bab v kajian teori 5.1 kajian teori penekanan desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.a1.0012 tan...

35
200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo Vernakular” 5.1.1 Arsitektur Neo Vernakular Arsitektur Neo Vernakular adalah salah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton. Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern, ada 6 aliran menurut Charles A. Jenck yaitu Historiscism, Straight Revivalism, Neo Vernacular, Contextualism, Methapor dan Post Modern Space. Ciri-ciri arsitektur yang berkembang pada Era Post Modern adalah: 1. Membangkitkan kembali kenangan historic 2. Berkonteks urban 3. Menerapkan kembali teknik ornamentasi 4. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya) 5. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain) 6. Dihasilkan dari partisipasi 7. Mencerminkan aspirasi umum 8. Bersifat plural 9. Bersifat ekletik Dalam garis waktu arsitektur modern, vernacular berada pada posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

200

BAB V

KAJIAN TEORI

5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo Vernakular”

5.1.1 Arsitektur Neo Vernakular

Arsitektur Neo Vernakular adalah salah salah satu paham atau aliran yang

berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada

pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era

modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan

monoton. Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern, ada

6 aliran menurut Charles A. Jenck yaitu Historiscism, Straight Revivalism,

Neo Vernacular, Contextualism, Methapor dan Post Modern Space. Ciri-ciri

arsitektur yang berkembang pada Era Post Modern adalah:

1. Membangkitkan kembali kenangan historic

2. Berkonteks urban

3. Menerapkan kembali teknik ornamentasi

4. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya)

5. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain)

6. Dihasilkan dari partisipasi

7. Mencerminkan aspirasi umum

8. Bersifat plural

9. Bersifat ekletik

Dalam garis waktu arsitektur modern, vernacular berada pada posisi

arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada

Page 2: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

201

masa modern akhir setelah terjadi ekletisme dan kritikan terhadap arsitektur

modern. Karakteristik yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular

adalah sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim

setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,

detail, struktur dan ornament)

2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi

juga elemen non fisik yaitu budaya pola piker, kepercayaam tata letak

yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan

kriteria perancangan.

3. Produk bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip vernacular

melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya)

5.1.2 Pendekatan Desain Perancangan dengan Analogi Iconic

Ibaratan atau analogi adalah sebuah proses penalaran tentang

penyebab-penyebab atau dari penyebab-penyebab atau dari dan tentang

alasan-alasan yang sejajar atau berkemiripan.

Berkemiripan bukan berarti sama, sebab proses penalaran ini selalu

berbicara tentang adanya dua situasi atau peristiwa yang memiliki sejumlah

kesamaan tapi tidak semua.

Di dalam berarsitektur, imajinasi merupakan sumber penentu macam

jenis corak ibaratan. Di dalam berarsitektur, kita punya kebebasan seluas-

luasnya. Ibaratan sebagai proses penalaran mempunyai macam yang tidak

Page 3: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

202

terbatas jumlahnya. Setiap orang boleh dan bisa mencari atau membuta

ibaratannya sendiri.

Dalam buku “Design in Architecture” oleh Geoffrey Broadbent

mengatakan bahwa “…mekanisme sentral dalam menerjemahkan analisa-

analisa ke dalam sintesa adalah analogi”.

Ciri ibaratan/analogi :

Tidak boleh persis sama (jelasnya).

Kejelasan dan penjelasan tentang (B) di contoh untuk menjelaskan

dan menyelesaikan (A) ibaratan bukan perumpamaan, ibaratan

adalah sebuah proses.

Proses merancang bukan hanya 1 (satu), salah satunya adalah

ibaratan.

(B) sekaligus sebagai sumber ide, namun bukan hanya sumber ide

tetapi juga menentukan macam proses untuk menggarap (A).

Ibaratan harus diciptakan oleh imajinasi atau intuisi.

Konsep penggolongan Analogi adalah Isolated Pictoral yaitu

peniruan-peniruan dalam bentukan-bentukan yang sudah ada. Analisa dan

sintesa menggunakan bentuk-bentuk fisik, abstrak yang sudah ada dengan

modifikasi kecil. Ditinjau dari bentuk-bentuk saja (secara fisik) bangunan

post modern yang menghadirkan tiang-tiang Yunani menggunakan Isolated

Pictorial. Yang menjadi dasar adalah bentuk-bentuk ragawi (fisik) yang

dijadikan alat untuk mengubah dari analisa menjadi sintesa. Dalam hal

intuisinya masuk dan empiris.

Page 4: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

203

Salah satu jenis proses rancangan yang bersesuaian oleh Geoffrey

Broadbent adalah Iconic Design. Iconic Design adalah desain yang

menggunakan bentuk-bentuk yang secara historis telah dicoba dan

diterima oleh masyarakat tradisional. Jenis dan konstruksi bangunan

merupakan repetisi dan modifikasi dari bangunan-bangunan yang

mengandung unsur-unsur symbol, tradisi dan mitos kebudayaan tertentu.

Contoh bangunan yang menerapkan Analogi Iconic adalah Phinisi

Tower di Makassar, arsitek oleh Yu Sing dan tim.

Gambar 5.1: Kapal Phinisi sebagai adaptasi bentuk Phinisi

Tower,Makassar

Sumber: google.com

Gambar 5.2: Phinisi Tower di Makassar oleh Yu Sing

Sumber: google.com

Page 5: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

204

Konsep desain dari Menara Phinisi (Sumber: http://rumah-

yusing.blogspot.co.id/2009/01/menara-pinisi.html)

Indonesia memiliki kekayaan budaya yang besar, luas, dan kaya.

