seni pahat jepang (natsuke) kertas karya dikerjakan o …

36
SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H ROHANI NAIBAHO NIM : 142203013 PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

SENI PAHAT JEPANG

(NATSUKE)

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

ROHANI NAIBAHO

NIM : 142203013

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus, karena berkat

karunia dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini sebagai

syarat untuk melengkapi gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatera Utara.

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam kertas

karya ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi dan pembahasan

masalah. Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca untuk kearah perbaikan.

Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai

pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt selaku Ketua Program Studi Bahasa

Jepang D3 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Veryani Guniesti,S,S.,M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

menyusun tugas akhir ini. Terimakasih untuk kesediaan sensei dengan

penuh kesabaran menuntun saya penulis lembar demi lembar tugas akhir

akhir ini, mengoreksi, memberi masukan.

4. Seluruh staf dan dosen-dosen pada program studi Bahasa Jepang Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera, terimakasi telah membimbing dan

memberi saya ilmu yang sangat berharga selama tiga tahun ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

ii

5. Dari semua yang teristimewa untuk kedua orangtua saya, Ayahanda tercinta

Jayasan Niabaho dan Ibunda tersayang Benti Gultom yang telah

membesarkan, mendidik, dan selalu memberi arahan, dukungan motivasi

finansial, doa tulusnya, serta kasih kasih sayang yang begitu besar kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik.

6. Kepada seluruh teman teman ku tercinta, Karim sirait, Yuni purba, Sriulina

karo karo, Melinda sihotang. Mereka yang selalu memberi semangat kepada

penulis, yang selalu mengingatkan untuk tidak lupa mengerjain kertas karya

ini. Terima kasih buat kalian semua.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini, sehingga

kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis. Akhir kata, penulis mengucapkan

terimakasih. Semoga Kertas Karya ini dapat berguna bagi kita semu dikemudian

hari.

Medan,

Penulis

Rohani Naibaho

NIM 14220301

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………....................…………………………………i

DAFTAR ISI………………………..................………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN ………...................………………………………….1

1.1. Alasan Pemilihan Judul ……...................………………………1

1.2. Tujuan Penulisan …………..................…………………......….1

1.3. Batasan Masalah ……….................…………………………... 2

1.4. Metode Penelitian ……….................…………………………. 3

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG SENI PAHAT ...............................4

2.1. Sejarah Seni Pahat di Jepang…………………….......................…...4

2.2. Seniman pemahat Jepang yang terkenal Unkei dan Kokei................9

2.3. Perkembangan Seniman Pemahat di Jepang....................................10

BAB III NETSUKE DI JEPANG ……………………………..........................11

3.1. Sejarah Netsuke……………………………….................….....…11

3.2. Jenis-Jenis Netsuke di Jepang ……………………...................…14

3.2.1. Netsuke berbentuk hewan dan tumbuhan............................14

3.2.2. Netsuke berbentuk dewa......................................................16

3.2.3. Netsuke berbentuk roh jahat.................................................18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….................20

4.1. Kesimpulan …………………………………..............………….20

4.2. Saran ………………………………………........…..................…21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ABSTRAK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan seni dan budaya yang

unik. Baik dari segi keindahan alamnya, maupun dari segi seni kerajinan

tradisionalnya. Negara yang terkenal unik membuat negara Sakura ini banyak

dikenal masyarakat dunia salah satunya Indonesia. Dikarenakan, masyarakat

Jepang mencintai kebudayaannya sendiri dan mau menjaganya. Begitu banyak

patung-patung pahatan kuno Jepang yang menjadi salah satu peninggalan agama

Buddha pada saat itu. Kesenian-kesenian tradisional masyarakat Jepang yang

sampai saat ini masih menjadi tradisi bagi kebudayaan masyarakat Jepang.

Perayaan-perayaan yang menjadi kebiasaan tahunan masyarakat Jepang seperti

salah satunya perayaan Hanami yang merupakan tradisi Jepang dalam menikmati

keindahan bunga sakura. Dimana perayaan ini menjadi salah satu perayaan yang

paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Jepang karena disinilah mekarnya bunga

sakura yang setelah sekian lama mereka tunggu-tunggu yang tak kalah unik

adalah keseniaan memahat yang merupakan salah satu tradisi memahat dan

menjadikan pahatan tersebut menjadi sebuah pahatan yang sangat unik dan indah.

Dan biasanya hasil pahatan tersebut menjadi salah satu patung antik/unik yang

mungkin saat ini sangat banyak digemari oleh masyarkat yang berkenjung ke

negara sakura tersebut. Mereka bahkan tidak sungkan-sungkan untuk berfoto dan

beribadah dan bahkan ada yang menggangap patung-patung tersebut sebagai dewa

atau Tuhan khususnya masyarakat Jepang (Buddha). Salah satu jenis seni pahat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

2

yang terkenal di Jepang adalah Netsuke. Netsuke adalah seni pahat kuno Jepang

yang berkembang selama lebih dari 300 tahun.

Penggunaan Netsuke ini berkembang pesat selama periode Edo (1603-1868).

