bab v kajian teori - unika repositoryrepository.unika.ac.id/16209/6/13.11.0006 daniel (6.4...bab v...
TRANSCRIPT
BAB V
KAJIAN TEORI
5.1. Kajian Teori Penekanan/ Tema Desain
5.1.1. Uraian Interpretasi dan Elaorasi Teori Tema Desain
Dalam perencanaan projek Pasar Seni Tradisional di Jepara ini,
menerapkan tema desain Maniera oleh Arata Isozaki. Menurut skripsi
dengan judul Maniera sebagai Manisfestasi Konsep MA pada Karya
Interior Arata Isozaki, Arata Isozaki terkenal sebagai arsitek post
modern yang terpengaruh oleh gaya barat dan beliau merupakan murid
bimbingan dari Kenzo Tange tahun 1963. Ma sendiri adalah konsep
ketiadaan dan di antara sehingga dapat menampilkan bentuk-bentuk
yang tampak secara nyata. Selain itu Ma sendiri dapat berarti ruang
dan waktu dimana dua hal tersebut merupakan satu kesatuan di dalam
dimensi yang tidak bisa terpisahkan (Sulistyani, 1-2). Sedangkan
menurut skirpsi projek Pasar Seni Manado, maniera sendiri berasal dari
kata manner (bahasa italia) yang menuerut Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki arti gaya (style). Maniera sendiri dikemukakan oleh
arsitek asal Jepang bernama Arata Isozaki yang lahir pada tahun 1931.
Menurut beliau, terdapat metode dalam perancangan arsitektur dalam
prinsip Maniera tersebut, yaitu:
153
• Metabolism
Di dalam desain aristektur, unsur publik dan privat dinyatakan
dengan jelas di dalamnya dan juga terdapat analogi biologis sebagai
bentuk struktur pada bangunannya. menjadi satu ditempat.
• Geometri
Menurutnya, perancangan aristektur yang paling tepat adalah
penggunaan bentuk-bentuk dasar yang nantinya ditransformasi di
beberapa bagian. Pada desain sendiri, tetap mempertahankan
bentuk-bentuk dasar dari bangunan tersebut dan juga
mempertahankan tipologi bangunan itu sendiri (mempertahankan
tipe bangunan yang berdasarkan fungsinya, bentuk, serta langgam
yang dimiliki). Terdapat 2 (dua) langkah pada upaya
mempertahankan tipologi bangunan yaitu identifikasi (bangunan)
serta pengolahan (pada tipologi bangunan).
• Organis
Perancangan desain arsitektur sendiri mengikuti lingkungannya
sehingga bangunan terkesan menyatu dengan alam. Hal itu ditunjukan
dengan penggunaan material / bahan alam pada masa bangunannya
dan penggunaan elemen air baik di dalam maupun luar. Selain itu,
terdapat juga prinsip-prinsip kontiunitas (kesniambungan dalam desain
bangunannya) dan horisontalisme sehingga bangunan sendiri
diharapkan dapat lebih menyatu dengan alam (karena didesain
154
dekat dengan tanah atau tidak meninggi). (Buloglabna, Tinangon,
dan Takumangsang: 164-174).
Konsep Maniera juga dapat dilihat pada perkembangan karya-karya
Arata Isozaki sendiri. Menurut skripsi dengan judul Maniera sebagai
Manisfestasi Konsep MA pada Karya Interior Arata Isozaki, karyanya
memiliki bentuk yang dramatais dan menggunakan material baja serta
beton. Desainnya penuh warna, plaza dan taman yang besar, dengan
komposisi dan skala yang bebas serta tidak proporsional. Namun
hubungan pada ruang-ruang di dalamnya bersifat terkelompok jika
dilihat secara 2 (dua) dimensi (Sulistyani, 2).
5.1.2. Studi Preseden
Menurut skirpsi projek Pasar Seni Manado prinsip Maniera oleh Arata
Isozaki, ternyata diterapkan pada berbagai karya arsitekturnya seperti
Museum Seni Kitakyushu Municipal. Dalam prinsip Maniera sendiri
terdapat 3 (tiga) hal yang diterapkan di dalam karyanya, yaitu:
• Metabolism
Dalam desain Museum Seni Kitakyushu Municipal, beliau menerapkan
penyatuan antara unsur publik dan unsur privat yang sesuai dengan
prinsip metabolism. Bentuk bangunan mengikuti analogi biologis,
dengan bagian bawahnya melebar.