Salah satu kota yang memiliki kekayaan budaya adalah kota Makassar.

Kota Makassar memiliki nilai-nilai filosofi, budaya dan arsitektur tradisional

yang menjadi ciri khas dan potensi kebudayaan masyarakat. Potensi-

potensi tersebut merupakan salah satu upaya untuk memelihara

kebudayaan lokal. Pelestarian dan upaya memelihar sebagai sumber

inspirasi desain arsitektur yang mampu bersaing di kancah internasional,

tetapi tanpa menghilangkan identitas dan konteks lokal.

Gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM didesain sebagai ikon

baru bagi UNM, kota Makassar dan sekaligus Sulawesi Selatan.

Penekanan desain mengutamakan kearifan lokal sebagai sumber

inspirasi, yaitu makna Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah

hidup masyarakat Sulawesi Selatan yaitu Sulapa Eppa / Empat Persegi,

dan perahu Pinisi. Perahu Pinisi sebagai symbol kejayaan, kebanggaan,

dan keagungan. GPPA UNM sebagai ikon baru bangunan tinggi yang

menggunakan sistem fasade Hiperbolic Paraboloid, merupakan ekspresi

futuristic dan penggunaan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bangunan ini memiliki serangkaian makna, fungsi dan aplikasi teknologi

yang digambarkan dalam sosok arsitektur. Kekayaan makna tersebut

meningkatkan nilai arsitektur GPPA UNM tidak hanya sekedat estetis,

tetapi juga memiliki nilai keagungan yang ada didalamnya.

Page 6: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

205

5.1.3 Arsitektur Tradisional di Kabupaten Kendal

Penekanan desain yaitu Arsitektur Neo Vernakular, Vernakular

merujuk pada arsitektur tradisional yang dikinikan.

Penambahan unsur kelokalan berupa arsitektur tradisional yang

khas dari Kabupaten Kendal ke penekanan desain proyek bangunan

dengan tujuan untuk menampilkan dan melestarikan ciri khas arsitektur

tradisional. Menampilkan citra tradisional yang khas berupa bentuk-bentuk

atap menjulang dan memiliki bentuk geometri yang khas karena

dipengaruhi oleh agama Islam dan budaya Jawa. Citra tradisional

ditampilkan guna untuk melestarikan kebudayaan setempat agar tidak

luntur oleh beriringnya waktu.

5.1.3.1 Bentuk Rumah Jawa

Arsitektur tradisional mengenai rumah tradisional yang

dibangun dengan cara yang masih sederhana, dibangun karena

terdapat makna dan perpaduan filosofi budaya yang khas dari

daerah tersebut, budaya tersebut sudah turun temurun dengan

tanpa mengalami atau sedikit mengalami perubahan. Rumah

tradisional memiliki ciri khas mulai dari detail bangunan,

ornamentasi, dan juga tata ruang yang didesain oleh arsitek masa

lalu.

Arsitektur rumah yang ada di Kabupaten Kendal ini adalah

bentuk rumah Jawa. Rumah bentuk Jawa dibedakan menjadi lima

bentuk dasar antara lain (Andhika Bayu, hlm 4) (lihat gambar 5.3)

Page 7: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

206

1) Rumah bentuk Joglo;

2) Rumah bentuk Limasan;

3) Rumah bentuk Kampung;

4) Rumah bentuk Tajuk/Tajug;

5) Rumah bentuk Panggang –Pe.

Gambar 5.3: Macam-macam rumah adat Jawa Tengah

Sumber: https://www.senibudayaku.com/2017/11/rumah-adat-jawa-

tengah.html

Masyarakat Kendal memiliki ciri khas bangunan atap berbentuk

Maligi, karakteristiknya yaitu atap memiliki tiga limasan Maligi yang

berjejer dan saling berhubungan pada setiap sisinya. Bentuk rumah

tersebut menunjukkan kedudukan maupun status ekonomi pemilik

(lihat gambar 5.4)

Tajug Panggang Pe

Joglo Kampung

Limasan

Page 8: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

207

Gambar 5.4: Bentuk atap Maligi

Sumber: Andhika Bayu, hlm 5

5.1.3.2 Organisasi Ruang

Rumah tradisional masyarakat Kendal umumnya lebih

sederhana dari rumah Jawa, karena memiliki 3 zonasi ruang yaitu

(lihat gambar 5.5):

1) Zona Depan : ruang ini sebagai ruang serbaguna yang

biasanya digunakan untuk tempat sepeda, tempat menyimpan hasil

bumi atau makanan.

2) Zona Tengah : ruang ini terdiri atas ruang keluarga pada sisi

kanan dan sisi kiri terdapat ruang tidur.

3) Zona Belakang : ruang ini terdiri atas dapur pada sisi kanan dan

sisi kiri terdapat kamar.

Gambar 5.5: Organisasi ruang

Sumber: Andhika Bayu, hlm 6

Page 9: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

208

5.1.3.3 Ciri-ciri

Ciri-ciri dari bentuk atap Maligi adalah:

1) Bentuk massa rumah simetris yang terdiri atas 3 zona ruang, atap

maligi terdiri tas 3 gelombang atap limasan atau pelana.

