28
BAB V
PERAN AKTOR DALAM PEMANFAATAN RUANG
SARIREJO KOTA SALATIGA
Pada bab ini peneliti memaparkan analisis data berdasarkan konsep pada
bab sebelumnya. Dari analisis ini dimunculkan temuan penelitian yang disajikan
dalam bentuk pola, tema, kecenderungan dan motif yang muncul dari data. Di
samping dapat juga berupa penyajian kategori, sistem, klasifikasi maupun tipologi
yang tentunya mengacu pada fokus penelitian. Pada tahap ini data yang diperoleh
dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen
dan data lain yang mendukung dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis secara
induktif.
5.1. Kawasan Sarirejo sebagai Konsep Tata Ruang Baru di Kota Salatiga
Dalam UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan:
Pengertian Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang
dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. Wacana pembentukan
Sarirejo sebagai kawasan wisata karaoke didasarkan pada gambaran bahwa
Sarirejo adalah eks kawasan lokalisasi serta hingga kini perbaikan citra terus
diupayakan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan pihak warga agar
persepsi dan kegiatan negatif di Sarirejo dapat diminimalkan.
Peneliti menggambarkan secara induktif jaringan semantik (mind
mapping) alur konsep kinerja peran aktor dalam penataan Lingkungan
Sarirejo (Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsinya) seperti pada gambar
berikut:
29
BPPTPM SarirejoMenerbitkan Izin Ho
BAPPEDA
Membuat Paguyuban
RTRW
2011 - 2016Zona Pemukiman
Zona CampuranDinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Menghambat kebijakan
RDTRW
2017 - 2022 DPRD
Mayoritas menghendaki Legal
Tidak Menerbitkan Izin Usaha
Zona Rohani
Keagamaan
(Kel. Bugel)
Zona
Pendidikan
(Kel. Salatiga)
Gesekan Zona
Menginginkan perbaikan Image
Oknum
Menentang perbaikanMendukung Perbaikan
SKPD
(Level Kota)
Isu Diangkat
Sarirejo mendapatkan
kepastian hukum dengan
aturan ketat
Bagan 2
Jaringan Semantik (Mind Mapping) Permasalahan Sarirejo dalam Rencana Peraturan Daerah
30
Dalam zonasi wilayah, Lingkungan Sarirejo berada pada perbatasan
zona konsentrasi rohani keagamaan (Kelurahan Bugel) dan zona pendidikan
(Kelurahan Salatiga). Hal tersebut yang dikhawatirkan dapat menjadi gesekan
kepentingan suatu saat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka RTRW
(Rencana Tata Ruang Wilayah) tahun 2010 – 2030, wilayah Sarirejo
dimasukan dalam zona pemukiman. Dalam Perda (Peraturan Daerah) Kota
Salatiga pada periode tersebut juga dicantumkan bahwa zona pemukiman
dapat digunakan sekaligus sebagai kegiatan jasa dan perdagangan, namun hal
ini tidak selaras dengan kajian dari BPPTPM (Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu dan Penanaman Modal), sehingga BPPTPM hanya menerbitkan izin
Ho (Hinderordonnantie) yaitu surat keterangan yang menyatakan tidak
adanya keberatan dan gangguan atas lokasi usaha yang dijalankan oleh suatu
kegiatan usaha di suatu tempat. Sehingga status Sarirejo kini dapat dikatakan
sebagai zona Campuran yang oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, status
tersebut menyulitkan dalam Penataan Ruang dan kebijakan operasional di
lapangan.
Terdapat tiga pihak yang saat ini berperan penting dalam menentukan
keputusan RDTRW 2017 – 2022, termasuk rencana Kawasan Wisata Karaoke
Sarirejo. BAPPEDA dan BPPTM mendukung perbaikan secara menyeluruh
Kawasan Sarirejo. Mayoritas anggota Dewan DPRD Kota Salatiga
menghendaki kawasan Sarirejo dilegalkan sesuai aspirasi masyarakat Sarirejo
dan beberapa oknum yang tidak ingin ada perbaikan di Sarirejo dikarenakan
akan menambah daftar pekerjaan dan pro kontra di kalangan masyarakat. Saat
ini status Sarirejo (meskipun BAPPEDA belum dapat memberikan RDTRW
sementara kepada peneliti karena belum di sah kan) masih seperti keputusan
pada Desember 2013 yaitu tetap berjalan, kepastian hukum yang didapat yaitu
kawasan campuran dengan aturan ketat yang diawasi oleh Satpol PP dan
Kepolisian.
Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga terpapar dalam
Rapat Konsultasi Publik (RKP) pembahasan RDTRW tentang Sarirejo
dijelaskan seperti kronologi pada Bagan 3 berikut:
31
RAPERDA
Paguyuban SarirejoPerwakilan Wilayah Lain
Aspirasi
Tidak ada tanggapan Menanti kepastian hukum
Berita Acara
RKP
SKPD
BAPPEDA DISPAR BPPTM DPU
Hasil
Stakeholder sepakat
perbaikan Sarirejo
Oknum individu
menentang perbaikan
Aspirasi
Paguyuban Sarirejo DPRD Tokoh – Tokoh Agama
Konsep
RDTRW
2017 - 2022
Pembahasan Politik
Pemerintah Kota
bersama DPRD
Bagan 3
Kronologi Proses Pembahasan Konsep Baru Sarirejo
32
Secara umum konsep Konsultasi Publik adalah mempertemukan sudut
pandang relasi lembaga eksekutif dan legislatif dengan masyarakat. Konsultasi
publik sebagai cara, mekanisme, dan proses melibatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan baik oleh eksekutif maupun
legislatif. Pemerintah Kota telah menggelar RKP pada level Kecamatan dan RKP
tahap 2 pada Level Kota. Pada RKP level Kecamatan tidak ditemukan keberatan
dari masyarakat wilayah lain di sekitar Sarirejo dengan adanya kegiatan karaoke.
