bab v upacara aruh ganalrepository.upi.edu/45359/8/sps_psn_1502328_chapter5.pdf · persiapan adalah...

71
101 AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V UPACARA ARUH GANAL A. Bentuk Penyajian Dalam melakukan upacara ritual tentu ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan itu dilakukan demi mendapatkan syarat terlaksananya upacara dengan baik dan benar. K. Langer (1988, hlm. 15) mengatakan bentuk adalah wujud dari sesuatu, bentuk dalam pengertian abstrak adalah struktur dan artikulasi yang merupakan hasil kesatuan yang menyeluruh dari suatu hubungan berbagai faktor yang saling berkaitan. Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa setiap bentuk berasal dari struktur yang merupakan hasil dari berbagai faktor-faktor yang berkaitan satu dengan lain. Dalam bentuk upacara tentu saja ada struktur bertahap yang dilakukan pada setiap prosesinya. Biasanya dalam suatu kegiatan ada perencanaan atau persiapan, pelaksanaan, dan diakhiri dengan penutupan. Hal itu dilakukan agar kegiatan dapat berjalan dengan harapan bisa sesuai yang diinginkan, sehingga kegiatan tersebut bisa sukses bagi pelaksanaannya. Begitu pula pada aktivitas religi atau upacara ritual harus mempunyai tahapan dalam kegiatannya. Seperti misalnya saat akan mengerjakan sholat, dalam persiapan kita harus bersih dan suci dari hadast kecil maupun besar,caranya dengan mandi dan berwudhu. Kemudian melaksanakan sholat sebagai kegiatan intinya sedangkan penutupnya diakhiri dengan bertahlil, berdoa dan lain-lain. Di dalam religi Aruh pada masyarakat Dayak Meratus, tentu mereka akan melakukan tahapan tersebut agar aktivitas religinya dapat diterima oleh Sang-kuasa. Tahapan tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penutupan. Ketiga tahapan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. 1. Persiapan Upacara Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan utama. Pada tahapan ini biasanya masyarakat akan melakukan atau bekerja untuk mempersiapkan apapun yang terkait pada upacara inti baik itu keperluan maupun kebutuhan, baik perlengkapan maupun peralatan.

Upload: others

Post on 26-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

101 AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

UPACARA ARUH GANAL

A. Bentuk Penyajian

Dalam melakukan upacara ritual tentu ada beberapa tahapan yang harus

dilakukan. Tahapan itu dilakukan demi mendapatkan syarat terlaksananya upacara

dengan baik dan benar. K. Langer (1988, hlm. 15) mengatakan bentuk adalah

wujud dari sesuatu, bentuk dalam pengertian abstrak adalah struktur dan artikulasi

yang merupakan hasil kesatuan yang menyeluruh dari suatu hubungan berbagai

faktor yang saling berkaitan. Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa setiap

bentuk berasal dari struktur yang merupakan hasil dari berbagai faktor-faktor yang

berkaitan satu dengan lain. Dalam bentuk upacara tentu saja ada struktur bertahap

yang dilakukan pada setiap prosesinya. Biasanya dalam suatu kegiatan ada

perencanaan atau persiapan, pelaksanaan, dan diakhiri dengan penutupan. Hal itu

dilakukan agar kegiatan dapat berjalan dengan harapan bisa sesuai yang

diinginkan, sehingga kegiatan tersebut bisa sukses bagi pelaksanaannya. Begitu

pula pada aktivitas religi atau upacara ritual harus mempunyai tahapan dalam

kegiatannya. Seperti misalnya saat akan mengerjakan sholat, dalam persiapan kita

harus bersih dan suci dari hadast kecil maupun besar,caranya dengan mandi dan

berwudhu. Kemudian melaksanakan sholat sebagai kegiatan intinya sedangkan

penutupnya diakhiri dengan bertahlil, berdoa dan lain-lain. Di dalam religi Aruh

pada masyarakat Dayak Meratus, tentu mereka akan melakukan tahapan tersebut

agar aktivitas religinya dapat diterima oleh Sang-kuasa. Tahapan tersebut dibagi

menjadi 3 bagian yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penutupan. Ketiga tahapan

tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Persiapan Upacara

Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan

sebelum masuk pada kegiatan utama. Pada tahapan ini biasanya masyarakat akan

melakukan atau bekerja untuk mempersiapkan apapun yang terkait pada upacara

inti baik itu keperluan maupun kebutuhan, baik perlengkapan maupun peralatan.

Page 2: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

102

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Persiapan dilakukan secara matang dan terencana agar hasilnya nanti bisa dipakai

pada hari upacara inti, sehingga diharapkan upacara bisa berjalan dengan lancar

dan sesuai harapan. Masyarakat suku Dayak Meratus dalam mempersiapkan

upacara Aruh Ganal tentu dilakukan secara kerjasama atau gotong royong.

Persiapan tersebut tidak hanya dilakukan oleh para laki-laki namun juga para

perempuan sehingga seluruh lapisan masyarakat akan ikut serta terlibat dalam

persiapan ini. Sebelum melakukan aktivitas, biasanya akan ada yang namanya

persiapan untuk melangsungkan kegiatan tersebut. Persiapan tersebut biasanya

merupakan awal dari pra-kegiatan yang bertujuan untuk mempersiapkan segala

kebutuhan untuk pada hari pelaksanaannya. Persiapan ini biasanya jauh-jauh

sebelum hari pelaksanaan agar pada saat kegiatan inti dapat berjalan dengan

lancar dan tanpa ada kekurangan. Beberapa langkah persiapan yang dilakukan

adalah sebagai berikut.

a. Musyawarah

Dalam melaksanakan sesuatu tentu harus ada persiapan yang matang

sehingga kegiatan pada hari pelaksanaan dapat berjalan sesuai harapan dan

sukses. Hal ini juga berlaku pada masyarakat suku Dayak Meratus yang akan

melaksanakan upacara Aruh Ganal tentu juga memiliki persiapan yang matang

agar pada hari pelaksanaannya berjalan sesuai dengan lancar. (Wawancara

dengan Ayal, 27 September 2016) beliau mengatakan bahwa.

“Sabaluman kita ba’aruh, kita harus barapat dahulu barataan masyarakat

gasan manantuakan harinya, tanggalnya, bulannya, lawan gasan mamandirakan

parlangkapan lawan sasajinya”.

Artinya adalah “sebelum kita semua melaksanakan Aruh Ganal, kita harus rapat

(musyawarah) dalam menentukan hari, tanggal dan bulannya serta membicarakan

perlengkapan dan sesajinya untuk dipakai waktu upacara nanti”. Musyawarah ini

dilakukan di dalam rumah Betang (balai adat). Musyawarah dalam masyarakat

suku Dayak Meratus Selepas satu kampung selesai panen mereka akan

mengadakan rapat musyawarah untuk membahas bagaimana pelaksanaan

upacara Aruh Ganal. Upacara ini dihadiri oleh semua laki-laki dan perempuan

baik yang muda maupun yang tua untuk berkumpul bersama terlibat persiapan

Page 3: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

103

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

upacara ritual tersebut. Musyawarah ini dikumpulkan oleh penghulu adat (ketua

suku) yang hanya berbicara dari mulut ke mulut, dari orang 1 ke yang lain. Pada

musyawarahnya dilakukan pada malam hari dikarenakan untuk mencari tanggal

dan bulan yang tepat maka mereka akan melihat bulan. Mereka menyebutnya

hari minggu adalah awal dari setiap bulan yang artinya adalah tanggal 1. Maka

biasanya pelaksanaannya pastinya setiap malam minggu yang berarti hidup

tanggal 1 pada bulan tersebut. Pembicaraan yang lain adalah bagaimana tentang

persiapan apa saja nanti yang akan dilaksanakan untuk menunjang persiapan

upacara ritual Aruh Ganal. Musyawarah ini adalah rapat yang pertama dalam

penentuan tanggal dan bulan.

Musyawarah ini dihadiri oleh seluruh umbun (kepala keluarga) termasuk

penghulu adat dan diputuskan dalam kesepakatan bersama melalui panghulu adat

(ketua adat) sebagai pemimpin dari musyawarah ini. Musyawarah pertama itu

untuk penetapan tanggal, hari dan bulan, musyawarah kedua adalah untuk

melakukan gotong royong membangun panggung lalaya, sesajen, ringgitan, dan

lain-lain. Biasanya musyawarah ini dilakukan seminggu sebelum acara

dilaksanakan untuk persiapan segala upacara ritual Aruh Ganal.

Pemaparan di atas bisa kita tarik benang merah, bahwa aktivitas pertama

ini dihadiri oleh segenap warga masyarakat suku Dayak Meratus yang ada di

kampung tersebut. Simbol kearifan disini adalah balai adat yang mereka

agungkan sebagai tempat berkumpulnya seluruh warga masyarakat baik yang

muda maupun yang tua. Hal ini bermakna bahwa balai tersebut sebagai lambang

ikatan solidaritas, kebersamaan, pemersatu dengan berkumpul di dalam balai,

kerukunan tetap terjaga, dan tanggung jawab.

b. Batarah

Batarah adalah hari dimana aktivitas dilakukan sebelum hari kegiatan

upacara inti. Biasanya kegiatan batarah ini seminggu sebelum hari upacara inti

mereka akan pergi ke dalam hutan yang terdiri dari orang laki-laki untuk

mencari hasil hutan untuk keperluan upacara. Hal yang pertama mereka lakukan

adalah membikin altar yaitu panggung lalaya. Dalam membikin panggung

Page 4: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

104

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lalaya mereka harus mencari kayu khusus yang mereka sebut dengan kayu

pulantan jenis pohon yang mereka keramatkan. Pada hari keenam sebelum Aruh

atau keesokan harinya pada malam rapat, mereka akan mencari pohon ini untuk

ditebang. Sebelum menebang mereka harus merabun (membakar) menyan atau

dupa kemudian bamamang (berdoa) meminta izin kepada roh bumi dan kayu

untuk keperluan upacara ritual. Dalam menebangnya juga tidak asal tebang,

namun pohon tadi harus jatuh atau roboh ke arah matahari terbit. Hal ini

dilakukan pada saat pagi hari sekitar jam 7 pagi agar dapat mengetahui dimana

posisi matahari benar-benar terbit. Setelah pohon tersebut ditebang, lalu dibawa

ke halaman balai untuk dipotong seperti papan dan harus dimalamkan 4 hari 4

malam di tanah sebelum dibawa masuk ke dalam balai. Kemudian mereka

gotong royong kembali untuk mengukir dalam bentuk tombak, parang, dan lain-

lain serta membuat lukisan pada ukiran tersebut dengan warna merah dan hitam

menggunakan cat atau pewarna. Setelah satu hari satu malam baru dibuat

panggun lalaya (semacam altar) dari papan yang telah diukir tadi dan di taruh di

tengah ruang pamatang. Pembangunan panggung lalaya ini selesai pada hari

sabtu dan malamnya akan langsung dilakukan upacara pembukaan.

Para perempuan juga melakukan persiapan untuk membuat segala

keperluan yang akan dipakai dan disajikan pada hari utama. Semua kegiatan

perempuan dalam tahapan persiapan ini hanya melakukan hal yang terkait di

dalam balai saja yaitu menganyam, merias, dan memasak. Segala persiapan

tersebut yaitu membikin anyaman daun enau juga dihias pada malam itu, dan

besok siangnya mereka bakal menyiapkan sesajinya berupa kue-kue, lamang,

ayam dan lain-lain. Malam harinya baru dibuka dan dilaksanakan upacara Aruh

Ganal. Segala pembuatan sesaji untuk keperluan upacara hanya dilakukan oleh

wanita yang sedang tidak haid (suci), karena segala yang disajikan untuk yang

suci juga.

Pemaparan di atas menjadi bukti bahwa aktivitas yang kedua ini dalam

rangka persiapan upacara dibagi menjadi dua tugas yaitu kaum laki-laki dan

kaum perempuan. Jika laki-laki bertugas mencari kebutuhan ke hutan,

sedangkan para perempuan menyiapkan segala kebutuhan di dalam balai. Hal

Page 5: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

105

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini menjadikan simbol dualisme dimana laki-laki yang berada di luar ruangan

dan perempuan di dalam ruangan. Kerjasama ini menjadikan suatu yang saling

melengkapi satu sama lain. Hal ini menjadikan laki-laki merupakan lambang

pemimpin dalam rumah tangga sedangkan perempuan melengkapi kesatuan.

Kedua tahapan persiapan tersebut dilakukan agar upacara yang dilangsungkan

berjalan dengan sesuai harapan. Tentu saja kedua tahapan ini mendukung satu

sama lain, sehingga upacara yang akan dilaksanakan berjalan dengan lancar tanpa

hambatan. Kedua persiapan itu tidak lepas dari kontribusi masyarakatnya karena

dibutuhkan seluruh lapisan anggota masyarakat untuk mempersiapkan segala

kebutuhan penunjang uapcara aruh ganal tersebut. Hal ini bisa disimbolisasikan

bahwa secara tidak langsung adalah aktivitas yang bernilai solidaritas antar warga

dan keluarga, karena dibutuhkan gotong royong dan rasa peduli terhadap sesama

dalam membangun aktivitas religi ini.

2. Pelaksanaan Upacara

Pelaksanaan adalah kegiatan inti dari semua aktivitaas yang dituju.

Pelaksanaan ini tentu tidak sembarangan pada waktu, tempat dan ketentuan yang

lain. Hal itu dikhususkan sehingga diharapkan kegiatan ini dapat berjalan sesuai

yang diharapkan. Pada prosesi upacara Aruh Ganal, dilakukan selama seminggu

yang mana pelaksanaannya pada malam hari. Pelaksanaan ini biasanya dilakukan

pada malam minggu, karena menurut mereka hari minggu adalah awal dari hari.

Namun sebelum pada hari minggu ada beberapa ritual yang perlu dilakukan agar

kampung dan masyarakat yang akan menghuni balai bisa mendapatkan

keselamatan. Ada beberapa tahapan prosesi yang dilakukan dalam proses

pelaksanaan upacara aruh ganal. Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam

prosesinya.

a. Pembukaan

Pembukaan ini dilakukan pada hari sabtu sebelum hari utama atau

pelaksanaan upacara. Ritual ini dilakukan pada malam hari yang berarti malam

minggu. Ritual ini ada 3 prosesi yang harus dilakukan sebelum seluruh

Page 6: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

106

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat suku Dayak Meratus tinggal di balai. Ritual ini dipimpin oleh Guru

Jaya yang diwakili oleh umbun-umbun tiap keluarga. Berikut adalah pemaparan

prosesi yang dilakukan pada pembukaan ini.

1) Panyarahan

Panyarahan mempunyai arti menyerahkan. Menyerahkan ini berarti

adalah undangan untuk kepada yang akan dihadirkan dalam upacara aruh.