2) Ukuran dan bentuk teras mengikuti bentuk rumah. Dan biasanya

pada teras terdapat pagar kayu.

3) Dinding rumah relatif tinggi, dan juga plafonnya. Bahan plafon

terbuat dari anyaman bamboo atau yang biasa disebut Gribig.

4) Ruangan terbagi atas tiga zona sesuai dengan blok-blok atap

Maligi. Antar ruangan dibatasi dengan dinding.

5) Di tiap dinding terdapat tiga pintu yang berdaun ganda termasuk

pada pintu bagian dinding depan.

6) Terdapat pintu samping untuk akses ke halaman samping.

7) Bahan penutup lantai terbuat dari tanah pada masa lalu, kemudian

mengalami perubahan menjadi ubin terakota atau lantai keramik.

5.1.3.4 Ornamentasi dan Kusen

Ornamentasi terletak pada hiasan di atas pintu dan tiang

kolom. Ornamentasi tersebut memiliki arti filosofi yang ada di

kebudayaan masyarakat Kendal.

Pada setiap ruang terdapat tiga kusen pintu. Tiap pintu memiliki

jumlah bukaan yaitu empat. Ornamentasi tersebut merupakan

perpaduan agama dan budaya pada saat masa lalu. Berikut

Page 10: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

209

penjelasan mengenai arti makna ornamentasi yang ada di kusen

pintu:

1) Gambar pertama merupakan corak khas budaya Jawa, dan

terdapat motif batik parang pada bagian atas kusen pintu.

2) Gambar kedua merupakan corak budaya Cina, ciri khas yang

ditampilkan adalah ornamentasi hiasan dan simbol khas Cina

3) Gambar ketiga dan keempat merupakan corak budaya Islam

dengan sentuhan Islami yang memusat.

Gambar 5.6: Bentuk ornamentasi pada kusen pintu

Sumber: Andhika Bayu, hlm 8

5.2 Kajian Teori Permasalahan Dominan “Arsitektur Berwawasan Perilaku dan

Budaya Masyarakat Kendal”

5.2.1 Arsitektur Berwawasan Perilaku

Perilaku terjadi atas setting kegiatan yang dihasilkan oleh pengguna

pasar tradisional. Perilaku masyarakat tradisional berbeda dengan

masyarakat kota yang modern.

5.2.1.1 Pengertian Arsitektur Berwawasan Perilaku

Dalam buku “Wastu Citra” oleh Y.B Mangun Wijaya, Arsitektur

berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi, mampu

Page 11: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

210

memahami dan mewadahi perilaku-perilaku manusia yang

dihasilkan oleh bermacam perilaku, baik dari perilaku pencipta,

pemakai, dan pengamat dan sekitarnya. Tidak hanya manfaat yang

dihasilkan namun citra arsitektur yang ditimbulkan. Citra berkesan

spiritual karena hanya dapat dirasakan oleh jiwa kita.

Pembahasan perilaku dalam buku “Wastu Citra” dalam

pengertian arsitektur adalah sebagai berikut:

Perilaku manusia didasari oleh pengaruh sosial budaya yang

mempengaruhi terjadinya proses Arsitektur.

Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan religi dari

pengaruh nilai-nilai kosmologi

Perilaku alam dan lingkungan mendasari perilaku manusia

dalam proses arsitektur

Dalam proses arsitektur terdapat keinginan untuk

menciptakan perilaku yang lebih baik.

Karakteristik perilaku yang berpengaruh pada bentuk

bangunan adalah Kebutuhan dasar. Kebutuhan-kebutuhan itu antara

lain:

Safety Need, adalah kebutuhan terhadap rasa aman dalam

diri dan lingkungan sekitar. Baik secara fisik ataupun psikis.

Contoh dari rasa aman fisik adalah terhindar dari panas,

hujan. Contoh dari rasa aman psikis adalah terhindar dari rasa

malu, aman dari rasa takut.

Page 12: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

211

Physicological Need, adalah kebutuhan dasar manusia yang

bersifat fisik. Contoh kebutuhan antara lain sandang, pangan

dan papan.

Cognitive / Aestetic Need, adalah kebutuhan untuk

berekreasi, berpikir, dan mengeksplorasi pengetahuan

dengan tujuan untuk membentuk pola perilaku manusia.

Affilitation Need, adalah kebutuhan untuk melakukan

sosialisasi dan melakukan interaksi sosial dengan sesama

manusia. Affilitation Need sebagai sarana untuk

mengekspresikan diri terhadap sesamanya.

5.2.1.2 Pengertian Masyarakat

Istilah masyarakat berasal dari akar kata Arab syaraka yang

berarti “ikut serta”, “berpartisipasi”. Pengertian masyarakat adalah

sekumpulan manusia saling berinteraksi

(Koentjaraningrat,2009:116). Menurut Dannerius Sinaga

(1988:143), masyarakat merupakan orang yang menempati suatu

wilayah baik langsung maupun tidak langsung saling berhubungan

sebagai usaha pemenuhan kebutuhan, terkait sebagai satuan sosial

melalui perasaan solidaritas karena latar belakang sejarah, politik

ataupun kebudayaan yang sama. Ada 2 macam masyarakat dibagi

menjadi masyarakat modern dan masyarakat tradisional.