155
• Geometri
Museum Seni Kitakyushu Municipal memiliki bentuk geometris yang
sederhana di mana terdapat 2 (dua) massa balok yang di susun
secara sejajar dengan dimensi 32x32 feet yang memiliki panjang 200
feet. Terdapat penerapan geometri lain yang menjadi pelengkap yaitu
bentuk geometri kubus, lengkungan, dan bentuk tabung.
• Organis
Di dalam ruang pameran Museum Seni Kitakyushu Municipal tersebut,
diterapkan prinsip organis di mana terdapat desain yang menyatu
dengan alam (natural), dengan menggunakan material alam serta
batu marmer berwarna putih yang berada di entrance.
(Buloglabna, Tinangon, dan Takumangsang: 164-174).
156
Gambar 5.1 Museum Seni Kitakyushu Municipal
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Kitakyushu_Municipal_Museum_of_Art
Dalam perkembangannya karya arata isozaki memiliki perbedaan pada
beberapa periode yang mempengaruhi prisnip maniera tersebut.
Tabel 5.1 Perkembangan Gaya Arsitektur Arata Isozaki
Periode Awal Periode Pencarian Periode Pengembangan
1960 1970-1990 1990-2000
Pengaruh Metabolisme Pengaruh pengetahuan Bentuk fluid dan platonic
dari Kenzo Tange dari barat sehingga solid dipadukan
Bangunan mega struktur menciptakan bentuk- sehingga tercipta bentuk
sebagai respon dari bentuk baru dan yang dinamis.
peningkatan jumlah tersendiri. Contoh:
penduduk Bentuk berasal dari Kyoto Concert Hall
penggabungan
157
Perubahan model kayu Arsitektur Erop dan Penggunaan bentuk
dari gaya arsitektur Jepang kurva dan juga bentuk
Jepang Geometri yang lain seperti silinder,
Contoh: digunakan memiliki prisma, dan kubus.
Oita medical Hall bentuk yang sama.
Elemen sturktur terdiri Contoh:
dari kolom dan balok Art Tower Mito
Elemen dasar ruang Pengunaan bentuk
bebrbentuk silnder. kubus, silinder, dan
prisma sebagai dasar
dan tercipta bentuk baru.
Sumber: Harmilyanti Sulistyani (hal. 3)
5.1.3. Kemungkinan Penerapan Teori Tema Desain
Berdasarkan objek yang akan dirancang yaitu Pasar Seni Tradisional di
Jepara, didapat penerapan Tema Desain Maniera. Tema Maniera sendiri
memiliki 3 (tiga) metode konsep yaitu konsep metabolism, konsep
geometris, dan konsep organis. Dari tema desain dan metode-metode
158
yang dinilai baik tersebut, nantinya dapat dihasilkan desain yang terlihat
baik pada ruang dalam (interior), ruang luar, serta fasade dari
bangunan itu sendiri. Terdapat beberapa alasan mengapa tema desain
ini dianggap tepat untuk bangunan Pasar Seni yang akan dirancang,
salah satunya karena dapat menyatu dengan alam yang mana
berkaitan dengan pola hidup masyarakat sendiri (kesenian/barang seni)
sehingga dapat menampilkan ciri khas / keunikan di desain.
Tema Maniera diambil dengan tujuan menghasilkan sebuah desain
yang baik di projek Pasar Seni yang mana memberikan suasana yang
harmonis bagi aktivitas-aktivitas di dalamnya (aktivitas utama adalah
komersil seni dan rekreatif / hiburan). Untuk itu, 3 (tiga) konsep akan
diterapkan pada projek Pasar Seni ini yang diantaranya:
• Metabolism
Konsep metabolism dalam Pasar Seni (penerapan unsur publik dan
privat) dapat diterapkan pada ruang-ruang yang ada di dalamnya serta
material bangunan baja dan beton yang nanti nya juga digunakan. Unsur
publik dan privat sendiri dapat saling dihubungkan sehingga tercipta
ruang yang harmonis seperti pada area jual beli/dagang, workshop,
taman (kegiatan event) dan sebagainya. Namun tetap ada pembagian
ruang-ruang yang bersifat terkelompok tersebut secara 2 (dua ) dimensi
sehingga akses pengunjung terbatas namun tidak terasa
159
demikian. Penggunaan material beton dan baja sebagai struktur utama
dari bangunan projek memudahkan untuk di dapat di sekitar tapak.
