bab iv penyajian analisa data a. lokasi penelitian

13
38 BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat.Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( 2020), jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk sebanyak 1.017.030 dengan kurang lebih 36% penduduk tinggal di perkotaan dan sisanya 64% tinggal di pedesaan. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Nganjuk memeluk agama Islam dan sisanya berkepercayaan agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khonghucu. Nganjuk miliki 20 kecamatan dan 284 desa atau kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah: “Bagor, Baron, Berbek, Gondang, Jatikalen, Kertosono, Lengkong, Loceret, Nganjuk, Ngetos, Ngluyu, Ngronggot, Pace, Patianrowo, Prambon, Rejoso, Sawahan, Sukomoro, Tanjunganom, Wilangan”. Daerah Kabupaten Nganjuk beriklim tropis basah dan kering yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson. Oleh karena iklimnya yang dipengaruhi angin muson, wilayah kabupaten ini mempunyai dua musim, yaitu musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat barat laut dan musim kemarau yang dipengaruhi angin muson timurtenggara. Penduduk Nganjuk pada umumnya adalah etnis Jawa. Namun, terdapat minoritas etnis Tionghoa dan Arab yang cukup signifikan, Khususnya di kecamatan Nganjuk dan kecamatan Kertosono. Etnis Tionghoa, dan Arab umumnya tinggal di kawasan perkotaan,

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

38

BAB IV

PENYAJIAN ANALISA DATA

A. Lokasi Penelitian

Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Ibukotanya adalah Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di

utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di

selatan, serta Kabupaten Madiun di barat.Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota

Angin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( 2020), jumlah penduduk di Kabupaten

Nganjuk sebanyak 1.017.030 dengan kurang lebih 36% penduduk tinggal di perkotaan

dan sisanya 64% tinggal di pedesaan.

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Nganjuk memeluk agama Islam dan

sisanya berkepercayaan agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khonghucu. Nganjuk

miliki 20 kecamatan dan 284 desa atau kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah:

“Bagor, Baron, Berbek, Gondang, Jatikalen, Kertosono, Lengkong, Loceret, Nganjuk,

Ngetos, Ngluyu, Ngronggot, Pace, Patianrowo, Prambon, Rejoso, Sawahan, Sukomoro,

Tanjunganom, Wilangan”. Daerah Kabupaten Nganjuk beriklim tropis basah dan

kering yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson. Oleh karena iklimnya yang

dipengaruhi angin muson, wilayah kabupaten ini mempunyai dua musim, yaitu musim

penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat–barat laut dan musim kemarau yang

dipengaruhi angin muson timur–tenggara.

Penduduk Nganjuk pada umumnya adalah etnis Jawa. Namun, terdapat minoritas

etnis Tionghoa dan Arab yang cukup signifikan, Khususnya di kecamatan Nganjuk dan

kecamatan Kertosono. Etnis Tionghoa, dan Arab umumnya tinggal di kawasan perkotaan,

Page 2: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

39

dan bergerak di bidang perdagangan dan jasa (online :

https://id.wikipedia.org/wiki/KabupatenNganjuk).

B. Penderita HIV / AIDS di KabupatenNganjuk.

Jumlah warga penderita HIV/Aids di Kabupaten Nganjuk hingga akhir bulan

Juni 2020 telah mencapai 1.521 orang. Jumlah penderita HIV/Aids tersebut terus

mengalami pertambahan sejak awal tahun ini.

Ketua Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Nganjuk,

Marhaen Djumadi mengatakan, “jumlah penderita HIV/Aids di Kabupaten Nganjuk

terbanyak berada di Kecamatan Tanjunganom, disusul Kecamatan Nganjuk Kota, dan

lainnya”.

Penularan terbanyak berasal dari perilaku hubungan badan menyimpang

mencapai sekitar 97 persen dan sekitar 3 persen penularan dari ibu

menyusui.Dijelaskan Marhaen Djumadi, “berdasarkan analisa KPAD Nganjuk

diketahui dengan ditutupnya sejumlah lokalisasi di Kabupaten Nganjuk ternyata

berdampak pada peningkatan jumlah penularan HIV/Aids”.

dikarenakan Pemkab Nganjuk dan KPAD tidak lagi dapat mengontrol keberadaan PSK,

sehingga mereka beroperasi secara ilegal dan menularkan penyakit HIV/Aids.

