bab v analisa wacana pengibaran bendera bintang...

30
1 BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG KEJORA 5.1 Analisis Wacana Kritis Teun A Van Dijk Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun A.Van Dijk. Yang melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing- masing bagian saling mendukung. Analisis yang dilakukan berdasarkan wacana dari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan terkait bendera Bintang Kejora sebagai simbol perlawanan orang Papua. Ada tiga tingkatan dalam analisis wacana kritis Van Dijk. Pertama, struktur makro yang merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema dalam suatu berita. Kedua, superstruktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yaitu kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase dan gambar. Walaupun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Satu persatu, dari bahasa dan bentuk teks tersebut maka akan tampak wacana apa yang ditonjolkan dan apa yang ingin dibentuk ataupun wacana yang terpinggirkan dalam suatu pemberitaan, ideologi apa yang digunakan oleh wartawan bahkan dimana posisi seorang wartawan ketika memberitakan suatu peristiwa. Hasil analisis ini kemudian dilihat sebagai bentuk konstruksi dari kognisi wartawan dalam memaknakan sebuah teks berdasarkan konteks yang ada. Kasus pengibaran bendera bintang kejora serta aksi lainnya seperti halnya unjuk rasa yang menggunakan symbol bendera Bintang Kejora sebagai media komunikasi politik dalam menyampaikan pesan seringkali terjadi di seantero Tanah Papua. Secara khusus, ini terjadi ketika peringatan HUT Papua, Integrasi Papua dalam NKRI maupun kegiatan lain yang berkaitan dengan Tanah Papua yang berlabel “West Papua”. Peristiwa ini bagi orang Papua adalah sebuah proses dalam memperjuangkan hak-hak orang asli Papua. Sedangkan bagi pihak lainnya, ini merupakan tindakan separatisme yang melanggar hukum. Masing-masing pihak saling mengklaim kebenaran tertentu untuk meyakinkan khalayak bahwa

Upload: buihanh

Post on 02-Apr-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

1    

BAB V

ANALISA WACANA

PENGIBARAN BENDERA BINTANG KEJORA

5.1 Analisis Wacana Kritis Teun A Van Dijk

Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun A.Van Dijk. Yang

melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-

masing bagian saling mendukung. Analisis yang dilakukan berdasarkan wacana

dari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan terkait

bendera Bintang Kejora sebagai simbol perlawanan orang Papua. Ada tiga

tingkatan dalam analisis wacana kritis Van Dijk. Pertama, struktur makro yang

merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan

melihat topik atau tema dalam suatu berita. Kedua, superstruktur, merupakan

struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana

bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro,

adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yaitu kata,

kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase dan gambar.

Walaupun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan

satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain.

Satu persatu, dari bahasa dan bentuk teks tersebut maka akan tampak wacana apa

yang ditonjolkan dan apa yang ingin dibentuk ataupun wacana yang

terpinggirkan dalam suatu pemberitaan, ideologi apa yang digunakan oleh

wartawan bahkan dimana posisi seorang wartawan ketika memberitakan suatu

peristiwa. Hasil analisis ini kemudian dilihat sebagai bentuk konstruksi dari

kognisi wartawan dalam memaknakan sebuah teks berdasarkan konteks yang ada.

Kasus pengibaran bendera bintang kejora serta aksi lainnya seperti halnya

unjuk rasa yang menggunakan symbol bendera Bintang Kejora sebagai media

komunikasi politik dalam menyampaikan pesan seringkali terjadi di seantero

Tanah Papua. Secara khusus, ini terjadi ketika peringatan HUT Papua, Integrasi

Papua dalam NKRI maupun kegiatan lain yang berkaitan dengan Tanah Papua

yang berlabel “West Papua”. Peristiwa ini bagi orang Papua adalah sebuah proses

dalam memperjuangkan hak-hak orang asli Papua. Sedangkan bagi pihak lainnya,

ini merupakan tindakan separatisme yang melanggar hukum. Masing-masing

pihak saling mengklaim kebenaran tertentu untuk meyakinkan khalayak bahwa

Page 2: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

2    

pernyataannyalah yang benar. Bagaimana dengan pers (media massa) sebagai

pilar ke-4 demokrasi dalam mewacanakan informasi tersebut.

Tabel 5.1 List Tema/Topik Berita Di Harian Kompas dan Cenderawasih Pos

Terkait Bendera Bintang Kejora.

Tema/Topik Berita Keterangan

13 Orang Ditangkap

OMPB Kibarkan Bintang Kejora di Lapangan

Theys Eluay

Harian Kompas Tanggal 02

Mei 2012

50-an Bintang Kejora Berkibar di Serui Harian Cenderawasih Pos

Tanggal 21 April 2012

Dari ke-2 berita tersebut mengandung makna global dari topic yang diangkat oleh

wartawan. Ke-2 topik ini menjelaskan bahwa dalam melakukan perlawanan dengan

mengibarkan bendera Bintang Kejora bagi para tersangka bukan masalah bagi mereka,

asalkan bendera itu kembali berkibar. Dalam konteks peristiwa yang terjadi pada topik berita

tertanggal 02 Mei 2012, menunjukkan bahwa wartawan ingin menjelaskan tentang peristiwa

pengibaran bendera Bintang Kejora, yakni oleh Organisasi Masyarakat Papua Barat (OMPB),

yang mengibarkan bendera Bintang Kejora di Lapangan Theys Eluay Sentani. Tersangka 13

orang ditangkap dalam peristiwa ini. Theys merupakan seorang tokoh adat Papua yang pada

tahun tanggal 10 November 2001 diculik dan dibunuh oleh oknum Kopassus terkait aspirasi

rakyat Papua untuk membentuk Papua Barat Merdeka (Giay, Benny, 2000), sehingga untuk

mengibarkan bendera pada area ini bukanlah masalah bagi orang Papua, karena lapangan ini

pun merupakan lapangan dimana makam Theys berada. Juga merupakan ruang publik, letak

lapangan ini yang sangat strategis karena berada di tengah kota, pusat lalu lintas bandara.

Maka banyak mata dapat menyaksikan peristiwa pengibaran bendera.

Berkaitan dengan dibukanya kantor ILWP di Amerika (20/4), 50-an Bintang Kejora

berkibar di Serui. Serui adalah ibukota dari Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. Bukan lagi

rahasia umum, jika di Serui terjadi pengibaran bendera Bintang Kejora dengan jumlah yang

bisa dikatakan banyak. Sebab Serui merupakan salah satu wilayah yang seringkali melakukan

pergerakan perlawanan besar-besaran. Sejauh ini, satu bendera berkibar saja sudah jadi

persoalan, apalagi banyak seperti ini, sehingga ada apresiasi sendiri dari wartawan dalam

memilih topic ini sebagai headline berita di halaman utama harian Cenderawasih Pos.

Page 3: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

3    

5.2 Piramida Analisis

Dalam Bab sebelumnya peneliti sudah menjelaskan mengenai wacana Van

Dijk yang digambarkan dalam tiga (3) dimensi/ bangunan, yaitu: teks, kognisi

sosial dan konteks sosial. Dimensi teks berkaitan dengan struktur mikro, dimensi

konteks berkaitan dengan superstruktur dan dimensi kognisi sosial yang berkaitan

dengan struktur makro pada elemen wacana Van Dijk ini. Yang mana ketiganya

digabungkan kedalam satu kesatuan strategi wacana yang digunakan untuk

menegaskan suatu tema tertentu. Sehingga itu memperjelas alurnya, peneliti

menempatkan ketiga dimensi ini dalam sebuah segitiga pyramid yang

menggambarkan hubungan antara satu dimensi dengan dimensi lainnya dalam

menjelaskan wacana inti dari sebuah berita yang diinformasikan.

5.3 Analisa Wacana Bendera Bintang Kejora Pada Harian Kompas dan

Cenderawasih Pos

Pada analisis wacana ini, kedua pilihan berita yang menjadi bahan analisis

peneliti akan di deskripsikan satu persatu menurut elemen-elemen wacana model Teun A

Van Dijk. Dalam analisis Van Dijk, struktur makro merupakan struktur wacana yang

berfokus pada pembahasan secara global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami

dengan melihat topik dari suatu teks. Bukan hanya isi, tetapi sisi tertentu dari suatu

peristiwa (Sobur, 2006:73). Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV dalam intrumen

analisis teks, peneliti mengemukkan evidensi dari perlakuan atas peristiwa, yakni tema

yang diangkat dan penempatan berita sebagai alat pembuktian berkaitan erat dengan

analisis struktur makro (Van Dijk) yang menjelaskan tentang topik/tema tertentu dari

suatu wacana berita berdasarkan tema berita yang diangkat dalam wacana media massa.