Panyarahan ini dilakukan dengan cara bamamang oleh Guru Jaya yang

sambil marabun dupa, dalam mamangan tersebut permohonan kepada

Nining Bahatara, Sangkawanang, Putir, Sangiang, dan roh-roh leluhur

mereka bahwa pada besok hari minggu akan dilaksanakan Upacara aruh

dalam mawanangkan padi mereka. Guru Jaya akan momohon

perlindungan dan kelangsungan upacara berjalan dengan lancar dan

seluruh warga yang hadir dalam balai mendapatkan keselamatan selama

pelaksanaan upacara aruh yang diwakili oleh para umbun-umbun. Upacara

panyarahan ini dilakukan pada pukul 19.30 yaitu sesudah makan-makan.

Pemaparan di atas merupakan sebuah undangan kepada makhluk

adikodrati untuk bisa dihadirkan pada saat upacara nanti. Simbol dari

prosesi ini adalah Guru jaya yang menjadi pemimpin dalam bamamang

dan para balian yang menjadi penguat dalam mamangan tersebut. Hal ini

bermakna bahwa mereka berniat dengan sungguh-sungguh dalam

melaksanakan upacara ritual Aruh Ganal, agar mereka bisa meyakinkan

makhluk adikodrati tersebut bisa hadir saat upacara ritual nanti.

2) Balapas basar

Sesudah panyarahan maka dilanjutkan dengan balapas basar. Balapas

basar mempunyai arti melepas dalam ukuran besar. Dikatakan oleh

damang Iswan dalam wawancara bahwa. “Pambukaan kami

bapanyarahan dahulu, baundangan lawan para roh-roh, hanyar balapas

basar supaya bala-bala kaluaran yang ada dalam balai, hanyar bajanji

balai”. Artinya pada pembukaan kami melakukan panyarahan dulu,

Page 7: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

107

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengundang para roh-roh, baru balapas basar agar kesialan dikeluarkan

yang ada di dalam balai, dan terakhir bajanji balai. Balapas basar ini bisa

diartikan dengan membuang segala dosa dan kesialan warga suku Dayak

yang ada dalam balai, agar semuanya dijauhkan dari marabahaya. Mereka

percaya kesialan itu akan dibawa oleh angin, larut dalam sungai, dan

menempel di pepohonan. Makanya selama upacara berlangsung mereka

tidak boleh jauh-jauh dari balai (keluar kampung), bermain air di sungai,

dan memetik daun hidup atau daun segar yang dari pohonnya langsung.

Hal itu bisa berakibat mencelakakan pada orang yang melakukannya baik

bagi warga balainya maupun tamu undangan (luar kampung). Balapas

basar dilakukan oleh Guru Jaya bamamang sambil barabun dupa dengan

menggosokan kedua tangan pada asapnya dan diikuti oleh semua para

umbun.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan, prosesi balapas basar adalah

sebuah tolak bala yang dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Meratus.

Prosesi ini bertujuan agar menghilangkan kesialan atau malapetaka yang

akan menghinggapi mereka pada saat upacara ritual nanti berlangsung.

Melalui prosesi ini, mereka mengharapkan keselamatan seluruh warga saat

melaksanakan upacara tersebut. Prosesi ini dilakukan dengan

menggosokkan tangan ke asap dupa oleh para umbun-umbun dimana ini

menjadi simbol perwakilan keluarga. Prosesi ini bermakna sebagai

perontok kesialan dan malapetaka bagi seluruh keluarga ketika menghadap

leluhur mereka.

3) Manjanji balai

Manjanji balai mempunyai arti yaitu mengikat janji pada setiap

masyarakat suku Dayak Meratus yang menjadi penghuni balai akan

menyelesaikan upacara aruh sampai selesai apapun yang terjadi. Pada

prosesi ini setiap umbun-umbun sudah menyiapkan ringgitan yang

diserahkan kepada Guru Jaya untuk didoakan sebagai tanda bahwa

keluarga tersebut menyanggupi upacara aruh tersebut sampai selesai.

Page 8: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

108

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ringgitan yang didoakan oleh Guru Jaya akan di sapukan ke asap dupa

tersebut sebagai tanda ringgitan dari keluarga tersebut sudah berjanji.

Prosesi pembukaan yang terakhir ini menjadi syarat untuk bisa memulai

upacara ritual Aruh Ganal bagi masyarakat suku Dayak Meratus. Manjanji

balai sesungguhnya adalah sebuah persyaratan bukti bahwa mereka siap

untuk melaksanakan upacara ritual tersebut. Benda Ringgitan sebagai

simbol bukti bahwa mereka telah siap dan terdaftar untuk mengikuti

upacara ritual Aruh Ganal. Hal ini bermakna bahwa mereka menyanggupi

segala kebutuhan yang diperlukan saat upacara dilaksanakan pada esok

hari.

b. Tari Bakanjar

Tari bakanjar adalah salah satu tari hiburan yang disuguhkan oleh

masyarakat suku Dayak Meratus untuk menyambut para tamu undangan. Tari ini

ditarikan oleh para laki-laki dimana para tamu undangan dipersilakan untuk ikut

menari bebas yang penting memutari panggung lalaya ke arah kanan atau

melawan jarum jam. Gerakan yang digunakan dalam tarian ini terkesan bebas

meliuk-liukkan tangan namun ada ketentuan yang harus pakemkan yaitu harus

menghadap panggung lalaya, kaki yang menghentak secara bergantian mengikuti

ritme pukulan gandang, dan hanya boleh ditarikan oleh laki-laki. Tari ini akan

selesai apabila tidak ada lagi yang ingin menari (istirahat duduk). Dalam menari

pasti ada unsur gerak, karena gerak merupakan unsur terpenting dalam tarian.

Menurut Hadi (2007, hlm. 29) salah satu medium untuk mengekspresikan

pengalaman mental dan emosional dalam tari adalah gerakan tubuh. Gerak tubuh

penari tersebut memiliki motif dan pola tertentu yang dimanifestasikan dalam

bentuk sebuah pertunjukan. Sama halnya dengan tari bakanjar yang dilakukan

oleh masyarakat suku Dayak Meratus. Meskipun terkesan bebas, tari ini

mempunyai motif menyerupai gerakan burung yang mengepakkan sayapnya

terbang mengelilingi panggung lalaya. Wawancara dengan Damang Iswan (13

Maret 2017) mengatakan bahwa. “Bakanjar itu kita menirukan burung yang

menjaga angin gasan pahumaan kita”. Artinya bakanjar itu berarti kita

Page 9: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

109

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menirukan burung yang menjaga angin untuk tanaman padi kita. Dari pernyataan

beliau tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa tarian ini mempunyai motif burung

terbang dan direpresentasikan dalam bentuk tarian yang mengelilingi panggung

lalaya yang berarti menjaga tanaman padi mereka. Tari ini termasuk kepada jenis

tari hiburan pribadi karena masyarakat luar bisa ikut menarikannya sehingga bisa

disimbolkan sebagai pengikat solidaritas sosial. Berikut adalah uraian gerak tari

bakanjar.

Foto Pola Lantai Motif Gerak

Gambar 5.1 Prosesi Tari

Bakanjar

(Dok. Zaini, 2016)

Ket :

: Balian

: Penonton/ tamu

: Penabuh musik

: Tiang Lalaya

: Panggung Lalaya

Motif gerak yang

digunakan

adalah

berbentuik

seperti burung

terbang yang

memutari

panggung

lalaya.

Page 10: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

110

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.2 Prosesi Tari

Bakanjar

(Dok. Zaini, 2016)

Tabel 5.1 Deskripsi uraian gerak tari bakanjar

Dari uraian tabel di atas dapat ditafsirkan bahwa tari bakanjar adalah sebuah

kesenian untuk memeriahkan dan menyambut para tamu-tamu yang hadir dalam

upacara Aruh. Tari ini ditarikan oleh para laki-laki baik para masyarakat Dayak itu

sendiri maupun tamu yang hadir. Gerak tari ini memiliki motif gerak burung elang

yang meliak-liuk menjaga panggung lalaya. Wawancara dengan Damang Iswan

(13 Maret 2017). “tari bakanjar itu ditariakan oleh bubuhan lalakian kaya burung

halang manyaluk.” Artinya tari bakanjar itu ditarikan oleh para laki-laki yang

menyerupai burung elang yang menjaga meliuk-liuk. Dari pernyataan beliau dapat

ditafsirkan bahwa gerak tarian ini bermotif burung elang yang menjaga tanaman

padi mereka karena ketika padi mereka diserang oleh tikus dan burung pipit maka

burung elanglah yang menjadi predator bagi keduanya. Kehadiran burung elang

ini adalah suatu berkah bagi mereka yang merupakan jelmaan dari nenek moyang

mereka. Dengan menghadirkan tarian ini selain merupakan kasenian yang

mempunyai nilai estetis bagi masyarakat juga merupakan yang bernilai religi

karena dimanifestasikan dalam kegembiraan atas penyambutan roh para leluhur

mereka yang hadir di dalam upacara Aruh.

Dari pemaparan di atas, dapat ditarik benang merah bahwa tari bakanjar ini

merupakan sebuah tari hiburan pribadi.

c. Bamamang

Pelaksanaan upacara utamanya dilakukan pada hari Sabtu 15 Oktober dan

pada malam hari. Dilaksanakannya pada malam minggu karena waktu malam

tersebut sudah masuk pada hari minggu yang berarti awal mula hari bagi

kepercayaan mereka. Biasanya sebelum melakukan prosesi ini, meraka akan

menyambut para tamu undangan yang hadir dengan makan-makan, setelah selesai

maka mereka bersiap untuk membuka upacara aruhnya. Pada prosesi bamamang

ini dilaksanakan pada pukul 19.00. pada pembukaan upacara ritual ini disebut

Page 11: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

111

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga sebagai balian pambukaan yang berarti pembukaan acara Aruh oleh balian.

Pembukaan ini dilakukan dengan bamamang yaitu pembacaan mantera atau doa

oleh Guru Jaya dan satu wakil balian yang menjadi lawan bicara Guru Jaya.

Kegiatan bamamang ini adalah dalam upaya menyeru atau mengundang semua

makhluk hidup baik yang nyata maupun yang bersifat metafisik. Prosesi ini juga

dilakukan di depan segala jenis sesaji yang akan disajikan. Hal ini dilakukan

dalam upaya mendoakan sesajen tersebut agar menjadi syarat upacara Aruh

Ganal.

Mamangan (matra) tersebut yang digunakan adalah bahasa Dayak

sehingga semua orang yang bukan dari golongan mereka tidak mengerti apa yang

mereka ucapkan. Pada hakekatnya bamamang adalah sebuah prosesi awal atau

pembukaan pada pelaksanaan upacara Aruh Ganal yang mana tujuannya agar

mengundang para roh-roh nenek moyong mereka, roh-roh halus baik yang jahat

maupun yang baik, serta mendoakan sesajean yang akan digunakan agar menjadi

syarat upacara ritual.

Pada prosesi ini mereka melarang orang yang sudah masuk ke dalam balai

agar tidak keluar hal itu dikarenakan pada prosesi ini mereka mengundang Nining

Bahatara, Sangkawanang, Putir dan Sangiang atau roh-roh leluhur. Tentu saja

segala roh juga diundang seperti roh baik dan roh jahat. Maka dari itu setiap orang

di dalam balai tidak diizinkan keluar sebelum selesainya prosesi pembukaan ini

karena dikhawatirkan para roh yang datang akan mencelakai orang yang keluar

balai sebelum ditatabusi.

Page 12: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

112

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.3 Prosesi Bamamang

(Dok. Zaini, 2016)

b. Batatabusan

Setelah selesai bamamang lalu dilakukan batatabusan yaitu upaya

mengganti segala yang telah diambil dengan cara menebusnya dengan darah ayam

hitam. (Wawancara dengan Damang Ayal, 27 September 2016) beliau

mengatakan bahwa: “Batatabus ini supaya napa yang sudah kita ambil diganti’i

nang kaya tempat tinggal urang, binatang nang kada singhaja tabunuh, dan lain-

lain”.

Artinya adalah tahapan ini dilakukan agar yang telah mereka ambil harus diganti

seperti tempat tinggal makhluk hidup, binatang yang tak sengaja terbunuh akibat

pembersihan lahan dan lain-lain. Maksud dari mengganti tempat tinggal makhluk

hidup adalah segala roh hutan yang bersifat metafisik, sebelumnya telah

menempati suatu tempat di hutan tersebut sebelum dijadikan ladang untuk

bercocok tanam. Makanya sebelum menggarap lahan yang akan dijadikan tempat

bercocok tanam tersebut, mereka harus meminta izin dahulu pada roh yang

menempati hutan tersebut. Dalam perjanjiannya apabila diizinkan maka pada

Aruh nanti akan diganti dengan cara menebus (membayar janji) berupa darah

ayam hitam.

Page 13: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

113

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Batatabusan ini dilakukan oleh guru jaya dan wakil balian dengan

menyembelih ayam hitam oleh guru jaya dan bakul saluk yang dibawa oleh wakil

balian. Di dalam bakul saluk tadi berisikan ringgitan, kemudian mencipratkan

darah ayam tersebut ke sekeliling panggung lalaya sambil batandik dan

bamamang. Mereka percaya roh yang mereka panggil berhadir pada panggung

lalaya yang merupakan pusat simbolisasi dari kegiatan upacara ritual.

Gambar 5.4 Prosesi Batatabus

(Dok. Zaini, 2016)

Pada prosesi ini Guru jaya dan panghulu adat akan bamamang sambil

batandik mengelilingi sesajen dan panggung lalaya sambil membawa Arangan

(bakul yang diikat dengan rotan). Arangan tersebut dipegang terus dari pertama

bamamang dan tidak pernah dilepas karena disimbolkan bahwa segala doa-doa

yang dipanjatkan terkumpul dalam arangan tersebut hingga dibawa mengelilingi

sesajen dan panggung lalaya. Setelah mengelilingi sebanyak 3 kali maka Guru

jaya akan mengambil ayam hitam yang masih hidup untuk disembelih. Ayam

yang disembelih itu darahnya yang masih menetes dicipratkan ke sekeliling

panggung lalaya. Hal itu disimbolkan bahwa darah ayam sebagai ganti dari

tebusan yang telah mereka ambil dari hak mereka saat menggunduli hutan untuk

dipakai dalam bercocok tanam. Hal ini merupakan janji yang harus dilunasi,

Page 14: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

114

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena para roh yang mendiami hutan apabila janji tersebut tidak dipenuhi maka

upacara tersebut akan kacau. Kekacauan itu bisa berakibat pada balian yang roboh

dan kerasukan di tengah upacara, sehingga terganggunya jalan upacara ritual

tersebut. Ayam hitam disini dianggap sebagai hewan yang mempunyai kekuatan

magis yang kuat sehingga darahnya bisa memikat para roh dan akan

menenangkan dengan meminumnya.

