bab v pelaksana kegiatan a10aau-8

38
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang dilakukan pada awal realisasi kerja dalam perkebunan sebelum penanaman tanaman di lapangan. Pembibitan bertujuan sebagai sarana untuk memilah kecambah yang terbaik sebelum ditanam dan memilah bibit yang memiliki tumbuh kembang yang baik sehingga akan berproduksi maksimal dan menguntungkan bagi perusahaan. Pada saat ini PT JAW sedang melakukan pembibitan dengan sistem terpisah yaitu Pembibitan Awal (Pre nursery) dengan luas 2 ha dan Pembibitan Utama (Main nursery) dengan luas 30 ha. Pembibitan pre nursery disebut dengan blok A dan main nursery disebut dengan blok B. Kecambah yang digunakan berasal dari Costarica yang diperoleh dari persilangan Costarica Dura dengan Pisifera Nigerian. (a) Pembibitan Awal (Pre nursery) Sebelum melakukan pembibitan, yang diperhatikan yaitu pemilihan lokasi dekat dengan sumber air dan lokasi penanaman, aman dari gangguan hama dan penyakit, mudah mendapatkan top soil untuk media tanam, kontur tanahnya datar, dekat dengan sumber tenaga kerja dan mudah dalam akses jalan maupun transportasi. Kemudian, sarana dan prasarana penunjang pembibitan seperti saprotan, polibag, alat penyiraman, pupuk, bedengan dan naungan serta tenaga kerja harus disiapkan terlebih dahulu. PT JAW melakukan pembibitan ini terpisah dari areal perkebunan utama sejauh satu kilometer karena kecambah Costarica yang digunakan memiliki penyakit terbawa benih yaitu yellow lethal yang dapat menginfeksi seluruh pokok tanaman kelapa sawit pada perkebunan utama. Hal ini juga dianjurkan oleh Dinas Karantina Hewan dan Tumbuhan dengan tujuan untuk mencegah kontaminasi dari hama dan penyakit dari bibit kepada tanaman pokok perkebunan utama. Sebelum kecambah datang ke pembibitan untuk ditanam, maka dipersiapkan terlebih dahulu bedengan yang dibuat berpagar. Pagar bedengan ini terbuat dari kayu dengan ukuran bedengan (10 × 1) m agar polibag dapat

Upload: frandi-barasa

Post on 22-Oct-2015

123 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembibitan

Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang dilakukan pada awal

realisasi kerja dalam perkebunan sebelum penanaman tanaman di lapangan.

Pembibitan bertujuan sebagai sarana untuk memilah kecambah yang terbaik

sebelum ditanam dan memilah bibit yang memiliki tumbuh kembang yang baik

sehingga akan berproduksi maksimal dan menguntungkan bagi perusahaan. Pada

saat ini PT JAW sedang melakukan pembibitan dengan sistem terpisah yaitu

Pembibitan Awal (Pre nursery) dengan luas 2 ha dan Pembibitan Utama (Main

nursery) dengan luas 30 ha. Pembibitan pre nursery disebut dengan blok A dan

main nursery disebut dengan blok B. Kecambah yang digunakan berasal dari

Costarica yang diperoleh dari persilangan Costarica Dura dengan Pisifera

Nigerian.

(a) Pembibitan Awal (Pre nursery)

Sebelum melakukan pembibitan, yang diperhatikan yaitu pemilihan lokasi

dekat dengan sumber air dan lokasi penanaman, aman dari gangguan hama dan

penyakit, mudah mendapatkan top soil untuk media tanam, kontur tanahnya datar,

dekat dengan sumber tenaga kerja dan mudah dalam akses jalan maupun

transportasi. Kemudian, sarana dan prasarana penunjang pembibitan seperti

saprotan, polibag, alat penyiraman, pupuk, bedengan dan naungan serta tenaga

kerja harus disiapkan terlebih dahulu.

PT JAW melakukan pembibitan ini terpisah dari areal perkebunan utama

sejauh satu kilometer karena kecambah Costarica yang digunakan memiliki

penyakit terbawa benih yaitu yellow lethal yang dapat menginfeksi seluruh pokok

tanaman kelapa sawit pada perkebunan utama. Hal ini juga dianjurkan oleh Dinas

Karantina Hewan dan Tumbuhan dengan tujuan untuk mencegah kontaminasi dari

hama dan penyakit dari bibit kepada tanaman pokok perkebunan utama.

Sebelum kecambah datang ke pembibitan untuk ditanam, maka

dipersiapkan terlebih dahulu bedengan yang dibuat berpagar. Pagar bedengan ini

terbuat dari kayu dengan ukuran bedengan (10 × 1) m agar polibag dapat

20

diletakan dengan baik dan teratur. Pada bedengan dengan ukuran (10 × 1) m ini,

dapat memuat 1 000 kecambah dalam polibag.

Dalam kegiatan pembibitan banyak membutuhkan tenaga kerja antara lain

untuk menanam kecambah, menyiram bibit, sortasi kecambah, pembuatan

bedengan, pengisian polibag dan pembuatan naungan. Tenaga kerja yang dipakai

untuk pembibitan kebanyakan tenaga wanita, karena pekerjaan di pembibitan

banyak membutuhkan ketelitian serta kesabaran.

(1) Teknik Pembibitan Awal (Pre nursery)

Kecambah yang dikirim langsung dari Costarica ini dibungkus dengan

karton bersekat, antara sekat karton dengan kantong kecambah disisipkan serbuk

gergaji yang berfungsi untuk mengurangi impact/tekanan pada kecambah pada

saat pendistribusian, agar plumula dan radikula kecambah tidak patah. Tiap karton

berisi 24 kantung kecambah yang terbagi menjadi 2 tingkat, tiap kantungnya

berisi ±100 kecambah yang dicampur dengan cacahan gabus yang dibasahi

dengan fungisida. Sebelum melakukan penanaman kecambah, kecambah yang

baru datang harus didata dan dihitung jumlah kecambah total, jumlah kecambah

normal dan jumlah kecambah abnormal atau mati pada tiap kantung kecambah,

hal ini dilakukan untuk memudahkan pembuatan laporan dan menghindari

penanaman kecambah abnormal. Kemudian kecambah yang telah didata dan

disortasi, kecambah ditempatkan ke dalam nampan anyam untuk dibawa ke

bedeng beserta label yang berisi kode nomor karton kecambah dan jumlah

kecambah normal. Setelah sampai di bedeng tempat penanaman, kecambah

ditanam pada polibag berukuran (22 × 14 × 0.1) cm yang berisi campuran tanah

topsoil dan Rock Phosphate dengan dosis campuran 200 g/m³ topsoil. Setelah

polibag diisi dengan tanah, maka tinggi polibag akan menjadi 18 cm dan diameter

polibag menjadi 9 cm.

Kecambah ditanam ditengah polibag dengan kedalaman ±1 cm dari

permukaan tanah dalam polibag. Setelah dilakukan penanaman, bedengan segera

ditutup dengan naungan yang dibuat dari pelepah daun kelapa sawit muda yang

sudah disemprot dengan insektisida dengan bahan aktif deltametrin 25 g/l. Setelah

penanaman kecambah selesai maka bedengan disiram rutin pada pagi dan siang

hari sebanyak ±0.25 l/polibag. Tujuan dari penyiraman adalah untuk menjaga

21

kelembaban dan mencegah kekeringan pada media tanam agar kecambah dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik. Tujuan dari pemberian naungan adalah

untuk mencegah penguapan berlebihan akibat terkena sinar matahari langsung

yang dapat menyebabkan kekeringan bahkan kematian terhadap kecambah yang

sudah ditanam dipolibag. Proses penanaman dan pemberian mulsa dapat dilihat

pada Gambar 1.

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 1. Penanaman Kecambah (A), Pemberian Mulsa (B), Satu MST (C) dan

12 BST (D)

(b) Pembibitan Utama (Main nursery)

Pada pembibitan utama, bibit yang dipakai adalah bibit yang sudah

berumur sekitar 9 – 12 bulan di pembibitan awal (pre nursery) dan sudah melalui

proses sortasi sebelum dipindahkan. Karena lahan di PT JAW tergolong jenis

tanah Organosol atau Gambut, maka sebelum dipindahkan hendaknya polibag

pada main nursery diisi dengan topsoil terlebih dahulu agar pada proses

pemindahan bibit tidak tersendat karena kurangnya polibag yang terisi dengan

22

topsoil. Polibag pada main nursery ini harus diisi pada jalan utama dan diangkut

dengan kereta sorong melalui papan titian ke areal pembibitan utama.

Pembibitan utama yang diusahakan oleh PT JAW tiap bloknya dibatasi

oleh parit selebar 1 m dan antara main nursery dan pre nursery dibatasi oleh parit

selebar 2 m, ditambah jalan kontrol utama selebar 8 m. Batas paling pinggir

pembibitan PT JAW dibangun pagar kayu setinggi 2 m untuk mencegah serangan

hama binatang dan sebagai sarana untuk menjaga bibit dari pencurian. Di areal

pembibitan juga dibangun dua menara pantau setinggi 5 m untuk pengamanan di

sebelah Barat Laut pembibitan dan disebelah Tenggara pembibitan PT JAW. Alat

angkut yang digunakan pada saat pemindahan bibit dari pre nursery ke main

nursery yaitu traktor tangan (hand tractor) yang diberi bak gandengan.

Polibag yang digunakan untuk main nursery berukuran (30 × 40 × 0.2) cm

dan setelah polibag terisi dengan tanah maka tinggi polibag akan berukuran 35 cm

dan diameter polibag 26 cm. Setelah polibag diisi dengan topsoil, polibag disusun

layaknya tanaman kelapa sawit di kebun dengan jarak tanam segitiga sama sisi

(90 × 90 × 90) cm dengan jarak dalam baris 90 cm mengarah Utara – Selatan dan

jarak antar baris sebanyak 77.9 cm mengarah Timur – Barat. Pemindahan bibit

dari pre nursery ke main nursery bertahap sesuai urutan dengan blok penanaman

paling pertama pada saat kecambah baru pertama kali ditanam di pre nursery.

Setelah penyusunan polibag selesai, maka dibuat lubang tanam sedalam 20

cm dengan diameter lubang 12 cm menggunakan potongan pipa besi yang diberi

pegangan. Kemudian bibit yang sudah di bawa ke areal main nursery ditanam ke

dalam lubang, lalu rongga yang tersisa di sela-sela bibit ditutup menggunakan

tanah di sekitar bibit dan dipadatkan. Pada saat pemindahan bibit akan ditemukan

bibit yang memiliki titik tumbuh lebih dari satu (double tone), apabila bibit ini

memiliki keseragaman dengan bibit yang lain maka bibit double tone akan

dipisahkan dan ikut ditanam pada main nursery, hal ini dilakukan untuk

mengurangi losses pada saat pemindahan bibit. Jika bibit yang double tone

ternyata tidak seragam dengan bibit lain yang akan dipindahkan, maka bibit

dianggap afkir dan segera dimusnahkan.