Page 4: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

4    

5.3.1 Analisis Struktur Makro

Dalam pemberitaan Kompas tanggal 02 Mei 2012 memberi tema atau topic

“13 Orang Ditangkap”, “OMPB Kibarkan Bintang Kejora di Lapangan Theys

Eluay dan pada Harian Cenderawasih Pos diberikan Tema “50-an Bintang Kejora

Berkibar di Serui”. Kompas menjelaskan bahwa pengibaran bendera Bintang Kejora

terjadi pada saat peringatan integrasi Papua dalam NKRI pada 1 Mei, sedangkan

dalam harian Cenderawasih Pos menjelaskan bahwa pengibaran bendera Bintang

Kejora terjadi saat adanya aksi demo damai mendukung dibukanya Kantor Parlemen

West Papua di Amerika (20/4).

Dua peristiwa dengan aksi yang sama, yaitu pengibaran bendera Bintang

Kejora dalam rangka integrasi Papua dalam NKRI dan mendukung peluncuran

International Parlementarian for West Papua (ILWP) di Amerika. Pada dasarnya

kedua peristiwa ini adalah peristiwa penting, yang mana berkaitan dengan

kepentingan rakyat Papua. Peringatan integrasi, dimana orang Papua menyadari

bahwa peristiwa integrasi 1 Mei 1963 adalah sebuah sejarah buruk bagi orang Papua

di masa lampau sampai sekarang ini dan pembukaan kantor parlemen sebagai wadah

bagi orang untuk memperoleh dukungan agar hak asasi mereka kembali ditegakkan.

Secara umum, pengibaran bendera Bintang Kejora ini sebagai bentuk perlawanan,

bahwa orang Papua adalah bangsa yang telah merdeka. Memiliki simbol identitas

yang layak ditampilkan, tapi selalu dibatasi dengan tindakan aparat yang brutal

sampai harus merenggut nyawa banyak orang yang tidak bersalah.

Berdasarkan kedua tema ini, pada intinya hendak menyampaikan peristiwa

pengibaran bendera Bintang kejora, hanya saja peristiwa ini terjadi dalam konteks

yang berbeda. Kompas menyampaikan bahwa peristiwa pengibaran bendera Bintang

Kejora terjadi di Sentani dan Cenderawasih Pos memberitakan peristiwa pengibaran

di Serui. Lapangan Theys Eluay terletak di Sentani, tepat dimana peristiwa

pengibaran bendera Bintang Kejora ini terjadi, jalur utama lalu lintas dari bandara

menuju ke kota Jayapura dan sekitarnya. Disini juga merupakan tempat makam (Alm)

Theys Eluay. Sehingga setiap peristiwa yang terjadi di lapangan ini, menjadi tontonan

publik. Sebagaimana peristiwa pengibaran selalu menjadi agenda utama aparat

TNI/Polri dalam hal pengamanan, yang selalu terjadi pada saat peringatan HUT

Papua, ataupun peringatan integrasi Papua dalam NKRI dan bahkan peristiwa serupa

seperti di Serui, terkait pembukaan Kantor Parlemen West Papua di Amerika atau

Page 5: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

5    

bahkan hal lainnya yang berkaitan/berlabel “West Papua” selalu diwaspadai oleh

aparat.

Sebagai media massa lokal, Cenderawasih Pos menampilkan peristiwa

pengibaran bendera Bintang Kejora di Serui pada halaman utama, sebagai informasi

kepada publik bahwa ada lagi satu peristiwa yang terjadi bagi orang Papua, yaitu

pengibaran 50-an bendera Bintang Kejora. Tema besar yang terpampang menghiasi

halaman utama surat kabar lokal di wilayah itu tentunya menjadi perhatian utama dari

kebanyakan orang untuk mengetahui detail peristiwa yang terjadi. Namun dilain sisi,

melihat tema utama yang dimuat dalam harian Kompas, lebih menonjolkan jumlah

tersangka yang ditangkap terkait peristiwa pengibaran bendera dan kemudian diberi

tema kecil “OMPB Kibarkan Bintang Kejora di Lapangan Theys Eluay”. Pada

penempatan berita, Kompas menempatkan peristiwa ini pada halaman Nusantara.

Sebagai media nasional, meskipun masalah Papua adalah masalah politik, tetapi hal

ini berkaitan pula dengan keutuhan NKRI sehingga berita pada halaman Nusantara

menjelaskan bahwa, setiap berita di halaman Nusantara merupakan peristiwa nasional

yang berkaitan dengan bangsa Indonesia, sehingga peristiwa yang dimuat dalam

halaman ini menjadi perhatian khusus bagi khalayak untuk mencermati masalah

utama di Indonesia.

5.3.2 Analisis Superstruktur

a. Pemberitaan Kompas 02 Mei 2012

Alur dari wcana ini tentang pengibaran Bendera Bintang Kejora di Lapangan

They Eluay. Dimana wartawan menggiring khalyak untuk menikmati wacana yang

dijelaskan terkait dengan pengibaran bendera Bintang Kejora yang terjadi.

“Pengibaran  bendera  bintang  kejora  terkait  peringatan  1  Mei  1963,  yang  diyakini  sebagai  proses  aneksasi  Papua  dalam  NKRI.”  

Pada wacana ini wartawan menanggapi adanya peristiwa pengibaran bendera

terkait integrasi Papua dalam NKRI. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, proses

integrasi merupakan peristiwa yang buruk dimata orang Papua pada umumnya.

Sehingga pesan yang disampaikan melalui pengibaran adalah pesan perlawanan

terhadap peristiwa intergrasi yang telah terjadi di tahun 1963, bahwa bendera

Bintang Kejora akan tetap berkibar walaupun Papua adalah bagian dari NKRI,

karena peristiwa integrasi adalah sesuatu yang tidak sah di mata orang Papua.

Page 6: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

6    

“Kepala  Polres  Jayapura  Ajun  Komisaris  Besar  Wantri  Yulianto  menjelaskan,  sekitar  300  personel  Polri  dilibatkan,  termasuk  30  anggota  Brimob  Polda  Papua,  

mengamankan  kota  Jayapura  dan  sekitarnya.” Sebagai ibukota provinsi Papua, Jayapura sebagai salah satu kota dengan

kepadatan penduduk yang tinggi. Sehingga jumlah personil aparat keamanan yang

begitu besar jumlahnya bagi wartawan adalah infomasi penting bagi warga Jayapura

dan sekitarnya, agar tidak masalah beraktivitas diluar rumah. Karena seringkali,

tanggal 1 Mei adalah tanggal yang menegangkan bagi orang Papua untuk tidak

beraktivitasd di luar rumah terlalu lama, wilayah yang tidak kondusif. Adanya

penonjolan jumlah personel oleh wartawan, membentuk pencitraan terhadap aparat

bahwa mereka telah menjalankan fungsi mereka dengan baik.

“Mereka  tersebar  di  Lapangan  Theys  Hiyo  Eluay,  Bandara  Sentani,  SPBU,  Kompleks  Pertokoan,  dan  warung  makan”  

Ini merupakan area dimana wartawan menyampaikan bahwa: “aparat ada di

wilayah ini, jika ada peristiwa brutal terjadi, jauhi areal tersebut karena berbahaya

(terjadi kontak senjata, peluru nyasar, dsb). Tetapi di lain sisi, wartawan memperoleh

citra positif dari khalayak (oknum pengibar), bahwa aparat telah siaga, sehingga

mereka waspada dalam melakukan tindakkan brutal lainnya.

