tugas sedimentologi agp 2015
DESCRIPTION
tugas ini dimaksudkan untuk memahami deskripsi awal mengenai sejarah dan keterkaitan sedimentologi dengan ilmu lain yang induknya adalah GeologiTRANSCRIPT
-
TUGAS MANDIRI I SEDIMENTOLOGI
*Diajukan untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Sedimentologi yang di
ajar oleh: Yudi Rahayudin, ST., MT
Oleh
Nama : Roni Permadi
NPM : 11051430
Program Studi : Teknik Geologi Terapan
POLITEKNIK GEOLOGI & PERTAMBANGAN AGPJalan Sulaksana No. 21. Bandung Telp/Fax : 022 7276638
E-mail : [email protected]
BANDUNG
2014
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
i
KATA PENGANTAR
Jawaban tugas Mandiri I Sedimentologi ini, dibuat untuk memenuhi salah
satu syarat nilai untuk mengikuti UTS dan UAS yang diajarkan oleh Dosen, Yudi
Rahayudin, ST, MT. Tugas ini dikerjakan kurang lebih 7 (tujuh) hari terhitung
dari tanggal 13 Februari 2015, dengan hadirnya tugas ini penulis berharap bisa
belajar kesejarahan terkait mata kuliah Sedimentologi dan cara peng
aplikasiannya ketika dilapangan.
Akhirnya Penulis menyampaikan Semoga tugas ini dapat memberikan
manfaat dan sebagai sumbangsih pemikiran khususnya untuk penulis, tidak lupa
penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan jawaban tugas ini masih terdapat
kekurangan baik dalam kosa kata ataupun isi yang kurang lengkap. Penulis sadar
bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu penilaian yang
sangat penuh penulis harapkan dari dosen yang mengajar Mata Kuliah
Sedimentologi.
Bandung, 18 Februari 2014
Roni Permadi
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
ii
DAFTAR ISI
halSampul depanKata Pengantar .................................................................................. iDaftar Isi ............................................................................................ iiSOAL NOMOR 1 .......................................................................... 1SOAL NOMOR 2 .......................................................................... 9
SOAL NOMOR 3 .......................................................................... 12
SOAL NOMOR 4 .......................................................................... 13
SOAL NOMOR 5 .......................................................................... 16
SOAL NOMOR 6 .......................................................................... 17
SOAL NOMOR 7 .......................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
1
JAWABAN
TUGAS MANDIRI I SEDIMENTOLOGI
1 Jelaskan mengenai sejarah perkembangan Sedimentologi dan Stratigrafi!
Sedimentologi, cabang ilmu geologi yang mempelajari sedimen atau endapan
(Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan
sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian
mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan
atau tersedimentasikan.
Dengan dikemukannya doktrin uniformitarisme pada akhir abad ke 19
berdampak besar sekali pada perkembangan ilmu sedimentologi ini. Hal ini
terlihat jelas pada tulisan beberapa penulis, seperti Sorby (1853) dan Lyell (1865)
yang mengemukakan interpretasi modern tentang struktur dan tekstur dari batuan
sedimen.
Sampai pertengahaan abad ke 20, sedimentologi lebih dikenal hanya sebatas
pada studi di bawah mikroskop, terutama untuk fosil. Dalam perioda itu mineral
berat dan penghitungan secara petrografis (point counting) berkembang dengan
pesat. Secara serentak, para ahli stratigrafi menemukan fosil-fosil kunci penunjuk
umur batuan.
Para ahli geologi struktur mempunyai andil besar mendorong pengembangan
ilmu sedimentologi. Mereka menemui kesulitan dalam menentukan bagian atas
dan bagian bawah suatu lapisan yang sudah terlipat kuat sampai terjadi
pembalikan lapisan. Beberapa struktur sedimen seperti retakan (desiccation
crack), silang siur dan perlapisan bersusun, sangat edial untuk memecahkan
persoalan ini (Shrock, 1948). Pada 1950an sampai awal 1960an berkembang
konsep tentang arus turbit. Sementara itu ahli petrografi masih sibuk menghitung
zirkon dan ahli stratigrafi sibuk pula mengumpulkan fosil sebanyak-banyaknya,
ahli struktur geologi sudah mulai bertanya berapa tebal runtunan endapan turbit
ini di geosinklin. Pertanyaan ini menyibukan geologiawan untuk mengetahui hasil
endapan turbit pada setiap jenis.
1
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
2
Pendorong lain terhadap perkembangan sedimentologi datang dari perusahaan
minyak, dimana mereka mulai mencari jebakan stratigrafi. Pelopornya adalah
American Petroleum Institute dengan Project 51-nya, yang mempelajari secara
multi disiplin dari sedimen moderen di Teluk Meksiko. Kemudian kegiatan
seperti ini diikuti oleh perusahaan lain, universitas dan institusi oseanografi.
Sehingga pada akhir 1960an sedimentologi sudah kokoh menjadi suatu cabang
ilmu pengetahuan sendiri.