Selain itu, KPAD juga membentuk kader kesehatan HIV/Aids di desa. Dan

KPAD berusaha untuk selalu memetakkan tempat penderita HIV/Aids ditiap

Kecamatan hingga ke Desa-desa sehingga bisa diketahui betul siapa saja yang terkena

HIV/Aids. "Langkah tersebut yang terus kami lakukan untuk mencegah penyebaran

HIV/Aids terus bertambah di Kabupaten Nganjuk, apalagi sekarang ini dalam kondisi

pandemi virus corona sehingga menjadi tantangan berat bagi KPAD untuk terus bisa

Page 3: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

40

mengantisipasi penyebaran HIV/Aids," tandas Marhaen Djumadi yang juga Wakil

Bupati Nganjuk tersebut.

Di samping itu, tambah Marhaen Djumadi, KPAD juga selalu

mengkampanyekan dan menyadarkan para penderita HIV/Aids untuk tidak. Jumlah

Penderita HIV/Aids di Kabupaten Nganjuk Terus Bertambah, Ini yang Dilakukan

KPAD membalas dendam. Karena dimungkinkan penderita HIV/Aids membalas

dendam setelah tertular penyakit berbahaya itu tanpa disadarinya.

Utamanya penderita HIV/Aids dari kalangan ibu rumah tangga. "Jadi kami tak

henti memberikan penyadaran dan pengertian kepada penderita HIV/Aids dari kalangan

ibu rumah tangga untuk bisa menerima apa yang dialaminya dalam upaya menurunkan

penularan penyakit tersebut," tutur Marhaen Djumadi. ( online ) Surya.co.id dengan

judul Nganjuk, https://surabaya.tribunnews.com/2020/07/03/jumlah-penderita-hivaids-

di-kabupaten-nganjuk-terus-bertambah-ini-yang-dilakukan-kpad-nganjuk.

Marhaen, keterlibatan stakeholder dalam setiap proses kebijakan

penanggulangan penyebaran HIV/AIDS sangat diperlukan. “Tingginya kasus HIV-

AIDS di Nganjuk tentu menimbulkan dampak buruk baik dari segi kesehatan maupun

non kesehatan”. Berbagai dampak buruk tersebut antara lain, dari segi kesehatan,

penderita HIV-AIDS akan mudah terserang berbagai penyakit ringan hingga berat

dikarenakan daya tahan tubuhnya semakin melemah.

Kenyataannya tidak memiliki daya tahan tubuh sama sekali, dan dalam jangka

panjang penderita HIV-AIDS pada umumnya berujung pada kematian. Dari segi sosial

kemasyarakatan, penderita HIV AIDS rentan mengalami diskriminasi oleh masyarakat

karena penderita HIV AIDS dianggap memiliki perilaku amoral dan masyarakat

menganggap bahwa AIDS merupakan penyakit menular berbahaya.

Page 4: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

41

Kasus AIDS yang semakin meningkat juga dapat menghambat Kabupaten

Nganjuk dalam pencapaian tujuan strategis dibidang kesehatan dan tujuan

pembangunan berkelanjutan. “Melihat perkembangan yang semakin mengkhawatirkan,

pemerintah daerah bersama stakeholder lainnya tentu harus mampu mengambil peran

strategis guna mencegah dan meminimalisir penyebaran penyakit HIV/AIDS,” tegas

Marhaen Djumadi.

C. Tanggap Spirit Pelangi dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS.

1. Lembaga Spirit Pelangi

Spirit pelangi Nganjuk Merupakan sebuah Lembaga atau organisasi untuk

mewadahi Orang Dengan HIV / AIDS (ODHA), beserta pasangan, keluarga, teman,

dan kerabat (OHIDHA).). Spirit Pelangi Nganjuk berdiri sejak Oktober 2015. Alamat

: Jl. Wilis II C no 09 Nganjuk, Jawa Timur - Indonesia, Nganjuk 64411.

Gambar 1. Logo Spirit Pelangi (sumber : Facebook Spirit Pelangi Nganjuk)

2. Tujuan KDS Spirit Pelangi.

- memberikan dan mendapatkan dukungan, berbagai pengalaman hidup serupa

diantara sesama ODHA dan OHIDHA

Page 5: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

42

- Berbagi sumber daya, ide maupun informasi tentang hidup dengan HIV / AIDS,

ketrampilan dan pengobatan, serta perawatan yang berhubungan dengan HIV /

AIDS.