• Geometris
Penerapan konsep Geometris berada pada bentuk dasar bangunan
Pasar Seni itu sendiri dimana berkaitan pula dengan tipologi serta
fungsi dari bangunannya. Dengan metode ini, dapat memberikan
desain yang mudah dikenali sebagai bangunan Pasar Seni
Tradisional. Penerapannya juga tentu didasari dengan pola aktivitas
atau kebiasaan dari masyarakat sendiri sehingga lebih meningkatkan
pemaknaan tradisional itu sendiri. Dengan demikian, penikmat karya
seni yang berkunjung ke bangunan Pasar Seni tersebut dapat
menikmati barang-barang seni yang di jual di dalamnua sekaligus
menikmati bangunan itu sendiri sebagai sebuah karya seni (Jepara).
Bentuk geometris dari bangunan-bangunan yang ikonik di kota Jepara
memiliki beberapa kesamaan. Bentuk-bentuk ini lah yang akan
digunakan atau diterapkan pada bangunan projek demi menampilkan
lokalitas arsitektur di dalamnya. Bentuk geometris pada bangunan
yang ada di Jepara di ambil dari 3 bangunan yaitu bangunan Bupati
Kabupaten Jepara, bangunan pendopo di Area Gedung Wanita
Jepara, serta bangunan Gedung Wanita itu sendiri.
160
Tabel 5.2 Geometri Bangunan Jepara
Gedung Bupati JeparaPendopo Ged. Wanita Gedung Wanita
Sumber: googlemap
Bangunan Gedung Bangunan pendopo Bangunan Gedung
Bupati yang berada di yang berada di Jalan Wanita memiliki bentuk
pusat kota (depan HOS Cokroaminoto bangunan kubus
alun-alun kota) yang berada di daerah dengan penambahan
memiliki bentuk satu Gedung Wanita ini pada bagian
atau lebih persegi atau memiliki bentuk utama sampingnya. Bentuk
persegi panjang persegi sebagai atap diambil dari bentuk
sebagai dasarnya. dasarnya dengan jalan joglo yang dirubah
Secara 3 dimensi masuk lebih menonjol. sehingga bertemu di
bentuk bangunan Bangunan berdiri satu titik atau
adalah balok dengan dengan kolom-kolom membentuk limasan.
atap yang melancip ke dengan bagaian atap
atas berupa limas berupa limas bertingkat.
ataupun pelana.
161
Kesimpulan yang didapat dari bentuk geometri bangunan di Jepara
adalah bangunan dengan bentuk balok dan kubus yang terdapat
penonjolan pada bagian pintu masuk. Dinding tegak lurus dengan
bentuk atap yang diambil dari bentuk limasan atau pelana. Di bagian
atas atap akan bertemu di satu titik atau melancip jika dilihat dari depan
bangunan. Bentuk bangunan pendopo juga mempengaruhi bentuk
geometis bangunan Jepara dimana terdapat kolom-kolom sebagai
struktur dan tidak terdapat dinding masif yang menghalangi sehingga
memaksimalkan bukaan.
Organis
Konsep organis yang mana menampilkan desain yang menyatu
dengan alam, unsur kontiunitas dan horisontalisme dengan
menggunakan bahan-bahan alam (sebagai material bangunan) serta
penerapan elemen air diterapkan pada ruang dalam, ruang luar, serta
fasade bangunan. Dengan menerapkan konsep organis, dapat
meningkatkan suasana tradisional dalam Pasar Seni tersebut
sehingga pengunjung dapat lebih merasa nyaman.
Secara garis besar penerapan prinsip maniera pada tema desain projek
Pasar Seni Tradisional di Jepara menerapkan konsep metabolism,
geometris dan organis agar didapat desain yang baik.