“Pengamanan  tak  hanya  1  Mei  oleh  OMPB,  tetapi  juga  apel  bersama  peringatan  hari  integrasi  dalam  NKRI,  pengamanan  Komite  Nasional  Papua  Barat  yang  bergerak  ke  kota  Jayapura,  42  km  dari  Sentani  dan  menjaga  keamanan  dan  

ketertiban  warga,  kata  Yulianto.”  Wartawan melalui narasumber menyampaikan alasan digelarnya pengamanan

wilayah Jayapura dan sekitarnya terkait 1 Mei. Dalam paragraf ini juga menjelaskan

tentang aktivitas yang berlangsung dalam proses pengamanan yang dilakukan. Hal

ini pun menggambarkan bahwa organisasi Papua seperti OMPB adalah salah satu

yang menjadi objek perhatian aparat dalam melakukan tindakan yang melanggar

hukum, sehingga butuh pengamanan ektra jika kegiatan dilakukan oleh organisasi

tersebut.

“Doa  bersama  kelompok  OPMB  itu  berlangsung  pukul  11.00  WIT,  dilanjutkan  dengan  pengibaran  bendera  Bintang  Kejora  sekitar  pukul  13.15  WIT”  

Pukul 13.15 WIT bendera Bintang Kejora dikibarkan di Lapangan Theys

Eluay. Tepat saat matahari terik semakin bersinar memancarkan sinarnya.

Page 7: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

7    

Sebagaimana kibaran bendera Bintang Kejora sebagai simbol panggilan suci bagi para

leluhur untuk dibebaskan dari kehidupan yang fana di dunia yang penuh derita.1

“Peserta  adalah  masyarakat  biasa  dan  sebagaian  besar  dari  Pegunungan  Tengah  Papua”  

Secara tidak langsung wartawan menyampaikan bahwa orang-orang yang

tergabung dalam OMPB adalah masyarakat Pegunungan Tengah. Kelompok ini

adalah nama kelompok pro-kemerdekaan Papua di wilayah Pegunungan Tengah. Juga

menjelaskan bahwa peristiwa pengibaran dilakukan oleh orang-orang dari

Pegunungan Tengah.

“Polisi  menangkap  13  pelaku  pengibaran  bendera  bintang  kejora,  termasuk  koordinator  lapangan  Darius  Kogoya  (23).  Bintang  Kejora  berkibar  beberapa  detik  sebelum  polisi  membubarkan  paksa.  Barang  bukti  ikut  ditahan  adalah  busur,  panah,  bendera,  dan  tiang  bendera.  Mereka  ditangkap  dengan  tuduhan  pelaku  tindakan  

makar.” 13 orang ditangkap sebagai tema dari wacana berita yang menjadi dasar awal

bagi wartawan untuk mencitrakan aparat sebagai pihak yang bertanggung jawab

terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat berhasil melakukan tugas mereka.

Dengan menangkap koordinator pun menjadikan citra aparat bertambah, bahwa

pengamanan yang dilakukan tidak sia-sia disertakan barang bukti yang ada

menguatkan aparat untuk menjadikan para pengibar sebagai tersangka yang

melanggar hukum dan layak dihukum. Apalagi aparat menjadikan tersangka sebagai

pelaku tindakan makar. Sehingga secara tidak langsung wartawan sebagai

komunikator menyampaikan informasi bahwa pihak aparat telah bertanggung jawab

dengan baik.

“Belum  ada  status  tersangka  atau  lainnya.  Kami  hanya  mau  minta  keterangan  secara  intensif.  Atas  dasar  apa  mereka  menaikan  bintang  kejora.  Padahal  kami  sudah  larang  jauh  hari  sebelumnya,  bahkan  sejak  pagi  kami  sudah  larang,  kata  

Yulianto.”  

Kembali wartawan mengorek informasi dari Kapolres sebagaimana peristiwa

ini sebelum dan sesudah berlangsung. Hal ini menjelaskan pula bahwa aparat sudah

memberikan perhatian terhadap ini dan melalui pernyataan ini wartawan menjelaskan

bahwa sesungguhnya aparat telah bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam

departemen kepolisian. Sehingga hal ini pun menjelaskan bahwa sebenarnya yang

namanya aparat itu tidak brutal dan sebagainya.

                                                                                                                         1  Ibid,  hal  4  

Page 8: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

8    

“Aleks  Kosay  mengatakan,  aksi  demo  itu  berlangsung  di  dua  tempat,  yakni  kota  Jayapura  oleh  Komite  Nasional  Papua  Barat  dan  OMPB  di  Sentani.  Mereka  menyampaikan  sejumlah  kasus  pelanggaran  HAM.  “Kami  tidak  menyampaikan  aspirasi  dengan  kekerasan  lagi,  tetapi  lebih  menekankan  aspek  demokrasi  dan  

keterbukaan.”  Caranya  seperti  itu.  “Kami  tidak  mau  rakyat  Papua  jadi  korban  lagi,  katanya.”  

Wartawan tidak hanya memilih narasumber dari pihak pemerintah, tetapi dari

rakyat pun dipilih, agar pernyataan dalam menguatkan wacana yang dibentuk oleh

wartawan sebagai komunikator tidak melibatkan pendapat wartawan semata dalam

memberikan kesimpulan terhadap peristiwa yang terjadi. Sehingga alur berita dibuat

oleh komunikator dengan penjelasan bahwa peristiwa yang terjadi tidak harus terus-

terusan berlangsung dengan kekerasan aparat maupun warga. Sebagaimana demokrasi

di Indonesia, orang Papua juga mau diperlakukan adil dalam menyampaikan pendapat

agar tidak ada korban lagi.

b. Pemberitaan Cenderawasih Pos Tanggal 21 April 2012

Dalam wacana ini, wartawan menginformasikan tentang bendera Bintang

Kejora yang dikibarkan di Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, provinsi Papua

sebagai bentuk dukungan warga Papua atas pembukaan Kantor Parlemen West Papua

di Amerika (20/4). Wartawan menjelaskan alur pemberitaan dalam wacana ini mulai

dengan pembukaan kantor ILWP yang disusul antusiasme warga yang mendukung

dibukanya kantor tersebut dengan melakukan aksi demo sambil mengibar-ngibarkan

bendera Bintang Kejora yang jumlahnya sekitar 50-an.

 “Informasi  yang  diterima  Cenderawasih  Pos,  demo  yang  dimulai  sekitar  pukul  09.00  WIT  di  panggung  pelataran  pantai  Wombai,  Serui  dipimpin  oleh  Edison  

Kendi,  yang  mengaku  sebagai  wakil  gubernur  transisi  wilayah  Saireri”    

Pada wacana ini, wartawan menyatakan perhatian terhadap pimpinan aksi, yang

melakukan demo di sebuah panggung dekat pantai. Dimana Serui merupakan sebuah

kabupaten di Provinsi Papua yang sebagian besar pulaunya dikelilingi oleh air laut,

juga masih berada dalam geopolitik Indonesia. Hal lainnya yaitu, demo dipimpin oleh

diakui seorang yang notabene adalah wakil gubernur transisi wilayah Saireri. Dengan

demikian, menjelaskan atribut sosial dari “wakil gubernur transisi” menjelaskan bahwa

di Serui telah terjadi pergerakkan oleh aktor pro-kemerdekaan Papua, dan sedang

dalam masa peralihan.

“Massa  berkumpul  pada  empat  titik,  yaitu  Distrik  Angkaisera  berkumpul  di  Kampung  Warari,  Distrik  Kosiwo  dan  Kampung  Mariadei  berkumpul  di  Stadion  

Page 9: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

9    

Marora  Serui,  Kampung  Mantembu  dan  Distrik  Pantura  kumpul  di  Mantembu,  kemudian  Distrik  Ambai  dan  Yapbhar  berkumpul  di  Kelurahan  Tarau”  

Tidak hanya dipimpin oleh seorang “wakil gubernur” tapi antusiasme warga pun

tidak sedikit, tetapi dari beberapa distrik sehingga mencapai seribu lebih. Ini

menunjukkan bahwa adanya dukungan yang begitu besar untuk memperjuangkan hak

orang Papua. tidak hanya dari sati kampung, tetapi dari banyak kampung, ini

menunjukkan kepedulian yang besar pula dari individu bahkan kelompok demi

memperjuangkan hak hidup dan kesejahteraannya.