Pemakaian Netsuke dapat menunjukkan status sosial kaum pria di zaman Edo,

kurang lebih mirip dengan pemakaian arloji dan dasi pada masa kini. Dulunya,

kaum pria bersaing untuk tampil bergaya dengan menggunakan Netsuke yang

mereka miliki. Tetapi, kini muncul fenomena baru, Netsuke kini tidak hanya

dipopulerkan dikalangan kolektor masyarakat Jepang. Netsuke yang dahulunya

dikenakan hanya sebagai aksesoris kimono pada kaum pria di Jepang, kini

menjadi sebuah karya seni pahat yang mahal harganya. Karena kehalusan dan

rumitnya bentuk seni pahat ini. Walaupun Netsuke masih dapat ditemukan dan

didapatkan sekarang ini, tetapi bentuk dan fungsinya berbeda dari asalnya dulu.

Netsuke kini berbentuk aksesoris-aksesoris kecil, lebih berwarna dengan bentuk-

bentuk unik seperti aksesoris gantungan kunci, aksesoris handphone dan lainya.

Berdasarkan penjelasan mengenai Netsuke maka penulis menjadikannya sebagai

judul pembahan kertas karya.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis dan manfaat penuliasan kertas karya ini adalah :

1. Untuk mengetahui salah satu seni pahat yang dikembangkan di Jepang

(Netsuke)

2. Untuk mengetahui berbagai jenis Netsuke di Jepang

3. Mengetahui fungsi Netsuke bagi masyarakat Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

3

4. Menambah wawasan pengetahuan penulis dan setiap pembaca tentang Netsuke

5. Untuk memenuhi salah satu syarat pendidikan pada program studi bahasa

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

1.3 Batasan Masalah

Pada kertas karya ini, penulis membatasi permasalahan pada pengertian

Netsuke, jenis – jenis Netsuke, dan fungsi Netsuke itu sendiri bagi masyarakat

Jepang

1.4 Metode Penulisan

Dala penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan

(Library Research), yakni menggumpulkan sumber-sumber bacaan yang berupa

buku sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok masalah yang dibahas,

kemudian dirangkum dan di deskripsikan kedalam kertas karya ini. Selain itu

penulis juga memanfaatkan informasi dari teknologi internet sebagai sumber data

tambahan agar lebih akurat dan jelas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

4

BAB II

SENI PAHAT DI JEPANG

2.1. Sejarah seni pahat di Jepang

Seni pahat adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga

dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan

bahan tanah liat) atau casting (dengan cara cetakan). Seiring dengan

perkembangan seni patung modern, maka karya-karya seni patung menjadi

semakin beragam, baik bentuk maupun bahan dan teknik yang digunakan, sejalan

perkembangan teknologi serta penemuan bahan-bahan baru.

Seni pahat di Jepang dimulai pada jaman Jomon. Hal ini, ditandai dengan

ditemukannya banyak arca kecil yang dikenal sebagai dogu di Jepang bagian

timur. Sejak dulu, dogu digambarkan mempunyai mata besar berbentuk oval,

tubuh bagian depan setengah berlutut dan permukaannya terdapat ornamen rumit.

Dogu menghilang diakhir jaman Jomon dan muncul lagi pada jaman Kofun

yang merupakan lanjutan dari tradisi seni pahat Haniwa. Haniwa juga merupakan

ciri khas negara Jepang yang berbentuk silinder dan terbuat dari tanah liat yang

dibakar dengan api sedang, diletakkan disekitar tumuli (kuburan) untuk

memisahkan peninggalan keramat dari leluhur. Sebaliknya, mayoritas memiliki

struktur yang sederhana, terkadang berlubang-lubang. Yang lain dibatasi oleh

gambar burung dan hewan, topi baja, bejana makanan, rumah dan benda

keseharian lainnya. Atau berupa gambar manusia termasuk dukun dan manusia

bersenjata. Topeng mereka dibentuk dengan garis horizontal yang berlubang pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

5

mata dan mulut, hal ini sering berlawanan dengan pakaian atau ornamen yang

terperinci.

Seiring dengan transmisi Budha dari Asia pada abad ke-6. Jepang memasuki

saat bersejarah bagi seni pahat. Kerajaan Korea, Paekche, yang pertama sekali

mengirim patung Budha ke Jepang pada tahun 538 dan mengirim pemahat pada

tahun 577. Sejak itu Jepang tidak melanjutkan tradisi pengembangan seni pahat.

Jepang memakai bentuk dan teknik dari dataran Cina. Contoh pertama yang

menyebarkan penampilan seni pahat dari dinasti Wei Utara yang ditafsirkan oleh

semenanjung Korea. Penampilan seni pahat Jepang kebanyakan diberi lapisan

perunggu yang mengkilat, dan terbuat dangan teknik penghilangan wax,

sementara itu yang lain dipahat dari kayu pohon champor. Dahulu, catatan

mengenai jumlah patung di Jepang dibuat oleh tiga pemahat imigran pada tahun

587, yang ahli untuk menyembuhkan Kaisar Yomei dari penyakitnya. Peristiwa

ini terjadi terus menerus pada abad 7 dan 8 peranan penting dimainkan oleh

seniman imigran dan pelatihan seni pahat untuk persiapan perbandingan ini sangat

menguntungkan dalam sejarah Jepang.