Page 13: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

212

5.2.1.3 Pengertian Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang masih

terikat dengan kebiasaan atau adat istiadat yang telah turun

temurun. Perilaku masyarakat yang mudah curiga terhadap hal baru

yang menuntut sikap rasional, sehingga sikap masyarakat

tradisional kurang kritis (Dannerius Sinaga,1988:152). Masyarakat

tradisional merupakan masyarakat yang statis tidak ada perubahan

dan tidak ada dinamika yang timbul dalam kehidupan. Yang

membedakan masyarakat tradisional dengan masyarakat modern

adalah ketergantungan masyarakat terhadap lingkungan alam

sekitarnya ditandai dengan adanya proses penyesuaian terhadap

lingkungan alam (P.J Bouman, 1980:53).

Selo Soemardjan (1993:62-68) mencirikan masyarakat

tradisional berdasarkan pandangan sosiologis. Ciri-ciri sebagai

berikut:

Masyarakat cenderung homogen.

Adanya rasa kekeluargaan, kesetiakawanan dan rasa percaya yang

kuat antar para warga.

Tata adat istiadat yang efektif untuk mewujudkan disiplin sosial

Sistem sosial disadari kepentingan kolektif

Budaya malu (Shame Culture) sebagai pengawas sosial langsung

dari lingkungan sosial manusia, rasa malu mengganggu jiwa jika ada

Page 14: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

213

orang yang mengetahui penyimpangan sistem nilai dalam adat

istiadat yang diberlakukan.

Menurut Ferdinand Tonnies (1855-1936) masyarakat adalah

karya ciptaan manusia itu sendiri. Dalam bukunya yang berjudul

“Gemeinschaft und Gesellschaft” membagi masyarakat ke dalam

dua jenis kelompok yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft.

1. Gemeinschaft (Paguyuban / kelompok / komunitas / asosiasi)

Kelompok sosial ini adalah kehidupan masyarakat yang bersifat

intim dan pribadi, memiliki keterikatan yang dibawa sejak lahir. Sifat

khas dari masyarakat Gemeinschaft ialah adanya keterikatan yang

bersifat emosional dibandingkan bersifat rasional. Gemeinschaft

adalah gambaran situasi yang berorientasi pada nilai-nilai, memiliki

peran, aspiratif dan biasanya mendominasi kekuatan sosial. Ikatan

ini timbul dari dalam individu dan keinginan untuk menjalin hubungan

yang didasarkan kesamaan keinginan dan tindakan. Gemeinschaft

sendiri terbagi atas tiga tipe yaitu:

Gemeinschaft by blood adalah paguyuban yang mengacu pada

kekerabatan, atau didasarkan pada ikatan darah atau

keturunan. Contoh adalah keluarga.

Gemeinschaft by place adalah paguyuban yang mengacu pada

kedekatan tempat, sehingga dapat saling bekerja sama dan

tolong menolong. Contoh adalah rukun tetangga (RT) dan

rukun warga (RW).

Page 15: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

214

Gemeinschaft of mind adalah paguyuban yang mengacu pada

hubungan persahabatan karena memiliki kesamaan pada

profesi, keyakinan, hobi, minat, dan lain-lain. Contoh adalah

kelompok agama.

2. Gesellschaft (Patembayan / individual / masyarakat modern)

Gesellschaft adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk

jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu pikiran belaka

dan struktur bersifat mekanis. Memiliki karakteristik yaitu

menandakan perubahan yang berkembang, berperilaku rasional

dalam kesehariannya, biasanya individualis, berkurangnya peran

latar belakang, norma, nilai, dan sikap pekerja yang tidak

terakomodasi dengan baik.

5.2.2 Kajian mengenai Perilaku dan Budaya Masyarakat Kendal

5.2.2.1 Perilaku Dan Aktifitas Yang Dihasilkan Oleh Pengguna Pasar

Tradisional Kendal

Perilaku masyarakat tradisional yang nampak adalah

kebutuhan akan bersosialisasi dan saling berinteraksi antar

manusianya. Seperti yang ada di lingkungan Pasar Tradisional

Kendal terdapat beberapa kelompok manusia yang melakukan

interaksi sosial atau berbincang. Interaksi sosial dilakukan di

pondok-pondok tempat teduh, atau di bawah pohon (lihat gambar

5.7)

Page 16: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

215

Gambar 5.7: Pengunjung pasar yang sedang melakukan interaksi sosial

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kegiatan utama di pasar ini merupakan kegiatan penunjang

untuk berjalannya aktifitas di pasar. Antara lain:

a. Distribusi atau Penyaluran Barang

Penyaluran barang ini dengan tujuan untuk mensuplai barang

dagangan dari tempat menuju lokasi unit pedagang. Hal yang

menjadi penting adalah pengaturan lalu lintas pengunjung pasar,

dan juga pengaturan waktu.

Pengaturan lalu lintas pada transportasi pengunjung pasar

terletak pada sirkulasinya, terdiri atas sirkulasi 2 arah dengan lebar

Page 17: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

216

jalan 8 meter. Lebar jalan ini muat untuk ukuran transportasi besar

seperti truk, mobil, motor, sepeda, delman, becak dan lainnya.

Pola susunan pasar atas grid ini membentuk suatu Cluster.

Sehingga sirkulasi untuk pengunjung berada di sekeliling area pasar

langsung masuk ke dalam bangunan pasar (lihat gambar 5.8).

Pedagang melakukan penyaluran barang mulai dari pagi jam 04.00

hingga sore 16.00. Waktu penyaluran barang bersifat fleksibel tidak

adanya patokan waktu.