23

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan yang diikuti oleh penulis

selama melaksanakan magang di PT JAW meliputi pengendalian gulma,

pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pemotongan pelepah

(prunning).

(a) Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tanaman pengganggu yang dapat menghambat

pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan gulma ikut menyerap

unsur hara dan air disekitar tanaman kelapa sawit sehingga terjadi persaingan

untuk memperebutkan unsur hara dan air tersebut. Selain itu, gulma dapat

mengeluarkan zat allelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman

kelapa sawit disekitarnya. Jenis gulma yang terdapat di PT JAW antara lain

Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott. atau Paku Harupat, Dicranopteris linearis

syn. Gleichenia linearis (Burm. F.) S. W. Clarke. atau Paku Rasam, Cyclosorus

aridus (Don) Ching atau Paku Kadal, Melastoma malabathricum syn. Melastoma

affine D. Don atau Senduduk, Setaria palmifolia (J. Koenig.) Stapf. atau Rumput

Palem, Ageratum conyzoides L., Mikania micrantha Kunth., Paspalum

conjugatum Berg. atau Jukut Pahit, Imperata cylindrica (L.) Beauv. atau Ilalang,

anakan sawit, Cyperus sp. dan Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins

atau Kirinyuh. Gulma dominan yang terdapat di perkebunan PT JAW adalah

gulma paku-pakuan.

Pengendalian gulma bertujuan untuk menciptakan lingkungan tumbuh

tanaman utama yang optimal agar pekerjaan pemeliharaan lainnya seperti

pemupukan, up keep/perawatan tanaman, pengendalian hama dan penyakit serta

panen dapat dilakukan dengan mudah, sehingga diperoleh tingkat pertumbuhan

dan produksi yang optimal.

Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan penulis ketika magang

di PT JAW meliputi babat rendahan (slashing low land) dan garuk piringan

manual. Babat rendahan merupakan kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan

dengan memotong gulma hingga 30 cm di atas permukaan tanah. Alat yang

digunakan adalah parang. Penulis mengawasi jalannya babat rendahan pada areal

Divisi IV pada blok C7, C8 dan C9 serta Divisi II pada blok C5 dan C6. Gulma

24

yang menjadi sasaran adalah seluruh gulma yang menutupi lahan pada areal blok

kelapa sawit. Babat rendahan yang dilakukan ketika penulis melakukan magang

hanya pada tepi blok yang menghadap jalan poros (main road dan access road).

Sistem kerja yang diterapkan untuk pekerjaan babat rendahan ini dilakukan

dengan membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki anggota 4

orang dan dalam satu hari kerja babat rendahan biasanya terdapat 3 – 5 grup

pekerja. Jumlah tenaga kerja tergantung dari jumlah KHL yang tersedia pada hari

pelaksanaan kerja. Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan babat rendahan

ini adalah sistem Hari Kerja (HK), dalam satu HK yaitu sebesar Rp 23 000,-.

Norma kerja yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah 4 HK/ha dengan rotasi

satu kali dalam setahun.

Garuk piringan manual merupakan kegiatan pembersihan piringan pokok

kelapa sawit yang dilakukan hingga keadaan bersih dari gulma (W=0). Alat yang

digunakan adalah parang dan cangkul kecil. Penulis mengawasi jalannya garuk

piringan manual pada areal Divisi V pada blok A14 dan A15. Gulma yang

menjadi sasaran adalah seluruh gulma yang menutupi piringan kelapa sawit

hingga radius 1,2 m dari pokok kelapa sawit. Garuk piringan manual ini dilakukan

terhadap seluruh pokok tanaman kelapa sawit, karena selain dapat menghilangkan

persaingan tanaman pokok perkebunan dengan gulma, garuk piringan manual

yang dilakukan juga dapat menambah nilai estetika kebun. Sistem kerja yang

diterapkan untuk pekerjaan ini dilakukan dengan membagi pekerja menjadi grup,

satu grup pekerja memiliki anggota 2 orang dan dalam satu HK garuk piringan

manual, biasanya terdapat 9 – 12 grup pekerja. Jumlah tenaga kerja tergantung

dari jumlah KHL yang tersedia pada hari pelaksanaan kerja.

Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan babat rendahan ini adalah

sistem HK, dalam satu HK yaitu Rp 23 000,-. Norma kerja yang digunakan untuk

pekerjaan ini adalah 1.5 HK/ha dengan rotasi satu kali dalam setahun.

Pengendalian gulma secara kimia yang dilakukan penulis ketika magang di

PT JAW meliputi circle weeding/spraying dan spot spraying lalang. Pengendalian

gulma secara kimia ini dilakukan dengan menggunakan alat semprot knap sack

Solo volume 15 l, nozzle VLV 200 berwarna biru dan hitam, gelas ukur 250 ml,

25

sarung tangan, masker, sepatu boot AP, memakai pakaian berlengan panjang,

penutup kepala dan galon berkapasitas 20 l air.

Teknis pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia yang dilakukan

yaitu mandor up keep/spraying membagi pekerja menjadi beberapa grup, setiap

grup meliputi satu orang pembuat larutan dan pembawa larutan herbisida, serta

dua orang tenaga penyemprot. Biasanya untuk pekerjaan pengendalian gulma

secara kimia ini dijalankan oleh 3 – 6 grup pekerja. Pekerjaan penyemprotan

gulma ini diawasi oleh dua orang mandor up keep/spraying. Sistem pembayaran

upah yang diberlakukan untuk pekerjaan ini yaitu dengan sistem HK sebesar

Rp 23 000,- yang ditambah dengan premi untuk tenaga penyemprot herbisida Rp

500,- per hari semprot.

Sebelum melakukan penyemprotan herbisida, tenaga pembuat larutan dan

pembawa larutan herbisida harus melarutkan herbisida dengan air sesuai dengan

konsentrasi yang telah ditetapkan ke dalam galon 20 l. Setelah herbisida

dilarutkan, larutan tersebut kemudian dimasukan ke dalam knapsack Solo dengan

nozzle hitam atau biru (VLV 200) dan larutan disemprotkan sesuai sasaran serta

ketentuan yang benar. Pada awal kegiatan pencampuran dan pengeceran herbisida

harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak terjadi kesalahan kerja dan

dapat membahayakan kesehatan pekerja, sehingga pekerjaan ini harus diawasi

benar oleh mandor up keep/spraying.

Circle weeding/spraying. Merupakan pengendalian gulma dengan

menyemprotkan herbisida ke piringan pokok tanaman utama dan pasar pikul yang

bertujuan untuk menghindari persaingan tanaman utama dengan gulma secara

langsung pada sekitar tanaman pokok dan memudahkan kegiatan pemanenan buah

serta mengoptimalkan pemupukan yang diaplikasikan langsung pada piringan

tanaman kelapa sawit.

Herbisida yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Gramoxone 276 SL

dengan bahan aktif Parakuat diklorida 276 g/l yang dicampur dengan Ally 20

WDG dengan bahan aktif Metil metsulfuron 20 %. Campuran herbisida ini

sebanyak 20 l Gramoxone 276 SL : 1 Kg Ally 20 WDG didalam 20 l air. Dosis

yang digunakan dalam penyemprotan campuran herbisida ini adalah 0.4 l/ha.

26

Gramoxone 276 SL adalah herbisida parakuat purna-tumbuh bersifat

kontak yang efektif apabila diaplikasikan pada gulma berdaun lebar, sedangkan

Ally 20 WDG adalah herbisida sistemik pra-tumbuh dan purna-tumbuh.

Pencampuran kedua herbisida dengan sistem kerja yang sinergi ini dilakukan

karena racun parakuat yang di kandung oleh Gramoxone 276 SL diharapkan dapat

membongkar lapisan lilin dan melukai bagian tubuh gulma tersebut secara efektif,

kemudian Ally 20 WDG yang bersifat sistemik dapat masuk ke dalam jaringan

tubuh gulma dengan mudah sehingga hasil penyemprotan yang dilakukan lebih

optimal dan gulma yang terkena semprotan campuran herbisida ini tidak dapat

tumbuh kembali dalam areal perkebunan.

Pencampuran Gramoxone 276 SL, Ally 20 WDG dan 20 l air dilakukan

pagi hari sebelum melakukan kegiatan penyemprotan di gudang tempat

penyimpanan material kebun. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pencurian

material oleh pekerja atau mandor. Petugas penyimpanan gudang melakukan

pencampuran dan bertanggung jawab atas pencampuran, pencampuran herbisida

ini dengan air disaksikan oleh pembantu kepala gudang bagian material kimia.

Penyemprotan harus dilakukan dengan merata di sekeliling tanaman dan

pasar pikul tiap gawangan hidup pada barisan tanaman kelapa sawit.

Penyemprotan pada pasar pikul diharapkan dapat mempermudah kegiatan

pemanenan TBS dan pengangkutannya. Norma kerja untuk kegiatan circle

weeding/spraying ini adalah 0.5 HK/ha dengan rotasi dua kali dalam setahun.

Spot spraying lalang merupakan pengendalian gulma dengan

menyemprotkan herbisida ke areal gulma berjenis ilalang karena gulma ini dapat

berkembang sangat cepat dan mengeluarkan zat allelopati yang bersifat racun

bagi tanaman kelapa sawit. Namun, yang menjadi sasaran untuk kegiatan

penyemprotan ini bukan hanya gulma ilalang saja, termasuk juga gulma berdaun

sempit dan teki-tekian. Herbisida yang digunakan dalam kegiatan ini adalah

SMART 486 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 486 g/l yang

dicampur dengan Ally 20 WDG. Campuran herbisida ini sebanyak 20 l SMART

486 AS : 1 Kg Ally 20 WDG di dalam 20 l air. Dosis yang dipergunakan dalam

penyemprotan campuran herbisida ini adalah 0.4 l/ha.

27

SMART 486 AS adalah herbisida glifosat purna-tumbuh yang efektif

apabila diaplikasikan pada gulma ilalang. Pencampuran kedua herbisida dengan

sistem kerja yang sama diharapkan dapat mematikan gulma ilalang secara efektif

sehingga hasil penyemprotan yang dilakukan lebih optimal dan ilalang yang

terkena semprotan campuran herbisida ini tidak dapat tumbuh kembali dalam

areal perkebunan. Sama dengan Gramoxone 276 SL, SMART 486 AS ini juga

dicampur dengan Ally 20 WDG dan 20 l air yang dilakukan pagi hari sebelum

melakukan kegiatan penyemprotan di gudang tempat penyimpanan material

kebun. Norma kerja untuk kegiatan spot spraying lalang ini adalah 0.5 HK/ha

dengan rotasi dua kali dalam setahun. Proses penyemprotan herbisida dapat dilihat

pada Gambar 2.

