bab v muatan padatan tersuspensi dan sedimentologi

Upload: yadil-amin-a-m

Post on 04-Feb-2018

276 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    1/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 117

    B B V

    Muatan Padatan Tersuspensi

    dan Sedimentologi

    5.1. Muatan Padatan Tersuspensi

    Muatan padatan tersuspensi (MPT) atau material padat tersuspensi dan melayang

    dalam kolom perairan dikenal dengan sebutan suspended solid atau suspended

    particulate matter, merupakan partikel-partikel yang melayang dalam air, terdiri dari

    komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen hayati terdiri dari fitoplankton,

    zooplankton, bakteri, fungi. Sedangkan komponen nirhayati terdiri dari cangkang

    plankton (partikel Silika), detritus dan partikel-partikel anorganik seperti cocolithophore

    dan lainnya (Hartoko.2009a dan 2009b). Keberadaan sedimen tersuspensi di perairan

    dapat berpengaruh terhadap kualitas air dan organisme akuatik, baik secara langsung

    maupun tidak langsung seperti kematian dan menurunnya produksi. Partikelpartikel

    yang tersuspensi di dalam massa air tersebut dapat membatasi nilai produktivitas primer

    perairan sebagai akibat terhambatnya penetrasi cahaya ke dalam badan air (Ritchie et

    al., 1976).

    Keberadaan muatan padatan tersuspensi dapat menyerap dan memantulkan

    spektrum radiasi cahaya tampak yang menembus ke bawah permukaan air, namun

    pengaruhnya lebih banyak bersifat sebagai pancaran balik (back scattering) sehingga

    memperlihatkan wujud air yang keruh Maeden dan Kapetsky (1991). Butler et al.(1988)

    dan Hartoko (2008) menyampaikan bahwa keberadaan partikel sedimen tersuspensi

    dalam massa air ini dapat digunakan untuk menggolongkan kekeruhan masa air laut

    sesuai warnanya ke dalam kelaskelas tertentu. Robinson (1985), menyatakan bahwa

    berdasarkan pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan, tidak ada suatu kepastianbahwa tingkat penyerapan atau pancaran balik berhubungan secara linier dengan tingkat

    keberadaan sedimen tersuspensi. Walaupun demikian, reflektansi spektral data satelit

    atau perbandingan reflektansi dapat dipakai untuk menduga parameter kualitas air

    tersebut. Cholik (1988) mengatakan bahwa kekeruhan karena plankton selama tidak

    berlebihan umumnya tidak membahayakan dalam budidaya tambak. Sedangkan

    kekeruhan karena detritus akan menganggu pernafasan. Lebih lanjut MPT berpengaruh

    pada penetrasi cahaya matahari sehingga mempengaruhi kualitas air karena

    produktivitas primer berlangsung baik jika penetrasi cahaya matahari cukup.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    2/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 118

    Gambar 5.1. Teknik pembedaan kandungan MPT (merah) dan Klorofil (hijau) di perairan

    laguna Segara Anakan, Cilacap. Data Landsat_ETM

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    3/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 119

    Gambar 5.2. Peneraan dan pengkelasan konsentrasi MPT di perairan Rembangberdasarkan nilai spektral data Landsat_ETM

    Hartoko (2008 dan 2010) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman, pengkelas

    konsentrasi padatan tersuspensi atau sedimen dapat dilakukan terutama dengan

    menggunakan Band-1 dan Band-2 data satelit Landsat_ETM seperti pada Gambar 6.1

    dan 6.2. Karena sensor pada panjang gelombang tersebut secara spesifik akan

    merekam padatan tersuspensi yang terpancar dari dalam masa air laut. Pengkelasan

    secara numerik dapat dilakukan dengan teknik atau metoda pengelompokan nilai spektraldata satelit Band-1 dan Band-2 Landsat_ETM (Gambar 6.1 dan 6.2). Namun secara hati

    hati dan cermat image-processing untuk analisa MPT harus dibedakan dan tidak keliru

    dengan nilai klorofil dalam masa air laut seperti contoh pembedaan analisa MPT dan

    klorofil di perairan laguna Segara Anakan, Cilacap seperti pada Gambar 6.1.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    4/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 120

    5.2. Sedimentologi

    Sedimen adalah sekumpulan rombakan material : batuan, mineral, dan bahan

    organik yang mempunyai ukuran butir tertentu (Pethick, 1984). Dackombe (1983),

    kebanyakan sumber dari material sedimen adalah daratan, dimana erosi dan pelapukan

    batuan berperan terhadap pengikisan daratan dan ditransportasikan ke laut. Sedimen

    pantai menurut Pethick (1984) berasal dari tiga sumber, yaitu erosi sungai, erosi pantai,

    dan erosi dasar laut, dimana pada kenyataannya justru sungai yang memberikan suplai

    yang relatif besar (kurang lebih 90%) terhadap transport sedimen yang terjadi di pantai.

    Hampir semua keping dan serpihan batu yang merupakan pecahan batu padat

    permukaan bumi mengendap di suatu tempat sebagai sedimen. Lingkungan pengendap

    berbeda satu sama lain dan sangat mempengaruhi ciri sedimen yang dihasilkan (Susanna

    1997). Lingkungan tempat pengendapan beragam dari lereng curam pegunungan,

    lembah sungai, pantai sampai dasar laut dangkal di pinggir pulau dan laut dalam.

    Sedimen laut (marine sediment) adalah termasuk bagian siklus metamorfosa dari

    partikel batuan asal, sumber, transport, sifat kimiawi, atau perubahan lain, proses

    deposisi/ pengendapan dan konsolidai (Sverdrup, et.al. 1961). Sumber sedimen dapat

    dikelompokan kedalam 6 kelompok : (1). Bahan detritus, (2). Bahan organik,(3). Bahan

    anorganik (4). Bahan anorganik (5). Transformasi kimiawi di laut (6). Bahan dari luar

    angkasa. Material Terrigenous, berasal dari proses pelapukan batuan terrigenous mulai

    dari ukuran koloida sampai batuan besar. Diantaranya terdiri dari mineral utama seperti

    quarts, mica, fieldspar, pyroxenes, amphiboles dan logam berat. Sedimen vulkanik

    biasanya adalah abu dan material lava vulkanik.

    Wibisono (2005) dan Hartoko (2010 in press), asal usul sedimen laut dapat dibedakan

    atas :

    1. Lithogenous

    Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan batuan dari daratan, lempeng kontinental

    yang berasal dari kegiatan vulkanik. Biasanya berupa batuan dan pasir berwarna

    keabuan.

    2. Biogenous

    Sedimen berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri atas remah-remah

    tulang, patahan coral, cangkang Moluska (Gastropoda dan Bivalvia), algae berkapur

    (calcareous/ coralline algae), tanaman maupun hewan mikro seperti pasir cangkang

    silica dari plankton.

    3. Produk Transformasi Kimiwawi/ Hidrogenous

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    5/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 121

    Sedimen ini berasal dari perubahan atau reaksi komponen kimia yang larut dalam air

    laut dengan konsentrasi yang tinggi sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di dasar

    laut. Diantaranya adalah butiran hitam (black magnetic spherules) yang terdiri dari

    zat besi dengan ukuran sekitar 0,2 mm.

    4. Cosmogenous

    Sedimen ini berasal dari luar angkasa dimana partikel dari benda-benda angkasa

    ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga mempunyai

    respon magnetik berukuran 10-640 meter.

    Gambar 5.3.Profil pantai dan zona hewan di wilayah pasang-surut

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    6/76

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    7/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 123

    Gambar 5.5.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    8/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 124

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    9/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 125

    Gambar 5.6.

    Gambar 5.7.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    10/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 126

    Tabel 5.1. Laju Bio-Erosi (Bioerotion Rates) di Beberapa Wilayah Pesisir di Dunia

    Wilayah

    (Locality)

    Substrat Jenis Bio-

    Erosi

    Laju-Bio Erosi Pengarang

    I.Growing reef

    Bermuda

    Bermuda

    Mariana IslandOrphege Island,

    GBR

    Florida

    Florida

    Barbados

    Barbados

    Reef

    Reef

    AtollReef

    Reef

    Reef

    Fringing

    Reef

    FringingReef

    Fish

    Bioerosion(fish,Clionids)

    FishTridacna

    crocea

    Cliona Boring

    Bioerosion,esp. Cliona

    Diaderma

    Cliona Boring

    2-3 tonnes ha a-1

    1,3 mm a-1

    1,1-1,6 tonnes m2 a-1

    100 cmm2 a-1

    746-4303 mm3

    rewored

    1 m coral head in150 years

    97 tonnes sedimentha a-1 4098

    reworked

    80-377 gm m2a-1

    Bardach,1941

    Bromley, 1978

    Cloud, 1959Hammer and

    Jones, 1976

    Hein and Risk,1973

    Hudson, 1977

    Hunter, 1977Stearn and

    Scollin, 1977Kaye, 1959

    II. Carbonate

    rocksPuorto Rico

    Read Sea

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Reeflimestone

    Coral reef

    limestone

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Intertidal

    notch retreat

    Surfacelowering

    Echinometraboring

    Aemoea

    grazing

    Lidorina ziczac

    L. meleaguis

    Nodollitorinatuberculata

    Nerita

    tesselata

    Nerita

    versicolor

    1.0 mm a-1

    Surface lowering

    Tetraclita

    squainosa, if 10-15

    years old = 1 mma-1

    4,9 cm a-1;9,96 cc

    a-1;24.0 g a-1

    1,5 mm a-10,99 cc

    a-1; 2,4 g a-1

    0,4 cm-1a-1

    0,15 cm3a-1

    0,6 cm3 a-1

    0,4 cm 3a-1

    0,8 cm3 a-1

    1,3 cm3a-1

    MacFayden,

    1930

    McLean, 1967McLean, 1967McLean, 1967

    McLean, 1967

    McLean, 1967McLean, 1967

    McLean, 1967

    McLean, 1967

    McLean, 1967

    McLean, 1967McLean, 1967

    McLean, 1967McLean, 1967

    McLean, 1967

    McLean, 1967

    Moore andShedd, 1977

    Neomann, 1964,

    Otter, 1987,McLean, 1974

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    11/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 127

