI

Pemberontakan Andi Azis

Gerakan Andi Azis dipicu oleh rencana kedatangan pasukan TNI sebagai

bagian APRIS ke Sulawesi Selatan. Andi Azis beserta pasukannya (bekas KNIL)

menolak kedatangan TNI dari Jawa. Dengan kedatangan TNI dari Jawa

dikhawatirkan kedudukan Andi Azis sebagai seorang perwira APRIS di Makasar

akan semakin terancam.

Pada tanggal 30 Maret 1950, ia bersama-sama dengan pasukan KNIL yang

berada dibawah komandonya menggabungkan diri ke dalam APRIS di hadapan

Letkol A.J. Mokoginta, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur. 12

Penggabungan itu diterima dengan baik sebagai bagian dari APRIS, tetapi tidak

semua anggota KNIL akan diterima melainkan harus melalui proses seleksi.

Keadaan Makassar di akhir bulan Maret 1950, sering terjadi demonstrasi

rakyat yang saling bertentangan. Rakyat yang pro unitaris mendesak pemerintah

NIT segera membubarkan diri dan bergabung menjadi negara kesatuan,

sedangkan rakyat yang pro federalisme tetap berpendirian agar NIT tetap berdiri.

Keadaan yang kacau ini menyebabkan keamanan di Makassar terganggu.

Pada tanggal 5 April 1950, pasukan APRIS dari Jawa sekitar 900 orang di

bawah pimpinan Mayor Worang diangkut dua kapal laut telah berada di luar

pelabuhan Makasar. Kedatangan pasukan dari Jawa itu akan memperkuat pasukan

APRIS di Makasar dalam rangka mengatasi keamanan seiring semakin

gentingnya keadaan karena banyaknya demonstrasi dan kerusuhan-kerusuhan.

Namun passukan bekas KNIL di bawah Kapten Andi Azis khawatir, kedatangan

APRIS akan mendesak pasukan bekas KNIL, sehingga mereka keluar dari APRIS

dan menyatakan sebagai pasukan yang bebas.

Pada tanggal 5 April di pagi hari sekitar pukul 5.00, Andi Azis beserta

pasukannya menyerang poso-pos TNI di Makasar. Pasukan APRIS yang

jumlahnya sedikit berhasil dikalahkan dengan beberapa korban sehingga markas

Tentara dan Teritorium Indonesia Timur berhasil dikuasai pasukan KNIL.

12Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 1977), hlm. 76.

Page 13: BAB VI

Komandan Tentara Teritorium Indonesia Timur Letkol Akhmad Junus

Mokoginta ditawan oleh pasukan Andi Azis.

Pada hari itu juga Perdana Menteri NIT Dr. P.D. Diapari mengundurkan

diri karena tidak menyetujui gerakan Andi Azis. Pemerintah selanjutnya dipegang

oleh kabinet baru yang pro RI di bawah pimpinan Ir. Putuhena dan pada tanggal

21 April 1950 Wali Negara NIT Sukawati mengumumkan bahwa NIT bersedia

lebur ke dalam negara kesatuan Indonesia dengan syarat bila RI juga mau

melakukan tindakan yang sama.13 Untuk mengatasi pemberontakan Andi Azis,

Pemerintah RIS di Jakarta pada tanggal 8 April 1950 mengeluarkan ultimatum

agar Andi Azis dalam waktu 4 x 24 jam datang melapor ke Jakarta. Selain itu

agar semua pasukan dikumpulkan, senjajat-senjata diserahkan dan para tawanan

dibebaskan. Tindakan mengeluarkan ultimatum, pemerintah pusat juga mengirim

pasukan tambahan dengan pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. Sedangkan