Pada 1970an penelitian sedimentologi mulai beralih dari makroskopis dan fisik
ke arah mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik analisa dan
penggunaan katadoluminisen dan mikroskop elektron memungkinkan para ahli
sedimentologi mengetahui lebih baik tentang geokimia. Perkembangan yang pesat
ini memacu kita untuk mengetahui hubungan antara diagenesa, pori-pori dan
pengaruhnya terhadap evolusi porositas dengan kelulusan batupasir dan
batugamping.
Saat ini berkembang perbedaan antara makrosedimentologi dan mikro-
sedimentologi. Makrosedimentologi berkisar studi fasies sedimen sampai ke
struktur sedimen. Di lain fihak, mikrosedimentologi meliputi studi batuan
sedimen di bawah mikroskop atau lebih dikenal dengan petrografi. (Richard C.
Selley, 2000)
Selanjutnya dikutup dari sumber lain sejarah mengenai Sedimentologi adalah
Pembelajaran batuan sedimen pada mulanya merupakan pembelajaran stratigrafi,
berupa penelitian lapangan yang dilakukan untuk mengetahui geometri umum
(ketebalan dan penyebaran) tubuh sedimen. Salah satu buah pikiran penting dalam
perkembangan stratigrafi dipersembahkan oleh William Smith (1815), seorang
insinyur dan surveyor otodidak, melalui karyanya: peta geologi Inggris. Peta itu
disusun berdasarkan hasil penelitian Smith selama bertahun-tahun dengan
menempuh perjalanan sejauh 11.000 mil. Itulah tulisan pertama yang berhasil
merekam penyebaran dan urut-urutan batuan sedimen di suatu daerah. Sumbangan
pemikiran penting dari Smith adalah penggunaan fosil untuk korelasi. Dari
penjelasan di atas kita dapat memaklumi bahwa sedimentologi berakar pada
stratigrafi. Karena itu, tidak mengherankan apabila pada saat ini kita masih
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
3
melihat eratnya kaitan antara stratigrafi dan sedimentologi. Para ahli stratigrafi
masa lalu banyak menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam mengembangkan
pengetahuan tentang sedimen. Pemikiran-pemikiran tersebut sebagian diwujudkan
dalam bentuk tulisan, misalnya dalam buku Principles of Stratigraphy karya
Grabau (1913) dan Treatise of Sedimentation karya Twenhofel (1928).
Pembelajaran sedimen sebagai disiplin tersendiri, terpisah dari stratigrafi,
dimulai dengan terbitnya surat terbuka Henry Clifton Sorby (1879) kepada
Presiden Geological Society of London yang berjudul On the structure and
origin of limestones. Meskipun ketertarikan Sorby pada batuan sedimen telah
muncul sejak 1850, namun surat tersebut dan makalahnya yang berjudul On the
structure and origin of the non-calcareous stratified rocks (terbit pada 1880) saja
yang dipandang para ahli sebagai dua tonggak penting yang menandai kelahiran
sedimentologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru.
Sorby memperkenalkan studi sayatan tipis sebagai salah satu teknik penelitian
batuan sedimen. Teknik itu kemudian digunakan sebagai salah satu teknik paling
mendasar dalam penelitian petrologi, baik penelitian petrologi batuan sedimen,
maupun penelitian petrologi batuan beku dan batuan metamorf. Karena itu, Sorby
dipandang sebagai Bapak Petrologi. Pemikiran Sorby jauh melampaui rekan-
rekan seangkatan-nya. Karyanya tentang pemakaian lapisan silang-siur dalam
perekonstruksian paleogeografi tidak banyak dipahami rekan-rekannya dan baru
dapat dibuktikan kesahihannya pada pertengahan abad ke-20.
Studi sayatan tipis kemudian lebih banyak dikembangkan oleh para ahli
petrologi batuan beku, khususnya para ahli petrologi Jerman seperti Rosenbusch
dan Zirkel. Sebaliknya, teknik itu justru agak diabaikan oleh para ahli yang
menggeluti batuan sedimen. Hal itu mungkin terjadi karena generasi ahli sedimen
saat itu lebih terdidik sebagai ahli stratigrafi, bukan ahli petrologi sedimen atau
ahli sedimentologi. Namun, masih ada beberapa orang yang dapat dipandang
sebagai pengecualian, misalnya Lucien Cayeux dari Perancis. Studi sayatan tipis
batuan sedimen, yang pernah ditinggalkan, kini ini kembali mendapat perhatian
yang cukup serius dari kalangan ahli batuan sedimen. Hal ini mungkin berkaitan
dengan berkembangnya sedimentologi sebagai suatu cabang ilmu geologi
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
4
tersendiri yang telah menghasilkan generasi baru yang benar-benar ahli dalam
sedimentologi.