Gambar 5.5 Prosesi Penyembelihan Ayam

(Dok. Zaini, 2016)

Dari prosesi tersebut biasa ditafsirkan bahwa prosesi batatabusan adalah sebuah

pembayaran janji yang telah mereka buat kepada makhluk adikodrati pada saat

akan menggarap hutan. Dari prosesi ini juga merupakan kearifan budaya yang

dianut oleh masyarakat suku Dayak Meratus, hal itu bisa diamati bagaimana

mereka selalu ingat dengan janji dan sumpah mereka. Janji tersebut tiada pernah

diingkari oleh mereka, karena jika diingkari musibah akan menimpa mereka. Nilai

luhur ini menjadikan mereka makhluk yang menghargai sesama, baik sesama

makhluk hidup maupun dengan alam.

c. Bapalit Liur

Bapalit liur ini dilakukan ketika prosesi batatabusan telah selesai

dilakukan. Prosesi ini dilakukan dengan cara mengambil air ludah dan

Page 15: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

115

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditempelkan pada bakul saluk yang dibawa oleh panghulu adat. Jadi setiap pelaku

upacara wajib melakukan hal tersebut sebagai tanda bahwa mereka sudah terdaftar

namanya di langit sebagai andil ikut dalam upacara ritual tersebut, hal ini mirip

seperti daftar absen. Air liur dipercaya mereka sebagai salah satu simbol air

kehidupan yang murni dari diri manusia. Oleh sebab itu air liurlah yang

menjadikan manusia bisa makan dan minum, tanpa air lur manusia tidak akan bisa

hidup selain bernafas.

Gambar 5.6 Prosesi Bapalit Liur

(Dok. Zaini, 2016)

d. Bakapur Baminyak

Bakapur baminyak adalah sebuah prosesi sebelum masuk kepada

pembukaan acara yang nanti akan dibuka oleh guru jaya. Bakapur baminyak ini

sebagai upaya membersihkan diri atau bersuci. Pada prosesi ini juga dipimpin

oleh guru jaya. Mula-mula para balian akan membuat lingkaran yang ditengahnya

ada minyak kelapa dan kapur sirih. Kemudian guru jaya akan bamamang setelah

selesai pembacaan mantra, maka minyak dan kapur tadi akan dioleskan pada

bagian tubuh oleh masing-masing balian. Bagian tubuh yang akan ditandai

dengan kapur ini adalah dahi, kedua tangan, dada, dan kaki. Tandanya pun

disimbolkan pada bentuk plus (+) dan simbol minus (-). Lambang ini dinamakan

Page 16: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

116

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan cacak burung yang berarti bentuk sebagai kesucian diri. Hal ini dilakukan

supaya mereka dalam keadaan suci sewaktu melaksanakan ibadah tersebut,

sehingga para balian bisa masuk dan merasuk dalam rohani mereka. Minyak yang

digunakan ini adalah minyak kelapa yang mereka anggap adalah air yang paling

suci, karena telah melewati proses beberapa kali penyulingan. Adapun kapur

adalah simbol dari kesucian itu sendiri yang berwarna putih.

Gambar 5.7 Prosesi Bakapur Baminyak

(Dok. Zaini, 2016)

Bakapur baminyak ini dilakukan pertama adalah membentuk lingkaran

yang mengelilingi minyak kelapa dan kapur oleh para balian dan dipimpin oleh

Guru jaya sebagai pembaca mamangannya. Setelah membaca mamangan, Guru

jaya akan mengoleskan minyak dan kapur pada para balian pada bagian tertentu

pada tubuh. Dengan begitu bisa diartikan bahwa mereka sebelum memasuki fase

balian harus disucikan dahulu dengan bakapur baminyak ini baru setelahnya bisa

menjadi balian untuk melangsungkan upacara ritual. Selayaknya dalam beribadah

diri harus suci, karena akan menghadap sang pencipta, mereka juga seperti itu

untuk memasuki ruang yang sakral dan suci, sehingga dalam menghadap sang

pencipta diri sudah bersih dan layak. Hal ini juga berlaku di agama lain dalam

menyucikan diri ada langkah-langkahnya yang dilakukan dan bagian apa saja

Page 17: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

117

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang disucikan sebagai simbol kesucian itu sendiri. Jika di agama Islam disebut

dengan berwudhu, di agama Hindu yaitu presiten. Tujuan dari bersuci ini

sebenarnya sama yaitu menyucikan diri, sehingga dianggap layak dan sah untuk

melaksanakan ibadah dalam menghadap sang pencipta. Begitu juga di suku Dayak

Meratus dalam bersuci ada tata aturannya juga.

Dengan bakapur baminyak ini dilakukan agar upacara yang sakral ini bisa

dilaksanakan oleh orang suci juga. Oleh karena itu salah satu cara untuk

menyucikan diri adalah dengan bakapur baminyak. Ada beberapa bagian tubuh

yang dianggap penting oleh mereka, sehingga bagian tersebut yang akan diolesi

oleh kapur dan minyak ini. Wawancara dengan Damang Iswan (20 Maret 2017)

mengatakan bahwa. “Sebaluman kita mamulai upacara, kita harus bakapur

baminyak. Di dahi, tangan, dada, wan batis. Supaya kita bersih kawa

bahubungan lawan para laluhur kita”. Artinya sebelum kita memulai upacara,

kita harus melakukan bakapur baminyak. Di dahi (kepala), tangan, dada, dan kaki.

Hal ini supaya kita suci jadi bisa berkomunikasi dengan para leluhur. Pernyataan

dari wawancara tersebut didapat bahwa tidak semena-mena harus menjadi pelaku

upacara (balian), namun harus terlebih dahulu harus melalui proses bersuci agar

menjadikan lahir dan batin yang bersih dengan melakukan prosesi bakapur

baminyak. Berikut adalah uraian cara menyucikan diri bakapur baminyak.

No Foto Bagian Tubuh

yang

disucikan

Simbol

1.

Dahi (kepala) Lambang (–) artinya

bentuk pertahanan.

Lambang ini

dioleskan pada kepala

dengan harapan para

balian pada saat

prosesi upacara ritual

mamangan wirid tidak

ada satupun yang lupa

sehingga mantra-

mantra yang mereka

baca tidak ada yang

salah dan tertinggal.

Mereka menyebutnya

Page 18: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

118

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.8 Lambang (-) di

kepala Balian

(Dok. Zaini, 2016)

sudah di luar kepala

sehingga apa yang

mereka ucapkan sudah

spontan.

2.

Gambar 5.9 Lambang (-) di

kedua tangan Balian

(Dok. Zaini, 2016)

Tangan Lambang (-) pada

tangan ini juga dalam

bentuk pertahanan

sehingga apa yang

nanti balian sentuh

dan bawa pada saat

upacara ritual akan

menjadi media dalam

memberkati dan

mengobati apa yang

mereka papai.

Properti upacara yang

mereka bawa seperti

ringgitan, hujung

nasi, dan Gelang

Hyang.

3.

Gambar 5.10 Lambang (+) di

dada Balian

(Dok. Zaini, 2016)

Dada Lambang (+) yang

dioleskan pada dada

ini adalah cacak

burung. Lambang ini

bermakna adalah

bentuk perlawanan

dan pertahanan yang

maknanya adalah

tolak bala. Dioleskan

pada dada hal ini bagi

mereka di hati adalah

letak rohani bagi

makhluk hidup. Hal

ini dilakukan sehingga

tingkat rohaniah

mereka akan sampai

kepada mandiwata

(menyatukan roh diri

dengan roh adikodrati)

seperti leluhur dan

nenek moyang

(sangiang). Lambang

cacak burung ini

direpresentasikan

Page 19: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

119

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi perlawanan

terhadap roh-roh jahat

yang hendak masuk

pada diri balian.

4.

Gambar 5.11 Lambang (+) di

kaki Balian

(Dok. Zaini, 2016)

Kaki Lambang (+) pada

kedua kaki adalah

bentuk cacak burung.

Hal ini diartikan

bahwa mereka selama

satu malam suntuk

tidak akan merasa

lelah kakinya dalam

batandik (menari).

Dengan hentakan kaki

yang diberi lambang

ini sebenarnya juga

turut mengusir roh-roh

jahat yang datang

untuk mengganggu

kelangsungan upacara

ritual.

Tabel 5.2 Deskripsi uraian simbol kapur minyak

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bakapur baminyak

merupakan prosesi dalam menyucikan diri, sehingga dianggap layak untuk

menjadi seorang balian yang akan melakukan upacara ritual tersebut. Bakapur

baminyak juga merupakan salah satu rias dalam syarat menjadi balian sehingga

memunculkan tanda ataupun simbol khusus yang menjadi makna pada setiap

bentuk dan warnanya. Jika tanda (-) minus merupakan simbol pertahanan

sedangkan tanda (+) plus merupakan simbol perlawanan. Jadi kedua simbol itu

digunakan sebagai bentuk pertahanan dan kekuatan diri dalam melawan segala

serangan yang akan dihadapi, baik serangan dari luar maupun dari dalam.

d. Batandik

Batandik adalah kegiatan menari dengan cara hentakan kecil yang

bertumpu pada kaki. Batandik ini dilakukan dengan mengelilingi panggung lalaya

sambil membaca wirid (mamangan) sambil mengikuti irama iringan kendal yang

dipukul oleh pinjulang. Properti yang dibawa sambil menari ini adalah gelang

Page 20: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

120

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hyang yang digoncangkan pada tangan kanan, sedangkan tangan kirinya siap

menerima permintaan dari pinjulang nanti saat para balian sudah mencapai

rohani. Pada prosesi ini terbagi menjadi dua yaitu tandik mantah dan tandik

masak. Tandik mantah yaitu istilah yang mereka sebut sebelum berangkat menari.

Adapun tandik masak adalah berangkat untuk menari mengelilingi panggung

lalaya.

Tandik mantah yang berarti tarian belum matang. Matang tersebut

diistilahkan belum siap untuk dipetik atau dipenen. Maka dari itu, pada prosesi ini

dilakukan dengan cara duduk sambil bamamang yang menandakan dimulainya

membaca wirid dengan pertema, belum berdiri untuk menari mengelilingi

panggung lalaya. Para balian duduk disamping pinjulang atau istri mereka sambil

bamamang menghadap panggung lalaya. Setelah selesai membaca wirid

mamangan tadi barulah mereka berdiri untuk bersiap menari mengelilingi

panggung lalaya.

Tandik masak bermakna yaitu tarian matang. Masak berarti sudah siap

untuk dipanen atau dipetik, maka dilakukanlah batandik. Menari ini dilakukan

dengan mengelilingi panggung lalaya sambil membaca wirid mamangan tersebut

yang tiada putusnya. Membacanya pun tidak serentak sama, namun mereka bebas

membacanya laju lambatnya hal ini dikarenakan untuk mencapai titik rohani

mereka menyatu dengan para balian yang hadir. Batandik ini dimulai atau

dipimpin oleh Guru jaya dan di ikuti oleh para balian. Mereka menari sambil

memutari panggung lalaya dari kanan ke kiri sama seperti melawan arah jarum

jam. Hal ini sama seperti saat tawaf bagi agama Islam dalam umroh atau berhaji.

Bagi mereka, batandik ini bukan hanya mengagungkan sang pencipta dan

menghormati para leluhur namun juga merupakan usaha yang mereka lakukan

dalam mencari nafkah. Hal ini seiring dengan perputaran roda kehidupan,

sehingga bisa dikorelasikan sebagai putaran waktu yakni pagi, siang dan malam.

Mereka menganggap arah kanan sebagai jalan timur menuju barat yaitu arah

matahari terbit. Simbolisasi ini tercipta karena manusia berasal dari asal muasal

kejadian, begitu juga makhluk dan benda-benda yang lain pasti ada asal

muasalnya kejadian. Jadi disimbolkan arah matahari adalah sebagai kiblat pertama

Page 21: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

121

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kalinya kehidupan ada yang berarti inti prosesi ini adalah kembali kepada yang zat

untuk mencapai rohani yang menyatu di tubuh mereka.

Page 22: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

120

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Foto Nama

Gerak

Keterangan Pola Lantai Analisis

1

Gambar 5.12 Tandik

mantah

(Dok. Zaini, 2016)

Tandik

Mantah

Tandik Mantah

ini dilakukan

dengan duduk

sambil membaca

mamangan wirid

dan

mengguncangkan

gelang hyang di

pinggiran ruang

laras menghadap

pada panggung

lalaya.

Sikap duduk sambil

memandang ke depan ini

berarti mengagungkan

panggung lalaya sembari

mengucapkan wirid dengan

harapan rohani sampai pada

tujuan. Tandik mantah ini

bermakna yaitu ibarat buah

yang masih mentah yang

artinya awal mula rohani

berangkat menuju alam para

balian dimana tema mamangan

yang dibaca. Membaca

mamangan wirid ini disambili

dengan membunyikan gelang

hyang yang berarti menyeru.

Page 23: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

121

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Gambar 5.13 Tandik

masak

(Dok. Zaini, 2016)

Tandik

Masak

Tandik masak

dilakukan dengan

berangkat dari

tempat duduk dan

berjalan

mengelilingi

panggung lalaya

berlawanan jarum

jam. Berjalan ini

dilakukan dengan

menghentakan

kaki ke lantai

sesuai irama

iringan tabuhan

gandang dan

sambil

mengguncangkan

gelang hyang.

Tandik masak berarti matang

diibaratkan seperti buah yang

matang yang mempunyai arti

para balian sudah siap

melakukan pemujaan kepada

apa yang dipanggil

dimamangan wirid dengan

cara batandik (menari)

mengelilingi panggung lalaya.

Gerakan hentakan kaki dimulai

dengan kaki kanan ketika

berjalan adalah simbol bahwa

segala sesuatu harus diawali

dengan yang kanan karena

akan mendatangkan kebaikan

seperti mereka akan

kepahumaan, ketika turun dari

rumah mereka akan

melangkahkan kaki kanan

yang pertama. Mengelilingi

panggung lalaya berlawanan

arah jarum jam hal itu

dilakukan agar segala sesaji

yang dipersembahkan akan

diterima. Berputar

mengelilingi artinya

memusatkan pada satu titik

yang sama sehingga

Page 24: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

122

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsentrasi (khusyu) mereka

dapat rohani akan sampai pada

alamnya . mereka

menyebutnya dengan

marohani yang artinya rohnya

sampai bersatu pada zat yang

sama nur ilahi. Secara sains,

bahwa bumi bergerak

memutari matahari berlawanan

dengan jarum jam dalam

porosnya dilingkarang galaksi.

