bab v pbl terminal.doc
TRANSCRIPT
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Telah dilaksanakan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan
dengan insidensi kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Terminal Banjarmasin
periode September 2015 dengan sampel penelitian sebanyak 30 orang. Cara
pemilihan subjek penelitian berdasarkan pada ibu hamil yang datang ke
Puskesmas Terminal pada bulan September dan memenuhi kriteria inklusi.
Data yang dikumpulkan adalah hasil dari wawancara terstrukur (kuesioner)
tingkat pengetahuan tentang insidensi kehamilan risiko tinggi di Puskesmas
Terminal Banjarmasin bulan September 2015, dan didapatkan data sebagai
berikut:
1. Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan
Gambar 5.1. Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Umur di Puskesmas Terminal Banjarmasin
Dari gambar di atas diketahui bahwa responden yang berumur kurang dari 20
tahun sebanyak 3 orang (10%), sedangkan responden yang berumur 20-35 tahun
35
sebanyak 22 orang (73,3%), dan responden yang berumur lebih dari 35 tahun
sebanyak 5 orang (16,7%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
usia responden sebagian besar dalam kategori reproduksi sehat, namun masih
terdapat 8 orang dalam kelompok risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun).
Gambar 5.2. Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas Terminal Banjarmasin
Dari gambar di atas diketahui bahwa responden yang berpendidikan SD
sebanyak 9 orang (30%), responden yang memiliki pendidikan SMP sebanyak 11
orang (36,7%), responden yang berpindidikan SMA sebanyak 6 orang (20%), dan
responden yang berpendidikan Akademi/ PT sebanyak 4 orang (13,3%).
36
Gambar 5.3. Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Terminal Banjarmasin
Dari gambar di atas diketahui bahwa responden yang bekerja sebagai PNS
sebanyak 1 orang (3,3%), responden yang bekerja wiraswasta sebanyak 2 orang
(6,7%), responden yang tidak bekerja/ IRT sebanyak 27 orang (90%), dan tidak
ada yang bekerja sebagai petani/buruh.
2. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil, Insidensi Kehamilan Risiko Tinggi, dan Faktor Risiko Kehamilan Risiko Tinggi
Gambar 5.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Terminal Banjarmasin
37
Dari gambar di atas diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan
baik sebanyak 5 orang (16,7%), responden yang memiliki pengetahuan cukup
sebanyak 13 orang (43,3%), dan responden yang memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 12 orang (40%).
Gambar 5.5. Distribusi Insidensi Kehamilan Risiko Tinggi di Puskesmas Terminal Banjarmasin
Dari gambar di atas diketahui bahwa karakteristik kehamilan responden yang
risiko tinggi sebanyak 13 orang (43,3%), sedangkan responden yang tidak risiko
tinggi 17 orang (56,7%). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak
perbedaan yang signifikan antara responden dengan risiko tinggi dan responden
tanpa risiko.
38
Gambar 5.6. Distribusi Kehamilan Risiko Tinggi Berdasarkan Faktor Risiko di Puskesmas Terminal Banjarmasin
Dari gambar di atas diketahui bahwa faktor risiko kehamilan risiko tinggi
yang berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 5 orang (38,5%), berusia kurang dari
20 tahun sebanyak 3 orang (23,1%), jarak kehamilan kurang dari dua tahun
sebanyak 2 orang (15,3%), jumlah anak lebih dari empat orang sebanyak satu
orang (7,7%), riwayat Hipertensi sebanyak satu orang (7,7%), dan bekas sectio
caesarea sebanyak satu orang (7,7%).
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Insidensi Kehamilan Risiko Tinggi
Tabel 5.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Insidensi Kehamilan Risiko Tinggi di Puskesmas Terminal Banjarmasin
Insidensi Kehamilan Tingkat Pengetahuan TotalBaik Cukup Kurang
Kehamilan Risiko Tinggi
0 (0%) 5 (38,5%) 8 (61,5%) 13 (100%)
Kehamilan Tidak Risiko Tinggi
5 (29,4%) 8 (47,1%) 4 (23,5%) 17 (100%)
Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 13 responden dengan risiko tinggi
didapatkan 5 orang dengan tingkat pengetahuan cukup (38,5%), dan 8 orang
39
dengan tingkat pengetahuan kurang (61,5%) dan tidak ada yang berpengetahuan
baik. Dari 17 responden dengan tidak risiko tinggi didapatkan 5 orang dengan
tingkat pengetahuan baik (29,4%), 8 orang dengan tingkat pengetahuan cukup
(47,1%), dan 4 orang dengan tingkat pengetahuan kurang (23,5%).