3. Program KDS Spirit Pelangi

- Mengedukasi dan sosialisasi tentang HIV/AIDS melalui kegiatan konseling.

- Aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan gerakan pencegahan penularan

HIV/AIDS.

D. Identitas Subjek Penelitian .

Tabel 1. Subyek Penelitian

No. Nama Usia Status Track Record

1. Trisna Eka Setyawati 41 Th Ketua 6thmenjadipenggerak di

Spririt Pelangi,

aktiviskemanusiaan

2. M (disamarkan) 29 Th Anggota atau

perseta KDS

Supir truk

3. SD (disamarkan) 37 Th Anggota atau

perseta KDS

Mantan tuna susila

Sumber : Data diolahth 2021

E. Optimalisasi Kelompok Dukungan Sebaya Spirit Pelangi

Trisna Eka Setyawati, perempuan sebagai penggerak pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Nganjuk melalui lembaga atau Yayasan

Spirit Pelangi.

Page 6: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

43

Gambar 2. Pendampingan Spirit Pelangikepada ODHA

(sumber : https://www.nganjukkab.go.id/home/detail-kabar/spirit-pelangi-secercah-sinar-penyemangat-

penderita-hiv-aids-nganjuk diakses 20 mei 2020)

Dilihat dari gambar diatas, keputusan untuk membentuk suatu tempat yang

memberikan wadah dan mendampingi para pecandu NAPZA yang lingkupnya lebih

besar di Jawa Timur. Setelah itu, melalui Harm Reductionyaitu merupakan suatu cara

praktis yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari

penyalahgunaan Narkoba. Kemudian kasus ini bisa diminimalisir, akan tetapi

berubah arus penularannya melalui perilaku seksual bebas. Mulai dari sinilah harus

ada gerakan, bagaimana supaya dampaknya ini tidak ke masyarakat.

Tahun 2008 adalah titik puncak kegundahannya pada HIV. Di Nganjuk,

muncul kasus ibu hamil menularkan HIV kepada anak. Trisna tidak bisa tinggal diam

dengan fenomena ini. “Sanubarinya bergejolak. Tak butuh waktu lama, ia

memutuskan harus konsen untuk mencegah dan menanggulangi HIV. Dan mulai

tahun 2008 itu, Trisna didampingi oleh dr. Agus Pribadi mulai intens untuk

mendampingi orang yang positif HIV”.

Page 7: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

44

Gambar 3. Sosialisasi dan Konseling dengan ODHA. (sumber : https://www.nganjukkab.go.id/home/detail-kabar/spirit-pelangi-secercah-sinar-penyemangat-

penderita-hiv-aids-nganjuk. diakses 20 mei 2020)

Dilihat dari gambar diatas, Trisna Eka Setyawati aktif bergerak dalam kasus lain

yang masih berhubungan dengan penanggulangan dan pencegahan penularan

HIV/AIDS. Total pekerja seks komersial (PSK) di Kabupaten Nganjuk yang positif

HIV/AIDS dipastikan bertambah. Ini setelah hasil pemeriksaan kesehatan terhadap

empat PSK yang terjaring razia satpol PP, Rabu malam lalu (17/7/19), ada dua yang

dinyatakan positif.

Penggerak Lembaga Yayasan Spirit Pelangi Kabupaten Nganjuk Trisna Eka

Setyowati mengatakan, dari dua PSK yang dinyatakan positif itu, “satu PSK

merupakan pasien lama”. Namun, pihaknya belum berani memastikan asal daerahnya.

“Kami perlu berkoordinasi lagi,” ujar Trisna kepada Jawa Pos Radar Nganjuk.

Untuk diketahui, dari razia petugas gabungan di eks lokalilasi Kandangan, Desa

Kedungrejo, Tanjunganom, Rabu lalu (17/7/19), satpol PP berhasil menciduk empat

orang PSK. Dua orang berasal dari Ngronggot dan Loceret. Sedangkan dua orang lagi

dari Kabupaten Malang.

Page 8: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

45

Trisna memaparkan, bahwa :

“KPAD perlu memastikan dua orang yang positif HIV tersebut dengan

mendatangi eks lokalisasi Kandangan. Pasalnya, setelah diciduk dan dilakukan

pemeriksaan kesehatan, empat orang PSK dikembalikan lagi ke eks lokalisasi”.