“Dalam  orasinya,  massa  menuntut  pembebasan  tapol/napol  Forkorus  Yaboisembut  dan  Edison  Worumi.  Meminta  pemerintah  Indonesia  untuk  mengakui  adanya  pelanggaran  HAM  yang  terjadi  di  Tanah  Papua  dan  kepada  masyarakat  

yang  berada  di  wilayah  Kabupaten  Kepulauan  Yapen  agar  tidak  mengikuti  pemilu”  

Selain menyuarakan keadilan yang sampai saat ini belum terselesaikan, sikap

ketidakpedulian serta memberontak adalah hal-hal yang kelak dilakukan ketika

pemerintah tidak mempedulikan setiap aspirasi dan juga apa yang menjadi suara rakyat

dalam memperjuangkan hak asasi orang Papua. Adanya penekanan oleh wartawan

dalam penyampaiannya, dimana menggambarkan wartawan sebagai komunikator

tetapi juga sebagai individu yang merasakan apa yang dirasakan masyarakat saat itu.

Selain itu, kata “pemerintah Indonesia”, mengungkapkan tentang segala ketidakadilan

yang terjadi atas orang Papua adalah tanggung jawab pemerintah Indonesia.

“Koordinator  Foker  LSM  Papua  wilayah  Teluk  Cenderawasih  Aston  Situmorang  ketika  dikonfirmasi  wartawan  mengatakan,  mereka  melakukan  unjuk  rasa  ini  seperti  merayakan  pembentukan  International  Parlementarian  of  West  

Papua  (ILWP).  Warga  lalu  membawa  bendera  bintang  kejora  sekitar  50-­‐an  lembar  dan  membentangkannya.”  

 Wartawan menambahkan dengan menggunakan pernyataan narasumber untuk

menjelaskan detail unjuk rasa yang terjadi. Dimana narasumber adalah aktivis LSM

yang juga turut memperjuangkan hak-hak hidup suatu masyarakat. Pembukaan kantor

ini pun harus melalui persetujuan Indonesia dan Amerika, sebab Papua masih dalam

wilayah NKRI. Hal ini memungkinkan kerjasama bilateral kedua negara akan

mengalami kepincangan jika tidak ada konfirmasi kedua pihak. Terlebih lagi bendera

Bintang Kejora digunakan dalam aksi unjuk rasa ini. Secara positif wartawan turut

berperan sebagai aktor dalam membentuk pencitraan warga untuk mengambil

Page 10: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

10    

perhatian pemerintah atas apa yang sudah terjadi, dan berharap adanya feedback yang

baik terkait pula dengan tuntutan yang dilontarkan dalam orasi yang berlansgung.

“Bendera  bintang  kejora  yang  diusung  warga  seperti  bendera  biasa  yang  kerap  dikibarkan  dengan  rata-­‐rata  ukuran  bendera  sekitar  2x3  dan  3x4  meter.  “Bendera  yang  mereka  bawa  seperti  ukuran  bendera  biasanya,”  tuturnya.  

 Wartawan mengkonstruksikan pernyataan dari narasumber sebagai gambaran

ukuran bendera yang dikibarkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa bendera adalah

sebauh tanda atau panji bagi suatu bangsa/wilayah. Dalam wacana ini, bendera yang

digunakan adalah bendera dengan ukuran rata-rata, yakni tidak ada yang lebih besar

ukurannya, atau kecil. Hal ini menunjukkan meskipun banyak, tetapi satu tujuan

yang ingin dicapai.

“Aston  Situmorang  mengungkapkan,  polisi  sama  sekali  tidak  melarang,  justru  

polisi  menfasilitasi.  “Kondisi  disini  sempat  sepi,  lengang,  tidak  ada  aktivitas,  ,  

mungkin  warga  khawatir,  tapi  aman,”  jelasnya.  

Berdasarkan pernyataan narasumber berikutnya yang diinformasikan oleh

wartawan menjadi bagian dari wacana yang dibangun untuk menggambarkan sisi

lain dari peristiwa yang terjadi berdasarkan konteks peristiwa yang terjadi saat itu.

Karena seringkali, peristiwa serupa sulit ditebak situasi dan kondisinya.

“Kabid  Humas  Polda  Papua  AKBP  Drs.  Johannes  Nugroho  Wicaksono  dalam  pesan  singkat  membenarkan  adanya  aksi  unjuk  rasa  ribuan  warga  sambil  

membawa  bendera  Bintang  Kejora.  “Aksi  demo  mereka  berjalan  damai  dan  aman.  Demo  berlangsung  pukul  09.00  –  13.00  WIT.”

Wacana ini menggambarkan bahwa sebenarnya setiap aksi unjuk rasa atau demo

yang berlangsung atas komunikasi yang baik antara pihak aparat dengan warga

sesungguhnya berdampak baik, bahkan keamanan tetap kondusif tanpa harus adanya

korban yang meninggal dan sebagainya. Dibandingkan dengan peristiwa lainnya, yang

pada umumnya brutal dan walaupun di kota Serui massa sekitar seribu lebih, tapi

mereka mampu menjaga keamanan kota.

Page 11: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

11    

5.3.3 Analisis Struktur Mikro

Tabel 5.2 Analisis Struktur Mikro Dalam Pemberitaan

Hal Yang

Diamati

Elemen Pemberitaan Harian Kompas

Tanggal 02 Mei 2012

Pemberitaan Harian Cenderawasih Pos

Tanggal 21 April 2012

Latar - Ada dua gambar yang menjadi fokus

wartawan sebagai media dari wacana

ini. Gambar pertama tampak warga

sedang berkumpul sambil mengibar-

ngibarkan bendera bintang kejora.

Sedangkan gambar dua adalah sisi lain

dari tempat warga ini berkumpul yang

juga nampak sebuah panggung yang

dikerumuni banyak orang yang

mengibarkan bendera bintang kejora.

Detail Tema berita pada Harian

Kompas mengandung makna

implisit yang dalam wacana ini,

dimana wartawan menunjukkan

citra aparat sebagai penanggung

jawab keamanan telah

melakukan tanggung jawab

dengan professional, ditambah

dengan jumlah pengibar serta

barang bukti yang telah

diamankan dengan tanpa

melakukan kekerasan, seperti

halnya kita ketahui dalam

menangani massa biasanya

aparat lebih cenderung

melakukan kekerasan sampai

pada penembakkan yang

berujung pada kematian.

Semantik

(Makna yang

ingin

ditekankan

dalam teks

berita)

Maksud Dalam berita atau wacana ini, Dalam berita ini wartawan

Page 12: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

12    

wartawan menjelaskan bahwa

peringatan 1 Mei yang diyakini

masyarakat Papua sebagai

proses aneksasi Papua dalam

NKRI diawali dengan ibadah

bersama yang diikuti 50 orang

yang tergabung dalam OMPB

(Organisasi Masyarakat Papua

Barat) dilapangan Theys Hiyo

Eluay, Sentani. Selain itu,

aparat tak hanya melakukan

pengamanan tetapi juga apel

bersama peringatan hari

integrasi dalam NKRI.

Selanjutnya, polisi menangkap

13 orang yang mengibarkan

bendera bintang kejora. Mereka

ditangkap dengan tuduhan

pelaku tindakkan makar,

mengibarkan bendera bintang

kejora.

menyampaikan pesan mengenai bendera

bintang kejora yang berkibar di kota

Serui. Bukan hanya satu tetapi sekitar

50-an jumlahnya. Hal ini dilakukan

berkaitan dengan peluncuran atau

dibukanya kantor International

Parlementarian of West Papua (ILWP)

di Amerika pada 20 April lalu. Namun

hal ini tidak berlangsung lama, karena

adanya peringatan dari Kapolres

setempat. Lalu warga kembali

menyimpan atribut-atribut tersebut.

Meskipun ada aksi demikian, namun

kondisi di kota Serui tetap aman dan

terkendali. Aktivitas warga pun berjalan

normal.

Pra-

anggapan

“Pengibaran bendera bintang

kejora terkait peringatan 1 Mei

1963, yang diyakini sebagai

proses aneksasi Papua dalam

NKRI,”

“Mereka menyampaikan

sejumlah kasus pelanggaran

HAM,”

“Mereka ditangkap dengan

tuduhan pelaku tindakkan

Page 13: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

13    

makar, mengibarkan bendera

bintang kejora,”

Nominalisasi - -

Bentuk

Kalimat

Intensif, Aspirasi, Transisi,

Koherensi Kapolres Jayapura Ajun

Komisaris Besar Wantri

Yulianto yang mengatakan,

“Pengamanan tak hanya

peringatan 1 Mei oleh

OMPB… “

Aleks Kosay, tokoh pemuda

dari Wamena, Papua yang hadir

di lapangan Theys mengatakan,

“Kami tidak menyampaikan

aspirasi dengan kekerasan lagi,

tetapi lebih menekankan aspek

demokrasi dan keterbukaan.

