bab iv rokok : sejarah, dinamika dan...
TRANSCRIPT
39
BAB IV
ROKOK : SEJARAH, DINAMIKA dan REGULASI
1. Sejarah Rokok
Rokok berawal dari sebuah tradisi kuno masyarakat asli benua amerika
(Maya, Aztec dan Indian) sejak 1000 tahun sebelum masehi. Pada mulanya
tradisi tersebut dilakukan dengan cara mengunyah tembakau dan menghisap
tembakau dengan menggunakan sebuah pipa. Tujuan tradisi ini pada masa itu
adalah untuk menunjukan persahabatan dan persaudaraan saat beberapa suku
yang berbeda berkumpul, serta sebagai ritual pengobatan.
Setelah itu dengan adanya jalur perdagangan maka tradisi mengunyah dan
menghisap tembakau ini mulai menyebar ke daratan Eropa. Jean nicot seorang
diplomat dan petualang perancislah yang mengenalkan rokok hampir ke
seluruh Eropa dan nama nikotin diambil dari namanya. Beberapa catatan lain
mengungkapkan bahwa tradisi merokok yang lebih tua berasal dari Turki
Di Indonesia, Haji Jamahri dari kudus adalah orang pertama yang meramu
tembakau dengan cengkeh pada tahun 1880-an. Awalnya Haji Jamahri
mencari ramuan untuk mengobati penyakit asma yang dideritanya. Namun
racikan tembakau dan cengkeh menjadi terkenal.
Rokok sendiri Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rokok n gulungan
tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yg dibungkus (daun nipah, kertas,
40
dsb)(KBBI 2008: 1217). Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran
panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dan berdiameter
sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang dicacah. Rokok dibakar pada
salah satu unjungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lainnya.
Ada dua tipe rokok yaitu rokok non-filter dan rokok filter. Yang membedakan
adalah terdapat filter penyaring dalam setiap gulungan rokok. Tujuannya adalah
meringankan efek yang muncul dari setiap hisapan rokok. Kandungan-kandungan
cengkeh dan tembakau yang tidak baik tidak langsung masuk kedalam tubuh.
Filter atau penyaring biasa terbuat dari spon terdapat dibagian ujung yang dihisap.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 28 tahun 2013
tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan
produk tembakau (2013: 5) Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 menerangkan
bahwa rokok merupakan produk tembakau yang berarti suatu produk yang
secara keseluruhan atau sebagian terbuat dari daun tembakau sebagai bahan
bakunya yang diolah untuk digunakan dengan cara dibakar, dihisap, dihirup
atau dikunyah. Rokok termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar,
dengan atau tanpa bahan tambahan. (8Permenkes no 28/2013: 5)
Sedangkan merokok didefinisikan sebagai kegiatan membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa
8 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 28 tahun 2013 tentang pencantuman
peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau.
41
(Arum, 2008). Senada dengan itu definisi merokok juga dikemukakan oleh
amstrong seperti yang dikutip oleh Nasution (2007) yakni menghisap asap
tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar.
2. Dinamika rokok di Indonesia
Kutipan Latar belakang Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 40 tahun 2013 tentang peta jalan pengendalian dampak konsumsi
rokok bagi kesehatan (2013: 4) menyebutkan bahwa konsumsi rokok
merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan generasi di Indonesia.
Berdasarkan data dari Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Kementrian Kesehatan (2013), saat ini Indonesia masih menjadi
negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta
perokok setelah Cina dan India sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di
Indonesia adalah perokok. Sementara itu, perokok pada anak dan remaja juga
terus meningkat 43 juta dari 97 juta warga Indonesia adalah perokok pasif.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Republik Indonesia, Hampir satu dari
tiga orang dewasa merokok. Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa
meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995 Lebih dari
6 dari 10 pria merokok, namun sedikit wanita yang merokok. Pada tahun
2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada
tahun 1995. Hanya 1,3% wanita dilaporkan merokok secara teratur pada tahun
2001. Sebagian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19
42
tahun, saat masih anak-anak atau remaja. Rata-rata umur mulai merokok yang
semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001
(sumber : DEPKES RI/2001).
Menurut Abdillah Ahsan9, selaku peneliti Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi (FE) Universitas Indonesia (UI), menerangkan bahwa Tahun 1995,
jumlah perokok di Indonesia mencapai 27 persen dari jumlah penduduk di
Indonesia. Sedangkan tahun 2011, jumlah perokok meningkat menjadi 36
persen.Untuk penduduk pria, jumlah perokok mencapai 50 persen pada 1995.
Tahun 2011 meningkat menjadi 67 persen. Ini berarti setiap dua dari tiga
penduduk pria di Indonesia merokok. Untuk penduduk wanita, jumlah
perokok mencapai satu persen pada 1995. Jumlah ini menjadi empat persen
pada 2011. Ini berarti ada peningkatan 400 persen jumlah perokok wanita
selama 16 tahun itu.
Abdillah Ahsan juga menyatakan bahwa Peningkatan jumlah perokok itu
diakibatkan pemerintah tidak proaktif dalam mengendalikan konsumsi rokok
di Indonesia. Hal ini terbukti dari tidak diratifikasinya Kerangka Kerja
Konvensi Pengendalian Tembakau oleh pemerintah Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan dibawah kementrian kesehatan melakukan tindakan
untuk mengurangi penggunaan rokok salah satunya adalah pemakaian label
iklan mengenai dampak dari merokok yang dipasangkan dalam kemasan
9 dalam Republika Online, Senin 27 Oktober 2014
43
rokok. Peraturan ini harus di patuhi oleh semua produsen rokok baik lokal
maupun luar negeri yang rokoknya di perdagangkan di Indonesia.
3. Regulasi rokok di Indonesia
3.1. Peraturan Pemerintah mengenai penggunaan iklan (gambar dan
tulisan bahaya merokok) dalam kemasan rokok.
JAKARTA/jawa pos – Mulai hari Selasa (24/6) ini satu lagi
aturan yang membuat aktivitas merokok semakin tidak nyaman
diterapkan. Pemerintah mewajibkan semua kemasan rokok yang
beredar mencantumkan gambar kondisi organ tubuh yang rusak jika
kebiasaan merokok tidak dihentikan. Dengan gambar yang ‟‟seram‟‟
itu, diharapkan jumlah perokok aktif di Indonesia bisa ditekan10
.
Aturan penempelan gambar bahaya merokok itu tertuang dalam
Peraturan Pemerintah No 109/2012.
Peraturan Pemerintah No 109/2012 diadopsi dari Undang-undang
no 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada bagian 17 mengenai
pengamanan zat adiktif (termasuk rokok) pasal 114 yang berbunyi
“Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah
Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan”. Selain itu
dalam pasal 160 di undang-undang yang sama yang berisi :
10
Diunduh dari jawa pos online pada hari senin 27 oktober 2014 jam 10:15
44
1. Pemerintah, pemerintah daerah bersama masyarakat
bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi, informasi,
dan edukasi yang benar tentang faktor risiko penyakit tidak
menular yang mencakup seluruh fase kehidupan.
2. Faktor risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi diet tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan perilaku berlalu lintas yang tidak
benar.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 109
tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif
berupa produk tembakau bagi kesehatan bagian II tentang produksi
dan impor pasal 14 menyebutkan bahwa :
1. Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk
Tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan
peringatan kesehatan.
2. Peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berbentuk gambar dan tulisan yang harus mempunyai satu
makna.
3. Peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercetak menjadi satu dengan Kemasan Produk Tembakau.
45
Sedangkan dalam pasal 15 ayat 1 menyebutkan bahwa Setiap 1
(satu) varian Produk Tembakau wajib dicantumkan gambar dan
tulisan peringatan kesehatan yang terdiri atas 5 (lima) jenis yang
berbeda, dengan porsi masing-masing 20% (dua puluh persen) dari
jumlah setiap varian Produk Tembakaunya.
Dalam pasal 17 menyebutkan tentang teknik pemasangan label
bahaya merokok dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Gambar dan tulisan peringatan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 dicantumkan pada setiap Kemasan
terkecil dan Kemasan lebih besar Produk Tembakau.
2. Setiap Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencantumkan 1 (satu) jenis gambar dan tulisan peringatan
kesehatan.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi Rokok klobot, Rokok klembak menyan, dan cerutu
Kemasan batangan.
4. Pencantuman gambar dan tulisan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar bagian
depan dan belakang masing-masing seluas 40% (empat
puluh persen), diawali dengan kata “Peringatan” dengan
menggunakan huruf berwarna putih dengan dasar hitam,
46
harus dicetak dengan jelas dan mencolok, baik sebagian
atau seluruhnya;
b. gambar sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dicetak
berwarna; dan
c. jenis huruf harus menggunakan huruf arial bold dan font 10
(sepuluh) atau proporsional dengan Kemasan, tulisan warna
putih di atas latar belakang hitam.
d. dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar bagian
depan dan belakang masing-masing seluas 40% (empat
puluh persen), diawali dengan kata “Peringatan” dengan
menggunakan huruf berwarna putih dengan dasar hitam,
harus dicetak dengan jelas dan mencolok, baik sebagian
atau seluruhnya;
e. gambar sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dicetak
berwarna; dan
5. jenis huruf harus menggunakan huruf arial bold dan font 10
(sepuluh) atau proporsional dengan Kemasan, tulisan warna
putih di atas latar belakang hitam.
Peraturan lainnya adalah Permenkes 28/2013 telah sangat jelas
menerangkan mengenai pencantuman peringatan kesehatan dan
informasi kesehatan pada kemsan produk tembakau. Bab II
47
(Permenkes 28/2013: 6-7) berisi tentang peringatan kesehatan. Pasal 3
berisi :
1. Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor
produk tembakau ke dalam wilayah Indonesia wajib
mencantumkan Peringatan Kesehatan pada Kemasan terkecil
dan Kemasan lebih besar Produk Tembakau.
2. Kemasan terkecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa bungkus yang berhubungan langsung dengan Produk
Tembakau untuk dijual eceran.
3. Kemasan yang lebih besar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa slop.
4. Gambar dan tulisan Peringatan Kesehatan harus mempunyai
satu makna yang tercetak menjadi satu dengan Kemasan
Produk Tembakau dan bukan merupakan stiker yang
ditempelkan pada Kemasan Produk Tembakau.
5. Peringatan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tercantum dalam Lampiran yang berbentuk cetak dan file
elektronik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
6. Peringatan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (4) tidak boleh tertutup oleh apapun sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, kecuali
48
pembungkus plastik transparan sehingga Peringatan
Kesehatan dan Informasi Kesehatan masih dapat terbaca
dengan jelas.
7. Dalam hal Kemasan Produk Tembakau dibungkus dengan
pembungkus yang tidak transparan sehingga peringatan
kesehatan tidak dapat terbaca dengan jelas maka Peringatan
Kesehatan harus tercetak pada pembungkus.
8. Ketentuan sebagaimana ayat (1) tidak termasuk rokok
klobot, klembak menyan, dan cerutu kemasan batangan.
Selanjutnya adalah pasal 4 Bab II Permenkes 28/2013 yang berisi :
1. Peringatan Kesehatan terdiri atas 5 (lima) jenis yang
berbeda, yang dicantumkan pada setiap 1 (satu) varian
Produk Tembakau dengan porsi masing-masing 20% (dua
puluh persen) dari jumlah setiap varian Produk Tembakau
pada waktu yang bersamaan.
2. Bagi industri Produk Tembakau non Pengusaha Kena Pajak
wajib mencantumkan paling sedikit 2 (dua) jenis Peringatan
Kesehatan dari 5 (lima) jenis Peringatan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Dalam pasal 5 Bab II Permenkes 28/2013 berisi tentang teknik
pemasangan label iklan bahaya rokok dengan ketentuan sebagai
berikut :
49
1. Pencantuman Peringatan Kesehatan pada Kemasan berbentuk kotak
persegi panjang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar
bagian depan dan belakang masing-masing seluas 40%
(empat puluh persen);
b. dalam hal Kemasan memiliki sisi lebar yang sama maka
Peringatan Kesehatan dicantumkan pada sisi depan dan
sisi belakang Kemasan;
c. pada bagian atas gambar terdapat tulisan
“PERINGATAN” dengan menggunakan jenis huruf
arial bold berwarna putih di atas dasar hitam dengan
ukuran huruf 10 (sepuluh) atau proporsional dengan
Kemasan;
d. gambar dicetak berwarna dengan kombinasi 4 (empat)
warna (Cyan, Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas
gambar resolusi tinggi atau paling sedikit 300 dot per
inch (dpi);
e. di bagian bawah gambar dicantumkan tulisan berwarna
putih dengan dasar hitam sesuai dengan makna gambar
sebagaimana tercantum dalam Lampiran;
f. dicetak dengan jelas dan mencolok baik gambar ataupun
tulisannya; dan
50
g. tidak mudah rusak, lepas, dan luntur baik karena
pengaruh sinar ataupun udara.
2. Pencantuman Peringatan Kesehatan pada Kemasan berbentuk
silinder memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dicantumkan dengan ukuran sebesar 40% dari luas
permukaan sisi badan silinder, yang dihitung mulai dari
bagian atas sisi samping tutup kemasan silinder;
b. menggunakan 2 (dua) Peringatan Kesehatan yang sama;
c. pada bagian atas gambar terdapat tulisan
“PERINGATAN” dengan menggunakan jenis huruf
arial bold berwarna putih di atas dasar hitam dengan
ukuran huruf 10 (sepuluh) atau proporsional dengan
kemasan;
d. gambar dicetak berwarna dengan kombinasi 4 (empat)
warna (Cyan, Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas
gambar resolusi tinggi atau paling sedikit 300 dot per
inch (dpi);
e. di bagian bawah gambar dicantumkan tulisan berwarna
putih dengan dasar hitam sesuai dengan makna gambar
sebagaimana tercantum dalam Lampiran;
f. dicetak dengan jelas dan mencolok baik gambar ataupun
tulisannya;
51
g. tidak mudah rusak, lepas, dan luntur baik karena
pengaruh sinar ataupun udara; dan
h. rasio dan komposisi warna gambar sesuai dengan
Lampiran dan tidak boleh diubah.
3.2. Ketentuan pemakaian label iklan bahaya merokok
Peraturan pemerintah telah mengatur ketentuan penggunaan
gambar bahaya meroko dengan jelas dengan ketentuan-ketentuan yang
harus dijalankan para produsen rokok
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 3 : Ketentuan pemasangan label iklan bahaya rokok
52
Gambar diatas merupakan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah
mengenai kemasan rokok yang harus dibuat oleh produsen rokok.
Terdapat 5 gambar label iklan bahaya rokok yang harus dipakai
produsen rokok sebagai peringatan kesehatan. Gambar tersaebut
antara lain :
1. Gambar kangker mulut
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 4 : Kangker mulut
Pada gambar diatas, terdapat tulisan „PERINGATAN‟ yang
ditulis dengan jenis huruf arial bold kapital, ukuran 10,
berwarna putih dan diberi blok latar belakang hitam pekat.
Gambar menunjukkan mulut seorang perokok yang tampak
mengenaskan karena diserang kanker mulut. Di bawah gambar
53
terdapat tulisan „MEROKOK SEBABKAN KANKER
MULUT‟.
2. Gambar orang merokok dengan asap yang membentuk
tengkorak
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 5 : orang merokok dengan asap yang membentuk
tengkorak
Sama dengan gambar pertama, setiap peringatan bergambar di
bungkus rokok harus menyertakan tulisan „PERINGATAN‟ di
bagian atas gambar. Untuk gambar kedua, tampak seorang
perokok yang memegang sebatang rokok sambil
menghembuskan asap rokok yang membentuk tengkorak. Di
bawah gambar terdapat tulisan „MEROKOK
MEMBUNUHMU‟.
54
3. Gambar kanker tenggorokan
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 6 : kanker tenggorokan.
Gambar no 6 diatas menggambarkan seorang pecandu rokok
yang menderita kanker tenggorokan dengan leher bolong dan
terdapat benjolan kanker yang menjijikkan. Di bawah gambar
terdapat tulisan besar „MEROKOK SEBABKAN KANKER
TENGGOROKAN‟.
55
4. Gambar orang merokok dengan anak di dekatnya
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 7 : orang merokok dengan anak di dekatnya.
Gambar diatas lebih menekankan bahaya merokok bagi orang
lain, terutama anak-anak. Pada gambar tersebut, tampak
seorang perokok yang menghisap rokoknya sambil
menggendong anak kecil. Di bawah gambar terdapat tulisan
„MEROKOK DEKAT ANAK BERBAHAYA BAGI
MEREKA‟.
56
5. Gambar paru-paru yang menghitam karena kanker
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 8 : paru-paru yang menghitam karena kanker.
pada gambar diatas, peringatan bergambar menunjukkan
dengan jelas bagaimana paru-paru si perokok menghitam
karena kanker. Di bawah gambar tersebut terdapat tulisan
„MEROKOK SEBABKAN KANKER PARU-PARU DAN
BRONKITIS KRONIS‟