opini konsumen rokok terhadap iklan di kemasan...
TRANSCRIPT
i
OPINI KONSUMEN ROKOK TERHADAP IKLAN DI
KEMASAN ROKOK
Oleh
DHIAN BAGUS SETIANTO
362007059
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
Scan Penyataan Keaslian, Persetujuan Publikasi dan
lembar Pengesahan Karya Tulis Skripsi
Dhian Bagus Setianto
36 2007 059
Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul skripsi : Opini Konsumen Rokok Terhadap Iklan di Kemasan
Rokok (Studi kasus pada konsumen rokok)
Nama Mahasiswa : Dhian Bagus Setianto
N.I.R.M : 362007059
Program studi : Ilmu Komunikasi
Disetujui Oleh,
Pembimbing 1,
Drs. Daru Purnomo, M.Si
Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,
Kaprogdi, Dekan,
Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Drs. Daru Purnomo, M.Si
Disetujui tanggal :
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Dhian Bagus Setianto
NIM : 36 2007 059
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, Judul :
OPINI KONSUMEN ROKOK TERHADAP IKLAN DI KEMASAN
ROKOK
(Studi kasus pada konsumen rokok)
Yang dibimbing Oleh :
1. Drs. Daru Purnomo, M.Si
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta symbol yang saya aku seolah-olah
sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan penulis atau sumber
aslimnya.
Salatiga, 20 November 2014
Yang memberi pernyataan,
DHIAN BAGUS SETIANTO
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dhian Bagus Setianto
NIM : 36 2007 059
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Jenis Karya : Skripsi/Tesis/Disertasi (Hapus yang tidak perlu)
Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
UKSW Hak bebas royalti non eksklusif (non-exclusive royalti free right) atas
karya ilmiah saya yang berjudul :
OPINI KONSUMEN ROKOK TERHADAP IKLAN DI KEMASAN
ROKOK
(Studi kasus pada konsumen rokok)
Beserta perangkat yang ada (jika perlu)
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih
media/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkannama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada tanggal : 20 November 2014
Yang menyatakan,
DHIAN BAGUS SETIANTO
Mengetahui,
Pembimbing utama,
Drs. Daru Purnomo, M.Si
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan.
Skripsi ini dengan judul “Opini Konsumen Rokok Terhadap Iklan di Kemasan
Rokok (Studi Kasus pada Konsumen Rokok)” Skripsi ini disusun untuk
memenuhi tugas akhir di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program studi Ilmu Komunikasi. Sehubungan
dengan tersusunnya Skripsi ini peneliti mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang membantu dan
membimbing penulisan ini. Secara khusus peneliti menyampaikan terima kasih
kepada Bapak Drs. Daru Purnomo, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak
memberi masukan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini. Ucapan terima kasih
peneliti haturkan kepada :
1. Bapak Drs. Daru Purnomo, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Komunikasi serta selaku dosen pembimbing yang telah bersedia dan sabar
membimbing saya menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom. selaku Kepala Program Studi
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi.
3. Ibu Dr. Ir. Sri Suwartiningsih, M.Si. sebagai Wali Studi.
4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi.
5. Bapak dan ibu yang sangat saya sayangi dan saya banggakan, yang tiada
henti-hentinya berjuang keras demi kehidupan penulis yang lebih baik dan
perhatian yang begitu besar kepada penulis. Terima kasih selalu
mengingatkan penulis untuk selalu berdoa dan menyelesaikan penulisan ini.
6. Kakak-kakak ku, Mas Eko beserta istri, Mas Adit beserta istri, Mas Heri
beserta istri dan Mbak Eva beserta suami, serta ponakan ku Hafiz yang selalu
menjadi motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
vi
7. Teman-teman SASHIMI (Salatiga Solid Nihon Community) dan SISCO
(Salatiga Inline Skate Community), Aris, Ifki, Gheri, Rico, Ucup, Ceking,
David, yang selalu ada dan membantu juga mengingatkan penyelesaian
penulisan skripsi ini. Yang selalu mengejek untuk motivasi penulis dan selalu
berkata ”skripsi sampek mana mas?”. Likha yang telah membantu dalam
mentranslate.
8. Teman-teman gamer,Sandi, Anton dan Mustakim yang selalu seperjuangan
dari Sekolah Dasar dan juga Teman-teman fiskom angkatan 2007.
9. Jiwa dan raga ini yang telah bekerja sama beriringan demi menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Walau terlambat tapi akan penulis selesaikan apa yang
penulis mulai
10. Semua pihak yang membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penelitian yang berjudul Opini Konsumen Rokok Terhadap Iklan di Kemasan
Rokok (Studi kasus pada konsumen rokok) ini semoga bermanfaat bagi para
pembaca. Bermanfaat bagi mahasiswa UKSW, Masyarakat dan peneliti lain yang
berhubungan dengan persepsi masyarakat.
Peneliti menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasan baik dalam
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki. Dengan segala
kerendahan hati peneliti menerima kritik dan sarajn demi kesempurnaan skripsi
ini. Demikian yang penulis sampaikan. Jika ada kesalahan baik dalam penulisan
dan kata, peneliti mengcapkan maaf sebesar-besarnya.
Salatiga,20 November 2014
Peneliti,
DHIAN BAGUS SETIANTO
NIM. 362007059
vii
ABSTRAK
Perusahaan rokok saat ini harus bekerja lebih keras dalam memasarkan
produknya. Hal ini disebabkan karena peraturan pemerintah mengenai kemasan
rokok yang menyebutkan bahwa kemasan rokok harus menyertakan gambar dan
tulisan tentang bahaya dari rokok dengan jelas. Gambar yang dimunculkan berupa
akibat setelah seseorang terlalu sering mengkonsumsi rokok. Tentunya hal ini
memunculkan opini dan persepsi dari konsumen rokok. Tujuan peraturan ini
adalah nantinya konsumen rokok dapat mengurangi atau bahkan menghentikan
kegiatan merokoknya. Namun kenyataannya, masih banyak konsumen rokok yang
tetap merokok setelah munculnya peraturan ini.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui opini konsumen rokok
terhadap iklan (gambar dan tulisan bahaya merokok) dalam kemasan rokok. Opini
konsumen ini sampai kepada mengapa konsumen rokok tetap merokok setelah
melihat iklan (gambar dan tulisan bahaya merokok) dalam kemasan rokok.
Metode yang digunakan adalah menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
dengan menggunakan teori persepsi. Teori persepsi yang menjadi dasar
memperoleh opini konsumen rokok, lebih memusatkan proses atau tahapan-
tahapan dari konsumen rokok dalam memunculkan persepsinya terhadap gambar
bahaya merokok dalam kemasan rokok. Tahapan nya berupa Stimulation,
Organization, Interpretation dan evaluation, Memory serta Recall. Selain itu teori
persepsi juga akan menjadi dasar memperoleh opini konsumen rokok tentang hal
seorang konsumen rokok tetap merokok padahal dia tahu informasi tentang
bahaya merokok melalui kemasan rokok. Data diperoleh melalui wawancara,
penelitian pustaka dan analisis dokumen.
Hasil penelitian merupakan opini dari konsumen rokok tentang
pemasangan Iklan (gambar dan tulisan bahaya merokok) serta mengapa mereka
tetap merokok. Konsumen rokok mengungkapkan bahwa mereka merokok karena
kebiasaan sehari-hari. Konsumen rokok tidak terlalu terpengaruh dengan gambar
bahaya merokok dalam kemasan rokok. Pada awalnya mereka memang merasa
jijik dan terganggu dengan gambar tersebut namun lama-kelamaan mereka mulai
terbiasa dengan gambar tersebut dan tetap merokok. Mereka juga berpendapat
bahwa pengalaman masa lalu dan pengetahuan dari konsumen rokok yang
membuat mereka tetap merokok. Mereka melihat fakta disekitar mereka dan
dirinya sendiri tidak mengalami seperti apa yang digambarkan pada kemasan
rokok. Sehingga mereka tetap merokok sampai saat ini.
Kata kunci : Rokok, Persepsi, Konsumen Rokok, Gambar Bahaya Merokok
viii
ABSTRACTION
Cigarette companies currently have to work harder in merkerting its
product. This is because goverment regulations on cigarette packs stating that
cigarette packs must include pictures and writings about the dangers of smoking
clearly. The image is presented in the form of effect after someone too often
consume cigarettes. Of course this raisescigarette consumers opinion and
perceptions of smoking. The purpose of this regulation is to be consumers of
cigarettes can reduce or even stop their smoking activity. But in fact, there are
still many cigarette consumers who keep smoking after the emergence of these
regulation.
This research has a purpose to know the cigarette consumers opinion
about the advertisement (dangers of smoking image and writing) on cigarette
packs. This public opinion will bring up to why would someone keep smoking
though he knows the information after view the advertisement (danger of
smokings image and writing) through the cigarette packs. It is use descriptive
qualitative method by using perception theory. Perception theory will be the
foundation will get the opinion of cigarette consumers, is more focused to the
process or stage from cigarette consumers on approaching their perception about
the image describe the dangers of smoking on cigarette packs. The step include
stimulation, organization, interpretation and evaluation, memory and recall.
Beside that perception theory will be the foundation to get the opinion of cigarette
consumers about why would someone keep smoking though he knows the
information about the dangers of smoking through the cigarette packs. The data
gets from interview, library research and document analysis.
Research solution is opinion from cigarette consumers about the
advertisement (dangers of smoking image and writing) and why would they keep
smoking. Consumers smoke because of daily habits. Consumers not too adverselly
affected by the dangers of smoking pictures. At first, they feel disgusted and
offened with the picture, but gradually they began feel used to the image and keep
smoking. They give an opinion, past experience and minimal knowledge is make
them keep smoking. They look the fact surrounding them and himself didn‟t
experience such a thing that describe on the picture on the cigarrete packs. So
they keep smoking until nowadays.
Key words : smoking, perception, cigarette consumers, the image about smoking
dengerous
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS AKHIR ................................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................vii
ABSTRACTION ...............................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................................... 4
3. Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
4. Manfaat Penelitian................................................................................... 5
5. Konsep-konsep yang digunakan.............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................10
1. Opini........................................................................................................ 10
2. Konsumen Rokok.................................................................................... 12
3. Iklan.........................................................................................................16
3.1. Pengertian Iklan............................................................................. 16
3.2. Fungsi Iklan................................................................................... 18
3.3. Iklan (gambar dan tulisan bahaya merokok) dalam
kemasan rokok ..............................................................................20
4. Teori Persepsi Interpersonal.................................................................... 25
5. Kerangka pikir penelitian........................................................................ 30
6. Originalitas Penelitian............................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................33
1. Pendekatan dan jenis penelitian.............................................................. 33
2. Unit amatan dan unit analisa.................................................................. 35
3. Jenis Data................................................................................................ 35
3.1. Data Primer...................................................................................... 35
3.2. Data Sekunder................................................................................. 36
4. Metode Pengumpulan Data.................................................................... 36
x
5. Tekhnik Analisa Data............................................................................ 37
BAB IV ROKOK : SEJARAH, DINAMIKA dan REGULASI ....................39
1. Sejarah Rokok........................................................................................ 39
2. Dinamika Rokok di Indonesia................................................................ 41
3. Regulasi Rokok di Indonesia................................................................. 43
3.1. Peraturan Pemerintah mengenai penggunaan iklan
(gambar dan tulisan bahaya merokok)
dalam kemasan rokok…………………………… ...........................43
3.2. Ketentuan pemakaian label iklan bahaya merokok……………….. 51
BAB V OPINI KONSUMEN ROKOK TERHADAP IKLAN
DI KEMASAN ROKOK ....................................................................57
1. Opini Konsumen Rokok tentang regulasi rokok di Indonesia………… 58
2. Sikap konsumen rokok yang tetap merokok…………………………... 63
3. Teori persepsi dalam Opini Konsumen rokok
terhadap iklan dalam kemasan rokok………………………………….. 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................72
1. Kesimpulan…………………………………………………………….. 72
2. Saran…………………………………………………………………… 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
1. Label rokok .................................................................................. 22
2. Kerangka pikir.............................................................................. 30
3. Ketentuan pemasangan label iklan bahaya rokok………………. 51
4. Kangker Mulut.............................................................................. 52
5. Orang merokok dengan asap yang membentuk tengkorak……… 53
6. Kangker tenggorokan.................................................................... 54
7. Orang merokok dengan anak di dekatnya…………………...…. 55
8. Paru-paru yang menghitam karena kanker…………………...…. 56
xii
DAFTAR TABEL
TABEL JUDUL HALAMAN
1. Data Konsumen Rokok di Selasar Kartini……………………… 58
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN JUDUL
1. Biodata Peneliti (Curriculum Vitae)
2. Question riset (panduan pertanyaan wawancara)
3. Hasil wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran
penting menggerakkan roda ekonomi secara nasional, hampir dari berbagai
kalangan menggemari rokok, sementara dalam proses produksinya, pabrik-
pabrik rokok mampu menyerap tenaga kerja secara besar-besaran sehingga
mengurangi peluang tumbuhnya angka pengangguran. Rokok menjadi salah
satu produk yang selalu mendapat perhatian dalam bentuk pengemasan baik
dalam bentuk kemasan produk atau iklannya.
Kemasan rokok saat ini harus menyertakan gambar tentang bahaya dari
rokok. Gambar yang dimunculkan berupa akibat setelah seseorang terlalu
sering mengkonsumsi rokok. Kemasan rokok juga harus menampilkan tulisan
“Peringatan : Merokok Membunuhmu” sebagai peringatan terhadap pengguna
rokok. Selain itu, sebuah iklan rokok di televisi harus sesuai dengan ketentuan
yang telah diatur secara hukum bahwa iklan rokok memiliki batasan-batasan
yang tertuang dalam Tata krama dan tata cara periklanan Indonesia
(TKTCPI/EPI, 2007: 24) :
a. Iklan tidak boleh mempengaruhi atau merangsang orang untuk mulai
merokok.
