bab iv_oke.docx

18
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Lokasi penelitian a. Nama jalan : Jln. Trans Atadei-Lerek b. Lokasi Penelitian : Kematan Atadei Kabupaten Lembata c. Kategori jalan : Jalan Lokal d. Jenis lapis perkerasan : Lapis Keras Lentur (Flaxibel Pavment) e. Jarak Sta. yang ditinjau : sta 4+000-8+750 atau sama dengan 4.75 km f. Lebar jalan : 7 meter 4.2 Pengambilan Data 4.2.1 Kronologis Pengambilan Data Lokasi pengambilan data terdapat pada ruas jalan Trans Atadei- Lerek pada Sta 4+000 - 8+750 dengan panjang jalan 4.75 km. Pengambilan data tanah menggunakan alat DCP. Pada saat pengambilan data kondisi tanah dengan mengunakan alat alat DCP. (Dynamic Cone Penetrometer) alat tersebut terlebih dahulu dikalibirasi (pemeriksaan peralatan) dengan alat, apakah alat tersebut masih normal atau perlu dikalibirasi untuk memastikan hubungan antara nilai-nilai yang ditunjukan oleh suatu alat ukur dengan dengan nilai sebenarnya dengan besaran yang diukur. Setelah dikalibirasi maka pengujian atau pengambilan data tanah II-1

Upload: erlindo-dacs

Post on 15-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IVANALISA DAN PEMBAHASAN4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian4.1.1Lokasi penelitiana. Nama jalan : Jln. Trans Atadei-Lerekb. Lokasi Penelitian : Kematan Atadei Kabupaten Lembatac. Kategori jalan : Jalan Lokald. Jenis lapis perkerasan : Lapis Keras Lentur (Flaxibel Pavment)e. Jarak Sta. yang ditinjau : sta 4+000-8+750 atau sama dengan 4.75 km f. Lebar jalan : 7 meter4.2 Pengambilan Data4.2.1 Kronologis Pengambilan DataLokasi pengambilan data terdapat pada ruas jalan Trans Atadei-Lerek pada Sta 4+000 - 8+750 dengan panjang jalan 4.75 km. Pengambilan data tanah menggunakan alat DCP. Pada saat pengambilan data kondisi tanah dengan mengunakan alat alat DCP.(Dynamic Cone Penetrometer) alat tersebut terlebih dahulu dikalibirasi (pemeriksaan peralatan) dengan alat, apakah alat tersebut masih normal atau perlu dikalibirasi untuk memastikan hubungan antara nilai-nilai yang ditunjukan oleh suatu alat ukur dengan dengan nilai sebenarnya dengan besaran yang diukur. Setelah dikalibirasi maka pengujian atau pengambilan data tanah dapat dilakukan sesuai prosedur (lihat prosedur pengambilan data tanah dengan alat DCP). 4.2.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan serta instansi terkait, data tersebut diperoleh dari Pusat Statistik. Propinsi Nusa Tenggara Timur dan PT Siar Plan Utama Cabang Lewoleba.1. Faktor regional Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Statistik. Propinsi Nusa Tenggara Timur diperoleh curah hujan 1000 km/mm) yang artinya tingkat kekasaran tidak terlalu halus, maka diambil nilai IPo (berdasarkan Tabel 2.9) adalah 3.9-3.5 dengan material perkerasan Laston2) Indeks Permukaan akhir (IPt)Indeks permukaan pada akhir tahun rencana, dalam hal ini yakni semua yang berhubungan dengan klasifikasi fungsional jalan dan jumlah ekuivalen rencana (berdasarkan Tabel 2.8). Berdasarkan klasifikasi jalan maka ruas jalan Trans Atadei-Lerek termasuk dalam jalan Lokal dengan lintas ekuivalen rencana (LER) sebesar 42.50 maka IPt yang dipakai sebesar 1.5 sesuai Tabel 2.8 Halaman 1810Menentukan Indeks Tebal Perkerasan (ITP)Penentuan indeks tebal perkerasan untuk Laston (Lapisan aspal beton)a) Daya Dukung Tanah (DDT) : 4.90b) IPo : 3.9 - 3.5c) IPt : 1.5d) LER : 42.50e) Faktor Regional FR : 1.57 Dari nomogram desain terlampir diperoleh ITP = 6.20

11Menghitung Tebal Lapis PerkerasanMenghitung tebal lapis perkerasan untuk Laston (lapisan aspal beton) Nilai koefisien kekuatan relatif bahan (a) untuk metode Bina Marga sesuai dengan Tabel 2.10 pada Halaman 20, ditentukan sebagai berikut :a) Lapisan permukaan : Laston dengan a1 = 0.30b) Lapisan pondasi atas : Batu pecah (Kelas A)dengan a2 = 0.14c) Lapisan pondasi bawah: Sirtu kelas C dengan a3 = 0.11Sedangkan untuk tebal lapis perkerasan (D) ditentukan dengan memaksimunkan tebal lapis perkerasan, yaitu tebal lapisan yang diperoleh berdasarkan nilai ITP = 6.20 yang dikorelasikan dengan Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Maka diperoleh harga tebal minimum (D) tiap lapisan sebagai berikut : a) Lapisan permukaan : Lastondengan D1 = 5 (ditetapkan)b) Lapisan pondasi atas : Batu pecah (Kelas A) dengan D2 = 20 (ditetapkan)c) Lapisan pondasi bawah : sirtu kelas C dengan D3 =....?Maka tebal lapisan (D) dapat dihitung berdasarkan Rumus 2.131) Lapisan pondasi atas (D3)ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3a3D3 = ITP [a1D1 + a2D2]

D3 = 17.27 cm 20.00 cm

Gambar 4.2 Sketsa rencana tebal perkerasan lentur dengan CBR 5.56%

4.2.5 Asumsi Penentuan Tebal Lapis PerkerasanBerdasarkan hasil nilai CBR Lapangan dengan mengunakan alat DCP maka CBR yang diperoleh sebesar 5.56% dari hasil perhitungan menghasilkan tebal lapis perkerasan yaitu sebagai berikut :1. Lapis permukaan (Laston) = 5 cm2. Lapis pondasi atas (Batu pecah kelas A) = 20 cm3. Lapis pondasi bawah (Sirtu kelas C) = 20 cmHal ini tidak memenuhi spek yang diisyaratkan oleh Bina Marga yaitu sebesar 6% oleh karena itu apabila keadaan tanah dasar perbaiki dengan asumsi CBR mencapai 6% maka tebal perkerasan dapat dihitung sebagai berikut : APenentuan Daya Dukung TanahDaya Dukung Tanah (DDT) dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :DDT = 4,30 * Log (CBR) + 1,7DDT = 4,30 * Log (6) + 1,7DDT = 5.05Selain penentuan nilai CBR diatas dapat juga ditentukan dengan memplot pada grafik DDT dengan cara menarik garis mendatar kekiri sejajar dengan nilai CBR, nilai DDT didapat sebesar 5.05. Seperti pada Lampiran II.B Indeks Tebal Perkerasan (ITP)Dari hasil perhitungan sebelumyan barameter-barameter yang diperoleh adalah sebagai berikut :a) Daya Dukung Tanah (DDT) : 5.05b) IPo : 3.9 - 3.5c) IPt : 1.5d) LER : 42.50e) Faktor Regional FR : 1.57 Dari nomogram desain terlampir diperoleh ITP = 5.90CMenghitung Tebal Lapis PerkerasanMenghitung tebal lapis perkerasan untuk Laston (lapisan aspal beton) Nilai koefisien kekuatan relatif bahan (a) untuk metode Bina Marga sesuai dengan Tabel 2.10 pada Halaman 20, ditentukan sebagai berikut :

d) Lapisan permukaan : Laston dengan a1 = 0.30e) Lapisan pondasi atas : Batu pecah (Kelas A)dengan a2 = 0.14f) Lapisan pondasi bawah: Sirtu kelas C dengan a3 = 0.11Sedangkan untuk tebal lapis perkerasan (D) ditentukan dengan memaksimunkan tebal lapis perkerasan, yaitu tebal lapisan yang diperoleh berdasarkan nilai ITP = 5.90 yang dikorelasikan dengan Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Maka diperoleh harga tebal minimum (D) tiap lapisan sebagai berikut : d) Lapisan permukaan : Lastondengan D1 = 5 (ditetapkan)e) Lapisan pondasi atas : Batu pecah (Kelas A) dengan D2 = 20 (ditetapkan)f) Lapisan pondasi bawah : sirtu kelas C dengan D3 =....?Maka tebal lapisan (D) dapat dihitung berdasarkan Rumus 2.132) Lapisan pondasi atas (D3)ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3a3D3 = ITP [a1D1 + a2D2]

D3 = 12.27 cm 15 cm

CBR 6%, DDT 5.05

=15 cm

Gambar 4.3 Sketsa rencana tebal perkerasan lentur dengan CBR 6%

Dari hasil perhitungan dengan dua CBR berbeda yaitu CBR lapangan 5.56% dan CBR asumsi rencana 6% sesuai dengan spek yang diisyaratkan oleh Bina Marga maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini :Tabel 4.5 Perbandingan Tebal Lapis Perkerasan dengan nilai CBRNoTebal Lapis PermukaanNilai CBRKeterangan

5.56% (Lapangan)6% (Bina Marga

1Lapisan permukaan (laston)5 cm5 cm

2Lapisan pondasi atas (Agregat Kelas A)20 cm20 cm

3Lapisan pondasi bawah (sirtu kelas C)20 cm15 cm

Sumber : Hasil perhitungan.

II-13