162
Bagan 5.1 Tema desain dan penerapannya
Maniera
Metabolism
Penekanan
Unsur privat dan publik
Penerapan
teknologi prefabrication
Manfaat
Memberikan hubungan ruang yang baik di dalam Pasar Seni
sehingga dapat menyajikan suasana tradisional.
Penerapan
Hubungan area dagang dengan fasilitas penunjang (workshop, dll) didekatkan sehingga dapat saling
menguntungkan satu dengan lain.
Geometris
Penekanan
Bentuk dasar
bangunan
Tipologi objek
(Pasar Seni
Tradisional)
Manfaat
Memberikan ciri
khas pada
bangunan
sehingga dapat
dikenali dan dapat
memaknai
bangunan sebagai
Pasar Seni.
Penerapan
Menerapkan unsur kesenian lokal Jepara pada fasade bangunannya dan pola ruang yang sesuai dengan pola perilaku masyarakat
Organis
Penekanan
Menyatu dengan
alam
Horisontalisme
Kontinuitas
Manfaat
Memberikan
suasana ruang
yang tradisional
dimana berkaitan
dengan alam, pola
kebiasaan
masyarakat dan
kesenian lokal.
Penerapan
Menerapkan material yang
secara visual dekat
dengan alam (motif
kayu, batu, dll)
pada tampak bangunan serta
menambahkan
elemen air (kolam).
163
5.2. Kajian Teori Permasalahan Dominan
Di dalam bangunan Pasar Seni Tradisional ini menerapkan unsur
seni di dalamnya. Unsur seni yang di pilih diambil dari kesenian lokal yang
berasal dari Jepara. Sebagai penekanan terhadap pemaknaan Pasar Seni
Tradisional sendiri, di dalamnya didominasi oleh kegiatan-jual beli barang
seni antara pengunjung dan penjual. Sebagian besar kegiatan jual beli
berada di area dagang yang terbagi menjadi 4 bagian (area dagang meubel
ukir kayu, patung dan gerabah, perhiasan dan aksesoris, serta anyaman,
tenun, dan batik. Situasi dan kondisi ruang tidak hanya didasari oleh
kenyamanan bagi manusia (pengunjung dan penjual), namun juga
memperhatikan material barang-barang yang dijual mulai dari kayu hingga
kain.
Untuk kenyamanan pengunjung dan pembeli tentunya ruang akan
memperhatikan faktor kenyamanan thermal, kelembaban, dan visual
mengingat tiga hal tersebut merupakan hal yang penting dalam Pasar Seni.
5.2.1. Uraian Interpretasi dan Elaorasi Teori Permasalahan Dominan
Demi menciptakan ruang yang fungsional di dalam Pasar Seni, perlu
diperhatikan aktifitas pengunjung dan pembeli maupun kebutuhan
bagi barang-barang seni yang dijual belikan. Selain itu, dengan
menampilkan unsur kesenian lokal pada bangunan akan
menambahkan penakan pada makna Pasar Seni itu sendiri. Beberapa
hal yang diperhatikan antara lain:
164
A. Aspek Arsitektur
• Fasade bangunan
Bangunan Pasar Seni Tradisional di Jepara akan menampilkan
akan menerapkan unsur seni pada fasade nya. Unsur seni yang
dipilih bersifat lokal (kesenian Jepara) di mana juga dipadukan
dengan dengan ciri khas bangunan yang ada di Jepara sendiri.
Bentuk bangunan di Jepara memiliki ciri khas pada bagian atapnya
dimana terdapat beberapa lapisan atap pada dengan bentuk limasan
serta penggunaan material penutup atap genteng tanah liat. Selain
bentuk limasan yang berlapis juga terdapat jgua ciri khas berupa
bentuk atap joglo pada bangunan di Jepara yang memberikan sebuah
kesan tradisional sesuai dengan budaya lokal (Jepara).