Gambar 5.8: Siteplan Pasar Tradisional Kendal

Sumber: Peta CAD Kab. Kendal

Untuk pergerakan barang dan lalu lintas pengunjung masuk

melalui pintu masuk atau gerbang pasar yang ada di seluruh sisi

pasar. Di dekat pintu masuk sekaligus untuk pintu keluar terdapat

alat transportasi tradisional berupa becak dan delman untuk

mengantarkan penumpang.

U

Page 18: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

217

Gambar 5.9: Pintu Masuk yang ada di sisi Utara Pasar

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Untuk akses bongkar muat barang dilakukan di jalan lingkar

yang ada di sekeliling pasar, dikeliling pasar terdapat area parkir.

Bisa untuk alat transportasi seperti truk pengangkut barang, truk

sampah, mobil , motor dan lainnya. Adanya area parkir mengeliling

ini, pengangkut dapat dengan mudah menuju langsung ke zona

pasar yang akan dituju.

Gambar 5.10: Area parkir pada sisi Selatan pasar

Sumber: Peta CAD Kab. Kendal

b. Penyimpanan atau Storaging terhadap barang dagangan

Penyimpanan barang dagangan bisa dalam jumlah kecil, bisa

dimasukkan ke dalam lemari kecil. Untuk pergudangan belum

diperlukan.

Page 19: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

218

c. Penyajian barang dagangan

Saat aktifitas perpasaran sudah buka, pedagang sibuk

menyajikan barang untuk didisplay atau ditampilkan ke pembeli. Agar

pembeli bisa leluasa memilih barang pilihannya.

d. Kegiatan jual-beli

Sifat kegiatan jual beli di pasar adalah hubungan langsung

berhadapan antara pedagang dan pembeli, dan biasanya disertai

dengan proses tawar menawar.

Dalam memperjualkan barang dagangan, penjual menata

display jualannya di atas tanah dengan beralaskan karung atau alas

lainnya. Posisi pedagang yang berjualan ada yang sambil berdiri,

duduk di bangku kayu, maupun bersimpuh di atas tanah. Pembeli

biasanya berdiri tegak atau membungkuk untuk memilih barang

dagangan. Dengan demikian, pembeli menginginkan ruang yang

leluasa, terhindar dari gangguan pembeli lain atau lalu lintas barang.

Berikut adalah penjelasan macam-macam posisi pedagang

dalam memperjualkan barang dagangannya:

a) Berdiri

Pedagang yang sambil berdiri dalam memperjualkan

dagangannya biasanya dengan media gerobak/lapak berpetak yang

terbuat dari panel kayu lambrisering dan bentuk lapak terbuat

sederhana. Pedagang ini disebut pedagang kaki lima / PKL.

Biasanya berukuran panjang 2,00; lebar 1,20; tinggi 2,00. Lapak

Page 20: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

219

berpetak ini bisa dibuka-tutup, untuk posisi terbuka penutup lapak

bisa dijadikan teritisan untuk menghindari dari hujan maupun terik

matahari. Teritisan disanggah dengan tiang kayu. Pedagang kaki

lima / PKL yang sudah selesai dalam memperjualkan dagangannya

, pedagang akan menutup lapak dengan memberikan pengaman

berupa gembok (lihat gambar 5.11).

Gambar 5.11: Tampak Depan dan Tampak Samping Lapak

Berpetak

Sumber: Analisis Pribadi

Posisi pembeli saat melihat barang display adalah sama-sama

berdiri dengan posisi pedagang kaki lima saat menawarkan barang

dagangan, karena pembeli langsung melihat barang dagangan yang

ditata sesuai dengan pandangannya (lihat gambar 5.12).

Gambar 5.12: Posisi Pedagang Kaki Lima / PKL sambil berdiri

dalam memperjualkan barang dagangan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 21: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

220

b) Duduk di bangku

Pedagang bisa duduk di bangku kayu maupun bangku kursi

plastik. Pedagang bisa menggelar jualanya di luar maupun dalam

pasar. Pada gambar di bawah ini tampak pedagang yang sedang

duduk di bangku kayu/palet. Jenis komoditas yang diperjualkan

adalah berupa buah-buahan yang ditata di kotak kayu palet. Dimensi

palet biasanya berukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm. Kotak kayu palet

tidak hanya satu, melainkan bisa lebih dari satu dan ditata berjajar.

Ada pula pedagang yang menata jualannya di atas tanah dengan

beralaskan karung. Hal yang membedakan adalah tingkat

kebersihan lebih terjamin apabila barang jualan ditata di atas media

kotak kayu daripada di atas tanah (lihat gambar 5.13).

Posisi pembeli saat melihat display jualan yang ditata di atas

kotak kayu palet adalah sedikit membungkuk supaya bisa

merasakan dan memegang barang jualan dengan jelas. Posisi

membungkuk karena kotak kayu palet yang memiliki ketinggian

relatif rendah.