Hal yang berbeda ditemukan pada pembahasan internal SKPD bahwa Perda
RTRW tentang Sarirejo tidak sejalan dengan kebijakan masing - masing dinas
yaitu: BAPPEDA, BPDPTM, DPU dan DISPAR. Berdasarkan hal tersebut keempat
dinas sepakat tentang perbaikan kebijakan hukum tentang Sarirejo. Dalam Rencana
Pola Ruang Wilayah (Kawasan Budidaya) pasal 46 ayat (1) Sarirejo termasuk
dalam kawasan peruntukan perumahan dengan kepadatan sedang. Hasil dari
pembahasan internal kemudian dipaparkan pada RKP tahap 2 pada level Kota
dengan melibatkan kembali Paguyuban Sarirejo, anggota DPRD dan tokoh Agama.
Ketika pengambilan data dan analisis penelitian ini, pembahasan kebijakan politik
tentang Perda 2017 – 2022 masih berlangsung.
Konsep tentang Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo masih dapat
dimungkinkan sebelum terbit Peraturan Daerah Baru. Dari observasi peneliti
minimnya masukan dan pendapat dari masyarakat menjadi kesulitan tersendiri bagi
dinas terkait serta DPRD dalam menentukan kebijakan tentang konsep baru
Sarirejo. Peran serta dan dukungan masyarakat sangat dibutuhkan dalam
membangun Sarirejo baru yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak
baik masyarakat sekitar dan pemilik usaha. Dengan berbagai kekurangan yang
dimiliki, Sarirejo tetaplah salah satu sumber penyumbang PAD penting bagi Kota
Salatiga.
Berdasarkan hasil dari jaringan permasalahan Sarirejo hingga upaya yang
telah dilakukan oleh semua aktor, peneliti merangkum dari berbagai sumber
bagaimana gambaran konsep baru Sarirejo berdasarkan aturan main yang
memungkinkan serta dapat diterima semua pihak seperti dijelaskan pada Bagan 4
berikut:
33
Rencana Konsep Tata Ruang Baru Sarirejo
Rencana Detail Tata Ruang
Wilayah
(RDTRW)
Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan
(RTBL)Perizinan
Penataan Lingkungan
dan Bangunan
Pengendalian dampak lingkungan sekitar dari aktivitas karaoke
Penguatan sosial budaya
Etika Lady Companion
Penertiban / evaluasi izin usaha karaoke di seluruh wilayah Salatiga
Bagan 4
Misi Tata Ruang Baru Sarirejo dalam Jangka Pendek - Menengah
Permasalahan utama Konsep Kawasan Wisata Sarirejo terletak pada
RDTRW sebagai sumber hukum dan RTBL sebagai pendukung zona
kawasan wisata. Dalam konsep tata ruang baru, sangat sulit merealisasikan
Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo dalam jangka waktu dekat hingga
menengah. Jangka waktu dekat yang dimaksud adalah pembahasan RDTRW
2017 – 2022 yang kemungkinan akan selesai pada periode November 2017.
Perkiraan RDTRW akan menjadi Raperda Baru pada Februari 2018 dan akan
diundangkan melalui Sekretariat Daerah serta telah dipertanggungjawabkan
secara langsung oleh Walikota Salatiga. Jika konsep yang diajukan oleh
SKPD tentang penataan baru Sarirejo dalam RDTRW 2017 – 2022 terealisasi
maka kemungkinan Sarirejo dapat dibahas lebih lanjut dalam proyek
Kawasan Wisata pada RDTRW 2022 – 2027.
34
5.2. Profil Aktor
Permasalahan praktik penataan ruang di Kawasan Lingkungan
Sarirejo merupakan sebuah kontestasi keterlibatan berbagai aktor diantaranya
pemerintah, masyarakat, dan kekuatan modal kapitalis (pemilik usaha).
Belum terbitnya Peraturan Daerah (Perda) yang mengikat secara hukum
tentang status Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo menimbulkan penguatan
dan keberpihakan masing-masing aktor menjadi semu. Pada Strategi dan
Arah Kebijakan Pembangunan Daerah RPJMD tahun 2011 – 2016 secara
internal belum terwujudnya Kota Salatiga sebagai transit Pariwisata. Salah
satu alternatif strategi yang harus dapat dipenuhi oleh kawasan wisata adalah
peningkatan sarana prasarana pariwisata itu sendiri. Pada penelitian ini
digunakan triangulasi enam aktor utama yang masing-masing mewakili
kepentingan instansi, gugus tugas dan kepentingan komersial.
1. Kepala Sub Bidang Tata Ruang, Bidang Sarana Prasarana dan Tata
Ruang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Salatiga
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), adalah
lembaga teknis daerah Kota Salatiga dibidang penelitian dan perencanaan
pembangunan daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Walikota Salatiga. Bappeda Kota Salatiga beralamat di
Jl. Letnan Jenderal Sukowati No.51, Kalicacing, Sidomukti, Kota Salatiga.