“Kami perlu dampingi untuk pengobatan, pencarian dua orang PSK positif HIV itu

rencananya akan dilakukan Senin besok”(22/7/19). Pihaknya berharap, keduanya

masih tinggal di sana. Sebab, jika mereka pulang ke tempat asalnya, KPAD sulit

melakukan pendampingan. “Tidak ada penanganan,”sumber terbesar virus HIV

berasal dari PSK yang tidak tertangani. Apalagi mereka berasal dari luar Kabupaten

Nganjuk. “Itu sumber penularannya. Dia bisa ke mana-mana,”(22/7/19). urai

perempuan yang juga aktivis LSM Spirit Pelangi Nganjuk ini.

Trisna menerangkan, dar pihaknya akan mendampingi PSK yang positif sampai

tuntas. Apabila mereka beralamat di luar Nganjuk, KPAD memberikan pilihan kepada

yang bersangkutan. “Tetap tinggal di Nganjuk atau kembali ke kota asal”(22/7/19).

tegas perempuan berambut ikal ini.

Jika memilih di daerah Nganjuk, Trisna menyebut, orang dengan HIV/AIDS

(ODHA) wajib mengikuti prosedur pendampingan. Namun, ketika memilih pulang

kampung, pihakanya akan berkooordinasi dengan KPAD di kota/kabupaten asal.

“Supaya tetap dilakukan pemdampingan sehingga tidak menular,”(22/7/19) papar

Trisna.

Untuk diketahui, sampai akhir Maret lalu, ODHA dari kelompok PSK

ditemukan sebanyak 11 orang. Lima orang di antaranya dinyatakan positif setelah

dinas kesehatan (dinkes) melakukan voluntary counseling and testing (VCT) di eks

lokalisasi Kandangan dan Guyangan. (dikutip

darihttps://radarkediri.jawapos.com/read/2019/07/20/147080/dua-psk-positif-hiv. online).

“Perjuangan dalam menangani HIV, tidak semudah membalikan tangan.

Semangat yang tinggi, membentur pada persoalan sosial klasik. Cap atau label negatif

masyarakat terhadap penderita HIV, bagai gunung terjal dihadapannya”.

Page 9: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

46

“Kalau berbicara tentang HIV, 10 atau 15 tahun lalu di Kabupaten Nganjuk

sangat berat. Waktu itu, karena full stigma, discrimination itu juga harus kita

gempur. Agar semuanya bisa sama-sama jalan. Selama ada stigma, discrimination

bagaimana kita mau menjalankan program?”(22/7/19) ungkap atlit basket ketika

muda itu.

Bagi Trisna, “kasus HIV tidak hanya dilihat dari sisi kesehatannya, tetapi juga

dari sosialnya. Perlakuan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tanpa stigma, selayaknya

berinteraksi dengan orang lain pada umumnya, secara tidak langsung membantu

pencegahan penularan HIV/AIDS”.

“Sekarang kita tidak usah membicarakan umur pada orang yang positif HIV, itu

milik Tuhan. Tapi bagaimana sebetulnya keterlibatan atau peran masyarakat umum,

tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah untuk mendesain ini semua supaya kasus

HIV itu bisa di minimalisir,”(22/7/19) urai perempuan berambut ikal ini.

“Saya merasa dulu keluarga Semua Odha dengan dukungan sebaya mengakui

bahwa KDS memiliki peran dalam meminimalisir stigma dan diskriminasi yang di

dapat atau dialami Odha pada lingkungan terdekatnya.

“Tidak ada stigma dari keluarga karena ibu selalu saya ajak dalam pertemuan

KDS. Tidak pernah mengalami stigma di keluarga. Tapi, tetangga iya pernah. Jadi

Ibu tau tentang HIV“(20/7/20) (IJ, perempuan, 29 tahun).

“Sebagian rumah atau kantor KDS dipakai sebagai tempat singgah sementara untuk

Odha yang mengalami diskriminasi di keluarganya, sebagaimana diungkapkan Odha berikut

ini: Sempat menolak kehadiran saya, akhirnya saya tinggal di KDS. Alhamdulillah sampai

saat ini tidak ada stigma, tetapi tidak tahu juga yah kalau yang bicara di belakang

saya”(20/7/20),(PJ, laki-laki, 30 tahun).

Terdapat 3 informan : 1 dari pihak Spirit Pelangi yaitu Trisna Eka Setyawati dan

2 informan yang berstatus penyandang HIV/AIDS dan dalam bimbingan Spirit Pelangi

yaitu M (pria, 29) dan SD (wanita, 37).