Gambar 5.13: Posisi Pedagang sambil duduk di bangku dalam

memperjualkan barang dagangan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 22: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

221

c) Bersimpuh di tanah

Ada juga pedagang yang bersimpuh di tanah dalam

memperjualkan barang dagangannya, biasanya disebut sebagai

Oprokan. Dimensi kebutuhan ruang saat pedagang bersimpuh

adalah 60 cm x 60 cm untuk pedagang wanita, sedangkan untuk

pedagang pria 60 cm x 80 cm. Untuk pedagang oprokan, media yang

dibutuhkan untuk menampilkan barang display adalah karung beras

bekas atau karung goni berwarna coklat, ukuran dari karung beras

bekas adalah 60 cm x 90 cm (ukuran kecil). Dari karung tersebut

biasanya ditata berjajar kemudian diatasnya akan diletakan barang

jualan. Barang jualan bervariasi mulai dari buah-buahan, sayur-

sayuran contohnya bawang putih, bawang merah, sayuran hijau dan

lainnya (lihat gambar 5.14).

Gambar 5.14: Posisi Pedagang bersimpuh di tanah dalam

memperjualkan barang dagangan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Untuk pedagang buah-buahan, biasanya memakai 5 buah

karung bekas, peruntukannya adalah 4 karung untuk barang jualan,

Page 23: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

222

1 karung untuk alas duduk. Konfigurasi penataan karung seperti

dibawah ini (lihat gambar 5.15). Ukuran pedagang lesehan / oprokan

dengan standar geraknya adalah 2,10 x 1,50.

Gambar 5.15: Konfigurasi penataan alas karung untuk pedagang

yang bersimpuh diatas tanah

Sumber: Analisis Pribadi

d) Bersimpuh di panggung lantai

Pedagang Oprokan tidak hanya menampilkan dan menata

barang jualannya di atas tanah saja, tetapi bisa dengan media lantai

panggung. Lantai panggung bisa terbuat dari papan kayu

lambrisering atau lantai beton yang ditinggikan, biasanya dengan

ketinggian antara 20 – 30 cm. Fungsi dari penggunaan lantai

panggung ini adalah menghindarkan agar jualan tidak terkena

langsung ke tanah yang bisa menimbulkan bakteri dan kuman yang

ada di tanah. Selain fungsi itu adalah penerapan panggung lantai

akan memudahkan perawatan lantai karena menghasilkan

perbedaan elevasi ketinggian lantai.

Alas Karung 60 x 90

Pedagang Oprokan

Page 24: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

223

Gambar 5.16: Posisi Pedagang bersimpuh di panggung lantai dalam

memperjualkan barang dagangan

Sumber: Analisis Pribadi

Gambar 5.17: Denah Oprokan di atas lantai panggung

Sumber: Analisis Pribadi

Gambar 5.18: Tampak Oprokan di atas lantai panggung

Sumber: Analisis Pribadi

Page 25: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

224

e. Pergerakan pasar

Pergerakan pasar yang terjadi di kegiatan pasar adalah

perpindahan tempat pengunjung dan barang. Untuk kegiatan pasar

skala Kota atau skala yang besar, yang diutamakan adalah

pergerakan barang. Sedangkan pada pasar lingkungan , frekuensi

transaksi banyak dan pergerakan lalu lintas lebih ke pengunjung.

Berdasarkan pengamatan Peneliti terdapat transportasi tradisional

berupa delman dengan tenaga kuda yang sedang berhenti di Jalan

Lingkar Pasar. Jalan lingkar ini banyak dilewati oleh alat-alat

transportasi lainnya, berupa mobil, becak, sepeda motor, sepeda

kayuh, delman, truk pengangkut kecil, dan lainnya.

Gambar 5.19: Foto Udara Pasar Tradisional Kendal

Sumber: googleearthpro.com Keterangan:

Bangunan pasar

yang baru

Bangunan pasar

yang lama

U

Jalan Lingkar Pasar

lebar 8 meter

Page 26: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

225

Jalan lingkar pasar ada disekeliling wilayah Pasar Tradisional

Kendal untuk bisa memudahkan aksesbilitas bagi aktifitas pengguna

pasar. Jalan lingkar pasar memiliki lebar 8 meter, jalan lingkar muat

sirkulasi 2 arah alat transportasi (lihat gambar 5.20).

Gambar 5.20: Jalan Lingkar Pasar

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.21: Tukang Becak yang ada di Jalan Lingkar Pasar Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pasar Tradisional Kendal memiliki 2 tipe bangunan, yaitu

bangunan dengan gaya Jawa dan gaya modern. Pada bangunan

lama dengan gaya Jawa terdapat atap bentuk Joglo ,material yang

digunakan masih tradisional yaitu dengan rangka kayu dan penutup

atap genteng plentong (lihat gambar 5.22). Bangunan baru pasar

dengan gaya modern bentuk atap pelana, material yang digunakan

rangka baja konvensial dan penutup atap asbes (lihat gambar 5.23).

Page 27: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

226

Gambar 5.22: bangunan lama Pasar Kendal dengan Atap Joglo Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.23: bangunan baru pasar dengan atap Pelana Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tipologi bentuk bangunan pasar tradisional Kendal yang lama

adalah rumah Jogjo yang memanjang disertai tritisan panjang

sebagai respon dari matahari. Susunan antar rumah-rumah tersebut

membentuk pola grid yang menghasilkan koridor-koridor untuk

sirkulasi pedagang dan pembeli. Bentuk tipologi grid seperti itu akan

mempengaruhi pergerakan pengguna pasar (lihat gambar 5.24).