2
b. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa tidak merokok adalah hal yang
wajar.
c. Iklan tidak boleh menggambarkan orang merokok dalam kegiatan-
kegiatan yang dapat membahayakan keselamatan.
d. Iklan tidak boleh menampilkan ataupun ditujukan terhadap anak-anak
di bawah usia 16 tahun dan wanita hamil.
e. Iklan rokok tidak boleh dimuat pada media periklanan yang khalayak
sasaran utamanya adalah anak-anak di bawah usia 16 tahun.
Beberapa point1 tersebut di atas kemudian menimbulkan adanya
pembatasan terhadap materi-materi iklan rokok. Hal inilah kemudian yang
menuntut para produsen dan pembuat iklan rokok harus sekreatif mungkin
dalam mengemas serta menyampaikan pesan tentang produk rokok tanpa harus
melanggar aturan-aturan yang dicantumkan dalam Tata Krama dan Tata Cara
Periklanan Indonesia (TKTCPI).
Iklan (Gambar dan tulisan tentang bahaya merokok) merupakan pesan
yang berupa tanda yang terdapat dalam kemasan rokok. Tanda (sign) adalah
suatu entitas yang tersusun dari dua bagian yang tak terpisahkan, yakni
penanda (signifier atau signifiant) dan petanda (signified atau signifie). Tanda
menurut Saussure dalam (2006: 41), dapat dipahami sebagai paduan tak
terpisahkan antara penanda misalkan dalam bahasa adalah suatu citraan bunyi
1 Disunting dari http:www.imple.or.id ,jum‟at 3 oktober 2014 jam 10:30 wib
3
(misalkan huruf k/u/r/s/i) dengan petanda yaitu konsep mental tentang objek
yang dirujuk (misalkan suatu tempat duduk).
Penanda dalam pemikiran Saussure dekat dengan konsep tanda dalam
pemikiran Peirce. sedangkan petanda dekat dengan konsep interpretant Peirce
(Fiske, 2004: 65). Dalam hal ini, iklan (gambar dan tulisan) yang ada dalam
kemasan rokok merupakan suatu tanda berisi pesan yang mempunyai tujuan
menyampaikan informasi kepada konsumen tentang bahaya merokok. Namun
hal ini bertentangan dengan tujuan produsen rokok. Sebuah produsen rokok
memproduksi rokok dengan kemasan yang menarik dengan tujuan untuk
meningkatkan penjualan.
Tulisan dan gambar yang muncul dalam kemasan rokok juga bertentangan
dengan fungsi dari iklan itu sendiri. Fungsi dari iklan adalah sebagai media
promosi bagi sebuah produk. Iklan digunakan untuk mendorong calon
konsumen mengkonsumsi maupun mempertahankan loyalitasnya terhadap
sebuah produk yang dalam hal ini adalah rokok. Iklan menurut Kotler (2005:
277) didefinisikan sebagai segala bentuk penyajian non-personal dan promosi
ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan
pembayaran.
Grifin dan Ebert yang dikutip oleh Soemanagara (2006: 132) menyebutkan
bahwa advertising is paid, nonpersonal communication used by an identified
sponsor to inform an audience abaout product (Iklan adalah pembayaran,
4
komunikasi non-personal yang digunakan untuk mengidentifikasikan sponsor
untuk menginformasikan kepada pendengar tentang sebuah produk ).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti tentang
bagaimana opini dari masyarakat (konsumen rokok) mengenai penggunaan
iklan (gambar dan tulisan larangan bahaya merokok) yang terdapat dalam
sebuah kemasan rokok. Studi deskriptif akan menggambarkan opini
masyarakat mengenai hal ini. Peneliti ingin memberikan gambaran kepada
masyarakat seperti apa opini masyarakat (konsumen rokok) terhadap
penggunaan gambar dan tulisan bahaya merokok (iklan) dalam kemasan rokok.
Selain itu peneliti ingin mengetahui pendapat konsumen rokok yang tetap
mengkonsumsi rokok setelah mereka tahu tentang bahaya rokok yang terdapat
dalam kemasan rokok.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana opini konsumen rokok terhadap iklan di kemasan rokok?”
3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui opini konsumen rokok terhadap iklan (gambar dan tulisan
bahaya merokok) dalam kemasan rokok. Opini konsumen ini sampai kepada
5
mengapa konsumen rokok tetap merokok setelah melihat iklan (gambar dan
tulisan bahaya merokok) dalam kemasan rokok?
4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat baik secara praktis maupun
teoritis. Secara praktis penelitian ini diharap mampu memberikan gambaran
tentang opini masyarakat (opini konsumen rokok) terhadap iklan di kemasan
rokok. Secara teori, penelitian ini diharap mampu memberikan pemahaman
terhadap pendekatan deskriptif sebagai metode penggambaran suatu kejadian
yang terdapat dalam masyarakat.
5. KONSEP-KONSEP YANG DIGUNAKAN
5.1. Opini
Opini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008: 1021)
adalah (opi·ni n) pendapat; pikiran; pendirian .Opini (Opinion) adalah
sebuah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau
preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat
tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat
pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada
masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung
ditentukan. Opini bukanlah sebuah fakta, akan tetapi jika dikemudian hari
6
dapat dibuktikan atau diverifikasi, maka opini akan berubah menjadi
sebuah kenyataan atau fakta.
Opini atau pendapat dalam masyarakat biasa dikatakan sebagai
pendapat umum (opini public). Pendapat umum sebenarnya pendapat-
pendapat mengenai keadaan yang sudah lalu (Astrid,1975:47). Cultip dan
center dalam sastropoetro (1987) menyatakan bahwa opini publik adalah
sejumlah akumulasi pendapat individual tentang suatu isu dalam
pembicaran secara terbuka dan berpengaruh terhadap sekelompok orang.
5.2. Konsumen rokok
5.2.1. Konsumen
Penelitian ini akan selalu berkaitan dengan konsumen.
Konsumen berarti orang yang mengkonsumsi sesuatu. Konsumsi
sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008: 750)
adalah konsumsi n 1 pemakaian barang-barang hasil industri (bahan
pakaian, makanan, dsb); 2 barang barang yg langsung memenuhi
keperluan hidup kita). Dengan demikian Konsumen menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008: 750) adalah pemakai barang-
barang hasil industri (bahan pakaian, makanan, dsb). Selain itu
konsumen juga bisa diartikan sebagai penerima pesan iklan dan
pemakai jasa (pelanggan dsb).
7
Dengan kata lain konsumen merupakan setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan atau dikonsumsi sendiri.
5.2.2. Konsumen Rokok
Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi dalam
masyarakat. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum
dan meluas di masyarakat. Dan ini dapat dikatakan bahwa konsumen
rokok di Indonesia sangatlah banyak. Seperti yang di kutip dari Latar
belakang Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 40
tahun 2013 tentang peta jalan pengendalian dampak konsumsi rokok bagi
kesehatan (2013: 4) menyebutkan bahwa konsumsi rokok merupakan
epidemi yang mengancam kelangsungan generasi di Indonesia.
Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun dan saat
ini Indonesia merupakan negara nomor 3 (tiga) dengan jumlah
perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India.
5.3. Iklan (gambar dan tulisan bahaya merokok) dalam kemasan rokok.
Menurut Heru Nugroho dalam bukunya Jalan Tengah Memahami
Iklan (2002:22-23) mengatakan bahwa iklan adalah salah satu bentuk
komunikasi. Iklan merupakan struktur informasi dan susunan komunikasi
nonpersonal yang biasanya dibiayai dan bersifat persuasif, tentang produk-
8
produk (barang,jasa dan gagasan) oleh sponsor yang teridentifikasi,
melalui berbagai macam media.
Iklan bahaya merokok dalam kemasan rokok merupakan iklan
layanan masyarakat atau periklanan Layanan Masyarakat. Monle dan
Carla dalam bukunya prinsip-prinsip pokok periklanan dalam perspektif
global (2007:9) menjelaskan bahwa Iklan Layanan masyarakat dirancang
untuk beroprasi untuk kepentingan masyarakat dan mempromosikan
kesejahteraan masyarakat. Iklan-iklan ini diciptakan bebas biaya oleh para
profesional periklanan dengan ruang dan waktu iklan merupakan hibah
oleh media. Gambar dan tulisan bahaya merokok dalam kemasan rokok
merupakan iklan layanan masyarakat yang disisipkan dalam sebuah
kemasan.
Kemasan berasal dari kata dasar kemas a 1 teratur (terbungkus) rapi;
2 bersih; rapi; beres; selesai. Kemasan berarti hasil dari mengemas atau
bungkus pelindung barang dagangan (niaga)(KBBI 2008: 678). Sedangkan
label /labél/ n 1 sepotong kertas (kain, logam, kayu, dsb) yang
ditempelkan pada barang yang berisikan tentang nama barang, nama
pemilik, tujuan, alamat, dsb; 2 etiket; merek dagang; 3 petunjuk singkat
tentang zat-zat yang terkandung dalam obat dsb; 4 petunjuk kelas kata,
sumber kata, dsb dalam kamus (KBBI 2008: 788).
Kemasan rokok saat ini harus menyertakan gambar (label) tentang
bahaya dari rokok. Gambar yang dimunculkan berupa akibat setelah
9
seseorang terlalu sering mengkonsumsi rokok. mulai tanggal 24 Juni 2014
kemasan rokok akan diberi label peringatan bergambar berisi lima gambar
pilihan masyarakat yang diadopsi dari UU Kesehatan 36/2009, ditetapkan
dengan PP 109/2012 dan dijabarkan dalam Permenkes 28/2013.2
2 Gambar dan Tulisan Bahaya Rokok, http//:tempo.com diakses 14 oktober 2014 pukul 10:20 wib
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Opini
Opini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008: 1021) adalah
(opi·ni n) pendapat; pikiran; pendirian . Opini adalah perkiraan, pikiran, atau
tanggapan tentang suatu hal (seperti orang atau peristiwa). Opini atau pendapat
bersifat subjektif. Pendapat orang mengenai suatu hal dapat berbeda-beda.
Perbedaan pendapat yang dikeluarkan bergantung pada sudut pandang dan latar
belakang yang dimiliki. Opini atau pendapat adalah suatu keadaan yang belum
pasti kebenarannya. Walaupun suatu kejadian yang diperhitungkan pasti
terjadi, namun jika belum terjadi, kejadian tersebut dimasukkan sebagai opini.
Apalagi penilain seseorang terhadap suatu benda atau keadaan atau kejadian
jelas termasuk opini.
Opini (Opinion) juga bisa dikatakan sebagai ide atau pikiran untuk
menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan
ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan
pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang
sesuatu yang berlaku pada masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta
tidak dapat langsung ditentukan. Opini bukanlah sebuah fakta, akan tetapi jika
11
dikemudian hari dapat dibuktikan atau diverifikasi, maka opini akan berubah
menjadi sebuah kenyataan atau fakta.
Opini atau pendapat dalam masyarakat biasa dikatakan sebagai pendapat
umum (opini public). Pendapat umum sebenarnya pendapat-pendapat
mengenai keadaan yang sudah lalu (Astrid,1975:47). Cultip dan center dalam
sastropoetro (1987) menyatakan bahwa opini publik adalah sejumlah
akumulasi pendapat individual tentang suatu isu dalam pembicaran secara
terbuka dan berpengaruh terhadap sekelompok orang. Definisi lain yaitu
penilaian sosial mengenai suatu masalah yang penting dan berarti berdasarkan
proses pertukaran yang sadar dan rasional oleh khalayak (Sumarno,1990:19).
Sedangkan Hennesy mendefinisikan Opini Publik sebagai kompleksitas
keyakinan yang diungkapkan oleh sejumlah orang-orang tentang suatu
persoalan mengenai kepentingan umum.
Elizabeth Noelle-Neumann dalam bukunya yang berjudul Return to the
Concept of Powerful Mass Media, mendefinisikan opini publik sebagai sikap
atau perilaku yang harus diungkapkan seseorang kepada publik jika orang
tersebut tidak mengasingkan dirinya sendiri; dalam bidang yang menimbulkan
pertentangan atau perubahan, opini publik adalah sikap-sikap yang
diungkapkan seseorang tanpa membahayakan pengasingan dirinya sendiri.
Dengan kata lain, opini publik adalah suatu pemahaman pada sebagian orang
dalam komunitas yang terus menerus menaruh perhatian terhadap beberapa
pengaruh atau masalah yang sarat nilai dimana baik individu maupun
12
pemerintah harus menghargainya paling tidak berkompromi berupa perilaku
terbuka berdasarkan ancaman untuk dikeluarkan atau diasingkan dari
masyarakat
2. Konsumen rokok
Konsumen berarti orang yang mengkonsumsi sesuatu. Konsumsi sendiri
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008: 750) adalah konsumsi n
1 pemakaian barang-barang hasil industri (bahan pakaian, makanan, dsb); 2
barang barang yg langsung memenuhi keperluan hidup kita). Dengan demikian
Konsumen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008: 750) adalah
pemakai barang-barang hasil industri (bahan pakaian, makanan, dsb). Selain itu
konsumen juga bisa diartikan sebagai penerima pesan iklan dan pemakai jasa
(pelanggan dsb).
Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler (2000) dalam bukunya
Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang
membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen
13
dapat dikelompokkan yakni konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen
antara adalah distributor, agen dan pengecer. Mereka membeli barang bukan
untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan. Sedangkan pengguna barang
adalah konsumen akhir. Yang dimaksud konsumen akhir adalah konsumen
akhir memperoleh barang atau jasa bukan untuk dijual kembali, melainkan
untuk digunakan, baik bagi kepentingan dirinya sendiri, keluarga, orang lain
dan makhluk hidup lain (Tatik Suryani 2003:12)
Tentunya konsumen mempunyai sikap atau perilaku dalam memperoleh
barang dan jasa juga dalam mengambil keputusan terhadap suatu barang dan
jasa. Hal ini dinamakan Perilaku Konsumen atau Sikap konsumen. Sikap
adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu
objek, baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten
(Setiadi,2003:214). Menurut Mowen dan Minor (2002:319) sikap adalah inti
dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok situasi, objek, dan ide-ide
tidak berwujud tertentu.