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Barbados

    Heron Islands,

    GBR

    Virgin Islands

    Bermuda, GBR

    Bikini Atoll

    SW Australia

    Bermuda

    Heron Island,

    GBR

    Aldabra

    Aldabra

    Aldabra

    Aldabra

    Oman

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Beachrock

    Reeflimestone

    EolianiteBeachrock

    Beachrock

    Reeflimestone

    Iceland

    sparCalciteBeachrock

    Reeflimestone

    Reef

    limestoneReef

    limestone

    ReeflimestoneReef

    limestone

    Cinarium pica

    Acmaca

    Fissurela

    Anaciliopleura

    Chiton

    EchinometralucunterSurface

    grazers

    Acanthozostrea

    Sponge boring

    Cliona boring

    Luhuphaga

    Surfacelowering

    Surface

    lowering

    Sponge boring

    Surface

    lowering

    Intertidal

    surface

    Retreat

    Lithophaga

    boring

    Lithotryaboring

    Subaerial

    surfacelowering

    Lithophaga

    2,0 cm3a-1

    5,0 cm3a-1

    13,0 cm3 a-1

    8,0 cm3 a-1

    14,0 cm3a-1

    1-2 mm a-1

    18.0 cm3a-1

    Up to 7kg m2a-1

    1.0-1,4 cm a-1

    1,5 cm a-1

    0,3 mm a-1

    270-670 cm3100

    cm-2a-1

    7 kg m2a-1

    0,5 mm a-1

    0,5-4.00 mm a-1

    0,9 cm a-1;0,87 cca-1

    0,8 cm a-1;0,78 cca-1

    0,26 mm a-1

    0,0025 m a-1

    Revelle andEmery, 1957

    Revelle and

    Fairbridge, 1957Rutzler, 1975

    Stephenson,1961

    Trudgill, 1976aTrudgill, 1976a

    Trudgill, 1976a

    Trudgill, 1976aVita-Finzi andCornelius, 1973

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    12/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 128

    PROSES SEDIMENTASI DI LAUTAN

    Beberapa ahli mendefinisikan sedimen dalam beberapa pengertian. Pipkin (1977)

    menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang

    ditransfortasikan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau

    oleh airdan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang

    melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. Sedangkan Gross (1990)

    mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-

    pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme

    laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut.

    Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan

    sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material

    pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan

    pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut

    dalam. Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya

    bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar.

    Hasil pengendapan di laut ini disebut sedimen marin.

    Pengendapan pada suatu estuari dapat menghasilkan :

    1. Delta yang terjadi di muara sungai yang lautnya dangkal dan sungainya membawa

    banyak bahan endapan. Bentuk delta dapat dikelompokkan dalam 5 macam, yaitu:

    a) Delta lobben, bentuknya menyerupai kaki burung. Biasanya tumbuh cepat besar,

    karena sungai membawa banyak bahan endapan. Contohnya delta Missisippi dan

    Delta Mahakam (Kaltim). Seperti halnya delta Mahakam terjadi karena tingginya

    muatan sediment dan kuatnya dorongan masa air sungai Mahakam kea rah laut.

    Maka karakter delta Mahakam adalah fresh-water dominated delta ecosystem.

    Mencermati bentuk delta yang dapat mengembang ke semua arah menandakan

    bahwa tidak terdapat tahanan kuat dari masa air laut. Apabila ada tekanan suatu

    arus dari arah tertentu, maka bentuk delta akan berbelok mengikuti arah arus

    atau arah gelombang yang terjadi di perairan tersebut.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    13/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 129

    Gambar 5.8. Bentuk delta kaki burung (Loben)

    b) Delta tumpul, bentuknya seperti busur. Keadaannya cenderung tetap (tidak

    bertambah besar), misalnya delta Tiger dan sungai Nil.

    Gambar 5.9. Bentuk delta tumpul

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    14/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 130

    c) Delta runcing, bentuknya runcing ke atas menyerupai kerucut. Delta ini makin

    lama makin sempit.

    Gambar 5.10. Bentuk delta runcing

    d) Estuaria, yaitu bagian yang rendah dan luas di mulut sungai. Contoh seperti pada

    Laguna Segara Anakan, Cilacap

    Gambar 5.11. Laguna Segara Anakan - Delta estuari

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    15/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 131

    e) Delta berbelok, biasanya pertemuan sungai dan pantai samudra laut dalam.

    Contohnya adalah di Delta Pantai Ayah Kebumen - Selatan Jawa, Delta Batang Gasan dan

    Sungai Limau di Padang Pariaman Sumbar.

    Gambar 5.12. Delta estuari berbelok ciri khas di pantai laut dalam Batang Gasan Sumbar

    2. Endapan kapur, yang terdiri dari sisa binatang karang, lokan, atau rangka ikan.

    Endapan kapur ini biasanya terjadi di laut dangkal.

    3. Endapan pasir silikon, dihasilkan dari cangkang plankton yang berangka silikon.

    Endapan ini terjadi di dasar laut yang dalam dan atau kemudian dapat dideposisikan di

    pantai.

    Berdasarkan Komposisi Lisitzin 1972. mengklasifikasikan jenis sedimen menjadi 4 jenis :

    1. Sedimen terrigenous : kandungan kalsium carbonat dan silica kecil (30%)

    Gambar 5.13. Contoh Sedimen terrigenous (http://www.odp.usyd.edu.au)

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    16/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 132

    2. Sedimen Biogenic : kandungan kalsium carbonat dan silica lebih besar dari 30%

    Gambar 5.14. Grafik Suplai sedimen (http://www.odp.usyd.edu.au)

    3. Sedimen Chemogenic : Sedimen hasil presipitasi kimiawi dari air laut artinya

    kandungan komposisi kimiawi besar

    4.

    Sedimen Volcanogenic : tersusun terutama oleh material piro klastik dan polygenic(lempung merah).

    Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

    1. Sedimen Biogenik Pelagis

    Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas

    berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa

    fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau

    dua minggu, terjadi suatu bentuk sisa-sisa organisme plankton secara perlahan,

    tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan

    sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman

    serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam

    sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas

    permukaan laut pada zaman dulu.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    17/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 133

    Tabel 5.2. Genera Pelagis Pembentuk Sedimen Biogenik

    Jenis Organisme

    Calcareous (calcite

    shells)

    Siliceous

    (opal shells)

    Phytoplankton (plant-likephotosynthesizers)

    Coccoliths Diatoms

    Zooplankton (animal-like

    grazers)Foraminifera Radiolaria

    2. Sedimen Terigen Pelagis

    Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang

    berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis.

    Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakanes yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair.

    Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan

    pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau

    tempat asalnya.

    Tabel 5.3. Klasifikasi Sedimen Terigen Pelagis

    Name Size (mm)

    Boulder 256 or more

    Cobble 64-256

    Pebble 4-64

    Gravel or

    Granule2-4

    Coarse sand 0.5-2

    Medium sand 0.25-0.5

    Fine sand 0.0625-0.25

    Silt 0.0039-0.0625

    Clay 0.0002-0.0039

    Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu

    batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi. Sedangkan

    sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau es pada

    suatu cekungan pengendapan pada kondisi tertentu. Dalam batuan sedimen dikenal

    dengan istilah tekstur dan struktur. Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    18/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 134

    erat dengan ukuran, bentuk butir, dan susunan komponen mineral-mineral penyusunnya.

    Studi tekstur paling bagus dilakukan pada contoh batuan yang kecil atau asahan tipis.

    Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan

    keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah

    pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar,

    paling bagus diamati di lapangan misal pada perlapisan batuan.

    Sebagian besar batuan sedimen dibedakan dari batuan lain karena tersusun oleh

    butiran hasil rombakan batuan lain yang lebih tua, butiran-butirannya mempunyai kontak

    tangensial yang membentuk lubang-lubang bila dilihat dalam rangkaian tiga dimensi.

    1. Tekstur Klastik

    Untuk mendiskripsikan tekstur klastik kenampakan yang perlu diperhatikan adalah

    ukuran dan tingkat keseragaman partikel serta bentuk. Ukuran butir sedimen

    merupakan faktor penting dalam penamaan batuan sedimen, klasifikasi yang

    digunakan biasanya adalah klasifikasi Wentworth. Tingkat keseragaman butir atau

    sortasi merupakan tingkat kopentensi dan efisiensi media pengangkutnya, di bedakan

    menjadi :

    a. Sangat baik terpisahkan (Very well sorted).

    b. Baik dipisahkan (Well sorted).

    c.

    Cukup dipisahkan (Moderately sorted).

    d. Kurang dipisahkan (Very poorly sorted).

    Dalam mendiskripsikan bentuk partikel, dua sifat harus dibedakan yaitu Spericitydan

    Roundness. Sphericity adalah pendekatan setiap individu partikel ke bentuk bola,

    sepenuhnya tergantung pada bentuk asli partikel, sedangkan abrasi merupakan faktor

    minor. Istilah deskriptif paling bagus dipakai untuk partikel pasir atau yang lebih

    kasar berdasarkan diameter maximum, menengah (intermediate) dan minimum. Ada

    empat bentuk dasar yang dipakai yaitu equant, tabular, prolate, dan bladed.Roundness adalah suatu ukuran adanya abrasi yang menyebabkan proses

    pembundaran pada sudut-sudut atau ujung-ujung fragmen. Istilah kualitas yang

    dipakai yaitu angular, subangular, subrounded, rounded, dan well rounded.