Page 28: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

227

Gambar 5.24: Siteplan Pasar Tradisional Kendal

Sumber: peta CAD Kab. Kendal

Pada pasar tradisional Kendal tidak ada parkir yang diletakkan

secara khusus (tidak ada dalam satu zonasi parkir), berbeda dengan

pasar tradisional di Semarang yang menyediakan satu zona parkir

yang sudah ditetapkan untuk seluruh pengunjung pasar. Zonasi

parkir pada pasar tradisional Kendal terletak dekat berseberangan

pondok-pondok rumah pasar, dan langsung berhubungan dengan

jalan lingkar pasar. Zonasi parkir yang dekat ini memudahkan bagi

pengguna pasar untuk mengakses dari jalan lingkar ke dalam pasar.

Pengguna pasar dengan mudahnya mengakses karena susunan

rumah tersebut sudah terdapat zona-zona tersendiri misalnya zona

untuk sayur-sayuran, buah-buahan, kelonthong, pakaian, gerabah

dan lainnya. Kegiatannya meliputi berbelanja, melihat-lihat barang,

maupun mengangkut barang, dan lainnya (lihat gambar 5.25).

Page 29: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

228

Gambar 5.25: Kendaraan yang diparkirkan berseberangan dengan bangunan pasar

Sumber: Dokumentasi Pribadi

5.2.2.2 Budaya Masyarakat Kabupaten Kendal

Budaya merupakan suatu karya, karsa yang dihasilkan oleh

masyarakat. Budaya telah diajarkan secara turun temurun dan

melekat dalam keseharian masyarakat, sehingga budaya ini menjadi

suatu identitas dan ciri khas suatu kelompok masyarakat yang harus

dipertahankan. Seiring dengan berjalannya waktu, mulai

berkembangnya fenomena masuknya kebudayaan baru atau

modern yang mengancam lunturnya kebudayaan masyarakat

tradisional. Kebudayaan baru menggantikan nilai-nilai luhur yang

terkandung dalam kebudayaan tradisional. Kebudayaan modern

misalnya perubahan kebudayaan baru tanpa mengambil esensi-

esensi penting dari budaya tersebut, gaya hidup konsumerisme,

munculnya individualisme. Sehubungan dengan potensi sosial

budaya yang ada di masyarakat Kendal, yaitu adanya budaya Jawa

dan pengaruh agama Islam yang kental, keduanya merupakan

kesatuan yang yang menjadi ciri khas Kendal, kesatuan tersebut

Page 30: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

229

menjadi batu pondasi dalam menata dan mengarahkan kehidupan

bermasyarakat yang patut dilestarikan dan dipertahankan. Berikut

adalah beberapa macam budaya yang ada di masyarakat

Kabupapten Kendal yang masih ada saat ini:

1. Syawalan Kaliwungu

Syawalan Kaliwungu adalah sistem upacara keagamaan

dalam budaya Jawa yang telah menjadi tradisi sampai saat ini

dilakukan oleh komunitas Muslim di Kecamatan Kaliwungu pada

khususnya. Ritual Swalayan dilakukan pada tanggal 8 Syawal pada

tiap tahunnya (digelar tujuh hari setelah hari raya Idul Fitri pada

setiap tahunnya) dan dilakukan di Tegal Swalayan Kaliwungu lokasi

makam para auliya ada. Esensi Ritual ini sebagai “Ngalap Berkah”

kepada para auliya’ atau kepada sang Cultural Heroes. Cultural

Heroes diartikan sebagai “para pahlawan suci, agung dan sakti”

yang mendedikasikan seluruh hidupnya demi kepentingan dan

kebaikan umat. Di Kendal, prosesi Syawalan dengan nuansa

keagamaan atau religi dipusatkan di makam Kyai Guru Asy’ari,

desa Protomulyo, Kaliwungu. Banyak orang datang mendatangi

makam tokoh penyebar agama Islam yang hidup pada tahun 1700-

an itu. Kendaraan berlalu lalang dan membuat macet jalan raya

jalur pantura, maraknya pedagang dari sekitar dan luar kota yang

memadati jalan dan trotoar, dan juga dimeriahkan dengan hiburan-

hiburan masyarakat yang menempati area lokasi Syawalan,

Page 31: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

230

dengan ini menandakan nilai religi agung pada ritual Syawalan.

Pekan Syawalan tidak hanya dilakukan di Kaliwungu atau Kendal

saja, tetapi juga berasal dari daerah lain seperti: Semarang, Weleri,

Sukorejo, dan lainnya.

Masyarakat dipercaya memiliki “kekuatan karamah” semasa

hidupnya karena kesucian jiwa dan nilai kualitas ketakwaannya

kepada Tuhan. Ritual ini adalah jalan bagi orang-orang yang ingin

mendapatkan anugerah kebahagian dengan cara berziarah ke

makam Cultural Heroes, baik kebahagian di dunia dan akhirat.

Selain sebagai “Ngalap Berkah”, ritual ini sebagai media

silaturrahmi antar ruh di alam rohaniyah manusia dan alam

rohaniyah arwah auliya’ yang telah meninggal. Ritual Syawalan

bagi masyarakat adalah sebagai momentum pengingat ajal dan

pengukuh keimanan, simbol terima kasih kepada Cultural Heroes,

auliya’ penyebar agama Islam dan simbol kejayaan budaya Muslim

tradisional.

Gambar 5.26: Tradisi Syawalan yang diselenggarakan di

Kecamata Boja

Sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/tradisi-syawalan-

ratusan-warga-kendal-berebut-gunungan-hasil-bumi.html

Page 32: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

231

2. Kesenian Srandul

Kesenian Srandul adalah seni pertunjukan yang berada pada

jalur seni drama atau seni peran. Seni yang mengacu pada seni

tradisional ini menampilkan persoalan-persoalan pertanian seperti

kesuburan, wabah, kemakmuran dan bencana. Ciri-ciri yang paling

menonjol pada kesenian ini adalah dipakainya oncor atau obor yang

ditancapkan di tengah area pertunjukan yang memiliki nilai simbolik

dari bagian ritualnya. Di samping itu unsur ekualitas antara pemain

dan pengrawit yang melakukan dialog langsung untuk mengisi

cerita. Srandul dapat dimanfaatkan dalam berbagai kesempatan

yaitu: pementasan, upacara-upacara yang berkenaan dengan

pertanian dengan durasi waktu sampai semalam suntuk dalam

beberapa episode. Kesenian ini memberikan tekanan pada unsur

kesakralan ritual dan hiburan. Kesenian Srandul ini bertumbuh

kembang di daerah Kabupaten Kendal wilayah atas seperti Boja,

Singorojo dan Limbangan.

Gambar 5.27: Kesenian Srandul yang diselenggarakan di

Kecamata Boja

Sumber:

http://www.socimage.com/media/1283150447397731298_3461286

8

Page 33: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

232

3. Tradisi Weh-wehan

Tradisi Weh-wehan adalah tradisi tukar menukar jajanan

kepada kerabatnya. Tradisi ini biasanya dilakukan dalam rangka

memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Tujuan dari tradisi weh-

wehan ini adalah sebagai ucapa syukur kepada Allah SWT atas

anugerah dan kenikmatan yang diberikan-Nya dan juga

menumbuhkan tali silaturrahmi antar kerabatnya (lihat gambar 5.28).

Tradisi weh-wehan juga memberikan dampak positif bagi anak-anak

kecil, karena suatu kelak nanti akan menjadi orang yang dermawan

dan mau menolong terhadap sesamanya. Tradisi weh-wehan di

Kecamatan Kaliwungu masih dilakukan sampai sekarang, dimana

mayoritas penduduk Kaliwungu adalah Muslim, dan menganut aliran

Islam NU (Nahdatul Ulama). Aliran NU sendiri adalah organisasi

yang berkepentingan untuk melindungi dan melestarikan tradisi-

tradisi keagamaan yang masih tradisional. Masyarakat Kaliwungu

adalah masyarakat dengan matapencaharian di bidang agraris

sehingga bisa dikatakan masyarakat yang tradisional.

Page 34: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

233

Gambar 5.28: Tradisi Weh-wehan yang ada di Kecamatan

Kaliwungu

Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/12/24/unik-tradisi-

maulid-tamu-bawa-makanan-di-kaliungu-jawa-tengah-seperti-apa-

ya

Pada jaman dulu, masyarakat di Kaliwungu menyibukkan diri

dengan menyiapkan jajanan atau hidangan untuk menyambut

datangnya bulan Maulid Nabi Muhammad SAW. Jajanan yang dibuat

adalah jajanan tradisional yang mengandung sejarah dan filosofi.

Jajanan yang dibuat antara lain Sumpil dan Ketan Abang Ijo. Sumpil

adalah jajanan tradisional dengan membungkus beras dengan daun

bamboo dan berbentuk segitiga dan dimasak seperti lontong atau

ketupat. Sumpil memiliki filosofi yaitu bentuknya yang memiliki tiga

sudut melambangkan iman, islam dan ihsan yang saling berkaitan.

Selain itu sebagai perwujudan hubungan kepada Allah. Selain sumpil

adalah ketan abang ijo jajanan yang paling ramai di jaman dulu.

Ketan abang ijo memiliki filosofi yaitu gambaran kelahiran Nabi

Muhammad SAW yang begitu ramai dan berkelip-kelip bintang.

Namun semakin berkembangnya jaman, tradisiweh-wehan

mulai mengalami perubahan dan luntur akibar modernisasi dan

pengaruh kebudayaan baru. Mulai munculnya jajanan yang lebih

Page 35: BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desainrepository.unika.ac.id/17034/6/14.A1.0012 TAN GRACE...200 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain “Arsitektur Neo

234

modern di kalangan anak-anak dan remaja. Hanya sebagian

masyarakat masih ada yang mempertahankan jajanan sumpil dan

ketan abang ijo sebagai jajanan tambahan.

Esensi dari tradisi weh-wehan adalah mengajarkan kepada

kita budaya yang saling menghormati dan mengajarkan kita untuk

bershodaqoh terhadap sesama. Bukan hanya tukar menukar jajanan

saja.

4. Rampek

Rampek merupakan paduan antara gerak tari dan syair,

“Njawabi / syair” dilakukan secara berganti-gantian antara kelompok

penari dan panjak. Kesenian ini terdiri atas 5 babak. Bisa dimulai dari

21.00 WIB sampai 05.00 WIB. Kesenian tradisional ini masih ada di

Desa Magelung Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal,

Jawa Tengah. Kesenian ini dimainkan kurang lebih 30 orang, terdiri

atas 20 orang penari (wayang) dan 10 orang yang memainkan alat

musik. Kesenian ini dimainkan karena sebagai ucapan syukur

setelah panen dan sarana menghibur diri karena setelah sekian

lama bekerja dari masa tandur sampai panen.

Gambar 5.29: Seni Tari Rampek

Sumber: http://aguswaluyo27.blogspot.co.id/2009/11/seni-tari-

tradisional-rampek.html