Gambar 5.2 Bentuk Bangunan Lokal
Selain itu, kesenian lokal yang akan diterapkan pada fasade
bangunan sendiri diambil dari motif ukir Jepara dimana terdapat 3
(tiga) bagian di dalamnya yaitu tangkai relung (berbentuk panjang
dan melingkar serta penampangnya berbentuk segitiga), jumbai
165
(bebrbentuk daun yang menyerupai kipas dengan ujung yang
runcing terdiri dari 3 atau 5 jumbai), dan trubusan (berbentuk daun
atau buah susun yang berjajar memanjang). Ciri khas motif jepara
sendiri yaitu terdapat daun jumbai serta biasanya dipadukan
dengan motif burung merak. Selain motif ukir jepara terdapat juga
kesenian yang menjadi ciri khas Jepara yaitu macan kurung yang
merupakan patung macan di dalam kurungan yang di rantai bola
dan pada baigan atas terdapat hiasan berbentuk binatang (naga
jawa, burung, ular, dan sebagainya). Kesenian ini merupakan
bentuk perlawanan dari para pengerajin kayu Jepara terhadap
penjajah (Belanda) pada jaman penjajahan dulu.
Gambar 5.3 Motif Ukir Jepara dan Kesenian Macan Kurung
• Elemen
- Elemen pembatas
Elemen pembatas pada bangunan Pasar Seni berfungsi membatasi
ruang satu dengan yang lain. Elemen pembatas memberikan jarak
antara ruang satu dengan yang lain namun tidak
166
membatasi secara visual sehingga dapat menciptakan hubungan
yang dekat dalam Pasar Seni. Elemen pembatas dapat
menerapkan kesenian lokal yang ada sehingga bangunan sendiri
dapat menjadi sebuah objek kesenian itu sendiri.
- Elemen pengisi ruang
Sebagai sebuah objek seni, bangunan Pasar Seni tersebut sesuai
fungsinya menyediakan barang-barang seni lokal yang
dipamerkan dan dijual di dalamnya. Elemen pengisi ruang adalah
fasilitas – fasilitas yang disediakan di Pasar Seni sebagai
pendukung kegiatan yang ada.
• Sirkulasi
Sebagai bentuk pemaknaan Pasar Seni Tradisional, dibentuknya
sirkulasi yang tidak kaku (melingkar) sehingga para pengunjung
dapat lebih menikmati barang-barang seni yang dijual dengan
bebas sesuai dengan pemaknaan seni itu sendiri. Dengan bentuk
demikian, diharapkan didapatkan sirkulasi yang tepat bagi kegiatan
di dalamnya.
B. Aspek Psikologis dan Perilaku Manusia
Faktor Kenyamanan aktifitas pengunjung dan pembeli merupakan
hal yang di perhitungkan supaya kegiatan yang ada dapat berjalan
dengan baik. Hal tersebut dicapai dengan cara memberikan
kemudahan bagi para pengunjung pasar seni untuk mendapatkan
167
informasi dan barang seni yang ada sehingga penjual juga
diuntungkan. Beberapa faktor yang diperhitungkan yaitu:
- Jarak pandang yang jelas antara pengunjung dengan barang seni
yang di jual
- Sudut pandang yang dapat menampilkan keseluruhan dari
bangunan Pasar Seni dengan memberikan pembatas agar
memudahkan melihat objek.
C. Aspek Fisika Bangunan
• Suhu
Suhu di dalam ruang Pasar Seni diperhatikan agar dapat
memberikan kenyamanan thermal bagi manusia (pengunjung dan
penjual) serta memperhatikan barang-barang seni yang dijual
sehingga tidak terjadi kerusakan atau penurunan kualitas. Suhu
yang ditetapkan pada ruangan sekitar 25oC.