35
Gambar 8
Kantor BAPPEDA Kota Salatiga
Bapak Jadi Amali, S.Kom, M.Si, M.Kom adalah Kepala Sub
Bidang Tata Ruang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Salatiga
yang mempunyai tugas memimpin, merencanakan, mengatur dan
mengendalikan kegiatan penyelenggaraan Bidang Ekonomi, Sosial dan
Budaya yang meliputi pengkoordinasian perencanaan dan analisis
perekonomian daerah, perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan
sektor produksi, pendidikan, kesehatan, promosi dan kesejahteraan
masyarakat Kota Salatiga.
Bapak Jadi Amali lahir pada tahun 1978 (berusia 39 tahun per
2017) dan telah mengabdi di birokrasi pemerintahan dari tahun 2003
(selama 14 tahun). Aktor Bapak Jadi Amali yang mewakili Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Salatiga (Bappeda) memiliki peran
penting dalam pengembangan wilayah dan perumusan kebijakan yang
berhubungan dengan Kawasan Sarirejo.
36
2. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) adalah lembaga
teknis daerah di Kota Salatiga dibidang kebudayaan dan kepariwisataan
yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota
Salatiga. Disbudpar Salatiga beralamat di Jl. Magersari No. 166,
Tegalrejo, Argomulyo, Kota Salatiga.
Gambar 9
Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga
Bapak Sri Danudjo SE, adalah Kepala Dinas Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Salatiga yang menjabat sejak 4 Januari 2017 yang
mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang kebudayaan dan
pariwisata, dan tugas pembantuan.
Bapak Sri Danudjo lahir pada tahun 1959 (berusia 58 tahun per
2017) dan telah mengabdi di birokrasi pemerintahan dari tahun 1979
(selama 38 tahun). Sebelum menjabat sebagai Kepala Dinas Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Bapak Sri Danudjo telah
beberapa kali memimpin instansi di Kota Salatiga diantaranya: Kepala
Dinas Penanaman Modal, Staf Ahli Walikota Bidang Kemasyarakatan dan
Sumber Daya Manusia hingga Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan,
37
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disperindagkop dan
UMKM). Pengalaman dan ide-ide Bapak Sri Danudjo tentang
Pembangunan Kota Salatiga sangat berperan dalam kebijakan Kawasan
Sarirejo Kota Salatiga.
3. Pemilik Cafe dan Karaoke Sarirejo
Terdapat 50 tempat usaha karaoke yang memiliki izin Cafe di
Lingkungan Sarirejo, Kelurahan Sidorejo Lor, Kota Salatiga. Hampir
seluruh tempat hiburan karaoke di Kawasan Sarirejo telah mendapatkan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemerintah Kota Salatiga.
Pemerintah Kota Salatiga melalui Keputusan Walikota Salatiga yang
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Salatiga juga
telah mengeluarkan Izin Gangguan Kepada para pemilik usaha Karaoke di
Sarirejo.
Ikha salah satu pengelola Cafe Mini 2, sedangkan kepemilikan
Cafe atas nama Ibunya. Ibu Ikha bercerai dengan ayahnya, Ayah Ikha juga
salah satu pemilik Cafe di Sarirejo dengan nama Dani dan sekaligus
menjabat sebagai ketua paguyuban di Sarirejo. Kakek Ikha salah satu yang
pertama kali membuat tempat karaoke di Sarirejo namanya Mbah Junaidi
Cafe yang dibuat pertama kali namanya adalah Cafe Mini 2 berawal dari
coba-coba setelah pemerintah secara resmi menutup lokalisasi di Sarirejo.
Hingga kini antusiasme pengunjung karaoke juga masih tergolong tinggi.
Ikha tidak bisa memberikan semua informasi kepada peneliti,
dikarenakan privasi dan kenyamanannya sebagai pemilik usaha hiburan.
Ikha adalah pemilik sekaligus pengelola salah satu tempat karaoke di
Kawasan Sarirejo. Ikha mengelola karaoke yang memiliki lima ruang
(room) dari jenis Very Important Person (VIP) dan tipe small. Selain
karaoke Ikha juga menyediakan pemandu lagu sebanyak enam wanita.
Kehadiran LC ini juga menambah opini masyarakat yang negatif tentang
usaha ini. Tidak sedikit yang beranggapan seorang LC juga merupakan
seorang PSK (Pekerja Seks Komersil). Aktor Ikha memiliki peran penting
38
dalam upaya membangun kebijakan kerjasama yang dilibatkan oleh
seluruh usaha serupa di Kawasan Sarirejo Salatiga.
4. Kepala Kepolisian Sektor Sidorejo, Kepolisian Resor Kota Salatiga
Kepolisian Sektor Sidorejo adalah struktur komando Kepolisian
Republik Indonesia di tingkat Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Polsek
Sidorejo berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Kepolisian Resor Salatiga. Polsek Sidorejo beralamat di Jalan Ki Penjawi
No. 19, Sidorejo, Sidorejo Lor, Salatiga, Kota Salatiga.
Gambar 10
Kantor Kepolisian Sektor Sidorejo, Polres Salatiga
Ajun Komisaris Polisi (AKP) Jumaeri adalah Kepala Kantor
Kepolisian Sektor Sidorejo berusia 50 tahun yang bertanggung jawab atas
keamanan dan ketertiban masyarakat di enam kelurahan (Blotongan,
Bugel, Kauman Kidul, Pulutan, Salatiga dan Sidorejo Lor) termasuk
Kawasan Karaoke di Lingkungan Sarirejo, Kelurahan Sidorejo Lor yang
hanya berjarak kurang dari 1 Km dari Kantor Polisi. Aktor Kapolsek
39
Sidorejo, Bapak AKP Jumaeri berperan penting dalam mengantisipasi
penyakit masyarakat (pekat) dan peredaran minuman keras di Kawasan
Karaoke Sarirejo.