Bahkan aliran darah di dalam

tubuh manusia juga mengalir

berlawanan arah jarum jam

(http://id.wikipedia.org/wiki/ro

tasi_bumi). Berdasarkan

penjelasan tersebut, maka pola

lintasan gerak yang melingkar

memutari sesuatu oleh balian

adalah suatu satu kesatuan

yang utuh serta menyimbolkan

kehidupan yang terus berjalan

searah dengan putaran waktu.

Pola ini juga menjadi makna

pada setiap insan dalam

menjalani kehidupan bertumpu

pada ruang dan waktu.

Page 25: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

123

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Gambar 5.14 Tandik

bahadap

Tandik

bahadap

Tandik bahadap

yaitu menari di

tempat sambil

berhadapan

dengan para

pinjulang.

Gerakan ini

dilakukan dengan

hentakan kaki

kanan dan kiri

secara bergantian

mengikuti ritme

tabuhan gandang

serta memutarkan

ringgitan pada

para pinjulang.

Tandik bahadap mempunyai

arti yaitu menari berhadapan

dengan pinjulang yang mana

nanti balian yang sudah

marohani (merasuk jiwa)

mereka dengan makhluk

adikodrati kedalam diri

mereka. Para balian ini akan

bertanya mengapa mereka

dipanggil ketempat ini, maka

dijawab oleh pinjulang karena

kita telah sampai pada

penghujung tahun, kita telah

menang, kita telah menunaikan

janji. Lalu balian berkata apa

buktinya? Lalu dijaab kembali

oleh pinjulang dengan

panggung didawat, panggung

ditulis, inilah ringgitan maka

diserahkan ke balian berupa

janur ringgitan. Pinjulang

berujar lagi memohon agar

diberkati hidupnya dan

keluarganya serta memohon

permintaan dari seluruh warga

yang hadir di dalam balai.

Maka didoakanlah oleh balian

Page 26: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

124

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Dok. Zaini, 2016) dengan mamangan (mantra)

sambil memutarkan ringgitan

kepada pinjulang dan

panggung lalaya. Hal itu

dilakukan kesetiap pinjulang

karena balian meminta bukti

kepada setiap keluarga, dan

setiap keluarga harus melayani

permintaan balian yang

diwakili oleh pinjulang.

Begitu juga dengan ketika

balian bertanya bukti kita telah

menang atau berhasil panen

pada tahun ini, maka

diserahkanlah nasi baruas

pada balian sambil

memintakan doa agar panen

tahun depan akan kembali

berhasil serta dijauhkan dari

marabahaya saat pergi ke

lading dan terhindar dari

segala penyakit tanaman baik

hama ataupun segala bentuk

musibah yang menyebabkan

gagalnya panen padi. Maka

balian pun bamamang sambil

batandik memutari lagi

panggung lalaya.

Page 27: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

125

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah selesai, maka pada

putaran terakhir para balian

akan meletakkan nasi baruas

tersebut di atas panggung

lalaya.

Pada prosesi ini terdapat

simbol sosial terhadap apa

yang dilakukan oleh balian

dan pinjulang. Hubungan

antara balian dan pinjulang

adalah hubungan mikrokosmos

dengan dunia metakosmos,

antara dunia tengah dengan

dunia bawah dan dunia atas.

Pinjulang adalah sebagai

perantara atau perwakilan dari

masyarakatnya sehingga apa

yang akan disampaikan kepada

balian yang bertindak sebagai

dunia bawah dan dunia atas.

Maka pinjulang bertempat

duduk dipinggir ruang laras

dan pamatang yaitu ruang

perbatasan yang sakral dan

tidak sakral, dunia tengah

dengan dunia bawah, dunia

tengah dengan dunia atas.

Hubungan sosial ini tercipta

Page 28: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

126

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan komunikasi antara

pinjulang dengan balian yang

sudah marohani. Dari

hubungan ini maka terciptalah

keseimbangan yang

diperantarai oleh sesajen dan

panggung lalaya sebagai

simbol religius. Segala sesuatu

yang bersifat gaib harus

dihadirkan dalam upacara

demi terciptanya

keharmonisan dengan semesta

(makrokosmos). Keadaan

dunia bawah dan dunia atas

lantas tidak dapat disatukan

layaknya seperti hitam dan

putih, dingin dan panas, dan

lain-lain. Sumardjo (2013,

hlm. 51) bahwa dualisme itu

tidak mungkin dipersatukan,

meskipun saling melengkapi

persatuan atau harmoni dua hal

yang bertentangan itu tidak

menyenangkan. Hal inlah yang

coba untuk dipraktikkan oleh

masyarakat suku Dayak

Meratus yang menganut

paham dualisme dalam filosofi

Page 29: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

127

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat peramu

memisahkan yang hitam dan

putih pada tempatnya justru

itulah terciptanya harmoni.

Karena pasangan dualistic itu

merupakan pasangan

kebutuhan. Mereka

berhubungan dengan dunia

bawah para roh-roh makhluk

adikodrati dan dunia atas agar

hidup mereka di dunia

berdampingan secara

harmonis. Mereka percaya

bahwa apabila kita saling

menghargai sesama, baik

sesame makhluk yang nyata

maupun yang kasat mata maka

akan tercipta keseimbangan.

Komunikasi yang dibangun

oleh pinjulang dan balian

menjadi simbol bahwa

hubungan sosial bisa

memberikan keselarasan dan

keseimbangan yang

menyelamatkan mereka baik di

dunia maupun kelak di akhirat.

Page 30: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

128

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.

Gambar 5.15 Puja

Nining Bahatara

(Dok. Zaini, 2016)

Puja

Nini

Bahatara

Gerakan puja

Nining Bahatara

dilakukan dengan

meng-ukelkan

kedua tangan ke

hadapan

panggung lalaya.

Kaki kanan dan

kiri berhentak

secara bergantian

namun 2 kali

lebih cepat dari

hentakan normal.

Gerakan puja nining bahatara

dilakukan secara spotanitas

apabila rohani mereka ingin

melakukan tersebut pada setiap

putaran mengelilingi

panggung lalaya selama

proses batandik. Biasanya

gerakan ini dilakukan disela-

sela sambil berjalan memutari

panggung lalaya dan sambil

menghadap ke panggung

lalaya. Gerakan ini

disimbolkan bahwa para

balian mengagungkan dan

memuja sang hyang Nining

Bahatara. Menghadap

panggung lalaya merupakan

kiblat bagi mereka untuk

menuju rohani yang semakin

tinggi. Sehingga bukan diri

sendiri lagi yang bertindak

melainkan sudah pada

penyatuan dengan alam. Itulah

yang disebut marohani bagi

mereka.

Tabel 5.3 Deskripsi uraian gerak Batandik

Page 31: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

129

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Manggalung

Setelah selesai, balian maka akan dilaksanakan manggalung yaitu prosesi

mengikat anak nasi (salah satu sesajen) di tihang ading. Prosesi ini dilakukan

oleh guru jaya yang mana setiap kepala keluarga diharuskan menyajikan

sesajen berupa anak nasi sebanyak 2 batang. Orang yang melakukan prosesi ini

disebut juga panggalung harung/ panggalung balai.

Gambar 5.16 Prosesi Manggalung

(Dok. Zaini, 2016)

3. Penutupan

Penutupan pada upacara ini adalah pamumpunan atau badudus yaitu

meminta ampun kepada sang Hyang Nining Batara atas apa yang telah terjadi

selama satu tahun ini. Prosesi terakhir ini dilakukan dalam upaya agar mendapat

ampunan, keridhaan, dan keselamatan, baik yang sudah terjadi maupun ditahun

yang akan datang. Pada prosesi ini dilakukan dengan cara membasuh tangan

dengan air hangat sebagai simbol bahwa air adalah benda yang suci, sehingga

dosa yang dilakukan bermula dari tangan menurut mereka, maka tanganlah yang

pertama harus di cuci atau disucikan. Lengkap sudah tahapan prosesi upacara

Aruh Ganal, maka ditutup dengan pemumpunan ini yang menandakan bahwa

ditutupnya upacara ritual ini.

Page 32: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

130

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.17 Prosesi Pamumpunan

(Dok. Zaini, 2016)

Page 33: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

131

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Analisis Properti Upacara

Dalam melaksanakan upacara Aruh Ganal, maka diperlukan beberapa

peralatan atau properti yang menjadi syarat untuk melaksanakannya. Properti

tersebut digunakan agar upacara ritual tersebut bisa dijalankan. Jika alat tersebut

tidak disediakan, maka upacara ritual tersebut tidak bisa dijalankan atau dianggap

sah. Sudah tentu yang namanya upacara ritual memiliki ketentuan khusus yang

harus disediakan pada saat berlangsungnya aktivitas tersebut. Hal ini sejalan

dengan pendapat Soedarsono (2010, hlm. 126) bahwa pertunjukann ritual

memiliki ciri-ciri khas, yaitu diperlukannya tempat pertunjukan yang terpilih,

diperlukannya pemilihan hari serta waktu yang tertentu, diperlukan pemain yang

terpilih, diperlukan seperangkat sesaji, tujuan lebih penting daripada nilai estetis,

dan diperlukan busana yang khas. Keenam ciri-ciri tersebut ada ada upacara ritual

Aruh Ganal dimana properti tersebut telah ditentukan oleh keyakinan mereka.

Properti tersebut diantaranya adalah tarian, busana, musik, sesaji, dan tempat.

Berikut adalah pemaparan analisis properti upacara Aruh Ganal.

1. Analisis Tari Bakanjar dan Tari Batandik

Tarian yang terdapat pada upacara Aruh Ganal ada 2 yang dilakukan yaitu

tari bakanjar dan tari batandik. Kedua tarian ini dilakukan pada tahap pelaksanaan

upacara ritual. Tarian ini berbeda pelaksanaan waktunya yang berarti peran dan

fungsinya juga berbeda. Jika tari bakanjar dilakukan pada awal adalah sebagai

hiburan dalam menyambut para tamu undangan, tari batandik adalah sebagai

prosesi upacara intinya dimana para penari (balian) menjalin hubungan

komunikasi dengan makhluk adikodrati yang dihadirkan dalam upacara ritual.

Semua prosesi tersebut tentu dilakukan dengan niatan mendapatkan tujuan dari

upacara tersebut. Tari-tarian yang dilakukan tentu saja tidak secara aal-asalan

dilakukan, semua itu mengandung nilai budaya yang paling tinggi dari keyakinan

mereka. Melalui sebuah tarian bisa kita temukan simbol-simbol yang mempunyai

makna terselubung dalam kabut kebudayaan dan kepercayaan yang mereka anut.

Page 34: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

132

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menganalisisnya maka kita akan membedahnya satu-persatu. Berikut

adalah komponen-komponen dalam sebuah tarian yang akan dianalisis.

a. Fungsi tari

Fungsi tari merupakan salah satu sudut pandang untuk mengamati

tari-tarian yang ada dalam sebuah pertunjukan. Soedarsono (2010, hlm.

123), membagi fungsi tari sebagai pertunjukan primer yaitu: (1)

Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai upacara, (2) Pengamatan

terhadap seni tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi, dan (3)

Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis. Dari

ketiga pernyataan tersebut didapat bahwa kedua tarian yang terdapat pada

upacara Aruh Ganal mempunyai perbedaan satu sama lain. Pada tari

bakanjar bertujuan sebagai penghibur bagi warga dan tamu undangan

yang hadir. Hal itu terlihat karena tarian ini dilakukan seluruh undangan

bisa menari bersama dengan warga masyarakat dalam balai. Keterlibatan

penikmatnya harus melibatkan diri dalam pertunjukan. Biasanya pada tari

tayuban, lenggeran, maupun ronggeng, disajikan oleh penari wanita,

sedangkan laki-laki adalah orang yang ingin mendapatkan hiburan. Sama

halnya dengan tari bakanjar yang menyajikannya adalah masyarakat suku

Dayak Meratus itu sendiri dan yang mendapat hiburannya adalah para

tamu undangan dalam memeriahkan upacara ini. Pertunjukan seperti ini

merupakan rasa kepuasan individu atau pelakunya saja. Oleh karena itu

jenis pertunjukan ini bisa dikategorikan sebagai seni yang harus dilibati

(art of participation) (Soedarsono, 2010, hlm. 124). Maka bisa

disimpulkan bahwa tari bakanjar berfungsi sebagai pertunjukan hiburan

pribadi.

Page 35: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

133

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.18 Tari Bakanjar

(Dok. Zaini, 2016)

Berbeda dengan tari batandik yang merupakan sebuah prosesi inti

dari sebuah upacara ritual yang dilangsungkan. Tarian ini digunakan untuk

memanggil makhluk adikodrati untuk memasuki jiwa mereka yang menari

sehingga rohani mereka telah sampai yang mereka sebut dengan

mandiwata. Pertunjukan ini ditujukan kepada penikmat para penguasa

dunia atas serta bawah., sedangkan manusia lebih mementingkan tujuan

upacara tersebut daripada menikmati bentuknya. Seni pertunjukan

semacam ini bukan hanya disajikan bagi manusia, tetapi harus dilibati (art

of participation) (Soedarsono, 2010, hlm. 123). Dari pemaparan tersebut

didapat bahwa tari batandik berfungsi sebagai sarana ritual. Hal ini

tercermin dari beberapa ciri-ciri ritual yaitu para penarinya yang terpilih

dan penikmatnya adalah dunia atas dan dunia bawah serta tidak

mementingkan nilai estetis. Artinya mereka hanya fokus pada tujuan

upacara agar sah dilaksanakan.

Page 36: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

134

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.19 Tari Batandik oleh para Balian

(Dok. Zaini, 2016)

b. Peran tari

Peran adalah suatu prilaku yang diharapkan oleh orang lain dari

seseorang yang menduduki status tertentu”. (Cohen, 1992, hlm. 76). Setiap

makhluk hidup memiiki perannya masing-masing dalam menjalankan

keseimbangan di dunia ini. Melalui peran, seseorang akan mengisi

kekosongan dan melengkapi satu sama lain. Begitu juga dalam upacara

ritual, setiap pelaku upacara memiliki tugas dan perannya masing-masing.

Dalam upacara Aruh Ganal, setiap pelaku upacara yang menjalankan

tugasnya dalam melaksanakan setiap prosesi ritual tentu ada perannya

masing-masing. Adapun peran yang diemban oleh pelaku upacara seperti

Guru jaya, balian, dan pinjulang.

Guru Jaya mempunyai peran sebagai pemimpin upacara. Hal ini

menjadikannya bertindak sebagai imam dalam melaksanakan berbagai

prosesi ritual. Segala aktivitas pelaksanaan upacara selalu dipimpin oleh

Guru jaya, hal ini dapat ditafsirkan bahwa Guru jaya adalah pemimpin

yang dipercaya oleh masyarakat dalam mengemban tugas untuk

berkomunikasi dengan tuhan dan makhluk adikodrati agar menyelamatkan

para warganya. Jika ada pemimpin maka ada orang yang berperan sebagai

pengikutnya. Pengikut ini dalam beribadah disebut dengan makmum.