Caranya seperti itu, kami tidak

mau rakyat Papua jadi korban

lagi,” katanya.

“Mereka menyampaikan kasus

pelanggaran HAM,”

“…kami tidak mau rakyat

Papua dijadikan korban lagi,”.

Sintaksis

(Bagaimana

pendapat

disampaikan)

Kata Ganti Apel Pendemo, Longmarch, Lengang,

Stilistik

(Pilihan Kata

apa yang

dipakai)

Leksikon Aneksasi, Integrasi, Makar

Pengibaran Bendera

Orasi, Tapol/Napol,

Page 14: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

14    

Retoris

(Bagaimana

dan dengan

cara apa

penekanan

dilakukan)

Grafis -

Gambar 1

Suasana demo di Serui, tampak sebuah

panggunh dengan beberapa orang

diatasnya dan massa yang begitu

banyak, berdiri sambil mengibar-

ngibarkan bendera Bintang Kejora.

Gambar 2

Tampak massa yang bergerak/berjalan

dengan mengibarkan bendera Bintang

Kejora, adapula yang sedang

bercengkrama, dan juga demo ini tidak

hanya diikuti oleh kaum pria, tetapi juga

wanita seperti yang ada pada gambar.

Kedua gambar diatas merupakan, gambar

yang dijadikan wartawan sebagai bukti

Page 15: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

15    

wacana yang diberitakan, secara eksplisit

gambar ini menjadikan khlayak tertarik

terhadap isi berita, yakni suasana demo di

Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen

dalam rangka mendukung peluncuran

ILWP yang diwarnai dengan pengibaran

sekitar 50-an bendera Bintang Kejora,

Jumat (20/4).

Metafora - -

Ekspresi - -

5.3.4 Skema/Ringkasan Analisis Wacana Pengibaran Bendera Bintang Kejora Berdasarkan

Struktur Wacana Van Dijk.

Tabel 5.3 Ringkasan Analisis Wacana Pengibaran Bendera Bintang Kejora

Struktur Wacana Van Dijk

Struktur Makro Superstruktur Struktur Mikro

Semantik:

Secara eskplisit wacana ini adalah sebuah

peristiwa nyata terjadi sehingga diinformasikan

kegiatannya.

Namun secara implisit berdasarkan alasan terkait

pengibaran bendera Bintang Kejora, ini adalah

sebuah upaya perlawanan yang terjadi.

Sintaksis: -

Stilistik:

Aneksasi. Aneksasi adalah pengambilan paksa

tanah atau wilayah milik negara lain, (As’Ari,

2006:21). Kata ini digunakan untuk menunjukkan

makna bahwa pada tahun 1963 NKRI telah

mengambil alih wilayah Papua dengan paksaan.

Harian Kompas:

13 Orang Ditangkap

(OPMB Kibarkan

Bintang Kejora Di

Lapangan Theys)

“Pengibaran bendera bintang

kejora terkait peringatan 1

Mei 1963, yang diyakini

sebagai proses aneksasi

Papua dalam NKRI.”

Retoris:

Page 16: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

16    

Peringatan, kata ini merupakan penjelasan dari

sesuatu hal/peristiwa yang diperingati, yang

dianggap sebagai hal penting untuk diingat.

Semantik:

Pada pernyataan ini, wartawan lebih menonjolkan

tentang jumlah aparat, dengan menyebutkan

jumlah personel yang dilibatkan dalam

pengamanan 1 Mei “… 300 personel Polri

dilibatkan,termasuk 30 anggota Brimob…”

Namun secara tidak langsung, pernyataan ini

memberi arti bahwa untuk mengatasi orang Papua,

dibutuhkan tenaga militer/dalam hal ini aparat

dengan jumlah banyak. Persoalan lain, ada

ketakutan dari pihak pemerintah gerakan ini akan

berkembang dan mendapat dukungan

internasional.

Secara yang dimaksudkan dalam konteks ini ialah

pengamanan jalannya peringatan 1 Mei.

Sintaksis:

Penjelasan terkait jumlah personel oleh Kapolres

kepada wartawan, menunjukkan pencitraan diri

aparat yang cukup banyak dibanding lawan.

Stilistik: -

“Kepala Polres Jayapura

Ajun Komisaris Besar

Wantri Yulianto

menjelaskan, sekitar 300

personel Polri dilibatkan,

termasuk 30 anggota Brimob

Polda Papua, mengamankan

kota Jayapura dan

sekitarnya.”

Retoris: -

“Mereka tersebar di

Lapangan Theys Hiyo Eluay,

Bandara Sentani, SPBU,

Kompleks Pertokoan, dan

warung makan”

Semantik:

Wartawan memberikan penekakanan kepada

tempat sebagai fokus dari pernyataan ini.

Sebagaimana Lapangan Theys, Bandara, SPBU,

Kompleks Pertokoan dan warung makan, adalah

tempat umum, siapa saja mengunjungi tempat-

Page 17: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

17    

tempat ini. Dengan maksud agar, setiap orang

yang masuk/keluar di tempat ini perlu diwaspadai

dan diawasi setiap laku mereka. Selain itu, bagi

masyarakat perlu waspada untuk melalui titik-titik

pengamanan yang sudah ditetapkan.

Sintaksis:

Secara gambalang wartawan menginformasikan

mengenai area titik pengamanan yang merupakan

wilayah rawan konflik, karena bisa menjadi

sasaran perusakan.

Stilistik: -

Retoris:

Lapangan Theys Hiyo Eluay. Kata ini tidak hanya

pada sub-tema tetapi dalam isi pemberitaan juga

disebutkan beberapa kali untuk menjelaskan

tempat. Sehingga terjadi pengulangan dalam

menyebutkan nama Lapangan Theys Hiyo Eluay.

Secara tidak langsung wartawan memberi

pencitraan sendiri terhadap sosok Theys Eluay,

yang merupakan tokoh pejuang kemerdekaan

Papua. Pengibaran bendera yang terjadi di

Lapangan Theys selain sebagai bentuk perlawanan

juga sebagai bentuk penghormatan terhadap Theys

Eluay, dimana di lapangan ini pula makam Theys

berada.

Semantik:

“Pengamanan tak hanya 1

Mei oleh OMPB, tetapi juga

apel bersama peringatan hari

integrasi dalam NKRI,

pengamanan Komite

Sintaksis:

Apel disini bukan merujuk kepada buah apel yang

sering dimakan, tapi kata “Apel” digunakan pada

instansi-instansi pemerintah untuk menjelaskan

Page 18: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

18    

kegiatan, yakni upacara. Sedangkan Integrasi

sendiri merupakan penyatuan atau penggabungan,

(As’Ari, 2006:81).

Stilistik: -

Nasional Papua Barat yang

bergerak ke kota Jayapura,

42 km dari Sentani dan

menjaga keamanan dan

ketertiban warga, kata

Yulianto.” Retoris: -

Semantik:

Doa adalah sebuah permohonan kepada Tuhan.

Orang beriman atau orang beragama pasti

memanjatkan Doa sebelum dan sesudah

melakukan aktivitas sehingga apa yang boleh

terjadi seturut dengan maksud Tuhan.

“…dilanjutkan dengan pengibaran bendera…”,

mengutip NN yang mengatakan”

“Makan tidak makan kami siap, mau panas atau

hujan kami siap, mereka tidak tahu apa yang kami

rasa, ditangkap atau dibunuh kami siap.”

Pengibaran bendera yang terjadi siang hari, tepat

jam 13.15 WIT, merupakan waktu yang sudah

direncanakan oleh pengibar, yang mana doa yang

telah dipanjatkan dengan motto yang dipegang,

pengibar dengan berani melakukan pergerakannya

untuk menyampaikan perlawanan terhadap rezim

berkuasa.

