bab iv penutup 4.1 kesimpulan -...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69666/potongan/S1-2014-302356... · menggunakan kalimat perintah terjadi saat penugasan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072206/5dd0707706d54218544525c5/html5/thumbnails/1.jpg)
76
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim
prinsip kesantunan tuturan tokoh-tokoh dalam drama serial Korea God’s Quiz.
Setelah melakukan analisis dapat disimpulkan beberapa hal yang menjawab
rumusan masalah dari penelitian.
Pertama, pada tuturan tokoh-tokoh dalam serial drama God’s Quiz ini
ditemukan banyak pematuhan prinsip kesantunan. Maksim-maksim yang dipatuhi
melingkupi seluruh maksim kesantunan Leech, yaitu maksim kebijaksanaan,
maksim penerimaan, maksim kedermawanan, maksim kerendahan hati, maksim
kesepakatan dan maksim kesimpatian. Pematuhan maksim kebijaksanaan terjadi
saat salah satu tokoh dalam drama melindungi rekan kerjanya dari amarah
atasannya dengan mengorbankan dirinya untuk melakukan pekerjaan yang bukan
menjadi tanggung jawabnya. Pematuhan maksim penerimaan banyak terjadi
dalam drama ini dengan banyaknya pujian-pujian yang dilontarkan oleh Yeong-sil
maupun Jin-woo kepada rekan kerja mereka. Kemudian untuk pematuhan maksim
kedermawanan jumlahnya tidak banyak, pematuhan hanya terjadi saat Jin-woo
memberikan pengobatan cuma-cuma kepada pasiennya di desa Chungnam.
Pematuhan maksim kerendahan hati hanya ada satu yaitu ketika Jin-woo
mendapatkan pujian dari atasan maupun teman-temannya. Kurangnya kuantitas
pematuhan maksim kerendahan hati dikarenakan dokter Han Jin-woo lebih sering
KESANTUNAN BERBAHASA TOKOH-TOKOH DALAM SERIAL DRAMA KOREA GOD’S QUIZ (ì‹ ì•˜í€´ì¦ˆ): SEBUAHKAJIAN SOSIOPRAGMATIKI GUSTI AYU MIRAH TRISNADEWIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
![Page 2: BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69666/potongan/S1-2014-302356... · menggunakan kalimat perintah terjadi saat penugasan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072206/5dd0707706d54218544525c5/html5/thumbnails/2.jpg)
77
menyombongkan dirinya daripada bersikap rendah hati saat dipuji. Maksim
kesepakatan dan maksim kesimpatian merupakan maksim yang paling banyak
dipatuhi oleh tokoh-tokoh dalam serial drama God’s Quiz. Dalam setiap episode
dapat ditemukan satu pematuhan maksim kesepakatan ini yaitu saat tim forensik
berdiskusi maupun saat mengadakan pertemuan dengan pihak kepolisian. Maksim
kesimpatian sering dipatuhi oleh tokoh-tokoh dalam serial drama saat berhadapan
dengan pihak korban pembunuhan untuk mengungkapkan perasaan bela
sungkawa mereka.
Kedua, pelanggaran maksim prinsip kesantunan juga banyak ditemukan
dalam tuturan tokoh-tokoh dalam serial drama God’s Quiz. Pelanggaran maksim
kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kedermawanan, maksim kesepakatan,
maksim kesimpatian dan maksim kerendahan hati dapat ditemukan dalam tuturan
setiap tokohnya. Dari keenam maksim kesantunan Leech, maksim kerendahan
hati adalah maksim yang sering dilanggar oleh tokoh utama serial drama God’s
Quiz, dokter Han Jin-woo. Kesombongan Jin-woo membuatnya sering melanggar
prinsip maksim kerendahan hati yang meminta penuturnya untuk memuji diri
sedikit mungkin dan mengecam diri sebanyak mungkin. Namun yang Jin-woo
lakukan adalah semakin memuji dirinya setiap ada tokoh yang memuji kerja keras
dan pemikiran geniusnya. Pelanggaran maksim kebijaksanaan dengan
menggunakan kalimat perintah terjadi saat penugasan detektif Kyunghee dan
Chief Yeong-sil oleh Asisten Komisaris yang memberatkan dan tidak beralasan.
Pelanggaran maksim kemurahan dan maksim penerimaan dilakukan dengan cara
implisit yaitu melalui sarkasme. Maksim kesimpatian dilanggar oleh beberapa
KESANTUNAN BERBAHASA TOKOH-TOKOH DALAM SERIAL DRAMA KOREA GOD’S QUIZ (ì‹ ì•˜í€´ì¦ˆ): SEBUAHKAJIAN SOSIOPRAGMATIKI GUSTI AYU MIRAH TRISNADEWIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
![Page 3: BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69666/potongan/S1-2014-302356... · menggunakan kalimat perintah terjadi saat penugasan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072206/5dd0707706d54218544525c5/html5/thumbnails/3.jpg)
78
tokoh saat mereka tidak menunjukkan rasa simpati terhadap korban pembunuhan
maupun lawan tuturnya yang sedang mengalami kesulitan atau kesedihan. Tokoh-
tokoh dalam serial drama ini melanggar maksim kecocokan dengan menggunakan
kalimat-kalimat negatif yang menyatakan ketidaksetujuan dan kalimat positif
yang menjelaskan mengenai ketidaksetujuannya dengan lawan bicara.
