laporan komposisi sedimentologi daerah sungai kaliurang
DESCRIPTION
laporan berisikan komposisi butir sedimen sungai daerah kaliurang KM 8TRANSCRIPT
I. MAKSUD DAN TUJUAN
I.A. Maksud
Maksud dari praktikum acara analisis komposisi butir pasir ini
adalah untuk melakukan identifikasi aspek – aspek morfologi butiran pasir
yang meliputi bentuk butir (form), derajat kebolaan (spherecity) dan
derajat kebundaran (roundness), identifikasi bentuk fragmen, menetukan
harga sphericity dan roundness dengan cara pengamatan visual.
I.B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara analisis komposisi butir pasir ini
adalah untuk mengetahui proses – proses geologi yang berperanan
terhadap mekanisme transportasi dan deposisi sedimen tersebut
berdasarkan morfologi butir pasir, mengetahui bentuk asal dari batuan
sumber, komposisi butiran, ukuran butir, proses transportasi, dan jarak
transportasi sedimen.
II. DASAR TEORI
Menurut Tucker (1991), batuan sedimen dapat dibagi menjadi 4 kelompok. ).
Kelompok pertama merupakan sedimen silisiklastik (terrigeneus atau epiklastik),
yaitu sedimen yang tersusun oleh fragmen-fragmen yang berasal dari batuan yang
telah ada sebelumnya yang tertransport dan terdeposisi melalui proses fisik.
Contoh batuannya adalah konglomerat, breksi, batupasir dan mudrock. Kelompok
kedua adalah sedimen hasil kegiatan biogenik, biokimia dan organik. Contoh
batuannya adalah batugamping, deposit fosfat batubara dan rijang. Kelompok
ketiga adalah sedimen hasil proses kimiawi, contohnya adalah deposit evaporit.
Kelompok keempat adalah sedimen volkaniklastik yang terbentuk oleh fragmen
batuan hasil aktivitas vulkanik. Dari keempat kelompok batuan sedimen ini,
masing-masing kelompok mempunyai komposisi partikel sedimen yang berbeda –
beda.
Informasi mengenai komposisi partikel sedimen yang selanjutnya digunakan
untuk menentukan :
Komposisi Partikel Sedimen | 1
Nama sedimen atau batuan sedimen
Mekanisme pembentukan dan/atau pengendapannya
Lingkungan pengendapan
Asal sumber batuan (provenance)
Iklim pada saat sedimen terbentuk
Informasi komposisi sedimen ini pun berguna untuk keperluan ekonomis
dalam aplikasinya di bidang eksplorasi minyak dan gas bumi. Dari komposisi
yang diperoleh, akan diketahui pula kelimpahan dari partikel penyusun sedimen.
Kelimpahan masing-masing jenis partikel sedimen ini akan bergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
Ketersediaan jenis partikel tersebut pada batuan/daerah asalnya
Durabilitas mekanik partikel, yakni ketahanan terhadap proses abrasi
yang dipengaruhi oleh belahan mineral dan kekerasan mineral/partikel
Stabilitas kimiawi partikel, yakni ketahanan terhadap proses pelarutan
baik selama pelapukan, transportasi deposisi maupun selama proses
diagenesis.
Iklim; pelarutan mineral akan berlangsung lebih intensif pada daerah
dengan iklim yang bersifat panas dan humid/lembab dibandingkan
pada daerah dengan iklim semi arid-arid atau dingin/polar.
Relief daerah asal partikel; mineral yang tidak stabil akan tetap
ditemukan pada sedimen yang partikelnya berasal dari daerah dengan
relief tinggi karena selalu ada suplai mineral dari batuan segar
walaupun tingkat pelapukannya tinggi, sedangkan daerah dengan relief
rendah, umumnya batuan segarnya telah tertutup oleh batuan yang
lapuk, sehingga hanya mineral yang stabil yang masih tersisa dan
kemudian tertransport.
Proses sedimentasi; seperti adanya benturan pada saat transportasi,
faktor hidraulik (mineral berat terendapkan terlebih dahulu
dibandingkan mineral ringan), dll.