Gambar 5.7. Distribusi Kehamilan Risiko Tinggi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Puskesmas Terminal Banjarmasin.
Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan insidensi kehamilan
risiko tinggi di Puskesmas Terminal diketahui dengan menguji hipotesis tersebut
menggunakan chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil
analisis didapatkan nilai p=0.037 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan insidensi kehamilan risiko tinggi di
Puskesmas Terminal Banjarmasin Periode September 2015.
B. Pembahasan
40
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Adhe Indah
(2013) yang mendapatkan sebanyak 7 responden (22,6%) memiliki pengetahuan
baik, 17 responden (54,8%) memiliki pengetahuan cukup, dan 7 responden
(22,6%) memiliki pengetahuan kurang. Penelitian lain yang dilakukan Maharista
(2014) mendapatkan 3 (8,9%) responden memiliki pengetahuan baik, 25
responden memiliki pengetahuan cukup (71,1%), dan sebanyak 7 responden
(20%) memiliki pengetahuan kurang. Penelitian lain yang dilakukan Riana
(2014) di Banyumas menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang risiko tinggi
dengan p= 0,028 (p<0,05) (20).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia 20-
35 tahun sebanyak 22 orang (73,3%). Dengan rentang usia tersebut seharusnya
responden sudah mampu secara baik untuk mengembangkan pengetahuannya
sendiri termasuk pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi. Menurut
Notoatmodjo (2010) usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang, semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Tetapi di dalam penelitian ini responden hanya mampu
mengembangkan pikirannya dalam kategori cukup sehingga tidak sesuai dengan
teori yang ada. Menurut Mubarok (2007) pada dasarnya usia dapat melatar
belakangi penentuan perilaku (melakukan pemeriksaan kehamilan), misal wanita
muda <20 tahun berbeda sikap dan perilakunya dibandingkan wanita dewasa. Hal
ini disebabkan oleh umur yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak
41
sehingga pengetahuannya pun semakin baik terhadap kehamilan risiko tinggi
(20,21).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pendidikan SMP yaitu sebanyak 11 orang (36,7%). Menurut Mubarok (2007)
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah
menerima informasi, sehingga semakin banyak pengetahuan yang diterimanya.
Namun sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap informasi dan hal-hal yang baru. Tinggi
rendahnya kemampuan berpikir dan pola pikir seseorang dipengaruhi oleh
pengetahuan yang diperoleh melalui jenjang pendidikan formal maupun non
formal (20,22).
Dari hasil penelitain ini didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak
bekerja/ ibu rumah tangga yaitu sebanyak 27 orang (90%). Menurut Notoatmodjo
(2010) yaitu status sosial ekonomi dan budaya berpengaruh terhadap status
perilaku kesehatan seseorang. Dengan kata lain, pekerjaan seseorang berpengaruh
terhadap pengetahuan seseorang. Contoh: seorang ibu yang bekerja di sektor
formal memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi termasuk kesahatan
(21,22).
Dari hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan ibu hamil dengan insidensi kehamilan risiko tinggi (p=0,03 atau
p<0,05), dan didapatkan 8 orang (61,5%) dengan kehamilan risiko tinggi memiliki
tingkat pengetahuan kurang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
Laurence Green, dimana kesehatan individu maupun masyarakat dipengaruhi oleh
42
2 faktor yaitu perilaku dan nonperilaku. Faktor perilaku sendiri dibentuk dari 3
faktor, antara lain: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong.
Faktor predisposisi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, keyakinan/ kepercayaan,
dan tradisi. Dimana apabila seseorang memiliki pengetahuan yang lebih tentang
risiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk
mencegah, menghindari atau mengatasi masalah kehamilan risiko tinggi tersebut
dan begitupun sebaliknya. Ibu dengan pengetahuan tinggi memiliki wawasan yang
lebih luas sehingga cenderung lebih mampu menjaga dirinya selama kehamilan.
Sebaliknya, pada penelitian ini, ibu hamil dengan kehamilan risiko tinggi sebagian
besar memiliki tingkat pengetahuan kurang, hal ini kemungkinan diakibatkan
kurangnya penyerapan dan penerapan informasi-informasi yang diberikan selama
ANC (18).
