bab v pelaksana kegiatan a10aau-8
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang dilakukan pada awal
realisasi kerja dalam perkebunan sebelum penanaman tanaman di lapangan.
Pembibitan bertujuan sebagai sarana untuk memilah kecambah yang terbaik
sebelum ditanam dan memilah bibit yang memiliki tumbuh kembang yang baik
sehingga akan berproduksi maksimal dan menguntungkan bagi perusahaan. Pada
saat ini PT JAW sedang melakukan pembibitan dengan sistem terpisah yaitu
Pembibitan Awal (Pre nursery) dengan luas 2 ha dan Pembibitan Utama (Main
nursery) dengan luas 30 ha. Pembibitan pre nursery disebut dengan blok A dan
main nursery disebut dengan blok B. Kecambah yang digunakan berasal dari
Costarica yang diperoleh dari persilangan Costarica Dura dengan Pisifera
Nigerian.
(a) Pembibitan Awal (Pre nursery)
Sebelum melakukan pembibitan, yang diperhatikan yaitu pemilihan lokasi
dekat dengan sumber air dan lokasi penanaman, aman dari gangguan hama dan
penyakit, mudah mendapatkan top soil untuk media tanam, kontur tanahnya datar,
dekat dengan sumber tenaga kerja dan mudah dalam akses jalan maupun
transportasi. Kemudian, sarana dan prasarana penunjang pembibitan seperti
saprotan, polibag, alat penyiraman, pupuk, bedengan dan naungan serta tenaga
kerja harus disiapkan terlebih dahulu.
PT JAW melakukan pembibitan ini terpisah dari areal perkebunan utama
sejauh satu kilometer karena kecambah Costarica yang digunakan memiliki
penyakit terbawa benih yaitu yellow lethal yang dapat menginfeksi seluruh pokok
tanaman kelapa sawit pada perkebunan utama. Hal ini juga dianjurkan oleh Dinas
Karantina Hewan dan Tumbuhan dengan tujuan untuk mencegah kontaminasi dari
hama dan penyakit dari bibit kepada tanaman pokok perkebunan utama.
Sebelum kecambah datang ke pembibitan untuk ditanam, maka
dipersiapkan terlebih dahulu bedengan yang dibuat berpagar. Pagar bedengan ini
terbuat dari kayu dengan ukuran bedengan (10 × 1) m agar polibag dapat
20
diletakan dengan baik dan teratur. Pada bedengan dengan ukuran (10 × 1) m ini,
dapat memuat 1 000 kecambah dalam polibag.
Dalam kegiatan pembibitan banyak membutuhkan tenaga kerja antara lain
untuk menanam kecambah, menyiram bibit, sortasi kecambah, pembuatan
bedengan, pengisian polibag dan pembuatan naungan. Tenaga kerja yang dipakai
untuk pembibitan kebanyakan tenaga wanita, karena pekerjaan di pembibitan
banyak membutuhkan ketelitian serta kesabaran.
(1) Teknik Pembibitan Awal (Pre nursery)
Kecambah yang dikirim langsung dari Costarica ini dibungkus dengan
karton bersekat, antara sekat karton dengan kantong kecambah disisipkan serbuk
gergaji yang berfungsi untuk mengurangi impact/tekanan pada kecambah pada
saat pendistribusian, agar plumula dan radikula kecambah tidak patah. Tiap karton
berisi 24 kantung kecambah yang terbagi menjadi 2 tingkat, tiap kantungnya
berisi ±100 kecambah yang dicampur dengan cacahan gabus yang dibasahi
dengan fungisida. Sebelum melakukan penanaman kecambah, kecambah yang
baru datang harus didata dan dihitung jumlah kecambah total, jumlah kecambah
normal dan jumlah kecambah abnormal atau mati pada tiap kantung kecambah,
hal ini dilakukan untuk memudahkan pembuatan laporan dan menghindari
penanaman kecambah abnormal. Kemudian kecambah yang telah didata dan
disortasi, kecambah ditempatkan ke dalam nampan anyam untuk dibawa ke
bedeng beserta label yang berisi kode nomor karton kecambah dan jumlah
kecambah normal. Setelah sampai di bedeng tempat penanaman, kecambah
ditanam pada polibag berukuran (22 × 14 × 0.1) cm yang berisi campuran tanah
topsoil dan Rock Phosphate dengan dosis campuran 200 g/m³ topsoil. Setelah
polibag diisi dengan tanah, maka tinggi polibag akan menjadi 18 cm dan diameter
polibag menjadi 9 cm.
Kecambah ditanam ditengah polibag dengan kedalaman ±1 cm dari
permukaan tanah dalam polibag. Setelah dilakukan penanaman, bedengan segera
ditutup dengan naungan yang dibuat dari pelepah daun kelapa sawit muda yang
sudah disemprot dengan insektisida dengan bahan aktif deltametrin 25 g/l. Setelah
penanaman kecambah selesai maka bedengan disiram rutin pada pagi dan siang
hari sebanyak ±0.25 l/polibag. Tujuan dari penyiraman adalah untuk menjaga
21
kelembaban dan mencegah kekeringan pada media tanam agar kecambah dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Tujuan dari pemberian naungan adalah
untuk mencegah penguapan berlebihan akibat terkena sinar matahari langsung
yang dapat menyebabkan kekeringan bahkan kematian terhadap kecambah yang
sudah ditanam dipolibag. Proses penanaman dan pemberian mulsa dapat dilihat
pada Gambar 1.
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 1. Penanaman Kecambah (A), Pemberian Mulsa (B), Satu MST (C) dan
12 BST (D)
(b) Pembibitan Utama (Main nursery)
Pada pembibitan utama, bibit yang dipakai adalah bibit yang sudah
berumur sekitar 9 – 12 bulan di pembibitan awal (pre nursery) dan sudah melalui
proses sortasi sebelum dipindahkan. Karena lahan di PT JAW tergolong jenis
tanah Organosol atau Gambut, maka sebelum dipindahkan hendaknya polibag
pada main nursery diisi dengan topsoil terlebih dahulu agar pada proses
pemindahan bibit tidak tersendat karena kurangnya polibag yang terisi dengan
22
topsoil. Polibag pada main nursery ini harus diisi pada jalan utama dan diangkut
dengan kereta sorong melalui papan titian ke areal pembibitan utama.
Pembibitan utama yang diusahakan oleh PT JAW tiap bloknya dibatasi
oleh parit selebar 1 m dan antara main nursery dan pre nursery dibatasi oleh parit
selebar 2 m, ditambah jalan kontrol utama selebar 8 m. Batas paling pinggir
pembibitan PT JAW dibangun pagar kayu setinggi 2 m untuk mencegah serangan
hama binatang dan sebagai sarana untuk menjaga bibit dari pencurian. Di areal
pembibitan juga dibangun dua menara pantau setinggi 5 m untuk pengamanan di
sebelah Barat Laut pembibitan dan disebelah Tenggara pembibitan PT JAW. Alat
angkut yang digunakan pada saat pemindahan bibit dari pre nursery ke main
nursery yaitu traktor tangan (hand tractor) yang diberi bak gandengan.
Polibag yang digunakan untuk main nursery berukuran (30 × 40 × 0.2) cm
dan setelah polibag terisi dengan tanah maka tinggi polibag akan berukuran 35 cm
dan diameter polibag 26 cm. Setelah polibag diisi dengan topsoil, polibag disusun
layaknya tanaman kelapa sawit di kebun dengan jarak tanam segitiga sama sisi
(90 × 90 × 90) cm dengan jarak dalam baris 90 cm mengarah Utara – Selatan dan
jarak antar baris sebanyak 77.9 cm mengarah Timur – Barat. Pemindahan bibit
dari pre nursery ke main nursery bertahap sesuai urutan dengan blok penanaman
paling pertama pada saat kecambah baru pertama kali ditanam di pre nursery.
Setelah penyusunan polibag selesai, maka dibuat lubang tanam sedalam 20
cm dengan diameter lubang 12 cm menggunakan potongan pipa besi yang diberi
pegangan. Kemudian bibit yang sudah di bawa ke areal main nursery ditanam ke
dalam lubang, lalu rongga yang tersisa di sela-sela bibit ditutup menggunakan
tanah di sekitar bibit dan dipadatkan. Pada saat pemindahan bibit akan ditemukan
bibit yang memiliki titik tumbuh lebih dari satu (double tone), apabila bibit ini
memiliki keseragaman dengan bibit yang lain maka bibit double tone akan
dipisahkan dan ikut ditanam pada main nursery, hal ini dilakukan untuk
mengurangi losses pada saat pemindahan bibit. Jika bibit yang double tone
ternyata tidak seragam dengan bibit lain yang akan dipindahkan, maka bibit
dianggap afkir dan segera dimusnahkan.
23
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan yang diikuti oleh penulis
selama melaksanakan magang di PT JAW meliputi pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pemotongan pelepah
(prunning).
(a) Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan gulma ikut menyerap
unsur hara dan air disekitar tanaman kelapa sawit sehingga terjadi persaingan
untuk memperebutkan unsur hara dan air tersebut. Selain itu, gulma dapat
mengeluarkan zat allelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman
kelapa sawit disekitarnya. Jenis gulma yang terdapat di PT JAW antara lain
Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott. atau Paku Harupat, Dicranopteris linearis
syn. Gleichenia linearis (Burm. F.) S. W. Clarke. atau Paku Rasam, Cyclosorus
aridus (Don) Ching atau Paku Kadal, Melastoma malabathricum syn. Melastoma
affine D. Don atau Senduduk, Setaria palmifolia (J. Koenig.) Stapf. atau Rumput
Palem, Ageratum conyzoides L., Mikania micrantha Kunth., Paspalum
conjugatum Berg. atau Jukut Pahit, Imperata cylindrica (L.) Beauv. atau Ilalang,
anakan sawit, Cyperus sp. dan Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins
atau Kirinyuh. Gulma dominan yang terdapat di perkebunan PT JAW adalah
gulma paku-pakuan.
Pengendalian gulma bertujuan untuk menciptakan lingkungan tumbuh
tanaman utama yang optimal agar pekerjaan pemeliharaan lainnya seperti
pemupukan, up keep/perawatan tanaman, pengendalian hama dan penyakit serta
panen dapat dilakukan dengan mudah, sehingga diperoleh tingkat pertumbuhan
dan produksi yang optimal.
Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan penulis ketika magang
di PT JAW meliputi babat rendahan (slashing low land) dan garuk piringan
manual. Babat rendahan merupakan kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan
dengan memotong gulma hingga 30 cm di atas permukaan tanah. Alat yang
digunakan adalah parang. Penulis mengawasi jalannya babat rendahan pada areal
Divisi IV pada blok C7, C8 dan C9 serta Divisi II pada blok C5 dan C6. Gulma
24
yang menjadi sasaran adalah seluruh gulma yang menutupi lahan pada areal blok
kelapa sawit. Babat rendahan yang dilakukan ketika penulis melakukan magang
hanya pada tepi blok yang menghadap jalan poros (main road dan access road).
Sistem kerja yang diterapkan untuk pekerjaan babat rendahan ini dilakukan
dengan membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki anggota 4
orang dan dalam satu hari kerja babat rendahan biasanya terdapat 3 – 5 grup
pekerja. Jumlah tenaga kerja tergantung dari jumlah KHL yang tersedia pada hari
pelaksanaan kerja. Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan babat rendahan
ini adalah sistem Hari Kerja (HK), dalam satu HK yaitu sebesar Rp 23 000,-.
Norma kerja yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah 4 HK/ha dengan rotasi
satu kali dalam setahun.
Garuk piringan manual merupakan kegiatan pembersihan piringan pokok
kelapa sawit yang dilakukan hingga keadaan bersih dari gulma (W=0). Alat yang
digunakan adalah parang dan cangkul kecil. Penulis mengawasi jalannya garuk
piringan manual pada areal Divisi V pada blok A14 dan A15. Gulma yang
menjadi sasaran adalah seluruh gulma yang menutupi piringan kelapa sawit
hingga radius 1,2 m dari pokok kelapa sawit. Garuk piringan manual ini dilakukan
terhadap seluruh pokok tanaman kelapa sawit, karena selain dapat menghilangkan
persaingan tanaman pokok perkebunan dengan gulma, garuk piringan manual
yang dilakukan juga dapat menambah nilai estetika kebun. Sistem kerja yang
diterapkan untuk pekerjaan ini dilakukan dengan membagi pekerja menjadi grup,
satu grup pekerja memiliki anggota 2 orang dan dalam satu HK garuk piringan
manual, biasanya terdapat 9 – 12 grup pekerja. Jumlah tenaga kerja tergantung
dari jumlah KHL yang tersedia pada hari pelaksanaan kerja.
Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan babat rendahan ini adalah
sistem HK, dalam satu HK yaitu Rp 23 000,-. Norma kerja yang digunakan untuk
pekerjaan ini adalah 1.5 HK/ha dengan rotasi satu kali dalam setahun.
Pengendalian gulma secara kimia yang dilakukan penulis ketika magang di
PT JAW meliputi circle weeding/spraying dan spot spraying lalang. Pengendalian
gulma secara kimia ini dilakukan dengan menggunakan alat semprot knap sack
Solo volume 15 l, nozzle VLV 200 berwarna biru dan hitam, gelas ukur 250 ml,
25
sarung tangan, masker, sepatu boot AP, memakai pakaian berlengan panjang,
penutup kepala dan galon berkapasitas 20 l air.
Teknis pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia yang dilakukan
yaitu mandor up keep/spraying membagi pekerja menjadi beberapa grup, setiap
grup meliputi satu orang pembuat larutan dan pembawa larutan herbisida, serta
dua orang tenaga penyemprot. Biasanya untuk pekerjaan pengendalian gulma
secara kimia ini dijalankan oleh 3 – 6 grup pekerja. Pekerjaan penyemprotan
gulma ini diawasi oleh dua orang mandor up keep/spraying. Sistem pembayaran
upah yang diberlakukan untuk pekerjaan ini yaitu dengan sistem HK sebesar
Rp 23 000,- yang ditambah dengan premi untuk tenaga penyemprot herbisida Rp
500,- per hari semprot.
Sebelum melakukan penyemprotan herbisida, tenaga pembuat larutan dan
pembawa larutan herbisida harus melarutkan herbisida dengan air sesuai dengan
konsentrasi yang telah ditetapkan ke dalam galon 20 l. Setelah herbisida
dilarutkan, larutan tersebut kemudian dimasukan ke dalam knapsack Solo dengan
nozzle hitam atau biru (VLV 200) dan larutan disemprotkan sesuai sasaran serta
ketentuan yang benar. Pada awal kegiatan pencampuran dan pengeceran herbisida
harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak terjadi kesalahan kerja dan
dapat membahayakan kesehatan pekerja, sehingga pekerjaan ini harus diawasi
benar oleh mandor up keep/spraying.
Circle weeding/spraying. Merupakan pengendalian gulma dengan
menyemprotkan herbisida ke piringan pokok tanaman utama dan pasar pikul yang
bertujuan untuk menghindari persaingan tanaman utama dengan gulma secara
langsung pada sekitar tanaman pokok dan memudahkan kegiatan pemanenan buah
serta mengoptimalkan pemupukan yang diaplikasikan langsung pada piringan
tanaman kelapa sawit.
Herbisida yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Gramoxone 276 SL
dengan bahan aktif Parakuat diklorida 276 g/l yang dicampur dengan Ally 20
WDG dengan bahan aktif Metil metsulfuron 20 %. Campuran herbisida ini
sebanyak 20 l Gramoxone 276 SL : 1 Kg Ally 20 WDG didalam 20 l air. Dosis
yang digunakan dalam penyemprotan campuran herbisida ini adalah 0.4 l/ha.
26
Gramoxone 276 SL adalah herbisida parakuat purna-tumbuh bersifat
kontak yang efektif apabila diaplikasikan pada gulma berdaun lebar, sedangkan
Ally 20 WDG adalah herbisida sistemik pra-tumbuh dan purna-tumbuh.
Pencampuran kedua herbisida dengan sistem kerja yang sinergi ini dilakukan
karena racun parakuat yang di kandung oleh Gramoxone 276 SL diharapkan dapat
membongkar lapisan lilin dan melukai bagian tubuh gulma tersebut secara efektif,
kemudian Ally 20 WDG yang bersifat sistemik dapat masuk ke dalam jaringan
tubuh gulma dengan mudah sehingga hasil penyemprotan yang dilakukan lebih
optimal dan gulma yang terkena semprotan campuran herbisida ini tidak dapat
tumbuh kembali dalam areal perkebunan.
Pencampuran Gramoxone 276 SL, Ally 20 WDG dan 20 l air dilakukan
pagi hari sebelum melakukan kegiatan penyemprotan di gudang tempat
penyimpanan material kebun. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pencurian
material oleh pekerja atau mandor. Petugas penyimpanan gudang melakukan
pencampuran dan bertanggung jawab atas pencampuran, pencampuran herbisida
ini dengan air disaksikan oleh pembantu kepala gudang bagian material kimia.
Penyemprotan harus dilakukan dengan merata di sekeliling tanaman dan
pasar pikul tiap gawangan hidup pada barisan tanaman kelapa sawit.
Penyemprotan pada pasar pikul diharapkan dapat mempermudah kegiatan
pemanenan TBS dan pengangkutannya. Norma kerja untuk kegiatan circle
weeding/spraying ini adalah 0.5 HK/ha dengan rotasi dua kali dalam setahun.
Spot spraying lalang merupakan pengendalian gulma dengan
menyemprotkan herbisida ke areal gulma berjenis ilalang karena gulma ini dapat
berkembang sangat cepat dan mengeluarkan zat allelopati yang bersifat racun
bagi tanaman kelapa sawit. Namun, yang menjadi sasaran untuk kegiatan
penyemprotan ini bukan hanya gulma ilalang saja, termasuk juga gulma berdaun
sempit dan teki-tekian. Herbisida yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
SMART 486 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 486 g/l yang
dicampur dengan Ally 20 WDG. Campuran herbisida ini sebanyak 20 l SMART
486 AS : 1 Kg Ally 20 WDG di dalam 20 l air. Dosis yang dipergunakan dalam
penyemprotan campuran herbisida ini adalah 0.4 l/ha.
27
SMART 486 AS adalah herbisida glifosat purna-tumbuh yang efektif
apabila diaplikasikan pada gulma ilalang. Pencampuran kedua herbisida dengan
sistem kerja yang sama diharapkan dapat mematikan gulma ilalang secara efektif
sehingga hasil penyemprotan yang dilakukan lebih optimal dan ilalang yang
terkena semprotan campuran herbisida ini tidak dapat tumbuh kembali dalam
areal perkebunan. Sama dengan Gramoxone 276 SL, SMART 486 AS ini juga
dicampur dengan Ally 20 WDG dan 20 l air yang dilakukan pagi hari sebelum
melakukan kegiatan penyemprotan di gudang tempat penyimpanan material
kebun. Norma kerja untuk kegiatan spot spraying lalang ini adalah 0.5 HK/ha
dengan rotasi dua kali dalam setahun. Proses penyemprotan herbisida dapat dilihat
pada Gambar 2.
(A) (B)
Gambar 2. (A) Penyemprotan Secara Kimia, (B) Hasil Penyemprotan Herbisida
(b) Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman termasuk kegiatan yang harus
diperhitungkan dalam teknis budidaya tanaman, karena hama dan penyakit dengan
penyebaran yang luas dapat berdampak buruk pada kelapa sawit yang
dibudidayakan. Oleh karena itu, keberadaan hama dan penyakit pada budidaya
tanaman kelapa sawit dicegah secepat mungkin agar tidak mempengaruhi tumbuh
kembang tanaman kelapa sawit.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman bertujuan untuk menekan
populasi hama dan menekan serangan penyakit yang ditimbulkan sampai di
bawah ambang batas toleransi. Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan
oleh hama dan penyakit ini maka diperlukan penanganan yang serius dan terpadu
agar dapat ditangani sedini mungkin dengan tidak merusak lingkungan serta
bersifat ekonomis.
28
Pengendalian hama dan penyakit secara kimia yang dilakukan penulis
ketika magang di PT JAW adalah pengendalian Ulat api dan Ulat bulu.
Pengendalian Ulat api dan Ulat bulu merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menekan perkembangan ulat api dan ulat bulu. Karena dua hama tersebut dapat
merusak tanaman dengan memakan daun kelapa sawit sehingga menganggu
produksi fotosintat yang akan di terima oleh buah selama pembesaran buah.
Secara langsung hama tersebut juga dapat menghalangi proses pemeliharaan
tanaman serta pemanenan buah karena dapat menyebabkan gatal pada kulit
apabila kulit pekerja bersentuhan dengan dua hama ini.