    2. Tekstur Non-Klastik

    Tekstur non klastik terutama dihasilkan oleh presipitasi kimiawi dan aktifitas

    organisme. Contoh-contoh batuannya adalah :

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    19/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 135

    a. Evaporit yaitu batuan hasil penguapan garam batu, anhidrit, gips, garam

    kali dan lain-lain.

    b.

    Sedimen organik, sisa-sisa dari zat-zat hidup misal gambut (peat).

    c. Sedimen silika misal nodul dan konkresi.

    Struktur sedimen umumnya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :

    a. Struktur anorganik terutama pelapisan, contoh : graded beds, cross beds,

    mudcraks.

    b. Struktur biogenik terdiri dari struktur jejak dan boring.

    c. Struktur deformasi terdiri dari convolute bedding, ball and pillow dan

    diapiric.

    Berbagai sifat fisik sedimen ditelaah sesuai dengan tujuan dan kegunaannya.

    Diantaranya adalah tekstur sedimen yang meliputi ukuran butir (grain size), bentuk butir

    (partikel shape), dan hubungan antar butir (fabrik), struktur sedimen, komposisi mineral,

    serta kandungan biota. Dari berbagai sifat fisik tersebut ukuran butur menjadi sangat

    penting karena umumnya menjadi dasar dalam penamaan sedimen yang bersangkutan

    serta membantu analisa proses pengendapan karena ukuran butir berhubungan erat

    dengan dinamika transfortasi dan deposisi (Krumbein dan Sloss (1983)). Berkaitan

    dengan sedimentasi mekanik ukuran butir akan mencerminkan resistensi butiran sedimen

    terhadap proses pelapukan erosi/abrasi serta mencerminkan kemampuan dalam

    menentukan transfortasi dan deposisi.

    Dengan melihat cara transfor sedimen dapat dilihat melalui :

    1. Transport Sedimen di Pantai

    Sverdrup et.al.(1961); Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992)

    menyatakan bahwa cara transportasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga

    jenis, yaitu :a. Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser

    atau menggelinding di dasar aliran.

    b. Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu

    pada dasar aliran.

    c. Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara

    melayang-layang dalam air.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    20/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 136

    2. Transport Sedimen Sepanjang Pantai

    Transport sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai

    yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar : 1983).

    Transport sedimen ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai

    akibat sedimen yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor

    sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transfor sedimen

    dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan Transport sedimen sepanjang pantai di

    surf-zone.

    Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan

    seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan

    sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan

    terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam

    perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo

    (1999) beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain:

    a. Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga

    secara berantai akan dapat diketahui Transport sedimen yang terjadi.

    b. Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan

    elevasi dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan hasil

    yang baik jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap

    sedimen seperti training jetty, groin, dan sebagainya.

    c. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada daerah

    yang di tinjau.

    3. Sedimentasi Pada Muara Sungai

    Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang tergantung pada faktor

    dominan yang mempengaruhi. Yaitu didominasi faktor gelombang, debit sungai ataupasang surut. Pada kenyataannya ketiga sungai tersebut akan bekerja secra simultan,

    walaupun salah satunya akan terlihat lebih dominan pada daerah muara dimana

    gelombang lebih dominan biasanya akan mengakibatkan tertutupnya muara sungai

    akibat transfor sedimen sepanjang pantai yang dibawanya masuk ke alur sungai.

    Menurut Pettijohn (1975), sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen

    atau endapan atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    21/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 137

    dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan

    lingkungan pengendapan seperti delta, danau, pantai, estuaria, laut dangkal sampai laut

    dalam. Lebih lanjut dinyatakan bahwa sedimentasi yang terjadi di estuaria, contohnya di

    muara sungai terjadi akibat menumpuknya sedimen di muara, baik yang berasal dari

    sungai maupun dari hasil erosi pantai di sekitarnya. Sedangkan Chay (2002),

    menyatakan proses sedimentasi merupakan usaha alam untuk mencapai keseimbangan,

    karena perbedaan ketinggian antara daratan dengan dasar laut merupakan sesuatu yang

    seimbang. Seperti halnya di Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan banyak

    hujan umumnya sungaisungai besar membawa lumpur ke laut. Proses erosi,

    pengangkutan, dan pengendapan sedimen tergantung pada dua faktor, yaitu sifat fisika

    kimia sedimen itu sendiri dan kondisi hidrologi di sekitarnya (McDowell dan OConner,

    1977 dalamLutfie, 1998). Pada estuaria yang pengaruhnya kuat, akan banyak ditemui

    substrat pasir, karena hanya partikel yang berukuran besar saja yang bisa mengendap

    lebih cepat, sedangkan yang berukuran kecil akan terbawa ke tempat yang lebih jauh

    oleh aktivitas arus dan gelombang. Baik air tawar dan air laut mempunyai tendensi untuk

    mengendapkan butiran kasar terlebih dahulu (Nybakken, 1988).

    Keberadaan sedimen di estuaria pada umumnya didominasi oleh substrat lumpur,

    yang sering kali sangat lunak. Substrat berlumpur ini berasal dari sedimen yang dibawa

    ke estuaria, baik oleh air laut maupun air tawar. Mengenai air tawar, pengangkutan

    partikel lumpur dalam bentuk suspensi. Ketika partikel suspensi ini mencapai dan

    bercampur dengan air laut di estuaria, kehadiran berbagai ion yang berasal dari air laut

    menyebabkan partikel lumpur menggumpal membentuk partikel yang lebih besar dan

    lebih berat serta membentuk dasar lumpur yang khas (Nybakken, 1988). Menurut

    Painter (1976), laju pergerakan dan penyebaran sedimen dalam perairan adalah fungsi

    dari karakteristik sedimen yang meliputi ukuran dan densitas serta karakteristik dari

    aliran terutama kecepatan aliran dan temperaturnya. Sedangkan menurut Hartoko

    (2008) muasal MPT banyak dijumpai di wilayah pesisir karena masukan dari land

    washing atau dari muara sungai atau estuari. Penyebaran MPT atau suspended solidsecara spasial di wilayah pesisir biasanya mengikuti aliran arus masa air dari muara

    sungai sehingga membentuk lidah MPT namun tidak selalu demikian tergantung

    kekuatan masa air sungai. Selain itu sebaran spasial di biasanya sangat dipengaruhi oleh

    pola arus pantai atau rib current , pola Eddy currentatau siklus arus pasang surut di

    wilayah pesisir tersebut.

    Menurut Selley (1988), cara pengangkutan sedimen dalam perairan terdiri dari

    tiga macam, yaitu :

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    22/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 138

    a. Sedimen bergerak merayap (bed load), adalah material yang terangkut secara

    menggeser dan menggelinding ke dasar perairan.

    b.

    Sedimen bergerak meloncatloncat (saltation load), adalah material yang meloncat

    loncat bertumpu pada dasar perairan.

    c. Sedimen bergerak melayang (suspended load), adalah material yang terbawa arus

    dengan cara melayanglayang dalam air.

    Menurut Nurhajati et al. (1986), tanah terdiri dari partikel-partikel tanah dari

    berbagai ukuran. Partikel-partikel tanah ini dibagi ke dalam kelompok-kelompok atas

    dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimia, warna, berat atau sifat

    lainnya. Pada Tabel 6.1. dapat dilihat klasifikasi partikel-partikel tanah menurut United

    State Departement of Agriculture(USDA) dan sistem pembagian menurut Internasional

    Soil Science Society.

    5.15.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    23/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 139

    5.16.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    24/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 140

    5.17.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    25/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 141

    Sumber : Hjulstrom, 1939. Recent Marine Sediment. Parker D Trask. American

    Association of Petrolium Geologist. Tulsa Oklahoma (dalam Sverdrup et.al.1961)

    Gambar 5.18. Hubungan antara rerata velositas arus di sungai dan erosi, transportasi dandeposisi

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    26/76

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    27/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 143

    5..20

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    28/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 144

    Tabel 5.4. Klasifikasi partikel-partikel tanah menurut Sistem USDA dan Sistem

    Internasional

    Jenis tanah

    USDA Internasional

    Diameter (mm) Diameter (mm)

    Pasir sangat kasar 2,00 - 1,00 -

    Pasir kasar 1,00 - 0,50 2,00 - 0,20

    Pasir sedang 0,50 - 0,25 -

    Pasir halus 0,25 - 0,10 0,20 - 0,02

    Pasir sangat halus 0,10 - 0,05 -

    Debu 0,05 - 0,002 0,02 - 0,002

    Liat dibawah 0,002 di bawah 0,002

    Gambar 5.21. Segitiga Tekstur Tanah (Hardjowigeno, 1992)

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    29/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 145

    Keterangan :

    1. Liat

    2. Liat berdebu

    3. Liat berpasir

    4. Lumpur berliat

    5. Lumpur liat berdebu

    6. Lumpur berdebu

    7. Debu

    8. Lumpur

    9. Lumpur liat berpasir

    10.Lumpur berpasir

    11.Pasir berlumpur

    12.Pasir

    Tekstur substrat dasar laut/ pantai dapat mempengaruhi kandungan bahan organik

    dalam tanah. Tekstur liat memiliki tekstur halus, dimana makin tinggi jumlah liat dalam

    substrat dasar maka makin tinggi pula kandungan bahan organiknya. Tekstur substrat

    dasar berpasir memiliki kandungan bahan organik yang rendah, dimana tanah berpasir

    memungkinkan terjadinya oksidasi yang baik, sehingga bahan organik akan cepat habis

    (Nurhajati et al., 1986 dan Hartoko,2009). Muatan Padatan Tersuspensi adalah

    kandungan zat-zat yang terdapat dalam air. Zat-zat tersebut adalah zat-zat anorganik

    seperti debu dan serasah, serta zat-zat organik seperti fitoplankton, zooplankton, dan

    organisme renik lainnya. MPT berpengaruh pada kecerahan perairan, semakin tinggi

    kandungan MPT maka akan semakin keruh perairan tersebut sehingga cahaya matahari

    tidak dapat masuk secara optimal. Kurangnya cahaya matahari yang masuk

    menyebabkan kurang optimumnya proses fotosistesis. Keberadaan sedimen tersuspensidi perairan dapat berpengaruh terhadap kualitas air dan organisme akuatik, baik secara

    langsung maupun tidak langsung seperti kematian dan menurunnya produksi. Partikel

    partikel yang tersuspensi di dalam massa air tersebut dapat membatasi nilai produktivitas

    primer perairan sebagai akibat terhambatnya penetrasi cahaya ke dalam badan air

    (Ritchie et al., 1976).