5. Ketua Rukun Warga (RW) 009 Lingkungan Sarirejo
Rukun Warga (RW) 009 adalah pembagian wilayah di Lingkungan
Sarirejo, di bawah Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota
Salatiga. RW 009 Sarirejo adalah Lembaga Masyarakat yang dibentuk
melalui musyawarah pengurus RT (Rukun Tetangga) di wilayah kerjanya
dalam rangka pelayanan pemerintah dan masyarakat yang diakui dan
dibina oleh Pemerintah Kota Salatiga yang ditetapkan oleh Lurah Sidorejo
Lor.
Bapak Slamet Santoso adalah salah satu tokoh masyarakat di
Lingkungan Sarirejo, sekaligus menjabat sebagai ketua RW 009. Bapak
Slamet Santoso berusia 56 tahun dan bekerja di Balai Penelitian Karet
Getas PTPN IX (Persero), beliau juga memiliki salah satu tempat usaha
hiburan karaoke di Sarirejo. Tugas aktor sebagai ketua RW di Lingkungan
Sarirejo sangat penting dalam mendata kegiatan usaha karaoke. RW 009
Sarirejo merupakan Lembaga Masyarakat yang diakui dan dibina oleh
Pemerintah Kota Salatiga untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai
kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan
kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran tugas
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kelurahan Sidorejo
Lor.
40
6. Kepala Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan, Bidang
Penegakan Perundang-Undangan Daerah, Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Kota Salatiga
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Salatiga, adalah
perangkat Pemerintah Kota Salatiga dalam memelihara ketentraman dan
ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah Kota Salatiga yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota
Salatiga, beralamat di Jl. Letjend. Sukowati No. 51, Kalicacing,
Sidomukti, Kota Salatiga. Bapak Sutarto adalah Kepala Seksi Pembinaan,
Pengawasan dan Penyuluhan, Bidang Penegakan Perundang-Undangan
Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Salatiga. Kepala
Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan mempunyai tugas
menyiapkan bahan, data untuk menyusun pedoman dan petujuk kegiatan,
pembinaan, pengawasan dan penyuluhan terhadap penegakan Peraturan
Daerah.
Gambar 11
Salah satu Giat Sidak Satpol PP Salatiga di Lingkungan Sarirejo
41
Aktor Bapak Sutarto sangat penting dalam peran ketika proses
penyusunan Peraturan perundang-undangan serta pembinaan dan
penyebarluasan produk hukum di Kota Salatiga. Dasar hukum kegiatan
operasional Satpol PP adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun
2010. Satpol PP adalah lembaga non yustisial dan memiliki tugas utama
dalam menegakkan peraturan daerah.
5.3. Peran Aktor dalam Penataan Kawasan Karaoke Sarirejo
Kawasan Karaoke Sarirejo lebih dikenal masyarakat dengan nama
Sembir. Para aktor memiliki peran bahwa wisata Karaoke Sarirejo lebih
intens beroperasi pada malam hari. Sebutan hiburan malam dan rumah
karaoke kini menjadi tantangan tersendiri oleh para aktor dalam membangun
image dan persepsi publik. Adanya puluhan gadis-gadis muda yang siap
menemani tamu dalam aktivitas karaoke juga menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam kegiatan pembangunan Rencana Tata Ruang di Kota
Salatiga. Faktor lainnya adalah peredaran minuman keras yang dapat menjadi
gangguan ketertiban masyarakat:
Gambar 12
Hasil Operasi Cipta Kondisi Polsek Sidorejo di Kawasan Sarirejo Kota
Salatiga
Penataan ulang konsep karaoke di Sarirejo perlu dievaluasi mengingat
masih adanya minuman keras yang beredar. Masih terdapat minuman
beralkohol seperti Mansion House jenis Vodka dan Whiskey. Dijual pula
minuman lokal seperti CongYang (CY) yang merupakan minuman khas
42
Semarang. CongYang merupakan hasil fermentasi beras dan gula pasir, sprite
dan perasan kopi moka. Cong Yang tergolong dalam alkohol tipe B. Meski
termasuk minuman keras, namun pada tahun 2010, CongYang dilegalkan
sebagai produk komoditi. Ada pula minuman Anggur Merah atau yang biasa
disebut dengan AM atau AMER.
Peneliti mencoba mengkanalisasi bagaimana tugas dan peran aktor
sesuai lembaga yang dipimpinnya. Produk – produk hukum daerah
merupakan peran dari Satpol PP, antisipasi pelanggaran hukum merupakan
tugas dari Kepolisian, tanggung jawab sosialisasi di ranah bawah merupakan
tanggung jawab tokoh masyarkat serta konsep wisata merupakan bagian dari
Dinas Pariwisata dan Bappeda. Hal ini seperti dikemukakan oleh Bapak Tarto
selaku Kepala Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan, Bidang
Penegakan Perundang-Undangan Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP) Kota Salatiga:
“Kalau wisata itu nanti kewenangannya ada di Dinas Bagian
Tata Ruang Bappeda dan Dinas Pariwisata mas yang punya
kewenangan. Kami hanya menegakan, penegakan –
penegakan aturan yang ada di Kota Salatiga. Jadi kami tugas
Satpol PP hanya bidang penegakkan apa yang menjadi produk
– produk hukum yang ada di daerah.”