Sintaksis: -

Stilistik: -

“Doa bersama kelompok

OPMB itu berlangsung pukul

11.00 WIT, dilanjutkan

dengan pengibaran bendera

Bintang Kejora sekitar pukul

13.15 WIT”

Retoris: -

“Peserta adalah masyarakat

biasa dan sebagaian besar

dari Pegunungan Tengah

Semantik:

Wartawan mengajak khalayak untuk melihat aktor

dari peristiwa ini yang adalah masyarakat

Page 19: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

19    

Pegunungan Tengah, Papua. Geografis Papua

tidak hanya Lautan/Pesisir tetapi dibagi menjadi

beberapa wilayah, yakni wilayah Pegunungan,

Wilayah Pesisir dan Lembah. Dimana dalam

sejarah orang Papua, pelanggaran HAM dan

diskriminasi pemusnahan etnis Papua terbanyak di

wilayah pegunungan. Kehadiran orang

Pegunungan untuk melakukan pergerakkan

perlawanan adalah suatu hal yang pantas untuk

menuntut keadilan. Dalam konteks 1 Mei sebagai

integrasi dalam NKRI digunakan sebagai waktu

yang tepat untuk beraksi.

Sintaksis: -

Stilistik: -

Papua”

Retoris: -

Semantik:

Sintaksis:

Dalam pernyataan ini disebutkan kata ‘pelaku’,

kata ini merujuk kepada individu/kelompok yang

melakukan pengibaran. Selanjutnya ada kata

‘koordinator’, ini menjelaskan tentang

individu/orang yang mengatur berlangsungnya

pengibaran bendera.

“Polisi menangkap 13 pelaku

pengibaran bendera bintang

kejora, termasuk koordinator

lapangan Darius Kogoya

(23). Bintang Kejora

berkibar beberapa detik

sebelum polisi membubarkan

paksa. Barang bukti ikut

ditahan adalah busur, panah,

bendera, dan tiang bendera.

Mereka ditangkap dengan

tuduhan pelaku tindakan

makar.”

Stilistik:

Makar adalah perbuatan untuk menjatuhkan

pemerintahan yang sah, (As’Ari, 2006:117).

Page 20: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

20    

Retoris:

Adanya penonjolan berita terkait barang bukti,

yang merupakan alat tradisional Papua, yaitu busur

dan Panah. Busur dan panah digunakan saat

perang dan berburu. Bendera sendiri adalah

bendera Bintanhg Kejora, yang dikibarkan.

Kibaran bendera sebagai pesan perlawanan dan

alat tradisional sebagai alat yang digunakan untuk

melawan musuh/mangsa atau menjaga diri ketika

berburu. Sedangkan dalam konteks Papua, berburu

yang peneliti maksudkan adalah berburu hak

sebagai sebuah bangsa.

Semantik:

Dalam pernyataan ini yang ingin ditonjolkan oleh

wartawan terhadap khalayak adalah mengenai

alasan para pelaku pengibarkan bendera. Dengan

mengutip pernyataan dari Kapolres, secara

langsung telah menjelaskan tentang himbauan

aparat keamanan yang tidak diindahkan. Namun

secara tidak langsung, wartawan juga ingin

menampilkan apa makna dari pengibaran bendera

sesuai dengan kognisi para tersangka.

“Belum ada status tersangka

atau lainnya. Kami hanya

mau minta keterangan secara

intensif. Atas dasar apa

mereka menaikan bintang

kejora. Padahal kami sudah

larang jauh hari sebelumnya,

bahkan sejak pagi kami

sudah larang, kata Yulianto.

Sintaksis:

“…keterangan secara intensif,” yang dimaksudkan

dengan kata intensif adalah (secara) sungguh-

sungguh; tekun; secara giat, (Burhani MS,

2006:221).

Sehingga yang dimaksud pada elemen ini adalah

tentang bagaimana citra aparat dalam melakukan

pekerjaan mereka secara professional dan

bertanggung jawab.

Page 21: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

21    

Stilistik:

Tersangka, kata ini untuk menerangkan pelaku

(lihat analisis penjelasan sebelumnya).

Retoris: -

Semantik:

Dengan mengatakan aksi demo berada di dua

tempat, yakni kota Jayapura oleh KNPB dan di

Sentani oleh OMPB. Melalui pernyataan ini

wartawan mengajak khalayak untuk memahami

maksud kegiatan yang dilakukan oleh organisasi

ini. Dalam sebuah organisasi, yang diperjuangkan

adalah visi/misi organisasi tersebut. Sehingga

dalam konteks pengibaran bendera bintang Kejora

saat itu pun OMPB dan KNPB melakukannya atas

nama organisasi mereka sebagai sebuah kelompok

yang memperjuangkan jati diri orang Papua.

Sintaksis: -

“Aleks Kosay mengatakan,

aksi demo itu berlangsung di

dua tempat, yakni kota

Jayapura oleh Komite

Nasional Papua Barat dan

OMPB di Sentani. Mereka

menyampaikan sejumlah

kasus pelanggaran HAM.

“Kami tidak menyampaikan

aspirasi dengan kekerasan

lagi, tetapi lebih menekankan

aspek demokrasi dan

keterbukaan.” Caranya

seperti itu. “Kami tidak mau

rakyat Papua jadi korban

lagi, katanya.”

Stilistik:

Aleks Kosay dalam pernyataannya yang

menyatakan “kami tidak mennyampaikan

aspirasi…” , Aspirasi adalah cita-cita; tuntutan

(kearah perbaikan nasib); penuntutan

(perorangan); kehendak (akan kelayakan hidup),

(Burhani MS, 2006:221). Kata ini digunakan

untuk menyebut kan beberapa hal sekaligus sesuai

dengan arti yang ada. Dimana aspirasi adalah salah

cara yang dilkukan oleh masyarakat agar suara

mereka didengar dengan tanpa adanya kekerasan.

Page 22: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

22    

Retoris: -

Semantik:

Wartawan memberi informasi bahwa ada demo di

Serui sejak pukul 09.00 WIT yang dipimpin oleh

seorang yang mengaku sebagai gubernur transisi

wilayah Saireri. Dengan wacana ini, wartawan

menuntun khlayak untuk melihat adanya sebuah

pemerintahan yang telah berlangsung dan sedang

dalam masa peralihan. Juga secara tidak langsung

wartawan menyampaikan bahwa ada suatu

pemerintahan yang berlangsung di wilayah ini dan

untuk mendukung dibukanya kantor ILWP di

Amerika yang bagi masyarakat adalah hal baik dan

bagi sebuah pemerintahan itu termasuk

perpanjangan tangan atas pemerintahan (pro-

kemerdekaan) maka Edison Kendi dengan bangga

mengakui dirinya sebagai bagian dari

pemerintahan tersebut, sebagai seorang pemimpin

dan memiliki power. Hal ini pun, dengan

melakukan pencitraan diri yang dilakukan, ini

sebagai perlawan terhadap pemerintahan yang ada,

seolah dengan menantang, dengan menunjukkan

identitas diri sebagai seorang wakil gubernur dan

pemerintahanya.

Sintaksis:

Dalam wacana ini, wartawan menggunakan kata

“demo”, sebagai kata lain untuk menggantikan

kata unjuk rasa.

Harian Cenderawasih

Pos:

“50-an Bintang Kejora

Berkibar di Serui”

“Informasi yang diterima

Cenderawasih Pos, demo

yang dimulai sekitar pukul

09.00 WIT di panggung

pelataran pantai Wombai,

Serui dipimpin oleh Edison

Kendi, yang mengaku

sebagai wakil gubernur

transisi wilayah Saireri”

Stilistik:

Transisi, atau masa peralihan. Wartawan dalam

Page 23: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

23    

wacana ini menjelaskan tentang status dari

pimpinan demo, yang sebagai wakil gubernur

transisi wilayah Saireri. Hal ini secara tidak

langsung menjelaskan tentang suatu masa yang

disebut peralihan. Peralihan yang dimaksud

adalah, peralihan sebuah pemerintahan dalam

mempersiapkan pemimpin yang baru di wilayah

ini.