C. Manajemen Pemecahan Masalah
1. Analisis situasi
Berdasarkan hasil penelitian diatas, terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan ibu hamil dengan insidensi kehamilan risiko tinggi di
Puskesmas Terminal. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan analisis masalah
untuk mencari alternatif pemecahan masalah tersebut. Analisis masalah disajikan
dalam problem tree di bawah ini.
43
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Gambar 5.8. Problem Tree Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Insiden Kehamilan Risiko Tinggi di Puskesmas Terminal Banjarmasin
44
Insidensi Kehamilan Risiko Tinggi
Dapat Dimodifikasi
Pengetahuan
Budaya
Kepercayaan
Tidak Dapat dimodifikasi
Genetik
Etnis
Bermakna
Umur
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Pada tabel 5.2 dapat dilihat penyebab masalah beserta alternatif pemecahan
masalahnya.
Tabel 5.2. Alternatif Pemecahan Masalah Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kehamilan Risiko Tinggi di Puskesmas Terminal Banjarmasin
No.Sumber Masalah
Masalah yang ditimbulkanAlternatif Pemecahan
Masalah
1 PengetahuanKurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya kehamilan dengan risiko tinggi
Melakukan penyuluhan tentang bahaya kehamilan risiko tinggi pada wanita usia subur
2 BudayaBudaya masyarakat yang terbiasa menikah di usia muda
Melakukan penyuluhan untuk masyarakat yang menikah muda agar masyarakat menunda kehamilan
3 Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat yang masih percaya dengan “banyak anak banyak rezeki” sehingga masih banyak yang menginginkan untuk hamil pada usia tua
Melakukan penyuluhan tentang KB dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk mempromosikan KB
3. Prioritas Masalah dan Pemecahan Masalah
Untuk menentukan prioritas pemecahan masalah di atas dapat ditentukan
dengan menggunakan kriteria pemecahan masalah menurut metode Paho-Cendes
yaitu:
a. Besarnya Masalah (Magnitude)
Adalah besarnya pengaruh masalah terhadap derajat kesehatan yang
mencakup seberapa banyak penduduk atau masyarakat yang terkena
dampak. Diberi skor 1-5 yaitu :
1) Hanya sebagian kecil masyarakat
2) Sebagian kecil masyarakat
3) Hanya sebagian besar masyarakat
45
4) Sebagian besar masyarakat
5) Hampir seluruh masyarakat
b. Seberapa jauh masalah dapat diselesaikan (Vunerability)
Adalah tersedianya suatu cara atau metode untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Diberi skor 1-2 yaitu:
1) Tidak ada cara yang efektif
2) Ada cara yang efektif
c. Derajat kepentingan diselesaikannya masalah (Importancy)
Adalah besarnya kepentingan terhadap derajat kesehatan masyarakat apabila
masalah dapat diselesaikan. Diberi skor 1-5 yaitu:
1) Tidak ada kepentingan
2) Kepentingannya sangat rendah
3) Kepentingannya cukup rendah
4) Kepentingannya cukup tinggi
5) Kepentingannya sangat tinggi
d. Biaya (Cost)
Adalah biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Diberi
skor 1-5 yaitu:
1) Biaya yang diperlukan sangat banyak
2) Biaya yang diperlukan banyak
3) Biaya yang diperlukan cukup banyak
4) Biaya yang diperlukan sedikit
5) Tidak perlu biaya
46
Berdasarkan faktor-faktor diatas dapat ditentukan prioritas pemecahan masalah
sebagai berikut:
Tabel 5.3. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kehamilan Risiko Tinggi di Puskesmas Terminal
No Alternatif Pemecahan MasalahKriteria
Nilai komposit Ranking
PrioritasM V I C MIVC
1.Melakukan penyuluhan tentang bahaya kehamilan risiko tinggi pada wanita usia subur
4 2 4 2 64 I
2.
Melakukan penyuluhan untuk masyarakat yang menikah muda agar masyarakat menunda kehamilan
2 2 3 3 36 III
3.
Melakukan penyuluhan tentang KB dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk mempromosikan KB
3 2 4 2 48 II
Berdasarkan hasil pembobotan dari tabel di atas, maka prioritas alternatif
pemecahan masalah tentang upaya menurunkan kejadian kehamilan risiko tinggi
hipertensi adalah melakukan penyuluhan tentang bahaya kehamilan risiko tinggi
pada semua wanita usia subur untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang kehamilan risiko tinggi.