• Cahaya
Pencahayaan ruang sendiri bermacam-macam pada ruangan sesuai
dengan kegiatannya dimulai dari melihati-lihat barang seni yang ada
hingga kegiatan di workshop. Kebutuhan iluminasi diurai menjadi:
- Penglihatan biasa
- Kerja kasar dengan detail besar
- Kerja umum dengan detail wajar
- Kerja cukup keras dengan detail =
= 100 lux
= 200 lux
= 400 lux
600 lux
168
(Prasasto Satwiko, “Fisika Bangunan 1” Edisi 1, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2004, hal. 93.). Maka dari itu kebutuhan pencahayaan
pada ruang area dagang seni adalah :
Tabel 5.3 Pencahayaan Ruang
No Nama Ruang Kegiatan Kebutuhan
cahaya
1 Kios dagang meubel Biasa 100 lux
2 Display room dagang meubel Biasa 100 lux
3 Los dagang patung dan dekorasi Biasa 100 lux
4 Kios dagang patung dan dekorasi Biasa 100 lux
5 Display room dagang patung dan Biasa 100 lux
dekorasi
6 Pelataran dagang peralatan ukir kayu Biasa 100 lux
dan lain-lain
11 Los dagang peralatan ukir kayu dan Biasa 100 lux
lain-lain
12 Kios dagang peralatan ukir kayu dan Biasa 100 lux
lain-lain
13 Ruang pendataan display room Kerja
umum 400 lux
detail wajar
14 Loading dock Biasa 100 lux
1 Workshop Kerja keras 600 lux
detail kecil
2 Ruang Serba Guna Biasa 100 lux
3 Panggung dan Event Space Biasa 100 lux
169
4 Ruang Audio Kerja kasar
detail 200 lux
besar
5 Pujasera Biasa 100 lux
6 Ruang ATM Biasa 100 lux
7 Rest Area Biasa 100 lux
1 Ruang Kepala Dinas Pengelolaan Kerja
Pasar umum 400 lux
detail wajar
2 Ruang Wakil Dinas Pengelolaan Pasar Kerja
umum 400 lux
detail wajar
3 Ruang Sekertariat Kerja
umum 400 lux
detail wajar
4 Ruang Staff Penataan dan Kerja
Pemeliharaan Pasar umum 400 lux
detail wajar
5 Ruang Staff Keamanan, Ketertiban, dan Kerja
Kebersihan Pasar umum 400 lux
detail wajar
6 Ruang Staff Penetapan, Penagihan, Kerja
dan Pelaporan Retribusi Pasar umum 400 lux
detail wajar
7 Ruang Humas Kerja
umum 400 lux
detail wajar
170
8 Ruang Administrasi Kerja
umum 400 lux
detail wajar
9 Ruang Staff IT Kerja
umum 400 lux
detail wajar
10 Ruang Pelaksana Event Kerja kasar
detail 200 lux
besar
11 Ruang Rapat Kerja kasar
detail 200 lux
besar
1 Ruang Informasi Kerja kasar
detail 200 lux
besar
2 Ruang ME Biasa 100 lux
3 Ruang Kontrol Air Biasa 100 lux
4 Ruang Kontrol Listrik Biasa 100 lux
5 Ruang Security Biasa 100 lux
6 Toilet Biasa 100 lux
7 Musholla Biasa 100 lux
8 Ruang Istirahat Staff Biasa 100 lux
Sedangkan untuk pencahayaan pada barang seni juga
diperhitungkan agar tidak merusak atau menurukan kualitas dari
barang seni tersebut. Besar kuat cahaya pada ruang didasari oleh
171
material yang dipamerkan atau dijual di masing-masing area
dagang yang diruakian sebagai berikut:
Tabel 5.4 Tingkatan Cahaya
Ruang Material Tingkatan Cahaya (lux)
Area dagang meubel kayu 161-215
Area dagang Patung kayu, logam, batu 161-215 (kayu) , 323 –
dan Gerabah 538 (logam,batu)
Area dagang perhiasan logam, batu 323 - 538
dan aksesoris
Area dagang anyaman, kain, kulit, dsb 54-108
tenun, batik
• Kelembaban
Karena banyak barang seni yang berharga di dalam Pasar Seni,
tentunya diperhatikan kelembaban ruang sehingga barang-barang
yang ada tetap terjaga. Kelembaban ruang yang dianjurkan adalah
45% sampai 60% untuk menghindari jamur atau kerusakan pada
barang seni.
5.2.2. Studi Preseden
Studi preseden yang dipilih adalan Pasar Seni Gabusan Yogyakarta
dengan alasan Pasar Seni tersebut memberikan suasana yang tidak
kaku dan memiliki ciri khas tersendiri yang di ambil dari budaya lokal
yang ada di sana. Terdapat 16 los pada pasar Seni Gabusan yang
172
menampung kurang lebih 444 pengerajin lokal dan memiliki luas 4,5
hektar. Pasar tersebut dirancang agar pengerajin lokal dari berbagai
ragam (kesenian kulit, logam, enceng gondok, kayu, sampai tanah
liat) mendapatkan akses untuk pasar internasional.