(A) (B)

Gambar 2. (A) Penyemprotan Secara Kimia, (B) Hasil Penyemprotan Herbisida

(b) Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman termasuk kegiatan yang harus

diperhitungkan dalam teknis budidaya tanaman, karena hama dan penyakit dengan

penyebaran yang luas dapat berdampak buruk pada kelapa sawit yang

dibudidayakan. Oleh karena itu, keberadaan hama dan penyakit pada budidaya

tanaman kelapa sawit dicegah secepat mungkin agar tidak mempengaruhi tumbuh

kembang tanaman kelapa sawit.

Pengendalian organisme pengganggu tanaman bertujuan untuk menekan

populasi hama dan menekan serangan penyakit yang ditimbulkan sampai di

bawah ambang batas toleransi. Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan

oleh hama dan penyakit ini maka diperlukan penanganan yang serius dan terpadu

agar dapat ditangani sedini mungkin dengan tidak merusak lingkungan serta

bersifat ekonomis.

28

Pengendalian hama dan penyakit secara kimia yang dilakukan penulis

ketika magang di PT JAW adalah pengendalian Ulat api dan Ulat bulu.

Pengendalian Ulat api dan Ulat bulu merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menekan perkembangan ulat api dan ulat bulu. Karena dua hama tersebut dapat

merusak tanaman dengan memakan daun kelapa sawit sehingga menganggu

produksi fotosintat yang akan di terima oleh buah selama pembesaran buah.

Secara langsung hama tersebut juga dapat menghalangi proses pemeliharaan

tanaman serta pemanenan buah karena dapat menyebabkan gatal pada kulit

apabila kulit pekerja bersentuhan dengan dua hama ini.

Untuk melihat tingkat serangan dilakukan sensus terlebih dahulu yang

dilakukan satu kali sebulan. Tujuan dilakukannya sensus adalah untuk melihat

populasi hama sedini mungkin, untuk mengetahui stadia hama yang menyerang

dan mendapatkan data yang aktual untuk persentase larva yang hidup dan mati.

Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah fogging machine, masker,

penutup kepala, senter, galon 25 l, corong, saringan, sepatu boot dan bensin.

Penulis melakukan kegiatan pengendalian ulat bulu ini pada areal Divisi V pada

blok A17. Hama yang menjadi sasaran adalah ulat bulu dengan stadia instar

pertama dan kedua. Sistem kerja yang diterapkan untuk pengendalian ulat bulu ini

dilakukan dengan membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki

anggota 3 – 5 orang pekerja. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari yang

bertujuan untuk mengoptimalkan hasil pengasapan ulat, karena pada malam hari

sedikit angin yang berhembus dan asap yang digunakan tidak keluar dari sasaran

serta insektisida yang diaplikasikan dapat turun ketanah bersama embun. Aplikasi

Insektisida ini dapat dilihat pada Gambar 3.

(A) (B)

Gambar 3. (A) Ulat Bulu yang Menyerang Daun Kalapa Sawit dan (B)

Penyemprotan Insektisida dengan Fogging Machine

29

Insektisida yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Decis 2.5 EC

dengan bahan aktif deltametrin 25 g/l yang dicampur dengan Solar. Campuran

insektisida ini sebanyak 100 ml Decis 2.5 EC : 1 l solar. Decis 2.5 EC adalah

insektisida racun kontak dan lambung yang efektif apabila diaplikasikan langsung

pada hama dan pada daun kelapa sawit yang menjadi makanan hama tersebut.

Sistem upah yang berlaku pada kegiatan pengendalian Ulat api dan Ulat

bulu ini adalah sistem borongan kerena pekerjaan ini dilakukan pada malam hari.

Namun, menurut ketentuan perusahaan, Norma kerja yang digunakan untuk

pekerjaan ini adalah 0.67 HK/ha dengan rotasi tiga kali dalam setahun.

(c) Pemupukan

Pemupukan pada tanaman kelapa sawit memiliki peranan yang sangat

penting, lebih dari 50 % biaya dalam perawatan tanaman kelapa sawit adalah

untuk pemupukan. Pemupukan mutlak harus dilakukan untuk menggantikan unsur

hara/mineral yang diabsorpsi oleh tanaman dan memelihara tersedianya unsur

hara di dalam tanah.

Manajemen pemupukan dan realisasi kerjanya merupakan tanggung jawab

Asisten divisi. Asisten divisi harus menyediakan pupuk yang akan digunakan

dengan melakukan permintaan ke pihak gudang dengan blanko permintaan pupuk

yang diketahui oleh EM.

Sebelum melakukan pemupukan, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan oleh asisten divisi, yaitu kebersihan piringan dan pasar pikul,

ketersediaan transportasi, ketersediaan pupuk di gudang dan ketersediaan tenaga

kerja penebar pupuk. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan ini adalah

perempuan sebagai penebar pupuk karena pekerjaan ini menbutuhkan ketelitian

dan ketekunan serta tenaga laki-laki untuk memuat pupuk dan melangsir pupuk di

setiap ujung pasar pikul.

Pemberian pupuk biasanya diberikan pada saat musim hujan, tetapi tidak

diberikan saat curah hujan tinggi sehingga kegiatan pemupukan ini sebenarnya

sangat dipengaruhi oleh iklim. Syarat dilakukannya kegiatan pemupukan adalah

tersedianya air yang berfungsi untuk melarutkan pupuk sehingga pupuk bisa

diserap oleh akar tanaman dengan cepat. Pemupukan yang dilakukan oleh

perkebunan PT JAW dilakukan pada dua semester, yaitu semester pertama pada

30

bulan Februari/Maret dan April/Mei, sedangkan semester kedua dilakukan pada

bulan Agustus/September.

Pedoman dalam melaksanakan pemupukan adalah 4T, yakni Tepat dosis,

Tepat waktu, Tepat cara dan Tepat lokasi karena kegiatan pemupukan merupakan

usaha pemeliharaan yang sangat penting bagi suatu perkebunan. Sehingga jenis

pupuk yang digunakan harus diperhitungkan karena pupuk yang diaplikasikan

harus sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Pupuk yang diaplikasikan di

kebun PT JAW meliputi pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang

diaplikasikan antara lain : pupuk Abu Janjang dan janjang Kosong. Pupuk

anorganik yang diaplikasikan di PT JAW antara lain : pupuk Urea, pupuk Rock

Phosphate, pupuk Muriate of Potash (MOP), pupuk Magnesium suphate

(kieserite), pupuk Magnesium carbonate (dolomit) dan pupuk Copper Sulphate

Pentahydrate (CuSO4 . 5 H2O).

Kegiatan pemupukan dengan pupuk organik dilakukan secara manual

dengan cara ditebar pada piringan pokok kelapa sawit. Sebelum pemuat pupuk

memuat pupuk dari gudang, maka seorang mandor up keep/pemeliharaan harus

melampirkan blanko permintaan pupuk yang sudah disetujui oleh asisten divisi

dan EM kepada pembantu gudang urusan penyimpanan. Setelah itu pupuk dimuat

ke Traktor bergandeng MF-390 dengan jumlah yang sesuai dengan permintaan

yang tertera pada blanko permintaan pupuk.

Traktor gandeng MF-390 yang sudah dimuat pupuk, langsung menuju

jembatan timbang untuk mendapatkan tarra muatan atau jumlah pupuk aktual

yang akan diaplikasikan di lapangan pada hari itu. Kemudian pupuk yang dimuat

tersebut dibawa menuju jalan koleksi untuk dibagi per barisan tanaman agar

memudahkan distribusi pupuk. Banyaknya pupuk yang dibagi per baris atau

gawangan kelapa sawit tergantung pupuk apa yang diaplikasikan dan sudah

dihitung terlebih dahulu oleh mandor kebutuhan pupuk per barisan tanamannya.

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan ember besar sebagai tempat

pupuk dan mangkuk sebagai alat tebar yang sudah dikalibrasi bersama-sama oleh

seluruh pekerja penabur pupuk. Pupuk yang diaplikasikan ketika penulis

melakukan magang adalah pupuk bunch ash atau pupuk abu janjang. Bobot pupuk

abu janjang dalam satu mangkuk penabur pupuk adalah 400 gram. Rekomendasi

31

kebun untuk dosis pemupukan abu janjang ini adalah 4 kg/pokok tanaman karena

kandungan Kalium dalam pupuk abu janjang ini setara dengan 50 % Potasium

yang dikandung oleh pupuk MOP (Muriate of Potash). Hal ini sesuai dengan

Pahan, 2008 bahwa untuk subtitusi pupuk MOP dengan abu janjang atau

sebaliknya, rasio konversi MOP ke abu janjang dikali 2.0, sementara dari abu

janjang ke MOP dikali 0.5.

Pupuk abu janjang ini digunakan karena dinilai lebih efisien untuk

menggantikan pupuk MOP karena abu janjang yang digunakan merupakan hasil

pembakaran janjang kosong dari PMKS PT EMAL. PMKS PT EMAL ini

merupakan sub unit perkebunan BSP grup sama halnya dengan PT JAW tempat

penulis melaksanakan magang.

Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk abu janjang dengan

merata disekitar pokok kelapa sawit pada radius piringan terjauhnya dengan

jumlah tabur sebanyak 10 mangkuk. Apabila pada saat dilakukan penaburan

pupuk ditemukan bongkahan pupuk abu janjang yang memadat, maka bongkahan

pupuk tersebut dihancurkan terlebih dahulu baru ditebar merata. Kegiatan

pemupukan abu janjang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Penaburan Pupuk Bunch Ash (Abu Janjang)

Kegiatan pemupukan memerlukan pengawasan yang ketat mengingat

pupuk memakan biaya pemeliharaan yang paling besar untuk pengusahaan

tanaman kelapa sawit. Biasanya pengawasan pemupukan dilakukan oleh mandor

up keep/pemeliharaan bersama dengan asisten divisi di lapangan dengan

32

pembagian tugas asisten mengawasi jalan koleksi dan mandor berada pada pasar

tengah blok agar pemupukan merata untuk setiap pokok dan mandor bisa

mengarahkan langsung pekerjaan para penabur pupuk. Biasanya, EM juga ikut

meninjau kegiatan pemupukan ke setiap Divisi yang sedang melakukan

pemupukan, agar pemupukan berjalan dengan baik dan memenuhi target serta

tujuan dari pemupukan itu sendiri.

Sistem kerja yang diterapkan untuk pekerjaan ini dilakukan dengan

membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki anggota 2 orang dan

dalam satu HK pemupukan abu janjang ini biasanya terdapat 10 – 15 grup

pekerja. Jumlah tenaga kerja tergantung dari jumlah KHL yang tersedia pada hari

pelaksanaan kerja. Dua orang dalam satu grup ini bertanggung jawab untuk

memupuk satu gawangan hidup pada hanca yang telah ditentukan sebelumnya

hingga batas pasar tengah blok yang dipupuk. Sistem upah yang diberlakukan

pada pekerjaan pemupukan abu janjang ini adalah sistem HK, dalam satu HK

yaitu Rp 23 000,-. Norma kerja yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah 0.8

HK/ha.