4. Usulan Intervensi
Untuk menurunkan insidensi kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Terminal
yang masih tinggi adalah dengan cara penyuluhan kepada wanita usia subur.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang definisi, gejala, faktor risiko,
pencegahan, dan komplikasi dari kehamilan risiko tinggi dapat dilakukan dengan
47
penyuluhan kelompok. Penyuluhan kelompok dapat dilakukan puskesmas dengan
cara memadukan dengan kegiatan-kegiatan masyarakat seperti majelis taklim,
pengajian, kegiatan PKK, dan kegiatan di kecamatan sehingga kesulitan
puskesmas dalam mengumpulkan masyarakat dapat teratasi.
Dalam melakukan penyuluhan mengenai kehamilan risiko tinggi, diperlukan
kerja sama lintas sektor antara Bidan dengan Petugas Promosi Kesehatan
(Promkes).
Kegiatan Penyuluhan Mengenai Bahaya Kehamilan Risiko Tinggi Pada Wanita Usia Subur
1. Planning
a. Jenis kegiatan :
- Penyuluhan tentang bahaya kehamilan risiko tinggi pada wanita usia subur.
- Himbauan bagi wanita usia subur untuk mencegah terjadinya kehamilan risiko
tinggi.
b. Tujuan :
Memberikan pengetahuan kepada wanita usia subur mengenai definisi, gejala,
faktor risiko, pencegahan, dan komplikasi dari kehamilan risiko tinggi.
c. Sasaran :
Seluruh wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Terminal.
d. Target
Wanita usia subur mengerti definisi dan bahaya kehamilan risiko tinggi.
e. Metode :
Penyuluhan secara langsung dan tanya jawab
48
2. Organizing
a. Penyelenggara Kegiatan :
1. Penanggung jawab acara: Kepala Puskesmas Terminal Banjarmasin
a. Bertanggung jawab terhadap seluruh proses kegiatan
b.
2. Ketua acara: Bidan penanggung jawab
a. Mengkoordinasi anggota dalam pelaksanaan kegiatan
b. Mengawasi kegiatan pelaksanaan agar sesuai rencana
c. Memberikan arahan teknis kepada seluruh pelaksana kegiatan
d.
3. Sekretaris : Bidan penanggung jawab
a. Membuat perangkat administrasi yang dibutuhkan
b. Mengatur jadwal kegiatan acara
c. Mencatat hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan acara
d. Membuat laporan kegiatan
4. Bendahara: petugas puskesmas
a. Mencatat laporan keuangan yang masuk dan keluar
b. Mencatat kebutuhan kegiatan
c. Mengeluarkan anggaran untuk kegiatan
d.
5. Seksi acara: pemegang program/petugas posyandu/kader
a. Mengatur pelaksanaan acara
49
b. Mengumpulkan peserta kegiatan
c. Menunjuk narasumber
d. Menyediakan poster/leaflet dan membagikan pada peserta
e. Mengkondisikan peserta agar tetap berjalan sesuai petunjuk teknis acara
f. Memantau perkembangan peserta dalam setiap sesi acara
g. Melakukan penilaian/evaluasi terhadap peserta pada akhir kegiatan
6. Seksi perlengkapan: petugas posyandu/kader
a. Menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan
b. Mempersiapkan sarana sebelum acara dimulai
c. Membereskan dan merapikan perlengkapan setelah sesi acara selesai
d.
7. Seksi konsumsi: petugas posyandu/kader
a. Menyediakan konsumsi untuk peserta
b.
3. Actuating
a. Waktu :
Bulan Oktober 2015
b. Tempat :
Seluruh posyandu balita, ibu hamil, dan kelas ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Terminal
c. Materi :
-Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang membawa ancaman bagi
50
jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayinya.
Yang disebut kehamilan risiko tinggi:
1. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun
3. Jumlah anak lebih dari 4
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm
5. Riwayat keguguran, IUFD, dan prematur.
6. Riwayat operasi Caesar
7. Kehamilan dengan penyakit (anemia, hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, penyakit paru, penyakit hepar).