Pemanfaatan informasi komposisi partikel sedimen untuk mengetahui
pengaruh dari faktor – faktor tersebut dikenal sebagi studi provenance sedimen/
Komposisi Partikel Sedimen | 2
batuan sedimen. Pettijohn et. al., (1987) mengemukakan bahwa studi provenance
adalah studi mengenai asal – usul atau kemunculan sedimen. Untuk studi
provenance umumnyadipergunakan asosiasi dari mineral berat yang ditemukan
dalam sedimen, namun demikian mineral ringan seperti kuarsa dan feldspar atau
fragmen batuan juga sering dipergunakan.
Partikel sedimen secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yakni
mineral ringan dan mineral berat. Pengelompokkan ini didasarkan atas berat jenis
dari masing-masing partikel sedimen :
1. Mineral Berat
Mineral berat merupakan mineral aksesoris yang konsentrasinya
biasanya kurang dari 1% pada batuan induk yang tahan terhadap
perubahan dan perusakan akibat proses sedimentasi. Meskipun jumlahnya
kecil, mineral berat sangat berperan dalam studi provenance, proses-proses
transportasi dan pelapukan sedimen serta studi korelasi dan paleogeografi.
Bentuk fisik mineral berat mencerminkan terhadap intensitas abrasinya.
Mineral berat memiliki berat jenis > 2,9 Mineral berat umumnya dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Kelompok mineral opak
Kelompok mineral ini mempunyai berat jenis yang sangat
tinggi karena kaya akan kandungan unsur Fe, contohnya berupa
magnetit, ilmenit, hematit, dan pirit
b. Kelompok ultra-stabil
Kelompok mineral ini memiliki kekerasan yang sangat
tinggi, sehingga bisa bertahan meski beberapa kali mengalami
reworking, contohnya adalah zircon, tourmalin, dan rutil.
c. Kelompok meta-stabil
Kelompok mineral ini memiliki kekerasan yang tidak
terlalu tinggi, sehingga cukup mudah untuk hancur atau teralterasi,
contohnya adalah olivin, apatit, hornblenda, piroksen, garnet,
epidot, klinozoisit, dan zoisit.
Komposisi Partikel Sedimen | 3
2. Mineral Ringan
Mineral ringan memiliki berat jenis < 2, 9. Yang termasuk dalam
kelompok mineral ringan merupakan mineral-mineral yang cenderung
bersifat asam, seperti feldspar dan kuarsa (berat jenis =2,6), serta fragmen-
fragmen batuan (litik).
Untuk menentukan simpangan baku mineral berat dan mineral ringan,
dapat ditentukan melalui Van der Plas chart.
Berdasarkan data komposisi partikel yang dimiliki, dapat dilakukan
analisis provenance serta menjelaskan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
proses deposisi sedimen tersebut. Misalnya melalui diagram triangular yang
memperlihatkan komposisi pasir dari beberapa daerah provenance (Dickison,
1985 dalam Tucker, 1991)
Komposisi Partikel Sedimen | 4
III. ALAT DAN BAHAN
III.A. Alat
1. Gelas kimia 10. Masker
2. Kertas saring 11. Sarung tangan
3. Pengaduk gelas 12. Tabel data
4. Mikroskop Binokuler 13. Alat tulis
5. Jarum 14. Plate
6. Tusuk gigi
7. Plastik Sampel
8. OHP marker
9. Kamera
III.B. Bahan
1. Sampel pasir ukuran mesh 60
2. Larutan Bromoform (CHB
3. Larutan alkohol
Komposisi Partikel Sedimen | 5
IV. LANGKAH KERJA
Komposisi Partikel Sedimen | 6
Sampel pasir ukuran mesh 60 dituangkan ke dalam gelas kimia
Larutan bromoform (CHBr3) sebanyak ± 20 mL dituangkan ke
dalam gelas kimia
Campuran sampel pasir dan larutan bromoform diaduk.
Tunggu sebentar hingga mineral berat terendapkan dan mineral
ringan mengapung
Larutan tersebut di saring menggunakan kertas saring.