Sedangkan Schiffman dan Kanuk dalam Suryani (2008:162) menyatakan
sikap merupakan ekspresi perasaan yang berasal dari dalam diri individu yang
mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, setuju atau tidak
setuju terhadap suatu objek. Menurut Engel, Blackwell dan miniard (1995)
(dalam Tatik,2008:5) pemahaman terhadap perilaku konsumen mencakup
pemahaman terhadap tindakan yang langsung dilakukan konsumen dalam
14
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.
“consumer behavior as those activities directly involved in obtaining,
consuming, and disposing of products and service, including the decision
processes that precede and follow these actions”.(Engel, Blackwell and
Miniard, 1995 : 4)
Perilaku Konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu,
kelompok dan organisasi dan proses yang dilakukan untuk memilih,
mengamankan, menggunakan dan menghentikan produk, jasa, pengalaman
atau ide untuk memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen
dan masyarakat. (Hawkins, Best, dan Coney (2007:6) dalam Tatik (2008:5-6))
Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi dalam masyarakat.
Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di
masyarakat. Dan ini dapat dikatakan bahwa konsumen rokok di Indonesia
sangatlah banyak. Rokok merupakan produk tembakau yang berarti suatu
produk yang secara keseluruhan atau sebagian terbuat dari daun tembakau
sebagai bahan bakunya yang diolah untuk digunakan dengan cara dibakar,
dihisap, dihirup atau dikunyah. Rokok termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum,
nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. (3Permenkes
no 28/2013: 5). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rokok n gulungan
3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 28 tahun 2013 tentang pencantuman
peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau.
15
tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yg dibungkus (daun nipah, kertas,
dsb)(KBBI 2008: 1217).
Seperti yang di kutip dari Latar belakang Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 40 tahun 2013 tentang peta jalan pengendalian
dampak konsumsi rokok bagi kesehatan (2013: 4) menyebutkan bahwa
konsumsi rokok merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan generasi
di Indonesia. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun dan
saat ini Indonesia merupakan negara nomor 3 (tiga) dengan jumlah perokok
tertinggi di dunia setelah Cina dan India.
Indonesia merupakan salah satu negara konsumen tembakau terbesar di
dunia.selain itu pada tahun 1970 saja, konsumsi tembakau di Indonesia sudah
mencapai 33 milyar batang pertahun, 217 milyar batang pertahun pada tahun
2000 dan terus meningkat sampai sekarang. Ini berarti peningkatan konsumsi
rokok mencapai 150% pertahun4.
Dalam peraturan menteri kesehatan juga disebutkan bahwa Perokok
pemula remaja usia 10-14 tahun naik 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir dari
9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pada tahun 2010 Sementara perokok
pemula usia 15-19 tahun menurun dari 58,9% menjadi 43,3%. Keadaan ini
menunjukkan telah terjadi pergeseran perokok pemula ke kelompok usia yang
lebih muda (Susenas 2004, SKRT 2001).
4 Data dari www.lizarherbal.com jum‟at 3 oktober 2014 jam 10:30 wib
16
Prevalensi merokok meningkat dari 27% pada tahun 1995 menjadi 36.1%
pada tahun 2011. Pada tahun 1970, konsumsi rokok di Indonesia berjumlah 30
miliar batang sedangkan pada tahun 2009 jumlah tersebut meningkat sangat
drastis menjadi 260 miliar batang rokok atau meningkat lebih dari 700%
selama 40 tahun. Sejalan dengan hal tersebut tingkat produksi rokok juga
menunjukkan peningkatan dari 260 miliar batang pada tahun 2010 menjadi 270
miliar batang pada tahun 2011.
Rokok merupakan sumber devisa negara namun sesungguhnya
merupakan kerugian bagi negara baik berupa kesehatan atau moral. Menurut
data depkes tahun 2004, total biaya konsumsi atau pengeluaran untuk
tembakau adalah Rp. 127,4 Triliun. Biaya tersebut sudah termasuk biaya
kesehatan, pengobatan dan kematian akibat tembakau. Sementara penerimaan
negara dari cukai tembakau adalah Rp 16,5 Triliun, artinya biaya pengeluaran
untuk menangani masalah kesehatan akibat rokok lebih besar 7,5 kali lipat dari
pada penerimaan cukai itu sendiri.5
3. Iklan
3.1. Pengertian Iklan
Periklanan atau advertising dapat diidefinisikan sebagai bentuk
presentasi non-personal serta promosi ide-ide, barang-barang serta jasa-
5 Rokok Bukan Penyumbang Devisa tapi Penyumbang Kerugian Negara. http://health.detik.com.
diakses 18 oktober 2014, pukul 12:10 wib
17
jasa yang dilakukan oleh seorang sponsor yang dapat diidentifikasi dan
yang memberikan imbalan untuk tujuan tersebut.
Kata iklan atau advertising berasal dari bahasa yunani, yang
artinya kurang lebih adalah menggiring orang pada gagasan. Adapun
pengertian secara komprehensif adalah semua bentuk aktifitas untuk
menghadirkan dan mempromsikan ide, barang, atau jasa secara
nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan merupakan suatu
proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang
untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat
iklan.(Darmadi dkk,2003: 1)
Klepper (seperti dikutip Liliweri, 1997) mendifinisikan iklan
sebagai berikut “iklan atau advertising berasal dari bahasa latin “avere”
yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain” (h.17).
Wright (seperti dikutip Liliweri, 1997) “iklan merupakan suatu proses
komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat
pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta
gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang
persuasif” (h.20). Dengan adanya televisi swasta masyarakat bisa
menikmati berbagai tayangan, baik yang mengandung hiburan maupun
pendidikan.
Definisi dari iklan lainnya adalah suatu usaha perorangan atau
suatu organisasi tertentu untuk memperkenalkan suatu barang atau jasa
18
dengan cara mengadakan pengumuman atau propaganda dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. (Maya,1978: 1-2)
Iklan bahaya merokok dalam kemasan rokok merupakan iklan
layanan masyarakat atau periklanan Layanan Masyarakat. Monle dan
Carla dalam bukunya prinsip-prinsip pokok periklanan dalam perspektif
global (2007:9) menjelaskan bahwa Iklan Layanan masyarakat dirancang
untuk beroprasi untuk kepentingan masyarakat dan mempromosikan
kesejahteraan masyarakat. Iklan-iklan ini diciptakan bebas biaya oleh para
profesional periklanan dengan ruang dan waktu iklan merupakan hibah
oleh media. Gambar dan tulisan bahaya merokok dalam kemasan rokok
merupakan iklan layanan masyarakat yang disisipkan dalam sebuah
kemasan.
3.2. Fungsi Iklan
Fungsi dari Iklan ialah mengumumkan atau memberitahukan atau
mengajak atau mempropagandakan suatu barang atau jasa, sehingga orang
mengenal dan kemudian tergerak hatinya untuk memiliki dan membeli
barang atau jasa tersebut (Maya,1978:7). Ada beberapa fungsi periklanan
(seperti dikutip Liliweri, 1997, h.47) yang diperluas namun bersumber
pada beberapa buku periklanan, Wright (1978), Dunn (1978), Busch
(1980) dan Bovee (1976) sebagai berikut:
19
a. Fungsi Pemasaran
Iklan sebagai fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi
permintaan para pemakai ataupun pembeli terhadap barangbarang
ataupun jasa serta gagasan yang diperlukannya. Jadi singkatnya iklan
sebagai fungsi pemasaran merupakan alat bantu dari pemasaran.
b. Fungsi Komunikasi
Iklan sebagai fungsi komunikasi berfungsi untuk memberikan
penerangan dan informasi tentang suatu barang, jasa, gagasan yang
lebih diketahui oleh satu pihak dan dijual kepada pihak yang lain agar
mengetahuinya.
c. Fungsi Pendidikan
Iklan sebagai fungsi pendidikan berperan dalam pembentukan
sikap setiap orang yang dapat meningkatkan aspek-aspek kognisinya,
kemudian aspek afeksinya, dan aspek psikomotor dan memberikan
pilihan yang bebas dari khalayak untuk mengambil keputusan.
d. Fungsi Ekonomi
Iklan sebagai fungsi ekonomi merupakan suatu hal yang dapat
mengakibatkan seseorang semakin tahu tentang suatu produk tertentu,
bentuk pelayanan jasa maupun kebutuhan serta memperluas ide-ide
yang mendatangkan keuntungan finansial.
20
e. Fungsi Sosial
Iklan sebagai fungsi sosial maksudnya iklan juga dapat membantu
menggerakan suatu perubahan standar hidup serta menggugah
pandangan orang tentang suatu peristiwa, kemudian meningkatkan
sikap, afeksi yang positif dan diikuti pelaksanaan tindakan sosial.
3.3. Iklan (gambar dan tulisan bahaya merokok) dalam kemasan rokok.
Iklan (gambar dan tulisan bahaya merokok) dalam kemasan rokok
dapat dikatakan sebagai label. Kemasan Produk Tembakau yang
selanjutnya disebut Kemasan adalah bahan yang digunakan untuk
mewadahi dan/atau membungkus produk tembakau baik yang bersentuhan
langsung dengan produk tembakau maupun tidak (6Permenkes no 28/2013:
5). Kemasan berasal dari kata dasar kemas a 1 teratur (terbungkus) rapi; 2
bersih; rapi; beres; selesai.
Kemasan berarti hasil dari mengemas atau bungkus pelindung
barang dagangan (niaga)(KBBI 2008: 678). Sedangkan label /labél/ n 1
sepotong kertas (kain, logam, kayu, dsb) yang ditempelkan pada barang
yang berisikan tentang nama barang, nama pemilik, tujuan, alamat, dsb; 2
etiket; merek dagang; 3 petunjuk singkat tentang zat-zat yang terkandung
dalam obat dsb; 4 petunjuk kelas kata, sumber kata, dsb dalam kamus
(KBBI 2008: 788).
6 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 28 tahun 2013 tentang pencantuman
peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau.
21
Kemasan atau pembungkus biasanya terbuat dari kertas, kaleng,
botol, kotak, plastik, maupun dari gelas, kaca dan sebagainnya.
Pembungkus dalam peranannya memiliki 3 fungsi yang penting, yaitu
melindungi isi didalamnya, mempermudah mengenal suatu barang dan
menjadi alat iklan (maya,1978:23-25).
Label adalah setiap keterangan mengenai produk tembakau yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
disertakan pada produk tembakau, dimasukkan ke dalam, di tempatkan
pada atau merupakan bagian Kemasan Produk Tembakau (Permenkes no
28/2013: 5)
Menurut Krasovec & Klimchuk (2006: 158) mengatakan bahwa
label biasanya terbuat dari kertas, laminasi kertas atau film plastik dengan
atau tanpa bahan perekat (sensitif terhadap tekanan), label dapat mencakup
keseluruhan kemasan atau hanya setempat saja. Dapat dipotong dalam
berbagai bentuk berbeda untuk melengkapi kontur suatu bentuk kemasan.
Label menurut kotler (2009: 29) mempunyai fungsi, yaitu :
1. Identifies (mengidentifikasi): label dapat menerangkan
mengenai produk.
2. Grade (nilai/kelas): label dapat menunjukan nilai/kelas dari
suatu produk.
3. Describe (memberikan keterangan): label memberikan
keterangan mengenai siapa produsen produk, dimana produk
22
dibuat, kapan produk dibuat, apa komposisi dari produk dan
bagaimana menggunakan produk secara aman.
4. Promote (mempromosikan): label mempromosikan produk
lewat gambar dan warna yang menarik.
Selain label mengenai informasi tentang rokok, dalam kemasan
rokok terdapat label mengenai bahaya merokok berupa gambar dan
tulisan. Laporan dari WHO menyebutkan beberapa penyakit dengan
kebiasaan merokok, yaitu kangker paru, bronkitis kronik, dan emfisema,
pennyakit jantung iskemik dan penyakit kardiovaskuler lain, ulkus
peptikum, kangker mulut/tenggorokan/kerongkongan, penyakit pembuluh
darah otak dan gangguan janin dalam kandungan (Aditama, 1997: 20).
Beberapa gambar penyakit tersebut muncul dalam kemasan rokok.
Sumber : kompas.com
Gambar 1. Label rokok
23
Bungkus atau kemasan rokok di Indonesia mulai tanggal 24 Juni
2014 akan diberi label peringatan bergambar berisi lima gambar pilihan
masyarakat yang diadopsi dari Undang-Undang Kesehatan 36/2009,
ditetapkan dengan PP 109/2012 dan dijabarkan dalam Permenkes 28/2013.
Menurut Tulus Abadi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
mengatakan bahwa Peringatan bergambar menjadi pesan kuat dibanding
pesan teks, untuk meyakinkan masyarakat akan dampak merokok atau
paparan asap rokok 7
.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 109 tahun 2012
tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk
tembakau bagi kesehatan bagian II tentang produksi dan impor pasal 14
menyebutkan bahwa :
1. Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk
Tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan
peringatan kesehatan.
2. Peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berbentuk gambar dan tulisan yang harus mempunyai satu
makna.
3. Peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercetak menjadi satu dengan Kemasan Produk Tembakau.
7 Gambar dan Tulisan Bahaya Rokok, http//:tempo.com diakses 14 oktober 2014 pukul 10:20 wib
24
Sedangkan dalam pasal 15 ayat 1 menyebutkan bahwa Setiap 1
(satu) varian Produk Tembakau wajib dicantumkan gambar dan tulisan
peringatan kesehatan yang terdiri atas 5 (lima) jenis yang berbeda, dengan
porsi masing-masing 20% (dua puluh persen) dari jumlah setiap varian
Produk Tembakaunya.