Retoris: -

Semantik:

Wacana ini menjelaskan bahwa antusiasme warga

sangat besar dalam mengikuti demo yang

berlangsung dalam rangka pembukaan kantor

ILWP di Amerika. Dengan menunjukkan jumlah

kampung, secara tidak langsung telah

menggambarkan jumlah orang yang mengikuti

aksi demo ini. Juga dengan menyebutkannya,

wartawan memberikan citra positif terhadap

mereka yang tergabung dalam aksi ini, dengan

meninggalakan tempat tinggal mereka, bergabung

untuk mendukung sebuah wadah baru bagi orang

Papua dalam memperjuangkan keadilan dan

perlawanan terhadap hak asasi orang Papua yang

selama ini mengalami banyak ketidakadilan.

Sintaksis: -

Stilistik: -

“Massa berkumpul pada

empat titik, yaitu Distrik

Angkaisera berkumpul di

Kampung Warari, Distrik

Kosiwo dan Kampung

Mariadei berkumpul di

Stadion Marora Serui,

Kampung Mantembu dan

Distrik Pantura kumpul di

Mantembu, kemudian Distrik

Ambai dan Yapbhar

berkumpul di Kelurahan

Tarau”

Retoris: -

Page 24: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

24    

“Dalam orasinya, massa

menuntut pembebasan

tapol/napol Forkorus

Yaboisembut dan Edison

Worumi. Meminta

pemerintah Indonesia untuk

mengakui adanya

pelanggaran HAM yang

terjadi di Tanah Papua dan

kepada masyarakat yang

berada di wilayah Kabupaten

Kepulauan Yapen agar tidak

mengikuti pemilu”

Semantik:

Forkorus Yaboisembut dan Edison Worumi

merupakan tokoh kemerdekaan Papua yang mana

dalam wacana ini wartawan menjelaskan status

mereka sebagai Tahanan Politik. Dalam orasi

yang dilakukan, tuntutan pembebasan dilakukan

karena mereka adalah tokoh penting bagi orang

Papua, dan memiliki pengaruh besar untuk

menciptakan keamanan di Papua. Keduanya

ditangkap terkait dengan peristiwa pada Kongres

Papua Ke-III, tahun 2011.

Adapun penekanan berita terhadap pelanggaran

HAM di Papua, yang bukan lagi sebuah rahasia

bagi dunia atas pelanggaran HAM yang terjadi.

Sehingga wacana ini menjelaskan tentang tuntutan

orang Papua terhadap pemerintah Indonesia

sebagai pihak yang harus bertanggung jawab.

Serta meminta masyarakat Yapen untuk tidak

mengikuti Pemilu, yang merupakan sebuah pesta

bagi negara-negara demokrasi, yang dalam hal ini

adalah Indonesia sebagai pihak yang dituntut.

Dimana secara tidak langsung pula wartawan

memberikan informasi bahwa, kenapa orang

Papua dituntut untuk mengikuti pemilu yang

merupakan pesta demokrasi untuk memilih wakil

rakyat dengan bebas, toh orang Papua tidak

mendapat demokrasi itu secara baik. Kenapa tuntut

demokrasi ke orang Papua, padahal Indonesia

tidak melakukan hal yang sama. Ibarat orang

sudah dikasih nasi, tapi masih minta disuapin.

Indonesia sudah dikasih segala hal yang dimiliki

Tanah Papua, tapi masih menuntut lebih tanpa

memikirkan apa yang dibutuhkan orang Papua dari

Page 25: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

25    

apa yang mereka dapatkan.

Sintaksis: -

Stilistik:

“…Dalam orasinya…,”

Orasi = pidato (umum); pidato resmi di depan

missal, (Burhani, MS, 2006:475).

Orasi Poliltik adalah pidato tentang masalah

politik, ( As’Ari, 2006:140).

Tapol/Napol adalah Tahanan Politik/Narapidana

Politik. Ini untuk menyebutkan aktor yang

berperan sebagai tokoh utama dalam upaya

kemerdekaan Papua (Free West Papua), yang saat

ini adalah tahanan di Lembaga Pemasyarakatan

(LP). Dalam artian sebenarnya, Tapol (Tahanan

Politik) adalah orang yang dipenjara atau ditahan

karena melakukan aktivitas politik yang dinilai

pemerintah mekanggar, (As’Ari, 2006:203)..

Retoris:-

“Bendera bintang kejora

yang diusung warga seperti

bendera biasa yang kerap

dikibarkan dengan rata-rata

ukuran bendera sekitar 2x3

dan 3x4 meter. “Bendera

yang mereka bawa seperti

ukuran bendera biasanya,”

tuturnya.

Semantik:

Wartawan memberikan informasi tentang

gambaran bendera yang dikibarkan, bukan bendera

yang besar tapi bukan yang kecil pula. Tapi

bendera yang dikibarkan memiliki ukuran yang

sama, yaitu 2x3 dan 3x4. Dimana wartawan

memaknai ini tidak hanya sebagai simbol

perlawanan tetapi mengungkapkan sebuah

kebersamaan, kesatuan, meskipun massa dengan

jumlah besar, tidak ada yang memilih untuk

membawa bendera yang besar, tetapi sama

Page 26: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

26    

sehingga tidak ada penonjolan tersendiri dan

menunjukkan bahwa massa dengan latar belakang

yang berbeda, walaupun sesama suku Papua, tetapi

semuanya memiliki satu tujuan yang sama.

Sintaksis:

Usung. “… bintang kejora yang diusung warga

...”, Kata usung merupakan kata ganti dari

membawa (mengangkat). Kenapa dalam kalimat

ini tidak digunakan kata dikibarkan, tetapi

diusung? Karena massa melakukan perjalanan

jauh sambil mengangkat bendera dengan dikibar-

kibarkan di udara sebagaimana sebuah panji

diangkat oleh mereka yang hendak

berperang/menangkan sebuah perlawanan.

Stilistik: -

Retoris: -

“Aston Situmorang

mengungkapkan, polisi sama

sekali tidak melarang, justru

polisi menfasilitasi. “Kondisi

disini sempat sepi, lengang,

tidak ada aktivitas, , mungkin

warga khawatir, tapi aman,”

jelasnya.

Semantik:

Dalam pernyataan ini, wartawan memberikan

penekanan terhadap kalimat “polisi sama sekali

tidak melarang”, sama sekali berarti tidak ada

campur tangan aparat dalam peristiwa ini. Secara

tidak langsung wartawan memberikan pencitraan

terhadapa aparat sebagai aktor yang baik dalam

melakukan kerja sama dengan massa di daerah

tersebut. Sehingga keamanan di daerah ini secara

tidak langsung makna yang diterima komunikan

adalah sebuah keadaan yang aman, dan

komunikator memenangkan wacana yang

dibangunya.

Page 27: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

27    

Sintaksis:

Lengang. Kata lengang merupakan kata ganti

untuk menjelaskan suasana yaitu, sunyi sepi, tidak

ramai; tidak banyak orang.

Stilistik: -

Retoris: -

Semantik:

Pernyataan Kapoda sebagai latar pembenaran dari

peristiwa yang terjadi bahwa berlangsung dengan

damai dan aman. Sebagai narasumber yaitu

Kapolda yang juga sebagai aktor pemerintah yang

berperan penting dalam mengkoordinir keamanan

di daerah Papua. secara tidak langsung wartawan

sebagai komunikator memberikan pencitraan

terhadap institusi ini sebagai aktor pemerintah

yang berhasil mengendalikan demo massa dengan

jumlah banyak, sehingga berlangsung dengan

aman.

Dengan durasi waktu yang cukup lama sekitar

empat jam lebih, sebuah simbol yang dipakai

sebagai bentuk perlawanan yakni bendera Bintang

Kejora berkibar di langit Papua dengan aman.

Dimana kebenaran ini disampaikan berdasarkan

informasi yang diwacanakan oleh wartawan dan

secara tidak langsung, hal ini mencitrakan sebuah

perlawanan yang tidak harus selalu berkahir

dengan duka.

Sintaksis: -

“Kabid Humas Polda Papua

AKBP Drs. Johannes

Nugroho Wicaksono dalam

pesan singkat membenarkan

adanya aksi unjuk rasa

ribuan warga sambil

membawa bendera Bintang

Kejora. “Aksi demo mereka

berjalan damai dan aman.

Demo berlangsung pukul

09.00 – 13.00 WIT.”

