bab v peran aktor dalam pemanfaatan ruang...

26
28 BAB V PERAN AKTOR DALAM PEMANFAATAN RUANG SARIREJO KOTA SALATIGA Pada bab ini peneliti memaparkan analisis data berdasarkan konsep pada bab sebelumnya. Dari analisis ini dimunculkan temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk pola, tema, kecenderungan dan motif yang muncul dari data. Di samping dapat juga berupa penyajian kategori, sistem, klasifikasi maupun tipologi yang tentunya mengacu pada fokus penelitian. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen dan data lain yang mendukung dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis secara induktif. 5.1. Kawasan Sarirejo sebagai Konsep Tata Ruang Baru di Kota Salatiga Dalam UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan: Pengertian Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. Wacana pembentukan Sarirejo sebagai kawasan wisata karaoke didasarkan pada gambaran bahwa Sarirejo adalah eks kawasan lokalisasi serta hingga kini perbaikan citra terus diupayakan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan pihak warga agar persepsi dan kegiatan negatif di Sarirejo dapat diminimalkan. Peneliti menggambarkan secara induktif jaringan semantik (mind mapping) alur konsep kinerja peran aktor dalam penataan Lingkungan Sarirejo (Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsinya) seperti pada gambar berikut:

Upload: vanthu

Post on 22-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

28

BAB V

PERAN AKTOR DALAM PEMANFAATAN RUANG

SARIREJO KOTA SALATIGA

Pada bab ini peneliti memaparkan analisis data berdasarkan konsep pada

bab sebelumnya. Dari analisis ini dimunculkan temuan penelitian yang disajikan

dalam bentuk pola, tema, kecenderungan dan motif yang muncul dari data. Di

samping dapat juga berupa penyajian kategori, sistem, klasifikasi maupun tipologi

yang tentunya mengacu pada fokus penelitian. Pada tahap ini data yang diperoleh

dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen

dan data lain yang mendukung dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis secara

induktif.

5.1. Kawasan Sarirejo sebagai Konsep Tata Ruang Baru di Kota Salatiga

Dalam UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan:

Pengertian Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang

dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. Wacana pembentukan

Sarirejo sebagai kawasan wisata karaoke didasarkan pada gambaran bahwa

Sarirejo adalah eks kawasan lokalisasi serta hingga kini perbaikan citra terus

diupayakan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan pihak warga agar

persepsi dan kegiatan negatif di Sarirejo dapat diminimalkan.

Peneliti menggambarkan secara induktif jaringan semantik (mind

mapping) alur konsep kinerja peran aktor dalam penataan Lingkungan

Sarirejo (Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsinya) seperti pada gambar

berikut:

29

BPPTPM SarirejoMenerbitkan Izin Ho

BAPPEDA

Membuat Paguyuban

RTRW

2011 - 2016Zona Pemukiman

Zona CampuranDinas Cipta Karya dan Tata Ruang

Menghambat kebijakan

RDTRW

2017 - 2022 DPRD

Mayoritas menghendaki Legal

Tidak Menerbitkan Izin Usaha

Zona Rohani

Keagamaan

(Kel. Bugel)

Zona

Pendidikan

(Kel. Salatiga)

Gesekan Zona

Menginginkan perbaikan Image

Oknum

Menentang perbaikanMendukung Perbaikan

SKPD

(Level Kota)

Isu Diangkat

Sarirejo mendapatkan

kepastian hukum dengan

aturan ketat

Bagan 2

Jaringan Semantik (Mind Mapping) Permasalahan Sarirejo dalam Rencana Peraturan Daerah

30

Dalam zonasi wilayah, Lingkungan Sarirejo berada pada perbatasan

zona konsentrasi rohani keagamaan (Kelurahan Bugel) dan zona pendidikan

(Kelurahan Salatiga). Hal tersebut yang dikhawatirkan dapat menjadi gesekan

kepentingan suatu saat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka RTRW

(Rencana Tata Ruang Wilayah) tahun 2010 – 2030, wilayah Sarirejo

dimasukan dalam zona pemukiman. Dalam Perda (Peraturan Daerah) Kota

Salatiga pada periode tersebut juga dicantumkan bahwa zona pemukiman

dapat digunakan sekaligus sebagai kegiatan jasa dan perdagangan, namun hal

ini tidak selaras dengan kajian dari BPPTPM (Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu dan Penanaman Modal), sehingga BPPTPM hanya menerbitkan izin

Ho (Hinderordonnantie) yaitu surat keterangan yang menyatakan tidak

adanya keberatan dan gangguan atas lokasi usaha yang dijalankan oleh suatu

kegiatan usaha di suatu tempat. Sehingga status Sarirejo kini dapat dikatakan

sebagai zona Campuran yang oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, status

tersebut menyulitkan dalam Penataan Ruang dan kebijakan operasional di

lapangan.

Terdapat tiga pihak yang saat ini berperan penting dalam menentukan

keputusan RDTRW 2017 – 2022, termasuk rencana Kawasan Wisata Karaoke

Sarirejo. BAPPEDA dan BPPTM mendukung perbaikan secara menyeluruh

Kawasan Sarirejo. Mayoritas anggota Dewan DPRD Kota Salatiga

menghendaki kawasan Sarirejo dilegalkan sesuai aspirasi masyarakat Sarirejo

dan beberapa oknum yang tidak ingin ada perbaikan di Sarirejo dikarenakan

akan menambah daftar pekerjaan dan pro kontra di kalangan masyarakat. Saat

ini status Sarirejo (meskipun BAPPEDA belum dapat memberikan RDTRW

sementara kepada peneliti karena belum di sah kan) masih seperti keputusan

pada Desember 2013 yaitu tetap berjalan, kepastian hukum yang didapat yaitu

kawasan campuran dengan aturan ketat yang diawasi oleh Satpol PP dan

Kepolisian.

Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga terpapar dalam

Rapat Konsultasi Publik (RKP) pembahasan RDTRW tentang Sarirejo

dijelaskan seperti kronologi pada Bagan 3 berikut:

31

RAPERDA

Paguyuban SarirejoPerwakilan Wilayah Lain

Aspirasi

Tidak ada tanggapan Menanti kepastian hukum

Berita Acara

RKP

SKPD

BAPPEDA DISPAR BPPTM DPU

Hasil

Stakeholder sepakat

perbaikan Sarirejo

Oknum individu

menentang perbaikan

Aspirasi

Paguyuban Sarirejo DPRD Tokoh – Tokoh Agama

Konsep

RDTRW

2017 - 2022

Pembahasan Politik

Pemerintah Kota

bersama DPRD

Bagan 3

Kronologi Proses Pembahasan Konsep Baru Sarirejo

32

Secara umum konsep Konsultasi Publik adalah mempertemukan sudut

pandang relasi lembaga eksekutif dan legislatif dengan masyarakat. Konsultasi

publik sebagai cara, mekanisme, dan proses melibatkan masyarakat dalam

pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan baik oleh eksekutif maupun

legislatif. Pemerintah Kota telah menggelar RKP pada level Kecamatan dan RKP

tahap 2 pada Level Kota. Pada RKP level Kecamatan tidak ditemukan keberatan

dari masyarakat wilayah lain di sekitar Sarirejo dengan adanya kegiatan karaoke.

Hal yang berbeda ditemukan pada pembahasan internal SKPD bahwa Perda

RTRW tentang Sarirejo tidak sejalan dengan kebijakan masing - masing dinas

yaitu: BAPPEDA, BPDPTM, DPU dan DISPAR. Berdasarkan hal tersebut keempat

dinas sepakat tentang perbaikan kebijakan hukum tentang Sarirejo. Dalam Rencana

Pola Ruang Wilayah (Kawasan Budidaya) pasal 46 ayat (1) Sarirejo termasuk

dalam kawasan peruntukan perumahan dengan kepadatan sedang. Hasil dari

pembahasan internal kemudian dipaparkan pada RKP tahap 2 pada level Kota

dengan melibatkan kembali Paguyuban Sarirejo, anggota DPRD dan tokoh Agama.

Ketika pengambilan data dan analisis penelitian ini, pembahasan kebijakan politik

tentang Perda 2017 – 2022 masih berlangsung.

Konsep tentang Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo masih dapat

dimungkinkan sebelum terbit Peraturan Daerah Baru. Dari observasi peneliti

minimnya masukan dan pendapat dari masyarakat menjadi kesulitan tersendiri bagi

dinas terkait serta DPRD dalam menentukan kebijakan tentang konsep baru

Sarirejo. Peran serta dan dukungan masyarakat sangat dibutuhkan dalam

membangun Sarirejo baru yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak

baik masyarakat sekitar dan pemilik usaha. Dengan berbagai kekurangan yang

dimiliki, Sarirejo tetaplah salah satu sumber penyumbang PAD penting bagi Kota

Salatiga.

Berdasarkan hasil dari jaringan permasalahan Sarirejo hingga upaya yang

telah dilakukan oleh semua aktor, peneliti merangkum dari berbagai sumber

bagaimana gambaran konsep baru Sarirejo berdasarkan aturan main yang

memungkinkan serta dapat diterima semua pihak seperti dijelaskan pada Bagan 4

berikut:

33

Rencana Konsep Tata Ruang Baru Sarirejo

Rencana Detail Tata Ruang

Wilayah

(RDTRW)

Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan

(RTBL)Perizinan

Penataan Lingkungan

dan Bangunan

Pengendalian dampak lingkungan sekitar dari aktivitas karaoke

Penguatan sosial budaya

Etika Lady Companion

Penertiban / evaluasi izin usaha karaoke di seluruh wilayah Salatiga

Bagan 4

Misi Tata Ruang Baru Sarirejo dalam Jangka Pendek - Menengah

Permasalahan utama Konsep Kawasan Wisata Sarirejo terletak pada

RDTRW sebagai sumber hukum dan RTBL sebagai pendukung zona

kawasan wisata. Dalam konsep tata ruang baru, sangat sulit merealisasikan

Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo dalam jangka waktu dekat hingga

menengah. Jangka waktu dekat yang dimaksud adalah pembahasan RDTRW

2017 – 2022 yang kemungkinan akan selesai pada periode November 2017.

Perkiraan RDTRW akan menjadi Raperda Baru pada Februari 2018 dan akan

diundangkan melalui Sekretariat Daerah serta telah dipertanggungjawabkan

secara langsung oleh Walikota Salatiga. Jika konsep yang diajukan oleh

SKPD tentang penataan baru Sarirejo dalam RDTRW 2017 – 2022 terealisasi

maka kemungkinan Sarirejo dapat dibahas lebih lanjut dalam proyek

Kawasan Wisata pada RDTRW 2022 – 2027.

34

5.2. Profil Aktor

Permasalahan praktik penataan ruang di Kawasan Lingkungan

Sarirejo merupakan sebuah kontestasi keterlibatan berbagai aktor diantaranya

pemerintah, masyarakat, dan kekuatan modal kapitalis (pemilik usaha).

Belum terbitnya Peraturan Daerah (Perda) yang mengikat secara hukum

tentang status Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo menimbulkan penguatan

dan keberpihakan masing-masing aktor menjadi semu. Pada Strategi dan

Arah Kebijakan Pembangunan Daerah RPJMD tahun 2011 – 2016 secara

internal belum terwujudnya Kota Salatiga sebagai transit Pariwisata. Salah

satu alternatif strategi yang harus dapat dipenuhi oleh kawasan wisata adalah

peningkatan sarana prasarana pariwisata itu sendiri. Pada penelitian ini

digunakan triangulasi enam aktor utama yang masing-masing mewakili

kepentingan instansi, gugus tugas dan kepentingan komersial.