Pada akhir abad 19 serta awal abad 20, para ahli petrologi sedimen (kecuali
Cayeux) lebih banyak menujukan perhatian mereka pada pemelajaran mineralogi
sedimen, khususnya mineral berat (BJ > 2,85). Studi mineral berat umumnya
dilakukan oleh para ahli Eropa. Hasil penelitian Illing (1916), yang menunjukkan
bahwa endapan sedimen dalam cekungan tertentu cenderung mengandung
kumpulan mineral berat tertentu, telah mendorong munculnya apa yang disebut
sebagai korelasi mineral berat (heavy-mineral correlation). Kegunaan mineral
berat sebagai alat korelasi dan penerapannya dalam korelasi bawah permukaan
dalam kegiatan eksplorasi migas telah menambah daya tariknya. Puncak fasa
perkembangan studi mineral berat ditandai dengan terbitnya Principles of
Sedimentary Petrography karya Milner (1922). Buku itu pernah dijadikan rujukan
oleh para ahli yang ingin mempelajari mineral detritus dalam pasir. Makin lama
pemelajaran mineral berat makin kurang diminati para ahli sedimen. Hal itu
terjadi karena: (1) timbulnya keraguan akan kesahihan korelasi yang didasarkan
pada kehadiran mineral berat seperti yang diajukan oleh Sidowski dan Weyl; (2)
adanya perkembangan baru, yakni pemakaian mikrofosil dan well logs sebagai
alat korelasi bawah permukaan. Agaknya sebab kedua itulah yang mengakhiri
era studi mineral berat.
Pada 1919, tesis master C. K. Wentworth yang berjudul A Field and
Laboratory Study of Cobble Abrasion diterbitkan dalam Journal of Geology.
Wentworth, yang pada waktu itu merupakan mahasiswa pasca sarjana pada
University of Iowa, Amerika Serikat, mengembangkan satu ancangan baru untuk
meneliti material sedimen. Dia juga mampu mendefinisikan kebundaran sebagai
suatu sifat fisik partikel sedimen yang dapat diukur. Kuantifikasi sifat itu mampu
menggantikan penilaian subjektif yang sebelum-nya digunakan oleh para ahli
sedimentologi dalam menentukan kebundaran. Lebih jauh lagi, kuantifikasi
memicu munculnya data kuantitatif serta memungkinkan dilakukannya studi
laboratorium terhadap proses sedimentasi, misalnya abrasi kerakal. Dengan
demikian, Wentworth membawa sedimentologi untuk memasuki era pengukuran
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
5
dan percobaan terkontrol. Benar, bahwa sebelumnya telah ada ahli sedimentologi
yang melakukan berbagai percobaan, misalnya saja analisis besar butir yang
dilakukan oleh Daubree, namun penelitian-penelitian itu tidak memberikan
pengaruh yang berarti pada pemikiran para ahli sedimentologi saat itu sehingga
mereka umumnya masih tetap melakukan penelitian secara kualitatif dan agak
subjektif.
Makalah pertama karya Wentworth itu kemudian disusul oleh sejumlah
makalah lain yang menunjukkan kepada semua pihak betapa bergunanya metoda
tersebut dalam penelitian sedimen. Selama dua dasawarsa berikutnya, metoda
kuantatif diterapkan oleh banyak ahli sedimentologi terhadap sifat-sifat sedimen
yang lain. Ledakan data kuantitatif itu pada gilirannya menimbulkan kebutuhan
para ahli akan adanya metoda-metoda yang memungkinkan mereka dapat
mengambil intisari yang terkandung didalamnya untuk menghasilkan butir-butir
pengetahuan baru. Metoda yang dibutuhkan itu telah tersedia, yakni metoda
statistika yang pada waktu itu masih terus dikembangkan oleh banyak ahli
statistika dan matematika.
Meskipun metoda pengukuran besar butir sedimen klastika atau sering disebut
analisis mekanik sudah digunakan secara luas dalam disiplin ilmu lain, khususnya
ilmu tanah, namun metoda itu baru dikembangkan untuk pemelajaran sedimen
pada akhir abad 19. Masuknya metoda itu ditandai dengan terbitnya karya tulis
Udden (1899, 1914). Kedua karya tulis Udden itu termasuk tulisan pertama yang
mencoba menjelaskan sejarah endapan sedimen berdasarkan hasil analisis besar
butir (untuk mengetahui sejarah perkembangan penelitian besar butir, lihat karya
tulis Krumbein, 1932). Metoda analisis dan penerapan teknik-teknik statistika
untuk analisis besar butir kemudian disempurnakan dan dikembangkan lebih jauh
oleh Krumbein dan ahli-ahli lain.
Penelitian sedimen resen merupakan hal esensil untuk memahami sedimen
purba. Hal itu pada hakekatnya merupakan konsekuensi logis dari teori
uniformitarisme yagn dikemukakan oleh James Hutton. Dengan pengecualian
untuk Walther, Thoulet, dan beberapa ahli lain, para ahli sedimen hingga beberapa
tahun terakhir umumnya masih mengabaikan aspek ini. Pengetahuan kita tentang
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
6
sedimen resen, khususnya sedimen bahari, sebagian besar diperoleh dari hasil-
hasil penelitian oseanografi. Penelitian oseanografi pertama, dan mungkin yang
paling terkenal, adalah Ekspedisi Challenger. Terbitnya laporan Ekspedisi
Challenger pada 1891 menandai berdirinya oseanografi sebagai suatu disiplin
ilmu tersendiri. Laporan itu antara lain berisi data tentang penyebaran dan sifat
sedimen bahari, khususnya sedimen yang ada di dasar laut-dalam. Ekspedisi-
ekspedisi lain yang dilaksanakan dengan memakai kapal peneliti Gazelle, Meteor,
Blake, dan lain-lain makin menambah data dan pengetahuan kita mengenai
sedimen bahari. Selama beberapa tahun terakhir makin banyak ahli geologi yang
berpendapat bahwa penelitian sedimen resen banyak membantu perkembangan
sedimentologi. Stetson (dari Woods Hole) dan Shepard (dari Scripps) adalah dua
ilmuwan yang banyak memberikan sumbangan pemikiran dan membangkitkan
kembali ketertarikan orang terhadap endapan bahari. Sedimen delta dan litoral
juga dipelajari secara intensif pada beberapa dasawarsa terakhir, khususnya oleh
Fisk (di Amerika Serikat), van Straaten dkk (di Belanda), serta oleh suatu
kelompok studi di Senckenberg. Recent Marine Sediments yang disunting oleh
Parker Traks (1939) merupakan salah satu bukti makin tingginya ketertarikan para
ahli geologi terhadap sedimen resen. Proyek penelitian American Association of
Petroleum Geologists di Teluk Mexico, berbagai penelitian van Straaten pada
beberapa dataran pasut di Belanda, penelitian-penelitian van Andel di Sungai
Rhine dan Orinoco, penelitian-penelitian Kruit & van Andel pada delta Rhone,
serta penelitian Ginsburg pada endapan karbonat di Bahama dan Florida adalah
beberapa contoh yang menunjukkan kecenderungan para ahli untuk mempelajari
sedimen resen.
Penelitian-peneliitan sedimen Holosen yang lebih berguna haruslah bersifat
tiga dimensi, meliputi pengeboran yang memungkinkan diketahuinya geometri
tiga dimensi dari endapan, urutan vertikal lapisan-lapisannya, serta struktur
sedimen yang ada didalamnya. Ancangan tiga dimensional untuk mempelajari
sedimen resen mendorong orang untuk meninjau lebih jauh geometri dan
penampang vertikal sedimen, baik sedimen resen maupun sedimen purba. Bentuk
dan dimensi endapan pasir merupakan salah satu hal yang banyak menarik
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
7
perhatian para ahli dan telah dijadikan tema simposium pada 1960 (Peterson &
Osmond, 1961). Demikian pula dengan morfologi terumbu modern dan purba
(lihat, misalnya, Reef Issue pada Bullentin AAPG vol. 34, no. 2).
Stratigrafi, klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu terhadap lainnya.
Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan
fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi).
stratigrafi :Strata = Perlapisan, sedimenGrafi = Pemerin / Uraian
Dalam arti sempit Stratigrafi adalah ilmu yang membahas tentang uraian /
pemerian perlapisan batuan, pada arti luasnya adalah aturan, hubungan dan
kejadian macam-macam batuan dialam, dalam dimensi ruang dan waktu geologi.
Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah
William Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan tanah muncul pada
urutan yang sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan
tanah yang terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pe-
ngecualian. Karena banyak lapisan tanah merupakan kesinambungan yang utuh ke
tempat yang berbeda-beda maka, bisa dibuat perbandingan pada sebuah daerah
yang luas. Setelah beberapa waktu, dimiliki sebuah sistem umum periode-periode
geologi meski belum ada penamaan waktunya.
Lebih dikenal dengan nama Stratum yang di definisikan sebagai suatu layer
batuan yang dibedakan dari lapisan lain yang terletak di atas atau dibawahnya.
William Smith, Bapak stratigrafi, adalah orang yang pertama-tama menyadari
kebenaan fosil yang terkandung dalam sedimen. Sejak masa Smith, stratigrafi
terutama membahas tentang penggolongan strata berdasarkan fosil yang ada
didalamnya. Penekanan penelitian stratigrafi waktu itu diletakkan pada konsep
waktu sehingga pemelajaran litologi pada waktu itu dipandang hanya sebagai ilmu
pelengkap dalam rangka mencapai suatu tujuan yang dipandang lebih penting,
yakni untuk menggolongan dan menentukan umur batuan.
Pada tahun-tahun berikutnya, pembelajaran minyak bumi secara khusus telah
memberikan konsep yang sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi. Konsep yang
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
8
baru itu tidak hanya menekankan masalah penggolongan dan umur, namun juga
litologi. Berikut akan disajikan beberapa contoh yang menggambarkan konsep-
konsep tersebut di atas.
Para ahli lain berpendapat contohnya Moore (1941, h. 179) menyatakan
bahwa stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang membahas tentang definisi
dan pemerian kelompok-kelompok batuan, terutama batuan sedimen, serta
penafsiran kebenaannya dalam sejarah geologi. Menurut Schindewolf (1954, h.
24), stratigrafi bukan Schichtbeschreibung, melainkan sebuah cabang geologi
sejarah yang membahas tentang susunan batuan menurut umurnya serta tentang
skala waktu dari berbagai peristiwa geologi (Schindewolf, 1960, h. 8). Teichert
(1958, h. 99) menyajikan sebuah ungkapan yang lebih kurang sama dalam
mendefinisikan stratigrafi sebagai cabang ilmu geologi yang membahas tentang
strata batuan untuk menetapkan urut-urutan kronologinya serta penyebaran
geografisnya. Sebagian besar ahli stratigrafi Perancis juga tidak terlalu
menekankan komposisi batuan sebagai sebuah domain dari stratigrafi (Sigal,
1961, h. 3).
Pada perkembangannya ilmu Stratigrafi telah dibahas pada pertemuan
International Geological Congress di Copenhagen pada 1960. Salah satu
kelompok, yang sebagian besar merupakan ahli-ahli geologi perminyakan, tidak
menyetujui adanya pembatasan pengertian dan tujuan stratigrafi seperti yang telah
dicontohkan di atas. Bagi para ahli geologi itu, stratigrafi adalah ilmu yang
mempelajari strata dan berbagai hubungan strata (bukan hanya hubungan umur)
serta tujuannya adalah bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan mengenai
sejarah geologi yang terkandung didalamnya, melainkan juga untuk memperoleh
jenis-jenis pengetahuan lain, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai nilai
ekonomisnya (International Subcommission on Stratigraphy and Terminology,
1961, h. 9). Konsep stratigrafi yang luas itu dipertahankan oleh subkomisi tersebut
yang, sewaktu memberikan komentar terhadap berbagai definisi stratigrafi yang
ada saat itu, menyatakan bahwa stratigrafi mencakup asal-usul, komposisi, umur,
sejarah, hubungannya dengan evolusi organik, dan fenomena strata batuan lainnya
(International Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 18).
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
9
Karena berbagai metoda petrologi, fisika, dan kimia makin lama makin
banyak digunakan untuk mempelajari strata dan makin lama makin menjadi
bagian integral dari penelitian stratigrafi, maka kelihatannya cukup beralasan bagi
kita untuk mengadopsi konsep stratigrafi yang luas sebagaimana yang diyakini
oleh subkomisi tersebut.
2 Jelaskan konsep tektonik lempeng dan hubungannya dengan proses
sedimentasi!
Konsep Tektonik Lempeng, Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli
geofisika Inggris, Mc Kenzie dan Robert Parker (1967). Kedua ahli itu
menjadikan teori-teori sebelumnya sebagai satu kesatuan konsep yang lebih
sempurna sehingga diterima oleh para ahli geologi.
Teori lempeng tektonik diyakini oleh banyak ahli sebagai teori yang
menerangkan proses dinamika bumi, antara lain gempa bumi dan pembentukan
jalur pegunungan. Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer
terdiri dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih padat yang
disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak
benua. Kerak samudra tersusun atas batuan yang bersifat basa, sedangkan kerak
benua tersusun atas batuan yang bersifat asam.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat adanya aliran
panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng kerak
bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber
kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng tektonik; merupakan dasar
dari terbangunnya system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi,
pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
10
Gambar 1. Lempeng tektonik
Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan
lempeng yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling melewati.
Gambar 2. Jenis teori tektonik lempeng
a. Pergerakan lempeng saling mendekat
Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya
tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
11
yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan
merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang jalur
penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan
pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan
Lempeng Indo- Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng
tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api
di Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra dan
Jawa.
Batas antarlempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan tumbukan
dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain (subduct)
disebut batas konvergen atau batas lempeng destruktif.
b. Pergerakan lempeng saling menjauh
Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan
peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang
membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak
terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng
yang baru. Proses ini berlangsung secara kontinu. Contoh hasil dari pergerakan
lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di
Samudra Pasifik dan Benua Afrika.
Batas antarlempeng yang saling menjauh hingga mengakibatkan terjadinya
perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau batas lempeng
konstruktif.
c. Pergerakan lempeng saling melewati
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar
dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada
pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu,
tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan
antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar
sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
12
lempeng ini adalah patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk
karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng
Pasifik bergerak ke arah utara. Batas antarlempeng yang saling melewati dengan
gerakan yang sejajar disebut batas menggunting (shear boundaries).
Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal berada di Sirkum Pasifik.
Kawasan ini dikenal dengan sebutan lingkaaran api Pacific (Ring of Fire) karena
di sepanjang kawasan ini muncul serangkaian gunung api.
Selain menjadi tempat munculnya gunung api, zona subduksi di lingkaran api
Pasifik juga merupakan tempat terjadinya gempa bumi. Menurut United State
Geological Survey (USGS), sekitar 90% gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang
jalur lingkaran api Pasifik. Gempa bumi yang terjadi di lingkaran api Pasifik lebih
sering diakibatkan oleh gerakan lempeng tektonik daripada aktivitas gunung
apinya.
Hubungan dengan Sedimentasi, didalam pembentukan nya memerlukan
yang namanya cekungan sedimen karena erat hubungannya dengan gerakan kerak
dan proses tektonik yang dialami lempeng (plate tectonic). Ingersol dan Busby
(1995) menunjukkan bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat)
tataan tektonik: divergen, intraplate, konvergen dan transform). Menurut
Dickinson, 1974 dan Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen dapat berdasarkan
pada tipe dari kerak dimana cekungan berada, posisi cekungan terhadap tepi
lempeng, untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi
lempeng yang terjadi selama sedimentasi, Waktu pembentukan dan basin fill
terhadap tektonik yang berlangsung,
3 Apa yang dilakukan bila menemukan batuan sedimen dilapangan!
Sebagai ahli geologi muda, bila menemukan batuan sedimen tentu kita pasti
akan bercerita, dari yang pertama, deskripsi batuan tersebut, sejarah
pembentukkannya, lingkungan pengendapannya bila terdapat fosil diceritakan
pula umur dari fosil tersebut.
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
13
4 Jelaskan Apa yang anda ketahui tentang pelapukan!
Pelapukan adalah penghancuran bertahap batu di bawah kondisi permukaan.
Pelapukan mungkin melibatkan proses fisik (pelapukan mekanik) atau aktivitas
kimia (pelapukan kimia). Beberapa pekerja juga mencakup tindakan makhluk
hidup (pelapukan organik), meskipun ini juga dapat diklasifikasikan sebagai
mekanik atau kimia atau kombinasi keduanya.
Pelapukan dapat berkisar dari perubahan warna semua perubahan secara
lengkap dari mineral ke dalam tanah liat dan mineral permukaan lainnya.
Pelapukan menciptakan suatu proses dari diubah dan melonggarkan material,
erosi berarti pelapukan yang ditambah transportasi pada saat yang bersamaan,
pelapukan diperlukan untuk terjadinya suatu erosi.
Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitusebagai berikut:
1) Pelapukan mekanikPelapukan mekanik (fisis), yaitu peristiwa hancur dan lepasnya material
batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanikmerupakan penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang lebihkecil.
Gambar 3. Proses Pelapukan Fisik
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu sebagaiberikut.
a. Akibat perbedaan temperatur: Batuan akan mengalami prosespemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
14
dingin. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka lambatlaun batuan akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadibongkah-bongkah kecil.
b. Akibat erosi di daerah pegunungan: Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar, sehingga air akan menjadisebuah tenaga tekanan yang merusak struktur batuan.
c. Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan: Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitujuga dengan hewan yang selalu membawa butir-butir batuan daridalam tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinyapelapukan mekanis (fisik). Dengan pengetahuannya, batuansebesar kapal dapat dihancurkan dalam sekejap denganmenggunakan dinamit.
d. Akibat perubahan air garam menjadi kristal: Jika air tanahmengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dangaram akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapatmerusak batuan pegunungan sekitarnya, terutama batuan karang.
2) Pelapukan kimiawiPelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan yang disertai
dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan initerjadi dengan bantuan air, dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yangterjadi dalam pelapukan kimiawi ini disebut dekomposisi.
Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu sebagaiberikut.
a) Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaansaja.
b) Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnyamenjadi ion-ion positif dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkaitdengan pembentukan tanah liat.
c) Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalamiproses oksidasi umumnya akan berwarna kecoklatan, sebab kandunganbesi dalam batuan mengalami pengkaratan. Proses pengkaratan iniberlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan mengalamipelapukan.
d) Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas initerkandung pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuanyang mudah mengalami karbonasi adalah batuan kapur. Reaksi antara
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
15
CO2 dengan batuan kapur akan menyebabkan batuan menjadi rusak.Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Airyang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudahmelarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutandan dapat menimbulkan gejala karst. Proses pelapukan batuan secarakimiawi di daerah karst disebut kartifikasi.
3) Pelapukan organik (biologis)Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan oleh makhluk hidup.
Pelapukan jenis ini dapat bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yangmenjadi pembedanya adalah subyek yang melakukannya, yaitu makhluk hidupberupa manusia, hewan ataupun tumbuhan. Contohnya lumut, cendawan ataupunbakteri yang merusak permukaan batuan.
Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitusebagai berikut.
a) Keadaan struktur batuanStruktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan.
Sifat fisik batuan, misalnya warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan adalahunsur-unsur kimia yang terkandung dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilahyang menyebabkan perbedaan daya tahan batuan terhadap pelapukan. Batuanyang mudah lapuk misalnya batu lempeng (batuan sedimen), sedangkan batuanyang susah lapuk misalnya batuan beku.
b) Keadaan topografiTopografi muka bumi juga ikut mempengaruhi proses terjadinya
pelapukan batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam, cenderung akanmudah melapuk dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai.Pada lereng yang curam, batuan akan dengan sangat mudah terkikis atau akanmudah terlapukkan karena langsung bersentuhan dengan cuaca sekitar. Tetapipada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh berbagai endapan,sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.
c) Cuaca dan iklimUnsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan adalah suhu
udara, curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain. Pada daerah yangmemiliki iklim lembab dan panas, batuan akan cepat mengalami prosespelapukan. Pergantian temperatur antara siang yang panas dan malam yang dinginakan semakin mempercepat pelapukan, apabila dibandingkan dengan daerah yangmemiliki iklim dingin.
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
16
d) Keadaan vegetasiVegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mempengaruhi proses
pelapukan, sebab akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-celahbatuan. Apabila akar tersebut semakin membesar, maka kekuatannya akansemakin besar pula dalam menerobos batuan. Selain itu, serasah dedaunan yanggugur juga akan membantu mempercepat batuan melapuk. Sebab, serasah batuanmengandung zat asam arang dan humus yang dapat merusak kekuatan batuan.
Gambar 4. Proses Pelapukan Batuan
5 Jelaskan apa yang dimaksud:
a) Paleosols : Paleo = Purba Sols atau soils = Tanah yang artinya
Tanah purba. Secara luas bermakna tanah atau partikel sedimen yang
belum terkompakkan dengan sempurna sehingga butir demi butirnya bisa
terlepas.
b) Humification : proses yang terjadi pada tanah gambut utntuk melihat
proses terurainya bahan organik secara alami dengan gangguan dari zat
kimia.
c) Gleization : Sebuah formasi tanah proses yang terjadi di lingkungan buruk
dikeringkan. Hasil dalam pengembangan lapisan tanah organik yang luas
atas lapisan tanah liat kimia berkurang yang mengambil warna biru.
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
17
d) Podzolization: Tanah proses pembentukan yang menghasilkan tanah yang
sangat tercuci dengan lapisan hardpan besi khas di cakrawala B. Umum
dalam dingin, lingkungan hutan lembab.
e) Lessivage: Pemindahan dari partikel tanah liat silikat di dalam tanah,
pemindahan biasanya menurun tersirat, dan mekanisme gerakan biasanya
infiltrasi air.
f) Ferrallitization: sebuah proses pelapukan intens yang menyebabkan
kerusakan pada konstituen utama dari tanah atau batuan yang sudah ada
molekul organik yang telah berada dalam kondisi siap/segera bereaksi
(substrat).
g) Calcification: Proses mengerasnya batu Kapur
h) Salizination : Proses dimana garam akan semakin menumpuk di tanah,
yang mengurangi kesuburan tanah.
i) Desalizination: Proses yang menghilangkan kadar garam berlebih dalam
air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan
manusia.
6 Jelaskan tentang mekanisme transportasi dan pergerakan sedimen!
Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut
cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan
karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena
bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka
susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan
semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami
penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin
banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak
disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang
dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara:
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
18
Gambar 5. Mekanisme transportasi material sedimen
a. Suspensi
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi, jika
arus cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material halus saja
yang dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil pengendapan suspensi ini
adalah mengandung prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak
mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai memilahan butir yang
buruk. Cirilain dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah
menyentuh dasar aliran.
b. Bedload transport
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi:
endapan arus traksi
endapan arus pekat (density current) dan
endapan suspensi.
Tabel 1. Hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan (Selley, 1988)
Cairan Endapan traksi
Endapan density
(turbidity)
Endapan suspensi
Umumnya pasir bersilang siur
Pasir berlapisan-bersusun, lanau, dan
lempung
Lempung nepheloid
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
19
Udara Endapan traksi
Endapan pekat (density)
Endapan Suspensi
Umumnya pasir berselang-siur Nuees
ardentes, dsb
Loess
Glasial Umumnya endapan tak berlapis,
pemilahan jelek, endapan dari brangkal
sampai lempung
Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada
umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau
pasang-surut air laut. Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya
berupa pasir yang berstruktur silang siur, dengan sifat-sifat:
pemilahan baik
tidak mengandung masa dasar
ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah
(coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).
Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi
dan suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran
antara pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan
perlapisan bersusun. Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan
(density) media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan
perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak
mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di
dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam
udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang
keluar dari gunungapi. Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus
seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau endapan lempung
pelagik pada laut dalam.
c. Saltation
Dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen berukuran
pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
20
pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan
sedimen pasir tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam
membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau
mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi
dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi
suatu batuan sedimen.
Mekanisme Pergerakan Sedimen, Pada dasarnya butir-butir sedimen
bergerak di dalam media pembawa, baik berupa cairan maupun udara, dalam 3
cara yang berbeda: menggelundung (rolling), menggeser (bouncing) dan larutan
(suspension) seperti gambar 2.
Gambar 6. Mekanisme gerakan sedimen dimana A adalah pergerakan sedimen dalam larutan(suspension), B adalah pergerakan sedimen dengan cara menggelinding (rolling), C adalah
pergerakan sedimen dengan cara menggeser (bouncing). (Sketsa: Roni Permadi)
7 Jelaskan tentang batuan sedimen pada cekungan Bandung!
Kesejarahan terbentuknya batuan sedimen di cekungan bandung bias di
lihat dan diamati dari sejarah terbentuknya cekungan Bandung itu sendiri. Di
antaranya kars (batu kapur) di Citatah, Padalarang, Kab. Bandung, sebagai bukti
daerah itu pada zaman miosen awal (23 17 juta tahun lalu) pantai utara (pantura)
ada di sana. Kini kawasan itu dikenal antara lain dengan Karangpanganten,
Karanghawu, Pasir (Bukit Pabeasan), dan sebagainya.
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
21
Bandung yang kita tinggali sekarang, pada masa lampau merupakan danau
yang dikenal dengan Danau Bandung. Keadaan yang sekarang terlihat merupakan
pedataran yang biasa disebut dengan istilah Cekungan Bandung (Bandung
Basin). Daerah sekitar cekungan tersebut, diperkirakan dahulu merupakan tepian
danau sehingga banyak diperoleh sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau
(Koesoemadinata, 2001).
Danau Bandung terbentuk karena pembendungan Sungai Citarum purba.
Pembendungan ini disebabkan oleh pengaliran debu gunung api masal dari letusan
dasyat Gunung Tangkuban Parahu yang didahului oleh runtuhnya Gunung Sunda
Purba di sebelah baratlaut Bandung dan pembentukan kaldera di mana di
dalamnya Gunung Tangkuban Parahu tumbuh. Van Bemmelen secara rinci
menjelaskan, sejarah geologi Bandung dimulai pada zaman Miosen (sekitar 20
juta tahun yang lalu). Saat itu daerah Bandung utara merupakan laut, terbukti
dengan banyaknya fosil koral yang membentuk terumbu karang sepanjang
punggungan bukit Rajamandala. Kondisi sekarang, terumbu tersebut menjadi
batukapur dan ditambang sebagai marmer yang berpolakan fauna purba. (Van
Bemmelen, 1935)
Keberadaan danau purba Bandung dapat dipastikan, bahkan turun naiknya
muka air danau, pergantian iklim serta jenis floranya dapat direkam lebih baik
(van der Krass dan Dam, 1994).
Hasil yang diperoleh, pembentukan danau Bandung disebabkan oleh
penurunan tektonik dan peristiwa denudasi dan terjadi pada 125 KA (kilo-
annum/ribu tahun) yang lalu (Dam et al, 1996).
-
Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015
PUSTAKA TERPILIH
Pengarang Tunggal :
Bemmelen, R.W. van, 1949. The geology of Indonesia. Government PrintingOffice, The Hague, Netherlan.
Brookfield. E Michael, 2004, Principles of Stratigraphy, Wiley-Blackwell:USA.
Goudie. S. Andrew (editor), Encyclopedia of Geomorphology (Volume 1),2004, Routledge Taylor and Francis Group:London and New York.
Mackenzie. F. T, Sediments, Diagenesis, and Sedimentary Rocks, 2005,Elseveir:USA.
Middleton. V Gerrad (editor), Encyclopedia of Sediment & Sedimentary Roks,2003, Springer Science & BusinessMedia B.V.
Selley. C Richhard, 2000, Applied Sedimentology (second edition) hal 1-3Bab Introduction, Academic Press:USA.
Pengarang Bersama :
Bactiar. T, Syafriani.Dewi, 2012, Bandung Purba(catatan perjalanan) hal 11-49. Dunia Pustaka jaya:bandung.
Rujukan Elektronik :
Acis. Mekanisme Pergerakan Sedimen. Melalui < http://acisarea.blogspot.com-/2011/04/transportasi-sedimen.html> [18/04/2011]
Alden, Andrew. Weathering. Melalui diunduh [14/02/2015 03:12]
Andi. Sedimentologi. Melalui < http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot-.com/2010/12/mekanisme-transportasi-sedimen.html> [18/12/2010]
Aulia. Lessivage. Melalui diunduh[06/01/2000]
Bogology. Humification. Melalui diunduh [16/02/2015]
Jurnal Geologi. Transportasi Sedimen. Melalui diunduh [18/02/2015]
Puji, Rizki. Pengertian dan Jenis Pelapukan. Melalui [19/07/2014]
Prabowo, Yulianto. Sedimentologi Dan Stratigrafi. Melalui [29/07/2012]
Wikipedia. Sejarah Stratigrafi. Melalui update data [12/09/2013 08:10]
Zoellucky. Gleization and Podzolization.. Melalui diunduh [16/02/2015]
0. Cover.pdf1. Kata Pengantar OK.pdf2. Daftar Isi.pdf3. Bab I pendahuluan OK.pdf4. Sketsa.pdf7. Daftar Pustaka.pdf