Berdasarkan pada teori Boudieu, masing – masing aktor pada
perannya memiliki modal kekuasaan pemerintahan yang tidak bersifat
sederhana namun sistematik sesuai dengan peran, tugas pokok dan fungsinya
masing – masing. Sehingga peran yang dilakukan aktor seperti Bapak Tarto
(Satpol PP), AKP Jumaeri (Kepolisian), Sri Danudjo SE (Dinas Pariwisata),
Slamet Santoso (RW), Ikha (Pemilik usaha) dan Jadi Amali (Bappeda) bukan
merupakan peran secara personal lagi namun peran sesuai jabatannya.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan
ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Permasalahan yang terjadi adalah
43
izin pemanfaatan ruang yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.
Analisis tentang Kawasan Wisata Karaoke tidak dapat dilepaskan dari
konsep perencanaan Tata Ruang Kota Salatiga sebagai bagian dari bentuk
rumusan kebijakan publik yang berkaitan dengan pengelolaan ruang kota.
Langkah yang diambil oleh para aktor pelaku kebijakan dalam proses
perumusan kebijakan publik akan sangat ditentukan oleh perspektif yang
digunakan. Prinsip penataan Kawasan Sarirejo yang terkait dengan aktor yang
terlibat dalam perencanaan kota kemudian dapat diketahui apakah Kawasan
Sarirejo merupakan suatu prioritas pembangunan daerah di Kota Salatiga.
Belum terbitnya peraturan yang jelas mengenai status pembangunan
Kawasan Wisata di Sarirejo dalam Rencana Detail Tata Ruang Wilayah
menjadi permasalahan dan juga dapat pula menjadi sebuah opsi dalam
kebijakan peningkatan pendapatan daerah di sektor pariwisata.
Tabel 5.1
Analisis Opsi Kebijakan Keuangan Daerah Kota Salatiga dari Sumber
Pendapatan Daerah
No. Kondisi Target Kinerja
1.
Peraturan Daerah tentang pokok-
pokok pengelolaan keuangan daerah
belum mengakomodasi beberapa
peraturan perundang-undangan yang
baru, khususnya untuk
mengakomodasi komponen PAD
Peraturan daerah tentang pokok-
pokok pengelolaan keuangan daerah
mengakomodasi semua peraturan
perundang-undangan di atasnya (UU
dan PP).
2.
Retribusi Daerah belum disesuaikan
dengan UU No. 28/2009, sehingga
perlu segera disesuaikan.
Tersedianya peraturan Walikota
tentang sistem dan prosedur
pengelolaan keuangan daerah yang
telah disesuaikan dengan peraturan
perundangundangan yang baru (UU,
PP, Permendagri).
3.
Petunjuk Pelaksanaan terhadap
peraturan-peraturan daerah hasil
revisi juga belum dibuat, sehingga
perlu segera dibuat agar
pelaksanaannya lebih lancar.
Tersedianya sistem dan mekanisme
pemungutan pajak dan retribusi
yang lebih efisien dan efektif
44
Belum ditetapkannya Rencana Detail Tata Ruang Wilayah (RDTRW)
Kota Salatiga pada periode 2017 – 2022 sebagai Peraturan Daerah menjadi
permasalahan dan tantangan penataan ruang di Kota Salatiga. Pemerintah kini
masih menggunakan Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.
Keterangan:
RUTR : Rencana Umum Tata Ruang
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
RTR : Rencana Tata Ruang
RSTRWP : Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi
POLDA : Pola Dasar
Sejalan dengan perkembangan pembangunan infrastruktur di Provinsi
Jawa Tengah, Kota Salatiga juga perlu sejalan dalam menciptakan Tata
RUTR
• Penetapan Lokasi Pemanfaatan ruang
• Penjabaran POLDA Kota
• Mengacu pada RSTRWP
• Penyusunan program
• Izin lokasi pembangunanRDTR
• Alokasi peruntukan ruang
• Acuan pemberian ijin
• Fungsi kawasan
• Satuan permukimanRTR
• RTR-SP
• Rencana tapak
• Pengaturan pembangunan
• Penjabaran RDTR
45
Ruang yang baik bagi warganya. Hal ini juga mengingkat bahwa Salatiga
merupakan Kota Madya, sehingga lokasi Lingkungan Sarirejo sangat efektif
dalam membangun kegiatan produktif di bidang jasa kepariwisataan serta
menyediakan lapangan pekerjaan. Nilai strategis Sarirejo sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah Kota Salatiga membuat fungsi sosial ekonomi
menjadi isu yang cukup potensial. Bapak Sri Danudjo, sebagai Kepala Dinas
Pariwisata Kota Salatiga yang baru dibentuk Januari 2017, berdasarkan
wawancara pada tanggal 31 Juli 2017 di Kantor Dinas Pariwisata,
memberikan gambaran kegiatan yang telah dilakukan instansinya:
“Ada itu ada kok agenda pengawasan terhadap Sarirejo,
cuman sementara ini kita masih ngundang pengurusnya. Tapi
terus terang tugas kita yang disitu belum maksimal, hanya
kemarin kita kumpulkan, kalau sekarang ini kondisinya seperti
ini. Artinya saling menjaga jangan sampai, taruhlah karaoke
keluarga tapi disini jangan ada minuman keras. Ya harus
seperti itu kita.”
Sarirejo yang memiliki entitas spasial dalam sistem tata ruang kota,
bisnis, sosial budaya dan lingkungan, memerlukan pendekatan sistemik
dalam integrasi ekosistem kepariwisataan untuk menjamin kualitas
aktivitasnya. Bapak Sri Danudjo sebagai aktor yang berperan dalam tata
kelola destinasi pariwisata mempertimbangkan konsep destination
management organization dan destinastion governance, yaitu dengan
menyeimbangkan penerapan nilai etika, estetika dan ekonomi serta lokalitas
untuk menciptakan kualitas pariwisata, optimalisasi manfaat yang inklusif
bagi masyarakat serta lingkungan sekitar.
Partisipasi masyarakat madani diperlukan di seluruh tahapan
perencanaan kawasan Sarirejo dalam bentuk penyediaan data dan informasi,
pendapat dan aspirasi, serta keberatan dan bantahan terhadap konsep
pembangunan teritorial kota. Lingkungan Sarirejo diharapkan tidak hanya
sebagai pemusatan usaha karaoke namun juga sebagai potensi instrumen
penting dalam tujuan pembangunan pada tingkat Kota. Manajemen
pembangunan kawasan Sarirejo perlu disesuaikan sejalan dengan dinamisasi
46
serta perubahan pada tataran empiris maupun perkembangan pemikiran
dalam administrasi publik.
Gambar 13
Peta Struktur Tata Ruang Kota Salatiga
(Sumber: Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2012)
Keterangan:
= Pusat Pelayanan Kota
= Sub Pusat Pelayanan Kota
= Pusat Pelayanan Lingkungan
Tujuan penataan ruang Kota Salatiga adalah mewujudkan Kota
Salatiga sebagai pusat pendidikan dan olahraga di kawasan Kendal-Ungaran-
Semarang-Salatiga-Purwodadi (Kedungsapur) yang berkelanjutan didukung
sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan sesuai dengan
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata
47
Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030. Peta struktur tata ruang Kota
Salatiga, Lingkungan Sarirejo masuk dalam sistem pusat layanan lingkungan
Sidorejo Lor. Konsep tata ruang kota disusun bersama pihak legislatif dan
eksekutif dengan mempertimbangkan aspirasi dari masyarakat. Ikha salah
satu pengelola cafe di Sarirejo memberikan informasi kepada peneliti
berdasarkan wawancara tanggal 19 Juli 2017 di kediamannya:
“Kalaupun ada transaksi meskipun praktiknya di luar tetap
dikenakan denda biasanya itu 500 ribu. Pernah cuma waktu
itu ada pacar LC, aku juga ga tau bermalam atau enggak,
cuma aku tau dia disitu tak kenain denda 500 ribu. Main situ
sampai pagi.”
Upaya yang dilakukan Ikha sebenarnya merupakan itikad baik dari
pihak pengusaha karaoke mematuhi peraturan yang telah disusun oleh
pemerintah. Usaha dalam merubah image Sarirejo tidak hanya dilakukan oleh
pihak eksekutif, namun paguyuban dan pengusaha telah berusaha
mengantisipasi Penyakit Masyarakat (Pekat) yang dapat ditimbulkan dari
aktivitas di Sarirejo. Belum ada kepastian tentang kawasan Sarirejo dalam
Perda membuat para stakeholder di masing-masing Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) menjadi belum jelas tugas dan kewenangannya terhadap
wilayah Sarirejo. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sri Danudjo, Kepala
Dinas Pariwisata Kota Salatiga pada tanggal 31 Juli 2017:
“Ya tata ruang itu. Jadi sebelum tata ruang tahun 2011 itu
emang kawasan campuran. Nggak ditetapkan kawasan nggak.
Ya dulu mungkin belum terlalu banyak, la saiki wis kawasan
hiburan itu. Kan saya belum detail tapi kelihatannya
pemukiman tidak campuran.”
Untuk mengakomodasi semua kepentingan di Kota, Bapak Sri
Danudjo Kepala Dinas Pariwisata Kota Salatiga berdasarkan wawancara pada
tanggal 31 Juli 2017 memberikan gambaran dan pendapatnya bahwa Sarirejo
dapat digunakan sebagai wilayah campuran (mixed use). Ketika digunakan
sebagai izin pemukiman tentu akan berbeda dengan kenyataan empiris di
lapangan.
48
“Tapi itu juga mengingkari kenyataan ta mas. Maksudnya
saya dulu juga pernah nyusun tata ruang yang evaluasi tahun
2003. Itu ya masih campuran. Bukan kawasan istilahnya. Dari
dulu kan pemukiman. Paling dulu solusi penyusunan itu kan
paling mudah kan campuran.”
Mixed use adalah salah satu konsep yang diterapkan dalam
pengembangan daerah satelit di pinggiran sebuah kota dengan pembangunan
melebar secara horizontal, dimana ketersediaan tanah yang ada masih cukup
besar. Akan tetapi dengan semakin berkurangnya lahan dan adanya kesadaran
untuk melakukan optimalisasi lahan, perlu dilakukan pengembangan kota
dengan konsep-konsep baru yang lebih efisien. Sementara untuk Tindak
Pidana Ringan (TiPiRing) Polsek Sidorejo, melalui Kapolsek AKP Jumaeri
yang telah bertugas sejak tahun 2015 memberikan gambaran bagaimana
instansi yang dipimpinnya turut serta dalam setiap kegiatan pengamanan.
Berdasarkan data yang diperolah dari wawancara tanggal 8 Agustus 2017
kepada peneliti, Kapolsek memberikan gambaran kasus yang sering terjadi di
Sarirejo.