Kegiatan pemupukan dengan pupuk anorganik dilakukan secara manual

dengan cara ditebar pada piringan pokok kelapa sawit sama halnya dengan

pemupukan organik. Sama dengan sistem pemuatan pupuk organik, pupuk

anorganik juga diambil dengan melampirkan blanko permintaan pupuk yang

sudah disetujui oleh asisten divisi dan EM kepada pembantu gudang urusan

penyimpanan. Setelah itu, pupuk dimuat ke traktor bergandeng MF-390 dengan

jumlah yang sesuai dengan permintaan yang tertera pada blanko permintaan

pupuk.

Pupuk anorganik yang dimuat tersebut dibawa menuju jalan koleksi untuk

dibagi per barisan tanaman agar memudahkan distribusi pupuk. Pupuk yang

diaplikasikan ketika penulis melakukan magang adalah pupuk Copper Sulphate

Pentahydrate (CuSO4 . 5 H2O) buatan Taiwan. Bobot pupuk ini dalam satu karung

adalah 25 Kg. Rekomendasi kebun untuk dosis pemupukan Cu ini adalah 200

g/pokok tanaman. Pembagian pupuk yang dilakukan dengan membagi satu karung

pupuk Cu di setiap lima baris tanaman.

33

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan ember besar sebagai tempat

pupuk dan mangkuk sebagai alat tebar yang sudah dikalibrasi bersama-sama oleh

seluruh pekerja penabur pupuk sebelum pemupukan Cu ini dimulai. Bobot rata-

rata per ember pupuk Cu ini adalah 8 kg yang berarti setiap penebar pupuk

mampu menebar pupuk untuk 40 pokok tanaman atau sama dengan ¾ gawangan

tanaman kelapa sawit.

Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk Copper Sulphate

Pentahydrate dengan berbentuk “V” disekitar pokok kelapa sawit dengan jarak 1

– 1.5 m dari pokok tanaman kelapa sawit. Untuk pengawasan pekerja penabur

pupuk Copper Sulphate Pentahydrate ini mudah dilakukan karena pupuk

berwarna biru terang sehingga memudahkan pengamatan untuk ketepatan aplikasi

oleh pekerja. Namun, pengawasan yang ketat tetap dilakukan karena pupuk ini

digunakan dengan dosis yang sedikit per pokok, dikhawatirkan ketepatan dosis

aplikasi penebar pupuk menjadi lebih kecil. Pengawasan pemupukan dilakukan

oleh mandor up keep/pemeliharaan bersama dengan asisten divisi di lapangan

dengan pembagian tugas, yaitu asisten mengawasi jalan koleksi dan mandor

berada di dalam blok agar pemupukan merata untuk setiap pokok dan mandor bisa

mengarahkan langsung pekerjaan para penabur pupuk. Biasanya EM juga ikut

meninjau kegiatan pemupukan ke setiap Divisi yang sedang melakukan

pemupukan, agar pemupukan berjalan dengan baik dan memenuhi target serta

tujuan dari pemupukan itu sendiri.

Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan pemupukan abu janjang ini

adalah sistem HK, dalam satu HK yaitu Rp 23 000,-. Norma kerja yang digunakan

untuk pekerjaan ini adalah 0.25 HK/ha.

(d) Pemotongan pelepah (prunning)

Pemangkasan pelepah (prunning) adalah kegiatan memotong dan

membuang pelepah yang tidak menguntungkan bagi tanaman kelapa sawit atau

yang dinilai dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pelepah yang

tidak menguntungkan tersebut yaitu pelepah kering dan pelepah sengkleh atau

patah yang menggantung di pohon kelapa sawit. Tujuan dari pemangkasan ini

juga untuk memudahkan pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya

34

brondolan, memperlancar proses penyerbukan secara alami, mempermudah sensus

buah atau pengamatan buah matang dan untuk sanitasi tanaman.

Sistem pengelolaan pelepah atau pemangkasan ini berdasarkan rumus

Songgo dua. Rumus Songgo dua ini adalah pemotongan pelepah tanaman kelapa

sawit hingga sisa dua lingkar pelepah dari tandan buah terbawah tanaman kelapa

sawit. Pemotongan pelepah dilakukan dengan memotong pelepah mendekati

batang tanaman yang arah potongannya membentuk sudut 30° terhadap garis

horizontal. Hasil pemotongan pelepah ini akan terlihat membentuk tapak kuda.

Pelepah daun yang telah dipotong disusun pada gawangan mati. Apabila pelepah

yang dipotong terlalu panjang untuk disusun, maka pelepah dibagi menjadi tiga

bagian agar pelepah tersusun rapih di gawangan mati. Proses pemangkasan

pelepah dapat dilihat pada Gambar 5.

Alat yang digunakan untuk pemotongan pelepah ini adalah Dodos atau

Egrek apabila tanaman sudah tinggi melebihi tangkai Dodos, kampak dan batu

asah. Rotasi pemangkasan di kebun PT JAW adalah 6 bulan sekali dengan sistem

hanca giring. Tetapi para pemanen biasanya memotong pelepah kelapa sawit saat

melakukan pemanenan buah sehingga prunning jarang dilakukan sebagai kegiatan

tersendiri di kebun ini.

Gambar 5. Proses Pemotongan Pelepah Daun Kelapa Sawit menggunakan dodos

Untuk setiap pokok tanaman kelapa sawit, pelepah yang dipertahankan

berjumlah 48 – 64 pelepah/pokok. Hal ini dilakukan agar tanaman tetap dapat

berfotosintesis dengan baik dan mengurangi resiko penunasan berlebih yaitu

35

munculnya bunga jantan pada tanaman. Karena tujuan dari budidaya kelapa sawit

ini untuk produksi buah jadi munculnya bunga jantan kurang diharapkan oleh

pengelola kebun.

Pekerjaan ini dikontrol oleh mandor panen. Setelah kegiatan penunasan

berakhir, asisten divisi akan meninjau hasil dari penunasan yang dilakukan oleh

pekerja. Norma kerja untuk kegiatan pemangkasan pelepah ini adalah 0.5 HK/ha.

Prestasi penulis ketika melakukan penunasan adalah 1 HK/ha.

Pengelolaan Panen

Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja yang paling utama

pada perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan kebun kelapa sawit.

Pemanenan adalah kegiatan memanen semua buah pada tingkat kematangan yang

optimum, yaitu pada saat tandan buah segar mengandung kadar minyak dan

kernel yang tinggi.

(a) Persiapan panen

Sebelum pelaksanaan panen, dilakukan kegiatan persiapan panen yang

bertujuan untuk menjamin kelancaran panen. Kegiatan persiapan panen meliputi

peningkatan atau pengerasan jalan, pembuatan pasar pikul, TPH dan pemasangan

atau perbaikan titian/jembatan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan

penulis ketika magang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan lain

karena pada perusahaan tempat penulis magang, tidak ada waktu panen puncak.

Alat-alat yang digunakan pada kegiatan panen kelapa sawit adalah egrek,

gancu, kampak, dodos, ember, karung dan kereta sorong. Fungsi dari alat panen

tersebut berbeda-beda, karena alat panen pada kelapa sawit dibedakan menurut

tinggi pohon atau umur tanaman serta ukuran lebar pelepah dan tangkai tandan

kelapa sawit. Seperti kampak, dodos dan egrek sama-sama digunakan untuk

memanen buah kelapa sawit/TBS, tetapi dodos digunakan pada pohon dengan

ketinggian sedang (2-4 m), sedangkan egrek untuk pohon dengan ketinggian lebih

dari 4 m. Kampak dimodifikasi dengan kait gancu di belakang mata kampak yang

berfungsi untuk memikul buah ke TPH dan untuk memanen TBS pada pohon

yang rendah dan terjangkau dengan tangan. Ember dan karung biasa digunakan

36

untuk mengumpulkan brondolan, sedangkan kereta sorong berfungsi untuk

membawa TBS yang sudah dipanen dan brondolan dari dalam blok ke TPH.

(b) Kriteria matang panen

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen

agar memotong TBS pada saat yang tepat yaitu saat kandungan minyak dalam

daging buah maksimum dan kandungan ALB minimum. Kematangan yang

optimum dengan rendemen yang tinggi dan kehilangan bobot yang relatif rendah

(brondolan tertinggal) yaitu dengan kriteria 2 brondolan/kg TBS atau sekitar 10-

25 brondolan untuk tandan dengan bobot 8-15 kg. Begitu halnya dengan

perusahaan dimana penulis melakukan magang, kriteria matang panen yang

digunakan adalah bila TBS sudah brondol buah maksimal 2 brondolan/kg TBS.

Namun, kriteria panen yang dipraktikan pemanen ketika penulis melaksanakan

magang adalah buah dipanen ketika daging buah TBS sudah menguning hingga

satu brondolan per 10 kg TBS. Hal tersebut dilakukan karena mengejar estimasi

produksi yang dikeluarkan oleh supervisor produksi seperti yang sudah

disebutkan sebelumnya.

Kriteria matang panen sendiri berhubungan dengan warna buah TBS dan

persen brondolan yang jatuh. Apabila buah dalam tandan telah berubah dari hitam

menjadi kuning kemerahan, maka buah dinyatakan matang dan siap untuk

dipanen. Kriteria kematangan buah (TBS) secara lengkap disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria Matang Buah (TBS) di PT JAW

Fraksi

Buah Jumlah Brondol

Warna

Buah

Derajat

Kematangan

00 Belum ada brondolan Hitam Sangat

Mentah

0 0 - <2 brondolan/kg TBS Hitam Mentah

1 2 brondolan/kg TBS – 25% buah lepas dari tandan Kuning/

Merah Matang

2 25 – 50% buah lepas dari tandan Jingga Matang

3 50 – 75% buah lepas dari tandan Jingga Matang

4 75 – 100% buah lepas dari tandan Merah

Tua

Sangat

Matang

5 100% buah lepas dari tandan – buah dalam ikut lepas Merah

Tua

Lewat

Matang Sumber : Kantor Besar PT JAW tahun 2009

37

(c) Sistem dan rotasi panen

Sistem yang digunakan pada kebun PT JAW adalah sistem hanca giring

tetap yaitu pemanen secara bersama-sama memanen buah di satu kaveld/kapel

panen dan setiap pemanen telah memiliki hanca panen masing-masing dengan

luasan tertentu pada setiap kapel panen. Pada sistem ini apabila masih ada areal

yang perlu dipanen, maka pemanen digiring mandor untuk memanen di areal

tersebut. Kaveld/kapel panen merupakan luasan areal yang dipanen oleh beberapa

pemanen dalam satu hari panen. Satu kapel panen terdiri dari beberapa hanca

pemanen dan satu hanca panen yang digunakan di PT JAW berkisar 3 Ha/HK

tergantung dari AKP yang diperoleh dari hasil sensus buah yang dilakukan oleh

Mandor Panen yang dilakukan kemarin harinya.