Pada akhir abad ke-8, Jepang mulai mengeksplorasi seni pahat dengan

ekspresi yang berasal dari pribumi yang telah mengalami kedewasaan pada

periode heian. Perubahan teknis seiring dengan pengenalan kayu menggantikan

sampang dan perunggu sebagai bahan yang sering digunakan dan seniman Jepang

mulai memanfaatkan bahan tersebut dengan cara yang berbeda. Daya tarik kayu

sendiri telah mendarah pada tradisi Shinto yang berpusat pada kesucian sebuah

pohon dan mungkin bukan suatu kebetulan jika seni pahat Shinto pertama muncul

pada jaman ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

6

Satu dari patung-patung yang pertama sekali mencerminkan perubahan

radikal yaitu pada patung Healing Budha yang berdiri pada Jingo-ji di Kyōto.

Patung itu dipahat dari satu balok pohon cemara dan pemahatnya mengutamakan

kualitas pada bahan dengan menambahkan aksen berupa pahatan pada permukaan

yang tidak dikenai cat. Beberapa pahatan wajah dan tubuh masih terpengaruh

gaya di akhir periode Tang, tapi mereka berhasil mencapai kehebatannya di

bawah seniman Jepang. Semenjak satu balok kayu dipakai pada pertengahan abad

ke-9 mulai dibelah, pemahat bertahap menemukan cara untuk membuang bagian

tengah kayu. Pertama, dicoba dengan melubangi belakang image dari bagian

pundak sampai pergelangan kaki, tetapi pada awal abad ke-10 metode ini berubah

dengan melubangi pohon terlebih dahulu, kemudian memahatnya. Lalu, dengan

cepat mereka mulai menggunakan beberapa pohon.

Perkembangan style tetap bisa dilacak dari akhir abad ke-9 sampai akhir abad

ke-11. Ini biasa disebut native style dari pertengahan abad 11 yang di-image-kan

dengan patung Budha Amida yang berada di Phoenix Hall dari Byodo in Kyoto

Selatan. Dikumpulkan oleh seniman Jocho pada tahun 1053, ekspresi wajah dan

tubuh masih diukur dan pakaiannya terlipat mencerminkan rumus dua dimensi.

Image itu dipahat memakai pohon cemara Jepang, yang secara teknik masih

menggabungkan beberapa kayu yang sebelumnya dilubangi terlebih dahulu

sebelum disatukan. Metode ini disempurnakan oleh Jocho dan asistennya, dengan

fasilitas yang lengkap dari gambar yang besar, sejak semua persiapan telah

dilakukan di tempat kerja.

Seni pahat di akhir jaman Heian didominasi oleh penampilan seantero Jepang

yang jumlah karyanya tak terhitung lagi yang merupakan tiruan dari Jocho. Secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

7

garis besar, image tersebut diproduksi oleh seniman yang bersaing antar

keturunan, seperti In School dan En School, yang menerima komisi dari anggota

keluarga kerajaan dan aristokrat yang berkuasa. Sekitar tahun 1150, pemahat di

luar kota besar mencari cara lain untuk mengubah style asli. Perubahan pertama

muncul di Nara dengan patung seperti Amida triad pada Chogaku-ji (1151).

Seniman lainnya menyingkirkan lipatan dua dimensi dan menggantinya dengan

plastik sehingga menciptakan bentuk permukaan baru. Untuk memeriahkan

image­-nya, seniman menatakan mata dari dalam dengan gelas kristal dan

mewarnai pupil dengan lingkaran berwarna merah untuk menambah kesan

alaminya.

Satu lagi kegiatan alami yang bisa menjadi suatu tanda langka bagi para

pemahat di Nara selama bekerja pada akhir jaman Heian dan awal periode

Kamakura. Yang paling terkenal di antara mereka adalah Kokei (1175-95),

anaknya yang bernama Unkei (1223) dan kepala murid Kaikei (1189-1223).

Terbakarnya kuil Nara di Tōdai-ji dan Kofuku-ji pada tahun 1180 selama perang

sipil antara Taira dan Minamoto menyerang para pemahat di tengah kegiatan

mereka. Selama tahun 1180 dan 1190-an mereka membangun kembali semua

yang terbakar, dan banyak memasukkan style lama dalam prosesnya. Untuk

menyesuaikan pembaruan, mereka memodifikasi teknik menyambung kayu.

Mereka juga melubangi kayu lebih sedikit untuk memberi kerja maksimal pada

teknik pahatan alami mereka.

Mengingat Unkei dan anaknya bekerja untuk bermacam-macam pelindung

dari Jepang Timur, seperti Nara dan Kyoto, Kaikei bekerja semata-mata hanya

untuk Chogen (1121-1206), biarawan mengorganisir rekonstruksi Todai-ji.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

8

Koleksi gambar Chogen di kuil, penting untuk realisme yang sulit dikompromi,

merupakan salah satu dari seni pahat Jepang pada abad ke-13. Unkei

menyeimbangkan naturalisme dengan idealisme untuk menciptakan dinamisme,

intensitas dan kekuatan dalam yang besar, sebagai bukti gambar dari Asanga dan

Vasubandhu di Kofuku-ji. Di lain pihak, Kaikei berusaha memperhalus unsur

alami dalam karyanya untuk menciptakan suatu karakteristik dengan

penyempurnaan eksterior. Kepopuleran style dari Kaikei antara komunitas Pure

Land yang terbentuk di sekitar Chogen yang telah diperlihatkan oleh banyaknya

karya Amida yang telah ia buat.