Untuk melihat tingkat serangan dilakukan sensus terlebih dahulu yang
dilakukan satu kali sebulan. Tujuan dilakukannya sensus adalah untuk melihat
populasi hama sedini mungkin, untuk mengetahui stadia hama yang menyerang
dan mendapatkan data yang aktual untuk persentase larva yang hidup dan mati.
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah fogging machine, masker,
penutup kepala, senter, galon 25 l, corong, saringan, sepatu boot dan bensin.
Penulis melakukan kegiatan pengendalian ulat bulu ini pada areal Divisi V pada
blok A17. Hama yang menjadi sasaran adalah ulat bulu dengan stadia instar
pertama dan kedua. Sistem kerja yang diterapkan untuk pengendalian ulat bulu ini
dilakukan dengan membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki
anggota 3 – 5 orang pekerja. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari yang
bertujuan untuk mengoptimalkan hasil pengasapan ulat, karena pada malam hari
sedikit angin yang berhembus dan asap yang digunakan tidak keluar dari sasaran
serta insektisida yang diaplikasikan dapat turun ketanah bersama embun. Aplikasi
Insektisida ini dapat dilihat pada Gambar 3.
(A) (B)
Gambar 3. (A) Ulat Bulu yang Menyerang Daun Kalapa Sawit dan (B)
Penyemprotan Insektisida dengan Fogging Machine
29
Insektisida yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Decis 2.5 EC
dengan bahan aktif deltametrin 25 g/l yang dicampur dengan Solar. Campuran
insektisida ini sebanyak 100 ml Decis 2.5 EC : 1 l solar. Decis 2.5 EC adalah
insektisida racun kontak dan lambung yang efektif apabila diaplikasikan langsung
pada hama dan pada daun kelapa sawit yang menjadi makanan hama tersebut.
Sistem upah yang berlaku pada kegiatan pengendalian Ulat api dan Ulat
bulu ini adalah sistem borongan kerena pekerjaan ini dilakukan pada malam hari.
Namun, menurut ketentuan perusahaan, Norma kerja yang digunakan untuk
pekerjaan ini adalah 0.67 HK/ha dengan rotasi tiga kali dalam setahun.
(c) Pemupukan
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit memiliki peranan yang sangat
penting, lebih dari 50 % biaya dalam perawatan tanaman kelapa sawit adalah
untuk pemupukan. Pemupukan mutlak harus dilakukan untuk menggantikan unsur
hara/mineral yang diabsorpsi oleh tanaman dan memelihara tersedianya unsur
hara di dalam tanah.
Manajemen pemupukan dan realisasi kerjanya merupakan tanggung jawab
Asisten divisi. Asisten divisi harus menyediakan pupuk yang akan digunakan
dengan melakukan permintaan ke pihak gudang dengan blanko permintaan pupuk
yang diketahui oleh EM.
Sebelum melakukan pemupukan, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh asisten divisi, yaitu kebersihan piringan dan pasar pikul,
ketersediaan transportasi, ketersediaan pupuk di gudang dan ketersediaan tenaga
kerja penebar pupuk. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
perempuan sebagai penebar pupuk karena pekerjaan ini menbutuhkan ketelitian
dan ketekunan serta tenaga laki-laki untuk memuat pupuk dan melangsir pupuk di
setiap ujung pasar pikul.
Pemberian pupuk biasanya diberikan pada saat musim hujan, tetapi tidak
diberikan saat curah hujan tinggi sehingga kegiatan pemupukan ini sebenarnya
sangat dipengaruhi oleh iklim. Syarat dilakukannya kegiatan pemupukan adalah
tersedianya air yang berfungsi untuk melarutkan pupuk sehingga pupuk bisa
diserap oleh akar tanaman dengan cepat. Pemupukan yang dilakukan oleh
perkebunan PT JAW dilakukan pada dua semester, yaitu semester pertama pada
30
bulan Februari/Maret dan April/Mei, sedangkan semester kedua dilakukan pada
bulan Agustus/September.
Pedoman dalam melaksanakan pemupukan adalah 4T, yakni Tepat dosis,
Tepat waktu, Tepat cara dan Tepat lokasi karena kegiatan pemupukan merupakan
usaha pemeliharaan yang sangat penting bagi suatu perkebunan. Sehingga jenis
pupuk yang digunakan harus diperhitungkan karena pupuk yang diaplikasikan
harus sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Pupuk yang diaplikasikan di
kebun PT JAW meliputi pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang
diaplikasikan antara lain : pupuk Abu Janjang dan janjang Kosong. Pupuk
anorganik yang diaplikasikan di PT JAW antara lain : pupuk Urea, pupuk Rock
Phosphate, pupuk Muriate of Potash (MOP), pupuk Magnesium suphate
(kieserite), pupuk Magnesium carbonate (dolomit) dan pupuk Copper Sulphate
Pentahydrate (CuSO4 . 5 H2O).
Kegiatan pemupukan dengan pupuk organik dilakukan secara manual
dengan cara ditebar pada piringan pokok kelapa sawit. Sebelum pemuat pupuk
memuat pupuk dari gudang, maka seorang mandor up keep/pemeliharaan harus
melampirkan blanko permintaan pupuk yang sudah disetujui oleh asisten divisi
dan EM kepada pembantu gudang urusan penyimpanan. Setelah itu pupuk dimuat
ke Traktor bergandeng MF-390 dengan jumlah yang sesuai dengan permintaan
yang tertera pada blanko permintaan pupuk.
Traktor gandeng MF-390 yang sudah dimuat pupuk, langsung menuju
jembatan timbang untuk mendapatkan tarra muatan atau jumlah pupuk aktual
yang akan diaplikasikan di lapangan pada hari itu. Kemudian pupuk yang dimuat
tersebut dibawa menuju jalan koleksi untuk dibagi per barisan tanaman agar
memudahkan distribusi pupuk. Banyaknya pupuk yang dibagi per baris atau
gawangan kelapa sawit tergantung pupuk apa yang diaplikasikan dan sudah
dihitung terlebih dahulu oleh mandor kebutuhan pupuk per barisan tanamannya.
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan ember besar sebagai tempat
pupuk dan mangkuk sebagai alat tebar yang sudah dikalibrasi bersama-sama oleh
seluruh pekerja penabur pupuk. Pupuk yang diaplikasikan ketika penulis
melakukan magang adalah pupuk bunch ash atau pupuk abu janjang. Bobot pupuk
abu janjang dalam satu mangkuk penabur pupuk adalah 400 gram. Rekomendasi
31
kebun untuk dosis pemupukan abu janjang ini adalah 4 kg/pokok tanaman karena
kandungan Kalium dalam pupuk abu janjang ini setara dengan 50 % Potasium
yang dikandung oleh pupuk MOP (Muriate of Potash). Hal ini sesuai dengan
Pahan, 2008 bahwa untuk subtitusi pupuk MOP dengan abu janjang atau
sebaliknya, rasio konversi MOP ke abu janjang dikali 2.0, sementara dari abu
janjang ke MOP dikali 0.5.
Pupuk abu janjang ini digunakan karena dinilai lebih efisien untuk
menggantikan pupuk MOP karena abu janjang yang digunakan merupakan hasil
pembakaran janjang kosong dari PMKS PT EMAL. PMKS PT EMAL ini
merupakan sub unit perkebunan BSP grup sama halnya dengan PT JAW tempat
penulis melaksanakan magang.
Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk abu janjang dengan
merata disekitar pokok kelapa sawit pada radius piringan terjauhnya dengan
jumlah tabur sebanyak 10 mangkuk. Apabila pada saat dilakukan penaburan
pupuk ditemukan bongkahan pupuk abu janjang yang memadat, maka bongkahan
pupuk tersebut dihancurkan terlebih dahulu baru ditebar merata. Kegiatan
pemupukan abu janjang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Penaburan Pupuk Bunch Ash (Abu Janjang)
Kegiatan pemupukan memerlukan pengawasan yang ketat mengingat
pupuk memakan biaya pemeliharaan yang paling besar untuk pengusahaan
tanaman kelapa sawit. Biasanya pengawasan pemupukan dilakukan oleh mandor
up keep/pemeliharaan bersama dengan asisten divisi di lapangan dengan
32
pembagian tugas asisten mengawasi jalan koleksi dan mandor berada pada pasar
tengah blok agar pemupukan merata untuk setiap pokok dan mandor bisa
mengarahkan langsung pekerjaan para penabur pupuk. Biasanya, EM juga ikut
meninjau kegiatan pemupukan ke setiap Divisi yang sedang melakukan
pemupukan, agar pemupukan berjalan dengan baik dan memenuhi target serta
tujuan dari pemupukan itu sendiri.
Sistem kerja yang diterapkan untuk pekerjaan ini dilakukan dengan
membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki anggota 2 orang dan
dalam satu HK pemupukan abu janjang ini biasanya terdapat 10 – 15 grup
pekerja. Jumlah tenaga kerja tergantung dari jumlah KHL yang tersedia pada hari
pelaksanaan kerja. Dua orang dalam satu grup ini bertanggung jawab untuk
memupuk satu gawangan hidup pada hanca yang telah ditentukan sebelumnya
hingga batas pasar tengah blok yang dipupuk. Sistem upah yang diberlakukan
pada pekerjaan pemupukan abu janjang ini adalah sistem HK, dalam satu HK
yaitu Rp 23 000,-. Norma kerja yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah 0.8
HK/ha.
Kegiatan pemupukan dengan pupuk anorganik dilakukan secara manual
dengan cara ditebar pada piringan pokok kelapa sawit sama halnya dengan
pemupukan organik. Sama dengan sistem pemuatan pupuk organik, pupuk
anorganik juga diambil dengan melampirkan blanko permintaan pupuk yang
sudah disetujui oleh asisten divisi dan EM kepada pembantu gudang urusan
penyimpanan. Setelah itu, pupuk dimuat ke traktor bergandeng MF-390 dengan
jumlah yang sesuai dengan permintaan yang tertera pada blanko permintaan
pupuk.
Pupuk anorganik yang dimuat tersebut dibawa menuju jalan koleksi untuk
dibagi per barisan tanaman agar memudahkan distribusi pupuk. Pupuk yang
diaplikasikan ketika penulis melakukan magang adalah pupuk Copper Sulphate
Pentahydrate (CuSO4 . 5 H2O) buatan Taiwan. Bobot pupuk ini dalam satu karung
adalah 25 Kg. Rekomendasi kebun untuk dosis pemupukan Cu ini adalah 200
g/pokok tanaman. Pembagian pupuk yang dilakukan dengan membagi satu karung
pupuk Cu di setiap lima baris tanaman.