Rotasi panen adalah jarak waktu antara hari panen terakhir disuatu areal

dengan panen selanjutnya pada areal yang sama dalam perkebunan. Rotasi panen

yang dipakai dalam perusahaan tempat penulis melakukan magang berkisar antara

2-3 kali setiap bulan, biasanya rotasi panen ini akan menjadi semakin cepat atau

panjang dipengaruhi oleh hasil sensus buah, umur tanaman dan angka kerapatan

panen yang dihitung berdasarkan hasil sensus buah oleh Mandor Panen. Setiap

hari panen, maka Mandor Panen diwajibkan menghitung AKP agar dapat

memperkirakan luasan areal yang akan dipanen serta memperhitungkan

kebutuhan kendaraan sebagai alat angkut TBS ke pabrik. Karena TBS harus cepat

dibawa ke pabrik untuk diolah agar ALB yang terbentuk menjadi lebih kecil.

(d) Taksasi produksi dan sensus buah

Taksasi produksi dan sensus buah dilakukan untuk memperkirakan

produksi dan meramalkan produktivitas atau AKP dari setiap blok untuk satu

semester kedepan. Taksasi produksi dan sensus buah dilakukan enam bulan sekali

dimana sistem yang digunakan adalah sistem Black Bunch Census (BBC) yaitu

menghitung semua jumlah tandan yang sudah berbuah dengan kriteria buah yang

sudah/masih hitam, untuk buah yang masih ditutupi seludang dan sudah matang

tidak dihitung. Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan BBC ini adalah

sistem HK, dalam satu HK yaitu Rp 23 000,-. Norma kerja yang digunakan untuk

pekerjaan ini adalah 0.1 HK/ha.

38

Taksasi produksi yang dilakukan oleh penulis selama magang di PT JAW

adalah dengan menghitung seluruh buah yang sudah tidak memiliki seludang dan

belum matang pada setiap pokok tanaman yang ada dalam areal perkebunan PT

JAW. Kemudian setelah mendapatkan data jumlah buah hitam tiap blok tersebut,

data dikalikan dengan Berat Janjang Rata-rata (BJR) TBS dari setiap blok yang

disensus. Perkalian BJR dengan jumlah buah tersebut akan menghasilkan estimasi

jumlah total berat TBS yang akan diproduksi untuk satu semester kedepan.

Perkiraan produksi harian yang dihitung dan dilakukan oleh Mandor

Panen bertujuan utuk mencapai target produksi harian yang ditetapkan oleh

perusahaan. Perkiraan produksi ini juga berguna bagi asisten divisi dan Mandor

Panen untuk mengetahui AKP dari areal yang akan dipanen pada esok hari

sehingga dapat memperkirakan jumlah pekerja yang dibutuhkan dan menentukan

kebutuhan truk yang akan mengangkut TBS ke pabrik. Contoh perhitungan AKP

dan sensus perkiraan produksi adalah :

Hasil sensus buah di 28 pokok contoh : 12 buah matang

Maka AKP

Rencana luas areal yang akan di panen : 70 ha, Pop : 135 pk dan BJR : 9,6 kg

Maka estimasi jumlah truk yang digunakan : truk.

(e) Pelaksanaan panen

Pada prinsipnya kegiatan panen adalah memotong tandan matang,

mengumpulkan dan mengangkut TBS ke pabrik untuk seterusnya diolah menjadi

CPO berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan

kandungan ALB rendah serta menjaga kondisi tanaman tetap baik. Kegiatan

panen dimulai dengan apel pagi pada pukul 06.00 WIB. Pada kegiatan apel pagi,

para mandor memberitahu pemanen di blok mana panen hari itu akan dilakukan.

Setelah itu pemanen berangkat menuju blok yang dipanen dan melakukan

pemeriksaan buah masak dengan mengelilingi pohon.

Pelepah yang menopang buah saat pemanenan akan dilakukan harus

dipotong (diturunkan) terlebih dahulu dengan menggunakan dodos atau egrek.

Pemanen memotong semua tangkai tandan buah yang sudah dipanen dengan rapat

membentuk “V” atau cangkem kodok. Seluruh brondolan yang jatuh pada saat

39

proses pemanenan dan yang ada diketiak daun diangkut bersama-sama dengan

TBS ke TPH dengan menggunakan karung dan kereta sorong. Buah disusun

dengan arah tangkai tandan menghadap ke jalan dan disusun lima baris agar

mudah dihitung oleh krani buah. Buah yang tersusun di TPH diberi nomor

pemanen pada salah satu baris agar krani buah dapat mengetahui nama pemanen

dan jumlah TBS yang diperoleh pada hari itu.

Pengutipan brondolan pada saat pemanenan harus dilakukan dengan

seksama karena brondolan memiliki rendemen minyak yang tinggi. Brondolan

dimasukan ke dalam karung eks pupuk dan disusun rapih disebelah TBS pada

TPH. Pembayaran upah dalam pengutipan brondolan bersifat borongan, artinya

upah dibayar berdasarkan berat brondolan yang diperoleh, dimana 1 kg brondolan

setara dengan Rp 140,-. Seluruh buah dan brondol yang terkumpul pada TPH

diperiksa kembali oleh mandor panen dan kerani buah sebelum buah diangkut ke

atas MF-390 atau truk.

Pada kegiatan panen, terdapat kegiatan Grading (pengecekan TBS) yang

dilakukan oleh asisten divisi lain dan dilakukan secara bergiliran. Kegiatan ini

bertujuan untuk mengetahui persentase jumlah buah mentah yang dipanen.

Apabila buah mentah yang dipanen >1%, maka EM akan memberikan peringatan

pada Divisi yang bersangkutan. Panen buah mentah akan merugikan perusahaan

karena kualitas CPO yang dihasilkan akan menurun. Selain itu pengolahan inti

kelapa sawit akan menjadi sulit karena tempurung buah yang belum matang cukup

keras dan akan merusak peralatan PKS. Berikut ini adalah hubungan antara

tingkat kematangan buah dengan rendemen minyak dan kadar ALB yang

disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Hubungan Kematangan Buah dengan Rendemen dan Kadar ALB

Fraksi Rendemen Minyak Kadar ALB

0 16.0 1.6

1 21.4 1.7

2 22.1 1.8

3 22.2 2.1

4 22.2 2.6

5 21.9 3.8 Sumber : Kantor Besar PMKS PT EMAL, 2009

40

(f) Organisasi panen

Organisasi panen sangat penting dilakukan agar TBS yang matang dapat

dipanen seluruhnya berdasarkan penyebaran panen dan dapat diselesaikan sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan. Mandor panen membawahi 15-20 orang

pemanen. Pemeriksaan hanca panen dilakukan oleh dua orang mandor panen pada

saat kegiatan panen berlangsung dan setelah sebagian hanca terselesaikan.

Krani buah melakukan koordinasi langsung dengan mandor panen untuk

pengangkutan TBS, sehingga tidak ada TBS yang tertinggal di TPH pada hari

panen tersebut. Mandor I dan asisten divisi memeriksa pelaksanaan panen setiap

hari dan melakukan pembinaan terhadap pemanen demi terciptanya suasana yang

harmonis dalam bekerja dan untuk pencapaian produksi yang tinggi.

(g) Basis dan Premi panen

Basis adalah suatu ketetapan jumlah berat TBS yang dipanen yang harus

dipenuhi oleh setiap pemanen pada tiap HK. Premi adalah suatu insentif atau

penghargaan yang diberikan perusahaan kepada pemanen yang telah

melaksanakan tugas dengan baik sesuai ketentuan perusahaan yang direfleksikan

dengan lebihnya jumlah berat TBS yang diperoleh pemanen pada satu HK dari

basis panen yang telah ditentukan oleh perusahaan. Perhitungan jumlah basis dan

premi panen ini dilakukan oleh mandor panen berkoordinasi dengan krani divisi

untuk dilaporkan ke krani estate yang hasil akhirnya akan menjadi laporan harian

ke EM. Ketentuan basis pemanen dan premi yang ditetapkan di kebun PT JAW

tempat penulis melakukan magang disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Ketentuan Basis dan Premi di Kebun PT JAW 2009

Tahun

Tanam

TM

(umur)

Basis Tugas

(kg/hari)

Premi Panen

(Rp/kg)

Premi Brondolan

(Rp/kg)

1995 11 850 37 140

1996 10 850 37 140

1997 9 850 47 140

1998 7 800 47 140

2002 3 600 57 140 Sumber : Kantor Besar PT JAW, 2009

Premi yang diterima oleh mandor panen adalah 150% dari rata-rata premi

pemanen anggotanya dalam Divisi, dan apabila dalam satu organisasi Divisi

terdapat 2 orang mandor panen, maka total premi yang diperoleh akan dibagi dua.

41

Premi krani buah adalah 125% dari rata-rata premi pemanen dalam divisinya.

Kemudian, premi yang diperoleh oleh seorang Mandor I adalah 125% dari rata-

rata premi mandor panen dalam Divisi tempat tugasnya.

(h) Sistem pengawasan dan denda

Pengawasan panen sangat penting di dalam suatu usaha budidaya tanaman,

karena panen tersebut yang memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut.

Tujuan dari pengawasan panen agar kegiatan panen berjalan lancar dan terarah.

Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pengawasan panen antara lain :

TBS mentah dipanen

TBS matang tidak dipanen

Brondolan yang tertinggal di piringan dan pasar pikul

Kebersihan brondolan dari kotoran (sampah dan pasir)

Penyusunan pelepah pada gawangan mati

Tangkai tandan berbentuk cangkem kodok

TBS tidak disusun rapih di TPH

Brondolan berceceran dan tidak dimasukan dalam karung

Pengawasan ini dilakukan mulai dari mandor panen, mandor I, krani buah

dan asisten divisi secara rutin setiap hari panen. Kemudian EM juga melakukan

pemeriksaan secara acak pada Divisi dengan waktu yang tidak ditentukan.

Apabila ditemukan kesalahan pada waktu pemeriksaan lapangan dalam kegiatan

pemanenan, maka pemanen yang melakukan kesalahan akan diberi sanksi berupa

denda.

Denda adalah potongan yang diperoleh pemanen yang melanggar tata

tertib panen yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Tujuan pemberian denda

adalah agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan panen dengan benar sesuai

dengan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak melakukan kesalahan

yang sama pada jenis pekerjaan yang sama. Denda yang diberikan kepada

pemanen yang melanggar tata tertib panen disajikan dalam Tabel 11.