1. Kepala Sub Bidang Tata Ruang, Bidang Sarana Prasarana dan Tata

Ruang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

Salatiga

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), adalah

lembaga teknis daerah Kota Salatiga dibidang penelitian dan perencanaan

pembangunan daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Walikota Salatiga. Bappeda Kota Salatiga beralamat di

Jl. Letnan Jenderal Sukowati No.51, Kalicacing, Sidomukti, Kota Salatiga.

35

Gambar 8

Kantor BAPPEDA Kota Salatiga

Bapak Jadi Amali, S.Kom, M.Si, M.Kom adalah Kepala Sub

Bidang Tata Ruang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Salatiga

yang mempunyai tugas memimpin, merencanakan, mengatur dan

mengendalikan kegiatan penyelenggaraan Bidang Ekonomi, Sosial dan

Budaya yang meliputi pengkoordinasian perencanaan dan analisis

perekonomian daerah, perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan

sektor produksi, pendidikan, kesehatan, promosi dan kesejahteraan

masyarakat Kota Salatiga.

Bapak Jadi Amali lahir pada tahun 1978 (berusia 39 tahun per

2017) dan telah mengabdi di birokrasi pemerintahan dari tahun 2003

(selama 14 tahun). Aktor Bapak Jadi Amali yang mewakili Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Salatiga (Bappeda) memiliki peran

penting dalam pengembangan wilayah dan perumusan kebijakan yang

berhubungan dengan Kawasan Sarirejo.

36

2. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) adalah lembaga

teknis daerah di Kota Salatiga dibidang kebudayaan dan kepariwisataan

yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota

Salatiga. Disbudpar Salatiga beralamat di Jl. Magersari No. 166,

Tegalrejo, Argomulyo, Kota Salatiga.

Gambar 9

Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga

Bapak Sri Danudjo SE, adalah Kepala Dinas Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Salatiga yang menjabat sejak 4 Januari 2017 yang

mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang kebudayaan dan

pariwisata, dan tugas pembantuan.

Bapak Sri Danudjo lahir pada tahun 1959 (berusia 58 tahun per

2017) dan telah mengabdi di birokrasi pemerintahan dari tahun 1979

(selama 38 tahun). Sebelum menjabat sebagai Kepala Dinas Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Bapak Sri Danudjo telah

beberapa kali memimpin instansi di Kota Salatiga diantaranya: Kepala

Dinas Penanaman Modal, Staf Ahli Walikota Bidang Kemasyarakatan dan

Sumber Daya Manusia hingga Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan,

37

Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disperindagkop dan

UMKM). Pengalaman dan ide-ide Bapak Sri Danudjo tentang

Pembangunan Kota Salatiga sangat berperan dalam kebijakan Kawasan

Sarirejo Kota Salatiga.

3. Pemilik Cafe dan Karaoke Sarirejo

Terdapat 50 tempat usaha karaoke yang memiliki izin Cafe di

Lingkungan Sarirejo, Kelurahan Sidorejo Lor, Kota Salatiga. Hampir

seluruh tempat hiburan karaoke di Kawasan Sarirejo telah mendapatkan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemerintah Kota Salatiga.

Pemerintah Kota Salatiga melalui Keputusan Walikota Salatiga yang

diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Salatiga juga

telah mengeluarkan Izin Gangguan Kepada para pemilik usaha Karaoke di

Sarirejo.

Ikha salah satu pengelola Cafe Mini 2, sedangkan kepemilikan

Cafe atas nama Ibunya. Ibu Ikha bercerai dengan ayahnya, Ayah Ikha juga

salah satu pemilik Cafe di Sarirejo dengan nama Dani dan sekaligus

menjabat sebagai ketua paguyuban di Sarirejo. Kakek Ikha salah satu yang

pertama kali membuat tempat karaoke di Sarirejo namanya Mbah Junaidi

Cafe yang dibuat pertama kali namanya adalah Cafe Mini 2 berawal dari

coba-coba setelah pemerintah secara resmi menutup lokalisasi di Sarirejo.

Hingga kini antusiasme pengunjung karaoke juga masih tergolong tinggi.

Ikha tidak bisa memberikan semua informasi kepada peneliti,

dikarenakan privasi dan kenyamanannya sebagai pemilik usaha hiburan.

Ikha adalah pemilik sekaligus pengelola salah satu tempat karaoke di

Kawasan Sarirejo. Ikha mengelola karaoke yang memiliki lima ruang

(room) dari jenis Very Important Person (VIP) dan tipe small. Selain

karaoke Ikha juga menyediakan pemandu lagu sebanyak enam wanita.

Kehadiran LC ini juga menambah opini masyarakat yang negatif tentang

usaha ini. Tidak sedikit yang beranggapan seorang LC juga merupakan

seorang PSK (Pekerja Seks Komersil). Aktor Ikha memiliki peran penting

38

dalam upaya membangun kebijakan kerjasama yang dilibatkan oleh

seluruh usaha serupa di Kawasan Sarirejo Salatiga.

4. Kepala Kepolisian Sektor Sidorejo, Kepolisian Resor Kota Salatiga

Kepolisian Sektor Sidorejo adalah struktur komando Kepolisian

Republik Indonesia di tingkat Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Polsek

Sidorejo berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Kepolisian Resor Salatiga. Polsek Sidorejo beralamat di Jalan Ki Penjawi

No. 19, Sidorejo, Sidorejo Lor, Salatiga, Kota Salatiga.