33
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan ember besar sebagai tempat
pupuk dan mangkuk sebagai alat tebar yang sudah dikalibrasi bersama-sama oleh
seluruh pekerja penabur pupuk sebelum pemupukan Cu ini dimulai. Bobot rata-
rata per ember pupuk Cu ini adalah 8 kg yang berarti setiap penebar pupuk
mampu menebar pupuk untuk 40 pokok tanaman atau sama dengan ¾ gawangan
tanaman kelapa sawit.
Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk Copper Sulphate
Pentahydrate dengan berbentuk “V” disekitar pokok kelapa sawit dengan jarak 1
– 1.5 m dari pokok tanaman kelapa sawit. Untuk pengawasan pekerja penabur
pupuk Copper Sulphate Pentahydrate ini mudah dilakukan karena pupuk
berwarna biru terang sehingga memudahkan pengamatan untuk ketepatan aplikasi
oleh pekerja. Namun, pengawasan yang ketat tetap dilakukan karena pupuk ini
digunakan dengan dosis yang sedikit per pokok, dikhawatirkan ketepatan dosis
aplikasi penebar pupuk menjadi lebih kecil. Pengawasan pemupukan dilakukan
oleh mandor up keep/pemeliharaan bersama dengan asisten divisi di lapangan
dengan pembagian tugas, yaitu asisten mengawasi jalan koleksi dan mandor
berada di dalam blok agar pemupukan merata untuk setiap pokok dan mandor bisa
mengarahkan langsung pekerjaan para penabur pupuk. Biasanya EM juga ikut
meninjau kegiatan pemupukan ke setiap Divisi yang sedang melakukan
pemupukan, agar pemupukan berjalan dengan baik dan memenuhi target serta
tujuan dari pemupukan itu sendiri.
Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan pemupukan abu janjang ini
adalah sistem HK, dalam satu HK yaitu Rp 23 000,-. Norma kerja yang digunakan
untuk pekerjaan ini adalah 0.25 HK/ha.
(d) Pemotongan pelepah (prunning)
Pemangkasan pelepah (prunning) adalah kegiatan memotong dan
membuang pelepah yang tidak menguntungkan bagi tanaman kelapa sawit atau
yang dinilai dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pelepah yang
tidak menguntungkan tersebut yaitu pelepah kering dan pelepah sengkleh atau
patah yang menggantung di pohon kelapa sawit. Tujuan dari pemangkasan ini
juga untuk memudahkan pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya
34
brondolan, memperlancar proses penyerbukan secara alami, mempermudah sensus
buah atau pengamatan buah matang dan untuk sanitasi tanaman.
Sistem pengelolaan pelepah atau pemangkasan ini berdasarkan rumus
Songgo dua. Rumus Songgo dua ini adalah pemotongan pelepah tanaman kelapa
sawit hingga sisa dua lingkar pelepah dari tandan buah terbawah tanaman kelapa
sawit. Pemotongan pelepah dilakukan dengan memotong pelepah mendekati
batang tanaman yang arah potongannya membentuk sudut 30° terhadap garis
horizontal. Hasil pemotongan pelepah ini akan terlihat membentuk tapak kuda.
Pelepah daun yang telah dipotong disusun pada gawangan mati. Apabila pelepah
yang dipotong terlalu panjang untuk disusun, maka pelepah dibagi menjadi tiga
bagian agar pelepah tersusun rapih di gawangan mati. Proses pemangkasan
pelepah dapat dilihat pada Gambar 5.
Alat yang digunakan untuk pemotongan pelepah ini adalah Dodos atau
Egrek apabila tanaman sudah tinggi melebihi tangkai Dodos, kampak dan batu
asah. Rotasi pemangkasan di kebun PT JAW adalah 6 bulan sekali dengan sistem
hanca giring. Tetapi para pemanen biasanya memotong pelepah kelapa sawit saat
melakukan pemanenan buah sehingga prunning jarang dilakukan sebagai kegiatan
tersendiri di kebun ini.
Gambar 5. Proses Pemotongan Pelepah Daun Kelapa Sawit menggunakan dodos
Untuk setiap pokok tanaman kelapa sawit, pelepah yang dipertahankan
berjumlah 48 – 64 pelepah/pokok. Hal ini dilakukan agar tanaman tetap dapat
berfotosintesis dengan baik dan mengurangi resiko penunasan berlebih yaitu
35
munculnya bunga jantan pada tanaman. Karena tujuan dari budidaya kelapa sawit
ini untuk produksi buah jadi munculnya bunga jantan kurang diharapkan oleh
pengelola kebun.
Pekerjaan ini dikontrol oleh mandor panen. Setelah kegiatan penunasan
berakhir, asisten divisi akan meninjau hasil dari penunasan yang dilakukan oleh
pekerja. Norma kerja untuk kegiatan pemangkasan pelepah ini adalah 0.5 HK/ha.
Prestasi penulis ketika melakukan penunasan adalah 1 HK/ha.
Pengelolaan Panen
Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja yang paling utama
pada perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan kebun kelapa sawit.
Pemanenan adalah kegiatan memanen semua buah pada tingkat kematangan yang
optimum, yaitu pada saat tandan buah segar mengandung kadar minyak dan
kernel yang tinggi.
(a) Persiapan panen
Sebelum pelaksanaan panen, dilakukan kegiatan persiapan panen yang
bertujuan untuk menjamin kelancaran panen. Kegiatan persiapan panen meliputi
peningkatan atau pengerasan jalan, pembuatan pasar pikul, TPH dan pemasangan
atau perbaikan titian/jembatan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan
penulis ketika magang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan lain
karena pada perusahaan tempat penulis magang, tidak ada waktu panen puncak.
Alat-alat yang digunakan pada kegiatan panen kelapa sawit adalah egrek,
gancu, kampak, dodos, ember, karung dan kereta sorong. Fungsi dari alat panen
tersebut berbeda-beda, karena alat panen pada kelapa sawit dibedakan menurut
tinggi pohon atau umur tanaman serta ukuran lebar pelepah dan tangkai tandan
kelapa sawit. Seperti kampak, dodos dan egrek sama-sama digunakan untuk
memanen buah kelapa sawit/TBS, tetapi dodos digunakan pada pohon dengan
ketinggian sedang (2-4 m), sedangkan egrek untuk pohon dengan ketinggian lebih
dari 4 m. Kampak dimodifikasi dengan kait gancu di belakang mata kampak yang
berfungsi untuk memikul buah ke TPH dan untuk memanen TBS pada pohon
yang rendah dan terjangkau dengan tangan. Ember dan karung biasa digunakan
36
untuk mengumpulkan brondolan, sedangkan kereta sorong berfungsi untuk
membawa TBS yang sudah dipanen dan brondolan dari dalam blok ke TPH.
(b) Kriteria matang panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen
agar memotong TBS pada saat yang tepat yaitu saat kandungan minyak dalam
daging buah maksimum dan kandungan ALB minimum. Kematangan yang
optimum dengan rendemen yang tinggi dan kehilangan bobot yang relatif rendah
(brondolan tertinggal) yaitu dengan kriteria 2 brondolan/kg TBS atau sekitar 10-
25 brondolan untuk tandan dengan bobot 8-15 kg. Begitu halnya dengan
perusahaan dimana penulis melakukan magang, kriteria matang panen yang
digunakan adalah bila TBS sudah brondol buah maksimal 2 brondolan/kg TBS.
Namun, kriteria panen yang dipraktikan pemanen ketika penulis melaksanakan
magang adalah buah dipanen ketika daging buah TBS sudah menguning hingga
satu brondolan per 10 kg TBS. Hal tersebut dilakukan karena mengejar estimasi
produksi yang dikeluarkan oleh supervisor produksi seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya.
Kriteria matang panen sendiri berhubungan dengan warna buah TBS dan
persen brondolan yang jatuh. Apabila buah dalam tandan telah berubah dari hitam
menjadi kuning kemerahan, maka buah dinyatakan matang dan siap untuk
dipanen. Kriteria kematangan buah (TBS) secara lengkap disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria Matang Buah (TBS) di PT JAW
Fraksi
Buah Jumlah Brondol
Warna
Buah
Derajat
Kematangan
00 Belum ada brondolan Hitam Sangat
Mentah
0 0 - <2 brondolan/kg TBS Hitam Mentah
1 2 brondolan/kg TBS – 25% buah lepas dari tandan Kuning/
Merah Matang
2 25 – 50% buah lepas dari tandan Jingga Matang
3 50 – 75% buah lepas dari tandan Jingga Matang
4 75 – 100% buah lepas dari tandan Merah
Tua
Sangat
Matang
5 100% buah lepas dari tandan – buah dalam ikut lepas Merah
Tua
Lewat
Matang Sumber : Kantor Besar PT JAW tahun 2009
37
(c) Sistem dan rotasi panen
Sistem yang digunakan pada kebun PT JAW adalah sistem hanca giring
tetap yaitu pemanen secara bersama-sama memanen buah di satu kaveld/kapel
panen dan setiap pemanen telah memiliki hanca panen masing-masing dengan
luasan tertentu pada setiap kapel panen. Pada sistem ini apabila masih ada areal
yang perlu dipanen, maka pemanen digiring mandor untuk memanen di areal
tersebut. Kaveld/kapel panen merupakan luasan areal yang dipanen oleh beberapa
pemanen dalam satu hari panen. Satu kapel panen terdiri dari beberapa hanca
pemanen dan satu hanca panen yang digunakan di PT JAW berkisar 3 Ha/HK
tergantung dari AKP yang diperoleh dari hasil sensus buah yang dilakukan oleh
Mandor Panen yang dilakukan kemarin harinya.
Rotasi panen adalah jarak waktu antara hari panen terakhir disuatu areal
dengan panen selanjutnya pada areal yang sama dalam perkebunan. Rotasi panen
yang dipakai dalam perusahaan tempat penulis melakukan magang berkisar antara
2-3 kali setiap bulan, biasanya rotasi panen ini akan menjadi semakin cepat atau
panjang dipengaruhi oleh hasil sensus buah, umur tanaman dan angka kerapatan
panen yang dihitung berdasarkan hasil sensus buah oleh Mandor Panen. Setiap
hari panen, maka Mandor Panen diwajibkan menghitung AKP agar dapat
memperkirakan luasan areal yang akan dipanen serta memperhitungkan
kebutuhan kendaraan sebagai alat angkut TBS ke pabrik. Karena TBS harus cepat
dibawa ke pabrik untuk diolah agar ALB yang terbentuk menjadi lebih kecil.