Setelah kematian Unkei, anaknya meneruskan karya ayahnya, tetapi pada

dekade terakhir abad ke-13, karya mereka sudah lazim dipakai. Murid Kaikei

berusaha untuk mengabadikan style-nya, tetapi sebagian besar dari seni pahat

yang dihasilkan kehilangan nilai agama dari karya gurunya. Dampak dari style

Song dapat dilihat di Kamakura yang mengarah ke China yang menggambarkan

tentang Sekte Zen; dibawah pengaruh Budha Zen, tipe baru dari gambar dikenal

sebagai chinsō, diperkenalkan. Pada image ini, yang mengingatkan pada pelajaran

yang diberikan oleh guru pada muridnya, bentuknya secara umum biasanya duduk

di kursi dengan kaki dilipat dibawahnya. Bentuknya telah distandarkan, namun

seni pahat mendapatkan perhatian besar pada bentuk fisiknya.

Perkembangan Seni Pahat Selanjutnya, seni pahat pada periode Muromachi,

Momoyama dan Tokugawa melakukan sedikit banyak peniruan pada style

awalnya, dan hasil karyanya mempunyai sedikit originalitas. Hanya pada sebagian

kecil pekerjaan dari pemahat yang memahat bagian dari religius menunjukkan

beberapa perkembangan diantaranya: Enkū (1695) yang melakukan perjalanan ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

9

seluruh Jepang menghasilkan kuantitas image. Para pemahat profesional secara

berkesinambungan membuat dekorasi secara arsitektural.

Pada saat Jepang melakukan politik terbuka kepada negara barat selama

periode Meiji pola-pola pahatan lama dihapuskan dan pemahat tradisional dipaksa

untuk memahat netsuke dan memahat pada gading untuk bertahan hidup. Lainnya,

seperti Takamura Kōun (1852-1934), yang secara sukses mengombinasikan

realisme Barat dengan budaya tradisional. Untuk perbandingan dengan seni lukis,

bagaimanapun, ideologi seni pahat Barat tidak berkembang selama periode Meiji,

sejak seni pahat para pemahat tidak menunjukkan karya seni yang tinggi.

Beberapa dari karya-karya pertama yang dihasilkan dengan style Barat adalah

sebagian image publik pada perunggu dari kultural pahlawan-pahlawan Jepang

yang penting untuk pemerintahan Meiji. Kebudayaan itu berlangsung selama

tahun 1950-an bahwa pemahat Jepang dapat mengasimilasi tradisi-tradisi Barat

dan menransformasikan melalui pilihan-pilihan estetika yang mereka lihat sebagai

akar budaya mereka dimasa lalu.

Pada perkembangannya seni pahat Jepang mengalami asimilasi dengan

budaya Barat dan mengalami perkembangan berdasarkan media yang gunakan

mulai dari kayu, gading, dan perunggu. Namun, asimilasi dengan budaya Barat

tidak dapat menghilangkan kebudayaan Jepang yang selalu mengandung estetika

dalam pembuatannya sehingga pembuatan seni pahat dengan budaya Jepang dapat

dipertahankan hingga saat ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

10

2.2. Seniman pemahat Kokei dan Unkei

1. Kokei

Pemahat Jepang yang terkenal yaitu Kokei (aktif pada akhir abad 12 dan

awal abad 13), dan putranya Unkei (wafat 1223) memproduksi pahatan kayu yang

sangat luar biasa dengan memasukkan kristal pada bagian matanya. Hasil

pahatannya tentang tokoh-tokoh penting dalam agam Buddha Jepang yang dikenal

dengan gaya ekspresis dan keras. Kokei bekerja pada periode Heian (794-1192)

dan pada awal periode Kamakura (1192-1333). Dia membuat pahatan patung

Buddha dari kayu Cypres. Dia sangat mahir dalam mengerjakan bentuk kerutan

pada pakaian dan bentuk telinga.

2. Unkei

Unkeihidup pada awal periode Kamakura. Tahun kelahirannya tidak

diketahui. Dia menciptakan gaya seni pahat Kamakura dan memimpin sekolah

seni pahat Buddha di Nara. Dia memainkan peran penting dalam membangun

kembali kuil-kuil besar yang hancur akibat peperangan pada periode Heian.