Wawancara pertama di laksanakan pada kediaman Trisna Eka Setyawati pagi

hari (17/10/20), di hadiri oleh penulis sebagai penanya dan Trisna Eka Setyawati

sebagai narasumber. Pada kesempatan itu penulis memberikan beberapa pertanyaan

pokok tentang kondisi Kabupaten Nganjuk perihal penyabaran virus HIV/AIDS.

Sebelumnya penulis dan informan melakukan perjanjian yaitu wawancara bersifat

santai namun serius dan akurat, di karenakan waktu yang terbatas.

Page 10: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

47

Setelah menyepakati perjanjian secara lisan, penulis sebagai penanya

memberikan pertanyaan pertama kepada narasumber. “ Mbak Trisna. dengan semakin

bertambah nya jumlah ODHA disini (Kab.Nganjuk), apa yang di lakukan Spirit

Pelangi untuk meminimalisir lonjakan jumlah ODHA?”. Jawaban narasumber,“ Saya

rasa, kurang adil jika penanganan ODHA yang meningkat hanya dilimpahkan kepada

Lembaga Spirit Pelangi saja, butuh berbagai dukungan dari berbagai element sosial

termasuk ODHA itu sendiri”. Lalu narasumber menjelaskan apa maksud dari

jawabannya. “ Ini adalah musibah kemanusiaan, kita tidak bisa menyelesaikan

sendiri problematika yang bisa dikatakan berantai ini. Element sosial yang di

butuhkan tidak hanya satu, menyatukan beberapa kepala yang memiliki ahli di bidang

yang yang bersangkutan menjadi jawaban untuk menyelesaikan musibah

kemanusiaan ini”.

Pertanyaan kedua kepada narasumber. “ Bagaimana cara Mbak Trisna untuk

mendapatkan kepercayaan dari ODHA di sini ( Kabupaten Nganjuk)?”. Jawaban

narasumber, “ Menyambung dengan pertanyaan pertama tadi, Saya memliki tekat dan

harapan pada diri saya sendiri dan juga kepada ODHA yaitu kita bisa hidup lebih

baik. Kita percaya jika kita melakukan bersama, mencari jalan keluar bersama akan

mendapatkan hasil yang kita capai. Keberadaan Spirit Pelangi ini di harapkan

mampu menjadi rumah atau tempat mencari perlindungan bagi ODHA khususnya di

Kabupaten Nganjuk dan menumbuhkan rasa percaya pada ODHA minimal rasa

percaya pada diri sendiri untuk bangkit dan berubah menjadi lebih baik dan saya

yakin itu“.

Pertanyaan ketiga. “Apa yang di lakukan saat ini untuk menekan angka

penyebaran ODHA dan juga tindakan yang di berikan kepada ODHA?”. Jawaban

narasumber, “ Kita di hadapkan dengan bebagai macam karakter dan kondisi

manusia, tidak hanya ODHA itu sendiri namun manyakat umum lain yang memiliki

kondisi jasmani yang sehat minim sekali tentang pengetahuan virus HIV/AIDS serta

penularannya. Dari situ lah kita masuk melakukan sosialisasi seputar

HIV/AIDS,masyarakat umun menjadi sasarannya dan membentuk jaringan kerjasama

untuk menumbuhkan kesadaran akan sesama. Tidak hanya itu, penjemputan bola pun

juga di lakukan untuk optimalisasi pencegahan penularan HIV/AIDS. Kita bisa saya

yakin itu”.

Pertanyaan keempat. “ Hambatan apa yang di hadapi selama ini?”. Jawaban

narasumber, “ Banyak sekali. Mengingat apa yang saya katakan tadi, perbedaan

karakter dan kondisi masyarakat menjadi salah satu penghambat awal yang cukup

besar bagi kita. Mulai dari karakter yang tertutup karna rasa malu yang di alami

ODHA, informasi yang belum menyebar luas sampai ke plosok sampai ke kondisi

ekonomi. Berbicara tentang tertutupnya nya pribadi ODHA karna rasa malu kita

berupaya melewati hambatan tersebut dengan melihat kondisi keseluruhan ODHA

mencari informasi sebanyak mungkin lalu memberikan pendekatan dan penanganan

yang sesuai dengan informasi yang di dapat. Dari segi informasi, kita berupaya

selalu memediasi segala bentuk tindakan dan kegiatan melalui sosial media sampai

kepada kenjemputan bola agar informasi yang di sampaikan tersebar secara akurat.