Gambar 10

Kantor Kepolisian Sektor Sidorejo, Polres Salatiga

Ajun Komisaris Polisi (AKP) Jumaeri adalah Kepala Kantor

Kepolisian Sektor Sidorejo berusia 50 tahun yang bertanggung jawab atas

keamanan dan ketertiban masyarakat di enam kelurahan (Blotongan,

Bugel, Kauman Kidul, Pulutan, Salatiga dan Sidorejo Lor) termasuk

Kawasan Karaoke di Lingkungan Sarirejo, Kelurahan Sidorejo Lor yang

hanya berjarak kurang dari 1 Km dari Kantor Polisi. Aktor Kapolsek

39

Sidorejo, Bapak AKP Jumaeri berperan penting dalam mengantisipasi

penyakit masyarakat (pekat) dan peredaran minuman keras di Kawasan

Karaoke Sarirejo.

5. Ketua Rukun Warga (RW) 009 Lingkungan Sarirejo

Rukun Warga (RW) 009 adalah pembagian wilayah di Lingkungan

Sarirejo, di bawah Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota

Salatiga. RW 009 Sarirejo adalah Lembaga Masyarakat yang dibentuk

melalui musyawarah pengurus RT (Rukun Tetangga) di wilayah kerjanya

dalam rangka pelayanan pemerintah dan masyarakat yang diakui dan

dibina oleh Pemerintah Kota Salatiga yang ditetapkan oleh Lurah Sidorejo

Lor.

Bapak Slamet Santoso adalah salah satu tokoh masyarakat di

Lingkungan Sarirejo, sekaligus menjabat sebagai ketua RW 009. Bapak

Slamet Santoso berusia 56 tahun dan bekerja di Balai Penelitian Karet

Getas PTPN IX (Persero), beliau juga memiliki salah satu tempat usaha

hiburan karaoke di Sarirejo. Tugas aktor sebagai ketua RW di Lingkungan

Sarirejo sangat penting dalam mendata kegiatan usaha karaoke. RW 009

Sarirejo merupakan Lembaga Masyarakat yang diakui dan dibina oleh

Pemerintah Kota Salatiga untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai

kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan

kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran tugas

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kelurahan Sidorejo

Lor.

40

6. Kepala Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan, Bidang

Penegakan Perundang-Undangan Daerah, Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) Kota Salatiga

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Salatiga, adalah

perangkat Pemerintah Kota Salatiga dalam memelihara ketentraman dan

ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah Kota Salatiga yang

berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota

Salatiga, beralamat di Jl. Letjend. Sukowati No. 51, Kalicacing,

Sidomukti, Kota Salatiga. Bapak Sutarto adalah Kepala Seksi Pembinaan,

Pengawasan dan Penyuluhan, Bidang Penegakan Perundang-Undangan

Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Salatiga. Kepala

Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan mempunyai tugas

menyiapkan bahan, data untuk menyusun pedoman dan petujuk kegiatan,

pembinaan, pengawasan dan penyuluhan terhadap penegakan Peraturan

Daerah.

Gambar 11

Salah satu Giat Sidak Satpol PP Salatiga di Lingkungan Sarirejo

41

Aktor Bapak Sutarto sangat penting dalam peran ketika proses

penyusunan Peraturan perundang-undangan serta pembinaan dan

penyebarluasan produk hukum di Kota Salatiga. Dasar hukum kegiatan

operasional Satpol PP adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun

2010. Satpol PP adalah lembaga non yustisial dan memiliki tugas utama

dalam menegakkan peraturan daerah.

5.3. Peran Aktor dalam Penataan Kawasan Karaoke Sarirejo

Kawasan Karaoke Sarirejo lebih dikenal masyarakat dengan nama

Sembir. Para aktor memiliki peran bahwa wisata Karaoke Sarirejo lebih

intens beroperasi pada malam hari. Sebutan hiburan malam dan rumah

karaoke kini menjadi tantangan tersendiri oleh para aktor dalam membangun

image dan persepsi publik. Adanya puluhan gadis-gadis muda yang siap

menemani tamu dalam aktivitas karaoke juga menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dalam kegiatan pembangunan Rencana Tata Ruang di Kota

Salatiga. Faktor lainnya adalah peredaran minuman keras yang dapat menjadi

gangguan ketertiban masyarakat:

Gambar 12

Hasil Operasi Cipta Kondisi Polsek Sidorejo di Kawasan Sarirejo Kota

Salatiga

Penataan ulang konsep karaoke di Sarirejo perlu dievaluasi mengingat

masih adanya minuman keras yang beredar. Masih terdapat minuman

beralkohol seperti Mansion House jenis Vodka dan Whiskey. Dijual pula

minuman lokal seperti CongYang (CY) yang merupakan minuman khas

42

Semarang. CongYang merupakan hasil fermentasi beras dan gula pasir, sprite

dan perasan kopi moka. Cong Yang tergolong dalam alkohol tipe B. Meski

termasuk minuman keras, namun pada tahun 2010, CongYang dilegalkan

sebagai produk komoditi. Ada pula minuman Anggur Merah atau yang biasa

disebut dengan AM atau AMER.

Peneliti mencoba mengkanalisasi bagaimana tugas dan peran aktor

sesuai lembaga yang dipimpinnya. Produk – produk hukum daerah

merupakan peran dari Satpol PP, antisipasi pelanggaran hukum merupakan

tugas dari Kepolisian, tanggung jawab sosialisasi di ranah bawah merupakan

tanggung jawab tokoh masyarkat serta konsep wisata merupakan bagian dari

Dinas Pariwisata dan Bappeda. Hal ini seperti dikemukakan oleh Bapak Tarto

selaku Kepala Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan, Bidang

Penegakan Perundang-Undangan Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP) Kota Salatiga:

“Kalau wisata itu nanti kewenangannya ada di Dinas Bagian

Tata Ruang Bappeda dan Dinas Pariwisata mas yang punya

kewenangan. Kami hanya menegakan, penegakan –

penegakan aturan yang ada di Kota Salatiga. Jadi kami tugas

Satpol PP hanya bidang penegakkan apa yang menjadi produk

– produk hukum yang ada di daerah.”