Hanya 13 karya positif yang di identifikasih sebagai hasil karya Unkei, 5 dari dari

hasil karyanya di jadikan sebagai kekayaan negara dan 7 karyanya sebagai aset

budaya. Unkei menjadi pemahat patung sebelum berusia 20 tahun dan ditugaskan

oleh Kamakura-shogun untuk membuat paung-patung Buddha di kuil Kofuku dan

kuil Todai di Nara. Dia melakukan tugas tersebut dengan bantuan Kaike yang

merupakan murid terbaik ayahnya, dan bersama dengan lebih dari 20 orang

asisten. Hasil kolaborasi antara Unkei dan Kokei adalah Kongo-rikyshi, patung

tinggi Nio yang tingginya mencapai 28 kaki (lebih dari 8 m), yang merupakan 2

raja penjaga dewa dalam mitologi agama Buddha di Jepang. Patung ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

11

ditempatkan pada sisi kiri kanan pintu masuk kuil Todai. Gaya realistis dan

dinamis dari patung-patung ini merupakan ciri khas dari seni pahat Unkei yang

kontras dengan gaya seni pahat Kaike yang terkenal dengan keanggunan dan

kelembutannya.

2.3. Perkembangan seniman pemahat di Jepang

Seiring berjalannya waktu seniman pahat di Jepang tidak terbatas dengan

hanya mengunakan bahan kayu saja, tetapin kini ada juga seniman pahat yang

menggunakan bahan selain kayu. Tema dalam seni pahat pun tidak hanya pada

patung Buddha saja tetapi dewasa ini ada seniman yang menggunakan tema

kehidupan, kematian, dan lain lain. Seperti seniman pahat berikut ini

1. Seniman pemahat pisang terkenal di Jepang

Salah satu seniman pemahat pisang (syokunin) yang terkanl di Jepang

bernama Keisuke Yamada. Dia memulai ide memahat dengan bahan pisang.

Awalnya ia bereksperimen dengan ukiran wajah dan secara bertahap

memperbanyak portofolionya dengan berbagai kreasi yang luar biasa mulai dari

objek hewan sampai karakter anime. Bahkan dirinya telah diundang ke berbagai

stasiun TV untuk menampilkan bakat uniknya tersebut.

Memahat dengan pisang jauh lebih sulit dan rumit, karena pisang mempunyai

tekstur yang lembut sehingga butuh kesabaran dan kontrol untuk membuat satu

karya.

2. Seniman pemahat kayu bertema unik di Jepang

Yoshitoshi Kanemaki adalah seniman pemahat patung kayu yang sebelumnya

pernah membuat karya bertema kematian, kini kembali dengan karya terbarunya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

12

yang tak kalah unik. Sedikit berbeda dari karyanya yang lalu, kali ini ia

menciptakan karya dengan berbagai kelainan berupa patung dengan wajah dan

mata yang diduplikasi. Patung-patung karyanya yang dibuat dari kayu kamper

mulai dari ukuran manusia asli hingga miniatur hasil karyanya ini mengeksplorasi

dualitas kepribadian dan deretan emosi manusia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

13

BAB III

NETSUKE DI JEPANG

3.1 Sejarah Netsuke

Netsuke merupakan bentuk seni pahat Jepang yang dikembangkan selama

lebih dari tiga ratus tahun. Dahulu, Netsuke pertama sekali digunakan pada

pakaian tradisional Jepang (kimono). Pada abad 18 dan 19, kimono tidak memiliki

kantung dan biasanya si pemakai membawa sebuah kotak kecil (inro) yang terdiri

dari beberapa laci kecil sebagai tempat berbagai macam benda yang mereka

perlukan. Karena pakaian Jepang tidak memiliki kantung, kaum wanita Jepang

menyelipkan barang-barang pribadinya kedalam lengan baju mereka, sedangkan

kaum pria menaruh barang-barang pribadi dibelakang Obi dengan menggunakan

sagemono (alat pengantung). Agar sagemono dan lipatan kaum pria tersebut tidak

lepas, maka dipasanglah sebuah jangar kecil yang disebut dengan Netsuke.

Netsuke sendiri berfungsi sebagai pemberat untuk sagemono dan inro.

Namun, karena kaum pria Jepang yang menggunakan kimono dewasa ini

berkurang, Netsuke justru dijadikan barang koleksi berharga. Sekarang ini

Netsuke menjadi barang antik, yaitu patung miniature yang berharga yang lebih

dari sekedar aksesoris pakaian. Banyak Netsuke dipamerkan, diperdangkan,

dikumpulkan sebagai objek seni. Bahkan beberap set dari Netsuke ini juga bias

dilihat di museum, koleksi pribadi, galeri dan dipublikasi dengan macam tipe dan

bahan. Dua bahan paling umum yang digunakan untuk Netsuke adalah gading dan

kayu. Sekitar 80% dari Netsuke antik yang bertahan yang diukir dalam berbagai

jenis kayu asli Jepang seperti dari kayu pohon cemara, pohon sakura, pohon

kesemek hitam, dan lain sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

14

Bentuk Netsuke dalam ensiklopedia ini adalah bulat seperti pemutaran beras

dan biskuit yang terbuat dari kayu. Penggunaan Netsuke di kalangan petani

biasanya menggunakan Netsuke yang terbuat dari kuningan dan tembaga dan

terkadang juga menggunakan yang berasal dari akar labu yang sangat kecil. Untuk

pengguna Netsuke di bidang industri, biasanya menggunakan Netsuke yang

terbuat dari gading dan tanduk hewan.