Faktor-faktor yang mempengaruhi insidensi kehamilan risiko tinggi:
Faktor Perilaku
Lingkungan
Pelayanan Kesehatan
Komplikasi dari kehamilan risiko tinggi
1. Keguguran
2. Kematian Janin
3. Perdarahan
4. Kematian Ibu
Mencegah kehamilan risiko tinggi:
1. Menunda kehamilan apabila kurang dari 20 tahun
2. Menggunakan KB
3. ANC Rutin
51
d. Metode Penyuluhan
Selama ini penyuluhan yang biasa dilakukan cenderung monoton sebagian
peserta penyuluhan pasif dan yang aktif hanya penyuluh saja. Akan lebih baik
metode yang digunakan lebih variatif, sehingga target penyuluhan dapat
tercapai, sebelum melakukan penyuluhan diberikan pertanyaan berisikan
pertanyaan-pertanyaan umum tentang kehamilan risiko tinggi data yang
diperoleh bisa dijadikan acuan untuk penyuluhan selanjutnya. Setelah penyuluh
memberikan materi, penyuluh akan memberikan pertanyaan kepada peserta,
bagi perserta yang dapat nilai tertinggi diberikan hadiah berupa jam dinding.
e. Alat bantu :
Mikrofon, LCD, leaflet dan poster tentang Kehamilan Risiko Tinggi
f. Pelaksana :
Petugas Promosi Kesehatan, Bidan, Petugas Posyandu, dan Kader
j. Dana:
Dana operasional dari APBD dan dana proyek peningkatan kesehatan
masyarakat (PPKM).
4. Controlling
1. Jangka Pendek
- Dapat dilakukan melalui evaluasi jumlah kader dan masyarakat yang hadir
berpartisipasi. Jumlah kader yang datang harus >90 %. Jumlah masyarakat
minimal 50 orang.
- Dapat dilakukan melalui pretest dan postest di akhir acara, apakah peserta
52
kegiatan dapat menangkap dan memahami isi kegiatan. Keberhasilan dilihat
dari meningkatnya nilai postest dari pada prestest. Nilai postest minimal 60.
- Mengevaluasi kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan waktu yang
ditentukan. Waktu harus sesuai dengan jadwal yang ditentukan, boleh telat
maksimal 10 menit.
Mengevaluasi kesesuaian kegiatan penyuluhan dengan sasaran.
- Mengevaluasi ketepatan sumber daya manusia yang ditugaskan untuk melakukan
penyuluhan. Dilihat dari kinerja dari masing-masing panitia. Tugas 100% harus
dikerjakan.
2. Jangka Panjang
Insidensi kehamilan risiko tinggi di wilayah kerja puskesmas Terminal
Banjarmasin menurun.
53
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Sebanyak 3 responden (10%) berusia kurang dari 20 tahun, 22 responden
(73,3%) berusia 20-35 tahun, dan 5 responden (16,7%) yang berusia lebih
dari 35 tahun.
2. Sebanyak 9 responden (30%) berpendidikan SD, 11 responden (36,7%)
berpendidikan SMP, 6 responden (20%) berpendidikan SMA, dan 4
responden (13,3%) berpendidikan Akademi/ PT.
3. Sebanyak satu responden (3,3%) bekerja sebagai PNS, 2 responden (6,7%)
bekerja sebagai wiraswasta, dan 27 responden (90%) tidak bekerja/ ibu
rumah tangga.
4. Sebanyak 5 responden (16,7%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik,
13 responden (43,3%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup, 12
responden (40%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.
5. Sebanyak 13 responden memiliki risiko tinggi kehamilan, dan 17
responden yang bukan risiko.
6. Dari 13 responden dengan risiko tinggi didapatkan 5 orang dengan tingkat
pengetahuan cukup (38,5%), dan 8 orang dengan tingkat pengetahuan
kurang (61,5%) dan tidak ada yang berpengetahuan baik. Dari 17
responden dengan tidak risiko tinggi didapatkan 5 orang dengan tingkat
54
pengetahuan baik (29,4%), 8 orang dengan tingkat pengetahuan cukup
(47,1%), dan 4 orang dengan tingkat pengetahuan kurang (23,5%)..
7. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
insidensi kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Terminal Banjarmasin
Bulan September 2015 (p=0.03).
B. SARAN
1. Puskesmas Terminal Banjarmasin perlu lebih berperan aktif dalam
penyelenggaraan penyuluhan ataupun pendekatan kepada ibu-ibu maupun
para suami dalam upaya meningkatkan tingkat pengetahuan mengenai
kehamilan risiko tinggi sehingga dapat mengurangi insidensi kehamilan
risiko tinggi.
2. Membentuk kaderisasi di lingkungan masyarakat sehingga dapat
memudahkan masyarakat memperoleh informasi dan dukungan untuk
menggunakan kontrasepsi agar dapat mengurangi angka kehamilan.
3. Dilakukan kerjasama dengan para tokoh agama/masyarakat untuk
menyamakan pandangan dan persepsi dalam rangka menciptakan nilai
yang positif bagi masyarakat tentang penggunaan kontrasepsi agar dapat
mengurangi angka kehamilan.
55