Dalam pasal 17 menyebutkan tentang teknik pemasangan label
bahaya merokok dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Gambar dan tulisan peringatan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 dicantumkan pada setiap Kemasan
terkecil dan Kemasan lebih besar Produk Tembakau.
2. Setiap Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencantumkan 1 (satu) jenis gambar dan tulisan peringatan
kesehatan.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi Rokok klobot, Rokok klembak menyan, dan cerutu
Kemasan batangan.
4. Pencantuman gambar dan tulisan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar bagian
depan dan belakang masing-masing seluas 40% (empat
puluh persen), diawali dengan kata “Peringatan” dengan
menggunakan huruf berwarna putih dengan dasar hitam,
25
harus dicetak dengan jelas dan mencolok, baik sebagian
atau seluruhnya;
b. gambar sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dicetak
berwarna; dan
c. jenis huruf harus menggunakan huruf arial bold dan font 10
(sepuluh) atau proporsional dengan Kemasan, tulisan warna
putih di atas latar belakang hitam.
d. dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar bagian
depan dan belakang masing-masing seluas 40% (empat
puluh persen), diawali dengan kata “Peringatan” dengan
menggunakan huruf berwarna putih dengan dasar hitam,
harus dicetak dengan jelas dan mencolok, baik sebagian
atau seluruhnya;
e. gambar sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dicetak
berwarna; dan
5. jenis huruf harus menggunakan huruf arial bold dan font 10
(sepuluh) atau proporsional dengan Kemasan, tulisan warna
putih di atas latar belakang hitam.
4. Teori Persepsi Interpersonal
Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan
bukan suatu pendatatan yang benar dan objektif karena dilatarbelakangi oleh
26
kepentingan yang berlainan, sehubungan dengan hal itu maka persepsi itu
sebetulnya suatu proses. roucek (1987:22) mengungkapkan bahwa persepsi
merupakan proses menyadari adanya sesuatu hal dan memberikan suatu
tanggapan, lazim disebut persepsi. kesadaran itu diperoleh berkat penggunaan
panca indera. akan tetapi saran sensoris manusia saja tidak menjelaskan proses
pemahaman. panca idera hanya merupakan alat fisik yang menerima kesan
terhadap objek yang dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Tatik Suryani dalam bukunya Perilaku Konsumen (2008: 97) menjelaskan
bahwa proses persepsi bukan hanya proses psikologi semata, tetapi diawali
dengan proses fisiologi yang dikenal sebagai sensasi. Persepsi merupakan
proses dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan dan
menginterprestasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna.(schiffman dan
kanuk:2004)
Krech (dalam Thoha, 2004: 142) persepsi adalah “suatu proses kognitif
yang komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang
barangkali sangat berbeda dari kenyataannya”. Menurut Thoha (2004: 141)
sendiri, persepsi pada hakikatnya adalah “proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman”
Proses pembentukan persepsi diawali dengan masuknya sumber melalui
suara, penglihatan, rasa, aroma atau sentuhan manusia, diterima oleh indera
manusia (sensory receptor) sebagai bentuk sensation. Sejumlah besar sensation
27
yang diperoleh dari proses pertama diatas kemudian diseleksi dan diterima.
Fungsi penyaringan ini dijalankan oleh faktor seperti harapan individu,
motivasi, dan sikap.
Sensation yang diperoleh dari hasil penyaringan pada tahap kedua itu
merupakan input bagi tahap ketiga, tahap pengorganisasian sensation. Dari
tahap ini akan diperoleh sensation yang merupakan satu kesatuan yang lebih
teratur dibandingkan dengan sensation yang sebelumnya. Tahap keempat
merupakan tahap penginterpretasian seperti pengalaman, proses belajar, dan
kepribadian. Apabila proses ini selesai dilalui, maka akan diperoleh hasil akhir
berupa Persepsi.(Thoha,2004).
Ada beberapa Faktor yang Mempengaruhi Persepsi. Seperti yang
dikatakan vincent (1997: 35) dalam bukunya Manajemen Bisnis Total seperti
berikut :
1. Faktor pengalaman masa lalu (terdahulu) dapat mempengaruhi
seseorang karena manusia biasanya akan menarik kesimpulan yang
sama dengan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan.
2. Faktor keinginan dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam hal
membuat keputusan. Manusia cenderung menolak tawaran yang tidak
sesuai dengan apa yang ia harapkan.
3. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan
pengalaman yang telah dialaminya. Hal ini jelas mempengaruhi
persepsi seseorang.
28
Selain faktor diatas ada 2 faktor yang mempengaruhi persepsi. Faktor
Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam
diri individu dan Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan
karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya.
Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap
dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau
menerimanya.
Ada beberapa tahap utama dalam persepsi manusia. Menurut liliweri
(2011: 157) Tahap tahap persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu
menjadi lebih sadar tentang objek dan peristiwa yang terjadi dalam dunia
sekeliling. Persepsi mempunyai lima tahapan utama dan manusia selalu
mengikuti tahapan ini. Tahapan tersebut adalah:
1. Stimulation, individu menerima stimulus (rangsangan dari luar), di
saat ini indra akan menangkap makna terhadap stimulus
(meaningfull stimuli).
2. Organization, stimuli tadi diorganisasikan berdasarkan tatanan
tertentu misalnya berdasarkan schemata (membuat semacam
diafragma tentang stimuli) atau dengan reflek perilaku.
3. Interpretation dan evaluation, Individu membuat interpretasi dan
evaluasi terhadap stimuli berdasarkan pengalaman masa lalu atau
tentang pengetahuan yang dia terima itu.
29
4. Memory, stimulus yang sudah direkam itu direkam dalam memori
atau ingatan.
5. Recall, Semua rekaman atau ingatan itu dikeluarkan, itulah
persepsi
Secara sederhana liliweri (2001) menjaelaskan proses persepsi ini menjadi 3
tahapan utama yaitu :
1. Individu memperhatikan dan membuat seleksi
2. Individu mengorganisasikan objek yang ditangkap oleh indra
3. Individu membuat interpretasi
30
5. Kerangka pikir penelitian
Gambar 2.
Kerangka Pikir
Penelitian ini akan menganalisa konsumen rokok yang dikaitkan
dengan adanya penggunaan tanda (gambar dan tulisan bahaya merokok) dalam
kemasan dan iklan rokok dengan menggunakan Teori Persepsi Komunikasi
Interpersonal. yang menjadi dasar untuk memunculkan sebuah opini dari
IKLAN
DALAM
KEMASAN
ROKOK
PERATURAN
PEMERINTAH
MENGENAI
PENGGUNAAN GAMBAR
DAN TULISAN BAHAYA
MEROKOK
OPINI MASYARAKAT
(KONSUMEN ROKOK)
ADANYA
KONTRADIKSI
ANTARA TUJUAN
IKLAN DAN
PERATURAN YANG
ADA
PENDAPAT
MENGENAI
IKLAN DALAM
KEMASAN
PENDAPAT
TENTANG
PENYEBAB
KONSUMEN
ROKOK TETAP
MEROKOK
Teori
persepsi
Komunikasi
Interpersonal
Tahap teori persepsi
1. Stimulation
2. Organization
3. Interpretation dan
evaluation
4. Memory
5. Recall
31
masyarakat (konsumen rokok) terhadap iklan (gambar dan tulisan bahaya
rokok) dalam kemasan rokok. Selain itu penelitian ini mengetahui mengapa
konsumen rokok tetap mengkonsumsi rokok setelah mengetahui bahaya
merokok dari iklan (gambar dan tulisan) dalam kemasan rokok?
6. Originalitas Penelitian
Originalitas Penelitian memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan, dengan maksud untuk menghindari
duplikasi. Disamping itu, unutk menunjukan bahwa topik yang diteliti belum
pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama serta menjelaskan
posisi penelitian bersangkutan. Dalam penelitian komunikasi dan sosial telah
banyak yang meneliti tentang media promosi berupa iklan ataupun kemasan,
dan beberapa hasil tersebut peneliti mengambil beberapa referensi atau rujukan
sebagai telaah pustaka sebagai berikut :
Dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Terpaan Peringatan Pesan pada
Iklan Rokok terhadap Sikap untuk Berhenti Merokok pada Remaja” oleh
Zainul Asngadah Fatmawati mahasiswa Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro Semarang (2014) mengungkapkan bahwa objek dalam
penelitian yang diteliti adalah remaja. Persamaan dari penelitian ini adalah
tentang penggunaan label tulisan dan gambar bahaya merokok namun metode
yang diteliti berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan dan jenis penelitian deskriptif kualitatif sedangkan
32
penelitian yang dilakukan Asngadah Fatmawati menggunakan metode
kuantitatif untuk mengetahui pengaruh yang muncul.
Penelitian selanjutnya yaitu skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Siswa Laki-Laki di Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013 oleh Novi W. Frihartine mahasiswa
Program Studi D-IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U‟budiyah Banda
Aceh (2013). Dalam penelitian yang dilakukan Novi W. Frihartine membahas
tentang perilaku merokok yang objeknya remaja. Persamaan dari penelitian ini
adalah sama-sama mengkaji tentang konsumen rokok/ perokok aktif namun
ada beberapa berbedaan dalam penelitian ini. Novi W. Frihartine meneliti
tentang factor-faktor yang mempengaruhi seorang perokok untuk merokok,
sedangkan dalam penelitian ini meneliti opini yang muncul oleh konsumen
rokok terhadap penggunaan label tentang bahaya merokok. Beberapa penelitian
lainnya yang sejenis lebih menekankan pada pemaknaan pesan dalam iklan dan
kemasan rokok.
.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif. Mulyana menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak
metode dalam menelaah masalah penelitiannya sebagian ilmuwan
menerjemahkan penelitain kualitatif deskriptif (tanpa angka-angka), tanpa
usaha dalam membangun proposisi, model atau teori (secara induktif)
berdasarkan data yang diperoleh dilapangan (Mulyana, 2004:5). Penelitian
deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat
prediksi.
Metode deskriptif yaitu suatu metode dengan cara mempelajari masalah-
masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi
tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara
sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat
(Rahmat 2002:22). Gorman dan Clayton,1997, juga menyatakan bahwa tujuan
akhir tulisan kualitatif adalah memahami apa yang dipelajari dari perspektif
kejadian itu sendiri, dari sudut pandang kejadian itu sendiri. Riset kualitatif
memproses pencarian gambaran data dari konteks kejadiannya langsung,
34
sebagai upaya melukiskan peristiwa sepersis kenyataannya yang berarti
membuat pelbagai kejadiannya seperti merekat, dan melibatkan perspektif
(peneliti) yang partisipatif di dalam pelbagai kejadiannya serta menggunakan
penginduksian dalam menjelaskan gambaran fenomena yang diamatinya
(Gorman&Clayto,1997:24).
“Riset kualitatif mengandung pengertian adanya upaya penggalian dan
pemahaman pemaknaan terhadap apa yang terjadi pada berbagai
individu atau kelompok yang berasal dari persoalan social dan
kemanusaiaan” (Creswell 2009:4)
Penelitian dilakukan dengan melihat keonteks permasalahan secara utuh,
dengan focus penelitian pada „Proses‟ bukan pada „hasil‟. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data utama. Artinya, peneliti sendiri secara langsung
mengumpulkan informasi yang didapat dari subjek penelitian. Selain itu,
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif
pragmatis. Pragmatis seperti yang dikatakan Pierce (1839-1914) bahwa suatu
nilai kebenaran dapat dicapai melalui penyelidikan yang berorientasi pada
kepentingan masa kini dan masa datang. Nilai kebenaran akan berkembang
sesuai dengan kondisi tempat dan proses waktu. Selain itu peneliti
35
menggunakan pendekatan teoritis dengan menggunakan beberapa teori untuk
meneliti masalah yang diteliti.
2. Unit amatan dan Unit Analisa
Penentuan unit analisa dan unit amatan sangat penting dilakukan agar jelas
satuan analisis dan siapa yang hendak diteliti. Perumusan yang jelas akan
mempermudah dalam pengumpulan data. Satuan analisis adalah keberadaan
atau populasi yang terhadapnya dibuat kesimpulan atau kerampatan empirik.
(Ihalauw, 1994:29). Berdasarkan pengertian tersebut maka unit analisa
penelitian ini adalah opini yang muncul dalam konsumen rokok terhadap iklan
(gambar dan tulisan bahaya merokok) pada kemasan rokok. Opini disini
sampai kepada tataran mengapa konsumen tetap merokok setelah mereka tahu
tentang bahaya merokok yang digambarkan pada kemasan rokok.
Unit amatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data
dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis
(Ihalauw, 2003:178). Dalam penelitian ini yang dijadikan unit amatan adalah
konsumen rokok atau perokok aktif.
3. Jenis Data
3.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara dengan responden yang terkait
menggunakan pedoman wawancara dan observasi
36
3.2. Data Sekunder
Data sekunder diammbil untuk menunjang data primer diantaranya
dengan melakukan studi pustaka dan dokumen.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan
penulis berdasarkan kebutuhan analisa dan pengkajian. Pengumpulan data
tersebut sudah dilakukan sejak penulis menentukan permasalahan yang sedang
dikaji, pengumpulan data yang dilakukan adalah :
4.1. Penelitian pustaka (library research)
Penelitian pustaka (library research) dilakukan dengan mempelajari dan
mengkaji literatur yang berhubungan dengan permasalahan, untuk
mendukung dan memperkuat asumsi sebagai landasan teori permasalahan
yang dibahas yakni berkenaan dengan suatu opini masyarakat (konsumen
rokok) terhadap penggunaan gambar dan tulisan bahaya merokok dalam
kemasan dan iklan rokok.
4.2. Analisis dokumen
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
dari dalam konsumen rokok ataupun luar yang berkaitan dengan
penelitian tersebut. Guba dan Lincloln (dalam Moloeng, 2007: 216)
mengemukakan dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film.
Dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data
37
tentang opini masyarakat (konsumen rokok) terhadap penggunaan gambar
dan tulisan bahaya merokok dalam kemasan dan iklan rokok.
4.3. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu (moleong,
2000:135). Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari
seseorang (informan) kepada pewancara sebagai bahan untuk melengkapi
bidang yang diteliti oleh si pewawancara. Dalam hal ini peneliti
menyiapkan daftar pertanyaan yang akan diberikan kepada informan yaitu
konsumen rokok
5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengolah data dengan
menggunakan metode kualitatif yaitu data diperoleh dengan melalui
pengamatan dilapangan, melakukan wawancara langsung kepada subjek
(konsumen rokok) serta dokumentasi atau keterangan lain yang dapat
dimanfaatkan. Menurut Miles dan Huberman : langkah-langkah dalam analisis
data adalah reduksi data, display data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemisahan, perbaikan
dan penyederhanaan, pengabstrakan dan transpormasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Display data atau penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan penarikan kesimpulan, verifikasi dan
38
pengambilan tindakan. Dengan cara ini diharapkan dapat memperoleh data
yang lebih akurat dan dapat membantu lancarnya penelitian.
Untuk memperoleh keabsahan data makan dalam analisa ini akan
menggunakan tekhnik trianggulasi data yang berarti mengadakan cross dan
check antara sumber data satu dengan yang lainya sehingga dapat ditarik
kesimpulan analisa yang signifikan atas permasalahan yang diteliti.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi ini merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan untuk
menguji kebenaran data, kekokohan, kecocokannya, yakni yang merupakan
validitasnya.
Pada penelitian ini peneliti hanya akan menggunakan tekhnik
membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara dan
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu yaitu dengan jalan
membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan (obsevasi) dan
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan.
39
BAB IV
ROKOK : SEJARAH, DINAMIKA dan REGULASI
1. Sejarah Rokok
Rokok berawal dari sebuah tradisi kuno masyarakat asli benua amerika
(Maya, Aztec dan Indian) sejak 1000 tahun sebelum masehi. Pada mulanya
tradisi tersebut dilakukan dengan cara mengunyah tembakau dan menghisap
tembakau dengan menggunakan sebuah pipa. Tujuan tradisi ini pada masa itu
adalah untuk menunjukan persahabatan dan persaudaraan saat beberapa suku
yang berbeda berkumpul, serta sebagai ritual pengobatan.
Setelah itu dengan adanya jalur perdagangan maka tradisi mengunyah dan
menghisap tembakau ini mulai menyebar ke daratan Eropa. Jean nicot seorang
diplomat dan petualang perancislah yang mengenalkan rokok hampir ke
seluruh Eropa dan nama nikotin diambil dari namanya. Beberapa catatan lain
mengungkapkan bahwa tradisi merokok yang lebih tua berasal dari Turki
Di Indonesia, Haji Jamahri dari kudus adalah orang pertama yang meramu
tembakau dengan cengkeh pada tahun 1880-an. Awalnya Haji Jamahri
mencari ramuan untuk mengobati penyakit asma yang dideritanya. Namun
racikan tembakau dan cengkeh menjadi terkenal.
Rokok sendiri Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rokok n gulungan
tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yg dibungkus (daun nipah, kertas,
40
dsb)(KBBI 2008: 1217). Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran
panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dan berdiameter
sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang dicacah. Rokok dibakar pada
salah satu unjungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lainnya.
Ada dua tipe rokok yaitu rokok non-filter dan rokok filter. Yang membedakan
adalah terdapat filter penyaring dalam setiap gulungan rokok. Tujuannya adalah
meringankan efek yang muncul dari setiap hisapan rokok. Kandungan-kandungan
cengkeh dan tembakau yang tidak baik tidak langsung masuk kedalam tubuh.
Filter atau penyaring biasa terbuat dari spon terdapat dibagian ujung yang dihisap.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 28 tahun 2013
tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan
produk tembakau (2013: 5) Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 menerangkan
bahwa rokok merupakan produk tembakau yang berarti suatu produk yang
secara keseluruhan atau sebagian terbuat dari daun tembakau sebagai bahan
bakunya yang diolah untuk digunakan dengan cara dibakar, dihisap, dihirup
atau dikunyah. Rokok termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar,
dengan atau tanpa bahan tambahan. (8Permenkes no 28/2013: 5)
Sedangkan merokok didefinisikan sebagai kegiatan membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa
8 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 28 tahun 2013 tentang pencantuman
peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau.
41
(Arum, 2008). Senada dengan itu definisi merokok juga dikemukakan oleh
amstrong seperti yang dikutip oleh Nasution (2007) yakni menghisap asap
tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar.
2. Dinamika rokok di Indonesia
Kutipan Latar belakang Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 40 tahun 2013 tentang peta jalan pengendalian dampak konsumsi
rokok bagi kesehatan (2013: 4) menyebutkan bahwa konsumsi rokok
merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan generasi di Indonesia.
Berdasarkan data dari Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Kementrian Kesehatan (2013), saat ini Indonesia masih menjadi
negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta
perokok setelah Cina dan India sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di
Indonesia adalah perokok. Sementara itu, perokok pada anak dan remaja juga
terus meningkat 43 juta dari 97 juta warga Indonesia adalah perokok pasif.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Republik Indonesia, Hampir satu dari
tiga orang dewasa merokok. Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa
meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995 Lebih dari
6 dari 10 pria merokok, namun sedikit wanita yang merokok. Pada tahun
2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada
tahun 1995. Hanya 1,3% wanita dilaporkan merokok secara teratur pada tahun
2001. Sebagian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19
42
tahun, saat masih anak-anak atau remaja. Rata-rata umur mulai merokok yang
semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001
(sumber : DEPKES RI/2001).
Menurut Abdillah Ahsan9, selaku peneliti Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi (FE) Universitas Indonesia (UI), menerangkan bahwa Tahun 1995,
jumlah perokok di Indonesia mencapai 27 persen dari jumlah penduduk di
Indonesia. Sedangkan tahun 2011, jumlah perokok meningkat menjadi 36
persen.Untuk penduduk pria, jumlah perokok mencapai 50 persen pada 1995.
Tahun 2011 meningkat menjadi 67 persen. Ini berarti setiap dua dari tiga
penduduk pria di Indonesia merokok. Untuk penduduk wanita, jumlah
perokok mencapai satu persen pada 1995. Jumlah ini menjadi empat persen
pada 2011. Ini berarti ada peningkatan 400 persen jumlah perokok wanita
selama 16 tahun itu.
Abdillah Ahsan juga menyatakan bahwa Peningkatan jumlah perokok itu
diakibatkan pemerintah tidak proaktif dalam mengendalikan konsumsi rokok
di Indonesia. Hal ini terbukti dari tidak diratifikasinya Kerangka Kerja
Konvensi Pengendalian Tembakau oleh pemerintah Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan dibawah kementrian kesehatan melakukan tindakan
untuk mengurangi penggunaan rokok salah satunya adalah pemakaian label
iklan mengenai dampak dari merokok yang dipasangkan dalam kemasan
9 dalam Republika Online, Senin 27 Oktober 2014
43
rokok. Peraturan ini harus di patuhi oleh semua produsen rokok baik lokal
maupun luar negeri yang rokoknya di perdagangkan di Indonesia.
3. Regulasi rokok di Indonesia
3.1. Peraturan Pemerintah mengenai penggunaan iklan (gambar dan
tulisan bahaya merokok) dalam kemasan rokok.
JAKARTA/jawa pos – Mulai hari Selasa (24/6) ini satu lagi
aturan yang membuat aktivitas merokok semakin tidak nyaman
diterapkan. Pemerintah mewajibkan semua kemasan rokok yang
beredar mencantumkan gambar kondisi organ tubuh yang rusak jika
kebiasaan merokok tidak dihentikan. Dengan gambar yang ‟‟seram‟‟
itu, diharapkan jumlah perokok aktif di Indonesia bisa ditekan10
.
Aturan penempelan gambar bahaya merokok itu tertuang dalam
Peraturan Pemerintah No 109/2012.
Peraturan Pemerintah No 109/2012 diadopsi dari Undang-undang
no 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada bagian 17 mengenai
pengamanan zat adiktif (termasuk rokok) pasal 114 yang berbunyi
“Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah
Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan”. Selain itu
dalam pasal 160 di undang-undang yang sama yang berisi :
10
Diunduh dari jawa pos online pada hari senin 27 oktober 2014 jam 10:15
44
1. Pemerintah, pemerintah daerah bersama masyarakat
bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi, informasi,
dan edukasi yang benar tentang faktor risiko penyakit tidak
menular yang mencakup seluruh fase kehidupan.
2. Faktor risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi diet tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan perilaku berlalu lintas yang tidak
benar.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 109
tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif
berupa produk tembakau bagi kesehatan bagian II tentang produksi
dan impor pasal 14 menyebutkan bahwa :
1. Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk
Tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan
peringatan kesehatan.
2. Peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berbentuk gambar dan tulisan yang harus mempunyai satu
makna.
3. Peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercetak menjadi satu dengan Kemasan Produk Tembakau.
45
Sedangkan dalam pasal 15 ayat 1 menyebutkan bahwa Setiap 1
(satu) varian Produk Tembakau wajib dicantumkan gambar dan
tulisan peringatan kesehatan yang terdiri atas 5 (lima) jenis yang
berbeda, dengan porsi masing-masing 20% (dua puluh persen) dari
jumlah setiap varian Produk Tembakaunya.
Dalam pasal 17 menyebutkan tentang teknik pemasangan label
bahaya merokok dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Gambar dan tulisan peringatan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 dicantumkan pada setiap Kemasan
terkecil dan Kemasan lebih besar Produk Tembakau.
2. Setiap Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencantumkan 1 (satu) jenis gambar dan tulisan peringatan
kesehatan.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi Rokok klobot, Rokok klembak menyan, dan cerutu
Kemasan batangan.
4. Pencantuman gambar dan tulisan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar bagian
depan dan belakang masing-masing seluas 40% (empat
puluh persen), diawali dengan kata “Peringatan” dengan
menggunakan huruf berwarna putih dengan dasar hitam,
46
harus dicetak dengan jelas dan mencolok, baik sebagian
atau seluruhnya;
b. gambar sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dicetak
berwarna; dan
c. jenis huruf harus menggunakan huruf arial bold dan font 10
(sepuluh) atau proporsional dengan Kemasan, tulisan warna
putih di atas latar belakang hitam.
d. dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar bagian
depan dan belakang masing-masing seluas 40% (empat
puluh persen), diawali dengan kata “Peringatan” dengan
menggunakan huruf berwarna putih dengan dasar hitam,
harus dicetak dengan jelas dan mencolok, baik sebagian
atau seluruhnya;
e. gambar sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dicetak
berwarna; dan
5. jenis huruf harus menggunakan huruf arial bold dan font 10
(sepuluh) atau proporsional dengan Kemasan, tulisan warna
putih di atas latar belakang hitam.
Peraturan lainnya adalah Permenkes 28/2013 telah sangat jelas
menerangkan mengenai pencantuman peringatan kesehatan dan
informasi kesehatan pada kemsan produk tembakau. Bab II
47
(Permenkes 28/2013: 6-7) berisi tentang peringatan kesehatan. Pasal 3
berisi :
1. Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor
produk tembakau ke dalam wilayah Indonesia wajib
mencantumkan Peringatan Kesehatan pada Kemasan terkecil
dan Kemasan lebih besar Produk Tembakau.
2. Kemasan terkecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa bungkus yang berhubungan langsung dengan Produk
Tembakau untuk dijual eceran.
3. Kemasan yang lebih besar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa slop.
4. Gambar dan tulisan Peringatan Kesehatan harus mempunyai
satu makna yang tercetak menjadi satu dengan Kemasan
Produk Tembakau dan bukan merupakan stiker yang
ditempelkan pada Kemasan Produk Tembakau.
5. Peringatan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tercantum dalam Lampiran yang berbentuk cetak dan file
elektronik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
6. Peringatan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (4) tidak boleh tertutup oleh apapun sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, kecuali
48
pembungkus plastik transparan sehingga Peringatan
Kesehatan dan Informasi Kesehatan masih dapat terbaca
dengan jelas.
7. Dalam hal Kemasan Produk Tembakau dibungkus dengan
pembungkus yang tidak transparan sehingga peringatan
kesehatan tidak dapat terbaca dengan jelas maka Peringatan
Kesehatan harus tercetak pada pembungkus.
8. Ketentuan sebagaimana ayat (1) tidak termasuk rokok
klobot, klembak menyan, dan cerutu kemasan batangan.
Selanjutnya adalah pasal 4 Bab II Permenkes 28/2013 yang berisi :
1. Peringatan Kesehatan terdiri atas 5 (lima) jenis yang
berbeda, yang dicantumkan pada setiap 1 (satu) varian
Produk Tembakau dengan porsi masing-masing 20% (dua
puluh persen) dari jumlah setiap varian Produk Tembakau
pada waktu yang bersamaan.
2. Bagi industri Produk Tembakau non Pengusaha Kena Pajak
wajib mencantumkan paling sedikit 2 (dua) jenis Peringatan
Kesehatan dari 5 (lima) jenis Peringatan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Dalam pasal 5 Bab II Permenkes 28/2013 berisi tentang teknik
pemasangan label iklan bahaya rokok dengan ketentuan sebagai
berikut :
49
1. Pencantuman Peringatan Kesehatan pada Kemasan berbentuk kotak
persegi panjang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar
bagian depan dan belakang masing-masing seluas 40%
(empat puluh persen);
b. dalam hal Kemasan memiliki sisi lebar yang sama maka
Peringatan Kesehatan dicantumkan pada sisi depan dan
sisi belakang Kemasan;
c. pada bagian atas gambar terdapat tulisan
“PERINGATAN” dengan menggunakan jenis huruf
arial bold berwarna putih di atas dasar hitam dengan
ukuran huruf 10 (sepuluh) atau proporsional dengan
Kemasan;
d. gambar dicetak berwarna dengan kombinasi 4 (empat)
warna (Cyan, Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas
gambar resolusi tinggi atau paling sedikit 300 dot per
inch (dpi);
e. di bagian bawah gambar dicantumkan tulisan berwarna
putih dengan dasar hitam sesuai dengan makna gambar
sebagaimana tercantum dalam Lampiran;
f. dicetak dengan jelas dan mencolok baik gambar ataupun
tulisannya; dan
50
g. tidak mudah rusak, lepas, dan luntur baik karena
pengaruh sinar ataupun udara.