    Menurut Maeden dan Kapetsky (1991), keberadaan muatan padatan tersuspensi

    di perairan laut dapat menyerap dan memantulkan spektrum radiasi cahaya tampak yang

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    30/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 146

    menembus ke bawah permukaan air, namun pengaruhnya lebih banyak bersifat sebagai

    pancaran balik (back scattering) sehingga memperlihatkan wujud air yang keruh.

    Menurut Butler et al.(1988), keberadaan sedimen tersuspensi dalam massa air ini dapat

    digunakan untuk menggolongkan permukaan air sesuai warnanya ke dalam kelaskelas

    tertentu. Robinson (1985), menyatakan bahwa berdasarkan pengamatan dan penelitian

    yang telah dilakukan, tidak ada suatu kepastian bahwa tingkat penyerapan atau pancaran

    balik berhubungan linier dengan tingkat keberadaan sedimen tersuspensi. Walaupun

    demikian, reflektansi spektral atau perbandingan reflektansi dapat dipakai untuk

    menduga parameter kualitas air tersebut. Hartoko (2008) mengatakan bahwa

    berdasarkan hasil banyak kajian menunjukkan bahwa konsentrasi dan sebaran spasial di

    perairan wilayah pesisir dapat di tera melalui panjang gelombang 0,4 mikrometer (band-

    1) dan 0,5 mikro meter (band-2) dari data satelit Landsat.

    Prosedure Pengambilan Sedimen di Laut

    Gambar 5.22. Sediment Grab

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    31/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 147

    Gambar 5.23. Sampel Sediment Grab

    Prosedur Analisis Tekstur Sedimen

    Analisis tekstur sedimen dilakukan untuk mengetahui komposisi dan jenis tekstur

    sedimen di lokasi penelitian. Sampel tekstur sedimen diperoleh dari pralon dianalisis

    dengan menggunakan metode pemipetan. Fraksi pasir dipisahkan dengan metode

    penyaringan basah (wet sieving). Sedang metoda penyaringan kering (dry sieving)

    adalah sebagai berikut :

    1.

    Sampel sedimen dikeringkan dengan oven pada suhu 105 C sampai kering.2. Setelah kering sampel sedimen ditumbuk dengan mengunakan mortar sampai halus.

    3. Menimbang sampel sedimen sebanyak 25 gram.

    4. Sedimen dicuci pada Sieve shaker(penyaring bertingkat) pada mesh size0,0725 mm

    yang diletakkan dalam baskom / kontainer. Kemudian tambahkan akuades (kurang

    lebih 1 liter) hingga permukaan sieve tercelup, saring terus hingga didapatkan dua

    sampel yaitu sampel yang lolos dan mengendap di dasar baskom dan sampel yang

    tertinggal dalam saringan.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    32/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 148

    5. Sieve dan isinya dipanaskan dalam oven 100 C.

    6. Angkat sievesecara perlahan dari oven dan letakkan di atas kertas putih, tuangkan

    sedimen kering pada kertas tersebut. Apabila terdapat material yang mengumpul

    dalam sieveakibat pengeringan dengan oven, bersihkan dengan pelan-pelan dengan

    menggunakan sikat yang kering dan bersih, kemudian ditimbang menggunakan

    timbangan elektrik.

    7. Pemisahan telah selesai, material yang masih berada dalam sieve 0,0725 mm adalah

    fraksi pasir, sedangkan fraksi silt-clay didapatkan dari pengurangan berat sampel

    awal dengan fraksi pasir.

    8. Analisis selanjutnya, adalah penentuan ukuran fraksi pasir dengan penyaringan kering

    (dry sieving) dengan menggunakan sieve shakermesh size 0,850 mm 0,0725 mm

    selama 15 menit. Sedangkan fraksi silt dan clay ditentukan menggunakan analisis

    pemipetan.

    9. Tiap selang waktu tertentu, ambil 20 mL sampel larutan sedimen (menggunakan

    gelas ukur 1 liter) dengan pipet pada kedalaman yang sudah ditentukan dibawah

    permukaan suspensi sedimen. Selang waktu pemipetan dapat dilihat dalam tabel 6.2

    berikut.

    Tabel 5.6. Waktu tenggelam analisa butir sedimen

    Jarak tenggelam

    (cm)

    Waktu

    Jam Menit Detik

    20

    10

    10

    10

    10

    -

    -

    -

    -

    2

    -

    1

    7

    31

    3

    58

    56

    44

    0

    0

    Sumber : Buchanan (1971) dalamWilkinson dan Baker (1984)

    Hasil pemipetan dipindahkan ke dalam cawan aluminium foil dan dipanaskan pada

    suhu 100 C sampai kering.

    10.Hasil pemipetan dikonversi ke dalm volume 1 liter sehingga didapatkan A gram, B

    gram, dan seterusnya. Berat material yang diperoleh akan mewakili jumlah dari

    semua partikel yang berukuran lebih kecil dari ukuran partikel-partikel yang terambil.

    11.Setelah perhitungan selesai didapatkan prosentase masing-masing fraksi yaitu pasir

    (sand), debu (silt), dan liat (clay)

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    33/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 149

    Gambar 5.24. Sieve Shaker Elektrik

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    34/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 154

    Gambar 5.25. Contoh plot Percent Cummulative Percent Sediment Diameter

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    35/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 155

    5.3. Hasil Analisa Sedimen di Beberapa Wilayah Pesisir di Indonesia

    Pada penelitian ini, data lapangan terdiri dari data muatan padatan

    tersuspensi (MPT) dan tekstur dasar perairan. Data ini merupakan data pendukung

    dalam penyusunan model dan analisa citra.

    5.3.1. Muatan padatan tersuspensi (MPT) di Laguna Segara Anakan Cilacap

    Dari hasil analisa muatan padatan tersuspensi yang didapatkan pada perairan

    laguna Segara Anakan pada bulan Juni dan Agustus 2007 menunjukkan perbedaan

    yang cukup signifikan. Pada bulan Juni muatan padatan tersuspensi yang didapatkan

    berkisar antara 33 - 646 mg/l, sedangkan pada bulan Agustus antara 1378-1874

    mg/l. Untuk lebih jelasnya seperti terlihat pada tabel 6.3.

    Tabel 5.6. Nilai MPT lapangan pada perairan Laguna Segara Anakan

    Stasiun Lintang BujurMPT (mg/l)

    Juni 2007 Agustus 2007

    1 108o 47 34,49 07o42 30,34 646 1647

    2 108048 01,56 07o4029,41 277 1686

    3 108o

    49 13,88 07o

    4025,48 69 1378

    4 108o 50 16,7 07o4002,93 33 1812

    5 108o 50 46,19 07o4136,47 179 1557

    6 108o 51 47,85 07o4043,66 100 1874

    7 108o 52 01,79 07o4145,99 121 1400

    Dari gambar 5.12 terlihat adanya perbedaan hasil yang signifikan. Pada

    penelitian bulan Juni 2007, kandungan MPT tertinggi berada pada stasiun 1 dan

    terendah pada stasiun 4. Pada bulan Agustus 2007 kandungan MPT terendahterdapat pada stasiun 3 dan tertinggi pada stasiun 6.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    36/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 156

    Gambar 5.26. Nilai MPT di Laguna Segara Anakan Cilacap

    5.3.2. Tekstur dasar perairan

    Laguna Segara Anakan di Cilacap merupakan tempat bertemunya air sungai

    yang mengalir ke laut dengan arus pasang surut air laut yang keluar masuk ke

    sungai. Aktivitas ini menyebabkan pengaruh yang kuat terjadinya sedimentasi, baik

    yang berasal dari sungai maupun dari laut atau sedimen yang tercuci dari daratan

    disekitarnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari analisa komposisi dan tekstur

    sedimen pada kawasan ini, sebagian besar didominasi oleh liat berlumpur, kemudian

    lumpur berpasir dan liat berpasir.

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    1600

    1800

    2000

    1 2 3 4 5 6 7

    Stasiun

    MPT(mg/l

    Juni 2007

    Agustus 2007

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    37/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 157

    Tabel 5.7. Hasil Tekstur pada perairan Kawasan Segara Anakan

    Stasiun Fraksi (%) Tekstur

    Pasir

    (>2 mm)

    Debu

    (0,05 0,002 mm

    )

    Liat

    (< 0,002

    mm)

    1 71.4 2.8 25.8 Lumpur berpasir

    2 43.8 5.2 51 Liat berpasir

    3 6.6 41.3 52.1 Liat berlumpur

    4 5.2 43.2 51.6 Liat berlumpur

    5 41.32 2.8 55.9 Liat berpasir

    6 43.7 7.6 48.7 Liat berpasir7 6.4 44.5 49.1 Liat berlumpur

    Berdasarkan tabel 5.4. terlihat fraksi pasir tertinggi berada pada stasiun 1,

    sedangkan fraksi liat pada tengah laguna menunjukkan kisaran nilai yang hampir

    sama. Sebagaimana terlihat pada gambar 5.14.