Mineral yang terdapat pada kertas saring merupakan mineral ringan,
sedangkan mineral berat masih terendapkan di dalam gelas kimia
Mineral beratdisaring menggunakan kertas saring yang
berbeda
Baik mineral ringan maupun mineral berat, dicuci
menggunakan larutan alkohol. Lalu dikeringkan agar dapat diamati di bawah mikroskop
V. TABEL DATA DAN HISTOGRAM
Tabel hasil pengamatan mineral berat LP 1
No. Medan Pandan
g
Ilmenit
Magnetit
Hematit
Pirit
Zoisit
Apatit
Piroksen
Zircon
Turmalin
Jumlah
1 1 15 1 2 7 262 14 5 9 283 14 5 1 3 1 244 14 1 8 1 245 13 5 5 1 246 19 5 1 1 267 19 2 5 1 278 17 7 1 1 269 26 3 2910 22 1 3 26
Jumlah 1 173 8 4 51 4 17 1 1 260
Tabel frekuensi mineral berat LP 1
No.Mineral Berat
Frekuensi %
Simpangan Baku
% + simpangan baku
1 Magnetit 17366.5
4 6 72.542 Ilmenit 1 0.38 1 1.383 Apatit 4 1.54 1 2.544 Turmalin 1 0.38 1 1.385 Hematit 8 3.08 2 5.086 Pirit 4 1.54 1 2.54
7 Zoisit 5119.6
2 5 24.628 Piroksen 17 6.54 3 9.549 Zirkon 1 0.38 1 1.38
Jumlah 26068.4
6 121.00
Histogram mineral berat LP 1
Komposisi Partikel Sedimen | 7
Tabel hasil pengamatan mineral ringan / partikel lain LP 1
No. Medan Pandang Kuarsa Feldspar Litik Jumlah
1 6 12 7 252 7 11 7 253 4 15 8 274 5 13 5 235 6 14 6 266 5 13 8 267 6 12 8 268 6 9 19 349 3 11 11 2519 9 9 8 26
Jumlah 57 119 87 263
Tabel frekuensi mineral ringan / partikel lain LP 1
No.Mineral Berat
Frekuensi %
Simpangan Baku
% + simpangan baku
1 Kuarsa 57 21.67 5 26.672 Feldspar 119 45.25 6 51.253 Litik 87 33.08 6 39.08
Jumlah 263100.0
0 117.00
Histogram mineral ringan / partikel lain LP 1
Komposisi Partikel Sedimen | 8
0
10
20
30
40
50
60
26.67
51.25
39.08
Histogram Mineral Ringan LP 1
Kuarsa Feldspar Litik
Tabel hasil pengamatan mineral berat LP 2
No. Medan Pandang Magnetit Piroksen Litik Zoisit Jumlah
1 7 4 15 262 6 6 13 253 5 1 10 10 264 4 1 11 9 255 6 2 10 7 256 7 5 12 5 297 9 4 11 7 318 7 3 19 8 379 10 4 8 7 2910 16 4 8 6 34
Jumlah 77 34 117 59 287
Tabel frekuensi mineral berat LP 2
No. Mineral Berat Frekuensi % Simpangan
Baku% + simpangan
baku1 Magnetit 77 26.83 5 31.832 Piroksen 34 11.85 4 15.853 Litik 117 40.77 6 46.774 Zoisit 59 20.56 5 25.56
Jumlah 287 79.44 94.44
Histogram mineral berat LP 2
Komposisi Partikel Sedimen | 9
05
101520253035404550
31.83
15.85
46.77
25.56
Histogram Mineral Berat LP 2
Magnetit Piroksen Litik Zoisit
Tabel hasil pengamatan mineral ringan / partikel lain LP 2
No.Medan Pandang Kuarsa Feldspar Litik Jumlah
1 6 13 10 292 6 22 8 363 7 14 10 314 4 11 10 255 10 9 6 256 3 10 12 257 7 8 10 258 10 14 6 309 6 10 9 2510 7 8 10 25
Jumlah 66 119 91 276
Tabel frekuensi mineral ringan / partikel lain LP 2
No. Mineral Berat
Frekuensi % Simpangan
Baku% + simpangan
baku1 Kuarsa 66 27.05 6 33.052 Feldspar 117 47.95 6 53.953 Litik 61 25.00 5 30.00
Jumlah 244100.0
0 117.00
Komposisi Partikel Sedimen | 10
Histogram mineral ringan / partikel lain LP 2
0
10
20
30
40
50
60
33.05
53.95
30.00
Histogram Mineral Ringan LP 2
Kuarsa Feldspar Litik
Tabel hasil pengamatan mineral berat LP 4
No. Medan