batalyon Worang yang belum jadi mendarat di Makasar, meneruskan perjalanan

dan mendarat di Jeneponto dengan kawalan kapal perang Banteng dan Hang

Tuah. Dari Jeneponto, pasukan Worang bergerak menuju Makasar pada tanggal

21 April 1950. Kedatangan pasukan Worang di Makasar tidak mendapatkan

perlawanan, karena Kapten Andi Azis pada tanggal 15 April 1950 telah berangkat

ke Jakarta untuk menyerahkan diri atas desakan Presiden NIT Sukawati. Namun

kedatangan yang terlambat ini, tetap dianggap sebagai pemberontak sehingga

tetap diadili.14 Selanjutnya pada tanggal 8 April 1953 Mahkamah Militer Yogya

menjatuhkan hukuman penjara 14 tahun kepada Kapten Andi Azis.15

Pada tanggal 26 April 1950 pasukan APRIS di bawah Kol. Alex

Kawilarang mendarat di Makasar sehingga situasi di Sulawesi Selatan semakin

bisa dikendalikan. Namun masih sering terjadi bentrokan antara pasukan APRIS

dengan KL dan KNIL. Bentrokan ini berhenti pada tanggal 8 Agustus 1950,

13Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 1977), hlm. 77.

14Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud

Balai Pustaka, 1977), hlm. 77.

15Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 149.

Page 14: BAB VI

ketika Komandan KNIL-KL di Makasar Mayor Jendral Scheffelaar dengan

Kolonel Alex Kawilarang mengadakan perundingan. Hasil perundingan ini

adalah APRIS akan menghentikan penyerangan terhadap KL KNIL, dengan

syarat selama dua hari pasukan KL KNIL meninggalkan Makasar.

Republik Maluku Selatan (RMS)

Republik Maluku Selatan merupakan gerakan separatis yanag ingin

memisahkan diri dari Negara RIS. Pendiri RMS adalah Mr. Dr. Christian Robert

Steven Soumokil. Dia bekas Jaksa Agung NIT. Ketika muda Dr. Soumokil sering

berada di Jakarta sebagai seorang mahasiswa yang ikut berjuang bersama-sama

dengan para pejuang yang lain. Namun pendiriannya lebih condong memihak

Belanda, sehingga tidak terkenal di kalangan pejuang. Ketika Van Mook

mendirikan negara-negara boneka, Dr. Soumokil segerar bergabung sehingga

mendapat jabatan sebagai Jaksa Agung NIT.

Ketika pemberontakan Andi Azis berlangsung di Makasar, dia termasuk

tokoh yang ikut mendorong agar Andi Azis meneruskan pemberontakannya.

Tetapi ketika hasutannya tidak berhasil akhirnya melarikan diri ke Maluku. Di

sana dia menghasut penduduk Maluku Tengah dan Tenggara untuk mendirikan

Negara terpisah dari RI. Dipilihnya daerah Maluklu karena masyarakat setempat

pada waktu dijajah Belanda lebih banyak yang memihak Belanda, baik karena

faktor agama maupun pendekatan Belanda yang berhasil terhadap rakyat Maluku.

Para mantan anggota KNIL di Maluku banyak yang terhasut. Hal ini

karena mereka menerima isu bahwa bila anggota KNIL masuk ke dalam APRIS

maka akan dipaksa masuk ke dalam agama Islam. Ketika dukungan rakyat dan

mantan anggota Kl dan KNIL dirasa kuat, Dr. Soumokil memproklamasikan

Negara Republik Maluku Selatan pada tanggal 25 April 1950 dengan ibukota

Ambon. Selain mengharapkan dukungan rakyat Maluku, Dr. Soumokil juga

memintan bantuan internasional terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan

PBB.

Untuk mengatasi gerakan separatis ini pemerintah RIS menempuh cara

diplomasi dengan mengirimkan utusan Dr. J. Leimena. Dia adalah putra asli

Maluku dengan harapan dapat melunakkan hati orang-orang Maluku. Tetapi

Page 15: BAB VI

delegasi yang dikirimkan pemerintah RIS tidak memperoleh hasil baik. Dengan

terpaksa pemerintah RIS menempuh jalan kekerasan dengan kekuatan senjata.

Pasukan pertama dikirim dari Makasar yang dipimpin oleh Kolonel Alex

Kawilarang dengan kekuatan 850 pasukan mendarat di Laha Pulau Buru pada

tanggal 14 Juli 1950. Pasukan APRIS berhasil merebut pos-pos RMS dengan

susah payah dan banyak korban karena tidak mengenal medan perang sama

sekali. Gerakan berikutnya adalah Pulau Seram sebagai basis utama RMS.