Berdasarkan pada teori Boudieu, masing – masing aktor pada

perannya memiliki modal kekuasaan pemerintahan yang tidak bersifat

sederhana namun sistematik sesuai dengan peran, tugas pokok dan fungsinya

masing – masing. Sehingga peran yang dilakukan aktor seperti Bapak Tarto

(Satpol PP), AKP Jumaeri (Kepolisian), Sri Danudjo SE (Dinas Pariwisata),

Slamet Santoso (RW), Ikha (Pemilik usaha) dan Jadi Amali (Bappeda) bukan

merupakan peran secara personal lagi namun peran sesuai jabatannya.

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang

dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan

pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan

ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan

rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Permasalahan yang terjadi adalah

43

izin pemanfaatan ruang yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan

ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.

Analisis tentang Kawasan Wisata Karaoke tidak dapat dilepaskan dari

konsep perencanaan Tata Ruang Kota Salatiga sebagai bagian dari bentuk

rumusan kebijakan publik yang berkaitan dengan pengelolaan ruang kota.

Langkah yang diambil oleh para aktor pelaku kebijakan dalam proses

perumusan kebijakan publik akan sangat ditentukan oleh perspektif yang

digunakan. Prinsip penataan Kawasan Sarirejo yang terkait dengan aktor yang

terlibat dalam perencanaan kota kemudian dapat diketahui apakah Kawasan

Sarirejo merupakan suatu prioritas pembangunan daerah di Kota Salatiga.

Belum terbitnya peraturan yang jelas mengenai status pembangunan

Kawasan Wisata di Sarirejo dalam Rencana Detail Tata Ruang Wilayah

menjadi permasalahan dan juga dapat pula menjadi sebuah opsi dalam

kebijakan peningkatan pendapatan daerah di sektor pariwisata.

Tabel 5.1

Analisis Opsi Kebijakan Keuangan Daerah Kota Salatiga dari Sumber

Pendapatan Daerah

No. Kondisi Target Kinerja

1.

Peraturan Daerah tentang pokok-

pokok pengelolaan keuangan daerah

belum mengakomodasi beberapa

peraturan perundang-undangan yang

baru, khususnya untuk

mengakomodasi komponen PAD

Peraturan daerah tentang pokok-

pokok pengelolaan keuangan daerah

mengakomodasi semua peraturan

perundang-undangan di atasnya (UU

dan PP).

2.

Retribusi Daerah belum disesuaikan

dengan UU No. 28/2009, sehingga

perlu segera disesuaikan.

Tersedianya peraturan Walikota

tentang sistem dan prosedur

pengelolaan keuangan daerah yang

telah disesuaikan dengan peraturan

perundangundangan yang baru (UU,

PP, Permendagri).

3.

Petunjuk Pelaksanaan terhadap

peraturan-peraturan daerah hasil

revisi juga belum dibuat, sehingga

perlu segera dibuat agar

pelaksanaannya lebih lancar.

Tersedianya sistem dan mekanisme

pemungutan pajak dan retribusi

yang lebih efisien dan efektif

44

Belum ditetapkannya Rencana Detail Tata Ruang Wilayah (RDTRW)

Kota Salatiga pada periode 2017 – 2022 sebagai Peraturan Daerah menjadi

permasalahan dan tantangan penataan ruang di Kota Salatiga. Pemerintah kini

masih menggunakan Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

Keterangan:

RUTR : Rencana Umum Tata Ruang

RDTR : Rencana Detail Tata Ruang

RTR : Rencana Tata Ruang

RSTRWP : Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi

POLDA : Pola Dasar

Sejalan dengan perkembangan pembangunan infrastruktur di Provinsi

Jawa Tengah, Kota Salatiga juga perlu sejalan dalam menciptakan Tata

RUTR

• Penetapan Lokasi Pemanfaatan ruang

• Penjabaran POLDA Kota

• Mengacu pada RSTRWP

• Penyusunan program

• Izin lokasi pembangunanRDTR

• Alokasi peruntukan ruang

• Acuan pemberian ijin

• Fungsi kawasan

• Satuan permukimanRTR

• RTR-SP

• Rencana tapak

• Pengaturan pembangunan

• Penjabaran RDTR

45

Ruang yang baik bagi warganya. Hal ini juga mengingkat bahwa Salatiga

merupakan Kota Madya, sehingga lokasi Lingkungan Sarirejo sangat efektif

dalam membangun kegiatan produktif di bidang jasa kepariwisataan serta

menyediakan lapangan pekerjaan. Nilai strategis Sarirejo sebagai sumber

Pendapatan Asli Daerah Kota Salatiga membuat fungsi sosial ekonomi

menjadi isu yang cukup potensial. Bapak Sri Danudjo, sebagai Kepala Dinas

Pariwisata Kota Salatiga yang baru dibentuk Januari 2017, berdasarkan

wawancara pada tanggal 31 Juli 2017 di Kantor Dinas Pariwisata,

memberikan gambaran kegiatan yang telah dilakukan instansinya:

“Ada itu ada kok agenda pengawasan terhadap Sarirejo,

cuman sementara ini kita masih ngundang pengurusnya. Tapi

terus terang tugas kita yang disitu belum maksimal, hanya

kemarin kita kumpulkan, kalau sekarang ini kondisinya seperti

ini. Artinya saling menjaga jangan sampai, taruhlah karaoke

keluarga tapi disini jangan ada minuman keras. Ya harus

seperti itu kita.”