PandangMagnetit Olivin Apatit Turmalin Hematit Jumlah
1 8 5 8 4 252 6 10 11 6 333 10 9 7 8 344 7 8 10 7 325 13 7 4 5 296 5 4 6 9 1 257 6 5 6 6 238 10 8 3 6 1 289 10 5 8 4 2710 6 5 4 6 21
Jumlah 81 66 67 61 2 277
Tabel frekuensi mineral berat LP 4
No.Mineral Berat Frekuensi %
Simpangan Baku
% + simpangan baku
1 Magnetit 81 29.24 5 34.242 Olivin 66 23.83 5 28.833 Apatit 67 24.19 6 30.194 Turmalin 61 22.02 6 28.02
Komposisi Partikel Sedimen | 11
5 Hematit 2 0.72 1 1.72Jumlah 277 77.26 123.00
Histogram mineral berat LP 4
0
5
10
15
20
25
30
35
29.24
23.83 24.1922.02
0.72
HISTOGRAM MINERAL BERAT LP 4
Tabel hasil pengamatan mineral ringan / partikel lain LP 4
No. Medan Pandang Kuarsa Feldspar Litik Jumlah
1 5 25 2 322 8 10 8 263 10 7 6 234 7 14 5 265 13 5 7 256 5 9 11 257 6 14 5 258 10 9 6 259 10 12 4 2610 6 12 7 25
Jumlah 80 117 61 258
Tabel frekuensi mineral ringan / partikel lain LP 4
No. Mineral Berat Frekuensi % Simpangan
Baku% + simpangan
baku1 Kuarsa 80 31.01 6 37.012 Feldspar 117 45.35 6 51.353 Litik 61 23.64 5 28.64
Jumlah 258 100.00 117.00
Komposisi Partikel Sedimen | 12
Histogram mineral ringan / partikel lain LP 4
0
10
20
30
40
50
60
Histogram Mineral Ringan LP 4
Kuarsa Feldspar Litik
VI. CONTOH PERHITUNGAN
a) Menghitung frekuensi mineral berat untuk mengetahui prosentase
mineral tersebut. Contoh: Perhitungan frekuensi mineral pirit pada
LP 1 :
% Frekuensi mineral pirit LP 1= Frekuensimineral pirit LP1Jumlah mineral berat LP1
x100 %
¿4
260x100 %=1.54 %
b) Menentukan simpangan baku dengan menggunakan Chart Van der
Plas dan menentukan nilai ”% + Simpangan Baku”. Caranya yaitu
dengan memplot nilai total jumlah butir mineral yang terhitung (n)
dan prosentase tiap mineral (p). Misalnya pada mineral piroksen
LP 1:
n LP 1 = 260
Komposisi Partikel Sedimen | 13
p Piroksen = 6.54 %
Diperoleh simpangan bakunya adalah 3 %. Maka nilai dari “% +
Simpangan Baku” adalah 6.54 % + 3% = 9.54 %
c) Untuk menentukan provenance dengan menggunakan diagram
triangular, maka harus dilakukan normalisasi terhadap prosentase
mineral kuarsa (Q), feldspar (F), dan litik (L).
% Normalisasi kuarsa LP 2= Frekuensikuarsa LP 2Jumlah mineral QLF LP 2
x 100 %
¿66
244x 100 %=27.05 %
VII. PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI
LP 1
Setelah dilakukan pengamatan terhadap mineral berat dan mineral
ringan lokasi pengamatan 1 (LP 1), diperoleh data yang menunjukkan
bahwa mineral – mineral berat yang mendominasi LP 1 merupakan
mineral magnetit dengan frekuensi 173 butir, mineral ziosit dengan
frekuensi 51 butir. Sedangkan mineral lainnya seperti mineral ilmenit,
apatit, turmalin, hematit, pirit, piroksen dan zirkon kelimpahannya di
Komposisi Partikel Sedimen | 14
LP 1 sangat sedikit. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
mineral berat yang mendominasi LP 1 adalah mineral magnetit
dengan kelimpahan 66.54 %. Sedangkan mineral ringan / partikel lain
di LP 1, mineral yang mendominasi merupakan mineral feldspar
dengan frekuensi 119 butir dan litik dengan frekuensi 87 butir.