2. Pencantuman Peringatan Kesehatan pada Kemasan berbentuk
silinder memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dicantumkan dengan ukuran sebesar 40% dari luas
permukaan sisi badan silinder, yang dihitung mulai dari
bagian atas sisi samping tutup kemasan silinder;
b. menggunakan 2 (dua) Peringatan Kesehatan yang sama;
c. pada bagian atas gambar terdapat tulisan
“PERINGATAN” dengan menggunakan jenis huruf
arial bold berwarna putih di atas dasar hitam dengan
ukuran huruf 10 (sepuluh) atau proporsional dengan
kemasan;
d. gambar dicetak berwarna dengan kombinasi 4 (empat)
warna (Cyan, Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas
gambar resolusi tinggi atau paling sedikit 300 dot per
inch (dpi);
e. di bagian bawah gambar dicantumkan tulisan berwarna
putih dengan dasar hitam sesuai dengan makna gambar
sebagaimana tercantum dalam Lampiran;
f. dicetak dengan jelas dan mencolok baik gambar ataupun
tulisannya;
51
g. tidak mudah rusak, lepas, dan luntur baik karena
pengaruh sinar ataupun udara; dan
h. rasio dan komposisi warna gambar sesuai dengan
Lampiran dan tidak boleh diubah.
3.2. Ketentuan pemakaian label iklan bahaya merokok
Peraturan pemerintah telah mengatur ketentuan penggunaan
gambar bahaya meroko dengan jelas dengan ketentuan-ketentuan yang
harus dijalankan para produsen rokok
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 3 : Ketentuan pemasangan label iklan bahaya rokok
52
Gambar diatas merupakan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah
mengenai kemasan rokok yang harus dibuat oleh produsen rokok.
Terdapat 5 gambar label iklan bahaya rokok yang harus dipakai
produsen rokok sebagai peringatan kesehatan. Gambar tersaebut
antara lain :
1. Gambar kangker mulut
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 4 : Kangker mulut
Pada gambar diatas, terdapat tulisan „PERINGATAN‟ yang
ditulis dengan jenis huruf arial bold kapital, ukuran 10,
berwarna putih dan diberi blok latar belakang hitam pekat.
Gambar menunjukkan mulut seorang perokok yang tampak
mengenaskan karena diserang kanker mulut. Di bawah gambar
53
terdapat tulisan „MEROKOK SEBABKAN KANKER
MULUT‟.
2. Gambar orang merokok dengan asap yang membentuk
tengkorak
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 5 : orang merokok dengan asap yang membentuk
tengkorak
Sama dengan gambar pertama, setiap peringatan bergambar di
bungkus rokok harus menyertakan tulisan „PERINGATAN‟ di
bagian atas gambar. Untuk gambar kedua, tampak seorang
perokok yang memegang sebatang rokok sambil
menghembuskan asap rokok yang membentuk tengkorak. Di
bawah gambar terdapat tulisan „MEROKOK
MEMBUNUHMU‟.
54
3. Gambar kanker tenggorokan
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 6 : kanker tenggorokan.
Gambar no 6 diatas menggambarkan seorang pecandu rokok
yang menderita kanker tenggorokan dengan leher bolong dan
terdapat benjolan kanker yang menjijikkan. Di bawah gambar
terdapat tulisan besar „MEROKOK SEBABKAN KANKER
TENGGOROKAN‟.
55
4. Gambar orang merokok dengan anak di dekatnya
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 7 : orang merokok dengan anak di dekatnya.
Gambar diatas lebih menekankan bahaya merokok bagi orang
lain, terutama anak-anak. Pada gambar tersebut, tampak
seorang perokok yang menghisap rokoknya sambil
menggendong anak kecil. Di bawah gambar terdapat tulisan
„MEROKOK DEKAT ANAK BERBAHAYA BAGI
MEREKA‟.
56
5. Gambar paru-paru yang menghitam karena kanker
Sumber : Permenkes 28/2013
Gambar 8 : paru-paru yang menghitam karena kanker.
pada gambar diatas, peringatan bergambar menunjukkan
dengan jelas bagaimana paru-paru si perokok menghitam
karena kanker. Di bawah gambar tersebut terdapat tulisan
„MEROKOK SEBABKAN KANKER PARU-PARU DAN
BRONKITIS KRONIS‟
57
BAB V
OPINI KONSUMEN ROKOK TERHADAP IKLAN DI
KEMASAN ROKOK
Peneliti melakukan penelitian dilapangan dengan objek yang acak yaitu
seorang konsumen rokok yang mempunyai latar belakang yang berbeda dari
tingkat pendidikan, pendapatan, umur dan yang lainnya. Peneliti mengambil
penelitian di tempat umum yaitu di Selasar Kartini Salatiga yang merupakan
sebuah taman kota di Salatiga. Kenapa di tempat ini? Karena peneliti berpendapat
bahwa tidak seharusnya melakukan kegiatan merokok di tempat umum.
Seperti dalam Peraturan Pemerintah no 109 tahun 2012 tentang pengamanan
bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan pasal
49 dan pasal 50 ayat 1 bagian G yang menyatakan bahwa Dalam rangka
penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa
Produk Tembakau bagi kesehatan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Tempat umum dan tempat bermain anak-
anak menjadi salah satu kawasa tanpa rokok. Peraturan tersebut seharusnya
menunjukan kepada konsumen rokok untuk tidak melakukan kegiatan merokok di
area Selasar Kartini.
Kenyataannya masih banyak konsumen rokok yang melakukan kegiatan
merokok di tempat umum seperti di Salatiga. Hal ini menunjukan bahwa masih
58
banyak yang kurang mengetahui peraturan tentang rokok. Seperti beberapa objek
yang peneliti wawancarai.
Tabel 1
Data Konsumen Rokok di Selasar Kartini
Nama Konsumen
Rokok
Umur Intensitas Merokok
dalam sehari
Lama merokok
1. Pungki
2. Suprapto
3. Yeyen Adi Nugroho
4. Rifki Nugroho
5. Wahyu Handriyatno
17 tahun
43 tahun
19 tahun
18 tahun
32 tahun
1 bungkus
10 batang
5 batang
1 bungkus
8 batang
3 tahun
23 tahun
8 tahun
1 tahun
18 tahun
Sumber : Peneliti
Beberapa objek yang peneliti temui berkata bahwa kurang mengetahui
peraturan tentang rokok bahkan tidak tahu. Mereka mengaku kalau tidak ada
peraturan tertulis di wilayah itu dan beralasan kalau tidak ada orang lain yang
menegur agar tidak merokok di tempat itu.
1. Opini Konsumen Rokok tentang regulasi rokok di Indonesia
Opini merupakan gagasan pemikiran dari seseorang yang dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman seseorang. Opini atau pendapat adalah suatu
keadaan yang belum pasti kebenarannya. Walaupun suatu kejadian yang
diperhitungkan pasti terjadi, namun jika belum terjadi, kejadian tersebut
59
dimasukkan sebagai opini. Apalagi penilaian seseorang terhadap suatu benda
atau keadaan atau kejadian jelas termasuk opini.
Opini bisa dikatakan sebagai persepsi. Persepsi merupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pendatatan yang benar
dan objektif karena dilatarbelakangi oleh kepentingan yang berlainan,
sehubungan dengan hal itu maka persepsi itu sebetulnya suatu proses. roucek
(1987:22) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan proses menyadari
adanya sesuatu hal dan memberikan suatu tanggapan.
Krech (dalam Thoha, 2004: 142) persepsi adalah “suatu proses kognitif
yang komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang
barangkali sangat berbeda dari kenyataannya”. Menurut Thoha (2004: 141)
sendiri, persepsi pada hakikatnya adalah “proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman”
Dalam penelitian ini opini atau persepsi masyarakat mengenai iklan
(bahaya merokok) dalam kemasan rokok akan dimunculkan. Tidak hanya
sampai kepada pendapat seseorang secara umum tapi sampai kepada ranah
mengapa seseorang tetap merokok padahal terdapat iklan bahaya merokok
dalam kemasan rokok yang konsumsi oleh konsumen rokok.
Objek yang ditemui peneliti mengungkapkan beberapa pendapat mengenai
hal ini. Gambar bahaya merokok dipasang pada bagian yang semua
konsumen rokok dapat melihatnya namun mereka (konsumen rokok) tidak
60
memperhatikannya secara jelas. Mereka hanya sepintas dalam melihatnya.
Mereka mengaku saat merokok yang terpenting adalah batang rokoknya
bukan dari kemasannya.
Selain itu mereka (konsumen rokok) mengungkapkan bahwa kemasan
sebenarnya hanyalah sebuah wadah agar batang rokok mudah disimpan dan
mereka mengatakan bahwa kemasan rokok biasa saja. Hal ini seperti yang
diungkapkan salah satu responden bernama Yeyen (19 tahun). Dia berkata :
“Saat aku merokok ya yang penting itu rokok nya mas bukan bungkusnya”.
Dia juga mengungkapkan :
“Kemasan rokoknya biasa saja, karena bagi saya batang rokoknya lah
yang terpenting”
Suprapto (43 tahun) menambahi :
“Kemasann rokok yang saya beli biasa saja. Terlalu sering melihatnya
jadi biasa saja. Awalnya sedikit menarik”
Selanjutnya mereka mengungkapkan bahwa kemasan rokok saat ini
menjadi tidak menarik karena dipasangnya gambar tentang bahaya merokok.
Namun mereka sebenarnya kurang mengetahui peraturan yang jelas dari
pemerintah.
Yeyen (19 tahun) mengatakan :
“Saya mengetahui beberapa undang-undang tentang rokok seperti rokok
hanya untuk usia 18 tahun keatas dan iklan rokok tidak boleh
menampilkan rokoknya, tapi keseluruhan undang-undang saya tidak
mengetahuinya”
Rifki Nugroho (18 tahun) menambahkan :
61
“Saya tidak mengetahui secara jelas tentang undang-undang rokok, tidak
pernah ada penyuluhan atau informasi UU rokok secara umum dari
pemerintah”
Berbeda dengan Suprapto (43 tahun) yang tidak mengetahui undang-
undang rokok secara jelas karena tuntutan pekerjaannnya.
“Saya buruh/pekerja tidak terlalu memikirkan undang-undang seperti
undang-undang rokok. Saat masih ada yang menjual rokok di warung
berarti bagi saya rokok masih boleh dikonsumsi.
Pada awalnya memang mereka tahu dengan jelas perubahan yang ada
dalam kemasan rokok. Mereka tahu dengan jelas gambar-gambar yang
dipasang di kemasan rokok. Namun hal itu menjadi bukan masalah dan
lambat laun mereka tidak memperhatikan dengan jelas gambar bahaya rokok
dalam kemasan rokok. Seperti yang dikatakan oleh yeyen :
“Saya tahu tentang gambar yang ada di dalam kemasan rokok. Karena ya
saya melihatnya saat membelinya. Bagi saya tidak begitu saya perhatikan,
setelah saya beli biasanya saya ambil isi rokoknya kemudian saya
kantongi kemasannya”
Suprapto juga mengatakan hal yang serupa :
“ya, sangat tahu karena memang jelas terlihat dikemasan rokok. Menurut
saya jelas gambarnya tapi saya tidak begitu memikirkannya karena bagi
saya kemasan hanyalah wadah dan tidak penting apa yang tertulis
disana”
Mereka kemudian mengungkapkan tentang pendapat mereka mengenai
maksud dipasangnya gambar iklan bahaya merokok tersebut. Dan ternyata
mereka mengetahui maksud dari pemerintah memasang gambar bahaya
merokok dalam kemasan rokok. Mereka tahu hal itu dilakukan untuk
mengurangi konsumsi rokok dalam masyarakat. Mereka mengatakan bahwa
62
mungkin pemerintah menginginkan masyarakat mengurangi atau bahkan
sampai berhenti merokok. Seperti apa yang diutarakan Pungki (17 tahun), dia
mengatakan :
“kalau menurut saya pemerintah hanya ingin mengurangi atau
menghentikan pemakaian rokok tapi menurut saya ini tidak masuk akal,
kalau pemerintah ingin menghentikan masyarakat untuk merokok
harusnya mereka menutup pabrik-pabrik rokok di Indonesia”
Sama halnya dengan Suprapto, dia mengatakan :
“Gambar itu untuk menakut-nakuti perokok biar tidak lagi merokok atau
berpikir dua kali untuk merokok. Mungkin pemerintah ingin Indonesia
bersih dari rokok. Ingin para perokok sadar bahwa rokok lebih banyak
merugikan, merugikan diri sendiri juga orang lain”
Konsumen rokok sebenarnya merasa takut dan jijik setelah melihat
gambar yang dipasang di kemasan rokok. Pasalnya gambar yang dipasang
memang cukup nyata dan mengerikan. Tapi dibalik itu konsumen rokok
ternyata tidak sepenuhnya mempercayai apa yang ada dalam gambar. Hal ini
terjadi karena mereka tidak menemukan atau melihat secara langsung orang
yang sakit karena rokok sampai separah itu. Salah satu responden
mengungkapkan bahwa dia pernah lihat penderita yang asli hanya lewat
televisi dan mereka tidak menemukan yang benar-benar mereka lihat sendiri
secara nyata selama bertahun-tahun. Seperti apa yang dikatakan oleh Wahyu
(32 tahun) :
Mungkin saja (fakta gambar dalam kemasan rokok), tapi kenyataanya
saya belum pernah menjumpai penyakit seperti itu di lingkungan saya.
Saya tidak tahu di luar sana. Mungkin hanya 2 dari 10 orang yang
mengalaminya. Pada awalnya emang risih dan jijik. Karena gambarnya
jelas sekali tentang organ dalam yang menghitam dan lainnya, tapi lama
kelamaan sudah terbiasa dan didiamkan saja”.
63
Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan Rifki (18 tahun) :
“gambar itu mungkin saja benar tapi sepenuhnya saya belum terlalu
percaya karena saya belum melihatnya secara langsung di kehidupan
saya. Kalau hanya sekedar gambar itu tidak membuat saya takut dan
jijik. Saya akan takut dan jijik ketika saya melihatnya secara langsung”
Suprapto menambahi dengan berkata :
“ya saat saya membeli dan diberi kemasan saya memang takut dan jijik,
gambarnya tidak sepatutnya dipasang di kemasan rokok. Saya tidak tahu
apakah gambar itu benar atau tidak khususnya untuk gambar
penyakitnya karena sudah beberapa puluh tahun saya merokok saya
tidak menemukan orang yang merokok di lingkungan saya mengalami
sakit seperti itu, saya sendiri juga tidak pernah sakit selama ini. Paling
hanya sekedar batuk tapi tidak lama”
2. Opini konsumen rokok mengenai sikap mereka yang tetap merokok.
Konsumen mengutarakan opini dalam menanggapi pertanyaan mengapa
mereka tetap merokok dan hal apa yang mereka lakukan untuk
menghilangkan rasa jijik dan takut dengan gambar bahaya merokok.
Konsumen rokok mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang merokok
sejak lama dan hal ini memunculkan suatu kepercayaan dalam diri konsumen
rokok. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki konsumen rokok tersebut
yaitu seperti mengetahui bahwa banyak orang di dunia khususnya Indonesia
yang menjadi perokok aktif dan konsumen rokok itu hanya menemui
beberapa kasus seorang perokok mengalami sakit seperti pada gambar di
kemasan rokok hingga parah di sekitar lingkungan mereka, bahkan mungkin
tidak menjumpai kasus tersebut. Hal ini menyebabkan konsumen rokok lebih
64
percaya dengan fakta disekitar mereka dari pada informasi yang mereka dapat
melalui iklan dalam kemasan rokok.
Dari tingkat kepercayaan konsumen rokok tersebut memunculkan
perilaku dan sikap konsumen rokok saat melakukan kegiatan merokok.
Seperti yang ada dalam teori persepsi, konsumen rokok seakan menghindari
informasi yang tidak mereka percaya dengan pengetahuan mereka tentang
informasi dan pengalaman disekitar mereka. Konsumen rokok berpendapat
bahwa ada beberapa perilaku yang mereka lakukan untuk menhilangkan rasa
jijik dan takut seperti merobek gambar bahaya merokok yang ada dalam
kemasan rokok, mengganti kemasan rokok dengan plastik atau tempat lain,
membeli rokok yang kemasannya dari kaleng walaupun harganya agak mahal
dan memilih gambar yang ada dalam kemasan rokok. Seperti apa yang
dikatakan Suprapto :
“Saya memilih membeli eceran dan saya memiliki wadah sendiri untuk
menaruh batang rokok saya. Tapi apabila saya membeli satu pack
dengan bungkusnya biasanya saya pindahkan isinya atau saya memilih
gambar yang menggendong bayi atau asap tengkorak”
Hal ini juga di ungkapkan oleh Wahyu (32 tahun) :
“untuk mengurangi rasa jijik saya biasanya memilih gambar yang
menggendong bayi atau asap tengkorak. Kalau tidak biasanya saya
merobek gambarnya”
Ini juga dilakukan oleh Pungki, dia mengatakan:
“walaupun saya jijik tapi tidak mengurangi saya merokok, toh hanya
sekedar gambar, balik lagi saya belum pernah melihat aslinya. Selain itu
saya bisa merobek gambarnya, sehingga saya tidak lagi melihat gambar
itu atau saya bisa memilih gambar yang tidak terlalu menjijikan”.
65
Beberapa konsumen rokok yang peneliti jumpai sebenarnya merasa jijik
dan takut ketika melihat gambar bahaya merokok dalam kemasan rokok. Tapi
hanya sekedar itu. Mereka tetap melakukan kegiatan merokok. Untuk
menghilangkan rasa jijik dan takut mereka melakukan beberapa hal tadi.
Namun ada juga yang merasa biasa saja saat melihat kemasan rokok itu.
Sehingga dia tetap mengkonsumsi rokok seperti biasa.
Salah satu konsumen rokok bernama Yeyen (19 tahun) mengatakan
bahwa dia „cuek‟ atau acuh tak acuh terhadap gambar dalam kemasan rokok
dan itu yang membuat dia mengurangi rasa jijik dan takut terhadap gambar
bahaya merokok.
“hal yang saya lakukan adalah saya „cuekin‟ gambar itu, „didiemin aja‟
ada gambar gak ada gambar bagi saya sama saja”
Berbeda lagi dengan konsumen rokok bernama Ifki (18 tahun), dia
mengganti bungkus rokok dengan bungkus yang dia buat sendiri sehingga dia
tidak melihat lagi gambar bahaya merokok tersebut.
“saya menyiapkan wadah khusus rokok untuk memindahkan isi rokoknya
agar saya tidak terus-terusan melihat gambar itu”
Alasan mereka merokok dan tetap merokok sampai saat ini setelah
dipasangnya gambar bahaya merokok sebenarnya hal yang „simple‟ yaitu
karena sudah terbiasa merokok. Pada awalnya mereka mengatakan kalau
merokok untuk pencitraan mereka seperti yang dikatakan oleh Pungki (19
tahun):
66
“aku ngrokok biar gaul mas, dulu diejekin temen karena gak ngrokok
tapi sekarang udah jadi kebiasaan, nek ora ngrokok ki lambene kecut
mas11
” .
Sama halnya dengan responden lain. Mereka merokok karena sudah
menjadi kebiasaan mereka selama bertahun-tahun. Satu hal yang menurut
mereka bisa mengurangi merokok hanyalah kesibukan dan kemampuan beli.
Seperti yang dikatakan yeyen :
“saya merokok karena sudah terbiasa, dan pada awalnya saya coba-
coba tapi karena saya merasa enak saya jadi terbiasa dan apapun yang
terjadi saya akan tetap merokok, satu-satunya hal yang bisa mengurangi
rokok hanyalah kesibukan saya, karena saat sibuk saya lupa dengan
rokok”
hal itu sebenarnya merupakan efek dari sebuah rokok yaitu addicted atau
menyebabkan kecanduan. Sering sekali perokok mengucapkan “bar mangan
nek ra ngrokok ki kecut”12
yang menjadi membudaya di kalangan perokok.
Seorang perokok merasa kurang kalau mereka tidak merokok dalam sehari.
Konsumen rokok juga mengatakan bahwa rokok bisa membuat mereka lebih
santai dan juga menghilangkan stres saat mereka bekerja atau banyak pikiran.
Seperti yang dikatakan Suprapto :
“saya tetap merokok karena terbiasa, saat saya merokok itu dapat
membuat saya santai. Saat ngobrol dengan orang rokok buat saya
nyaman”.
Hal ini juga diungkapkan oleh Rifki Nugroho :
“bagi saya merokok dapat mengurangi rasa stres dapat membuat saya
lebih nyaman saat pikiran saya penuh. Itu yang menyebabkan saya tetap
merokok”
11
Bahasa jawa “kalau tidak merokok itu mulutnya jadi asam” 12
Bahasa jawa yang artinya selesai makan kalau tidak merokok itu rasanya asam (kurang sedap)
67
Sama halnya dengan Wahyu, dia mengatakan :
“Bagi saya merokok adalah pelengkap keseharian saya, pelepas lelah
dan stres saat bekerja, tentunya saat istirahat kerja. Rokok sudah
menjadi kebiasaan.”
Bagi mereka (konsumen rokok) pemasangan gambar bahaya merokok
kurang efektif. Yeyen (19 tahun) yang sudah mengkonsumsi rokok selama 8
tahun mengaku bahwa ada gambar bahaya merokok atau tidak ada gambar
bahaya merokok tidak mempengaruhi dia dalam merokok. Dia juga berkata
bahwa gambar tersebut dilebih-lebihkan sehingga kurang bisa mempengaruhi
konsumen rokok untuk mengurangi atau berhenti merokok dan tetap merokok
sampai saat ini. Seperti yang dikatakan oleh Wahyu :
“Pemasangan gambar itu menurut saya tidak efektif walaupun memang
membuat saya jijik. Seharusnya pemerintah tutup saja pabriknya dan itu
pasti menjadi dilema karena saya pernah mendengar dari seorang sales
rokok yang mengatakan „rokok ini menghidupi kami‟ dan itu
berlawanan dengan salah satu peringatan rokok yaitu „rokok
membunuhmu‟.”
Hal ini juga serupa dengan apa yang dikatakan Pungki :
“Anehnya pemerintah memasang gambar bahaya merokok tapi tidak
menghentikan produksinya”
Rifki juga mengatakan :
“Peraturan pemerintah itu hanya setengah-setengah, gambar bahaya
merokok itu hanya menakut-nakuti perokok, tapi perokok hanyalah
perokok, mereka akan selalu tetap merokok dalam keadaan apapun.
Mungkin yang akan menghentikan perokok adalah tidak adanya pabrik
rokok di muka bumi ini”
Konsumen rokok hanya berfikir mereka akan benar-benar berhenti jika
benar-benar melihat efek akibat dari merokok di depan mereka. Selain itu
68
yang menghentikan mereka untuk tidak merokok hanyalah diri mereka sendiri
dan musnahnya rokok di muka bumi ini.
3. Teori persepsi dalam Opini Konsumen rokok terhadap iklan dalam
kemasan rokok.
Dalam proses memperoleh sebuah opini atau persepsi konsumen rokok
ada beberapa tahap yang dilalui hingga pada akhirnya muncul suatu persepsi
dari konsumen rokok terhadap gambar bahaya rokok dalam kemasan rokok.
1. Stimulation: dalam tahap stimulasi ini, pengetahuan konsumen rokok
tentang rokok dan bahaya merokok sebenarnya sudah sangat banyak.
Konsumen rokok mengetahui bahwa dengan merokok dia dapat
terkena berbagai macam penyakit karena kandungan yang ada dalam
rokok. Mereka memahami pesan yang ada dalam gambar bahaya
merokok dengan jelas
2. Organization: dalam tahap ini konsumen rokok mengetahui maksud
atau tujuan dari pemasangan gambar bahaya merokok dalam kemasan
rokok. Mereka tahu tujuannya agar dapat mengurangi atau bahkan
menghentikan konsumsi rokok dalam masyarakat. Namun mereka
tetap merokok seperti biasa setelah terkena terpaan pesan seperti itu
3. Interpretation dan evaluation: dalam tahap ini pengetahuan perokok
akan gambar bahaya merokok tidak lantas membuat konsumen rokok
berhenti merokok. Mereka tetap melakukan kegiatan merokok tersebut
69
karena melihat kenyataan konsumen-konsumen rokok disekitar
mereka yang tidak menderita sakit setelah bertahun-tahun merokok.
4. Memory: dalam tahap ini konsumen rokok mengingat kebiasaan
merokoknya sejak lama. Mereka telah merokok selama bertahun-
tahun dan tidak muncul gejala-gejala penyakit seperti pada gambar
bahaya merokok dalam kemasan rokok. Sehingga konsumen rokok
juga berfikir dan melihat realitas yang ada disekeliling mereka bahwa
mengkonsumsi rokok tidaklah menyebabkan penyakit seperti yang
dijelaskan dalam label kemasan.
5. Recall: pemikiran individu konsumen rokok yang menganggap bahwa
merokok tidak akan berbahaya bagi mereka dan mereka tetap
melakukan kebiasaan merokoknya. Mereka menganggap bahwa
gambar bahaya merokok dalam kemasan rokok hanya menakut-nakuti
konsumen rokok, atau bisa jadi mengurangi kesehatan konsumen
rokok namun tidak se-ekstrim seperti yang ada dalam gambar bahaya
merokok dalam kemasan rokok.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa konsumen rokok berpendapat
bahwa mereka mempercayai fakta yang ada di sekitar mereka. Mereka tidak
melihat langsung efek dari merokok seperti dalam gambar bahaya merokok
dalam kemasan rokok. Pengetahuan atas kepercayaan mereka ini lah yang
menuntun perilaku mereka untuk tetap merokok. Perilaku yang muncul
70
lainnnya adalah menghindari terpaan informasi yang menurut mereka sangat
mengganggu dan berlebihan dengan cara yang bermacam-macam seperti
mengganti bungkus, merobek gambar, atau memilih gambar seperti yang
dijelaskan sebelumnya.
Dalam Ilmu Komunikasi, iklan Layanan Masyarakat yang disisipkan
dalam kemasan rokok seperti ini sebenarnya lebih terfokus pada fungsi iklan
sebagai fungsi komunikasi dan sosial. Seperti yang dikatakan Liliweri (1997:
47). Iklan sebagai fungsi Komunikasi berarti berfungsi untuk memberikan
penerangan dan informasi tentang suatu barang, jasa, gagasan yang lebih
diketahui oleh satu pihak dan dijual kepada pihak yang lain agar
mengetahuinya. Iklan bahaya merokok dalam kemasan rokok bertujuan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahaya dari merokok
sehingga diharapkan konsumen rokok dapat mengurangi mengkonsumsi
rokok.
Fungsi Sosial sebenarnya lebih ditekankan dalam iklan bahaya merokok
dalam kemasan rokok ini. Namun fungsi sosial yang dimaksudkan untuk
dapat membantu menggerakan suatu perubahan standar hidup serta
menggugah pandangan orang tentang suatu peristiwa, kemudian
meningkatkan sikap, afeksi yang positif dan diikuti pelaksanaan tindakan
sosial (Liliweri,1997: 47) tidak terwujud karena masyarakat lebih percaya
dengan apa yang ada disekitar mereka. Iklan bahaya merokok dalam kemasan
rokok bagi konsumen rokok bukanlah apa-apa, menjadi hanya sekedar
71
informasi karena pengetahuan dan pengalaman pribadi konsumen rokok
dalam merokok. Pada akhirnya konsumen tetaplah merokok walaupun
dipasang iklan bahaya merokok di kemasan rokoknya.
72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari penelitian dan analisis diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai
berikut :
1. Konsumen rokok beropini bahwa pemasangan gambar bahaya
merokok (iklan) dalam kemasan rokok itu merupakan hal yang sia-sia.
Mereka mengungkapkan kalau iklan bahaya merokok tersebut
mengganggu mereka dan membuat mereka jijik. namun hal itu tidak
mengurangi mereka dalam mengkonsumsi rokok.
2. Konsumen rokok mengungkapkan opini mengenai kurangnya
sosialisasi terkait peraturan tentang kesehatan dan peraturan untuk
produk rokok. Hal ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
konsumen rokok tetap merokok.
3. Konsumen rokok mengungkapkan opini mereka saat pertama kali
merokok. Pada awalnya mereka merokok karena mencoba-coba,
mereka ditawari teman atau kerabat mereka untuk merokok. Selain itu
konsumen rokok remaja merokok karena ingin menunjukan citra diri
mereka atau menghindari ejekan dari teman-teman mereka yang juga
merokok.
73
4. Konsumen rokok berpendapat bahwa mereka tetap merokok karena
sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Mereka melakukannya selama
bertahun-tahun. Selain itu mereka percaya dengan fakta di sekitar
mereka daripada informasi yang ada dalam kemasan rokok.
Konsumen rokok tidak melihat efek atau dampak dari merokok secara
langsung di lingkungan mereka.
5. Pengalaman konsumen rokok sendiri yang juga membuat mereka tetap
merokok. Kebanyakan konsumen rokok yang tetap merokok, mereka
sudah merokok lebih dari satu tahun. Dan mereka mengaku belum
bahkan tidak pernah mengalami efek seperti yang digambarkan dalam
kemasan rokok.
6. Pada akhirnya konsumen rokok tetap merokok dengan melakukan
beberapa hal untuk mengurangi kecemasan karena melihat gambar
yang mengerikan dalam kemasan rokok. Beberapa hal tersebut antara
lain memindahkan rokok ke bungkus lain seperti plastik atau bungkus
yang dibuat sendiri, merobek gambar bahaya merokok, memilih
gambar saat membeli rokok dan membeli rokok dengan cara
mengecer.
7. Iklan dalam kemasan rokok merupakan iklan layanan masyarakat
yang disisipkan dikemasan rokok oleh pemerintah dengan tujuan
menginformasikan mengenai bahaya merokok dan mengajak
masyarakat untuk menguranginya. Iklan layanan masyarakat lebih
74
terfokus dalam fungsi iklan sebagai fungsi komunikasi dan fungsi
sosial. Namun dalam kasus ini faktanya hanya fungsi komunikasi saja.
8. Dalam ilmu komunikasi sumber (source) yang berupa iklan (label
dalam kemasan rokok), pesan atau informasinya (message) berisi
tentang bahaya merokok dalam kemasan rokok (channel) sebenarnya
tersampaikan kepada konsumen rokok sebagai penerima (receive)
secara jelas, namun karena ada pemahaman dan pengalaman pribadi
dari konsumen rokok yang berbeda dengan informasi yang didapat
maka menjadikan gangguan (noise) dalam penyampaian pesannya
sehingga pesan yang tersampaikan hanya sekedar menjadi
pengetahuan bagi konsumen rokok bukan seperti dalam fungsi sosial
iklan yang seharusnya berupa tindakan yaitu berhenti atau mengurangi
rokok seperti yang pemerintah harapkan.
2. Saran
Berdasarkan penelitian dan penarikan kesimpulan diatas. Maka peneliti
mencatat beberapa saran yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan :
1. Bagi Produsen rokok, pemerintah dan masyarakat
Penelitian ini selanjutnya dimaksudkan agar dapat memberikan
informasi kepada produsen rokok, pemerintah dan masyarakat
mengenai seperti apa opini dan perspektif konsumen rokok terhadap
gambar bahaya merokok (iklan) dalam kemasan rokok. Selain itu juga
75
memberikan pengetahuan tentang rokok baik dari sejarah, peraturan
dan dinamika yang ada dalam masyarakat. Sehingga Produsen Rokok,
Pemerintah dan Masyarakat (konsumen rokok) dapat mengetahui
fenomena yang muncul di masyarakat.
2. Bagi Peneliti
Peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan hal lain yang
berhubungan dengan penelitian tentang opini konsumen rokok
terhadap gambar bahaya merokok. Selain itu bisa berpersepsi sebagai
penambah indikator format atau aturan pembuatan informasi tentang
rokok guna mempersuasif konsumen rokok dalam menanggapi nilai
suatu produk dilihat dari iklan yang ada didalamnya.
3. Bagi Institusi
Penelitian ini selanjutnya dapat dijadikan bahan bacaan dan
referansi bagi Universitas Kristen Satya Wacana khususnya Fakultas
Komunikasi. Peneliti menyadari ada beberapa komponen data yang
masih bisa dilengkapi sehingga penelitian ini kemudian dapat
dijadikan dasar untuk pengembangan serta dapat dijadikan panduan
bagi mahasiswa yang akan melanjutkan penelitian yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ananda, Maya. 1978. Seluk Beluk Reklame dalam Dunia Perdagangan. Jakarta :
Mutiara Media
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pemdekatan Praktek.
Rineke Cipta, Jakarta.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Danim, S. 2000. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi
Aksara
Dedy Mulyana.2005.Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar. Bandung:Remaja
Rosdakarya
Dewan Periklanan Indonesia, 2005, Etika Pariwara Indonesia (Tata krama dan
tata cara periklanan Indonesia). Jakarta
Durianto, Darmadi dkk. 2003. Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Effendy, Onong Uchjana.2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti
Fathoni, Abdurahmat.2011.Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta
Fathullah.2007.Komunikasi Etika dan hubungan Antar Manusia. Jakarta : Duta
Nusindo
Fendi, Onong, 1981. Dimensi – dimensi Komunikasi. Alumni. Bandung
Fiske,John. 1990. Cultural And Communication Studies.Cetakan kelima
terjemahan oleh Drs. Yosal Iriantara & Idy Subandi. 2010. Yogyakarta:
Jalasutra
Hall,Stuart.1997. Representation. Cultural Representstion and Signifying
Practices (cultural, media and identities series). Sage publication :
California
Lee, Monle & Carla Johnson.2007.Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam
Perspektif Global.Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Lippman, Walter, 1998, Opini Umum Kata Pengantar Baru Oleh Michael Curtis;
Kata pengantar Edisi Indonesia, Mochtar Lubis; Penerjemah, S.
Maimoen – Ed. 1 , Cet. 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi Kedua.
Terjemahan oleh Agus Dharma & Aminuddin Ram. 1994. Jakarta :
Erlangga
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Nugroho, Heru. 2002. Jalan Tengah Memahami Iklan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Prastijo, Ristiyanti. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Andi Offset
Rakhmat, Jalaludin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Sears, D.O, Freedman, J.L, dan Peplau, L.A. 1994. Psikologi Sosial Jilid I, Alih
Bahasa: Michael Adryanto, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Edisi Keempat
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Suryani, Tatik.2008. Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran.
Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu
Susanto, Astrid S.1975.Pendapat Umum.Bandung: P.T. Karya Nusantara
Rikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pemdekatan Praktek,
Jakarta :Rineke Cipta
Santana K,Septiawan.2007.Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia
Sarwono, S.W. 2000. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Wiryanto.2000.Teori Komunikasi Massa.Jakarta : Grasindo
-------------,2012.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 109 tahun
2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Jakarta
-------------,2013.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28
tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi
Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau. Jakarta
-------------,2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 40
tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok
bagi Kesehatan. Jakarta
-------------,2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional
Skripsi :
Fatmawati, Zainul Asngadah.2014. Pengaruh Terpaan Peringatan Pesan pada
Iklan Rokok terhadap Sikap untuk Berhenti Merokok pada Remaja.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Frihartine, Novi W.2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
pada Siswa Laki-Laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh
Tahun 2013. Banda Aceh : STIKes U‟budiyah.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Curriculum Vitae (Biodata Peneliti)
Nama : Dhian Bagus Setianto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Alamat : Perum Griya Gawe Mukti jalan Gunung
Slamet 20, Sumogawe, Getasan, Kab.
Semarang
Tempat Tanggal Lahir : Salatiga, 4 Agustus 1989
E-mail : [email protected]
Handphone : 085640794664
Pengalaman Kepanitiaan :
Menjadi panitia Lomba dan Pameran Fotografi 2009 di Universitas
Kristen Satya Wacana.
Pengalaman Pelatihan :
Lulus latihan pra dasar kepemimpinan mahasiswa.
Lulus latihan dasar kepemimpinan Mahasiswa.
Lain – lain :
mengikuti Workshop Periklanan ”Creativity On Comunication”
2008
Pendidikan Formal:
Tahun 1995 : Tk tarbiatul banin 3, Salatiga
Tahun 2001 : Lulus SD Gendongan 1, Salatiga
Tahun 2004 : Lulus SMP Negeri 3 Salatiga
Tahun 2007 : Lulus SMA Negeri 1 Getasan
Tahun 2007-sekarang : Menempuh pendidikan S1 di Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
(FISKOM) Program studi Ilmu
Komunikasi
Demikian biodata diri ini saya buat sebenar-benarnya.
Salatiga, 2 Desember 2014
Dhian Bagus Setianto
Lampiran 2. Question riset (panduan pertanyaan wawancara)
KATEGORI PERTANYAAN
1. Profil subjek
yang
diwawancara
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Umur
d. Pekerjaan
e. Pendapatan
f. Lama merokok
g. Intensitas merokok dalam sehari (berapa batang perhari)
h. Jenis Rokok (non-filter / filter)
i. Merek rokok
2. Pendapat
Mengenai
Iklan Dalam
Kemasan
1. Apakah anda memperhatikan kemasan rokok yang anda
konsumsi secara rinci ?
2. Menurut anda menarik kah kemasan rokok yang anda
konsumsi?
3. Apakah anda mengetahui secara jelas tentang
peraturan/undang-undang yang membahas tentang rokok?
4. Apakah anda mengetahui adanya penggunaan iklan (Tulisan
dan Gambar Bahaya Rokok) dalam kemasan rokok?
5. Menurut anda apakah terlihat jelas tulisan dan gambar
bahaya rokok (iklan) tersebut?
6. Menurut anda seperti apa maksud dari gambar dan tulisan
bahaya merokok tersebut?
7. Menurut anda seperti apa maksud dari produsen rokok atau
pemerintah yang memberikan gambar dan tulisan bahaya
merokok dalam kemasan rokok?
QUESTION RISET
OPINI KONSUMEN ROKOK TERHADAP IKLAN DI KEMASAN
ROKOK
(Studi kasus pada konsumen rokok)
Profil subjek
j. Nama :……………………………
k. Jenis kelamin : Laki / Perempuan
l. Umur :……………………………
m. Pekerjaan :……………………………
n. Pendapatan :……………………………
o. Lama merokok :………bulan/tahun
p. Intensitas merokok dalam sehari :………batang / …….pack
q. Jenis Rokok : non-filter / filter
r. Merek rokok :……………………………
3. Penyebab
Konsumen
Tetap Merokok
1. Menurut anda apakah pesan yang disampaikan dalam
kemasan rokok mengenai bahaya merokok sesuai dengan
kenyataan mengenai penyakit akibat bahaya merokok?
2. Apakah anda merasa takut atau merasa risi dengan gambar
yang ditampilkan di kemasan rokok?
3. Mengapa anda tetap merokok padahal mengetahui adanya
gambar dan tulisan bahaya merokok?
4. Jika anda tetap merokok seperti biasa, adakah hal yang anda
lakukan dengan dipasangnya tulisan dan gambar bahaya
merokok? (misal mengganti bungkus rokok atau merobek
gambar bahaya merokok)
Panduan Pertanyaan
1. Apakah anda memperhatikan kemasan rokok yang anda konsumsi secara
rinci?
2. Menurut anda menarik kah kemasan rokok yang anda konsumsi?
3. Apakah anda mengetahui secara jelas tentang peraturan/undang-undang yang
membahas tentang rokok?
4. Apakah anda mengetahui adanya penggunaan iklan (Tulisan dan Gambar
Bahaya Rokok) dalam kemasan rokok?
5. Menurut anda apakah terlihat jelas tulisan dan gambar bahaya rokok (iklan)
tersebut?
6. Menurut anda seperti apa maksud dari gambar dan tulisan bahaya merokok
tersebut?
7. Menurut anda seperti apa maksud dari produsen rokok atau pemerintah yang
memberikan gambar dan tulisan bahaya merokok dalam kemasan rokok?
8. Menurut anda apakah pesan yang disampaikan dalam kemasan rokok
mengenai bahaya merokok sesuai dengan kenyataan mengenai penyakit
akibat bahaya merokok?
9. Apakah anda merasa takut atau merasa risi dengan gambar yang ditampilkan
di kemasan rokok?
10. Mengapa anda tetap merokok padahal mengetahui adanya gambar dan tulisan
bahaya merokok?
11. Jika anda tetap merokok seperti biasa, adakah hal yang anda lakukan dengan
dipasangnya tulisan dan gambar bahaya merokok? (misal mengganti bungkus
rokok atau merobek gambar bahaya merokok)
Lampiran 3. Hasil Wawancara