Pada abad 19, Netsuke sudah berkembang pesat. Komposisi pembuatannya

sudah sangat canggih dan terkadang dibuat dengan ukuran yang sangat mini. Pada

abad 19 sudah didasarkan pada gambaran kehidupan perkotaan seperti toko

seniman, actor jalanan, pekerja perempuan, dan pekerja rumah tangga.

Pada abad 19, banyak Netsuke yang sudah dibuat dalam bentuk masker teater.

Seiring berkembangnya, sebagian Netsuke sudah dibuat dari bahan emas, namun

dengan ukuran yang sangat kecil dengan alasan jika terlalu banyak akan membuat

si pemilik tidak nyaman saat berjalan. Netsuke dalam dunia teater juga biasanya

disandingkan denga puisi dan musik sendiri. Pada abad ini, Netsuke akhirnya

menjadi sebuah hiasan yang akhirnya diakui menjadi karya seni. Di Eropa juga

sudai mulai mengumpulkan Netsuke selama abad ke 19 dan terus melakukannya

dalam jumlah banyak. Berikut adalah bentuk-bentuk Netsuke yang ada di Jepang :

Sebuah Netsuke mempunyai panjang yang bervariasi antara 1 dan 6 inci, diikat

dengan tali sebagai selempang pengikat kekimono. Netsuke diikat dengan seutas

tali tunggal berulir yang dimasukkan melalui lubang dari salah satu sisi wadah

yang dingantungkan, kemudian menembus lubang sisi lain wadah, dan diikat

dibagian bawah wadah. Lalu, sebuah maik-manik dekoratif atau ojime diselipkna

ditali antara netsuke dan sagemono, yang memungkinkan pengguna membuka dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

15

menutup wadah. Alat pembuka wadah netsuke himotoshe yang membentuk

menyerupai kucing. Seiring berjalannya waktu, pembuka Netsuke yang awalnya

sederhana ini, berkembang menjadi lebih variasi dan mempunyai banyak motif.

Bentuk dan motif dari Netsuke yang beranekaragam ini menjadi cara bagi orang

Jepang untuk menunujukkan status sosialnya dimasyarakat.

Proses pembuatan Netsuke bisa memakan waktu 2-3 minggu. Ukiran pada

Netsuke nampak rumit tetapi terlihat sangat halus dan indah karena menggunakan

bahan yang langkah dan eksotis. Biasanya Netsuke dibentuk dengan banyak

penyesuain. Bentuk-bentuk Netsuke menggambarkan subjek-subjek yang dekat

dengan kehidupan masyarakat Jepang. Subjek Netsuke ini todak terbatas hanya

pada legenda, cerita rakyat dan tumbuhan saja. Tetapi, bentuk dewa-dewa dan roh

jahat juga menjadi subjek dalam Netsuke. Penikmat netsuke akan melihat netsuke

sebagai miniature dunia dimana filosofi, kebiasaan dan kebudayaan bersatu

didalam sebuah karya seni yang sangat indah dan penuh nilai estetika. Tambahan

lagi, netsuke juga berasal dari nilai nyata atau realistis diubah menjadi abstrak

dalam sebuah karya pahat. Banyak dari netsuke diyakini memiliki kekuatan mistis

dan dapat dijadikan jimat. Hal ini yang akhirnya berkembang dikalangan

pengemar netsuke dan menjadikannya karya seni yang sangat didambakan untuk

dimiliki oleh para kolektornya. Bagi pemilik netsuke biasanya terdapat hubungan

erat antara fisik dan spiritual yang tidak terdapat pada karya seni lainnya.

Dimasa sekarang ini umumnya netsuke diukir dari kayu keras dan gading.

Bahan dari logam dan batu mulia, varnish, tanduk kerbau, tanduk rusa dan tanah

liat sudah jarang digunakan. Nilai dan kualitas dari netsuke itu sendiri dapat diliat

dari sentuhan pada permukaan pahatannya. Pemahat Jepang biasanya memahatnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

16

pada segala sisi, bagian atas dan bawah tanpa ada sisi tajam agar tidak merusak

baju atau merobeknya. Netsuke dibentuk sedemikian kecil agar mudah dibawa.

Meskipun demikian, pahatan kecil ini sangat kokoh dan kuat. Pahatan ini biasanya

sangat nyaman untuk digenggam dengan ukuran antara 1 sampai dengan 3 inchi.

3.2 Jenis-Jenis Netsuke

3.2.1 Netsuke berbentuk hewan dan tumbuhan

1. Katabori Netsuke

Katabori Netsuke merupakan tipe yang paling sering dipahat. Kategori

Netsuke berbentuk dalam pahatan 3 dimensi, tipe Netsuke ini berbentuk secara

melengkung dan pada umumnya tingginya hanya berukuran sekitar 1 atau 3 inci.

Katabori Netsuke juga biasanya berbentuk pahatan seranga atau burung.

2. Anabori Netsuke

Anabori atau Netsuke cekung merupakan salah satu bagian dari Katabori yang

dipahat dengan memiliki cekungan pada bagian tengah pahatan. Motif terang

merupakan yang paling sering digunakan dalam tipe Netsuke ini. Bagian rumit

juga terdapat dalam penggunaan Netsuke ini.