Dari segi ekonomi, kita tidak dapat memungkiri ekonomi sulit menjadi alasan yang

mutlak untuk melakuakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan. Contohnya PSK,

menjual kehormatan diri untuk keberlangsungan hidup tanpa tau akibat yang akan di

Page 11: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

48

dapat. Jalan keluar yang di berikan memberikan konseling dan ketrampilan yang di

tujukan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak”.

Pertanyaan kelima. Penanya, “ fokus penanganan apa yang saat ini dilakukan

oleh Spirit Pelangi?”. Jawaban narasumber, “ Saat ini fokus yang di tangani adalah

optimalisasi SUFA yaitu Strategi Use ARV. Melihat kondisi di lapangan fokus SUFA

benar benar di galakan terhadap ODHA . Tidak hanya itu, mediasi ke masyarakat

umum sampai saat ini terus berlanjut untuk pencegahan penularan virus HIV/AIDS

tersebut. Selain itu pendampingan lanjutan dari anggota Spirit Pelangi terus di

lakukan agar ODHA memiliki semangat yang semakin meningkat”.

Ada 2 narasumber lain di penelitian ini. wawancara di lakuakn di tempat dan

waktu yang berbeda dan kondisi atau latar belakang narasumber yang berbeda juga.

Wawancara dengan M (pria,29) pada tanggal 7/11/20, di lakuan di pos

kampling dekat rumah narasumber (atas permintaan narasumber). Sebelum

melakukan wawancara penanya dan informan melakukan kesepakatan seperti

identitas di rahasiakan dan narasumber enggan memberikan data lain seperti foto atau

hal yang menyangkut privasi untuk tidak di publis.

Penulis tetap melampirkan data wawancara ini di karenakan jawaban dari

sodara M (pria,29) memiliki bobot yang cukup penting untuk di paparkan. Informan

juga menyuarakan pendapatnya tentang perubahan yang dialami setelah ikut dalam

kegiatan Spirit Pelangi.

Pertanyaan pertama. Penanya “ Bagaimana ceritanya mas M bisa tau tentang

Spirit Pelangi?”. Jawaban narasumber. “ Saya awalnya tidak tahu jika ada lembaga

atau yayasan yang menangani orang kena HIV, saya tidak sengaja tau ketika Spirit

Pelangi melakukan kegiatan kumpul kumpul di alun alun Nganjuk. Saya kira itu

politik dan demo, setelah saya amati ternyata gerakan pencegahan HIV”.

Dari pertanyaan pertama narasumber secara langsung bercerita dari mana

narasumber menjadi ODHA. Cerita narasumber, “ Saya pernah jadi sopir truk antar

barang, trayek saya antar provinsi. Dulu saya punya kebiasaan yang buruk setelah

saya tau bahwa itu buruk, saya suka jajan di tempat karaoke tempat supir

beristirahat. Selama saya menjadi supir kebiasaan jajan saya tidak terkontrol karna

tergiur dengan harga yang murah. Jika mas tau dulu jajan di tempat seperti itu 30

ribu saja suda dapat. Singkat cerita suatu saat saya merasa tidak enak badan dan

saya memutuskan untuk periksa ke salah satu rumah sakit di daerah gresik, badan

lemas konsentrasi menurun dan akhirnya pihak rumah sakit memutuskan untuk rawat

Page 12: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

49

inap. Setelah beberapa hari kondisi saya belum membaik, lalu pihak rmh sakit

melakukan uji lab. Dan di situlah saya tau positif HIV. Saya berhenti menjadi sopir

dan menjadi pengangguran, lalu singkatnya setelah satu tahun tidak bekerja saya tau

Spirit Pelangi seperti yang saya ceritakan awal tadi”.

Pertanyaan ke dua penanya, “ setelah mas M mengikuti kegiatan Spirit Pelangi

apa yang di dapat oleh mas M?”. Jawaban narasmber,” Saya awalnya malu dengan

kondisi Saya, Saya merasa sendiri dan ngg mau berinteraksi dengan sembarang

orang. Karna Saya tau itu aib buat Saya. Sekali datang ke Spirit Pelangi saya tidak

merasakan manfaat ikut konseling di Spirit Pelangi itu, tapi di balik ego Saya yang

mengatakan tidak ada guna dan percuma ada beberapa orang yang mendorong Saya

dan memotivasi Saya untuk terus bersemangat menjalani hidup. Termasuk mba

Trisna. Beberapa kali Saya iku barulah saya mngerti apa itu kebersamaan dalam

berjuang. Saya punya teman bahkan keluarga, pikiran saya yang sendiri dan

terkucilkan pun hilang”.