(d) Taksasi produksi dan sensus buah
Taksasi produksi dan sensus buah dilakukan untuk memperkirakan
produksi dan meramalkan produktivitas atau AKP dari setiap blok untuk satu
semester kedepan. Taksasi produksi dan sensus buah dilakukan enam bulan sekali
dimana sistem yang digunakan adalah sistem Black Bunch Census (BBC) yaitu
menghitung semua jumlah tandan yang sudah berbuah dengan kriteria buah yang
sudah/masih hitam, untuk buah yang masih ditutupi seludang dan sudah matang
tidak dihitung. Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan BBC ini adalah
sistem HK, dalam satu HK yaitu Rp 23 000,-. Norma kerja yang digunakan untuk
pekerjaan ini adalah 0.1 HK/ha.
38
Taksasi produksi yang dilakukan oleh penulis selama magang di PT JAW
adalah dengan menghitung seluruh buah yang sudah tidak memiliki seludang dan
belum matang pada setiap pokok tanaman yang ada dalam areal perkebunan PT
JAW. Kemudian setelah mendapatkan data jumlah buah hitam tiap blok tersebut,
data dikalikan dengan Berat Janjang Rata-rata (BJR) TBS dari setiap blok yang
disensus. Perkalian BJR dengan jumlah buah tersebut akan menghasilkan estimasi
jumlah total berat TBS yang akan diproduksi untuk satu semester kedepan.
Perkiraan produksi harian yang dihitung dan dilakukan oleh Mandor
Panen bertujuan utuk mencapai target produksi harian yang ditetapkan oleh
perusahaan. Perkiraan produksi ini juga berguna bagi asisten divisi dan Mandor
Panen untuk mengetahui AKP dari areal yang akan dipanen pada esok hari
sehingga dapat memperkirakan jumlah pekerja yang dibutuhkan dan menentukan
kebutuhan truk yang akan mengangkut TBS ke pabrik. Contoh perhitungan AKP
dan sensus perkiraan produksi adalah :
Hasil sensus buah di 28 pokok contoh : 12 buah matang
Maka AKP
Rencana luas areal yang akan di panen : 70 ha, Pop : 135 pk dan BJR : 9,6 kg
Maka estimasi jumlah truk yang digunakan : truk.
(e) Pelaksanaan panen
Pada prinsipnya kegiatan panen adalah memotong tandan matang,
mengumpulkan dan mengangkut TBS ke pabrik untuk seterusnya diolah menjadi
CPO berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan
kandungan ALB rendah serta menjaga kondisi tanaman tetap baik. Kegiatan
panen dimulai dengan apel pagi pada pukul 06.00 WIB. Pada kegiatan apel pagi,
para mandor memberitahu pemanen di blok mana panen hari itu akan dilakukan.
Setelah itu pemanen berangkat menuju blok yang dipanen dan melakukan
pemeriksaan buah masak dengan mengelilingi pohon.
Pelepah yang menopang buah saat pemanenan akan dilakukan harus
dipotong (diturunkan) terlebih dahulu dengan menggunakan dodos atau egrek.
Pemanen memotong semua tangkai tandan buah yang sudah dipanen dengan rapat
membentuk “V” atau cangkem kodok. Seluruh brondolan yang jatuh pada saat
39
proses pemanenan dan yang ada diketiak daun diangkut bersama-sama dengan
TBS ke TPH dengan menggunakan karung dan kereta sorong. Buah disusun
dengan arah tangkai tandan menghadap ke jalan dan disusun lima baris agar
mudah dihitung oleh krani buah. Buah yang tersusun di TPH diberi nomor
pemanen pada salah satu baris agar krani buah dapat mengetahui nama pemanen
dan jumlah TBS yang diperoleh pada hari itu.
Pengutipan brondolan pada saat pemanenan harus dilakukan dengan
seksama karena brondolan memiliki rendemen minyak yang tinggi. Brondolan
dimasukan ke dalam karung eks pupuk dan disusun rapih disebelah TBS pada
TPH. Pembayaran upah dalam pengutipan brondolan bersifat borongan, artinya
upah dibayar berdasarkan berat brondolan yang diperoleh, dimana 1 kg brondolan
setara dengan Rp 140,-. Seluruh buah dan brondol yang terkumpul pada TPH
diperiksa kembali oleh mandor panen dan kerani buah sebelum buah diangkut ke
atas MF-390 atau truk.
Pada kegiatan panen, terdapat kegiatan Grading (pengecekan TBS) yang
dilakukan oleh asisten divisi lain dan dilakukan secara bergiliran. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui persentase jumlah buah mentah yang dipanen.
Apabila buah mentah yang dipanen >1%, maka EM akan memberikan peringatan
pada Divisi yang bersangkutan. Panen buah mentah akan merugikan perusahaan
karena kualitas CPO yang dihasilkan akan menurun. Selain itu pengolahan inti
kelapa sawit akan menjadi sulit karena tempurung buah yang belum matang cukup
keras dan akan merusak peralatan PKS. Berikut ini adalah hubungan antara
tingkat kematangan buah dengan rendemen minyak dan kadar ALB yang
disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Hubungan Kematangan Buah dengan Rendemen dan Kadar ALB
Fraksi Rendemen Minyak Kadar ALB
0 16.0 1.6
1 21.4 1.7
2 22.1 1.8
3 22.2 2.1
4 22.2 2.6
5 21.9 3.8 Sumber : Kantor Besar PMKS PT EMAL, 2009
40
(f) Organisasi panen
Organisasi panen sangat penting dilakukan agar TBS yang matang dapat
dipanen seluruhnya berdasarkan penyebaran panen dan dapat diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan. Mandor panen membawahi 15-20 orang
pemanen. Pemeriksaan hanca panen dilakukan oleh dua orang mandor panen pada
saat kegiatan panen berlangsung dan setelah sebagian hanca terselesaikan.
Krani buah melakukan koordinasi langsung dengan mandor panen untuk
pengangkutan TBS, sehingga tidak ada TBS yang tertinggal di TPH pada hari
panen tersebut. Mandor I dan asisten divisi memeriksa pelaksanaan panen setiap
hari dan melakukan pembinaan terhadap pemanen demi terciptanya suasana yang
harmonis dalam bekerja dan untuk pencapaian produksi yang tinggi.
(g) Basis dan Premi panen
Basis adalah suatu ketetapan jumlah berat TBS yang dipanen yang harus
dipenuhi oleh setiap pemanen pada tiap HK. Premi adalah suatu insentif atau
penghargaan yang diberikan perusahaan kepada pemanen yang telah
melaksanakan tugas dengan baik sesuai ketentuan perusahaan yang direfleksikan
dengan lebihnya jumlah berat TBS yang diperoleh pemanen pada satu HK dari
basis panen yang telah ditentukan oleh perusahaan. Perhitungan jumlah basis dan
premi panen ini dilakukan oleh mandor panen berkoordinasi dengan krani divisi
untuk dilaporkan ke krani estate yang hasil akhirnya akan menjadi laporan harian
ke EM. Ketentuan basis pemanen dan premi yang ditetapkan di kebun PT JAW
tempat penulis melakukan magang disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10. Ketentuan Basis dan Premi di Kebun PT JAW 2009
Tahun
Tanam
TM
(umur)
Basis Tugas
(kg/hari)
Premi Panen
(Rp/kg)
Premi Brondolan
(Rp/kg)
1995 11 850 37 140
1996 10 850 37 140
1997 9 850 47 140
1998 7 800 47 140
2002 3 600 57 140 Sumber : Kantor Besar PT JAW, 2009
Premi yang diterima oleh mandor panen adalah 150% dari rata-rata premi
pemanen anggotanya dalam Divisi, dan apabila dalam satu organisasi Divisi
terdapat 2 orang mandor panen, maka total premi yang diperoleh akan dibagi dua.
41
Premi krani buah adalah 125% dari rata-rata premi pemanen dalam divisinya.
Kemudian, premi yang diperoleh oleh seorang Mandor I adalah 125% dari rata-
rata premi mandor panen dalam Divisi tempat tugasnya.
(h) Sistem pengawasan dan denda
Pengawasan panen sangat penting di dalam suatu usaha budidaya tanaman,
karena panen tersebut yang memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut.
Tujuan dari pengawasan panen agar kegiatan panen berjalan lancar dan terarah.
Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pengawasan panen antara lain :
TBS mentah dipanen
TBS matang tidak dipanen
Brondolan yang tertinggal di piringan dan pasar pikul
Kebersihan brondolan dari kotoran (sampah dan pasir)
Penyusunan pelepah pada gawangan mati
Tangkai tandan berbentuk cangkem kodok
TBS tidak disusun rapih di TPH
Brondolan berceceran dan tidak dimasukan dalam karung
Pengawasan ini dilakukan mulai dari mandor panen, mandor I, krani buah
dan asisten divisi secara rutin setiap hari panen. Kemudian EM juga melakukan
pemeriksaan secara acak pada Divisi dengan waktu yang tidak ditentukan.
Apabila ditemukan kesalahan pada waktu pemeriksaan lapangan dalam kegiatan
pemanenan, maka pemanen yang melakukan kesalahan akan diberi sanksi berupa
denda.
Denda adalah potongan yang diperoleh pemanen yang melanggar tata
tertib panen yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Tujuan pemberian denda
adalah agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan panen dengan benar sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak melakukan kesalahan
yang sama pada jenis pekerjaan yang sama. Denda yang diberikan kepada
pemanen yang melanggar tata tertib panen disajikan dalam Tabel 11.
Praktik penerapan denda ini dinilai kurang ketat. Pada saat penulis
melakukan magang, jenis pelanggaran yang diberikan sanksi adalah : brondolan
tidak dikutip oleh pemanen, buah matang yang tidak dipanen dan pemanen
memanen TBS yang mentah.
42
Tabel 11. Ketentuan Jenis Pelanggaran Panen dan Denda Pemanen PT JAW
No Jenis Pelanggaran Denda
1 Panen buah mentah Rp 1 000,-/janjang
2 Brondolan tidak dikutip Rp 500,-/pokok
3 Buah matang tidak dipanen Rp 5 000,-/janjang
4 Buah matang masuk ke dalam parit Rp 5 000,-/janjang
5 Pelepah sengkleh Rp 500,-/pelepah
6 Buah matang tertinggal di TPH Rp 5 000,-/janjang Sumber : Kantor Kebun PT JAW, 2009
(i) Pengangkutan TBS
Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan yang sangat penting
dari proses panen, agar minyak yang dihasilkan dari pengolahan TBS dan
brondolan tetap bermutu baik. Apabila buah didiamkan terlalu lama di TPH maka
akan terjadi peningkatan kandungan ALB dan akan menurunkan nilai mutu dari
CPO yang dihasilkan (Lubis, 1992).