3. Manju Netsuke

Manju Netsuke merupakan pahatan tebal, datar, dan berbentuk bulat dan

terkadang dibentuk dengan motif tertentu dan biasanya dibuat dari motif gading.

Netsuke ini berbentuk seperti Manju, yaitu sebuah kue tradisional Jepang.

Biasanya Netsuke ini berbentuk bunga atau tumbuhan kecil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

17

4. Ryusa Netsuke

Ryusa Netsuke sama seperti Manju Ntesuke, dimana setiap pahatannya

terdapat bentuk bunga dan tumbuhan kecil. Namun terdapat perbedaan pada

Netsuke jenis ini, yaitu Netsuke tipe ini diukir seperti renda sehingga cahaya dapat

tembus melalui item ini

5. Kagamibuta Netsuke

Netsuke jenis ini juga dikenal sebagai Netsuke tutup kaca. Disebut seperti itu

karena Netsuke ini berbentuk sebagai cakram logam yang berfungsi sebagai

penungkup mangkuk kecil, biasanya terbuat dari kayu dan gading. Selain itu pada

Netsuke jenis ini terdapat juga banyak pahatan berbentuk tumbuhan. Netsuke tipe

tutup mangkuk ini sering dihiasi dengan teknik metalurgi.

3.2.2 Netsuke berbentuk dewa

1. Hotei

Pelindung yang menyenangkan, sukacita, komunikasi dan kesejahteraan. Hal ini

diyakini bahwa ia menentukan nasib manusia dan membantu dalam melaksanakan

keinginannya. Jika sosok Hotei ditepukan diperut 300 kali, dan ketika kita berfikir

tentang sesuatu yang baik, maka yang kita pikirkan akan terjadi. Di Jepang setiap

rumah dipercayai harus memiliki 7 Hotei agar rumahnya bahagia.

2. Daikoku

Adalah dewa kekayaan dan kemakmuran. Yang bertindak sebagai pelindung

rumah. Netsuke jenis ini digambarkan dengan palu, tikus, tas ajaib, dan beras.

Daikoku juga menunjukkan symbol kekayaan dan kemakmuran.

3. Ebisu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

18

Pelindung keberuntungan. Digambarkan dalam topi tinggi dengan pancing dan

ikan Thai. Thai adalah ikan sudi yang dianggap sebagai symbol keberuntungan

dan prestasi spiritual. Menurut legenda sangat sulit untuk menangkap ikan mas

suci dengan tangan kosong dengan air surgawi. Kadang-kadang Ebisu berfungsi

sebagai pelayan dan pelindung nelayan di laut.

4. Fukurokudzyu

Fukurokudzyu adalah dewa kebijaksanaan. Kepala memiliki ukuran

memanjang, dan dahi ada kerutan melintang yang dalam. Kadang-kadang

Fukurokudzyu digambarkan berubah menjadi kura-kura, Fukurokudzyu juga

menunjukkan symbol panjang umur, kebijaksanaan, dan alam semesta.

5. Bisyamonten

Merupakan pelindung tentara. Yang digambarkan sebagai pejuang tangguh,

dengan baju besi dan pedang atau trisula ditangannya juga pagoda. Sebagai dewa

kebahagiaan, Bisyamonten berjuang hanya untuk membela yang baik. Motto nya

“Loyalitas, tugas, Pelindung tentara” dipercayai dapat membantu untuk

menemukan kekuatan luar biasa, semangat, dan keberanian, kebijaksanaan dan

keadilan.

6. Bendzayten

Adalah dewi cinta dan seni. Kadang-kadang dianggap sebagai dewi pelindung

air dan music. Bendzayten digambaran dengan kecapi “Biwa” ditangan mereka.

Diwilayah Timur, wanita akan meminta akan cinta dan perikahan yang abadi

kepada dewa ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

19

3.2.3 Netsuke berbentuk roh jahat

1. Shoki Netsuke

Shoki Netsuke merupakan pahatan yang menggambarkan dewa Shoki yakni

sosok dewa jahat yang membunuh semua dewa dan siluman lainnya dengan

menggunakan pedang datarnya. Shoki biasanya digambarkan berjanggut dan

menunggangi siluman kecil sebagai kendaraannya.

2. Oni Netsuke

Oni Netsuke merupakan siluman atau iblis kecil yang bias anya digambarkan

memiliki tanduk, dan bulu sekujur tubuhnya. Oni merupakan musuh kecil para

dewa yang sering digunakan para dewa sebgai budak atau kendaraan.

3. Shojo Netsuke

Shojo Netsuke merupakan Netsuke yang dipahat menggambarkan sebuah

patung dewi minuman yang berwajah manusia. Shojo biasanya berambut panjang

berwarna menjuntai sepanjang bahunya. Shojo biasanya terlihat apabila seseorang

telah meminum arak dapat melihatnya disekitar laut.

4. Shashiki Netsuke

Sahshiki Netsuke merupakan musuh dari Buddha yang membawa lari

Deityidaten pada sebuah kotak kawan dengan sebuah kotak simpanan curian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

20

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Dari penjelasan mengenai Netsuke pada bab-bab sebelumnya, maka penulis

dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Netsuke mulai digunakan sejak abad ke 16, selain berfungsi sebagai

pemberat sagemono dan inro, juga dapat menjadi aksesoris ketika

mengenakan kimono pada kaum pria jepang.