Praktik penerapan denda ini dinilai kurang ketat. Pada saat penulis

melakukan magang, jenis pelanggaran yang diberikan sanksi adalah : brondolan

tidak dikutip oleh pemanen, buah matang yang tidak dipanen dan pemanen

memanen TBS yang mentah.

42

Tabel 11. Ketentuan Jenis Pelanggaran Panen dan Denda Pemanen PT JAW

No Jenis Pelanggaran Denda

1 Panen buah mentah Rp 1 000,-/janjang

2 Brondolan tidak dikutip Rp 500,-/pokok

3 Buah matang tidak dipanen Rp 5 000,-/janjang

4 Buah matang masuk ke dalam parit Rp 5 000,-/janjang

5 Pelepah sengkleh Rp 500,-/pelepah

6 Buah matang tertinggal di TPH Rp 5 000,-/janjang Sumber : Kantor Kebun PT JAW, 2009

(i) Pengangkutan TBS

Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan yang sangat penting

dari proses panen, agar minyak yang dihasilkan dari pengolahan TBS dan

brondolan tetap bermutu baik. Apabila buah didiamkan terlalu lama di TPH maka

akan terjadi peningkatan kandungan ALB dan akan menurunkan nilai mutu dari

CPO yang dihasilkan (Lubis, 1992).

Pengangkutan pada kegiatan panen di PT JAW meliputi pengangkutan

TBS dan brondolan dari lapang ke TPH dan dari TPH ke PMKS. Pengangkutan

TBS ke TPH menggunakan alat bantu kereta sorong (angkong), dalam satu kereta

sorong berisi 6-10 TBS tergantung BJR. Pengangkutan TBS ke TPH harus

dilakukan dengan hati-hati karena guncangan, benturan dan luka yang terjadi saat

menaikan dan menurunkan buah dapat meningkatkan ALB pada buah yang

dipanen dan setelah TBS diolah akan menyebabkan rendahnya mutu CPO yang

dihasilkan.

TBS yang sudah dipanen harus secepat mungkin diolah agar proses

enzimatik pada TBS yang menyebabkan peningkatan kandungan ALB dapat

dihentikan dengan proses sterilisasi di pabrik. TBS dan brondolan ini harus

secepat mungkin diangkut dan diolah oleh pabrik. Untuk menghindari buah

tertinggal lama di lapangan (restan) maka diperlukan alat transportasi yang cukup

dan memadai, hal ini tercapai apabila terdapat koordinasi yang baik antara krani

transport dan petugas traksi. Restan sering terjadi pada musim hujan karena

sebagian jalan akan rusak sehingga alat angkut buah (truk) akan kesulitan untuk

mengangkut buah pada jalan koleksi.

Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut buah pada jalan yang

sulit dilalui adalah dengan menggunakan Traktor MF-390 yang diberi gandengan.

43

Tiap gandengan MF-390 dapat berisi penuh sekitar 3-4 ton TBS yang akan

dipindahkan ke truk angkut TBS di jalan akses atau jalan utama kebun. Hal ini

dianggap sebagai solusi yang baik untuk menekan jumlah buah tertinggal di

lapangan (restan) pada TPH pada saat jalan sulit dilalui dengan truk pengangkut

buah. Truk pengangkut TBS biasanya bermuatan 7-8 ton TBS yang akan

mengalami penyusutan saat tiba di loading ramp PMKS.

Dalam pengangkutan buah biasanya terdapat dua orang pemuat disetiap

truk yang akan mengangkut TBS. Pemuat ini bertanggung jawab atas muatan

yang akan dipenuhinya ke dalam truk serta penyusunan TBS pada tingkat teratas

buah agar buah tidak terjatuh saat truk mengantarkan buah ke PMKS. Jadi, pada

saat jalan rusak dan tidak bisa dilalui oleh truk, maka pemuat ikut dengan MF-390

bergandeng untuk mengambil buah yang nantinya akan dipindahkan ke truk di

jalan utama atau jalan akses kebun. Untuk setiap pemuat, basis yang harus

dipenuhinya dalam satu HK adalah 3.75 ton. Kemudian premi yang diperoleh

pemuat setelah melewati basis HK-nya yaitu Rp 4,-/kg TBS apabila buah

langsung dimuat ke mobil truk dan Rp 5.5,-/kg TBS apabila buah dimuat terlebih

dahulu ke MF-390 bergandeng lalu dipindahkan ke mobil truk di jalan utama atau

jalan akses.

Pengangkutan TBS dan brondolan biasanya dimulai pukul 09.00 WIB atau

saat buah yang dipanen sudah dapat dimuat ke dalam satu bak mobil truk. Teknik

pengangkutan yang dilakukan adalah pengambilan TBS dimulai dari jarak yang

terjauh dari jalan utama dan semakin mendekat ke jalan utama kebun dan lokasi

penimbangan angkutan sebelum muatan dikirm ke PMKS. Armada angkutan yang

dimiliki oleh PT JAW adalah 6 unit MF-390 beserta gandengan, 11 unit truk

angkut buah dan 9 unit dump truk untuk mengangkut material selain TBS. Alat

yang digunakan dalam kegiatan pengangkutan TBS dan brondolan ini adalah tojok

besi dan gancu. Proses pengangkutan buah ke atas angkutan TBS disajikan dalam

Gambar 6.

44

(A) (B)

Gambar 6. Pengangkutan hasil TBS dengan (A) Memuat Buah ke atas MF-390

dan (B) Memuat buah ke Truk

(j) Administrasi panen

Administrasi panen dilakukan oleh mandor panen, krani buah dan krani

estate. Administrasi panen yang dilakukan adalah :

1. Nota angkut buah. Berisi nama Divisi, tanggal panen, nama supir, nomor

polisi kendaraan, jumlah TBS dan jumlah timbangan di jembatan timbang

pabrik dan kebun. Nota ini diisi oleh krani buah.

2. Buku produksi kelapa sawit yang berisi catatan total TBS yang diangkut,

jumlah TBS yang diperoleh pemanen dan jumlah brondolan yang

diperoleh pemanen, buku ini diisi oleh mandor panen.

3. Buku Laporan Harian Hasil Panen (LHHP) mandor panen. Berisi daftar

hadir pemanen, jumlah TBS yang diperoleh tiap blok, pemakaian HK dan

luasan yang dipanen. Buku ini diisi oleh mandor panen dan dilaporkan

kekantor Divisi setiap pagi dan sebagai dasar untuk mengisi buku premi

pemanen.

4. Buku rekapan produksi TBS per hari, per blok setiap Divisi. Catatan yang

dibuat krani estate yang berisi jumlah TBS yang dipanen dan jumlah total

pengiriman TBS ke Pabrik.

5. Pencatatan di kantor estate PT JAW. Berisi rekapan harian panen, realisasi

HK yang digunakan, BJR TBS yang dipanen, laporan statistika produksi,

jumlah brondolan dan grafik produksi. Buku ini diisi setiap bulan oleh

krani produksi.

45

Pengelolaan TBS di Pabrik

Tandan Buah Segar (TBS) diolah menjadi CPO melalui proses yang cukup

sederhana tanpa adanya sentuhan bahan kimia. Seluruh prosesnya merupakan

rangkaian kegiatan biologi, fisika dan mekanik. Proses biologi adalah dengan

sterilisasi yang berguna untuk menahan laju perkembangan ALB dan mengurangi

kadar air serendah-rendahnya. Proses fisika adalah dengan proses dimana minyak

dipisahkan dari air pada emulsi minyak dengan pemanasan hingga lapisan minyak

yang berada di atas air ini masuk ke dalam fat pit/tabung penampungan pada akhir

proses. Proses mekanik yang terjadi adalah saat daging buah kelapa sawit dikupas,

dilumatkan dan dipres hingga larutan minyak terpisah dari serat dan inti kelapa

sawitnya.

Dalam pengelolaan TBS di kebun tempat penulis melakukan magang,

terbagi dalam beberapa tahapan yaitu : pengiriman TBS ke pabrik, penerimaan

buah, sterilisasi buah, pengolahan CPO, pengolahan Inti Sawit dan tempat

penyimpanan hasil. Selain itu terdapat beberapa hal yang penting dalam

menunjang pengolahan buah kelapa sawit, yaitu: tenaga pendukung pabrik,

stasiun pemurnian air dan pengelolaan limbah.

(a) Pengiriman TBS ke pabrik

Buah yang sudah dimuat dan ditimbang akan dikirim ke PMKS PT EMAL

yang merupakan salah satu anak perusahaan BSP grup sama halnya dengan PT

JAW tempat penulis melakukan magang. Jarak PT EMAL sejauh 40 km ke arah

selatan PT JAW dengan kondisi jalan yang kurang baik dan biasa ditempuh

selama 1 jam oleh mobil truk bermuatan sekitar 7-9 ton. Setelah truk sampai di

PMKS PT EMAL, truk akan ditimbang ulang pada jembatan timbang pabrik

untuk mendapatkan bobot aktual TBS yang akan diolah pada hari itu di pabrik.

Setelah truk ditimbang, akan diperoleh bobot kotor truk yang nantinya akan

dikurangi bobot kosong truk sehingga mendapatkan jumlah tarra dari muatan truk.

Pada saat dilakukan penimbangan akan dilakukan registrasi mobil dengan nota

angkut TBS yang berisikan jumlah bobot TBS yang dikirim oleh krani timbangan

pabrik. Selama proses penimbangan, mobil truk diawasi oleh satuan keamanan

pabrik untuk menekan praktek kecurangan yang mempengaruhi bobot truk saat

ditimbang. Setelah dilakukan penimbangan, truk naik ke atas loading ramp, lalu

46

buah akan diterima oleh petugas pencatatan dan petugas grading buah di loading

ramp.

(b) Penerimaan buah

Buah yang diturunkan pada loading ramp akan diperiksa dan dicatat hasil

sortase buahnya oleh petugas dari laboratorium selaku kepala tim yang melakukan

grading. Grading dilakukan oleh tim yang terdiri dari tiga orang yang bertugas

untuk menurunkan buah dari atas truk, satu orang yang mengecek kondisi dan

menghitung buah dan satu orang petugas pencatatan hasil grading dari

laboratorium pabrik.

PMKS didesain dengan kapasitas olah sebanyak 60 ton/jam. Sudah

menjadi ketentuan dari awal didirikan adalah pabrik harus dapat memenuhi

pengolahan buah kelapa sawit yang diproduksi dari kebun sendiri dan kebun

masyarakat sekitar. Terdapat tiga jenis kriteria asal buah yang diterima oleh

PMKS PT EMAL, yaitu buah dari anak perusahaan BSP grup, buah dari

perusahaan dengan mitra kerjasama dan buah dari masyarakat sekitar perkebunan.

Komposis TBS yang diolah setiap hari merupakan akumulasi TBS dari Estate (PT

JAW, PT EMAL dan mitra) sebanyak 75-84 %, dan TBS dari luar (Perusahaan

lain dan masyarakat) sekitar 16-25 %, sehingga grading yang dilakukan terbagi

menjadi dua cara.