Sedangkan mineral kuarsa, frekuensinya hanya 57 butir. Dari data
mineral ringan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mineral ringan
yang mendominasi LP 1 merupakan mineral feldspar dengan
kelimpahan 45.25 %.
LP 2
Setelah dilakukan pengamatan terhadap mineral berat dan mineral
ringan lokasi pengamatan 2 (LP 2), diperoleh data yang menunjukkan
bahwa mineral – mineral berat yang mendominasi LP 2 merupakan
mineral magnetit dengan frekuensi 77 butir dan litik dengan frekuensi
117 butir. Sedangkan mineral lainnya seperti mineral piroksen dan
zoisit kelimpahannya di LP 2 sangat sedikit. Dari data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa mineral berat yang mendominasi LP 2 adalah litik
dengan kelimpahan 40.77 %. Sedangkan mineral ringan / partikel lain
di LP 2, mineral yang mendominasi merupakan mineral feldspar
dengan frekuensi 117 butir dan mineral kuarsa dengan frekuensi 66
butir. Sedangkan litik, frekuensinya hanya 61 butir. Dari data mineral
ringan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mineral ringan yang
mendominasi LP 2 merupakan mineral feldspar dengan kelimpahan
47.95 %.
LP 4
Setelah dilakukan pengamatan terhadap mineral berat dan mineral
ringan lokasi pengamatan 4 (LP 4), diperoleh data yang menunjukkan
bahwa mineral – mineral berat yang mendominasi di LP 4 ini
merupakan mineral magnetit dengan frekuensi 81 butir, mineral olivin
dengan frekuensi 66 butir, mineral apatit dengan komposisi 67 butir,
Komposisi Partikel Sedimen | 15
mineral turmalin dengan komposisi 61 butir. Mineral – mineral berat
tersebut kelimpahan yang relatif sama. Sedangkan mineral hematit,
frekuensinya di LP 4 hanya 2 butir. Dari data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa mineral berat yang mendominasi LP 4 adalah
mineral magnetit dengan kelimpahan 29.24 %. Sedangkan mineral
ringan / partikel lain di LP 4, mineral yang mendominasi merupakan
mineral feldspar dengan frekuensi 117 butir dan mineral kuarsa
dengan frekuensi 80 butir. Sedangkan litik, frekuensinya hanya 61
butir. Dari data mineral ringan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
mineral ringan yang mendominasi LP 4 merupakan mineral feldspar
dengan kelimpahan 45.35 %.
Tabel frekuensi seluruh mineral berat
Mineral berat Frekuensi
Ilmenit 1
Magnetit 331
Hematit 10
Pirit 4
Zoisit 110
Apatit 71
Piroksen 51
Zirkon 1
Turmalin 62
Litik 117
Olivin 66
Komposisi Partikel Sedimen | 16
Jika seluruh mineral berat dari LP 1, LP 2, dan LP 4 dijumlahkan, maka dapat
disimpulkan bahwa mineral berat yang mendominasi Kali Boyong merupakan
mineral magnetit.
Tabel frekuensi seluruh mineral ringan
Mineral Ringan Frekuensi Frekuensi kumulatif
Kuarsa 203 26.5 %
Feldspar 353 49.6 %
Litik 209 27.3 %
Jika seluruh mineral ringan dari LP 1, LP 2, dan LP 4 dijumlahkan, maka
dapat disimpulkan bahwa mineral ringan yang mendominasi Kali Boyong meru
pakan mineral feldspar.
Berdasarkan data – data baik mineral berat maupun mineral ringan / partikel
lain tersebut, dapat dilakukan interpretasi terhadap nama batuan sedimen /
sedimen yang akan terbentuk, mekanisme atau proses pembentukan dan
pengendapan, iklim saat sedimen terbentuk juga setting tectonic dan provenance.