Pendaratan dilakukan di Seram Barat pada tanggal 19 Juli 1950 dan berhasil

menguasai Seram Barat hari itu juga. Operasi pasukan APRIS di Pulau Seram

dan Ambon mengalami banyak kesulitan, karena medan yang sulit serta kekuatan

RMS terpusat di daerah ini. Selain itu sebagai besar rakyat Seram dan Ambon

mendukung gerakan RMS. Baru pada bulan Desember 1950, setelah Indonesia

kembali ke negara kesatuan Pulau Seram dan Ambon berhasil dikuasai. Tetapi

RMS bukan berarti selesai ditunmpas. Para pemimpinnya mengadakan gerilya di

hutan dan gunung, sedangkan sebagian melarikan diri keluar negeri seperti

Belanda, Amerika Serikat dan Australia. Di negara-negara tersebut mereka selalu

mempropagandakan RMS serta minta perlindungan politik. Bahkan sampai

sekarang, gerakan RMS di luar negeri pun masih berlangsung oleh anak

keturunan pengikut RMS.

Masalah Perekonomian

Masalah perekonomian yang dihadapi Kabinet RIS Pertama yang

dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta, merupakan masalah RIS juga. Artinya

masalah itu bukan hanya tanggungjawab Kabinet Mohammad Hatta, melainkan

tanggungjawab seluruh bangsa Indonesia dalam wadah Negara RIS. Masalah

ekonomi ini merupakan rangkaian panjang kesengsaraan bangsa Indonesia sejak

dijajah Belanda. Namun semakin berat karena adanya masalah-masalah ekonomi

yang merupakan hasil KMB.

Sejak awal kemerdekaan yang disusul dengan berbagai peristiwa yang

berkaitan dengan usaha Belanda untuk menguasai kembali Indonesia, bangsa kita

belum sempat memikirkan bagaimana membangun negara. Rongrongan dari

Belanda dan bangsa Indonesia sendiri, pertentangan politik antar partai dan

Page 16: BAB VI

sebagainya menyebabkan ekonomi Indonesia merosot. Belum lagi banyaknya

uang yang beredar di masyarakat tidak dibarengi dengan naiknya produksi

industri maupun pertanian menyebabkan terjadinya inflasi. Untuk menekan angka

inflasi pemerintah berusaha dengan berbagai cara, antara lain menaikkan

produksi pertanian maupun tindakan lainnya.

Pemerintah menjalankan suatu tindakan dalam bidang keuangan yang

dratis yaitu mengeluarkan peraturan pemotongan uang pada tanggal 19 Maret

1950. Peraturan ini menentukan bahwa uang yang bernilai 2,50 gulden ke atas

dipotong menjadi dua sehingga nilainya tinggal setengahnya.16 Tindakan

pemotongan mata uang bagi Indonesia bukanlah yang pertama dilakukan. Pada

tahun 1946 Indonesia pernah menerapkan kebijakan ini yaitu pemotongan nilai

mata uang untuk mengatasi inflasi yang sangat tinggi. Inflasi yang tinggi saat itu

dipicu oleh beredarnya beberapa jenis mata uang di seluruh daerah Indonesia,

baik yang dikuasai Indonesia maupun dikuasai Belanda. Mata uang tersebut

antara lain uang Pemerintah Pendudukan Jepang, uang Hindia Belanda dan uang

de Javashe Bank. Selain itu pemerintah saat itu mengeluarkan mata uang baru

yang disebut ORI. Ketika inflasi tak terkendali mata diberlakukanlah kebijakan

“Gunting Syafrudin”.

Kebijakan pemotongan nilai mata uang tentu saja mengakibatkan banyak

anggota masyarakat dirugikan, terutama golongan atas yang mempunyai uang

banyak. Sedangkan rakyat kebanyakan mendapatkan manfaat yang lebih besar.

Itu artinya suatu kebjiakan yang diambil oleh pemerintah dapat menolong rakyat

secara mayoritas, sehingga kebijakan itu memihak rakyat.