Cara yang pertama hanya diberlakukan untuk buah yang dikirim dari

kebun anak perusahaan BSP grup dan perusahaan lain dengan hubungan mitra

kerjasama. Dalam grading ini kriteria yang dipakai, yaitu: kondisi buah (buah

mengkal, masak, telat masak, buah sakit, buah tangkai panjang, buah batu dan

jumlah kotoran) dalam satuan persentase, jumlah brondolan dalam kilogram,

bobot buah (≤5, ≤9 dan >9) dalam satuan kilogram. Selain itu terdapat form

tambahan yang diisi oleh petugas pencatat, yaitu: nomor polisi mobil pengirim,

jam dilakukannya grading, hari dan tanggal penerimaan buah, asal buah (blok dan

estate), total janjang yang dihitung dan bobot kendaraan yang diperoleh dari nota

angkut TBS yang dikeluarkan oleh perusahaan pengirim.

Cara yang kedua diberlakukan untuk buah yang dikirim dari masyarakat

sekitar perkebunan. Dalam grading ini kriteria yang dipakai yaitu: kondisi buah,

persentase buah dura atau tenera, alamat asal buah, nomor polisi kendaraan

47

pengirim, bobot total kendaraan dengan muatan dan jumlah total janjang yang

dikirim. Cara yang kedua ini memiliki kriteria grading yang lebih sedikit namun

pengawasan yang dilakukan lebih ketat, hal ini tercermin dari jumlah buah yang

digrading. Pada cara yang pertama hanya akan diambil 100 contoh buah utuk

mempercepat proses grading karena buah yang berasal dari kebun anak

perusahaan BSP grup dan perusahaan lain dengan hubungan mitra kerjasama lebih

banyak jumlahnya bila dibandingkan dari masyarakat sekitar. Kemudian yang

menjadi alasan utama kenapa grading pada cara pertama dilakukan hanya dengan

100 contoh karena perkebunan dibina dengan manajemen pertanaman kelapa

sawit yang baik sehingga buah yang dikirim memiliki kualitas yang baik pula

sehingga pabrik memutuskan hanya perlu mengambil 100 contoh untuk buah yang

di grading.

Pinalti akan dikenakan terhadap pengirim buah dengan kualitas buruk.

Buah yang berasal dari kebun anak perusahaan BSP grup dan perusahaan lain

dengan hubungan mitra kerjasama, buah yang tidak lolos dalam grading tidak

akan dimasukan dalam proses pengolahan dan akan diminta perwakilan dari

perusahaan yang bersangkutan untuk menarik kembali buahnya yang tidak lolos

grading. Buah yang berasal dari masyarakat sekitar, akan ada dua kali peringatan

terhadap pemilik atau tengkulak buah kelapa sawit yang mengirim buah dengan

kondisi buruk, ketika pemilik atau tengkulak buah kelapa sawit tidak

mengindahkan peringatan kedua maka penerimaan buah kelapa sawit dari yang

bersangkutan akan dihentikan sementara waktu. Hal ini dilakukan agar pengirim

buah tidak melakukan kesalahan yang sama yaitu mengirim buah kelapa sawit

dengan kualitas buruk ke PMKS PT EMAL. Proses grading yang dilakukan di

loading ramp secara lengkap ditunjukan dengan Gambar 7.

(A) (B)

Gambar 7. (A) Proses Grading dan (B) Proses Pemuatan Buah ke Loading Ramp

48

(c) Sterilisasi buah

TBS setelah ditampung di loading ramp, secara bertahap sesuai dengan

kapasitasnya dimasukan ke dalam lori. Loading ramp tempat memasukan buah ke

dalam lori dilengkapi dengan fruit loading crane yang digerakan secara hidrolik

untuk memuat buah ke lori dengan kapasitas 4 ton TBS/menit yang berjumlah 10

pintu. Jumlah lori yang ada di stasiun sterilisasi PMKS PT EMAL sebanyak 15

lori, dan terdapat 2 sterilizer yang mampu merebus TBS dengan kapasitas rebusan

90 ton TBS/jam. Lama perebusan TBS yaitu sekitar 60 menit dengan suhu 120° C

dan bertekanan 2.5-3 kg/cm². Makin padat TBS yang direbus di dalam sterilizer

maka waktu perebusan akan bertambah sekitar 5-10 menit. Sistem perebusan yang

dipakai di stasiun ini adalah sistem perebusan triple peak yaitu sistem perebusan

yang menggunakan 3 titik puncak tekanan karena pada sistem ini hasil perebusan

akan lebih baik. Sterilizer cage atau lori yang digunakan berkapasitas 15 ton TBS.

Tujuan dari perebusan dengan sterilizer ini adalah untuk mempermudah

lepasnya brondolan dari janjang buah dan menghentikan kinerja enzim lipase dan

mikroba yang dapat meningkatkan kandungan ALB. Perebusan dalam sterilizer

ini adalah saat yang paling menentukan rendemen pengolahan buah kelapa sawit

menjadi CPO karena perebusan dan injeksi uap akan menentukan kualitas

pemipilan buah di thresher. Untuk mengefisiensikan kinerja dan mempertahankan

rendemen, air kondensat hasil dari injeksi uap pada saat sterilizer bekerja akan

ditampung pada recovery tank yang nantinya akan dilakukan pengutipan minyak

pada sisa yang terbawa air saat uap panas diinjeksikan ke dalam buah. Berikut ini

adalah Gambar 8 yang menunjukan stasiun sterilizer dan proses perebusan pada

stasiun sterilisasi.

(A) (B)

Gambar 8. (A) Stasiun Sterilizer & (B) Hoisting Crane untuk Mengeluarkan Buah

49

(d) Pengolahan CPO

Setelah direbus di sterilizer, maka tandan buah diangkat dengan alat

mekanis hoisting crane dan dijatuhkan ke tempat penampungan buah (tipler) dan

selanjutnya diatur masuk secara berkesinambungan ke mesin perontok buah

(thresher) dengan menggunakan dua fruit elevator. Mesin perontok buah ini

adalah drum yang berputar dengan kecepatan 23-25 rpm yang akan memisahkan

buah dari janjangnya. Mesin perontok buah ini ada 3 unit dan masing-masing

berkapasitas 20 ton volume TBS. Setelah buah terpisah dengan gaya sentrifugasi

maka buah akan masuk ke dalam bottom fruit conveyor dan akan dibawa ke

digester oleh dua fruit elevator untuk proses pelumatan. Janjang yang menjadi

limbah dalam proses ini akan masuk ke incinerator melalui bunch elevator dan

akan dibakar menjadi abu janjang.

Buah yang masuk ke dalam digester akan mengalami proses pelumatan

sehingga daging buah kelapa sawit akan terlepas dari inti kelapa sawit. Digester

merupakan alat untuk melumatkan buah yang didalamnya terdapat tabung dengan

enam buah stiring arm dan berputar berlawanan arah (seperti blender) sehingga

daging buah akan langsung tercacah. pada proses pelumatan ini minyak kelapa

sawit mulai keluar bersamaan dengan pasir, kotoran, air dan fiber halus yang

merupakan serpihan dari daging buah. Minyak yang keluar dialirkan ke crude oil

tank yang selanjutnya akan mengalami proses pemurnian minyak. Digester yang

ada di pabrik ini berjumlah 5 unit dengan kapasitas masing-masing unit sebesar 15

ton buah/jam. Proses mengalirnya minyak ke crude oil tank harus diawasi dengan

seksama, karena apabila minyak tersendat dengan menumpuknya serat fiber,

minyak akan melumasi stiring arm dan proses pelumatan akan terganggu dan

tidak berjalan dengan sempurna. Proses pelumatan ini dijalankan dengan tekanan

uap 3 kg/cm².

Tepat di bawah digester terdapat screw press yang berfungsi untuk

mengempa minyak dari daging buah. Alat ini terdiri dari satu buah silinder yang

di dalamnya terdapat dua buah screw yang berputar berlawanan arah, serta

terdapat dua buah cone yang mengatur tekanan pada pengempaan. Proses

pengempaan ini dilakukan dengan tekanan 50-60 Bar dan air yang bersuhu 90-95

°C. air yang digunakan dalam proses ini dipertahankan sebanyak 7 % dari volume

50

total buah yang diolah. Dari screw press minyak masuk ke crude oil tank,

sedangkan biji dan ampas, akan masuk ke dalam cake brake conveyor.

Pada crude oil tank minyak dialirkan ke oil gutter untuk diendapkan dari

kotoran yang masih terdapat di dalam minyak kasar ini. Selanjutnya minyak yang

berada di atas oil gutter akan dipompakan ke sand trap tank yang berfungsi untuk

memisahkan pasir dan cairan minyak kasar yang berasal dari screw press. Pasir

yang terpisah akan masuk ke recovery tank dan minyak akan mengalir ke

vibrating screen.

Vibrating screen adalah saringan yang bergetar yang berfungsi untuk

memisahkan minyak dari kotoran padat yang lebih halus. Saringan ini terdiri dari

dua tingkat saringan dengan kerapatan yang berbeda, yaitu 20 mesh pada tingkat

atas dan 40 mesh yang dipasang di tingkat bawah. Minyak yang mengalir dari

vibrating screen akan kembali disaring dengan vibrating screen unit kedua

dengan kerapatan yang lebih kecil yaitu 30 Mesh dan 60 Mesh. Kemudian minyak

akan masuk ke dalam clarifier tank atau setling tank yang berfungsi untuk

memisahkan minyak dengan menggunakan gaya gravitasi, sehingga minyak kasar

yang masuk ke clarifier tank akan terpisah menjadi 3 bagian, minyak murni akan

berada di lapisan teratas, air akan berada di tengah lapisan dan kotoran akan

mengendap di bawah clarifier tank. Dari sini minyak murni akan dipompakan ke

Clean Oil Tank, di atas COT akan ada vacum drier yang berfungsi untuk

memisahkan sisa-sisa air dari seluruh proses pemurnian minyak dengan cara

penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dengan tiga tingkat

steam injector. Minyak yang telah benar-benar murni akan langsung dialirkan ke

Storage Oil Tank. Alat yang digunakan secara terperinci dapat dilihat pada

Gambar 9.