Pada pintu masuk Pasar Seni Gabusan terdapat area yang menjual
aneka kuliner lokal dan gerbang yang memiliki desain yang unik.
Bentuk entrance ke area dagang pasar seni berupa menara yang di
bawahnya difungsikan sebagai pusat informasi. Bentuk dari area
dagang pasar seni Gabusan sendiri memiliki atap pelana dengan
kolom yang dimiringkan pada samping nya. Minimnya dinding pada
bagian samping membuat sinar langit yang masuk dapat memberikan
kenyamanan visual yang baik. Kawasan pasar seni Gabusan sendiri
memiliki ruang terbuka yang luas dan terdapat area bermain maupun
event yang tidak permanen.
Gambar 5.4 Pasar Seni Gabusan
5.2.3. Kemungkinan Penerapan Teori Permasalahan Dominan
Penerapan yang dilakukan berdasarkan aspek yang sebelumnya telah
dibahas.
173
A. Aspek Arsitektur
• Fasade bangunan
Sebelumnya telah dibahas ciri khas bangunan lokal (Jepara) serta
kesenian lokal yang juga menjadi sebuah ciri khas di daerah tersebut
(pola ukir Jepara dan kesenian macan kurung).
Penerapan ciri bangunan lokal yang berada pada atapnya akan
diterapkan kedalam bangunan Pasar Seni yang dibagi menjadi 2
massa yaitu bangunan utama (pasar seni) dan rest area yang
merupakan fasilitas penunjang. Bentuk limasan bertingkat akan
diterapkan pada atap bangunan pasar seni dan bentuk atap joglo
diterapkan pada rest area yang disediakan. Untuk selebihnya bentuk
atap akan menyesuaikan dengan tetap memperhatikan kesatuan
pada bangunan.
Sedangakn untuk penerapan kesenian lokal pada bangunan Pasar
Seni sendiri terdapat pada desain bangunannya dimana pola ukir
jepara akan diterapkan pada dinding terutama dibagian depan atau
entrance sehingga bangunan itu sendiri dapat menjadi sebuah objek
seni. Sedangkan kesenian macan kurung dapat diterapkan pada
bentuk massa bangunannya dimana terdapat pembatas menyerupai
kurungan yang di tengahnya terdapat patung macan. Selain menjadi
sebuah ruangan yang dapat difungsikan sesuai kegiatan yang ada
dan dapat menjadi sebuah ciri khas dari bangunan (Pasar Seni
174
Tradisional di Jepara), desain demikian dapat menjadikan bangunan
sebagai sebuah objek seni.
Gambar 5.5 Penerapan Kesenian
• Elemen
- Elemen pembatas
Elemen pembatas pada bangunan Pasar Seni berfungsi untuk
memberikan batas ruang yang tidak membatasi secara visual
sehingga dapat menciptakan suasana yang bebas dan tidak kaku
sesuai dengan pemaknaan Pasar Seni itu sendiri.
Penerapan tiang-tiang yang berbentuk seperti kurungan macan
(kesenian macan kurung) dapat memberikan batas ruang tanpa
menutup total secara visual. Selain itu dengan memperhatikan tinggi
pembatas ruang dapat memberikan bukaan visual yang baik di dalam
pasar Seni. Tinggi pembatas ruang yang digunakan adalah 80 cm.
175
Gambar 5.6 Elemen Pembatas
- Elemen pengisi ruang
Bangunan Pasar seni mayoritas diisi oleh barang – barang seni yang
di jual dimulai dari meubel, patung, gerabah, batik, perihasan, dan
sebagainya. Sebagai bentuk pemaknaan Pasar Seni Tradisional
barang-barang seni yang di jual adalah produk lokal sehingga
menguntungkan masyrakat.
• Sirkulasi
Pola sirkulasi di dalam Pasar Seni cenderung lebih bebas dengan
menerapkan lajur yang melengkung. Lajur tidak lurus untuk
menghindari kesan yang kaku dan hanya mementingkan tujuan
komersil saja. Alur melengkung dan menyebar sesuai dengan
pemaknaan Pasar Seni yang direncanakan.
Gambar 5.7 Bentuk Sirkulasi Pasar Seni
176