Tugas dari makmum adalah mengikuti segala perkataan dan perbuatan

Page 37: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

135

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dilakukan oleh pemimpin mereka (imam). Makmum ini dalam

upacara Aruh Ganal disebut balian. Mereka adalah laki-laki yang menjadi

umbun atau kepala keluarga dalam sebuah rumah tangga. Tiap-tiap kepala

keluarga ini akan menjadi balian pada saat upacara ritual berlangsung.

Mereka yang akan menjadi perantara komunikasi dengan makhluk

adikodrati. Hal ini menjadikan peran balian sebagai penguat dan

pendukung bagi pemimpin mereka (Guru jaya). Terakhir adalah pinjulang

yaitu para perempuan istri dari para balian yang memiliki tugas

memainkan iringin musik, melayani seluruh permintaan balian, dan

menyampaikan aspirasi dan permohonan masyarakat pada makhluk

adikodrati. Hal ini menjadikan pinjulang berperan sebagai pengantar atau

sarana penghubung antara dua dunia yaitu masyarakat (dunia nyata)

dengan balian yang telah dimasuki oleh makhluk adikodrati

(metakosmos). Komunikasi yang terhubung antara pinjulang dan balian

akan semakin jauh apabila mereka sudah memasuki tahap ruhani yang

tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Liliweri (2003, hlm. 24) apabila

masuk ketahap tinggi, misalnya saling mengerti perasaan dan tindakan

bersama maka komunikasi tersebut masuk ke dalam tahap komunikasi

transaksional. Komunikasi jenis ini adalah proses pengiriman dan

penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam sebuah

episode komunikasi. Komunikasi ini berkaitan dengan tema dari upacara

ini sehingga mencapai dari suatu tujuan yang diharapkan oleh masyarakat

tersebut.

Page 38: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

136

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.20 Balian berkomunikasi dengan Pinjulang.

(Dok. Zaini, 2016)

Pada upacara Aruh Ganal ada terdapat 2 tarian yaitu tari bakanjar

dan tari batandik. Kedua tarian ini memiliki perannya dalam kelangsungan

acara upacara Aruh Ganal. Tarian ini menjadi salah satu prosesi yang

dilakukan secara pertahapan pelaksanaan. Jadi tarian tersebut sudah ada

pada letak waktunya, tempatnya dan pelakunya. Pada tarian bakanjar ini

dilakukan pada hari pertama dan di awal sebelum dimulainya upacara

ritual dalam menyambut para tamu undangan. Hal ini menjadikan tarian

bakanjar berperan sebagai pengantar untuk memasuki acara inti. Berbeda

dengan tari batandik yang merupakan prosesi puncak atau inti dari upacara

ritual ini. Melalui batandik, Guru jaya dan para balian bisa berkomunikasi

dengan makhluk adikodrati yang mandiwata kedalam jiwa mereka yang

nanti dilayani oleh pinjulang. Hal ini berarti tari batandik berperan sebagai

alat untuk mencapai titik rohani yaitu mandiwata dimana para makhluk

adikodrati akan merasuk masuk ke dalam jiwa Guru jaya dan para balian.

Secara keseluruhan peran penari ditarikan oleh laki-laki baik dalam

tari bakanjar dan batandik. Hal ini merupakan sebuah nilai budaya dimana

laki-laki yang boleh tampil di depan. Hal ini tercermin dari aktivitas

Page 39: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

137

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

batarah pada tahap persiapan dimana laki-laki yang berkerja ke hutan,

sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan di dalam balai.

c. Gerak tari

Salah satu unsur yang terpenting dalam sebuah tarian adalah gerak.

Melalui gerak seorang penari dapat mengekspresikan apa yang ingin

disampaikannya, apa yang ada dalam hatinya sehingga pesan tersebut

sampai pada yang melihat atau penikmatnya. Jika membedah suatu gerak,

maka diuraikan bagaimana bentuk dari gerak tersebut. Narawati (2003,

hlm. 20) mengatakan ada empat gerak yang dimiliki oleh tari, yaitu

locomotion (berpindah tempat), pure movement (gerak murni), gesture

(gerak maknawi), baton signal (gerak penguat ekspresi). Dari pernyataan

tersebut didapat bahwa empat gerak tersebut selalu ada di dalam tarian.

Hal inilah yang dicari dalam pembedahan gerak tari bakanjar, dan tari

batandik.

Tari bakanjar adalah sebuah pertunjukan tari hiburan pribadi

dimana penikmatnya adalah individunya. Tarian ini disuguhkan pada hari

pertama upacara Aruh Ganal, sekitar pukul 19.00 dimana para tamu

undangan sudah berdatangan. Tujuan tarian ini adalah sebagai pembuka

untuk memeriahkan pesta syukuran yang akan mereka lakukan yaitu

upacara ritual Aruh Ganal. Tarian ini dibuka oleh Guru jaya dan diikuti

oleh para peserta (warga dan tamu undangan) upacara khususnya para

laki-laki baik yang tua maupun yang muda. Tarian ini akan selesai apabila

tidak ada lagi yang menari atau merasa sudah lelah, maka tarian

dinyatakan telah selesai. Sebenarnya gerak pada tarian bakanjar terbilang

bebas, namun jika diamati dengan seksama, geraknya mempunyai motif

tertentu walaupun secara keseluruhan diimprovisasi oleh penarinya. Jika

lihat gerak tersebut mempunyai motif seperti burung yang berhentak-

hentak mengelilingi altar (panggung lalaya). Gerak tersebut

merepresentasikan burung yang menjaga panggung lalaya yang nanti

ditaruh hasil panen mereka untuk diaruhkan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tarian bakanjar memiliki makna burung yang menjaga ladang

Page 40: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

138

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka. Lantas burung apakah yang menjadi manifestasi dalam tarian

bakanjar, burung tersebut adalah gaib. Mereka menyebutnya burung

tersebut sebagai jelmaan makhluk adikodrati. Dari pemaparan tersebut

dapat ditarik benang merah bahwa gerak tari bakanjar merupakan

manifestasi dari makhluk yang mereka agungkan (adikodrati). Hal itu

terrefleksi dari bentuk ukitan dari balai indung panggung lalaya.

Gambar 5.21 Ukiran burung di Balai Indung Panggung Lalaya

(Dok. Zaini, 2016)

Gerak yang dimanifestasikan dalam tarian bakanjar tersebut selain

menyambut para tamu yang hadir di dunia manusia, tarian ini juga

disimbolkan menyambut para tamu astral yang hadir di dalam balai.

Gerakan burung yang dipaktikkan oleh penarinya tidak selembut seperti

tari burung yang yang ada kebanyak di nusantara, namun disertai dengan

gerakan hentakan kecil, hal ini dikarenakan masyarakat Dayak Meratus

letak geografisnya berada di pegunungan yang memaksa mereka

melakukan aktivitas harus melalui medan turun dan naik. Hal ini sejalan

dengan pendapatnya Robert Linton (1936), “Teori Peran menggambarkan

interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan

apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-

harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk

berperilaku dalam kehidupan sehari-hari”. Itulah sebabnya gerakannya

Page 41: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

139

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penuh dengan hentakan kaki karena kebiasaan mereka yang berjalan

sehari-hari dalam melakukan aktivitas.

Gambar 5.22 Gerak Tari Bakanjar

(Dok. Zaini, 2016)

Tarian yang kedua adalah tari batandik, yaitu sebuah prosesi inti

atau puncak dari upacara Aruh Ganal. Tarian ini diiringi tabuhan pukulan

gandang dan mantra-mantra wirid yang diucapkan oleh Guru jaya dan

para balian. Setiap tema wirid ditentukan oleh Guru jaya selaku imam

dalam upacara ritual ini. Tarian ini dilakukan selama semalaman sampai

pagi pukul 10.00. Setiap tema wirid yang dibawakan memiliki beberapa

tahap yaitu tandik mantah, tandik masak, tandik hadap. Tiap-tiap tahapan

memiliki gerakan yang dinamis sehingga bisa dimaknakan bahwa lika-liku

kehidupan. Dalam sebuah karya seni, produknya terindera sebagai sesuatu

yang nampak hidup (Langer, 2006, hlm. 16). Tarian batandik ini

merupakan sebuah produk yang diekspresikan oleh segenap

masyarakatnya. Bentuk tarian ini bukan semata-mata tercipta semaunya,

namun terilhami oleh berbagai makhluk adikodrati yang mereka hormati

sehingga tervipta gerakan sedemikian rupa.

Page 42: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

140

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.23 Tahapan Tandik Mantah

(Dok. Zaini, 2016)

Tahapan yang pertama adalah tandik mantah. Dinamakan mantah

karena belum matang, hal ini bisa diibaratkan buah yang masih mentah

dan belum siap untuk dipetik. Sama halnya dengan tahapan ini, Guru jaya

membuka wirid diiringi oleh balian dimana mereka masih duduk di

pinggir ruang laras menghadap ke panggung lalaya. Sambil membaca

wirid, tangan mereka akan mengguncangkan properti tari yaitu gelang

hyang. Setelah membaca mamangan wirid yang dirasa cukup, maka Guru

jaya akan beranjak dari tempat duduk untuk melakukan tandik masak

diiringi oleh para balian, maka tahanpan ini sudah masuk pada tahapan

yang kedua. Tandik masak ini dilakukan dengan menari mengelilingi

panggung lalaya melawan arah jarum jam. Gerakan tandik masak ini

adalah seperti berjalan namun dengan hentakan kecil di kaki mengikuti

irama pukulan gandang. Sambil menari mengelilingi panggung lalaya,

gelang hyang dibawa ditangan kanan sambil digoncangkan. Hal ini

menjadi simbol penyeru bagi makhluk adikodrati bahwa penari

berkomunikasi dengan mereka. Gerak langkah kaki diawali dengan kaki

kanan yang berarti kanan adalah simbol kebaikan dan kemulian.

Mengelilingi panggung lalaya ini sebanyak jumlah umbun yang ikut

dalam upacara Aruh Ganal.

Page 43: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

141

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.24 Tahapan Tandik Masak

(Dok. Zaini, 2016)

Tahapan yang terakhir adalah tandik hadap, yaitu menari sambil

berhadapan dengan pinjulang. Disini Guru jaya dan para balian yang

sudah mandiwata akan menghampiri pinjulang dan menanyakan beberapa

pertanyaan dan mendoakan apa yang dihajatkan. Berikut adalah salah satu

rangkuman percakapan antara balian dan pinjulang. Balian bertanya“

mengapa aku dipanggil kesini?, ada perlu apa kalian memanggilku?”.

Kemudian pinjulang menjawab “karena kita sudah dipenghujung tahun,

kita telah mencapai kemenangan, telah menunaikan hajat janji.” Lalu

balian bertanya lagi “apa buktinya?”, lalu pinjulang menjawab “inilah

ringgitan, nasi baruas, panggung ditulis, panggung didawat, maka

doakanlah kami dan jaga selamatkanlah anak cucumu di dalam balai ini”

(wawancara dengan Damang Iswan, 13 Maret 2017). Seperti itulah salah

satu pembicaraan antara balian yang sudah mandiwata dengan pinjulang.

Sambil berbicara, lantunan inguh mamangan tetap terjaga selama

percakapan berlangsung. Hal ini menjadi simbol bahwa inguh mamangan

adalah pemikat bagi makhluk adikodrati untuk mencapai titik rohani

mandiwata. Gerakan yang dilakukan oleh penari selama percakapan selalu

menghentakkan kakinya dan diakhiri dengan gerakan mamapai tapung

Page 44: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

142

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tawar menggunakan ringgitan ke arah pijulang yang meminta doakan.

Sesudah didoakan, maka balian akan berangkat kembali menari memutari

panggung lalaya. Mereka yang sudah mandiwata biasanya gerakannya

akan berubah menjadi sesakali menghadap ke panggung lalaya sambil

mengukelkan kedua tangannya dan menghentakkan yang berarti memuja

sanghyang Nining Bahatara. Gerakan ini dinamai gerakan puja Nining

Bahatara.

Gambar 5.25 Tahapan Tandik Hadap

(Dok. Zaini, 2016)

Dari ketiga tahapan tersebut didapat bahwa gerak tari batandik

merupakan gerak locomotion (gerak perpindahan) terutama pada tandik

mantah. Gerak berpindah ini dilakukan sambil memutari panggung lalaya

dengan gerakan hentakan kecil pada kedua kaki secara bergantian. Hal ini

merupakan cerminan kebiasaan dari faktor geografis masyarakat suku

Dayak Meratus yang tinggal di lereng pegunungan. Hentakan pada kaki ini

terrefleksi dari aktivitas mereka sehari-hari yang medannya turun naik.

Sama halnya dengan naik ataupun turun tangga, tenaga yang dibutuhkan

untuk berjalan pasti lebih besar ketimbang berjalan pada medan yang

datar. Hal inilah yang menjadikan gerak pada tari batandik menjadi

identitas dari suku Dayak Meratus. Hal ini sejalan dengan penyataan Hadi

(2005, hlm. 48) bahwa manusia primitif yang dicirikan dengan imajinasi

Page 45: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

143

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mistis dan magis,banyak dipenuhi dengan tindakan konkritberupa bentuk

ritual, dan semua motif dasaryang ada pada tindakan itu adalah proyeksi

dari kehidupan mereka. Selain dari tandik masak, seperti tandik masak,

tandik hadap, dan puja nining bahatra merupakan gerak gesture

(maknawi). Gerakan ini mempunyai arti atau makna yang menisyaratkan

mereka untuk tujuan tertentu. Seperti tandik masak dilakukan berduduk

sambil membaca mamangan wirid menghadap panggung lalaya, hal itu

dimaknakan agar mereka menuju satu titik agar fokus dan khusyu dalam

menjalankan ritual ini. Gerak yang lain seperti tandik hadap dalam

memutarkan ringgitan di atas kepala pinjulang adalah bentuk

pemberkatan, persetujuan, penerimaan akan hajat yang diajukan oleh

pinjulang yang mewakili seluruh masyarakat. Terakhir adalah gerak puja

Nining Bahatara yang dilakukan oleh Guru jaya dan para balian dengan

cara mengukelkan kedua tangan menghadap panggung lalaya. Gerakan ini

biasanya terjadi pada diri mereka yang sudah mandiwata bermakna

sebagai bentuk sembah dan puja terhadap Nining Bahatara.