Ketika melakukan suatu percakapan dengan seseorang, aspek-aspek sosial
penutur dan lawan tuturnya sangat berpengaruh terhadap pemilihan kata seorang
penutur. Ketika berbicara dengan seseorang yang lebih tua, seseorang tentunya
akan menggunakan gaya bahasa yang berbeda dari seseorang yang seusia atau
yang lebih muda darinya. Ketika ia berbicara dengan kelas sosial yang lebih tinggi,
maka gaya bahasa yang dipilihnya akan menunjukkan rasa hormat, jika berbicara
dengan orang yang setingkat atau lebih rendah kelas sosialnya maka ia akan
berbicara secara kasual.
Seperti yang dikatakan Pranowo (melalui Chaer, 2010: 69) menyatakan
bahwa ada beberapa faktor atau hal yang menyebabkan sebuah pertuturan itu
menjadi tidak santun. Dalam serial drama ini diketahui bahwa pelanggaran
tersebut terjadi karena dorongan rasa emosi penutur, protektif terhadap pendapat,
sengaja memojokkan mitra tutur.
Dorongan rasa emosi penutur terjadi saat Ji-yool mengecam Jin-woo yang
tidak berhati-hati dalam melontarkan pernyataan saat konferensi pers. Jin-woo
mengancam si pembunuh dengan lugas sehingga membuat Ji-yool takut dan
akhirnya marah-marah pada Jin-woo. Chaer (2010: 70) mengungkapkan, kadang
kala ketika bertutur dorongan rasa emosi penutur begitu berlebihan sehingga ada
KESANTUNAN BERBAHASA TOKOH-TOKOH DALAM SERIAL DRAMA KOREA GOD’S QUIZ (ì‹ ì•˜í€´ì¦ˆ): SEBUAHKAJIAN SOSIOPRAGMATIKI GUSTI AYU MIRAH TRISNADEWIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
![Page 4: BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69666/potongan/S1-2014-302356... · menggunakan kalimat perintah terjadi saat penugasan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072206/5dd0707706d54218544525c5/html5/thumbnails/4.jpg)
79
kesan bahwa penutur marah kepada lawan tuturnya. Tuturan yang diungkapkan
dengan rasa emosi oleh penuturnya akan dianggap menjadi tuturan yang tidak
santun.
Protektif terhadap pendapat terlihat saat Jin-woo yang selalu memuji dirinya
dan mengatakan bahwa pendapatnya yang genius yang memecahkan segala
kasusu rumit. Menurut Chaer (2010: 71), seringkali ketika bertutur seorang
penutur bersifat protektif terhadap pendapatnya. Hal ini dilakukan agar tuturan
lawan tutur tidak dipercaya oleh pihak lain. Penutur ingin memperlihatkan pada
orang lain bahwa pendapatnya benar, sedangkan pendapat mitra tutur salah.
Dengan tuturan seperti itu akan dianggap tidak santun.
Sengaja memojokkan mitra tutur terjadi saat Jin-woo bertemu dengan Ji-
yool dan merasa Ji-yool adalah orang yang sok pintar. Jin-woo lalu meminta Ji-
yool menjelaskan mengenai pengertian Wrist-cut Syndrome namun sebelum Ji-
yool sempat menjawab Jin-woo mengabaikannya, membuat Ji-yool diam kaku.
Chaer (2010: 72) mengungkapkan bahwa adakalanya pertuturan menjadi tidak
santun karena penutur dengan sengaja ingin memojokkan lawan tutur dan
membuat lawan tutur tidak berdaya. Dengan ini, tuturan yang disampaikan
penutur menjadikan lawan tutur tidak dapat melakukan pembelaan.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan yang telah penulis kemukakan
di atas, pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.
KESANTUNAN BERBAHASA TOKOH-TOKOH DALAM SERIAL DRAMA KOREA GOD’S QUIZ (ì‹ ì•˜í€´ì¦ˆ): SEBUAHKAJIAN SOSIOPRAGMATIKI GUSTI AYU MIRAH TRISNADEWIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
![Page 5: BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69666/potongan/S1-2014-302356... · menggunakan kalimat perintah terjadi saat penugasan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072206/5dd0707706d54218544525c5/html5/thumbnails/5.jpg)
80
Pertama, penulis berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik
terhadap realisasi kesantunan berbahasa masyarakat Korea, dengan kajian yang
menarik, sample yang lebih besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk
mendapatkan hasil kajian yang sempurna. Kedua, seiring dengan masih jarangnya
penelitian mengenai kesantunan berbahasa, maka penelitian ini perlu
mendapatkan perhatian dari para ahli bahasa. Terutama pihak yang berwenang
dalam bidang ini mampu memberikan bantuan demi melancarkan penelitian.
Ketiga, agar dalam melakukan penelitian secara langsung ke lapangan penulis
diberikan kemudahan dalam mendapatkan data dari sumber yang dituju. Penulis
juga berharap jika ada penelitian lanjutan, peneliti selanjutnya lebih berani
mengungkapkan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan, tidak terpaku
pada apa yang ditonton dan dilihat melalui media elektronik saja.
KESANTUNAN BERBAHASA TOKOH-TOKOH DALAM SERIAL DRAMA KOREA GOD’S QUIZ (ì‹ ì•˜í€´ì¦ˆ): SEBUAHKAJIAN SOSIOPRAGMATIKI GUSTI AYU MIRAH TRISNADEWIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/