Nama batuan sedimen / sedimen
Klasifikasi Batuan Sedimen Silisiklastik Pettijohn (1977)
Komposisi Partikel Sedimen | 17
Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel merupakan Kali Boyong
yang berarti lokasi pengendapannya yaitu pada bentang alam fluvial. Sedimen
– sedimen pada Kali Boyong merupakan sedimen – sedimen hasil erupsi
Merapi yang tertransportasi maupun hasil erosi dari batuan – batuan yang
berada di sekitar Merapi. Hal ini menunjukkan bahwa batuan sedimen yang
akan terbentuk merupakan batuan sedimen silisiklastik. Dengan menggunakan
segitiga klasifikasi batuan sedimen silisklastik Pettijohn (1977), dapat
diinterpretasi batuan apa yang akan terbentuk yaitu dengan cara memplot
prosentase mineral kuarsa, mineral feldspar dan fragmen batuan / litik.
Berdasarkan data yang diperoleh pada pengamatan, prosentase mineral kuarsa
adalah 26.5 %, prosentase mineral feldspar adalah 49.6 % dan fragmen
batuan / litik memiliki prosentase 27.3 %. Setelah prosentase mineral kuarsa,
mineral feldspar dan fragmen batuan / litik diplot dalam segitiga klasifikasi
batuan sedimen siliklastik Pettijohn (1997), batuan yang mungkin akan
terbentuk adalah batuan sedimen arcosic arenite.
Mekanisme atau proses pembentukan dan pengendapan
Mineral berat merupakan mineral – mineral yang memiliki berat jenis
yang tinggi, contohnya ilmenit, magnetit, horblende, zikon, zoisit, olivin,
turmalin, dll. Sedangkan mineral ringan merupakan mineral – mineral yang
memiliki berat jenis yang rendah, contohnya mineral kuarsa, mika, feldspar,
dll. Pada saat sedimentasi mineral – mineral pada Kali Boyong ini, akan
terjadi proses hidrolik dimana mineral – mineral berat akan terendapkan lebih
dahulu dibandingkan mineral – mineral ringan. Mekanisme transportasi
mineral – mineral berat yaitu mekanisme bed load dimana mineral berat akan
lebih sering mengalami erosi atau penggerusan karena benturan / impact oleh
material lain maupun mineral lain. Sehingga lama kelamaan, semakin ke hilir,
mineral berat yang terus mengalami erosi dan akan semakin sedikit
jumlahnya.
Berdasarkan data pengamatan, dapat dilihat bahwa ada beberapa mineral
berat yang jumlahnya banyak yaitu magnetit dengan frekuensi 331 butir dan
Komposisi Partikel Sedimen | 18
zoisit dengan frekuensi 110 butir. Hal ini terjadi karena mineral magnetit dan
zoisit merupakan mineral yang resisten dan stabil. Magnetit memiliki
kekerasan 5.5 – 6 skala Mohs dan mineral zoisit memiliki kekerasan 6 – 7
skala Mohs. Kekerasan mineral ini membuat mineral resisten terhadap erosi,
sehingga mineral – mineral stabil tersebut memiliki jumlah yang banyak
meskipun sudah tertransportasi ke hilir sungai. Sedangkan mineral ringan
seperti kuarsa dan feldspar cenderung mengalami mekanisme transportasi
secara suspensi.
Iklim saat sedimen tersebut terbentuk
Iklim saat sedimen terbentuk dapat diinterpretasi dengan menggunakan
segitiga QLF (kuarsa, litik dan fragmen batuan). Namun terlebih dahulu,
prosentase mineral kuarsa, litik, dan mineral feldspar harus di normalisasi.
Setelah di normalisasi, prosentase mineral kuarsa (Q) LP 1 adalah 21.67 %,
prosentase litik (L) LP 1 adalah 33.08 % dan prosentase mineral feldspar (F)
LP 1 adalah 45.25 %. Prosentase mineral kuarsa (Q) LP 2 adalah 27.05 %,
prosentasi litik (L) LP 2 adalah 25 % dan prosentase mineral feldspar (F) LP 2
adalah 47.95 %. Prosentase mineral kuarsa (Q) LP 4 adalah 31.01 %,
prosentase litik (L) LP 4 adalah 23.64 % dan prosentase mineral feldspar (F)
LP 4 adalah 45.35 %. Data ini di plot dalam segitiga QLF.