Stilistik: -

Page 28: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

28    

Retoris: -

5.4 Refleksi Dari Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan menganalisa dua buah berita dari dua media

massa yang berbeda, yakni Harian Kompas dan Harian Cenderawasih Pos ini

menghasilkan sebuah refleksi singkat dari peneliti terkait dengan wacana yang dibangun

dari kedua media tersebut. Harian Kompas yang merupakan media nasional dan tersebar

hampir di seluruh pelosok NKRI tentunya dalam mewacanakan sebuah berita, lebih

mengedepankan ideloginya sebagai media massa nasional. Demikian pula dengan Harian

Cenderawasih Pos yang merupakan sebuah media lokal di provinsi Papua, tentunya

memiliki ideologi yang berbeda pula dengan media massa lainnya, yang dalam hal ini

adalah Harian Kompas.

Ada beberapa hal yang menjadi perbedaan penting dari analisis yang dilakukan

oleh peneliti terkait konstruksi media tentang wacana pengibaran bendera Bintang Kejora.

Dalam NKRI bendera Bintang Kejora sebagai symbol identitas/budaya orang. Hal ini

terkuak dalam UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.2

sedangkan dalam konteks Papua sekarang ini, bendera Bintang Kejora digunakan sebagai

media protes/gerakan perlawanan yang dilakukan melalui aksi unjuk rasa disertai

pengibaran bendera yang dilakukan dalam konteks HUT Papua, integrasi dalam NKRI

dan bahkan setiap pendirian organisasi yang menjadi perpanjangan tangan orang Papua

menuju kemerdekaan.

Dalam pemberitaanya, kedua media massa ini tentunya melihat persoalan yang

terjadi, dan dalam konteks apa barulah mulai mendekati pihak yang berkaitan dengan

peristiwa tersebut untuk memperoleh informasi lebih lanjut. Demikian beberapa hal yang

menjadi bangunan wacana dari kedua media massa ini, yaitu: Pertama, terkait dengan

perlakuan atas peristiwa yang berkaitan dengan tema, Kompas memberi tema “13 Orang

Ditangkap (OMPB Kibarkan Bintang Kejora di Lapangan Theys Eluay), dan

Cenderawasih Pos memberi tema “50-an Bintang Kejora Berkibar di Serui.” Hal ini

merupakan kedua peristiwa yang sama, yakni pengibaran bendera Bintang Kejora hanya

saja beda konteks, yaitu peringatan integrasi Papua dalam NKRI dan dukungan warga

atas dibukanya kantor ILWP di Amerika. Karenanya dapat dikatakan bahwa sekalipun

kedua berita ini adalah penting, tapi untuk menarik khalayak (pembaca) ada fokus                                                                                                                          2 Ibid, hal. 5

Page 29: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

29    

tersendiri yang diutamakan wartawan sebagai pembuat berita, yang mana statusnya

wartawan terikat dengan ideologi media tempat ia bernaung. Misal, Harian Kompas yang

menempatkan prinsip kemanusiaan, yang ditanamkan oleh pendirinya. Hal ini dapat

dilihat pada kalimat “Amanat Hati Nurani Rakyat,” dimana Kompas ingin setiap

pemberitaanya benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat, yakni memanusiakan

manusia dengan basis Ilahi (humanisme transedental).3 Kedua, terkait dengan atribut

sosial dari narasumber (aktor) dari wacana yang dibangun, yang mana dominasi aktor

berperan penting bagi wartawan dalam wacana yang dibangun oleh wartawan, sehingga

wacana yang disampaikan secara eksplisit adalah peristiwa yang terjadi di lapangan dan

secara implisit dari pernyataan narasumber. Dengan demikian wartawan tidak memihak

atau pro pada salah satu pihak. Baik wartawan Harian Kompas maupun Harian

Cenderawasih Pos, seperti yang dikutip dalam wawancara sebelumnya, yang menyatakan:

“Kalau  jadi  wartawan  Kompas  tuh  begini,  jadi  ada  aturan  main  yang  harus  kita  lakukan,  diantaranya  yaitu  tidak  memihak.  Kalau  ada  satu  persoalan,  kalau  bisa  jangan  menanyakan  satu  pihak  saja,  tapi  kalau  bisa  semua  pihak  yang  tersangkut  dengan  

masalah  itu,  kita  dekati  sehingga  fungsi  kita  adalah  menjelaskan  duduk  soal,  “  –  James  Luhulima  

 Hanya saja, Kompas lebih banyak menjadikan aparat (Kapolres) sebagai aktor pemerintah

untuk menjadi narasumber dalam memberikan pernyataan, lain hal dalam wacana Cepos

terkait bendera Bintang Kejora yang berkibar di Serui, pernyataan lebih didominasi oleh

pihak LSM, dari awal kegiatan hingga berakhirnya proses demo massa tersebut.

Ketiga, terkait dengan identifikasi masalah dan cara penyajian berita, dimana

kedua media massa ini, walaupun ada perbedaan antara status lokal dan nasional, tapi alur

yang disampaikan cukup asyik untuk diikuti bak sebuah cerita yang disampaikan secara

rinci oleh seorang komunikator. Walaupun pada sisi tertentu disampaikan secara implisit

agar pendapat wartawan tidak dimunculkan secara gamblang dalam menjelaskan latar

belakang persoalan yang terjadi. Kedua berita ini lebih kepada masalah politik dan

hukum. Namun secara tidak langsung, dari wacana yang dibangun, persoalannya lebih

menjurus kepada berbagai aspek dalam masyarakat, seperti aspek ekonomi yakni

mengenai kesejahteraan.4 Terkait pengibaran bendera Bintang Kejora oleh orang Papua

                                                                                                                         3 Vinsensius.info/index.php/2011/12/beberapa-segi-sejarah-kecil-kelompok-kompas-gramedia/-Diunduh tanggal 11/9/2014-Pukul 11.30 WIB. 4 “Kalo menurut saya ini persoalan kesejahteraan saja, artinya bumi Papua diambil kekayaannya, tapi mereka gak dikasih, paling kan pertimbangannya itu,” – (Pernyataan dalam Wawancara Tanggal 13 Maret 2014 bersama Bapak James Luhulima/ Redaktur Pelaksana Harian Kompas)

Page 30: BAB V ANALISA WACANA PENGIBARAN BENDERA BINTANG …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8485/6/T1_362009099_BAB V.pdfdari koran Kompas dan harian Cenderawasih Pos tentang pemberitaan

30    

sebagai simbol perlawanan terhadap rezim yang berkuasa, Kompas memandang ini

sebagai sebuah hal yang rumit.5

“Nah,  kalo  ngomong  Papua  itu  rumit.  Jadi  kalo  kita  dengar  Papua,  kita  agak  hati-­‐

hati,  artinya  gak  cepat  masuk  karena  persoalannya  bukan  persoalan  sederhana”  –  James  

Luhulima.  

Keempat, tentang bagaimana perspektif wartawan terhadap berita terkait dengan

pihak/aktor yang bersalah dalam wacana. Dalam wacana Kompas, pihak bersalah adalah

para pengibar bendera Bintang Kejora dimana wartawan tidak menjelaskan secara detail

nama pengibar tapi menyebutkan nama koordinator dari para pelaku dan mencantumkan

berbagai pernyataan dari narasumber (Kapolres) untuk menampilkan latar belakang

pelaku. Kapolres lebih dominan sebagai aktor dalam wacana yang dimuat oleh Kompas,

sedangkan dalam wacana Cenderawasih Pos, tidak ada pihak yang dijadikan tersangka

atau yang bersalah dalam peristiwa yang terjadi. Tetapi muncul aktor yang mengaku

sebagai gubernur transisi dan letak penonjolan berita ini, walaupun dikatakan aman dan

terkendali tetapi ada ancaman bagi pemerintah tentang sosok “gubernur transisi”, yang

secara tidak langsung menjelaskan adanya peralihan sebuah pemerintahan didalam

pemerintahan yang sah. Dengan demikian, bentuk perlawanan tidak hanya dengan

pengibaran bendera tetapi adanya aktor yang hadir didalam peristiwa tersebut sebagai

ancaman dalam perlawanan.

                                                                                                                         5 Wawancara Tanggal 13 Maret 2014 bersama Bapak. James Luhulima (Redaktur Pelaksana Harian Kompas) Pukul 19.15 WIB.