Sayang sekali narasumber tidak memiliki banyak waktu meskipun dari cerita

yang disampaikan sangat menarik, dan pertanyaan terakhir yang di lontarkan oleh

penanya “ Perlu atau tidak Spirit Pelangi itu?”. Jawaban narasumber, “ sangat perlu,

itu menurut saya. Karna saya dapat menemukan semangat baru dan teman bahkan

keluarga baru di Spirit Pelangi”.

Wawancara selanjutnya dengan SD (wanita,37)pada tanggal 15/11/20 asal

Kabupaten Nganjuk. Dulu berprofesi sebagai pekerja tuna susila. Data narasumber di

batasi atas permintaan narasumber yang tidak ingin di publis. Bertempat di teras

depan kediaman SD. Wawancara di lakukan antara penanya dan narasumber saja.

Pertanyaan pertama. Penanya ”Bagaimana awal mula ibuk tau bahwa ibuk

terkena HIV?”. Jawaban narasumber, ”Saya dulu jadi PSK mas dan tidak tau resiko

pekerjaan itu seperti apa, yang saya tau pekerjaan itu dosa. Tapi mau bagaimana

Saya butuh makan dan tempat tinggal, saya tidak punya ketrampilan apapun, Saya

tau jika terkena HIV ketika saya terkena razia saat saya mangkal di kabupaten

sebelah ( tidak memberikan keterangan). Saya di bawa ke kantor terus di periksa lalu

di test dan hasilnya saya positif HIV. Kejadian itu sudah 6 tahun lalu dan semenjak

itu saya tidak bekerja lagi sebagai PSK”.

Pertanyaan kedua. Penanya, “Lalu bagaimana ibuk melanjutkan kehidupan

ibuk?”. Jawaban narasumber. ”Awalnya saya di bawa ke lembaga rehabilitas selama

5 bulan saya di ajari mencari penghasilan yang halal, di berikan ketrampilan

menjait. Setelah itu saya keluar dari lembaga itu saya kembali kerumah, Saya kira di

rumah Saya bisa mendapatkan ketenangan ketika berkumpul dengan keluarga,

kenyataannya saya mendapatkan olokan dari tetangga sekitar”.

Pertanyaan ketiga. Penanya, “ Maaf ibuk jika boleh tau, Apa yang ibuk

rasakan ketika mendapatkan olokan dari tetangga?”. Jawaban narasumber, “saya

malu, tidak merasa nyaman di rumah sendiri. Saya merasa stress berat saat itu”.

Page 13: BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian

50

Pertanyaan keempat. Penanya, “ lalu bagaimana ceritanya ibuk bisa melewati

semua itu?”. Jawaban narasumber. “ Saya di datangi oleh beberapa orang yang

meraka bialng dari Spirit Pelangi. Saya berfikir mereka ingin mengambil Saya sama

seperti waktu Saya di lembaga rehabilitasi, awalnya saya tidak mau dan sudah tidak

memiliki semangat hidup. Saya enggan bertemu dengan orang lain yang saya fikir

akhirnya akan mengolok Saya. Tapi ternyata tidak beberapa orang dari Spirit

Pelangi itu berbeda, mereka ramah dan membuat Saya tenang. Mereka menjelaskan

maksud kedatangan mereka untuk membantu Saya.”

Pertanyaan kelima. Penanya, “ Bagaimana kondisi ibuk setelah mngetahui

dan ikut kegiatan Spirit Pelangi?”. Jawaban Penanya, “ seperti apa yang Saya

ceritakan tadi, yang awalnya enggan berbicara dengan orang lain akhirnya Saya

mau. Saya di perlakukan sebagai manusia yang seutuhnya dengan mereka. Saya

mendapatkan semangat hidup lagi dan menemukan keluarga baru dengan mereka”.

Dari wawancara diatas penulis di beri kemudahan oleh informan atas

kesempatan dan waktu informan , namun penulis tidak bisa memberikan data berupa

foto saat wawancara karna informan tidak mau di foto meskipun sudah di jalaskan

bahwa foto akan di blur atau di samarkan wajahmya.