Pengangkutan pada kegiatan panen di PT JAW meliputi pengangkutan
TBS dan brondolan dari lapang ke TPH dan dari TPH ke PMKS. Pengangkutan
TBS ke TPH menggunakan alat bantu kereta sorong (angkong), dalam satu kereta
sorong berisi 6-10 TBS tergantung BJR. Pengangkutan TBS ke TPH harus
dilakukan dengan hati-hati karena guncangan, benturan dan luka yang terjadi saat
menaikan dan menurunkan buah dapat meningkatkan ALB pada buah yang
dipanen dan setelah TBS diolah akan menyebabkan rendahnya mutu CPO yang
dihasilkan.
TBS yang sudah dipanen harus secepat mungkin diolah agar proses
enzimatik pada TBS yang menyebabkan peningkatan kandungan ALB dapat
dihentikan dengan proses sterilisasi di pabrik. TBS dan brondolan ini harus
secepat mungkin diangkut dan diolah oleh pabrik. Untuk menghindari buah
tertinggal lama di lapangan (restan) maka diperlukan alat transportasi yang cukup
dan memadai, hal ini tercapai apabila terdapat koordinasi yang baik antara krani
transport dan petugas traksi. Restan sering terjadi pada musim hujan karena
sebagian jalan akan rusak sehingga alat angkut buah (truk) akan kesulitan untuk
mengangkut buah pada jalan koleksi.
Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut buah pada jalan yang
sulit dilalui adalah dengan menggunakan Traktor MF-390 yang diberi gandengan.
43
Tiap gandengan MF-390 dapat berisi penuh sekitar 3-4 ton TBS yang akan
dipindahkan ke truk angkut TBS di jalan akses atau jalan utama kebun. Hal ini
dianggap sebagai solusi yang baik untuk menekan jumlah buah tertinggal di
lapangan (restan) pada TPH pada saat jalan sulit dilalui dengan truk pengangkut
buah. Truk pengangkut TBS biasanya bermuatan 7-8 ton TBS yang akan
mengalami penyusutan saat tiba di loading ramp PMKS.
Dalam pengangkutan buah biasanya terdapat dua orang pemuat disetiap
truk yang akan mengangkut TBS. Pemuat ini bertanggung jawab atas muatan
yang akan dipenuhinya ke dalam truk serta penyusunan TBS pada tingkat teratas
buah agar buah tidak terjatuh saat truk mengantarkan buah ke PMKS. Jadi, pada
saat jalan rusak dan tidak bisa dilalui oleh truk, maka pemuat ikut dengan MF-390
bergandeng untuk mengambil buah yang nantinya akan dipindahkan ke truk di
jalan utama atau jalan akses kebun. Untuk setiap pemuat, basis yang harus
dipenuhinya dalam satu HK adalah 3.75 ton. Kemudian premi yang diperoleh
pemuat setelah melewati basis HK-nya yaitu Rp 4,-/kg TBS apabila buah
langsung dimuat ke mobil truk dan Rp 5.5,-/kg TBS apabila buah dimuat terlebih
dahulu ke MF-390 bergandeng lalu dipindahkan ke mobil truk di jalan utama atau
jalan akses.
Pengangkutan TBS dan brondolan biasanya dimulai pukul 09.00 WIB atau
saat buah yang dipanen sudah dapat dimuat ke dalam satu bak mobil truk. Teknik
pengangkutan yang dilakukan adalah pengambilan TBS dimulai dari jarak yang
terjauh dari jalan utama dan semakin mendekat ke jalan utama kebun dan lokasi
penimbangan angkutan sebelum muatan dikirm ke PMKS. Armada angkutan yang
dimiliki oleh PT JAW adalah 6 unit MF-390 beserta gandengan, 11 unit truk
angkut buah dan 9 unit dump truk untuk mengangkut material selain TBS. Alat
yang digunakan dalam kegiatan pengangkutan TBS dan brondolan ini adalah tojok
besi dan gancu. Proses pengangkutan buah ke atas angkutan TBS disajikan dalam
Gambar 6.
44
(A) (B)
Gambar 6. Pengangkutan hasil TBS dengan (A) Memuat Buah ke atas MF-390
dan (B) Memuat buah ke Truk
(j) Administrasi panen
Administrasi panen dilakukan oleh mandor panen, krani buah dan krani
estate. Administrasi panen yang dilakukan adalah :
1. Nota angkut buah. Berisi nama Divisi, tanggal panen, nama supir, nomor
polisi kendaraan, jumlah TBS dan jumlah timbangan di jembatan timbang
pabrik dan kebun. Nota ini diisi oleh krani buah.
2. Buku produksi kelapa sawit yang berisi catatan total TBS yang diangkut,
jumlah TBS yang diperoleh pemanen dan jumlah brondolan yang
diperoleh pemanen, buku ini diisi oleh mandor panen.
3. Buku Laporan Harian Hasil Panen (LHHP) mandor panen. Berisi daftar
hadir pemanen, jumlah TBS yang diperoleh tiap blok, pemakaian HK dan
luasan yang dipanen. Buku ini diisi oleh mandor panen dan dilaporkan
kekantor Divisi setiap pagi dan sebagai dasar untuk mengisi buku premi
pemanen.
4. Buku rekapan produksi TBS per hari, per blok setiap Divisi. Catatan yang
dibuat krani estate yang berisi jumlah TBS yang dipanen dan jumlah total
pengiriman TBS ke Pabrik.
5. Pencatatan di kantor estate PT JAW. Berisi rekapan harian panen, realisasi
HK yang digunakan, BJR TBS yang dipanen, laporan statistika produksi,
jumlah brondolan dan grafik produksi. Buku ini diisi setiap bulan oleh
krani produksi.
45
Pengelolaan TBS di Pabrik
Tandan Buah Segar (TBS) diolah menjadi CPO melalui proses yang cukup
sederhana tanpa adanya sentuhan bahan kimia. Seluruh prosesnya merupakan
rangkaian kegiatan biologi, fisika dan mekanik. Proses biologi adalah dengan
sterilisasi yang berguna untuk menahan laju perkembangan ALB dan mengurangi
kadar air serendah-rendahnya. Proses fisika adalah dengan proses dimana minyak
dipisahkan dari air pada emulsi minyak dengan pemanasan hingga lapisan minyak
yang berada di atas air ini masuk ke dalam fat pit/tabung penampungan pada akhir
proses. Proses mekanik yang terjadi adalah saat daging buah kelapa sawit dikupas,
dilumatkan dan dipres hingga larutan minyak terpisah dari serat dan inti kelapa
sawitnya.
Dalam pengelolaan TBS di kebun tempat penulis melakukan magang,
terbagi dalam beberapa tahapan yaitu : pengiriman TBS ke pabrik, penerimaan
buah, sterilisasi buah, pengolahan CPO, pengolahan Inti Sawit dan tempat
penyimpanan hasil. Selain itu terdapat beberapa hal yang penting dalam
menunjang pengolahan buah kelapa sawit, yaitu: tenaga pendukung pabrik,
stasiun pemurnian air dan pengelolaan limbah.
(a) Pengiriman TBS ke pabrik
Buah yang sudah dimuat dan ditimbang akan dikirim ke PMKS PT EMAL
yang merupakan salah satu anak perusahaan BSP grup sama halnya dengan PT
JAW tempat penulis melakukan magang. Jarak PT EMAL sejauh 40 km ke arah
selatan PT JAW dengan kondisi jalan yang kurang baik dan biasa ditempuh
selama 1 jam oleh mobil truk bermuatan sekitar 7-9 ton. Setelah truk sampai di
PMKS PT EMAL, truk akan ditimbang ulang pada jembatan timbang pabrik
untuk mendapatkan bobot aktual TBS yang akan diolah pada hari itu di pabrik.
Setelah truk ditimbang, akan diperoleh bobot kotor truk yang nantinya akan
dikurangi bobot kosong truk sehingga mendapatkan jumlah tarra dari muatan truk.
Pada saat dilakukan penimbangan akan dilakukan registrasi mobil dengan nota
angkut TBS yang berisikan jumlah bobot TBS yang dikirim oleh krani timbangan
pabrik. Selama proses penimbangan, mobil truk diawasi oleh satuan keamanan
pabrik untuk menekan praktek kecurangan yang mempengaruhi bobot truk saat
ditimbang. Setelah dilakukan penimbangan, truk naik ke atas loading ramp, lalu
46
buah akan diterima oleh petugas pencatatan dan petugas grading buah di loading
ramp.
(b) Penerimaan buah
Buah yang diturunkan pada loading ramp akan diperiksa dan dicatat hasil
sortase buahnya oleh petugas dari laboratorium selaku kepala tim yang melakukan
grading. Grading dilakukan oleh tim yang terdiri dari tiga orang yang bertugas
untuk menurunkan buah dari atas truk, satu orang yang mengecek kondisi dan
menghitung buah dan satu orang petugas pencatatan hasil grading dari
laboratorium pabrik.
PMKS didesain dengan kapasitas olah sebanyak 60 ton/jam. Sudah
menjadi ketentuan dari awal didirikan adalah pabrik harus dapat memenuhi
pengolahan buah kelapa sawit yang diproduksi dari kebun sendiri dan kebun
masyarakat sekitar. Terdapat tiga jenis kriteria asal buah yang diterima oleh
PMKS PT EMAL, yaitu buah dari anak perusahaan BSP grup, buah dari
perusahaan dengan mitra kerjasama dan buah dari masyarakat sekitar perkebunan.
Komposis TBS yang diolah setiap hari merupakan akumulasi TBS dari Estate (PT
JAW, PT EMAL dan mitra) sebanyak 75-84 %, dan TBS dari luar (Perusahaan
lain dan masyarakat) sekitar 16-25 %, sehingga grading yang dilakukan terbagi
menjadi dua cara.
Cara yang pertama hanya diberlakukan untuk buah yang dikirim dari
kebun anak perusahaan BSP grup dan perusahaan lain dengan hubungan mitra
kerjasama. Dalam grading ini kriteria yang dipakai, yaitu: kondisi buah (buah
mengkal, masak, telat masak, buah sakit, buah tangkai panjang, buah batu dan
jumlah kotoran) dalam satuan persentase, jumlah brondolan dalam kilogram,
bobot buah (≤5, ≤9 dan >9) dalam satuan kilogram. Selain itu terdapat form
tambahan yang diisi oleh petugas pencatat, yaitu: nomor polisi mobil pengirim,
jam dilakukannya grading, hari dan tanggal penerimaan buah, asal buah (blok dan
estate), total janjang yang dihitung dan bobot kendaraan yang diperoleh dari nota
angkut TBS yang dikeluarkan oleh perusahaan pengirim.