    Gambar 5.27. Komposisi dan Tekstur Sedimen di laguna Segara Anakan Cilacap

    0

    20

    40

    60

    80

    1 2 3 4 5 6 7

    Stasiun

    Komposisisedim

    Pasir

    Liat

    Debu

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    38/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 158

    5.3.3. Pengendalian Sedimentasi di Laguna Segara Anakan

    Kekeruhan merupakan faktor utama penyebab sedimentasi dan ancamanterhadap keberadaan laguna Segara Anakan. Sumber utama pengendapan di laguna

    tersebut adalah partikel lumpur dari Sungai Citanduy dan sungai-sungai lain yang

    bermuara di laguna Segara Anakan. Jika sedimentasi di Laguna tersebut berlangsung

    terus menerus akan berakibat sangat fatal, kita akan kehilangan estuari yang

    sangat banyak manfaatnya. Untuk itu perlu dilakukan penanggulangan. Salah

    satu upaya yang telah dilakukan adalah penyodetan Sungai Citanduy. Namun hal ini

    menimbulkan pro-kontra diantara dua pihak. Bagi pihak yang setuju, cara

    penyodetan adalah cara yang diyakini dapat menyelesaukan masalah pengendapan

    di laguna dalam waktu pendek. Umumnya mereka berpendapat penyelamatan

    ekosistem Laguna Segara Anakan merupakan suatu yang sangat penting dan

    mendesak sehingga harus dilakukan segera dengan berbagai cara yang berdampak

    jangka pendek atau berdampak langsung. Bagi pihak yang kurang setuju

    menganggap bahwa penyelamatan ekosistem laguna adalah penting, namun dalam

    mengatasi masalah ini jangan menimbulkan masalah baru atau hanya memindahkan

    masalah. Penyodetan akan menyelamatkan ekosistem laguna tetapi pada saat yang

    sama dikhawatirkan akan menimbulkan masalah pada perairan pantai sebelah barat

    Pulau Nusakambangan (pantai Pengandaran, Jawa Barat). Pro dan kontra tersebut

    nampaknya sulit untuk dipertemukan karena tidak hanya perbedaan pertimbangan

    teknis akademis, tetapi juga menyangkut kepentingan daerah yang berbeda.

    Berdasarkan hal tersebut, maka perlu upaya lain diluar penyodetan. Salah

    satu alternatifnya adalah penataan dan perbaikan tata guna lahan di kawasan DAS

    Sungai Citanduy. Cara tersebut sangat aman dan ramah lingkungan meskipun

    membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Alternatif tersebut dapat

    dilengkapi dengan upaya pembuatan waduk sebelum Sungai Citanduy bermuara ke

    laguna. Waduk berfungsi sebagai perangkap sedimen agar tidak mengendap di

    laguna. Waduk bersifat sementara dan dapat tidak difungsikan kembali jika proses

    penataan DAS telah selesai dan berfungsi dengan baik (Suradi, 2005).

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    39/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 159

    Gambar 5.28. Grafik Laju Seddimentasi Pantai Tuban, Jatim

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    40/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 160

    PENGARUH SEDIMEN dan DINAMIKA WILAYAH PESISIR dan LAUTAN

    Pengaruh sedimen yang tersuspensi ditentukan oleh sifat sedimen itu sendiri

    dan keadaan tanah tempat sedimen terendapkan. Adapun pengaruh sedimen bagi

    kegiatan manusia dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:

    Pengaruh Positif

    1. Sebagai Sumber Energi

    Sumber energi dari bahan organik bukan hanya minyak dan gas bumi, tetapi

    lumpur di dasar laut ternyata dapat dijadikan baterai. Daniel R. Bond dan Derek

    Lovley dari University of Massachusetts berhasil membuah langkah awal untuk

    membuat fuel cell dari campuran air laut, bakteri dan lumpur. Sumber energi ini

    ramah lingkungan dan tidak bakal habis, selain itu dapat juga digunakan untuk

    menghilangkan polusi. Adalah bakteri dari keluarga Geobacteraceae yang

    memetabolisme bahan organik apa saja yang terkandung di dalam lumpur

    sedimentasi dasar laut untuk menghasilkan energi. Sedimentasi dasar laut dapat

    berupa bagian tumbuhan atau binatang laut yang telah mati, dapat juga bahan

    polutan organik beracun seperti benzena. Dalam proses memecah bahan organik

    menjadi energi, Geobacteraceae menghasilkan sebuah aliran elektron yang jika

    tertangkap dapat menghasilkan listrik. Bakteri menarik elektron dari karbon yang

    terdapat pada sedimentasi laut untuk mengubahnya menjadi karbon dioksida yang

    mereka butuhkan dalam metabolisme dan pertumbuhan. Lalu elektron itu oleh

    bakteri hanya ditimbun ke dalam mineral besi atau sulfat di dasar laut.

    Untuk membuka keran pasokan elektron, Derek Lovley, menempatkan

    lumpur sedimentasi yang mengandung bakteri pada sebuah tangki ikan, dalam

    beberapa minggu bakteri berkembang semakin banyak. Sebuah kawat grafit anoda

    atau kutub positif ditanamkan di dalam lumpur dan kawat grafit katoda atau kutub

    negatif ke dalam air laut, kedua kawat dihubungkan dengan kawat tembaga. Bakteri

    di dalam lumpur menarik elektron-elektron dari senyawa-senyawa organik

    disekelilingnya dan memindahkannya ke anoda. Elektron lalu mengalir melalui kawat

    tembaga menuju katoda, layaknya sebuah baterai menghasilkan arus listrik.

    Sebenarnya pengetahuan tentang sedimentasi dasar laut dapat menghasilkan

    energi telah muncul awal tahun lalu. Peneliti dari Oregon State University di Corvallis

    menemukan bahwa baterai dapat dibuat dengan menanamkan sebuah elektroda di

    dalam sedimentasi dasar laut dan elektroda lainnya di celupkan di dalam air laut.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    41/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 161

    Temuan ini memperkuat dugaan bahwa dasar laut dapat dieksploitasi sebagai

    sumber energi tingkat rendah alamiah yang mampu menghidupkan peralatan

    penelitian seperti alat monitor arus, suhu atau untuk suar navigasi laut. Namun,

    tampaknya baterai lumpur laut ini masih cukup lama untuk tersedia karena

    mengeksploitasi lumpur sedimentasi laut cukup sulit, terutama dalam skala besar.

    Perlu pengembangan teknologi sehingga bateria yang dihasilkan lebih efisien.

    Menurut Greg Zeikus dari Michigan State University di East Lansing, diperlukan

    beberapa kilometer persegi dasar laut untuk dapat menghasilkan jumlah listrik yang

    dapat digunakan.

    2. Kesuburan Tanah

    Sedimen yang berasal dari daerah yang subur akan mempersubur dan

    memperbaiki tekstur tanah berpasir tempatnya mengendap.

    3. Pembuatan Pupuk

    Sedimen dapat dijadikan pupuk contohnya sedimen yang mengandung NPK

    tinggi dan logamnya rendah sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertanian rakyat,

    biayanya yang cukup murah dapat dijangkau berbagai para petani kecil.

    4.

    Manfaat Bahan Mineral yang Dikandung

    Batuan sedimen hasil sedimentasi memiliki kandugan bahan mineral yang

    dapat dimanfaatkan oleh manusia antara lain:

    a) Bahan Binaan : Batu granit, batu kapur dan pasir digunakan sebagai batu jalan

    (untuk kawasan yang kurang batuan granit), dan membina bangunan, dll.

    b) Bahan Industri : lumpur dan mineral lempung digunakan sebagai untuk

    membuat tile, pasir silika digunakan sebagai membuat gelas dan bahan kaca,

    kepingan marmar dan batu kapur mempunyai nilai yang tinggi dan merupakan

    bahan mentah utama yang digunakan untuk membuat simen, Adapun kehadiranendapan pasir besi di pantai merupakan hasil erosi batuan sedimen yang lebih

    tua. Batuan ini terdapat sebagai tebing pantai seperti di Desa Mala ataupun

    dinding sungai. Hasil erosi ini kemudian terendapkan di paras pantai teluk

    seringkali berselangseling dengan jenis pasir lainnya seperti di pantai Teluk

    Mala. Pasir besi tersebut digunakan sebagai bahan baku magnet.

    c) Bahan Mineral Ekonomi : emas, timah, dan permata.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    42/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 162

    d) Bahan Tenaga : Arang batu merupakan sejenis batuan berasal daripada endapan

    tumbuhan kuno, yang membentuk lapisan sedimen. Setelah mengalami

    timbusan yang dalam dan lama (suhu dan tekanan tinggi), lapisan ini berubah

    menjadi arang batu. Arang batu merupakan petunjuk yang baik, yang

    menunjukkan sedimen itu terendap di sekitaran daratan.

    5. Sebagai Penyimpan CO2

    Pakar dari Universitas Harvard memaparkan sebuah solusi inovatif untuk

    menyimpan karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang kini

    semakin menumpuk di atmosfer dan menyebabkan pemanasan global di dalam

    sedimen di dasar lautan. Mereka menemukan bahwa sedimen di laut dalam dapat

    menyediakan tempat yang permanen dan tak terbatas untuk menyimpan gas rumah

    kaca ini, dan memperkirakan bahwa sedimen lantai samudera di wilayah Amerika

    cukup luas untuk menyimpan emisi karbon dioksida nasional untuk ribuan tahun

    yang akan datang.