Sementara itu semakin tegangnya hubungan antara Korea Utara dan

Selatan yang mengarah ke Perang Korea, menyebabkan nilai ekspor Indonesia

semakin meningkat. Hal ini karena jalur-jalur perdagangan di sekitar

Semenanjung Korea membahayakan kapal-kapal dagang sehingga perdagangan

antara berbagai negara lebih mengarah ke Indonesia. Selain itu juga produk-

produk Korea banyak yang dapat digantikan oleh produk-produk pertanian

Indonesia di arena perdagangan internasional.

16Sartono Kartodirjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 1977), hlm. 79.

Page 17: BAB VI

Masalah Kepegawaian

Sebelum Indonesia berbentuk RIS, Drs. Moh. Hatta pernah membuat

program rasionalisasi angkatan perang. Rasionalisasi tersebut dilanjutkan ketika

keadaan Indonesia sudah relatif aman. Perang yang berkepanjangan di awal

kemerdekaan telah menyebabkan seluruh komponen bangsa ikut mengangkat

senjata. Mereka berjuang hanya mempunyai motivasi bebasnya Indonesia dari

tangan penjajah, tidak ada motivasi untuk memperoleh jabatan tinggi atau

kedudukan sebagai anggota Angkatan Perang Negara.

Namun seiring kondisi negara yanag aman, maka dilakukan penataan

terhadap anggota badan-badan perjuangan, Bagi para pejuang yang masih

berstatus pelajar mereka disalurkan kembali ke lembaga-lembaga pendidikan

yang dibentuk pemerintah. Dengan demikian mereka dibekali dengan ilmu

pengetahuan dan ketrampilan sehingga dapat merintis karier di bidang lain.

Mereka umumya tidak mempermasalahkan karena masa depan bagi mereka masih

paajang. Bagi para pejuang yang berasal dari pesantren seperti pasukan Hisbullah

dan Sabilillah, mereka kembali ke pesantren menjadi santri. Bagi yang tidak

mempunyai pekerjaan serta tidak memenuhi syarat menjadi anggota Angkatan

Perang mereka ditrasmigrasikan dengan wadah Corps Cadangan Nasional.

Sedangkan bagi yang memenuhi syarat menjadi anggota AP mereka dijadikan

prajurit TNI.

Program-program yang dirancang pemerintah tidak berjalan mulus.

Banyak kalangan yang merasa diperlakukan tidak adil, sehingga memicu banyak

ketegangan diberbagai daerah. Ketegangan ini banyak yang akhirnya berujung

pada pemberontakan yang terjadi setelah Indonesia kembali ke negara kesatuan.

Hubungan Internasional

RIS yang baru berdiri menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif,

sesuai dengan cita-cita proklamasi. Namun demikian hubungan ini masih banyak

dengan negara-negara blok Barat, sehingga Indonesia dianggap condong ke blok

barat. Namun demikian sebenarnya wajar saja, karena trauma hubungan dengan

blok timur yang rata-rata berhaluan sosialis komunis akibat adanya

Page 18: BAB VI

pemberontakan PKI Madiun. Selain itu dukungan negara Barat pada akhir perang

kemerdekaan di Indonesia terasa lebih besar dibandingkan dengan peran serta

negara-negara Blok Timur.

Keberadaan Irian Barat

Irian Barat yang selanjutnya terkenal dengan sebutan Irian Jaya

merupakan daerah jajahan Belanda paling timur di Hindia Belanda. Daerahnya

berbatasan dengan daerah jajahan Australia yaitu Papua Nugini. Ketika Belanda

ingin menajjah kembali Indonesia melalui serangkaian gerakan militer dan

politik, Irian Barat termasuk daerah yang kurang mendapat perhatian pemerintah

pusat di Jakarta. Bahkan pada saat awal kemerdekaan pun, daerah Irian belum

dianggap sebagai daerah Republik Indonesia. Ini terbukti dengan tidak

dibentuknya Irian sebagai sebuah propinsi, sebagaimana terjadi di daerah-daertah

lain. Saat PPKI bersidang tanaggal 19 Agustus 1945 hanya delapan propinsi yang

dibentuk yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah

pusat belum menampakkan keinginan memasukkan Irian ke dalam wilayah RI.