2. Status sosial seorang pemakai Netsuke didalam masyarakat dapat diketahui

berdasarkan bahan pembuat dan desain Netsuke yang dipakainya

3. Dua bahan yang paling umum digunakan untuk Netsuke adalah gading dan

kayu, tetapi ada juga yang terbuat dari emas.

4. Pada masa sekarang ini, Netsuke menjadi barang antik yang mempunyai

nilai karya seni yang tinggi dengan harga yang cukup fantastis. Para

kolektor Netsuke tidak hanya dikalangan masyarakat Jepang sendiri, tetapi

juga berasal dari luar negeri

5. Sekitar 80 % Netsuke antik yang bertahan hingga sekarang ini diukir

dalam berbagai jenis kayu asli Jepang seperti pohon kayu cemara, bunga

sakura, kesemek hitam, dan sebagainya. Subjek dari bentuk-bentuk

Netsuke diantaranya ialah : bentuk dewa, roh jahat, tumbuhan, hewan dan

bentuk-bentuk yang berasal dari mitos-mitos Jepang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

21

4. 2 Saran

Setelah mengumpulkan data-data mengenai Netsuke, maka penulis, Menemui

banyak sekali keunikan dari Netsuke tersebut. Oleh karena itu Penulis ingin

mengemukan beberapa saran yaitu,

Kepada mahasiswa yang mempelajari bahasa jepang, penulis mengharapkan

agar lebih banyak lagi mengenal tentang seni dan kebudayaan, serta adat istiadat

masyaraka Jepang agar wawasan ke-Jepangannya semakin bertambah, tidak hanya

mengetahui bahasanya tetapi mengetahui semua tentang Jepang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

ABSTRAK

Kertas karya ini membahas tentang seni pahat jepang (Netsuke). Netsuke

merupakan bentuk seni pahat kuno Jepang berukuran kecil dan terlihat indah.

Disebabkan oleh pakaian tradisional Jepang (kimono) tidak memiliki kantung,

biasanya kaum wanita Jepang menyelipkan barang-barang pribadinya ke dalam

lengan baju mereka, sedangkan kaum pria menaruh barang-barang pribadinya

dibelakang obi dengan menggunakan sagemono. Agar sagemono dan lipatan baju

kaum pria tersebut tidak lepas, maka dipasanglah sebuah jangkar kecil yang

disebut dengan Netsuke.

Melalui metode kepustakaan, semua data informasi dan buku-buku yang

berhubungan topik penelitian kertas karya ini dikumpulkan dan dirangkumkan.

Berdasarkan hasil pengamatan, Netsuke telah dikenal dan digunakan oleh

masyarakat Jepang sejak abad 16 dan terus berkembang hingga kini. Kemudian,

bentuk-bentuk Netsuke yang dihasilkan menggambarkan subjek-subjek yang dekat

dengan kehidupan masyarakat Jepang. Subjek Netsuke ini tidak terbatas hanya

pada legenda, mitos, cerita rakyat, binatang dan tumbuhan saja, tetapi, ada juga

bentuk dewa-dewa dan roh jahat yang menjadi subjek dalam Netsuke.

Kaum pria Jepang dewasa ini mulai meninggalkan kebiasaan memakai

kimono di dalam kehidupan sehari-harinya. Namun pada kenyataannya,

masyarakat Jepang tetap gemar akan Netsuke. Netsuke justru, dijadikannya

sebagai miniatur seni pahat patung berharga yang lebih dari sekedar aksesoris

pakaian. Peminat Netsuke melihat Netsuke sebagai patung miniatur dunia dimana

filosofi, kebiasaan, dan kebudayaan bersatu di dalam sebuah karya seni yang

sangat indah dan penuh nilai estetika. Sekitaran 80% dari Netsuke antik yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

bertahan sekarang ini, diukir dalam berbagai jenis kayu asli Jepang seperti dari

kayu pohon cemara, dari pohon sakura, kesemek hitam, dan sebagainya. Nilai

tambah keindahan dari Netsuke juga berasal dari nilai nyata atau realistis diubah

menjadi abstrak dalam sebuah karya pahat. Meskipun demikian, nilai dan kualitas

Netsuke itu sendiri dapat dilihat dari sentuhan pada permukaan pahatannya.

Dikatakan demikian, bagi pemilik Netsuke, biasanya terdapat hubungan erat

antara fisik dan spiritual yang tidak terdapat pada karya seni lainnya.

Netsuke yang pada awalnya berfungsi sebagai pelekat sagemono, kini sudah

menjadi barang antik. Banyak Netsuke yang dipemerkan, diperdagangkan,

dikumpulkan sebagai objek independen dengan harga yang cukup

mencengangkan. Beberapa set dari Netsuke juga bisa dilihat di museum, koleksi

pribadi, dan dipublikasi dengan bermacam-macam tipe dan bahannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: SENI PAHAT JEPANG (NATSUKE) KERTAS KARYA DIKERJAKAN O …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA