tugas sedimentologi agp 2015

26
TUGAS MANDIRI I SEDIMENTOLOGI *Diajukan untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Sedimentologi yang di ajar oleh: Yudi Rahayudin, ST., MT Oleh Nama : Roni Permadi NPM : 11051430 Program Studi : Teknik Geologi Terapan POLITEKNIK GEOLOGI & PERTAMBANGAN “AGP” Jalan Sulaksana No. 21. Bandung Telp/Fax : 022 7276638 E-mail : [email protected] BANDUNG 2014

Upload: roni-permadi

Post on 20-Nov-2015

68 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

tugas ini dimaksudkan untuk memahami deskripsi awal mengenai sejarah dan keterkaitan sedimentologi dengan ilmu lain yang induknya adalah Geologi

TRANSCRIPT

  • TUGAS MANDIRI I SEDIMENTOLOGI

    *Diajukan untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Sedimentologi yang di

    ajar oleh: Yudi Rahayudin, ST., MT

    Oleh

    Nama : Roni Permadi

    NPM : 11051430

    Program Studi : Teknik Geologi Terapan

    POLITEKNIK GEOLOGI & PERTAMBANGAN AGPJalan Sulaksana No. 21. Bandung Telp/Fax : 022 7276638

    E-mail : [email protected]

    BANDUNG

    2014

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    i

    KATA PENGANTAR

    Jawaban tugas Mandiri I Sedimentologi ini, dibuat untuk memenuhi salah

    satu syarat nilai untuk mengikuti UTS dan UAS yang diajarkan oleh Dosen, Yudi

    Rahayudin, ST, MT. Tugas ini dikerjakan kurang lebih 7 (tujuh) hari terhitung

    dari tanggal 13 Februari 2015, dengan hadirnya tugas ini penulis berharap bisa

    belajar kesejarahan terkait mata kuliah Sedimentologi dan cara peng

    aplikasiannya ketika dilapangan.

    Akhirnya Penulis menyampaikan Semoga tugas ini dapat memberikan

    manfaat dan sebagai sumbangsih pemikiran khususnya untuk penulis, tidak lupa

    penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan jawaban tugas ini masih terdapat

    kekurangan baik dalam kosa kata ataupun isi yang kurang lengkap. Penulis sadar

    bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu penilaian yang

    sangat penuh penulis harapkan dari dosen yang mengajar Mata Kuliah

    Sedimentologi.

    Bandung, 18 Februari 2014

    Roni Permadi

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    ii

    DAFTAR ISI

    halSampul depanKata Pengantar .................................................................................. iDaftar Isi ............................................................................................ iiSOAL NOMOR 1 .......................................................................... 1SOAL NOMOR 2 .......................................................................... 9

    SOAL NOMOR 3 .......................................................................... 12

    SOAL NOMOR 4 .......................................................................... 13

    SOAL NOMOR 5 .......................................................................... 16

    SOAL NOMOR 6 .......................................................................... 17

    SOAL NOMOR 7 .......................................................................... 20

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    1

    JAWABAN

    TUGAS MANDIRI I SEDIMENTOLOGI

    1 Jelaskan mengenai sejarah perkembangan Sedimentologi dan Stratigrafi!

    Sedimentologi, cabang ilmu geologi yang mempelajari sedimen atau endapan

    (Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan

    sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian

    mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan

    atau tersedimentasikan.

    Dengan dikemukannya doktrin uniformitarisme pada akhir abad ke 19

    berdampak besar sekali pada perkembangan ilmu sedimentologi ini. Hal ini

    terlihat jelas pada tulisan beberapa penulis, seperti Sorby (1853) dan Lyell (1865)

    yang mengemukakan interpretasi modern tentang struktur dan tekstur dari batuan

    sedimen.

    Sampai pertengahaan abad ke 20, sedimentologi lebih dikenal hanya sebatas

    pada studi di bawah mikroskop, terutama untuk fosil. Dalam perioda itu mineral

    berat dan penghitungan secara petrografis (point counting) berkembang dengan

    pesat. Secara serentak, para ahli stratigrafi menemukan fosil-fosil kunci penunjuk

    umur batuan.

    Para ahli geologi struktur mempunyai andil besar mendorong pengembangan

    ilmu sedimentologi. Mereka menemui kesulitan dalam menentukan bagian atas

    dan bagian bawah suatu lapisan yang sudah terlipat kuat sampai terjadi

    pembalikan lapisan. Beberapa struktur sedimen seperti retakan (desiccation

    crack), silang siur dan perlapisan bersusun, sangat edial untuk memecahkan

    persoalan ini (Shrock, 1948). Pada 1950an sampai awal 1960an berkembang

    konsep tentang arus turbit. Sementara itu ahli petrografi masih sibuk menghitung

    zirkon dan ahli stratigrafi sibuk pula mengumpulkan fosil sebanyak-banyaknya,

    ahli struktur geologi sudah mulai bertanya berapa tebal runtunan endapan turbit

    ini di geosinklin. Pertanyaan ini menyibukan geologiawan untuk mengetahui hasil

    endapan turbit pada setiap jenis.

    1

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    2

    Pendorong lain terhadap perkembangan sedimentologi datang dari perusahaan

    minyak, dimana mereka mulai mencari jebakan stratigrafi. Pelopornya adalah

    American Petroleum Institute dengan Project 51-nya, yang mempelajari secara

    multi disiplin dari sedimen moderen di Teluk Meksiko. Kemudian kegiatan

    seperti ini diikuti oleh perusahaan lain, universitas dan institusi oseanografi.

    Sehingga pada akhir 1960an sedimentologi sudah kokoh menjadi suatu cabang

    ilmu pengetahuan sendiri.

    Pada 1970an penelitian sedimentologi mulai beralih dari makroskopis dan fisik

    ke arah mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik analisa dan

    penggunaan katadoluminisen dan mikroskop elektron memungkinkan para ahli

    sedimentologi mengetahui lebih baik tentang geokimia. Perkembangan yang pesat

    ini memacu kita untuk mengetahui hubungan antara diagenesa, pori-pori dan

    pengaruhnya terhadap evolusi porositas dengan kelulusan batupasir dan

    batugamping.

    Saat ini berkembang perbedaan antara makrosedimentologi dan mikro-

    sedimentologi. Makrosedimentologi berkisar studi fasies sedimen sampai ke

    struktur sedimen. Di lain fihak, mikrosedimentologi meliputi studi batuan

    sedimen di bawah mikroskop atau lebih dikenal dengan petrografi. (Richard C.

    Selley, 2000)

    Selanjutnya dikutup dari sumber lain sejarah mengenai Sedimentologi adalah

    Pembelajaran batuan sedimen pada mulanya merupakan pembelajaran stratigrafi,

    berupa penelitian lapangan yang dilakukan untuk mengetahui geometri umum

    (ketebalan dan penyebaran) tubuh sedimen. Salah satu buah pikiran penting dalam

    perkembangan stratigrafi dipersembahkan oleh William Smith (1815), seorang

    insinyur dan surveyor otodidak, melalui karyanya: peta geologi Inggris. Peta itu

    disusun berdasarkan hasil penelitian Smith selama bertahun-tahun dengan

    menempuh perjalanan sejauh 11.000 mil. Itulah tulisan pertama yang berhasil

    merekam penyebaran dan urut-urutan batuan sedimen di suatu daerah. Sumbangan

    pemikiran penting dari Smith adalah penggunaan fosil untuk korelasi. Dari

    penjelasan di atas kita dapat memaklumi bahwa sedimentologi berakar pada

    stratigrafi. Karena itu, tidak mengherankan apabila pada saat ini kita masih

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    3

    melihat eratnya kaitan antara stratigrafi dan sedimentologi. Para ahli stratigrafi

    masa lalu banyak menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam mengembangkan

    pengetahuan tentang sedimen. Pemikiran-pemikiran tersebut sebagian diwujudkan

    dalam bentuk tulisan, misalnya dalam buku Principles of Stratigraphy karya

    Grabau (1913) dan Treatise of Sedimentation karya Twenhofel (1928).

    Pembelajaran sedimen sebagai disiplin tersendiri, terpisah dari stratigrafi,

    dimulai dengan terbitnya surat terbuka Henry Clifton Sorby (1879) kepada

    Presiden Geological Society of London yang berjudul On the structure and

    origin of limestones. Meskipun ketertarikan Sorby pada batuan sedimen telah

    muncul sejak 1850, namun surat tersebut dan makalahnya yang berjudul On the

    structure and origin of the non-calcareous stratified rocks (terbit pada 1880) saja

    yang dipandang para ahli sebagai dua tonggak penting yang menandai kelahiran

    sedimentologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru.

    Sorby memperkenalkan studi sayatan tipis sebagai salah satu teknik penelitian

    batuan sedimen. Teknik itu kemudian digunakan sebagai salah satu teknik paling

    mendasar dalam penelitian petrologi, baik penelitian petrologi batuan sedimen,

    maupun penelitian petrologi batuan beku dan batuan metamorf. Karena itu, Sorby

    dipandang sebagai Bapak Petrologi. Pemikiran Sorby jauh melampaui rekan-

    rekan seangkatan-nya. Karyanya tentang pemakaian lapisan silang-siur dalam

    perekonstruksian paleogeografi tidak banyak dipahami rekan-rekannya dan baru

    dapat dibuktikan kesahihannya pada pertengahan abad ke-20.

    Studi sayatan tipis kemudian lebih banyak dikembangkan oleh para ahli

    petrologi batuan beku, khususnya para ahli petrologi Jerman seperti Rosenbusch

    dan Zirkel. Sebaliknya, teknik itu justru agak diabaikan oleh para ahli yang

    menggeluti batuan sedimen. Hal itu mungkin terjadi karena generasi ahli sedimen

    saat itu lebih terdidik sebagai ahli stratigrafi, bukan ahli petrologi sedimen atau

    ahli sedimentologi. Namun, masih ada beberapa orang yang dapat dipandang

    sebagai pengecualian, misalnya Lucien Cayeux dari Perancis. Studi sayatan tipis

    batuan sedimen, yang pernah ditinggalkan, kini ini kembali mendapat perhatian

    yang cukup serius dari kalangan ahli batuan sedimen. Hal ini mungkin berkaitan

    dengan berkembangnya sedimentologi sebagai suatu cabang ilmu geologi

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    4

    tersendiri yang telah menghasilkan generasi baru yang benar-benar ahli dalam

    sedimentologi.

    Pada akhir abad 19 serta awal abad 20, para ahli petrologi sedimen (kecuali

    Cayeux) lebih banyak menujukan perhatian mereka pada pemelajaran mineralogi

    sedimen, khususnya mineral berat (BJ > 2,85). Studi mineral berat umumnya

    dilakukan oleh para ahli Eropa. Hasil penelitian Illing (1916), yang menunjukkan

    bahwa endapan sedimen dalam cekungan tertentu cenderung mengandung

    kumpulan mineral berat tertentu, telah mendorong munculnya apa yang disebut

    sebagai korelasi mineral berat (heavy-mineral correlation). Kegunaan mineral

    berat sebagai alat korelasi dan penerapannya dalam korelasi bawah permukaan

    dalam kegiatan eksplorasi migas telah menambah daya tariknya. Puncak fasa

    perkembangan studi mineral berat ditandai dengan terbitnya Principles of

    Sedimentary Petrography karya Milner (1922). Buku itu pernah dijadikan rujukan

    oleh para ahli yang ingin mempelajari mineral detritus dalam pasir. Makin lama

    pemelajaran mineral berat makin kurang diminati para ahli sedimen. Hal itu

    terjadi karena: (1) timbulnya keraguan akan kesahihan korelasi yang didasarkan

    pada kehadiran mineral berat seperti yang diajukan oleh Sidowski dan Weyl; (2)

    adanya perkembangan baru, yakni pemakaian mikrofosil dan well logs sebagai

    alat korelasi bawah permukaan. Agaknya sebab kedua itulah yang mengakhiri

    era studi mineral berat.

    Pada 1919, tesis master C. K. Wentworth yang berjudul A Field and

    Laboratory Study of Cobble Abrasion diterbitkan dalam Journal of Geology.

    Wentworth, yang pada waktu itu merupakan mahasiswa pasca sarjana pada

    University of Iowa, Amerika Serikat, mengembangkan satu ancangan baru untuk

    meneliti material sedimen. Dia juga mampu mendefinisikan kebundaran sebagai

    suatu sifat fisik partikel sedimen yang dapat diukur. Kuantifikasi sifat itu mampu

    menggantikan penilaian subjektif yang sebelum-nya digunakan oleh para ahli

    sedimentologi dalam menentukan kebundaran. Lebih jauh lagi, kuantifikasi

    memicu munculnya data kuantitatif serta memungkinkan dilakukannya studi

    laboratorium terhadap proses sedimentasi, misalnya abrasi kerakal. Dengan

    demikian, Wentworth membawa sedimentologi untuk memasuki era pengukuran

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    5

    dan percobaan terkontrol. Benar, bahwa sebelumnya telah ada ahli sedimentologi

    yang melakukan berbagai percobaan, misalnya saja analisis besar butir yang

    dilakukan oleh Daubree, namun penelitian-penelitian itu tidak memberikan

    pengaruh yang berarti pada pemikiran para ahli sedimentologi saat itu sehingga

    mereka umumnya masih tetap melakukan penelitian secara kualitatif dan agak

    subjektif.

    Makalah pertama karya Wentworth itu kemudian disusul oleh sejumlah

    makalah lain yang menunjukkan kepada semua pihak betapa bergunanya metoda

    tersebut dalam penelitian sedimen. Selama dua dasawarsa berikutnya, metoda

    kuantatif diterapkan oleh banyak ahli sedimentologi terhadap sifat-sifat sedimen

    yang lain. Ledakan data kuantitatif itu pada gilirannya menimbulkan kebutuhan

    para ahli akan adanya metoda-metoda yang memungkinkan mereka dapat

    mengambil intisari yang terkandung didalamnya untuk menghasilkan butir-butir

    pengetahuan baru. Metoda yang dibutuhkan itu telah tersedia, yakni metoda

    statistika yang pada waktu itu masih terus dikembangkan oleh banyak ahli

    statistika dan matematika.

    Meskipun metoda pengukuran besar butir sedimen klastika atau sering disebut

    analisis mekanik sudah digunakan secara luas dalam disiplin ilmu lain, khususnya

    ilmu tanah, namun metoda itu baru dikembangkan untuk pemelajaran sedimen

    pada akhir abad 19. Masuknya metoda itu ditandai dengan terbitnya karya tulis

    Udden (1899, 1914). Kedua karya tulis Udden itu termasuk tulisan pertama yang

    mencoba menjelaskan sejarah endapan sedimen berdasarkan hasil analisis besar

    butir (untuk mengetahui sejarah perkembangan penelitian besar butir, lihat karya

    tulis Krumbein, 1932). Metoda analisis dan penerapan teknik-teknik statistika

    untuk analisis besar butir kemudian disempurnakan dan dikembangkan lebih jauh

    oleh Krumbein dan ahli-ahli lain.

    Penelitian sedimen resen merupakan hal esensil untuk memahami sedimen

    purba. Hal itu pada hakekatnya merupakan konsekuensi logis dari teori

    uniformitarisme yagn dikemukakan oleh James Hutton. Dengan pengecualian

    untuk Walther, Thoulet, dan beberapa ahli lain, para ahli sedimen hingga beberapa

    tahun terakhir umumnya masih mengabaikan aspek ini. Pengetahuan kita tentang

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    6

    sedimen resen, khususnya sedimen bahari, sebagian besar diperoleh dari hasil-

    hasil penelitian oseanografi. Penelitian oseanografi pertama, dan mungkin yang

    paling terkenal, adalah Ekspedisi Challenger. Terbitnya laporan Ekspedisi

    Challenger pada 1891 menandai berdirinya oseanografi sebagai suatu disiplin

    ilmu tersendiri. Laporan itu antara lain berisi data tentang penyebaran dan sifat

    sedimen bahari, khususnya sedimen yang ada di dasar laut-dalam. Ekspedisi-

    ekspedisi lain yang dilaksanakan dengan memakai kapal peneliti Gazelle, Meteor,

    Blake, dan lain-lain makin menambah data dan pengetahuan kita mengenai

    sedimen bahari. Selama beberapa tahun terakhir makin banyak ahli geologi yang

    berpendapat bahwa penelitian sedimen resen banyak membantu perkembangan

    sedimentologi. Stetson (dari Woods Hole) dan Shepard (dari Scripps) adalah dua

    ilmuwan yang banyak memberikan sumbangan pemikiran dan membangkitkan

    kembali ketertarikan orang terhadap endapan bahari. Sedimen delta dan litoral

    juga dipelajari secara intensif pada beberapa dasawarsa terakhir, khususnya oleh

    Fisk (di Amerika Serikat), van Straaten dkk (di Belanda), serta oleh suatu

    kelompok studi di Senckenberg. Recent Marine Sediments yang disunting oleh

    Parker Traks (1939) merupakan salah satu bukti makin tingginya ketertarikan para

    ahli geologi terhadap sedimen resen. Proyek penelitian American Association of

    Petroleum Geologists di Teluk Mexico, berbagai penelitian van Straaten pada

    beberapa dataran pasut di Belanda, penelitian-penelitian van Andel di Sungai

    Rhine dan Orinoco, penelitian-penelitian Kruit & van Andel pada delta Rhone,

    serta penelitian Ginsburg pada endapan karbonat di Bahama dan Florida adalah

    beberapa contoh yang menunjukkan kecenderungan para ahli untuk mempelajari

    sedimen resen.

    Penelitian-peneliitan sedimen Holosen yang lebih berguna haruslah bersifat

    tiga dimensi, meliputi pengeboran yang memungkinkan diketahuinya geometri

    tiga dimensi dari endapan, urutan vertikal lapisan-lapisannya, serta struktur

    sedimen yang ada didalamnya. Ancangan tiga dimensional untuk mempelajari

    sedimen resen mendorong orang untuk meninjau lebih jauh geometri dan

    penampang vertikal sedimen, baik sedimen resen maupun sedimen purba. Bentuk

    dan dimensi endapan pasir merupakan salah satu hal yang banyak menarik

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    7

    perhatian para ahli dan telah dijadikan tema simposium pada 1960 (Peterson &

    Osmond, 1961). Demikian pula dengan morfologi terumbu modern dan purba

    (lihat, misalnya, Reef Issue pada Bullentin AAPG vol. 34, no. 2).

    Stratigrafi, klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu terhadap lainnya.

    Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat

    dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan

    fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi).

    stratigrafi :Strata = Perlapisan, sedimenGrafi = Pemerin / Uraian

    Dalam arti sempit Stratigrafi adalah ilmu yang membahas tentang uraian /

    pemerian perlapisan batuan, pada arti luasnya adalah aturan, hubungan dan

    kejadian macam-macam batuan dialam, dalam dimensi ruang dan waktu geologi.

    Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah

    William Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan tanah muncul pada

    urutan yang sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan

    tanah yang terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pe-

    ngecualian. Karena banyak lapisan tanah merupakan kesinambungan yang utuh ke

    tempat yang berbeda-beda maka, bisa dibuat perbandingan pada sebuah daerah

    yang luas. Setelah beberapa waktu, dimiliki sebuah sistem umum periode-periode

    geologi meski belum ada penamaan waktunya.

    Lebih dikenal dengan nama Stratum yang di definisikan sebagai suatu layer

    batuan yang dibedakan dari lapisan lain yang terletak di atas atau dibawahnya.

    William Smith, Bapak stratigrafi, adalah orang yang pertama-tama menyadari

    kebenaan fosil yang terkandung dalam sedimen. Sejak masa Smith, stratigrafi

    terutama membahas tentang penggolongan strata berdasarkan fosil yang ada

    didalamnya. Penekanan penelitian stratigrafi waktu itu diletakkan pada konsep

    waktu sehingga pemelajaran litologi pada waktu itu dipandang hanya sebagai ilmu

    pelengkap dalam rangka mencapai suatu tujuan yang dipandang lebih penting,

    yakni untuk menggolongan dan menentukan umur batuan.

    Pada tahun-tahun berikutnya, pembelajaran minyak bumi secara khusus telah

    memberikan konsep yang sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi. Konsep yang

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    8

    baru itu tidak hanya menekankan masalah penggolongan dan umur, namun juga

    litologi. Berikut akan disajikan beberapa contoh yang menggambarkan konsep-

    konsep tersebut di atas.

    Para ahli lain berpendapat contohnya Moore (1941, h. 179) menyatakan

    bahwa stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang membahas tentang definisi

    dan pemerian kelompok-kelompok batuan, terutama batuan sedimen, serta

    penafsiran kebenaannya dalam sejarah geologi. Menurut Schindewolf (1954, h.

    24), stratigrafi bukan Schichtbeschreibung, melainkan sebuah cabang geologi

    sejarah yang membahas tentang susunan batuan menurut umurnya serta tentang

    skala waktu dari berbagai peristiwa geologi (Schindewolf, 1960, h. 8). Teichert

    (1958, h. 99) menyajikan sebuah ungkapan yang lebih kurang sama dalam

    mendefinisikan stratigrafi sebagai cabang ilmu geologi yang membahas tentang

    strata batuan untuk menetapkan urut-urutan kronologinya serta penyebaran

    geografisnya. Sebagian besar ahli stratigrafi Perancis juga tidak terlalu

    menekankan komposisi batuan sebagai sebuah domain dari stratigrafi (Sigal,

    1961, h. 3).

    Pada perkembangannya ilmu Stratigrafi telah dibahas pada pertemuan

    International Geological Congress di Copenhagen pada 1960. Salah satu

    kelompok, yang sebagian besar merupakan ahli-ahli geologi perminyakan, tidak

    menyetujui adanya pembatasan pengertian dan tujuan stratigrafi seperti yang telah

    dicontohkan di atas. Bagi para ahli geologi itu, stratigrafi adalah ilmu yang

    mempelajari strata dan berbagai hubungan strata (bukan hanya hubungan umur)

    serta tujuannya adalah bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan mengenai

    sejarah geologi yang terkandung didalamnya, melainkan juga untuk memperoleh

    jenis-jenis pengetahuan lain, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai nilai

    ekonomisnya (International Subcommission on Stratigraphy and Terminology,

    1961, h. 9). Konsep stratigrafi yang luas itu dipertahankan oleh subkomisi tersebut

    yang, sewaktu memberikan komentar terhadap berbagai definisi stratigrafi yang

    ada saat itu, menyatakan bahwa stratigrafi mencakup asal-usul, komposisi, umur,

    sejarah, hubungannya dengan evolusi organik, dan fenomena strata batuan lainnya

    (International Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 18).

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    9

    Karena berbagai metoda petrologi, fisika, dan kimia makin lama makin

    banyak digunakan untuk mempelajari strata dan makin lama makin menjadi

    bagian integral dari penelitian stratigrafi, maka kelihatannya cukup beralasan bagi

    kita untuk mengadopsi konsep stratigrafi yang luas sebagaimana yang diyakini

    oleh subkomisi tersebut.

    2 Jelaskan konsep tektonik lempeng dan hubungannya dengan proses

    sedimentasi!

    Konsep Tektonik Lempeng, Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli

    geofisika Inggris, Mc Kenzie dan Robert Parker (1967). Kedua ahli itu

    menjadikan teori-teori sebelumnya sebagai satu kesatuan konsep yang lebih

    sempurna sehingga diterima oleh para ahli geologi.

    Teori lempeng tektonik diyakini oleh banyak ahli sebagai teori yang

    menerangkan proses dinamika bumi, antara lain gempa bumi dan pembentukan

    jalur pegunungan. Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer

    terdiri dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih padat yang

    disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak

    benua. Kerak samudra tersusun atas batuan yang bersifat basa, sedangkan kerak

    benua tersusun atas batuan yang bersifat asam.

    Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat adanya aliran

    panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi

    bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng kerak

    bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber

    kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng tektonik; merupakan dasar

    dari terbangunnya system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi,

    pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    10

    Gambar 1. Lempeng tektonik

    Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan

    lempeng yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling melewati.

    Gambar 2. Jenis teori tektonik lempeng

    a. Pergerakan lempeng saling mendekat

    Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya

    tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    11

    yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan

    merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang jalur

    penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan

    pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan

    Lempeng Indo- Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng

    tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api

    di Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra dan

    Jawa.

    Batas antarlempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan tumbukan

    dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain (subduct)

    disebut batas konvergen atau batas lempeng destruktif.

    b. Pergerakan lempeng saling menjauh

    Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan

    peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang

    membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak

    terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng

    yang baru. Proses ini berlangsung secara kontinu. Contoh hasil dari pergerakan

    lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di

    Samudra Pasifik dan Benua Afrika.

    Batas antarlempeng yang saling menjauh hingga mengakibatkan terjadinya

    perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau batas lempeng

    konstruktif.

    c. Pergerakan lempeng saling melewati

    Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar

    dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada

    pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu,

    tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan

    antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar

    sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    12

    lempeng ini adalah patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk

    karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng

    Pasifik bergerak ke arah utara. Batas antarlempeng yang saling melewati dengan

    gerakan yang sejajar disebut batas menggunting (shear boundaries).

    Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal berada di Sirkum Pasifik.

    Kawasan ini dikenal dengan sebutan lingkaaran api Pacific (Ring of Fire) karena

    di sepanjang kawasan ini muncul serangkaian gunung api.

    Selain menjadi tempat munculnya gunung api, zona subduksi di lingkaran api

    Pasifik juga merupakan tempat terjadinya gempa bumi. Menurut United State

    Geological Survey (USGS), sekitar 90% gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang

    jalur lingkaran api Pasifik. Gempa bumi yang terjadi di lingkaran api Pasifik lebih

    sering diakibatkan oleh gerakan lempeng tektonik daripada aktivitas gunung

    apinya.

    Hubungan dengan Sedimentasi, didalam pembentukan nya memerlukan

    yang namanya cekungan sedimen karena erat hubungannya dengan gerakan kerak

    dan proses tektonik yang dialami lempeng (plate tectonic). Ingersol dan Busby

    (1995) menunjukkan bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat)

    tataan tektonik: divergen, intraplate, konvergen dan transform). Menurut

    Dickinson, 1974 dan Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen dapat berdasarkan

    pada tipe dari kerak dimana cekungan berada, posisi cekungan terhadap tepi

    lempeng, untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi

    lempeng yang terjadi selama sedimentasi, Waktu pembentukan dan basin fill

    terhadap tektonik yang berlangsung,

    3 Apa yang dilakukan bila menemukan batuan sedimen dilapangan!

    Sebagai ahli geologi muda, bila menemukan batuan sedimen tentu kita pasti

    akan bercerita, dari yang pertama, deskripsi batuan tersebut, sejarah

    pembentukkannya, lingkungan pengendapannya bila terdapat fosil diceritakan

    pula umur dari fosil tersebut.

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    13

    4 Jelaskan Apa yang anda ketahui tentang pelapukan!

    Pelapukan adalah penghancuran bertahap batu di bawah kondisi permukaan.

    Pelapukan mungkin melibatkan proses fisik (pelapukan mekanik) atau aktivitas

    kimia (pelapukan kimia). Beberapa pekerja juga mencakup tindakan makhluk

    hidup (pelapukan organik), meskipun ini juga dapat diklasifikasikan sebagai

    mekanik atau kimia atau kombinasi keduanya.

    Pelapukan dapat berkisar dari perubahan warna semua perubahan secara

    lengkap dari mineral ke dalam tanah liat dan mineral permukaan lainnya.

    Pelapukan menciptakan suatu proses dari diubah dan melonggarkan material,

    erosi berarti pelapukan yang ditambah transportasi pada saat yang bersamaan,

    pelapukan diperlukan untuk terjadinya suatu erosi.

    Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitusebagai berikut:

    1) Pelapukan mekanikPelapukan mekanik (fisis), yaitu peristiwa hancur dan lepasnya material

    batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanikmerupakan penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang lebihkecil.

    Gambar 3. Proses Pelapukan Fisik

    Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu sebagaiberikut.

    a. Akibat perbedaan temperatur: Batuan akan mengalami prosespemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    14

    dingin. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka lambatlaun batuan akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadibongkah-bongkah kecil.

    b. Akibat erosi di daerah pegunungan: Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar, sehingga air akan menjadisebuah tenaga tekanan yang merusak struktur batuan.

    c. Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan: Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitujuga dengan hewan yang selalu membawa butir-butir batuan daridalam tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinyapelapukan mekanis (fisik). Dengan pengetahuannya, batuansebesar kapal dapat dihancurkan dalam sekejap denganmenggunakan dinamit.

    d. Akibat perubahan air garam menjadi kristal: Jika air tanahmengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dangaram akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapatmerusak batuan pegunungan sekitarnya, terutama batuan karang.

    2) Pelapukan kimiawiPelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan yang disertai

    dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan initerjadi dengan bantuan air, dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yangterjadi dalam pelapukan kimiawi ini disebut dekomposisi.

    Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu sebagaiberikut.

    a) Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaansaja.

    b) Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnyamenjadi ion-ion positif dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkaitdengan pembentukan tanah liat.

    c) Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalamiproses oksidasi umumnya akan berwarna kecoklatan, sebab kandunganbesi dalam batuan mengalami pengkaratan. Proses pengkaratan iniberlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan mengalamipelapukan.

    d) Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas initerkandung pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuanyang mudah mengalami karbonasi adalah batuan kapur. Reaksi antara

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    15

    CO2 dengan batuan kapur akan menyebabkan batuan menjadi rusak.Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Airyang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudahmelarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutandan dapat menimbulkan gejala karst. Proses pelapukan batuan secarakimiawi di daerah karst disebut kartifikasi.

    3) Pelapukan organik (biologis)Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan oleh makhluk hidup.

    Pelapukan jenis ini dapat bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yangmenjadi pembedanya adalah subyek yang melakukannya, yaitu makhluk hidupberupa manusia, hewan ataupun tumbuhan. Contohnya lumut, cendawan ataupunbakteri yang merusak permukaan batuan.

    Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitusebagai berikut.

    a) Keadaan struktur batuanStruktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan.

    Sifat fisik batuan, misalnya warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan adalahunsur-unsur kimia yang terkandung dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilahyang menyebabkan perbedaan daya tahan batuan terhadap pelapukan. Batuanyang mudah lapuk misalnya batu lempeng (batuan sedimen), sedangkan batuanyang susah lapuk misalnya batuan beku.

    b) Keadaan topografiTopografi muka bumi juga ikut mempengaruhi proses terjadinya

    pelapukan batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam, cenderung akanmudah melapuk dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai.Pada lereng yang curam, batuan akan dengan sangat mudah terkikis atau akanmudah terlapukkan karena langsung bersentuhan dengan cuaca sekitar. Tetapipada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh berbagai endapan,sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.

    c) Cuaca dan iklimUnsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan adalah suhu

    udara, curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain. Pada daerah yangmemiliki iklim lembab dan panas, batuan akan cepat mengalami prosespelapukan. Pergantian temperatur antara siang yang panas dan malam yang dinginakan semakin mempercepat pelapukan, apabila dibandingkan dengan daerah yangmemiliki iklim dingin.

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    16

    d) Keadaan vegetasiVegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mempengaruhi proses

    pelapukan, sebab akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-celahbatuan. Apabila akar tersebut semakin membesar, maka kekuatannya akansemakin besar pula dalam menerobos batuan. Selain itu, serasah dedaunan yanggugur juga akan membantu mempercepat batuan melapuk. Sebab, serasah batuanmengandung zat asam arang dan humus yang dapat merusak kekuatan batuan.

    Gambar 4. Proses Pelapukan Batuan

    5 Jelaskan apa yang dimaksud:

    a) Paleosols : Paleo = Purba Sols atau soils = Tanah yang artinya

    Tanah purba. Secara luas bermakna tanah atau partikel sedimen yang

    belum terkompakkan dengan sempurna sehingga butir demi butirnya bisa

    terlepas.

    b) Humification : proses yang terjadi pada tanah gambut utntuk melihat

    proses terurainya bahan organik secara alami dengan gangguan dari zat

    kimia.

    c) Gleization : Sebuah formasi tanah proses yang terjadi di lingkungan buruk

    dikeringkan. Hasil dalam pengembangan lapisan tanah organik yang luas

    atas lapisan tanah liat kimia berkurang yang mengambil warna biru.

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    17

    d) Podzolization: Tanah proses pembentukan yang menghasilkan tanah yang

    sangat tercuci dengan lapisan hardpan besi khas di cakrawala B. Umum

    dalam dingin, lingkungan hutan lembab.

    e) Lessivage: Pemindahan dari partikel tanah liat silikat di dalam tanah,

    pemindahan biasanya menurun tersirat, dan mekanisme gerakan biasanya

    infiltrasi air.

    f) Ferrallitization: sebuah proses pelapukan intens yang menyebabkan

    kerusakan pada konstituen utama dari tanah atau batuan yang sudah ada

    molekul organik yang telah berada dalam kondisi siap/segera bereaksi

    (substrat).

    g) Calcification: Proses mengerasnya batu Kapur

    h) Salizination : Proses dimana garam akan semakin menumpuk di tanah,

    yang mengurangi kesuburan tanah.

    i) Desalizination: Proses yang menghilangkan kadar garam berlebih dalam

    air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan

    manusia.

    6 Jelaskan tentang mekanisme transportasi dan pergerakan sedimen!

    Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut

    cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan

    karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena

    bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka

    susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan

    semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami

    penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin

    banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak

    disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang

    dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.

    Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara:

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    18

    Gambar 5. Mekanisme transportasi material sedimen

    a. Suspensi

    Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi, jika

    arus cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material halus saja

    yang dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil pengendapan suspensi ini

    adalah mengandung prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak

    mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai memilahan butir yang

    buruk. Cirilain dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah

    menyentuh dasar aliran.

    b. Bedload transport

    Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi:

    endapan arus traksi

    endapan arus pekat (density current) dan

    endapan suspensi.

    Tabel 1. Hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan (Selley, 1988)

    Cairan Endapan traksi

    Endapan density

    (turbidity)

    Endapan suspensi

    Umumnya pasir bersilang siur

    Pasir berlapisan-bersusun, lanau, dan

    lempung

    Lempung nepheloid

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    19

    Udara Endapan traksi

    Endapan pekat (density)

    Endapan Suspensi

    Umumnya pasir berselang-siur Nuees

    ardentes, dsb

    Loess

    Glasial Umumnya endapan tak berlapis,

    pemilahan jelek, endapan dari brangkal

    sampai lempung

    Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada

    umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau

    pasang-surut air laut. Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya

    berupa pasir yang berstruktur silang siur, dengan sifat-sifat:

    pemilahan baik

    tidak mengandung masa dasar

    ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah

    (coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).

    Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi

    dan suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran

    antara pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan

    perlapisan bersusun. Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan

    (density) media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan

    perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak

    mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di

    dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam

    udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang

    keluar dari gunungapi. Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus

    seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau endapan lempung

    pelagik pada laut dalam.

    c. Saltation

    Dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen berukuran

    pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    20

    pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan

    sedimen pasir tersebut ke dasar.

    Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam

    membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau

    mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi

    dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi

    suatu batuan sedimen.

    Mekanisme Pergerakan Sedimen, Pada dasarnya butir-butir sedimen

    bergerak di dalam media pembawa, baik berupa cairan maupun udara, dalam 3

    cara yang berbeda: menggelundung (rolling), menggeser (bouncing) dan larutan

    (suspension) seperti gambar 2.

    Gambar 6. Mekanisme gerakan sedimen dimana A adalah pergerakan sedimen dalam larutan(suspension), B adalah pergerakan sedimen dengan cara menggelinding (rolling), C adalah

    pergerakan sedimen dengan cara menggeser (bouncing). (Sketsa: Roni Permadi)

    7 Jelaskan tentang batuan sedimen pada cekungan Bandung!

    Kesejarahan terbentuknya batuan sedimen di cekungan bandung bias di

    lihat dan diamati dari sejarah terbentuknya cekungan Bandung itu sendiri. Di

    antaranya kars (batu kapur) di Citatah, Padalarang, Kab. Bandung, sebagai bukti

    daerah itu pada zaman miosen awal (23 17 juta tahun lalu) pantai utara (pantura)

    ada di sana. Kini kawasan itu dikenal antara lain dengan Karangpanganten,

    Karanghawu, Pasir (Bukit Pabeasan), dan sebagainya.

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    21

    Bandung yang kita tinggali sekarang, pada masa lampau merupakan danau

    yang dikenal dengan Danau Bandung. Keadaan yang sekarang terlihat merupakan

    pedataran yang biasa disebut dengan istilah Cekungan Bandung (Bandung

    Basin). Daerah sekitar cekungan tersebut, diperkirakan dahulu merupakan tepian

    danau sehingga banyak diperoleh sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau

    (Koesoemadinata, 2001).

    Danau Bandung terbentuk karena pembendungan Sungai Citarum purba.

    Pembendungan ini disebabkan oleh pengaliran debu gunung api masal dari letusan

    dasyat Gunung Tangkuban Parahu yang didahului oleh runtuhnya Gunung Sunda

    Purba di sebelah baratlaut Bandung dan pembentukan kaldera di mana di

    dalamnya Gunung Tangkuban Parahu tumbuh. Van Bemmelen secara rinci

    menjelaskan, sejarah geologi Bandung dimulai pada zaman Miosen (sekitar 20

    juta tahun yang lalu). Saat itu daerah Bandung utara merupakan laut, terbukti

    dengan banyaknya fosil koral yang membentuk terumbu karang sepanjang

    punggungan bukit Rajamandala. Kondisi sekarang, terumbu tersebut menjadi

    batukapur dan ditambang sebagai marmer yang berpolakan fauna purba. (Van

    Bemmelen, 1935)

    Keberadaan danau purba Bandung dapat dipastikan, bahkan turun naiknya

    muka air danau, pergantian iklim serta jenis floranya dapat direkam lebih baik

    (van der Krass dan Dam, 1994).

    Hasil yang diperoleh, pembentukan danau Bandung disebabkan oleh

    penurunan tektonik dan peristiwa denudasi dan terjadi pada 125 KA (kilo-

    annum/ribu tahun) yang lalu (Dam et al, 1996).

  • Tugas Mandiri I Sedimentologi | Semester II Tahun Ajaran 2014-2015

    PUSTAKA TERPILIH

    Pengarang Tunggal :

    Bemmelen, R.W. van, 1949. The geology of Indonesia. Government PrintingOffice, The Hague, Netherlan.

    Brookfield. E Michael, 2004, Principles of Stratigraphy, Wiley-Blackwell:USA.

    Goudie. S. Andrew (editor), Encyclopedia of Geomorphology (Volume 1),2004, Routledge Taylor and Francis Group:London and New York.

    Mackenzie. F. T, Sediments, Diagenesis, and Sedimentary Rocks, 2005,Elseveir:USA.

    Middleton. V Gerrad (editor), Encyclopedia of Sediment & Sedimentary Roks,2003, Springer Science & BusinessMedia B.V.

    Selley. C Richhard, 2000, Applied Sedimentology (second edition) hal 1-3Bab Introduction, Academic Press:USA.

    Pengarang Bersama :

    Bactiar. T, Syafriani.Dewi, 2012, Bandung Purba(catatan perjalanan) hal 11-49. Dunia Pustaka jaya:bandung.

    Rujukan Elektronik :

    Acis. Mekanisme Pergerakan Sedimen. Melalui < http://acisarea.blogspot.com-/2011/04/transportasi-sedimen.html> [18/04/2011]

    Alden, Andrew. Weathering. Melalui diunduh [14/02/2015 03:12]

    Andi. Sedimentologi. Melalui < http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot-.com/2010/12/mekanisme-transportasi-sedimen.html> [18/12/2010]

    Aulia. Lessivage. Melalui diunduh[06/01/2000]

    Bogology. Humification. Melalui diunduh [16/02/2015]

    Jurnal Geologi. Transportasi Sedimen. Melalui diunduh [18/02/2015]

    Puji, Rizki. Pengertian dan Jenis Pelapukan. Melalui [19/07/2014]

    Prabowo, Yulianto. Sedimentologi Dan Stratigrafi. Melalui [29/07/2012]

    Wikipedia. Sejarah Stratigrafi. Melalui update data [12/09/2013 08:10]

    Zoellucky. Gleization and Podzolization.. Melalui diunduh [16/02/2015]

    0. Cover.pdf1. Kata Pengantar OK.pdf2. Daftar Isi.pdf3. Bab I pendahuluan OK.pdf4. Sketsa.pdf7. Daftar Pustaka.pdf