Dalam perundingan-perundingan selanjutnya dengan Belanda pun, Irian tidak

sering disebut. Dengan demikian maka kedudukan Belanda di Irian sangat kuat,

dan berhasil menanamkan pengaruhnya yang dalam agar masyarakat Irian anti

Indonesia, atau bahkan kalau dapat jangan sampai bergabung dengan Indonesia.

Ketika KMB berlangsung, yang dimulai 18 Agustus 1949, tidak satupun

wakil masyarakat Irian duduk sebagai seorang utusan, baik melalui utusan RI

maupun negara-negara pendukung federalisme. Oleh karena itu keberadaan Irian

hanyalah sebagai obyek bagi RI dan Belanda, tanpa tahu pasti apa yang

dikehendaki oleh obyek yang bersangkutan.

Dalam persetujuan pendapat antara Belanda dan Indonesia sebelum

pelaksanaan KMB, ditetapkan hal-hal yang akan dibicarakan meliputi

perhubungan luar negeri, hak menentukan nasibnya sendiri untuk bagian-bagian

bangsa Indonesia, kebangsaan dan kewarganegaraan, hubungan keuangan dan

ekonomi, hubungan kebudayaan dan persetujuan militer dan penarikan kembali

tentara Kerajaan Belanda, mempertukaran komisaris-komisaris tinggi dan

Page 19: BAB VI

mengenai Nederland Niew Guinea.17 Dengan kenyataan ini menunjukkan bahwa

pemerintah Indonesia di Yogyakarta sudah mulai memperhatikan daerah Irian

Barat sebagai daerah yang seharusnya dimasukkan ke wilayah Indonesia

sebagaimana klaim Bung Karno bahwa wilayah Indonesia dari Sabang sampai

Merauke. Apalagi lalu kita menengok ke belakang terhadap sejarah bangsa,

daerah Irian bukanlah daerah yang asing bagi tokoh-tokoh pergerakan nasional.

Ratusan bahkan ribuan orang dihukum di penjara-penjara di Digul atau

diasingkan sebagai akibat gerakan menentang Belanda. Dengan adanya fakta ini

menunjukkan bahwa telah ada ikatan historis antara Indonesia yang saat itu

terkonsentarsi di Jawa dengan daerah Irian yangs saat itu juga dikuasai Belanda.

Namun beratnya perjuangan untuk memperhatikan proklamasi akibat

campur tangan Belanda melalui NICA maupun bangsa lain yang mendukung

Belanda, maka selama revousi fisik, Irian tidak mendapatkan perhatian

sebagaimana mestinya. Barulah ketika kondisi tantangan militer menghadapi

Belanda menurun seiring adanya persetujuan Roem Royen, Irian kembali

mendapatkan posisi penting di arena perpolitikan Indonesia.

Dalam KMB, masalah Irian menjadi masalah yang paling sulit

dipecahkan, sehingga kedua pihak mengambil; langkah kompromi untuk

mengaburkan status Irian sampai setahun setelah pengakuan kedaulatan. Ini

berarti setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, status Irian masih

di bawah kekuasaan Belanda. Penyelesaian yang disepakati bahwa masalah Irian

akan dibicarakan antara RIS dengan Belanda yang sama-sama anggota Uni

Indonesia Belanda.

Setelah pemerintah kembali ke Jakarta, RIS berusaha untuk secepatnya

membicarakan status Irian dengan Belanda agar batas akhir penyerahan Irian ke

Indonesia 27 Desember 1950 tidak terlampaui. Oleh karena itu pada akhir Maret

sampai awal April 1950, RIS dan Belanda mengadakan konferensi Uni Indonesia

Belanda untuk membicarakan status Irian. Untuk merealisasikan maksud tersebut

kedua negara membentuk sebuah panitia. Tiga orang dari Belanda dan tiga orang

dari Indonesia, mereka adalah G.H. Vander Kolff, R. Van Dijk dan J.M. Pieters

17(Pigay, 2001: 175).

Page 20: BAB VI

dari pihak Belanda serta L.H.P.S Makaliwy, J. Latuharhary dan Moh. Yamin dari

pihak Indonesia.18

18 (Pigay, 2001: 178).