(A) (B)

Gambar 9. (A) Clarifier Tank dan Clean Oil Tank, (B) Digester dan Screw Press

51

(e) Pengolahan Inti Kelapa Sawit

Setelah proses pengempaan dan pelumatan di bagian screw press dan

digester, buah terpisah dari inti dan serat fiber kasar. Inti kelapa sawit dan serat

fiber kasar ini akan masuk ke alat pemecah ampas kempa (Cake Brake Conveyor)

untuk dipisahkan dan dipecahkan. Setelah dipecahkan dan pisahkan, padatan inti

kelapa sawit dan serat kasar fiber akan masuk ke alat depericarper. Depericarper

adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji serta membersihkan biji dari sisa-

sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari kolom pemisah

(separating column) dan drum pemolis (polishing drum). Sistem pemisahan

terjadi karena hampa udara di dalam separating column yang disebabkan oleh

hisapan blower. Ampas kering dengan berat jenis lebih rendah akan terhisap ke

dalam fiber cyclone dan melalui air lock ampas kering ini akan masuk ke dalam

konveyor bahan bakar untuk menjadi bahan bakar untuk pemanasan air pada

sistem tenaga pendukung pabrik. Biji dengan berat jenis lebih besar akan jatuh ke

bawah polishing drum. Polishing drum berputar dengan kecepatan 32 rpm. Akibat

adanya putaran ini, terjadi gesekan antara biji dan dinding polishing drum yang

menyebabkan serabut terlepas dari biji.

Biji dari polishing drum akan jatuh di nut elevator dan akan diantarkan ke

nut silo. Alat-alat ini terdiri dari timba-timba yang diikatkan pada rantai dan

digerakan oleh electromotor dan berputar tegak (vertikal). Nut silo adalah alat

yang digunakan untuk pemeraman biji, yang selanjutnya apabila biji telah kering

akan di pecah di nut creaker. Pada alat ini kadar air yang terkandung di dalam biji

akan dikurangi hingga 9 % dengan cara meniupkan udara panas yang dialirkan

melalui heating element agar biji dapat dipecahkan dengan sempurna dan inti

mudah lepas dari cangkang. Dari sini biji akan masuk nut grading drum yang

akan memisah biji menurut besarnya diameter biji agar biji yang masuk ke dalam

pemecah diusahakan merata diameternya. Nut Grading Drum adalah tabung yang

berputar, yang dilengkapi dengan lubang-lubang perforasi yang besarnya

disesuaikan dengan histogram. Biji dari nut grading drum diantarkan ke ripple

mill melalui konveyor, setelah sampai disini biji dipecahkan dalam rotor yang

berputar dengan kecepatan 1 000-1 500 rpm di dalam stator.

52

Untuk pemisahan craker mixture terdapat dua cara yang dilakukan, cara

yang pertama adalah dengan prinsip gravitasi dengan kisi-kisi yang bergetar. Di

dalam alat ini cangkang dan inti kelapa sawit ini akan masuk ke vibrating screen

untuk dilakukan pemisahan. Cara yang kedua, ialah dengan pemisahan inti dengan

sistem basah hydrocyclone dengan menggunakan Kalsium karbonat (CaCO3).

Penggunaan Kalsium karbonat sebanyak 0.8 % ton TBS yang diolah. Campuran

inti dan cangkang dicampurkan dengan Kalsium karbonat, nantinya akan

diperoleh inti tenggelam di dalam larutan dan cangkang mengambang di atas

larutan.

Inti kelapa sawit yang telah dipisahkan dari cangkangnya dikeringkan di

kernel silo hingga kadar air hingga 4 %. Pengeringan dilakukan dengan udara

yang dihembuskan oleh blower melalui heating element. Kemudian inti yang telah

kering diturunkan melalui shaking grade ke dry kernel conveyor lalu diantarkan

ke palm kernel tank. Alat yang digunakan secara terperinci dapat dilihat pada

Gambar 10.

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 10. (A) Polishing Drum, (B) Tatanan Hydrocyclone dan Vibrating

Screen, (C) Dry Kernel Conveyor dan (D) Palm Kernel Tank

53

(f) Fasilitas pendukung pabrik

Dalam sistem pendukung pabrik terdapat sistem pemurnian air dan suplai

tenaga pabrik yang harus diperhatikan karena dua hal tersebut menyangkut kinerja

pabrik secara keseluruhan. Apabila satu hal mengalami gangguan, maka kinerja

pabrik akan terganggu stabilitasnya.

Sistem permunian air pada PMKS PT EMAL memiliki kapasitas total 60

ton/jam sesuai dengan kapasitas olah pabrik yang diusahakan. Air yang dipompa

dari waduk akan dimasukan ke clarifier tank dengan kapasitas 120 ton untuk

diendapkan sementara waktu. Kemudian air akan dialirkan ke tanki pemisah

dengan kapasitas 80 ton, di dalam tanki pemisah ini air akan dicampur dengan

bahan kimia ramah lingkungan yaitu: Alumunium sulfat (AlSO4), sodium

aluminat dan bahan kimia polimer. Alumunium sulfat (AlSO4) sendiri berfungsi

untuk memisahkan air dari kotoran. Dosis yang digunakan untuk bahan kimia

tersebut adalah 30 kg/20 jam olah untuk 40 m3/jam air. Sodium aluminat

berfungsi untuk menstabilkan pH air dengan dosis 50 kg/20 jam olah pabrik.

Bahan kimia polimer ramah lingkungan digunakan untuk mengikat kotoran pada

air dengan dosis pakai sebanyak 3.5 kg/ 20 jam olah pabrik. Setelah bersih dari

kotoran air dialirkan ke dua tanki penjernih yang bekerja dengan prinsip pasir

kuarsa dengan kapasitas masing-masing tanki sebanyak 40 ton/jam. Setelah air

jernih, air akan dialirkan ke 2 tanki penampungan akhir dengan kapasitas masing-

masing tanki 40 ton. Tanki yang pertama untuk kebutuhan air umpan boiler dan

tanki yang kedua untuk kebutuhan rumah tangga serta emplasment PMKS PT

EMAL. Alat yang digunakan secara terperinci dapat dilihat pada Gambar 11.

(A) (B)

Gambar 11. (A) Clarifier Tank dan Tanki Penampungan Sementara, serta (B)

Tanki Penjernih Air

54

Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk pengolahan dengan

kemurnian yang memenuhi persyaratan air minum. Setelah air dijernihkan, air

untuk umpan boiler akan dipompakan ke boiler. Prinsip kerja yang digunakan

dengan mengalirkan air ke Demineralizer yang berada di atas tanki air umpan

boiler. Demineralizer ini berfungsi untuk menempatkan resin sebagai ikatan untuk

kation dan anion yang ada di dalam air sehingga air yang dihasilkan yang masuk

ke boiler adalah air murni. Prinsip kerja sederhana boiler adalah mengalirkan air

di dalam pipa yang dipanaskan hingga mencapai suhu 600 °C. Namun, tidak

semua panas diabsorpsi air yang berada di dalam pipa, suhu air di dalam pipa

berkisar diantara 200-210 °C. Sebenarnya terdapat dua skema pembentukan uap

pada boiler yaitu pembentukan uap jenuh dan pembentukan uap kering.

Pembentukan uap kering ini dilakukan saat uap jenuh yang bersuhu 205 °C

dialirkan ke pipa super heated yang bersuhu 600 °C sehingga uap yang dihasilkan

bersuhu 320 °C. Uap yang dihasilkan dipompakan ke steam accumulator sebagai

wadah penampungan terakhir sebelum uap dialirkan keseluruh unit yang

melakukan proses pengolahan TBS di pabrik. Alat yang digunakan secara

terperinci dapat dilihat pada Gambar 12.

(A) (B)

Gambar 12. (A) Alat Demineralizer, serta (B) Steam Accumulator

55

Aspek Manajerial

Manajemen Kebun Tingkat Non Staf

Kegiatan non staf meliputi kegiatan teknis di lapangan dan administrasi

kebun. Kegiatan ini dilakukan oleh Krani Divisi pada tingkat Divisi dan Clief

Clerk yang bertugas mengurus administrasi keseluruhan kebun. Untuk

mempelajari aspek manajerial tingkat non staf, penulis bertugas sebagai

pendamping Mandor dan pendamping Krani Divisi di bawah bimbingan asisten

divisi.

(a) Pendamping mandor

Pada saat magang, penulis berstatus sebagai pendamping mandor antara

lain mandor pupuk, mandor Upkeep/Perawatan dan mandor panen. Selama

menjadi pendamping mandor, penulis bekerja mendampingi mandor, membantu

tugas mandor dan menjadi supervisi dari setiap kemandoran.

(1) Pendamping Mandor Perawatan

Mandor upkeep/perawatan memiliki tugas bertanggung jawab pada

kegiatan pemeliharaan tanaman termasuk ke dalamnya yaitu pemupukan dan

penyemprotan. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk organik dan anorganik.

Selama menjadi pendamping mandor penulis mempelajari tugas-tugas mandor

seperti mengetahui rekomendasi perusahaan tentang dosis pemakaian pupuk dan

pemakaian herbisida untuk penyemprotan, mengetahui dan menghitung luasan

aplikasi pupuk dan herbisida per hari, mengetahui dosis dan konsentrasi herbisida

yang digunakan dan mengetahui rencana kegiatan yang dibuat oleh asisten divisi.

Mandor upkeep/perawatan juga melakukan pengawasan untuk setiap kegiatan

pemeliharaan yang dilakukan dan melaporkan seluruh kegiatan tersebut ke asisten

divisi serta mengisi buku kerja mandor.

(2) Pendamping mandor panen

Panen merupakan kegiatan yang penting dalam perkebunan. Peran aktif

mandor sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi yang maksimal. Mandor

panen harus mengetahui rotasi panen, angka kerapatan panen, dapat menghitung

kebutuhan angkutan panen, blok yang dipanen, kapel panen dan menghitung

tenaga kerja yang diperlukan untuk pemanenan. Pada saat di lapangan, mandor

panen harus bisa mengawasi penyusunan pelepah, pengutipan brondolan,

56

prunning, dan pengangkutan serta penyusunan buah di TPH. Seluruh pekerjaan

harus direkam pada buku kegiatan mandor yang selanjutnya akan dilaporkan ke

asisten divisi agar menjadi dasar perhitungan upah untuk setiap pekerja.

Manajemen Kebun Tingkat Staf

Pengelolaan kebun tingkat staf dilakukan oleh EM dan asisten divisi. EM

bertanggung jawab baik secara teknis dan administratif. EM memberikan instruksi

pelaksanaan kegiatan, mengkoordinasi manajemen tenaga kerja dan mengevaluasi

seluruh kegiatan kebun. Dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan EM dibantu oleh

asisten divisi yang bertanggung jawab mengelola Divisi masing-masing.

Asisten divisi harus membuat rencana anggaran dan kegiatan yang

dilakukan selama satu bulan kedepan. Asisten juga diharuskan dapat membuat

perencanaan kegiatan harian dan pengalihan kegiatan harian yang bersifat

insidental. Asisten divisi harus mengawasi dan bertanggung jawab terhadap

seluruh kegiatan struktural dan fungsional yang ada di Divisi masing-masing

sehingga bila ada kendala yang terjadi, asisten divisi bisa langsung mengatasinya

agar tidak ada stagnasi terhadap kegiatan di lapangan dan dapat mencari solusi

yang terbaik dari masalah yang dihadapi oleh Divisi.