Cara yang kedua diberlakukan untuk buah yang dikirim dari masyarakat
sekitar perkebunan. Dalam grading ini kriteria yang dipakai yaitu: kondisi buah,
persentase buah dura atau tenera, alamat asal buah, nomor polisi kendaraan
47
pengirim, bobot total kendaraan dengan muatan dan jumlah total janjang yang
dikirim. Cara yang kedua ini memiliki kriteria grading yang lebih sedikit namun
pengawasan yang dilakukan lebih ketat, hal ini tercermin dari jumlah buah yang
digrading. Pada cara yang pertama hanya akan diambil 100 contoh buah utuk
mempercepat proses grading karena buah yang berasal dari kebun anak
perusahaan BSP grup dan perusahaan lain dengan hubungan mitra kerjasama lebih
banyak jumlahnya bila dibandingkan dari masyarakat sekitar. Kemudian yang
menjadi alasan utama kenapa grading pada cara pertama dilakukan hanya dengan
100 contoh karena perkebunan dibina dengan manajemen pertanaman kelapa
sawit yang baik sehingga buah yang dikirim memiliki kualitas yang baik pula
sehingga pabrik memutuskan hanya perlu mengambil 100 contoh untuk buah yang
di grading.
Pinalti akan dikenakan terhadap pengirim buah dengan kualitas buruk.
Buah yang berasal dari kebun anak perusahaan BSP grup dan perusahaan lain
dengan hubungan mitra kerjasama, buah yang tidak lolos dalam grading tidak
akan dimasukan dalam proses pengolahan dan akan diminta perwakilan dari
perusahaan yang bersangkutan untuk menarik kembali buahnya yang tidak lolos
grading. Buah yang berasal dari masyarakat sekitar, akan ada dua kali peringatan
terhadap pemilik atau tengkulak buah kelapa sawit yang mengirim buah dengan
kondisi buruk, ketika pemilik atau tengkulak buah kelapa sawit tidak
mengindahkan peringatan kedua maka penerimaan buah kelapa sawit dari yang
bersangkutan akan dihentikan sementara waktu. Hal ini dilakukan agar pengirim
buah tidak melakukan kesalahan yang sama yaitu mengirim buah kelapa sawit
dengan kualitas buruk ke PMKS PT EMAL. Proses grading yang dilakukan di
loading ramp secara lengkap ditunjukan dengan Gambar 7.
(A) (B)
Gambar 7. (A) Proses Grading dan (B) Proses Pemuatan Buah ke Loading Ramp
48
(c) Sterilisasi buah
TBS setelah ditampung di loading ramp, secara bertahap sesuai dengan
kapasitasnya dimasukan ke dalam lori. Loading ramp tempat memasukan buah ke
dalam lori dilengkapi dengan fruit loading crane yang digerakan secara hidrolik
untuk memuat buah ke lori dengan kapasitas 4 ton TBS/menit yang berjumlah 10
pintu. Jumlah lori yang ada di stasiun sterilisasi PMKS PT EMAL sebanyak 15
lori, dan terdapat 2 sterilizer yang mampu merebus TBS dengan kapasitas rebusan
90 ton TBS/jam. Lama perebusan TBS yaitu sekitar 60 menit dengan suhu 120° C
dan bertekanan 2.5-3 kg/cm². Makin padat TBS yang direbus di dalam sterilizer
maka waktu perebusan akan bertambah sekitar 5-10 menit. Sistem perebusan yang
dipakai di stasiun ini adalah sistem perebusan triple peak yaitu sistem perebusan
yang menggunakan 3 titik puncak tekanan karena pada sistem ini hasil perebusan
akan lebih baik. Sterilizer cage atau lori yang digunakan berkapasitas 15 ton TBS.
Tujuan dari perebusan dengan sterilizer ini adalah untuk mempermudah
lepasnya brondolan dari janjang buah dan menghentikan kinerja enzim lipase dan
mikroba yang dapat meningkatkan kandungan ALB. Perebusan dalam sterilizer
ini adalah saat yang paling menentukan rendemen pengolahan buah kelapa sawit
menjadi CPO karena perebusan dan injeksi uap akan menentukan kualitas
pemipilan buah di thresher. Untuk mengefisiensikan kinerja dan mempertahankan
rendemen, air kondensat hasil dari injeksi uap pada saat sterilizer bekerja akan
ditampung pada recovery tank yang nantinya akan dilakukan pengutipan minyak
pada sisa yang terbawa air saat uap panas diinjeksikan ke dalam buah. Berikut ini
adalah Gambar 8 yang menunjukan stasiun sterilizer dan proses perebusan pada
stasiun sterilisasi.
(A) (B)
Gambar 8. (A) Stasiun Sterilizer & (B) Hoisting Crane untuk Mengeluarkan Buah
49
(d) Pengolahan CPO
Setelah direbus di sterilizer, maka tandan buah diangkat dengan alat
mekanis hoisting crane dan dijatuhkan ke tempat penampungan buah (tipler) dan
selanjutnya diatur masuk secara berkesinambungan ke mesin perontok buah
(thresher) dengan menggunakan dua fruit elevator. Mesin perontok buah ini
adalah drum yang berputar dengan kecepatan 23-25 rpm yang akan memisahkan
buah dari janjangnya. Mesin perontok buah ini ada 3 unit dan masing-masing
berkapasitas 20 ton volume TBS. Setelah buah terpisah dengan gaya sentrifugasi
maka buah akan masuk ke dalam bottom fruit conveyor dan akan dibawa ke
digester oleh dua fruit elevator untuk proses pelumatan. Janjang yang menjadi
limbah dalam proses ini akan masuk ke incinerator melalui bunch elevator dan
akan dibakar menjadi abu janjang.
Buah yang masuk ke dalam digester akan mengalami proses pelumatan
sehingga daging buah kelapa sawit akan terlepas dari inti kelapa sawit. Digester
merupakan alat untuk melumatkan buah yang didalamnya terdapat tabung dengan
enam buah stiring arm dan berputar berlawanan arah (seperti blender) sehingga
daging buah akan langsung tercacah. pada proses pelumatan ini minyak kelapa
sawit mulai keluar bersamaan dengan pasir, kotoran, air dan fiber halus yang
merupakan serpihan dari daging buah. Minyak yang keluar dialirkan ke crude oil
tank yang selanjutnya akan mengalami proses pemurnian minyak. Digester yang
ada di pabrik ini berjumlah 5 unit dengan kapasitas masing-masing unit sebesar 15
ton buah/jam. Proses mengalirnya minyak ke crude oil tank harus diawasi dengan
seksama, karena apabila minyak tersendat dengan menumpuknya serat fiber,
minyak akan melumasi stiring arm dan proses pelumatan akan terganggu dan
tidak berjalan dengan sempurna. Proses pelumatan ini dijalankan dengan tekanan
uap 3 kg/cm².
Tepat di bawah digester terdapat screw press yang berfungsi untuk
mengempa minyak dari daging buah. Alat ini terdiri dari satu buah silinder yang
di dalamnya terdapat dua buah screw yang berputar berlawanan arah, serta
terdapat dua buah cone yang mengatur tekanan pada pengempaan. Proses
pengempaan ini dilakukan dengan tekanan 50-60 Bar dan air yang bersuhu 90-95
°C. air yang digunakan dalam proses ini dipertahankan sebanyak 7 % dari volume
50
total buah yang diolah. Dari screw press minyak masuk ke crude oil tank,
sedangkan biji dan ampas, akan masuk ke dalam cake brake conveyor.
Pada crude oil tank minyak dialirkan ke oil gutter untuk diendapkan dari
kotoran yang masih terdapat di dalam minyak kasar ini. Selanjutnya minyak yang
berada di atas oil gutter akan dipompakan ke sand trap tank yang berfungsi untuk
memisahkan pasir dan cairan minyak kasar yang berasal dari screw press. Pasir
yang terpisah akan masuk ke recovery tank dan minyak akan mengalir ke
vibrating screen.
Vibrating screen adalah saringan yang bergetar yang berfungsi untuk
memisahkan minyak dari kotoran padat yang lebih halus. Saringan ini terdiri dari
dua tingkat saringan dengan kerapatan yang berbeda, yaitu 20 mesh pada tingkat
atas dan 40 mesh yang dipasang di tingkat bawah. Minyak yang mengalir dari
vibrating screen akan kembali disaring dengan vibrating screen unit kedua
dengan kerapatan yang lebih kecil yaitu 30 Mesh dan 60 Mesh. Kemudian minyak
akan masuk ke dalam clarifier tank atau setling tank yang berfungsi untuk
memisahkan minyak dengan menggunakan gaya gravitasi, sehingga minyak kasar
yang masuk ke clarifier tank akan terpisah menjadi 3 bagian, minyak murni akan
berada di lapisan teratas, air akan berada di tengah lapisan dan kotoran akan
mengendap di bawah clarifier tank. Dari sini minyak murni akan dipompakan ke
Clean Oil Tank, di atas COT akan ada vacum drier yang berfungsi untuk
memisahkan sisa-sisa air dari seluruh proses pemurnian minyak dengan cara
penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dengan tiga tingkat
steam injector. Minyak yang telah benar-benar murni akan langsung dialirkan ke
Storage Oil Tank. Alat yang digunakan secara terperinci dapat dilihat pada
Gambar 9.
(A) (B)
Gambar 9. (A) Clarifier Tank dan Clean Oil Tank, (B) Digester dan Screw Press
51
(e) Pengolahan Inti Kelapa Sawit
Setelah proses pengempaan dan pelumatan di bagian screw press dan
digester, buah terpisah dari inti dan serat fiber kasar. Inti kelapa sawit dan serat
fiber kasar ini akan masuk ke alat pemecah ampas kempa (Cake Brake Conveyor)
untuk dipisahkan dan dipecahkan. Setelah dipecahkan dan pisahkan, padatan inti
kelapa sawit dan serat kasar fiber akan masuk ke alat depericarper. Depericarper
adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji serta membersihkan biji dari sisa-
sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari kolom pemisah
(separating column) dan drum pemolis (polishing drum). Sistem pemisahan
terjadi karena hampa udara di dalam separating column yang disebabkan oleh
hisapan blower. Ampas kering dengan berat jenis lebih rendah akan terhisap ke
dalam fiber cyclone dan melalui air lock ampas kering ini akan masuk ke dalam
konveyor bahan bakar untuk menjadi bahan bakar untuk pemanasan air pada
sistem tenaga pendukung pabrik. Biji dengan berat jenis lebih besar akan jatuh ke
bawah polishing drum. Polishing drum berputar dengan kecepatan 32 rpm. Akibat
adanya putaran ini, terjadi gesekan antara biji dan dinding polishing drum yang
menyebabkan serabut terlepas dari biji.