Sarirejo yang memiliki entitas spasial dalam sistem tata ruang kota,

bisnis, sosial budaya dan lingkungan, memerlukan pendekatan sistemik

dalam integrasi ekosistem kepariwisataan untuk menjamin kualitas

aktivitasnya. Bapak Sri Danudjo sebagai aktor yang berperan dalam tata

kelola destinasi pariwisata mempertimbangkan konsep destination

management organization dan destinastion governance, yaitu dengan

menyeimbangkan penerapan nilai etika, estetika dan ekonomi serta lokalitas

untuk menciptakan kualitas pariwisata, optimalisasi manfaat yang inklusif

bagi masyarakat serta lingkungan sekitar.

Partisipasi masyarakat madani diperlukan di seluruh tahapan

perencanaan kawasan Sarirejo dalam bentuk penyediaan data dan informasi,

pendapat dan aspirasi, serta keberatan dan bantahan terhadap konsep

pembangunan teritorial kota. Lingkungan Sarirejo diharapkan tidak hanya

sebagai pemusatan usaha karaoke namun juga sebagai potensi instrumen

penting dalam tujuan pembangunan pada tingkat Kota. Manajemen

pembangunan kawasan Sarirejo perlu disesuaikan sejalan dengan dinamisasi

46

serta perubahan pada tataran empiris maupun perkembangan pemikiran

dalam administrasi publik.

Gambar 13

Peta Struktur Tata Ruang Kota Salatiga

(Sumber: Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2012)

Keterangan:

= Pusat Pelayanan Kota

= Sub Pusat Pelayanan Kota

= Pusat Pelayanan Lingkungan

Tujuan penataan ruang Kota Salatiga adalah mewujudkan Kota

Salatiga sebagai pusat pendidikan dan olahraga di kawasan Kendal-Ungaran-

Semarang-Salatiga-Purwodadi (Kedungsapur) yang berkelanjutan didukung

sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan sesuai dengan

Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata

47

Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030. Peta struktur tata ruang Kota

Salatiga, Lingkungan Sarirejo masuk dalam sistem pusat layanan lingkungan

Sidorejo Lor. Konsep tata ruang kota disusun bersama pihak legislatif dan

eksekutif dengan mempertimbangkan aspirasi dari masyarakat. Ikha salah

satu pengelola cafe di Sarirejo memberikan informasi kepada peneliti

berdasarkan wawancara tanggal 19 Juli 2017 di kediamannya:

“Kalaupun ada transaksi meskipun praktiknya di luar tetap

dikenakan denda biasanya itu 500 ribu. Pernah cuma waktu

itu ada pacar LC, aku juga ga tau bermalam atau enggak,

cuma aku tau dia disitu tak kenain denda 500 ribu. Main situ

sampai pagi.”

Upaya yang dilakukan Ikha sebenarnya merupakan itikad baik dari

pihak pengusaha karaoke mematuhi peraturan yang telah disusun oleh

pemerintah. Usaha dalam merubah image Sarirejo tidak hanya dilakukan oleh

pihak eksekutif, namun paguyuban dan pengusaha telah berusaha

mengantisipasi Penyakit Masyarakat (Pekat) yang dapat ditimbulkan dari

aktivitas di Sarirejo. Belum ada kepastian tentang kawasan Sarirejo dalam

Perda membuat para stakeholder di masing-masing Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) menjadi belum jelas tugas dan kewenangannya terhadap

wilayah Sarirejo. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sri Danudjo, Kepala

Dinas Pariwisata Kota Salatiga pada tanggal 31 Juli 2017:

“Ya tata ruang itu. Jadi sebelum tata ruang tahun 2011 itu

emang kawasan campuran. Nggak ditetapkan kawasan nggak.

Ya dulu mungkin belum terlalu banyak, la saiki wis kawasan

hiburan itu. Kan saya belum detail tapi kelihatannya

pemukiman tidak campuran.”

Untuk mengakomodasi semua kepentingan di Kota, Bapak Sri

Danudjo Kepala Dinas Pariwisata Kota Salatiga berdasarkan wawancara pada

tanggal 31 Juli 2017 memberikan gambaran dan pendapatnya bahwa Sarirejo

dapat digunakan sebagai wilayah campuran (mixed use). Ketika digunakan

sebagai izin pemukiman tentu akan berbeda dengan kenyataan empiris di

lapangan.

48

“Tapi itu juga mengingkari kenyataan ta mas. Maksudnya

saya dulu juga pernah nyusun tata ruang yang evaluasi tahun

2003. Itu ya masih campuran. Bukan kawasan istilahnya. Dari

dulu kan pemukiman. Paling dulu solusi penyusunan itu kan

paling mudah kan campuran.”

Mixed use adalah salah satu konsep yang diterapkan dalam

pengembangan daerah satelit di pinggiran sebuah kota dengan pembangunan

melebar secara horizontal, dimana ketersediaan tanah yang ada masih cukup

besar. Akan tetapi dengan semakin berkurangnya lahan dan adanya kesadaran

untuk melakukan optimalisasi lahan, perlu dilakukan pengembangan kota

dengan konsep-konsep baru yang lebih efisien. Sementara untuk Tindak

Pidana Ringan (TiPiRing) Polsek Sidorejo, melalui Kapolsek AKP Jumaeri

yang telah bertugas sejak tahun 2015 memberikan gambaran bagaimana

instansi yang dipimpinnya turut serta dalam setiap kegiatan pengamanan.

Berdasarkan data yang diperolah dari wawancara tanggal 8 Agustus 2017

kepada peneliti, Kapolsek memberikan gambaran kasus yang sering terjadi di

Sarirejo.