Gambar 5.26 Tahapan Puja Nining Bahatara

(Dok. Zaini, 2016)

d. Pola lantai

Menurut soedarsono (1975, hlm. 4) menyatakan bahwa pola lantai

(floor design) adalah garis-garis di lantai yang dilalui oleh seorang penari,

atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari pasangan atau

Page 46: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

144

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pun kelompok. Secara garis besar ada dua pola garis dasar pada lantai

yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus dapat dibuat ke berbagai

arah yaitu ke arah depan, ke kanan, ke kiri, ke belakang, atau serong. Garis

lengkung dapat dibuat lengkung ke depan, ke belakang, ke samping, dan

serong. Dari dasar lengkung ini dapat pula dibuat desain lengkung ular,

lingkaran, angka delapan, juga spiral. Desain lantai yang terbentuk dari

tari batandik adalah berbentuk lingkaran karena pada prosesinya mereka

mengelilingi altar (panggung lalaya) yang ada di tengah ruangan.

Sumardjo (2014;67) bentuk lingkaran bagian atas mendongak kelangit,

tanpa batas dan tak jelas mana ujung mana pangkalnya diibaratkan

kesempurnaan surgawi, langit yang tak dapat ternilai untuk diungkapkan,

sehingga pada pernyataan inilah lingkaran yang pada pola lantai ini di

maknai sebgai ucapan rasa syukur atas segala yang telah diberikan Tuhan.

Gambar 5.27 Pola lintasan penari pada tari bakanjar dan batandik

(Dok. Zaini, 2016)

Pola lintasan ini merupakan pola yang terjadi pada tari-tarian

primitif yang berpusat pada satu titik dimana mereka meyakini bahwa titik

itu adalah sumbu bumi. Sama seperti yang terjadi pada agama Islam saat

berhaji yang memutari Ka’bah. Perputarannya pun melawan arah jarum

Page 47: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

145

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jam. Pada prosesi tari batandik, mengelilingi panggung lalaya berlawanan

arah jarum jam hal itu dilakukan agar segala sesaji yang dipersembahkan

akan diterima. Formasi koreografi acapkali dalam deretan-deretan serta

berurutan. Lingkaran-lingkaran besar yang ada di dalamnya para penari

menghadap ke pusat atau bergerak maju dalam urutan melingkar, serta

urutan-urutan yang bergerak dalam perjalanan seperti ular (Holt, 2000,

hlm. 117). Berputar mengelilingi artinya memusatkan pada satu titik yang

sama sehingga konsentrasi (khusyu) mereka dapat rohani akan sampai

pada alamnya. mereka menyebutnya dengan marohani yang artinya

rohnya sampai bersatu pada zat yang sama nur ilahi. Secara sains, bahwa

bumi bergerak memutari matahari berlawanan dengan jarum jam dalam

porosnya dilingkarang galaksi. Bahkan aliran darah di dalam tubuh

manusia juga mengalir berlawanan arah jarum jam

(http://id.wikipedia.org/wiki/rotasi_bumi). Berdasarkan penjelasan

tersebut, maka pola lintasan gerak yang melingkar memutari sesuatu oleh

balian adalah suatu satu kesatuan yang utuh serta menyimbolkan

kehidupan yang terus berjalan searah dengan putaran waktu. Pola ini juga

menjadi makna pada setiap insan dalam menjalani kehidupan bertumpu

pada ruang dan waktu. Berbagai bentuk lingkaran yang ada menyiratkan

sebuah makna kesatuan atau keutuhan antara diri manusia dengan alam

(Wijaya, 2012). Melalui kesatuan atau keutuhan tersebut akan

menghasilkan pertemuan yang diharapkan yaitu mencapai kesuburan baik

bagi benih padi yang ditanam maupun bagi manusia itu sendiri.

2. Analisis Busana

Selain rias tentu harus ada yang namanya kostum ataupun busana yang

digunakan dalam melakukan upacara. Hal ini merupakan salah satu syarat khusus

yang tak kalah penting dalam melaksanakan upacara ritual. Seperti yang

diutarakan oleh (Soedarsono, 2001, hlm. 122 – 126) busana merupakan satu

diantara keenam ciri-ciri khusus seni pertunjukan yang bersifat ritual. Para balian

dan pinjulang juga mempunyai pakaian khusus yang ditentukan dalam upacara

ritual. Tidak sah apabila ketentuan tersebut tidak dilakukan dengan semestinya.

Page 48: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

146

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seperti pakaian beribadah dalam agama yang lain juga tentu ada ketentuannya. Di

agama Islam jika hendak shalat maka hendaklah ia menutup auratnya. Jika di

agama Kristen ketika sembahyang di gereja Pendeta wajib memakai jubah. Jika

di agama Hindu ketika sembahyang mereka akan memakai udeng, kain kamen,

dan baju putih. Begitu juga di kepercayaan Kaharingan Dayak Meratus juga

mempunyai ketentuan dalam berbusana untuk upacara adat yang sakral. Ada

beberapa pakaian yang wajib dikenakan ada juga yang hanya sekedar boleh

digunakan dan tidak apa apa digunakan. Beberapa yang wajib bagi balian

diantaranya adalah laung, babat, selendang putih, dan tapih bahalai. Adapun

untuk perempuan sebagai pinjulang yang dianggap sebaiknya adalah kebaya dan

tapih bahalai. Peneliti disini melihat fenomena dua jenis pelaku berdasarkan

busananya pada saat pelaksanaan upacara baik balian dan pinjulang. Peneliti

disini menyebutnya dengan balian tuha dan balian ajaran, begitu juga dengan

pinjulang. Kedua jenis tersebut merupakan perbedaan ditunjukan secara visual

dengan busana yang dipakainya. Berikut adalah penjabaran bagaimana busana

yang dikenakan pada saat upacara ritual Aruh Ganal.

No Busana Keterangan Penjelasan

1

Gambar 5.28 Balian memakai

Laung

(Dok. Zaini, 2016)

Laung adalah

ikat kepala yang

terbuat dari

sehelai kain 1

meter x 0,5

meter yang

diikatkan

mengelilingi

kepala balian

setelah

lilitannya dirasa

cukup maka

diikat dibagian

belakangnya

Penutup kepala

yang berupa

kain diikatkan

ini bernama

laung. Laung ini

merek percaya

bahwa segala

ingatan dan

hapalan

mamangan

wirid tidak

bakal lupa

sehingga dijaga

dalam kepala

para balian.

Dengan ingat

dan fasih segala

mamangan

wirid tersebut,

maka balian

Page 49: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

147

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak akan

pernah lelah

dalam batandik.

Hal ini berarti

laung tersebut

merupakan

simbol penjaga

ingatan hapalan

mamangan,

ilmu balian,

ilmu

kepercayaan,

dan lain-lain.

Mereka percaya

bahwa segala

ilmu ini hidup

dalam diri

balian yang

berregenerasi

secara turun-

temurun. Oleh

sebab itu maka

mereka tidak

mempunyai

kitab suci yang

pada setiap

agama

memilikinya.

2

Gambar 5.29 Balian memakai

Babat Pinggang

Babat pinggang

adalah ikat

pinggang yang

berguna untuk

menahan tapih

dan selendang

putih. Ikat

pinggang ini

Babat

pinggangyang

berarti ikat

pinggang

sebenarnya jika

dilihat secara

fungsional maka

gunanya adalah

untuk penahan

tapih bahalai

dan selendang

putih. Dulu ikat

pinggang ini

mereka

menggunakan

tali namun

seiring

berkembangnya

Page 50: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

148

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Dok. Zaini, 2016)

zaman, maka

ikat pinggang

yang modern

dianggap yang

paling nyaman

digunakan dan

praktis makanya

digunakanlah

ikat pinggang

yang model

sekarang.

3.

Gambar 5.30 Balian memakai

Tapih Bahalai

(Dok. Zaini, 2016)

Tapih Bahalai

adalah kain

panjang yang

biasa kita sebut

dengan sarung.

Kain ini

mempunyai

panjang 1 meter

x 50 cm.

Dikenakan

dipinggang

dilipat hingga

menutupi bagian

pinggan sampai

lutut.

Tapih bahalai

ini mereka

percaya adalah

lambang dari

penganut iman

kaharingan.

Diceritakan

pada zaman

dulu nenek

moyang mereka

dahulu hanya

memakai kain.

Laki-laki

memakainya

sampai selutut,

sementara

perempuan

memanjang

sampai mata

kaki.

4.

Selendang putih

adalah kain

putih yang

diikatkan

melingkari

pinggang dan

ujungnya di

sebelah kanan

dan kiri

Selendang putih

ini dipakai

melilit pinggang

disimbolkan

merupakan

lambang batin

nan suci.

Dikucir dikiri

dan kanan

merupakan

simbol bahwa

balian adalah

pribadi yang

jujur tidak

memihak pada

satu sisi, dapat

Page 51: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

149

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.31 Balian memakai

selendang putih

(Dok. Zaini, 2016)

dipercaya, dan

tidak merugikan

sesama maupun

lingkungan.

Balian selalu

mendatangkan

kebaikan.

5.

Gambar 5.32 Baju dan celana

yang dipakai Balian

(Dok. Zaini, 2016)

Baju dan Celana

yang dipakai

dapat dikatakan

bebas yang

penting bersih

dari kotoran.

Baju dan celana

yangdipakai

sebenarnya

adalah yang

terbaik dan

bagus yang

mereka punya.

Pakaian yang

satu ini bebas

dikenakan baik

dari bentuknya

dan coraknya,

hsaja harus

bersih dan bagus

karena ini

merupakan

upacara yang

sakral.

Tabel 5.4 Deskripsi uraian kostum yang dipakai oleh balian tuha

Berdasarkan pemaparan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kostum para

penari (balian) ada yang diwajibkan memakai dan ada yang dibebaskan, baik dari

segi warna maupun pemakaiannya. Balian yang hadir pada upacara ini ada terbagi

dua jenis yaitu balian tuha dan balian ajaran. Kedua balian ini mempunyai peran

yang sama namun bagi balian ajaran setidaknya ilmunya masih belum sempurna

seperti balian tuha. Kedua jenis balian dapat dibedakan dari pakaian upacaranya

yaitu pada laungnya. Jika laungnya pada balian tuha memakai kain yang

diikatkan di kepala, berbeda dengan balian ajaran yang biasanya masih

menggunakan penutup kepala biasa, mereka menggunakan peci sebagai penutup

kepalanya. Wawancara dengan Damang Ayal (13 Maret 2017) mengatakan

bahwa. “balian ajaran bisa hatam, apabila sudah tuntung mangaji dan diijazahi

Page 52: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

150

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lawan laung yang sebagai tanda bahwa inya balian tuha sudah.” Artinya balian

ajaran bisa khatam, apabila sudah selesai mengaji atau belajar dan diberi ijazah

berupa laung sebagai tanda bahwa dia menjadi balian tuha.

Gambar 5.33 Laung di kepala Balian ajaran

(Dok. Zaini, 2016)

Selain busana balian, busana pinjulang juga mempunyai tingkatan dalam

busananya. Peneliti juga membagi menjadi 2 kategori untuk pinjulang ini. Berikut

adalah penjabaran bagaimana busana yang dikenakan oleh pinjulang pada saat

upacara ritual Aruh Ganal.

No Busana Keterangan Penjelasan

Page 53: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

151

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.

Gambar 5.34 Baju Pinjulang Tuha

(Dok. Zaini, 2016)

Baju yang

digunakan oleh

para pinjulang

sebenarnya

tidak ada

ketentuan baik

itu dari segi

bentuk dan

warna namun

hanya baju

tersebut bersih

dan bagus.

Pakaian yang

digunakan oleh

pinjulang tuha

merupakan baju

yang dianggap

paling bagus

dan baik untuk

digunakan pada

saat upacara

ritual. Mereka

beranggapan

bahwa untuk

melaksanakan

upacara maka

harus

mengenakan

yang bagus

pula.

2.

Gambar 5.35 Tapih Pinjulang

Tuha

(Dok. Zaini, 2016)

Tapih adalah

kain panjang

yang dikenakan

sebagai penutup

bagian anggota

bawah badan.

Panjang kain ini

2 meter x 1

meter dan

berbentuk

persegi panjang.

Para pinjulang

tuha

diidentikkan

memakai tapih

ini karena

hanya pinjulang

yang

mempunyai

ilmu tinggi dan

sanggup

mengiringi

balian yang

dimemakai

tapih. Tapih ini

dimaknai

sebagai

perempuan

yang dapat

menjaga

martabat dalam

keluarga dan

menjadi

pelengkap

pendamping

kepala

keluarga.

Tabel 5.5 Deskripsi uraian kostum pinjulang tuha

Page 54: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

152

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain balian, pinjulang juga ada yang ajaran. Kedua pinjulang ini memiliki

perbedaan dalam penampilan busana yang dikenakan pada saat upacara ritual.

Berikut adalah pemaparan kostum yang digunakan oleh pinjulang ajaran.

No. Busana Keterangan Penjelasan

1.

Gambar 5.36 Baju Pinjulang

ajaran

(Dok. Zaini, 2016)

Baju yang

digunakan

oleh

pinjulang

ajaran juga

sama dengan

pinjulang

tuha yaitu

tidak ada

ketentuan

khusus.

Hanya saja

baju tersebut

harus bersih

dan dianggap

paling bagus.

Baju yang pakai

oleh pinjulang

ajaran adalah

baju keseharian

bagi baik di

rumah maupun

saat keluar rumah.

Baju ini menjadi

simbol bahwa

busana tersebut

cerminan dari

kehidupan sehari-

hari bagi mereka.

Nilai dari pakaian

mereka ini adalah

kesederhanaan

yang berarti

seorang pinjulang

adalah korelasi

antara masyarakat

dengan para

balian.

Page 55: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

153

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.

Gambar 5.37 Celana Pinjulang

ajaran

(Dok. Zaini, 2016)

Busana

Bawahan

pinjulang

ajaran

menggunakan

celana yang

bisa dibilang

bebas. Celana

tersebut yang

penting harus

bersih dan

dianggap

bagus.

Bawahan yang

digunakan oleh

pinjulang ajaran

justru menjadi

pembeda dengan

pinjulang tuha

yang

menggunakan

tapih. Pinjulang

ajaran bebas

menggunakan

bawahan.

Tabel 5.6 Deskripsi uraian kostum pinjulang ajaran

Dari paparan di atas terdapat ketentuan pakaian ataupun busana yang dipakai

pinjulang tuha. Berbeda dengan pinjulang ajaran yang masih menggunakan

pakaian keseharian yang terlihat mempunyai kebebasan dalam berbusana untuk

menjadi pinjulang. Busana yang digunakan oleh masyarakat suku Dayak Meratus

terlihat seperti pakaian yang mereka kenakan sehari-hari. Adapun busana yang

wajib digunakan hanya dikenakan oleh para balian, namun hanya beberapa saja.

Walau terkesan seperti pakaian sacara umum, namun pakaian khusus tersebut

menjadi simbol strata sosial yang ada di lingkungan mereka. Morris (1977, hlm.