Komposisi Partikel Sedimen | 19
LP 1 LP 2
Dari segitiga QLF yang sudah di plot data kelimpahan mineral kuarsa, litik
dan mineral feldspar, dapat dilihat pada lokasi pengamatan 1 (LP 1), iklim batuan
asalnya yaitu berada antara plutonic semiarid dan metamorphic semiarid. Pada
lokasi pengamatan 2 (LP 2), iklim batuan asalnya yaitu plutonic semiarid.
Sedangkan pada lokasi pengamatan 3 (LP 3), iklim batuan asalnya yaitu plutonic
semiarid.
Setting tectonic dan provenance
Provenance dapat diinterpretasi berdasarkan analisa mineral berat dan
analisa mineral ringan. Untuk menginterpretasi provenance berdasarkan
mineral berat, dapat digunakan tabel asosiasi mineral berat dan provenance
nya (Mc Lane, 1995). Untuk menganalisa provenance berdasarkan mineral
ringan, dapat digunakan segitiga QLF Dickinson (1985) dalam Tucker (1991).
Sedangkan untuk menginterpretasi setting tectonic, dapat digunakan segitiga
QLF Yerino & Maynard (1984) dalam Tucker (1991).
a) Provenance berdasarkan analisa mineral berat
Komposisi Partikel Sedimen | 20
LP 4
Tabel Asosiasi Mineral Berat dan Provenance (Mc Lane, 1995)
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data bahwa mineral –
mineral berat yang ditemukan pada Kali Boyong ini yaitu ilmenit,
magnetit, hematit, pirit, zoisit, turmalin, zirkon, apatit, piroksen dan olivin.
Dilihat dari asosiasinya, provenane sedimen – sedimen di Kali Boyong ini
mungkin merupakan batuan sedimen.
b) Provenance berdasarkan analisa mineral ringan
Komposisi Partikel Sedimen | 21
L
Q
F
Dapat dilihat bahwa provenance sedimen Kali Boyong adalah zona
transisi yang merupakan zona peralihan dari lempeng samudra ke lempeng benua.
Sedangkan kategori provenance nya yaitu zona magmatic arc yang merupakan
zona yang masih mengalami proses magmatisme secara aktif. Hal ini dibuktikan
oleh lokasi Kali Boyong yang tidak jauh dari Merapi.
c) Setting tectonic
Komposisi Partikel Sedimen | 22
LP 2LP 1
LP 4
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa material sedimen
Kali Boyong ini termasuk dalam daerah back-island arc yaitu daerah
setting tektonik yang berada pada bagian belakang island arc, yang
cenderung akan dipengaruhi oleh aktivitas magmatisme pada zona
konvergen antara lempeng samudera dengan lempeng samudera.
VIII. KESIMPULAN
1. Mineral berat didominasi oleh mineral magnetit dengan jumlah 331 butir.
2. Mineral ringan didominasi oleh mineral feldspar dengan jumlah 353 butir.
3. Sedimen terendapkan pada bentang alam fluvial.
4. Jika sedimen – sedimen tersebut terlitifikasi, maka batuan sedimen yang
akan terbentuk adalah arcosic arenite.
5. Mineral berat tertransportasi secara bed load sedangkan mineral ringan
tertansportasi secara suspensi.
6. Mineral yang resisten dan stabil, jumlahnya banyak karena resisten
terhadap erosi maupun pelarutan saat proses transportasi.
7. Iklim saat sedimen terbentuk yaitu plutonic semiarid.
8. Provenance sedimen yaitu pada zona transisi arc.
DAFTAR PUSTAKA
Komposisi Partikel Sedimen | 23
LP 1
LP 2
LP 4
Surjono, Sugeng Sapto;Amijaya,Donatus Hendra ;Winardi,Sarju.2010.Analisis
Sedimentologi.Yogyakarta.Pustaka Geo
Komposisi Partikel Sedimen | 24
L
A
M
P
I
R
A
N
Komposisi Partikel Sedimen | 25