Biji dari polishing drum akan jatuh di nut elevator dan akan diantarkan ke
nut silo. Alat-alat ini terdiri dari timba-timba yang diikatkan pada rantai dan
digerakan oleh electromotor dan berputar tegak (vertikal). Nut silo adalah alat
yang digunakan untuk pemeraman biji, yang selanjutnya apabila biji telah kering
akan di pecah di nut creaker. Pada alat ini kadar air yang terkandung di dalam biji
akan dikurangi hingga 9 % dengan cara meniupkan udara panas yang dialirkan
melalui heating element agar biji dapat dipecahkan dengan sempurna dan inti
mudah lepas dari cangkang. Dari sini biji akan masuk nut grading drum yang
akan memisah biji menurut besarnya diameter biji agar biji yang masuk ke dalam
pemecah diusahakan merata diameternya. Nut Grading Drum adalah tabung yang
berputar, yang dilengkapi dengan lubang-lubang perforasi yang besarnya
disesuaikan dengan histogram. Biji dari nut grading drum diantarkan ke ripple
mill melalui konveyor, setelah sampai disini biji dipecahkan dalam rotor yang
berputar dengan kecepatan 1 000-1 500 rpm di dalam stator.
52
Untuk pemisahan craker mixture terdapat dua cara yang dilakukan, cara
yang pertama adalah dengan prinsip gravitasi dengan kisi-kisi yang bergetar. Di
dalam alat ini cangkang dan inti kelapa sawit ini akan masuk ke vibrating screen
untuk dilakukan pemisahan. Cara yang kedua, ialah dengan pemisahan inti dengan
sistem basah hydrocyclone dengan menggunakan Kalsium karbonat (CaCO3).
Penggunaan Kalsium karbonat sebanyak 0.8 % ton TBS yang diolah. Campuran
inti dan cangkang dicampurkan dengan Kalsium karbonat, nantinya akan
diperoleh inti tenggelam di dalam larutan dan cangkang mengambang di atas
larutan.
Inti kelapa sawit yang telah dipisahkan dari cangkangnya dikeringkan di
kernel silo hingga kadar air hingga 4 %. Pengeringan dilakukan dengan udara
yang dihembuskan oleh blower melalui heating element. Kemudian inti yang telah
kering diturunkan melalui shaking grade ke dry kernel conveyor lalu diantarkan
ke palm kernel tank. Alat yang digunakan secara terperinci dapat dilihat pada
Gambar 10.
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 10. (A) Polishing Drum, (B) Tatanan Hydrocyclone dan Vibrating
Screen, (C) Dry Kernel Conveyor dan (D) Palm Kernel Tank
53
(f) Fasilitas pendukung pabrik
Dalam sistem pendukung pabrik terdapat sistem pemurnian air dan suplai
tenaga pabrik yang harus diperhatikan karena dua hal tersebut menyangkut kinerja
pabrik secara keseluruhan. Apabila satu hal mengalami gangguan, maka kinerja
pabrik akan terganggu stabilitasnya.
Sistem permunian air pada PMKS PT EMAL memiliki kapasitas total 60
ton/jam sesuai dengan kapasitas olah pabrik yang diusahakan. Air yang dipompa
dari waduk akan dimasukan ke clarifier tank dengan kapasitas 120 ton untuk
diendapkan sementara waktu. Kemudian air akan dialirkan ke tanki pemisah
dengan kapasitas 80 ton, di dalam tanki pemisah ini air akan dicampur dengan
bahan kimia ramah lingkungan yaitu: Alumunium sulfat (AlSO4), sodium
aluminat dan bahan kimia polimer. Alumunium sulfat (AlSO4) sendiri berfungsi
untuk memisahkan air dari kotoran. Dosis yang digunakan untuk bahan kimia
tersebut adalah 30 kg/20 jam olah untuk 40 m3/jam air. Sodium aluminat
berfungsi untuk menstabilkan pH air dengan dosis 50 kg/20 jam olah pabrik.
Bahan kimia polimer ramah lingkungan digunakan untuk mengikat kotoran pada
air dengan dosis pakai sebanyak 3.5 kg/ 20 jam olah pabrik. Setelah bersih dari
kotoran air dialirkan ke dua tanki penjernih yang bekerja dengan prinsip pasir
kuarsa dengan kapasitas masing-masing tanki sebanyak 40 ton/jam. Setelah air
jernih, air akan dialirkan ke 2 tanki penampungan akhir dengan kapasitas masing-
masing tanki 40 ton. Tanki yang pertama untuk kebutuhan air umpan boiler dan
tanki yang kedua untuk kebutuhan rumah tangga serta emplasment PMKS PT
EMAL. Alat yang digunakan secara terperinci dapat dilihat pada Gambar 11.
(A) (B)
Gambar 11. (A) Clarifier Tank dan Tanki Penampungan Sementara, serta (B)
Tanki Penjernih Air
54
Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk pengolahan dengan
kemurnian yang memenuhi persyaratan air minum. Setelah air dijernihkan, air
untuk umpan boiler akan dipompakan ke boiler. Prinsip kerja yang digunakan
dengan mengalirkan air ke Demineralizer yang berada di atas tanki air umpan
boiler. Demineralizer ini berfungsi untuk menempatkan resin sebagai ikatan untuk
kation dan anion yang ada di dalam air sehingga air yang dihasilkan yang masuk
ke boiler adalah air murni. Prinsip kerja sederhana boiler adalah mengalirkan air
di dalam pipa yang dipanaskan hingga mencapai suhu 600 °C. Namun, tidak
semua panas diabsorpsi air yang berada di dalam pipa, suhu air di dalam pipa
berkisar diantara 200-210 °C. Sebenarnya terdapat dua skema pembentukan uap
pada boiler yaitu pembentukan uap jenuh dan pembentukan uap kering.
Pembentukan uap kering ini dilakukan saat uap jenuh yang bersuhu 205 °C
dialirkan ke pipa super heated yang bersuhu 600 °C sehingga uap yang dihasilkan
bersuhu 320 °C. Uap yang dihasilkan dipompakan ke steam accumulator sebagai
wadah penampungan terakhir sebelum uap dialirkan keseluruh unit yang
melakukan proses pengolahan TBS di pabrik. Alat yang digunakan secara
terperinci dapat dilihat pada Gambar 12.
(A) (B)
Gambar 12. (A) Alat Demineralizer, serta (B) Steam Accumulator
55
Aspek Manajerial
Manajemen Kebun Tingkat Non Staf
Kegiatan non staf meliputi kegiatan teknis di lapangan dan administrasi
kebun. Kegiatan ini dilakukan oleh Krani Divisi pada tingkat Divisi dan Clief
Clerk yang bertugas mengurus administrasi keseluruhan kebun. Untuk
mempelajari aspek manajerial tingkat non staf, penulis bertugas sebagai
pendamping Mandor dan pendamping Krani Divisi di bawah bimbingan asisten
divisi.
(a) Pendamping mandor
Pada saat magang, penulis berstatus sebagai pendamping mandor antara
lain mandor pupuk, mandor Upkeep/Perawatan dan mandor panen. Selama
menjadi pendamping mandor, penulis bekerja mendampingi mandor, membantu
tugas mandor dan menjadi supervisi dari setiap kemandoran.
(1) Pendamping Mandor Perawatan
Mandor upkeep/perawatan memiliki tugas bertanggung jawab pada
kegiatan pemeliharaan tanaman termasuk ke dalamnya yaitu pemupukan dan
penyemprotan. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk organik dan anorganik.
Selama menjadi pendamping mandor penulis mempelajari tugas-tugas mandor
seperti mengetahui rekomendasi perusahaan tentang dosis pemakaian pupuk dan
pemakaian herbisida untuk penyemprotan, mengetahui dan menghitung luasan
aplikasi pupuk dan herbisida per hari, mengetahui dosis dan konsentrasi herbisida
yang digunakan dan mengetahui rencana kegiatan yang dibuat oleh asisten divisi.
Mandor upkeep/perawatan juga melakukan pengawasan untuk setiap kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan dan melaporkan seluruh kegiatan tersebut ke asisten
divisi serta mengisi buku kerja mandor.
(2) Pendamping mandor panen
Panen merupakan kegiatan yang penting dalam perkebunan. Peran aktif
mandor sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi yang maksimal. Mandor
panen harus mengetahui rotasi panen, angka kerapatan panen, dapat menghitung
kebutuhan angkutan panen, blok yang dipanen, kapel panen dan menghitung
tenaga kerja yang diperlukan untuk pemanenan. Pada saat di lapangan, mandor
panen harus bisa mengawasi penyusunan pelepah, pengutipan brondolan,
56
prunning, dan pengangkutan serta penyusunan buah di TPH. Seluruh pekerjaan
harus direkam pada buku kegiatan mandor yang selanjutnya akan dilaporkan ke
asisten divisi agar menjadi dasar perhitungan upah untuk setiap pekerja.
Manajemen Kebun Tingkat Staf
Pengelolaan kebun tingkat staf dilakukan oleh EM dan asisten divisi. EM
bertanggung jawab baik secara teknis dan administratif. EM memberikan instruksi
pelaksanaan kegiatan, mengkoordinasi manajemen tenaga kerja dan mengevaluasi
seluruh kegiatan kebun. Dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan EM dibantu oleh
asisten divisi yang bertanggung jawab mengelola Divisi masing-masing.
Asisten divisi harus membuat rencana anggaran dan kegiatan yang
dilakukan selama satu bulan kedepan. Asisten juga diharuskan dapat membuat
perencanaan kegiatan harian dan pengalihan kegiatan harian yang bersifat
insidental. Asisten divisi harus mengawasi dan bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan struktural dan fungsional yang ada di Divisi masing-masing
sehingga bila ada kendala yang terjadi, asisten divisi bisa langsung mengatasinya
agar tidak ada stagnasi terhadap kegiatan di lapangan dan dapat mencari solusi
yang terbaik dari masalah yang dihadapi oleh Divisi.