231) mengatakan bahwa setiap busana atau kostum mempunyai cerita seputar

pemakaiannya. Busana dapat memberikan gambaran mengenai peran sosial dan

sikap mereka terhadap budaya dimana mereka tinggal. Pernyataan tersebut sejalan

dengan keadaan masyarakat suku Dayak Meratus yang memakai busana

keseharian mereka saat upacara ritual, karena dianggap mewakili peran mereka

dalam menjalani roda kehidupan. Hal itu pula yang dianggap mempunyai

keterikatan dengan gerak tariannya yang memutar mengelilingi panggung lalaya

Page 56: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

154

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berarti menjalani roda kehidupan. Balian dan pinjulang sebenarnya

berpakaian dengan busana yang menunjukkan kebebasana dalam berbusana.

Busana yang mereka pakai adalah busana keseharian mereka baik di dalam rumah

maupun di luar rumah. Mereka memakai busana tersebut karena bagi mereka

busana tersebut nyaman dan enak dipakai. Hal ini sejalan dengan (Morris, 1977,

hlm. 213) bahwa busana yang dipakai oleh pelaku upacara berdasarkan comfort.

Pada busana laki-laki, intinya mereka dianggap balian apabila memakai laung,

babat pinggang, tapih bahalai, dan selendang putih. 4 item tersebut diwajibkan

dipakai oleh balian, sehingga mereka bias dianggap sah untuk menjadi pelaku

dalam upacara ritual Aruh. (Wawancara dengan Damang Ayal 18 Oktober 2016)

mengatakan bahwa.

“Balian harus mamakai laung, babat pinggang, tapih bahalai, wan

selendang putih. Kaampartnya ada artinya, laung itu supaya kita hapal

mamangan, babat gasan maikat tapih wan selendang, tapih sebagai

lambang kita baiman lawan kaharingan, wan selendang putih sebagai

lambang kebaikan.

Artinya Balian harus memakai laung, babat pinggang, tapih bahalai, dan

selendang putih. 4 macam item tersebut memiliki makna, laung sebagai penutup

kepala agar hapalan mamangan wirid tidak luntur, babat pinggang menjadi

simbol penghubung antara diri balian dengan simbol yang ada pada tapih bahalai

dan selendang putih. Tapih bahalai merupakan simbol bahwa mereka memegang

teduh kepercayaan Kaharingan, sedangkan selendang putih bermakna kebaikan,

tulus, jujur. Kedua busana tersebut diikat dengan babat di pinggang sehingga

balian disimbolkan memegang teguh kepercayaan Kaharingan dan mendatangkan

kebaikan, kejujuran, dan keseimbangan antara manusia, makhluk hidup dan alam.

Berbeda halnya dengan pinjulang, mereka hanya menamakan diri dengan

yang sudah tuha dan ajaran. Tuha artinya tua, berarti pinjulang tersebut sudah

memasuki usia senja, hal itu terlihat mereka sudah mempunyai cucu, sedangkan

pinjulang ajaran adalah perempuan yang baru menikah dan hanya memiliki anak.

Mereka sepakat bahwa para pinjulang tuha memakai tapih dan para pinjulang

ajaran memakai pakaian bebas yang penting bersih dan dianggap paling bagus.

Busana tersebut dipakai oleh para pinjulang merupakan simbol dari

kesederhanaan hidup mereka. Hal ini tergambar dari busana yang dipakai adalah

Page 57: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

155

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pakaian sehari-hari bagi mereka. Kesederhanaan tersebut direfleksikan oleh

masyarakat suku Dayak Meratus dalam memperlakukan alam seperti tidak pernah

mengambil hasil hutan secara besar-besaran, karena mereka berkeyakinan bahwa

keserakahan akan menjerumuskan mereka pada kesengsaraan.

3. Analisis Properti tari

a. Gelang Hyang

Properti yang digunakan pada saat menari adalah galang hyang

yaitu sejenis besi kuningan yang dibuat berbentuk kue donat yang terdiri

dari 3 batang. Gelang ini tidak dipakai seperti gelang yang dimasukkan

pada pergelangan tangan, namun hanya dipegang pada telapak tangan

sambil digoncangkan. Tiap Balian harus mempunyai galang hyang ini

untuk dipakai saat batandik. Galang Hyang ini dipakai dengan cara

memasukkan pada ke telapak tangan sehingga empat buah jari masuk pada

bagian lingkaran gelangnya, sedangkan ibu jari tetap di luar gelang.

Dengan menggoncangkannya, gelang akan berbunyi. Gerak goncangan

gelang hyang ini seirama dengan jatuhnya hentakan kaki saat Balian

batandik. Gelang Hyang ini dianggap sebagai penyeru jika di Islam

dikatakan Allahu Akbar lewat gelang hyang ini menyerukannya. Ada 3

bilah gelang hyang yang digunakan, hal ini tentu bukan semata-mata

kebetulan atau hanya ingin bunyinya lebih keras terdengar. Ketiga gelang

ini dibawa oleh balian sambal batandik dengan harapan rohaninya bias

mencapai pada tingkat yang diinginkan. 3 bilah ini digoncangkah di

tangan kanan dengan membentuk empat jari tangan yaitu telunjuk, tengah,

manis, dan kelingking dengan merapatkannya dan memasukkan lubang

gelang tersebut. Jika diperhatikan dan diartikan hal ini merupakan simbol

kesuburan. Gelang hyang yang berbentuk bulat (yoni) perempuan dibawa

dengan meruncingkan tangan kanan yang berbentuk (lingga) laki-laki.

Aktivitas ini melahirkan persandingan antara laki-laki dan perempuan

yang merupakan simbol kesuburan. Mereka menyebutnya sebagai seruan

yang berarti doa untuk 3 dunia. Hal itu dimanifestasikan pada 3 bilah

gelang tersebut bertumpuk, dimana yang paling atas adalah seruan untuk

Page 58: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

156

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dunia atas, yang tengah adalah seruan untuk dunia tengah, dan paling

bawah adalah seruan untuk dunia bawah. Dengan menyeru 3 dunia

tersebut, masyarakat suku Dayak Meratus mengharapkan dengan seruan

ini akan tercipta kesuburan bagi tanaman mereka kelak dimasa yang akan

datang.

Gambar 5.38 Properti Tari Galang Hyang

(Dok. Zaini 2016)

b. Ringgitan

Ringgitan adalah sebuah properti tari yang digunakan oleh para

balian dalam tarian batandik. Ringgitan ini terbuat dari pucuk daun enau

dan beberapa bunga-bungaan. Ringgitan ini digunakan sebagai lambang

kesucian sehingga dianggap mewakili doa dan pemberkatan bagi seluruh

masyarakat suku Dayak Meratus. (Wawancara dengan Damang Ayal, pada

tanggal 10 Meret 2017) “tiap-tiap umbun manyadiakan ringgitan supaya

kawa didoakan oleh balian”. Artinya tiap-tiap kepala keluarga harus

menyediakan ringgitan agar bisa didoakan oleh para balian. Jika diamati

pernyataan tadi bahwa ringgitan merupakan benda suci yang bersifat

Page 59: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

157

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

magis sebagai penghantar doa oleh balian kepada seluruh masyarakat. Hal

ini diyakini karena pucuk daun enau dan bunga-bungaan merupakan titisan

dari air mata Nining bahatara.

Ringgitan tersebut terdiri dari daun pucuk enau, bunga jengger

merah, bunga kemangi (baubau) dan bunga gemintir (telekan). Dari

komposisi tersebut jika digabungkan, maka menjadi ringgitan. Semua

tanaman tersebut mereka keramatkan, karena merupakan representasi dari

kemuliaan. Seperti daun pucuk enau adalah sebuah simbol dari permulaan

dimana mereka sebut sebagai awal mula dari akhiran. Maksudnya adalah

mereka berharap setelah upacara ini sebagai manifestasi kelahiran baru

dalam wujud bercocok tanam musim yang baru. Mereka menyebutnya

dengan mahanyari banih (memperbaharui padi). Adapun Bunga-bunga

tersebut mereka sebut dengan kambang mangit yaitu bunga yang ditanam

oleh para Bumburajabalian di langit sebagai tanaman obat. Oleh sebab itu

dalam ringggitan bunga tersebut disertakan diharapkan waktu dipapaikan

pada panggung lalaya maupun pinjulang diharapkan yang dipapaikan

mendapat kesehatan lahir dan batin juga menjadi terlahir fitrah.

Page 60: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

158

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.39 Foto Ringgitan dipakai Balian

(Dok. Zaini, 2016)

4. Analisis Iringan Musik

Alat musik yang digunakan dalam pelaksanaan upacara ritual ini adalah

gandang yaitu merupakan alat musik perkusi yang bersifat ritmis sebagai

penggiring upacara. Musik menjadi roh dalam sebuah tarian sebagai penggiring

ritme dalam gerak tarian. Awalnya terdapat banyak sebenarnya alat musik yang

digunakan dalam upacara ritual Dayak Meratus seperti gandang, gong, sarunai,

kuriding dan lain-lain. Namun yang dapat bertahan hanya gandang sampai

sekarang dipakai dalam upacara ritual adat. Dikatakan oleh Damang Ayal. “karna

yang tukang ulah gongnya kadada lagi lawan paniup sarunainya kadadaan lagi

makanya kada dipakai lagi.” Artinya orng yang membikin gong sudah tidak ada

lagi dan peniup sarunai tersebut tidak ada lagi, makanya tidak dipakai lagi. Hanya

gandang yang digunakan sampai sekarang, karena merupakan hal yang terpenting

Ringgitan

Page 61: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

159

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk menggiring tarian dalam upacara ritual. Para pinjulang selain belajar

tentang kepercayaan juga belajar bagaimana cara menabuh alat musik tersebut.

Alat musik gandang ini berbentuk seperti kendang kecil yang terbuat dari

kayu nangka dan membrannya terbuat dari kulit kijang. Cara memainkannya

adalah dengan cara diletakkan pada kaki, sehingga talinya bisa diikatkan pada

kaki. Cara penabuhannya dipukul menggunakan kayu berbentuk seperti stik di

sebelah tangan kanan dan di pukul pakai tangan kiri seperti memukul kendang.

Alat musik ini memiliki lubang di tengah tubuh gandangnya sebagai tempat

meletakkan stik pemukulnya.

Jika dilihat secara fungsi alat musik gandang ini terbuat dari kayu nangka

yang merupakan hasil tanaman mereka disamping bercocok tanam padi.

Membrannya yang terbuat dari kulit kijang hasil buruan mereka di hutan. Hal ini

mereka memang memanfaatkan hasil alam untuk dijadikan sarana ritual

berhubungan sang pencipta. Cara memainkannya dengan cara dipukul dengan stik

pada tangan kanan, dan tangan kiri pakai telapak tangan. Jika diamati hal ini

merupakan suatu dualistik yang teraplikasi dalam penggunaannya. Stik (lingga)

tersebut merupakan simbol laki-laki yang dipegang pada tangan kanan pinjulang,

sedangkan tangan kiri memukul dengan tangan kosong membrannya (yoni)

simbol perempuan. Pasangan oposisi ini juga ternyata terwujud dalam permainan

instrumen iringan ini. Stik yang merupakan simbol laki-laki dipegang di tangan

kanan pinjulang. Hal ini berarti pinjulang sebagai penggerak dan penyemangat

laki-laki dalam beraktivitas dan berusaha dalam mencari nafkah. Sedangkan

tangan kiri langsung memukul gandangnya, artinya pinjulang akan selalu

mendampingi dan melengkapi hidup seorang balian (laki-laki) dalam berusaha

mencari nafkah.

Pukulan ritme pada gandang yang dilakukan oleh para pinjulang ini

semuanya serentak atau sama tanpa berbeda satu sama lain. Hal ini rupanya sudah

dilatih dan diingat oleh para pinjulang pukulannya. (Wawancara dengan Nini

pada tanggal 13 Maret 2017) beliau mengatakan.

“Kami sudah hapal catukannya tiap-tiap wirid. Karena kami tiap tahun

manggawinya makanya kami hapal. Sabujurannya kadada yang malajari, cuma

Page 62: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

160

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

malihat urang bahari kami maumpati dan tabiasa jadinya”. Artinya kami sudah

hafal pola pukulannya karena kami tiap tahun mengenjakan aktivitas ini.

Sebenarnya tidak ada yang mengajari, hanya melihat orang dahulu sehingga kami

bisa mengikutinya dan terbiasa dengannya. Dari pernyataan tersebut bisa ditarik

kesimpulan bahwa pembelajaran untuk memainkan alat musik bagi pinjulang

hanya dengan metode mengamati dan mencontoh orang tua mereka dulu. Ada tiga

jenis pola pukulan pada gandang yaitu pada saat tandik mantah, tandik masak,

dan tandik hadap. Berikut adalah uraian pola-pola pukulan gandang pada saat

upacara Aruh Ganal.

Bagan 5.1 Pola Pukulan Gandang

(Zaini, 2016)

Dilihat dari segi polanya ketukan gandang tersebut memiliki tempo yang tetap

tidak bervariasi, sehingga menjadikan iringan musiknya menjadi monoton. Pola

seperti ini tentu menjadikan iringan musiknya jadi seimbang dan datar saja, yaitu

temponya yang selalu sama atau tidak berubah-ubah. Hal ini dilakukan agar para

balian yang menari bisa lebih merohani atau menimbulkan kekhusyuan dalam diri

mereka sehingga rohani mereka bisa mencapai dengan roh leluhur mereka.

Wawancara dengan (Wawancara dengan Nini pada tanggal 13 Maret 2017) beliau

mengatakan.

“Pukulan gandang itu gasan manulak akan buhan balian supaya sampai pada

tujuannya.” Artinya iringan gandang tersebut dilakukan untuk memberangkatkan

Tandik mantah : T-T-T-D T-T-T-D T-T-D-D T-D-T-D

Tandik masak : T-T-T-T D-T-D-D T-D-T-T D-T-T-D

Tandik hadap : T-T-T-T T-D-T-D T-T-D-T T-D-D-D

Ket: T = pukulan tangan kanan pakai stik (berbunyi Tak)

D = pukulan tangan kiri pakai telapak tangan (berbunyi Dung)

Tempo: 120

Page 63: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

161

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

para balian agar sampai pada tujuannya. Tujuan disini dimaksudkan adalah titik

klimak pada diri balian untuk mencapai puncak rohani menyatukan diri pada sang

leluhur yang mereka sebut dengan mandiwata. Pola pukulan yang datar dan

monoton tersebut juga mengiringi para balian dalam melantunkan wirid atau

mamangan (mantra) yang badeho (iramanya). Komposisi musik bukan diciptakan

melalui pencampuran seperti hanya cat untuk menghasilkan warna baru,

melainkan sebuah artikulasi dari nada-nada yang terstruktur dan dapat dipersepsi

oleh inderawi (Langer, 1952, hlm. 31).