    Gambar 5.29.Siklus Karbon (http://www.odp.usyd.edu.au)

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    43/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 163

    Harvard's Kurt Zenz Housedan Daniel P. Schrag, bersama dengan koleganya

    dari Massachusetts Institute of Technology dan Columbia University, menjelaskan

    secara rinci keuntungan menyimpan kelebihan karbon dioksida ribuan meter di

    bawah permukaan laut dalam Prosiding NationalAcademy of Sciences.

    Memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tanpa akibat negatif pada

    iklim bumi adalah salah satu tantangan yang ada saat ini, demikian kata Schrag,

    profesor pada earth and planetary sciences, Fakultas Seni dan Sains Harvard yang

    juga menjabat sebagai direktur pada Harvard's Center for the Environment. Sejak

    digunakannya bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama di abad ke-21, maka

    diperlukan tempat penyimpanan yang permanen untuk menyimpan sebagian gas

    karbon dioksida yang ada di atmosfer agar kandungan gas rumah kaca ini tidak terus

    bertambah dan mempengaruhi iklim di bumi.

    Schrag dan kolega-koleganya mengatakan bahwa metode ideal untuk

    menyimpan karbon dioksida adalah dengan cara menginjeksikan gas tersebut ke

    dalam sedimen di laut dengan ketebalan ratusan meter. Kombinasi dari temperatur

    yang rendah dan tekanan yang tinggi pada kedalaman laut 3000 meter akan

    membuat karbon dioksida berubah menjadi cairan yang lebih berat dari air laut di

    sekitarnya, yang memungkinkannya untuk tidak terlepas dari tempat

    penyimpanannya.

    Menginjeksikan karbon dioksida ke dalam sedimen lantai samudera akan

    dapat mengurangi pengaruh buruknya terhadap kerusakan kehidupan di laut dan

    jelas lebih aman daripada menyemprotkannya secara langsung pada sebuah jebakan

    gas di laut. Hal ini juga akan lebih menjamin bahwa tidak ada gas yang keluar ke

    atmosfer melalui proses percampuran oleh arus laut. Pada temperatur dan tekanan

    di laut dalam yang cukup ekstrim, karbon dioksida bergerak dalam fasa cairnya

    untuk membentuk kristal hidrat yang solid dan tak bergerak, dan mempercepat

    kestabilan sistem. Para ilmuwan mengatakan bahwa gas tersebut akan cukup aman

    dalam tempat penyimpanannya dan tahan terhadap gempa bumi atau proses-prosesgeomekanik lainnya. Beberapa peneliti lain ada yang mengusulkan untuk

    menyimpan karbon dioksida ini dalam formasi geologi seperti pada lapangan gas

    alam, tetapi reservoir di daratan seperti itu memiliki resiko kebocoran yang tinggi.

    Sedimen di laut dalam berperan sangat besar sebagai reservoir penyimpanan,

    demikian kata House, mahasiswa pasca sarjana di Harvard's Department of Earth

    and Planetary Sciences. Sekitar 22% atau 1,3 juta kilometer persegi lantai samudera

    di zona ekonomi eksklusif Amerika Serikat memiliki kedalaman lebih dari 3000

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    44/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 164

    meter. Diperkirakan emisi karbon dioksida tahunan dapat disimpan di bawah

    sedimen pada suatu area seluas 80 kilometer persegi saja, sehingga lantai samudera

    di wilayah Amerika dapat digunakan untuk menyimpan kelebihan karbon dioksida

    untuk waktu ribuan tahun lamanya. Menurut para peneliti, di luar wilayah 200 mil

    zona ekonomi Amerika Serikat, kapasitas total penyimpanan sedimen laut dalam

    adalah tak terbatas. Para peneliti menyatakan bahwa sedimen yang tipis dan

    impermeabel(tak kedap) tak cocok untuk menyimpan karbon dioksida, seperti pada

    daerah dengan kemiringan yang terjal, dimana proses longsor (lanslide) dapat

    menyebabkan gas terlepas dari tempat penyimpanannya. Mereka mengatakan

    bahwa pengkajian lebih lanjut dalam hal kelayakan mekanik dalam membawa

    karbon dioksida ke lantai samudera, juga studi tentang dampak dari tinggi muka

    laut.

    6. Membantu Proses Pengembangan Dan Pembangunan

    Selain manfaat-manfaat di atas sedimen laut dapat dimanfaatkan untuk membantu

    proses pengembangan dan pembangunan seperti di Pelabuhan Kuala Tanjung

    Kabupaten Asahan. Pelabuhan ini berbatasan langsung dengan dengan Selat Malaka,

    sehingga kapal besar dapat menyandar. Dengan kemudahan ini perekonomian

    masyarakat di sana akan meningkat.

    7. Komoditi Ekspor

    Pasir laut merupakan endapan sedimen dasar laut yang telah banyak di eksploitasi

    sebagai komoditi ekspor terutama ke Singapura sebagai bahan konsruksi. Ekploitasi

    besar-besaran terutama dilakukan di bagian selatan Selat Malaka, yaitu sekitar

    daerah Kepulauan Riau (Kepri).

    8. Media Tanam yang Baik

    Bakau tumbuh karena kestabilan sedimentasi lumpur menuju pantai juga agitasigelombang yang tidak terlampau kuat. Dengan tumbuhnya bakau dapat mencegah

    abrasi pantai. Tumbuhan bakau juga berfungsi sebagai perangkap sedimen.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    45/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 165

    Pengaruh Negatif

    1. Polusi

    Sedimen dapat mengakibatkan polusi dalam dua bentuk yaitu secara fisik dan secara

    kimia. Polusi secara fisik termasuk sifat turbuditas sedimen (pembatasan penetrasi

    matahari) dan sedimentasi (pengurangan kapasitas waduk di hilir). Polusi kimia oleh

    sedimen misalnya pengikatan logam-logam dan phospor yang bersifat kimia organik

    hidrophobik.

    2. Mengurangi Permeabilitas Tanah

    Sedimen yang berasal dari daerah miskin dan mengalami erosi yang parah akan

    memiskinkan tanah yang diendapinya, dan akan meninggikan permukaan tanah

    serta dapat mengurangi permeabilitas tanah.

    3. Menganggu Arus Air

    Pengendapan sedimen yang berlebihan terutama yang mengandung banyak lempung

    akan mengurangi kelancaran aliran air pada waduk yang kemudian berdampak

    terhadap cadangan energi untuk pembangkit tenaga listrik serta timbulnya bahaya

    banjir akan mengancam kehidupan masyarakat.

    4. Merubah Garis Pantai.

    Sedimen yang berasal dari erosi dan ekresi pantai menyebabkan perubahan garis

    pantai.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    46/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 166

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    47/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 167

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    48/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 168

    5. Menggangu Ekosistem Laut

    a) Terumbu Karang

    Pengaruh sedimentasi langsung terhadap hewan karang yaitu akan

    mematikan langsung karang bila ukuran sedimen cukup besar atau banyak sehingga

    menutup polip karang. Ekosistem karang yang makin berkurang akan menurunkan

    pula jumlah makhluk laut lainnya terutama yang dimanfaatkan dalam kehidupan

    manusia, karena karang dapat dijadikan sebagai sumber makanan dan tempat

    berlindung dari musuh bagi mahluk hidup laut.

    Terumbu karang memiliki fungsi ekosistem yang penting yaitu menyediakan barang

    dan jasa bagi ratusan juta penduduk khususnya di negara-negara berkembang.

    Makanan dan pendapatan dari perikanan yang disediakan oleh terumbu karang bagi

    masyarakat lokal adalah bagian dari nilai penting tersebut. Selain itu

    keanekaragaman hayati terumbu karang yang luar biasa, memiliki nilai ilmu

    pengetahuan, farmasi, dan pendidikan. Lebih jauh, terumbu karang memiliki potensi

    wisata yang menarik serta memiliki fungsi tak ternilai dalam melindungi pesisir dari

    erosi pantai. Wisata yang berkaitan dengan terumbu karang akan memberikan nilai

    yang besar, baik pada wisata yang telah berjalan ataupun yang berpotensi.

    Gambar 5.30 . Kerusakan Terumbu Karang

    Sedimen dapat menyebabkan menutup permukaan koloni karang dan

    membuat larva karang dan hewan lain yang hidup menetap di dasar sukar

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    49/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 169

    menempel di dasar, menutup permukaan koloni karang dan membuat larva karang

    dan hewan lain yang hidup menetap di dasar sukar menempel di dasar, Beberapa

    jenis karang tertentu (yang hidup di dekat muara sungai), dapat beradaptasi dengan

    baik terhadap perairan berlumpur. Jenis-jenis karang ini beradaptasi, dengan

    menggunakan sustansi organic yang menempel pada sediment sebagai sumber

    makanannya. Tetapi hasil penelitian terakhir juga menunjukkan bahwa bila sediment

    yang halus bercampur dalam perairan yang kaya nutrisi, akan membentuk gumpalan

    lengket yang dikenal dengan istilah salju laut (marine flocs). Salju laut ini dapat

    memperbesar dampak yang ditimbulkan sedimennya dan dapat membunuh hewan-

    hewan kecil dalam waktu satu jam.

    b) Biota laut

    Sedimentasi di perairan laut dan menutupi dasar laut dengan lumpur, sehingga akan

    membunuh biota bentos di dasar laut yang menjadi sumber makanan bagi berbagai

    jenis ikan. Hal ini juga akan mempengaruhi kegiatan manusia dalam penangkapan

    ikan.