“Pernah jadi untuk perkelahian pernah, jadi antar pengunjung
atau pelanggan dengan pelanggan yang lain, kita pernah
menangani juga disini. Masalah penganiayaan ya diproses ya
setelah ditangani kami dan Polres dua kali untuk proses
penganiayaan, karena ya kita lihat dulu, korban bagaimana.
Kalau tidak terlalu berat, keduanya saling menerima, ya kita
mungkin bisa menjembatani untuk didamaikan seperti itu.”
Evaluasi tentang keberadaan aktivitas di Sarirejo diperlukan agar
dapat meminimalkan angka kejadian kekerasan dan pelanggaran hukum.
Untuk itu Kasubid Tata Ruang Bappeda, Bapak Jadi Amali sangat antusias
memberikan permasalahan tentang tata ruang di Sarirejo kepada peneliti
berdasarkan wawancara pada tanggal 4 Agustus 2017:
“Konsultasi publik yang Kecamatan Sidorejo itu tanggal 11
April 2013, kemudian konsultasi publik tingkat Kota 17
Desember 2013 itu, yang kesepakatan kota tahun 2013 juga.
Kemudian kalau kita lihat sama-sama kalau njenengan lihat
pada peta (Lingkungan Sarirejo pada Peta Tata Ruang Kota
49
Salatiga). Jadi sebetulnya disinilah zona pemukiman
kepadatan sedang. Kemudian kalau disimak sebetulnya,
kenapa saya bilang ada celah yang membuat teman-teman
bimbang. Kadang teman-teman perizinan (Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal) itu ada
kebimbangan saat melakukan penafsiran apa yang kami lihat
disana. Sebenarnya kan gini: Kita mau mengklasifikasi apa?
Kawasan Peruntukan Perumahan ya? Nah ini (Rencana
Detail Tata Ruang Kota Salatiga 2011 - 2016) sebetulnya
Kawasan Peruntukan Perumahan diperbolehkan untuk
kegiatan tempat tinggal, kegiatan perdagangan dan jasa
diperbolehkan di Kawasan Peruntukan Perumahan dengan
syarat memenuhi. Nah yang kebingungan teman-teman
Pengendalian (Seksi Pengendalian Perumahan, Ruang dan
Bangunan, Bidang Perumahan, Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang) itu zona ini, karena itu di Rencana Detail (Draft
Rencana Detail Tata Ruang Kota Salatiga 2012 - 2019) saya
kemudian jelaskan maksudnya sudah tidak ada lagi penafsiran
yang lain-lain.”
Permasalahan yang terjadi bahwa masing - masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) harus bekerja sesuai Undang – Undang Raperda.
Ditemukan bahwa dalam Raperda 2011 – 2016 Lingkungan Sarirejo terdapat
sisi kelemahan dan celah tentang kegunaan dan aktivitas di dalamnya.
Bappeda sendiri sebagai salah satu Dinas yang berperan intensif bersama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat II Kota Salatiga
juga harus mengakomodasi berbagai masukan dan kepentingan yang ada di
Sarirejo.
Bapak Slamet Santoso sebagai tokoh masyarakat Sarirejo sekaligus
Ketua Rukun Warga (RW) 009, memiliki peran penting dalam
mengakomodasi kewajiban pembayaran retribusi pajak usaha di keseluruhan
Lingkungan Sarirejo. Pajak yang dibayarakan kepada Pemerintah merupakan
salah satu upaya kontribusi Sarirejo dalam pembangunan daerah.
“Jadi biaya pajak itu kalau yang resmi ke Pemerintah itu kira
– kira tiap dari DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah) itu kita setiap bulan kena. Ya kita
rata – rata setiap bulan itu 50 ribu sampai 100 ribu rupiah,
satu cafe itu mas rata - rata. Itu resmi. Terus selain itu izin
50
keramaian, itu juga dari Kepolisian itu kita setiap bulan, itu
sesuai jumlah room per room nya sekitar 30 ribu.”
Jika dihitungkan pada 50 unit usaha di Sarirejo maka rata – rata
paguyuban dapat membayarkan Rp 2.500.000 hingga Rp 5.000.000 rupiah
pajak resmi ke Pemerintah melalui DPPKAD. Pajak keamanan jika
diperkirakan satu unit usaha memiliki 3 hingga 5 room maka pajak keamanan
yang dibayarkan Rp 4.500.000 hingga Rp 7.500.000. Selain biaya tersebut
masih ada pajak minuman, bangunan, izin gangguan dan lain sebagainya.
5.4. Peran Aktor dalam Perspektif Teori Bourdieu
Peran para aktor jika dilihat dari berbagai latar belakang tentu akan
memiliki pandangan subjektif pada persoalan di Sarirejo. Dasar dari praktik
para aktor yang dianalisis pada penelitian ini adalah berdasar teori sosiologi
kulutral Bourdieu. Dari keenam aktor masing-masing memiliki habitus
(pengalaman sejarah yang terulang-ulang) dan menetap dalam pemikiran.
Hubungan antara aktor dan struktur dalam pandangan teori Bourdieu menjadi
dasar empirik dalam analisis induktif penelitian ini.
Masih abu-abu nya kebijakan tentang Kawasan Sarirejo tentu
membuat persepsi masyarakat dan investor menjadi mengambang. Bola liar
permasalahan yang ditimbulkan Sarirejo akan terus ada hingga ditetapkannya
Perda tentang RDTRW baru tahun 2017. Ketika terjadi masalah salah satu
instansi akan dianggap melakukan pembiaran. Ketika ada konsep lebih baik
tentang tata wilayah kota tentu ada pihak – pihak berkepentingan secara
ekonomi menentang. Hal ini sesuai dengan teori dari Bourdieu bahwa ranah
adalah arena pertarungan para aktor yang memiliki habitus berbeda – beda.
Kekuatan modal ekonomi, sosial, budaya dan simbolik menjadi penentu arah
kebijakan praksis. Dalam analisis teori peneliti dikorelasikan pada
persamaan:
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖𝑠 = (𝐻𝑎𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠 × 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 ) + 𝑟𝑎𝑛𝑎ℎ
Praksis menyangkut kebijakan yang dituju, habitus adalah konsep dan
sudut pandang para aktor, modal adalah kepentingan masing – masing
51
kelompok serta ranah adalah arena Sarirejo sebagai kawasan hiburan di Kota
Salatiga.
Dalam teori modal yang pertama kali dikemukakan oleh Pierre
Bourdieu seperti yang dikutip oleh Halim (2014) dalam tulisannya yang
berjudul: Politik Lokal: Pola, Aktor dan Alur Dramatikalnya, disebutkan
bahwa modal berpengaruh erat dengan persoalan kekuasaan pada suatu
wilayah. Namun dalam proses penataan Sarirejo tidak ditemukan dominasi
aktor dalam perspektif kepentingannya masing – masing. Paguyuban
menantikan kepastian hukum, pihak SKPD masih berkoordinasi antar instansi
dan DPRD, pihak Satpol PP bekerja sesuai Perda, sedangkan pihak kepolisian
mengantisipasi serta menegakkan hukum di wilayahnya.
Konsep modal dalam kekuasaan juga berkaitan erat dengan pemikiran
lain Bourdieu tentang habitus dan ranah atau arena. Menurut Bourdieu seperti
dikutip oleh George Ritzer dan Douglas Goodman (2009) dalam bukunya
berjudul: Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan
Mutakhir Teori Sosial PostModern yang diterjemahkan oleh Kreasi Wacana
di Yogyakarta, bahwa manusia dalam habitusnya bertindak sesuai objektif
dan kewajarannya dalam struktur kelas sosial. Namun dalam penelitian ini
aktor – aktor berada dalam struktur kelas sosial yang sama, yaitu saling
menghargai dan mendengarkan sesuai kepentingannya masing – masing.
Pihak eksekutif tidak dapat serta merta mengambil kebijakan dalam penataan
Sarirejo tanpa persetujuan legislatif, sementara legislatif tetap menghimpun
aspirasi masyarakat.
Sarirejo sebagai ranah (arena) didefinisikan oleh Bourdieu sebagai
jaringan relasi antar posisi aktor di dalamnya. Relasi dalam ranah Sarirejo
bukan interaksi atau ikatan inter subjektif antar individu namun kedudukan
aktor dalam arena disesuaikan pada agen institusi yang menaunginya. Bapak
Jadi Amali berperan dalam mengkoordinasi, merencanakan dan menganalisis
perekonomian daerah, perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan
sektor produksi, pendidikan, kesehatan, promosi dan kesejahteraan
masyarakat Kota Salatiga. Bapak Sri Danudjo berperan dalam kebijakan di
52
bidang bidang kebudayaan dan pariwisata. Ikha berperan dalam
kepentingannya sebagai pelaku usaha. Bapak Jumaeri berperan dalam
mengantisipasi penyakit masyarakat (pekat) dan peredaran minuman keras.
Bapak Slamet Santoso memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan
masyarakat Sarirejo dan Bapak Sutarto berperan dalam dalam menegakkan
peraturan daerah.
5.5. Refleksi Hasil Penelitian
Refleksi hasil penelitian merupakan sintesis dari analisis tujuan
penelitian yang telah dipaparkan peneliti pada bab ini. Peneliti menganalisis
peran dari enam aktor dalam penataan kawasan karaoke di Sarirejo. Pada
analisis data ditemukan bahwa aktor yang paling dominan dalam proyek
strategis pengembangan Sarirejo adalah pihak Pemerintah Kota melalui
BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). BAPPEDA telah
mencoba mengakomodasi seluruh kepentingan yang terlibat dalam kegiatan
usaha di Sarirejo. Asumsi yang dibangun peneliti tentang Kawasan Wisata
Sarirejo ternyata belum sesuai dengan data empiris.
Kawasan yang dimaksud tidak terdaftar secara administratif yang
memiliki kekuatan hukum di Dinas Pariwisata Kota Salatiga. Sehingga
konsep istilah wisata pun juga tidak dapat digunakan dalam area di Kota
Salatiga meskipun secara fungsional dapat dilihat aktivitas kegiatan Karaoke
di Sarirejo. Izin yang didapatkan Sarirejo adalah zona pemukiman dengan
izin gangguan usaha Ho, sehingga kendali akan dampak gangguan sangat
diantisipasi oleh pihak Satpol PP dan Kepolisian. Kepastian hukum
diharapkan semua pihak adalah Perda (Peraturan Daerah) hasil kesepakatan
eksekutif dan legislatif yang mengakomodasi kepentingan masayarakat
Salatiga. Dalam konsep Perda disusun RDTRW yaitu Rencana Detail Tata
Ruang yang merupakan bagian penting dari zonasi wilayah di Kota Salatiga.
Penelitian ini secara detail telah menjawab penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Suleman (2014) tentang Persepsi Masyarakat tentang
Keberadaan Hiburan Karaoke (Suatu Penelitian tentang Fenomena Karakoe
di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwatao). Pada penelitian ini keberadaan