“Pernah jadi untuk perkelahian pernah, jadi antar pengunjung

atau pelanggan dengan pelanggan yang lain, kita pernah

menangani juga disini. Masalah penganiayaan ya diproses ya

setelah ditangani kami dan Polres dua kali untuk proses

penganiayaan, karena ya kita lihat dulu, korban bagaimana.

Kalau tidak terlalu berat, keduanya saling menerima, ya kita

mungkin bisa menjembatani untuk didamaikan seperti itu.”

Evaluasi tentang keberadaan aktivitas di Sarirejo diperlukan agar

dapat meminimalkan angka kejadian kekerasan dan pelanggaran hukum.

Untuk itu Kasubid Tata Ruang Bappeda, Bapak Jadi Amali sangat antusias

memberikan permasalahan tentang tata ruang di Sarirejo kepada peneliti

berdasarkan wawancara pada tanggal 4 Agustus 2017:

“Konsultasi publik yang Kecamatan Sidorejo itu tanggal 11

April 2013, kemudian konsultasi publik tingkat Kota 17

Desember 2013 itu, yang kesepakatan kota tahun 2013 juga.

Kemudian kalau kita lihat sama-sama kalau njenengan lihat

pada peta (Lingkungan Sarirejo pada Peta Tata Ruang Kota

49

Salatiga). Jadi sebetulnya disinilah zona pemukiman

kepadatan sedang. Kemudian kalau disimak sebetulnya,

kenapa saya bilang ada celah yang membuat teman-teman

bimbang. Kadang teman-teman perizinan (Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal) itu ada

kebimbangan saat melakukan penafsiran apa yang kami lihat

disana. Sebenarnya kan gini: Kita mau mengklasifikasi apa?

Kawasan Peruntukan Perumahan ya? Nah ini (Rencana

Detail Tata Ruang Kota Salatiga 2011 - 2016) sebetulnya

Kawasan Peruntukan Perumahan diperbolehkan untuk

kegiatan tempat tinggal, kegiatan perdagangan dan jasa

diperbolehkan di Kawasan Peruntukan Perumahan dengan

syarat memenuhi. Nah yang kebingungan teman-teman

Pengendalian (Seksi Pengendalian Perumahan, Ruang dan

Bangunan, Bidang Perumahan, Dinas Cipta Karya dan Tata

Ruang) itu zona ini, karena itu di Rencana Detail (Draft

Rencana Detail Tata Ruang Kota Salatiga 2012 - 2019) saya

kemudian jelaskan maksudnya sudah tidak ada lagi penafsiran

yang lain-lain.”

Permasalahan yang terjadi bahwa masing - masing Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) harus bekerja sesuai Undang – Undang Raperda.

Ditemukan bahwa dalam Raperda 2011 – 2016 Lingkungan Sarirejo terdapat

sisi kelemahan dan celah tentang kegunaan dan aktivitas di dalamnya.

Bappeda sendiri sebagai salah satu Dinas yang berperan intensif bersama

dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat II Kota Salatiga

juga harus mengakomodasi berbagai masukan dan kepentingan yang ada di

Sarirejo.

Bapak Slamet Santoso sebagai tokoh masyarakat Sarirejo sekaligus

Ketua Rukun Warga (RW) 009, memiliki peran penting dalam

mengakomodasi kewajiban pembayaran retribusi pajak usaha di keseluruhan

Lingkungan Sarirejo. Pajak yang dibayarakan kepada Pemerintah merupakan

salah satu upaya kontribusi Sarirejo dalam pembangunan daerah.

“Jadi biaya pajak itu kalau yang resmi ke Pemerintah itu kira

– kira tiap dari DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah) itu kita setiap bulan kena. Ya kita

rata – rata setiap bulan itu 50 ribu sampai 100 ribu rupiah,

satu cafe itu mas rata - rata. Itu resmi. Terus selain itu izin

50

keramaian, itu juga dari Kepolisian itu kita setiap bulan, itu

sesuai jumlah room per room nya sekitar 30 ribu.”

Jika dihitungkan pada 50 unit usaha di Sarirejo maka rata – rata

paguyuban dapat membayarkan Rp 2.500.000 hingga Rp 5.000.000 rupiah

pajak resmi ke Pemerintah melalui DPPKAD. Pajak keamanan jika

diperkirakan satu unit usaha memiliki 3 hingga 5 room maka pajak keamanan

yang dibayarkan Rp 4.500.000 hingga Rp 7.500.000. Selain biaya tersebut

masih ada pajak minuman, bangunan, izin gangguan dan lain sebagainya.

5.4. Peran Aktor dalam Perspektif Teori Bourdieu

Peran para aktor jika dilihat dari berbagai latar belakang tentu akan

memiliki pandangan subjektif pada persoalan di Sarirejo. Dasar dari praktik

para aktor yang dianalisis pada penelitian ini adalah berdasar teori sosiologi

kulutral Bourdieu. Dari keenam aktor masing-masing memiliki habitus

(pengalaman sejarah yang terulang-ulang) dan menetap dalam pemikiran.

Hubungan antara aktor dan struktur dalam pandangan teori Bourdieu menjadi

dasar empirik dalam analisis induktif penelitian ini.

Masih abu-abu nya kebijakan tentang Kawasan Sarirejo tentu

membuat persepsi masyarakat dan investor menjadi mengambang. Bola liar

permasalahan yang ditimbulkan Sarirejo akan terus ada hingga ditetapkannya

Perda tentang RDTRW baru tahun 2017. Ketika terjadi masalah salah satu

instansi akan dianggap melakukan pembiaran. Ketika ada konsep lebih baik

tentang tata wilayah kota tentu ada pihak – pihak berkepentingan secara

ekonomi menentang. Hal ini sesuai dengan teori dari Bourdieu bahwa ranah

adalah arena pertarungan para aktor yang memiliki habitus berbeda – beda.

Kekuatan modal ekonomi, sosial, budaya dan simbolik menjadi penentu arah

kebijakan praksis. Dalam analisis teori peneliti dikorelasikan pada

persamaan:

𝑃𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖𝑠 = (𝐻𝑎𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠 × 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 ) + 𝑟𝑎𝑛𝑎ℎ

Praksis menyangkut kebijakan yang dituju, habitus adalah konsep dan

sudut pandang para aktor, modal adalah kepentingan masing – masing

51

kelompok serta ranah adalah arena Sarirejo sebagai kawasan hiburan di Kota

Salatiga.

Dalam teori modal yang pertama kali dikemukakan oleh Pierre

Bourdieu seperti yang dikutip oleh Halim (2014) dalam tulisannya yang

berjudul: Politik Lokal: Pola, Aktor dan Alur Dramatikalnya, disebutkan

bahwa modal berpengaruh erat dengan persoalan kekuasaan pada suatu

wilayah. Namun dalam proses penataan Sarirejo tidak ditemukan dominasi

aktor dalam perspektif kepentingannya masing – masing. Paguyuban

menantikan kepastian hukum, pihak SKPD masih berkoordinasi antar instansi

dan DPRD, pihak Satpol PP bekerja sesuai Perda, sedangkan pihak kepolisian

mengantisipasi serta menegakkan hukum di wilayahnya.

Konsep modal dalam kekuasaan juga berkaitan erat dengan pemikiran

lain Bourdieu tentang habitus dan ranah atau arena. Menurut Bourdieu seperti

dikutip oleh George Ritzer dan Douglas Goodman (2009) dalam bukunya

berjudul: Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan

Mutakhir Teori Sosial PostModern yang diterjemahkan oleh Kreasi Wacana

di Yogyakarta, bahwa manusia dalam habitusnya bertindak sesuai objektif

dan kewajarannya dalam struktur kelas sosial. Namun dalam penelitian ini

aktor – aktor berada dalam struktur kelas sosial yang sama, yaitu saling

menghargai dan mendengarkan sesuai kepentingannya masing – masing.

Pihak eksekutif tidak dapat serta merta mengambil kebijakan dalam penataan

Sarirejo tanpa persetujuan legislatif, sementara legislatif tetap menghimpun

aspirasi masyarakat.

Sarirejo sebagai ranah (arena) didefinisikan oleh Bourdieu sebagai

jaringan relasi antar posisi aktor di dalamnya. Relasi dalam ranah Sarirejo

bukan interaksi atau ikatan inter subjektif antar individu namun kedudukan

aktor dalam arena disesuaikan pada agen institusi yang menaunginya. Bapak

Jadi Amali berperan dalam mengkoordinasi, merencanakan dan menganalisis

perekonomian daerah, perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan

sektor produksi, pendidikan, kesehatan, promosi dan kesejahteraan

masyarakat Kota Salatiga. Bapak Sri Danudjo berperan dalam kebijakan di

52

bidang bidang kebudayaan dan pariwisata. Ikha berperan dalam

kepentingannya sebagai pelaku usaha. Bapak Jumaeri berperan dalam

mengantisipasi penyakit masyarakat (pekat) dan peredaran minuman keras.

Bapak Slamet Santoso memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan

masyarakat Sarirejo dan Bapak Sutarto berperan dalam dalam menegakkan

peraturan daerah.

5.5. Refleksi Hasil Penelitian

Refleksi hasil penelitian merupakan sintesis dari analisis tujuan

penelitian yang telah dipaparkan peneliti pada bab ini. Peneliti menganalisis

peran dari enam aktor dalam penataan kawasan karaoke di Sarirejo. Pada

analisis data ditemukan bahwa aktor yang paling dominan dalam proyek

strategis pengembangan Sarirejo adalah pihak Pemerintah Kota melalui

BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). BAPPEDA telah

mencoba mengakomodasi seluruh kepentingan yang terlibat dalam kegiatan

usaha di Sarirejo. Asumsi yang dibangun peneliti tentang Kawasan Wisata

Sarirejo ternyata belum sesuai dengan data empiris.

Kawasan yang dimaksud tidak terdaftar secara administratif yang

memiliki kekuatan hukum di Dinas Pariwisata Kota Salatiga. Sehingga

konsep istilah wisata pun juga tidak dapat digunakan dalam area di Kota

Salatiga meskipun secara fungsional dapat dilihat aktivitas kegiatan Karaoke

di Sarirejo. Izin yang didapatkan Sarirejo adalah zona pemukiman dengan

izin gangguan usaha Ho, sehingga kendali akan dampak gangguan sangat

diantisipasi oleh pihak Satpol PP dan Kepolisian. Kepastian hukum

diharapkan semua pihak adalah Perda (Peraturan Daerah) hasil kesepakatan

eksekutif dan legislatif yang mengakomodasi kepentingan masayarakat

Salatiga. Dalam konsep Perda disusun RDTRW yaitu Rencana Detail Tata

Ruang yang merupakan bagian penting dari zonasi wilayah di Kota Salatiga.

Penelitian ini secara detail telah menjawab penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Suleman (2014) tentang Persepsi Masyarakat tentang

Keberadaan Hiburan Karaoke (Suatu Penelitian tentang Fenomena Karakoe

di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwatao). Pada penelitian ini keberadaan

53

kawasan karaoke dianalisis berdasarkan proyek strategis penataan Tata

Ruang Wilayah Kota berdasarkan sudut pandang dan kepentingan seluruh

aktor yang terlibat di dalamnya.