    6. Berpengaruh Dalam Penurunan Penetrasi Cahaya Matahari

    Pengaruh tidak langsung adalah menurunnya penetrasi cahaya matahari yang

    penting untuk proses fotosintesis zooxanthellae. Selain itu banyaknya energi yang

    dikeluarkan oleh binatang karang tersebut untuk menghalau sedimen

    mengakibatkan turunnya laju pertumbuhan karang.

    7. Pendangkalan Badan Air

    Pengendapan sedimen di dasar badan air, akan mengurangi kedalaman badan air itu

    sendiri. Kondisi ini berpengaruh negatif terhadap proses pemijahan ikan, karena

    biasanya ikan membutuhkan kedalaman tertentu untuk melakukan pemijahan. Jadi,

    ketika badan air menjadi dangkal, maka proses pemijahan ikan akan terganggu dan

    ini akan menghambat proses regenerasi ikan. Apabila kejadian ini berlangsung

    secara terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan jumlah ikan akan

    berkurang, karena ruang untuk memijah tidak ada lagi. Kekeruhan di dalam air juga

    memberikan pengaruh buruk terhadap kehidupan ikan. Air yang terlalu keruh akan

    mengganggu penglihatan ikan dalam air, yaitu jarak pandang ikan menjadi terbatas.

    Keterbatasan jarak pandang ikan ini, akan memperkecil kesempatan ikan untuk

    bergerak secara leluasa. Kondisi ini akan menyebabkan ikan mengalami kesulitan

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    50/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 170

    dalam mencari sumber makanan bagi dirinya, sehingga ketika sumber makanan di

    sekitar ia tinggal telah habis, maka ikan akan mengalami kelaparan dan pada

    akhirnya akan sakit dan mati. Hal ini tentu saja mempengaruhi dalam hasil

    penangkapan ikan yang dilakukan oleh manusia.

    8. Memperkeruh Air Laut

    Sedimentasi lumpur akan menyebabkan kekeruhan air laut meningkat dan

    berdampak pada produktivitas primer perairan laut yang menjadi sumber

    perekenomian masyarakat nelayan dan petambak misalnya terjadi diwilayah di

    Sidoarjo dan sekitarnya.

    Kondisi keruh suatu perairan biasanya disebabkan oleh bahan organik dan anorganik

    tersuspensi di dalam massa air sebagai hasil dari erosi tanah, limbah pertambangan,

    pembongkaran sampah dan aliran pembuangan limbah, limbah kertas dan juga

    sejumlah buangan limbah industri (Alabaster dan Loyd, 1980). Beberapa bahan

    padatan ini mempunyai kemungkinan beracun seperti berbagai garam garam dari

    logam, sedangkan lainnya seperti buangan limbah organik dapat menyebabkan

    penurunan oksigen di dalam air selama berlangsungnya pemecahan limbah oleh

    mikroorganisme.

    Kuantitas dan kualitas dari material padatan yang terdapat di dalam massa air

    sebagian besar ada di bawah kontrol dari pergerakan air yang mana mengangkut,

    memecah dan merubah ciri ciri dari bahan padatan. Pengendapan bahan ini

    sangat dipengaruhi oleh gaya tarik bumi, ukuran dan tingkat kepadatan partikel.

    Semakin besar dan padat suatu material padatan akan lebih mudah diendapkan

    dibanding dengan partikel yang berukuran kecil dan kurang padat. Barangkali arus

    laut dapat mencegah partikel dari pengendapan dan mensuspensikan kembali

    menjadi material yang terendapkan. Senyawa kimia di air dan salinitas,

    kemungkinan juga mempengaruhi proses penggumpalan dan sedimentasi. Padatan

    tersuspensi dapat mempengaruhi kerusakan insang dan masuk ke jaringan epithelial

    (Ellis, 1944; Eller, 1975; Raghavan et al., 1979).Jika kerusakan sangat parah akan

    mengakibatkan kematian. Kecepatan mortalitas bervariasi dengan species dan juga

    dengan kondisi alam dari material tersuspensi. Ellis (1944) mempunyai argumentasi

    bahwa partikel yang lebih besar pada tingkat kesadahan yang besar dan akan lebih

    besar kemungkinannya dalam merusak jaringan insang. Adanya padatan tersuspensi

    menunjukkan juga implikasi didalam penyakit seperti fin rot (Myxobacteria) (Herbert

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    51/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 171

    dan Meckens, 1961; Herbert dan Richard, 1963) dan menunjukkan pertumbuhan

    yang jelek bagi ikan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa pengaruh turbiditas dapat

    menyebabkan peningkatan hilangnya bahan makanan dan akhirnya menghambat

    pertumbuhan (Sigller et al., 1984). Tingkat kekeruhan di bawah 100 mg/L

    mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kebanyakan ikan (Beveridge, 1991).

    9. Penyempitan Laguna

    Dampak sedimentasi tidak hanya pendangkalan dan penyempitan laguna, tetapi juga

    hilangnya potensi ikan, udang serta berbagai jenis biota laut di pesisir selatan Pulau

    Jawa, Masalahnya, luasan areal laguna yang semakin sempit sehingga berdampak

    kepada bencana banjir dan hilangnya mata pencaharian warga.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    52/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 172

    Gambar 5.31. Perubahan Garis Pantai/Tanah timbul karena Sedimentasi Demak

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    53/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 173

    Gambar 6.22. MPT perairan Rembang

    Sedimentasi di wilayah perairan P. Karimun - Kepri

    Hasil analisa citra menunjukkan bahwa kondisi kawasan perairan Propinsi

    Kepulauan Riau mempunyai tingkat sedimentasi yang tinggi. Sebaran sedimentasi

    tertinggi terjadi di Perairan Kabupaten Karimun kemudian diikuti oleh Kota Batam

    dan Kabupaten kepulauan Riau. Tingginya tingkat sedimentasi di kawasan perairan

    ini disebabkan oleh adanya sebaran pola arus di Selat Malaka yang membawa massa

    air dengan kandungan sedimen tinggi dari wilayah perairan Bengkalis dan Sungai

    Kampr ke wilayah ini. Sebaran sedimentasi berjalan dari Utara di daerah bengkalis

    Kampar menuju P Karimun Besar ke arah Selatan menuju pulau - pulau di bagian

    Selatan, seperti P Parit, P Tulang, P Lumut, P Kundur, P Ungar, P Durai dan P

    Sanglang Besar terus bergerak ke bagian Selatan. Tingginya tingkat sedimentasi ini

    dapat ditandai oleh tingginya nilai turbidity yang terjadi pada hasil pengamatan

    lapangan yang dilakukan di berbagai stasiun pengamatan menunjukkan sebesar 20

    sampai dengan 25 NTU dengan kisaran nilai total padatan tersuspensi sebesar 53.33

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    54/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 174

    sampai dengan 66.67 mg/L. Didasarkan pada tingkat turbiditas dari masing -

    masing lokasi wilayah stasiun pengamatan setelah dibandingkan dengan baku mutu

    kualitas air untuk kepentingan budidaya laut, kesemuanya menunjukkan tingkat

    kelayakan yang cukup baik. Namun tingkat kekeruhan perairan di wilayah bagian

    Selatan P Karimun Besar, P Kundur sampai dengan pulau Durai menunjukkan

    terjadinya tingkat kekeruhan yang lebih tinggi. Di kawasan ini menunjukkan tingkat

    turbidity pada kisaran nilai antara 15 sampai dengan 25 NTU sedangkan kandungan

    padatan tersuspensi antara 40 sampai dengan 66.67 mg/L. Sedangkan di kawasan P

    Sugi menunujukkan tingkat turbidity dan total padatan tersuspensi jauh lebih

    rendah, yaitu antara 4 sampai dengan 10 NTU dan 10.67 sampai dengan 26.67

    mg/L. Kriteria kualitas air untuk kegiatan budidaya laut secara umum diperlukan

    turbidity pada tingkat di bawah 30 NTU dan total padatan tersuspensi di bawah 80

    mg/L (Breveridge, 1991). Padahal rumput laut ini memerlukan cahaya matahari

    yang cukup untuk melangsungkan proses fotosintesa yang menghasilkan energi

    untuk kehidupan dan pertumbuhan mereka.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    55/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 175

    Gambar 5.32. Sedimentasi di Wilayah Perairan Riau Kepulauan

    Kawasan Delta Mahakam

    Sesuai namanya, kawasan ini merupakan muara Sungai Mahakam. Secara

    geografis delta Mahakam terletak pada posisi strategis karena berdekatan dengan

    pusat-pusat kegiatan Prop. Kaltim, yaitu jalur menuju Kota Samarinda, sertatumbuhnya kegiatan industri minyak di sekitar kawasan ini (TotalFinalElf E&P).

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    56/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 176

    PERKEMBANGAN LUAS TAMBAK DI DELTA MAHAKAM

    420 3678

    15246

    52300

    67000

    85000

    0

    10000

    20000

    30000

    40000

    50000

    60000

    70000

    80000

    90000

    1986 1992 1996 1998 1999 2001

    TAHUN

    LUAS

    (HA)

    Gambar 5.33. Perkembangan Luas Tambak di Delta Mahakam (Dutrieux, 2001)

    Kawasan delta ini terletak pada zona intertidal dengan topografi sangat datar

    (kelerengan 0,1%). Secara umum delta ini didominasi oleh kawasan hutan mangrove

    seluas lebih dari 100.000 ha, dimana sebagian besar telah terkonversi menjadi

    kawasan budidaya tambak. Seperti dijelaskan dalam grafik di atas, dari mulai tahun

    1986 sampai dengan tahun 2001 telah dikembangkan lahan tambak seluas 85.000

    ha. Pada sisi lain pembukaan tambak ini memberikan dampak berupa berkurangnya

    fungsi yang diemban kawasan hutan mangrove dalam keseimbangan lingkungan

    perairan di kawasan ini. Gambar berikut ini menggambarkan perkembangan dan

    permasalahan kawasan mangrove di Delta Mahakam.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    57/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 177

    Gambar 5.34. Analisis Wilayah Mega Sedimentasi Delta Mahakam Dengan Citra

    Landsat_MSS 1983 Sebelum Dibuka Untuk Pertambakan

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    58/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 178

    Gambar 5.35. Citra Radarsat Delta Mahakam

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    59/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 179

    Gambar 5.36. Vegetasi nipah (Nypa fruticans,atas) dan bakau (Rhizopora.sp, bawah)Di Kanal Delta Mahakam

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    60/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 180

    Gambar 5.37. Pengukuran parameter kualitas perairan pada tambak (atas) danpada kanal (bawah) di Delta Mahakam

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    61/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 181

    Gambar 5.38. Pengukuran Parameter Kualitas Air Tambak

    Secara umum permasalahan yang harus segera diatasi di Delta Mahakam

    adalah degradasi area mangrove menjadi fungsi lain. Hal ini memerlukan upayapenghentian kegiatan tersebut melalui mekanisme perijinan kegiatan, serta upaya-

    upaya rehabilitasi dengan cara penghijauan nipah dan rhizopora sesuai karakter zona

    vegetasi ini. Di bidang kegiatan perikanan diarahkan pada optimalisasi kegiatan

    pertambakanyang telah ada.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    62/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 182

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    63/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 183

    Substrat Dasar , Habitat Pesisir dan Organisme Bentik Yang Berasosiasi

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    64/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 184

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    65/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 185

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    66/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 186

    Gambar 6.12. Hubungan tekstur sedimen dan habitat penyu

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    67/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 187

    Gambar 5.39. Habitat dan substrat Gurita (Octopus. Sp) di pantai barat Sumatra

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    68/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 188

    PadangLamun

    Padang lamun (seagrass) di wilayah Kab. Pesisir Selatan meliputi dua jenis

    yaitu En h a l u s a c r o i d e s dan T h a l la s e a h em p e r i n c h i i . Survei struktur komunitas

    makrobentos di perairan Teluk Bayur dan Bungus (Sumatera Barat) bertujuan

    mengungkapkan komposisi jenis, indeks keanekaragaman jenis dan kepadatannya.

    Pengambilan contoh dilakukan pada bulan Juni dan September 1998 dengan

    menggunakan grab Smith Mc Intyre (0,05m2) dan disaring dengan saringan 0,5 mm.

    Dari hasil yang diperoIeh, makrobentos yang dikoleksi dari ke dua perairan tersebut

    dapat dibagi menjadi 5 grup utama yaitu polychaeta, moluska, krustasea,ekhinodermata dan taksa rendah lain yang digolongkan ke dalarn grup lainnya.

    Jumlah jenis dari perairan Teluk Bayur pada bulan Juni dan September masing-

    masing berkisar antara 2 dan 49 jenis dan antara 2 dan 67 jenis. Jumlah jenis dari

    Teluk Bungus pada bulan Juni dan September masing-masing berkisar antara 4 dan

    48 jenis dan antara 5 dan 37 jenis. Indeks keanekaragaman jenis (H) dari perairan

    Teluk Bayur dan Bungus pada bulan Juni dan September bernilai sekitar 4,00. Indeks

    kemerataan dari perairan Teluk Bungus lebih tinggi nilainya daripada perairan Teluk

    Bayur. Kepadatan rata-rata makrobentos dari perairan Teluk Bayur pada bulan Juni

    dan September masing-masing berkisar antata 43,33 dan 2.973,33 ekor/m2 dan

    antara 206,67 dan 5.980,00 ekor/m2dan dari perairan Teluk Bungus masing-masing

    berkisar antara. 146,67 dan 2.853,33 ekor/m2 dan antara 20,00 dan 1.400,00

    ekor/m2. Baik jumlah jenis maupun kepadatan rata-rata makrobentos dari perairan

    Teluk Bayur dan Bungus pada bulan Juni dan September tidak menunjukkan

    perbedaan yang signifikan.

    E s t u a r i . Estuari atau perairan payau merupakan badan perairan yang berada di

    muara sungai yang masuk ke laut, teluk dan rawa pasang surut. Ciri khas dariperairan ini dasarnya didominasi oleh lumpur dan salinitasnya cenderung berfluktuasi

    harian dengan arus air yang lambat. Formasi vegetasi di daerah ini dominasi

    tumbuhan nipah (Nypa fruticans) dan mangrove, perairan ini oleh masyarakat desa-

    desa pantai digunakan untuk memproduksi molusca (Bivalvia/lokan dan

    Monovalva/langkitang) dan kepiting bakau. Kawasan estuari umumnya tersedia di

    setiap desa-desa pantai yang merupakan potensi budidaya perairan payau.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    69/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 189

    Es t u a r i d i K a b u p a t e n P a d a n g P a r i a m a n

    Terdapat 5 sumber air dari daratan (sungai) yang terus mengalir ke laut

    yaitu: Batang Sungai Limau yang mengalir ke pantai Desa Tanjung, Batang yang

    mengalir ke pantai Desa Malai Bawah, Batang Naras yang mengalir ke pantai Desa

    Padang Birik-Birik, Batang Anai dan Batang Ulakan Tapakis yang mengalir ke pantai

    Sunur kecamatan Nan Sabaris dan pantai Desa Tiram Kecamatan Ulakan Tapakis

    yang mengakibatkan terbentuknya muara di sepanjang pantai tersebut. Umumnya

    muara yang terbentuk dan banyak dijumpai adalah muara daratan pesisir serta

    muara laguna. Luas dari muara masing-masingnya belum diketahui. Pemanfaatan

    kawasan muara/estuaria disepanjang aliran sungai belumlah maksimal, karena

    orientasi masyarakat masih kepada kegiatan penangkapan. Muara/estuaria

    merupakan tempat penangkapan kepiting bakau, kerang, udang dan dapat juga

    sebagai daerah wisata.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    70/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 190

    E st u a r i d i K o t a P a d a n g

    Terdapat 21 sungai yang mengalir di kota Padang, tetapi hanya 4 yang terusmengalir ke laut. Sedangkan yang lainnya merupakan anak sungai dari yang empat

    tersebut. Sungai-sungai yang mengalir ke laut tersebut adalah : Batang Kuranji,

    Sungai Banjir Kanal, Batang Arau dan Batang Kandis. Umumnya muara yang

    terbentuk di sepanjang pantai adalah muara daratan pesisir dan muara laguna.

    Walaupun muara/estuaria begitu penting sebagai media bagi organisme terutama

    ikan dan kepiting, tetapi dengan meningkatnya pertumbuhan pabrik yang

    memanfaatkan aliran sungai sebagai daerah pembuangan limbah industri sehingga

    kawasan muara/estuaria akhir aliran menjadi tercemar. Warna air kuning karena

    terlalu banyak menampung limbah daratan. Kawasan muara/estuaria di sepanjang

    aliran sungai belum dimanfaatkan secara maksimal, karena orientasi masyarakat

    masih tertuju kepada kegiatan penangkapan. Sedangkan muara/estuaria merupakan

    tempat penangkapan kepiting bakau, kerang, udang dan dapat juga sebagai daerah

    wisata.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    71/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 191

    Es t u a r i d i K a b u p a t e n P e s i s i r Se l a t a n

    Di Kabupaten Pesisir Selatan terdapat 18 sungai yang terdiri dari 11 buah

    sungai besar dan 7 buah sungai kecil. Dari semua sungai tersebut hanya 6 (enam)

    sungai yang terus mengalir ke laut yaitu : Batang Tarusan, Batang Kapas, Batang

    Surantih, Batang Air Haji. Batang Air Muara Sakai dan Batang Silaut yang

    mengakibatkan terbentuknya muara di sepanjang pantai tersebut. Umumnya muara

    yang terbentuk dan banyak dijumpai adalah muara daratan pesisir serta muara

    laguna.

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    72/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 192

    Organisme Berasosiasi dengan Substrat Dasar

    Gambar . Sebaran spasial substrat dasar (%-silt) dan asosiasi jenis udang

    (perikanan demersal) di perairan Semarang (A.Hartoko & P Wibowo)

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    73/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 193

    Gambar 6.3. dan 6.4. Ikan demersal

    Gambar 5.40 . Jenis sumberdaya perikanan (atas) dan jenis-jenis Moluska demersal

    perairan Semarang (Photo : P Wibowo)

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    74/76

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    75/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    A_Hartoko 195

    Gambar 6.9. Bulubabi pada substrat pasir

    Gambar 5.41. Jenis Subtrat Terumbu Karang Perairan Pantai Palu

    Gambar 5.42. Jenis Subtrat Batuan Perairan Pantai Palu

  • 7/21/2019 BAB v Muatan Padatan Tersuspensi Dan Sedimentologi

    76/76

    Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan Indonesia

    Tabel 5.8. Peningkatan kelimpahan Polychaeta dan penurunan Gastropoda padasubstrat tambak dengan perlakuan polimer Chitosan (Hartoko, 2009d)

    Kelimpahan Bentos (Ind/m2)

    Tambak Dengan

    Kitosan

    Tambak Tanpa

    Kitosan

    Bl-1. Polychaeta

    Gastropoda

    755

    456

    110

    598

    Bl-2. PolychaetaGastropoda

    849457

    141550

    Bl-3. Polychaeta

    Gastropoda

    912

    440

    125

    583