Gambar 5.40 alat musik Gandang

(Dok. Zaini, 2016)

5. Analisis Sesaji

Sesaji yang disiapkan terbagi menjadi dua yaitu yang akan diletakkan pada

panggung lalaya dan sesajen yang akan diletakkan di bawah mengelilingi

panggung lalaya. Sesajen yang paling utama untuk Aruhkan adalah beras ketan

dan beras yang dihumakan. Maksud dihumakan disini adalah beras yang biasanya

menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat suku Dayak Meratus. Tidak heran

mereka setiap kepala keluarga berbagai macam jenis beras yang dihumakan

Page 64: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

162

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena mereka setiap keluarga kesukaannya berbeda-beda seperti beras duyung,

sumbu, salak, kalapa dan lain-lain.

a. Sesaji Pertama

Sesaji pertama adalah berupa beras yang telah dihumakan baik itu dari

beras yang mereka makan sehari-hari maupun beras ketan, ringgitan dan

giling pinang. Jika beras biasa ini hanya dimasukkan ke dalam tanpa

dimasak, berbeda halnya dengan beras ketan ini adakan dimasak dalam

buluh yang nanti akan mereka sebut dengan hujung nasi atau lamang.

Lamang disini ada dua jenis yang besar dan yang kecil berdasarkan bentuk

dari buluhnya. Dilihat pada ringgitan yang terdiri dari dua tanaman yaitu

janur dari pohon enau dan kembang. Kedua tanaman itu dipakai, karena

merupakan tanaman keramat dari kepercayaan mereka yang diteteskan oleh

Nining Batahara melalui peluh keringat kanan dan kiri. Sesaji berikutnya

adalah giling pinang yang terbuat dari rokok dan biji pinang yang dibalut

oleh daun sirih. Hal itu juga merupakan simbol dualistime dimana rokok

merupakan simbol laki-laki dan pinang merupakan simbol perempuan dalam

manginang. Bunga atau kambang yang dipakai adalah bunga kambang

habang (jengger ayam), bunga bintang (bunga telekan), bunga kemangi.

Simbol dari bunga ini adalah dianggap sebagai kesucian diri dan dianggap

teman padi, karena tumbuh di dekat ladang mereka.

Gambar 5.41 Sesaji di Atas Panggung Lalaya (Dok. Zaini, 2016)

Page 65: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

163

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Sesaji kedua

Sesaji yang kedua adalah sesaji yang disiapkan oleh masing-masing

kepala keluarga yang diletakkan di atas nyiru. Sesajen ini diletakkan

mengelilingi panggung lalaya. Sesajen yang digunakan pada upacara Aruh

Ganal ini adalah nasi baruas, wadai lambu, giling pinang, gula habang,

nyiur anum, hayam. Semua sesaji ini dipersiapkan dan diolah oleh para

wanita di dalam balai pada saat siang hari sebelum upacara dimulai. Semua

sesajen ini disiapkan di atas nyiru yang dilapisi oleh daun pisang dan ditutup

oleh daun pisang juga. Sesajen ini disiapkan wajib oleh masing-masing

kepala keluarga. Sesajen ini diletakkan saat prosesi batandik oleh para

pinjulang hal ini disimbolkan pinjulang sebagai pelengkap atau yang

senantiasa melayani dalam urusan makanan di dalam keluarga, oleh sebab

itu pinjulanglah yang memiliki tanggung jawab sebagai penyedia makanan

dari proses memasak sampai menyajikannya. Setelah dimamangkan semua

sesaji tadi disusun pada posisi masing-masing. Beras yang dibuat di dalam

bakul akan disusun di atas panggung lalaya dan sesajen yang di atas nyiru

akan diletakkan mengelilingi panggung lalaya. Beras yang disiapkan dalam

bakul tersebut tidak boleh dimakan oleh pelaksana, karena beras tersebut

sudah difitrahkan, sehingga beras tersebut hanya boleh disedekahkan.

Adapun sesajen yang diletakkan di bawah mengelilingi panggung lalaya

tersebut itulah yang boleh dimakan Hal ini disimbolkan bahwa Setelah

selesai upacara selama 7 hari 7 malam, bakul tersebut baru diturunkan

kembali dan para penghulu untuk diperiksa apakah berasnya panas atau

dingin. Ciri-ciri inilah yang mereka percaya apabila panas nanti akan ada

yang sakit pada keluarga tersebut yang punya beras, sehingga harus

dimamangkan dan ditapung tawari (didoakan) dan jika dingin berarti baik-

baik saja.

Whitehed (dalam Dillistone, 2002, hlm. 18) mengemukakan bahwa

pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila beberapa komponen

pengalamannya menggugah, kepercayaan, perasaan, dan gambaran

Page 66: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

164

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Segala properti sesaji

yang digunakan dalam upacara ini merupakan buah dari kepercayaan

masyarakat penganutnya. Sesaji ini juga merupakan bentuk dari manifestasi

dari masing-masing pasangan oposisi dualistik. Disajikannya macam-macam

makanan sesajen ini merupakan simbol dari harmonisasi antara manusia

dengan makhluk gaib. (Saifudin, 2005, hlm. 290) mengungkapkan dalam

suatu tulisan tentang manusia sebagai makhluk yang mampu menggunakan

simbol, menunjuk pentingnya konteks dalam makna simbol. Simbol-simbol

tersebut dimanifestasikan dalam bentuk upacara Aruh Ganal. Setiap benda

artefak yang digunakan merupakan simbol dalam upacara yang mempunyai

makna kosmik. (Sumardjo, 2014, hlm. 93) mengatakan bahwa

bersandingnya mikrokosmos dan makrokosmos atau mikrokosmos itu

sendiri adalah makrokosmos dapat menghadirkan yang bersifat metakosmos.

Simbol itu dimanifestasikan besar dan kecil bentuknya, gelap dan terang

warnanya, dan lain-lain. Seperti hujung nasi dan anak nasi yang mempunyai

ukuran besar dan kecil, gula habang dan nyiur anum yang berwarna gelap

dan terang. Kedua ini mereka disebut dengan baras halus/ anak nasi (beras

kecil) dan baras ganal (beras besar). Hal ini masuk dalam konsep dualistik,

dimana setiap benda itu ada pasangan otoritasnya. (Sumardjo, 2014, hlm.

138) mengatakan bahwa. Dalam masyarakat yang berpola piker dualistik

antagonistik, pasangan-pasangan oposisi substansial lebih menekan

“pertentangan” daripada komplementer, meskipun disadari makna saling

melengkapi itu. Semua yang berpasangan adalah simbol paradox, maka

disini disimbolkan antara besar dan kecil. Kedua jenis tersebut jika

diperhatikan lagi merupakan sosok lingga dan yoni dalam ilmu paradox,

yaitu laki-laki dan perempuan. Hujung nasi dan anak nasi yang berbentuk

memanjang merupakan lingga sedangkan nyiur anum dan gula habang

adalah yoni. Sebagai pelengkapnya maka disediakan ayam, wadai lambu

dan pisang, dan minyak lamak. Diletakkan di atas nyiru yang berbentuk

bulat (yoni) dan berlapis tikar (lingga). Semuanya merupakan paket komplit

simbol-simbol kosmik agar bersandingnya antara mikrokosmos dan

Page 67: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

165

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metakosmos, sehingga melahirkan harmoni. Segala yang bersifat

berpasangan tersebut yaitu kosong dan isi. Segala yang nampak itu

sebenarnya adalah kosong sehingga memerlukan sebuah isi yang bernama

transenden. Jika yang kosong tersebut terisi maka komplitlah kehidupannya.

Sesaji ini mencerminkan masyarakat suku Dayak Meratus saling mengisi

kekosongan masing-masing diantara dua pasangan secara seimbang

sehingga menciptakan keteraturan dalam sebuah keutuhan. Ahim dalam

(Abdullah, 2008) mengungkapkan bahwa manusia merupakan makhluk

yang mampu menggunakan, mengembangkan, dan menciptakan, lambang-

lambang, atau simbol-simbol untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Hal

itu berarti benda-benda yang digunakan adalah bentuk korelasi komunikasi

antara mereka dengan makhluk adikodrati. Sebuah aktivitas yang bersifat

magis dibalik benda yang terlihat biasa dikehidupan sehari-hari yang mereka

yakini mempunyai kekuatan sakral dan suci jika dibawa ke dalam sebuah

upacara.

Gambar 5.42 Sesaji di Bawah Panggung Lalaya

(Dok. Zaini, 2016)

6. Analisis Tempat dan Waktu

Tempat dan waktu adalah bagian dari persyaratan upacara ritual yang

sudah ditentukan, oleh sebab itu hal ini menjadi salah satu ciri-ciri ritual

Page 68: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

166

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Soedarsono, 2010, hlm. 125). Tempat pelaksanaan upacara Aruh Ganal berada di

dalam balai adat, yaitu rumah betang atau rumah panggung masyarakat Dayak

Meratus. Rumah ini dibagi menjadi tiga ruang, tiap ruang mempunyai fungsi dan

keguanaannya. Ruang tersebut yaitu ruang ujuk, ruang laras, dan ruang pamatang.

Tiga ruangan ini menjadi ruang aktivitas masyarakat suku Dayak Meratus. Ruang

ujuk adalah ruang istirahat atau kamar tidur dimana tiap-tiap umbun mempunyai

satu kamar. Ruang laras adalah ruang aktivitas atau ruang kumpul seluruh umbun-

umbun. Di ruangan ini seluruh masyarakat bisa melakukan aktivitas berkumpul

bersama umbun yang lain. Ruang pamatang adalah ruang sakral dimana segala

bentuk upacara ritual dilakukan disini. Pada lantainya agak menjorok kebawah

sekitar 30cm dari lantai ruang laras dan ujuk.

Bagan 5.2 Denah layout rumah betang balai Malaris

(Dok. Zaini, 2016)

Dalam segi orientasinya tentu ada makna dan nilai-nilai yang termaksud

dalam pembangunan dan tata letak arsitektur kearifan masyarakat suku Dayak

Meratus akan bangunan balai adat ini. Orientasi yang dimaksud adalah konsep

yang digunakan untuk mencari arah dan berhubungan dengan kepercayaan atau

mitologi masyarakat, sehingga dapat diharapkan akan terjadi keselamatan,

Page 69: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

167

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesejahteraan, dan kemuliaan bagi masyarakatnya. Orientasi disini bisa dikenal

dengan vertikal dan horizontal. Jika garis horizontalnya adalah bentuk yang

memanjang tergambar dari bagaimana arah bangunan balai mengikuti arah

petujuk alam sebagai representasi dari ruangan yang telah ditetapkan. Adapun

garis vertikalnya ditentukan oleh titik pertemuan semua masyarakat yaitu di

tengah ruangan balai yaitu ruang upacara (pamatang). Di tengah ruang ini

terdapat tiang utama yang besar menempati sisi ruang upacara yang ada 6 tiang

tinggi menjulang keatas sampai ke atas atap. Hal ini merupakan tempat

menghadap dan berhubungan dengan Tuhan demi mendapatkan keselamatan,

kesejahteraan, dan kemuliaan.

Balai juga mengenal tiga sumbu Alam yang menurut kepercayaan mitologi

mereka sebagai arah orientasinya yaitu gunung, matahari terbit, dan sungai (Bani

Noor M, dkk, Hlm. 87, 2007). Jadi dalam menarik garis orientasi pada balai ini

dibangun pada tempat tertentu yang harus mempunyai 3 sumbu alam ini. Balai

bukan hanya tempat berteduh, makan dan tidur, tapi juga tempat sarana ibadah

bagi mereka, maka dari itu dalam pembangunan balai harus secara tepat.

Sumbu yang pertama adalah gunung. Mereka percaya bahwa tempat

tujuan roh bagi orang meninggal sebelum menuju kehidupan selanjutnya. Jadi roh

nenek moyang mereka yang bersemayam di gunung akan dipanggil kembali oleh

balian pada upacara ritual.

Sumbu yang kedua adalah matahari terbit. Mereka meyakini bahwa

matahari terbit adalah kiblat atau arah menujunya roh nenek moyang mereka yang

berhuni di gunung. Roh tersebut akan menghadap matahari terbit dan akan

kembali ke balai sebagai pelindung bagi balai. Sumbu yang terakhir adalah sungai

yaitu sebagai tempat aktivitas keseharian yang berguna sebagai kemudahan

masyarakat. Sungai juga menjadi sumber kehidupan yang sangat fungsional bagi

masyarakat disamping untuk minum, mandi, dan mencuci pakaian. Jadi dalam

pembentukan ruang-ruang pada balai, ada yang dipakai pada balai bagi

masyarakat suku Dayak Meratus yaitu sumbu garis vertikal dan horizontal.

Sumbu horizontal terbentuk atas arah alam yang mana balai dibangun di atas

gunung, menghadap matahari terbit dan dekat dengan sungai. Adapun sumbu

Page 70: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

168

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vertikal adalah titik pusat pada upacara ritual yang dilaksanakan di tengah balai

dalam berhubungan dengan sang pencipa (Tuhan).

Waktu yang digunakan pada saat melakukan upacara juga tertentu, yaitu

pada malam hari. Hal ini dianggap pada malam hari merupakan waktu yang tepat

untuk berkomunikasi dengan yang bersifat metafisik. Sumardjo (2014, hlm. 84)

mengatakan bahwa seni tradisional lebih menekankan yang bersifat metafisik,

kehadiran daya-daya metafisik dianggap dan dipercayai lebih banyak terjadi pada

malam hari. Hal ini dimaksudkan agar terjalin komunikasi antara dua dunia

sehingga menjadi suatu kesatuan. Dari pernyataan ini dapat ditarik benang merah

bahwa masyarakat peramu (Dayak Meratus) memegang konsep pola dua yaitu

dualisme. Mereka percaya bahwa siang adalah dunia aktivitas para manusia,

sedangkan malam adalah aktivitasnya para hal yang bersifat metafisik, maka

sebab itu agar bersandingnya mikrokosmos dan makrokosmos atau mikrokosmos

itu sendiri adalah makrkosmos dapat menghadirkan yang bersifat metakosmos

(Sumardjo, 2014, hlm. 93). Aktivitas ini tentu mempunyai tujuan agar terciptanya

harmoni dan membentuk suatu kesatuan sehingga kehidupan mereka berjalan

dengan seimbang (balance). Mereka percaya bahwa hidup di dunia bukan hanya

tentang menghormati sesama manusia (mikrokosmos), tetapi juga harus

menghormati sesama roh (metakosmos) dan alam (makrokosmos).

Page 71: BAB V UPACARA ARUH GANALrepository.upi.edu/45359/8/SPS_PSN_1502328_Chapter5.pdf · Persiapan adalah serangkaian aktivitas atau rencana yang akan dikerjakan sebelum masuk pada kegiatan

169

AKHMAD ZAINI, 2018 FUNGSI & PERAN TARI, SIMBOL & MAKNA DALAM UPACARA ARUH GANAL DI MASYARAKAT SUKU DAYAK MERATUS,KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu