bab iv pengumpulan dan pengolahan · pdf filedan pembinaan persaingan usaha. ... ♦ pebub...
TRANSCRIPT
112
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bagian ini berisi pengumpulan dan pengolahan data. Pengumpulan data
terdiri dari visi dan misi dari Pemerintah Kabupaten Cirebon dan Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, identifikasi faktor kunci internal dan eksternal
dan penentuan sasaran jangka panjang. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan data-data hasil identifikasi faktor internal dan eksternal berupa
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari lingkungan pasar tradisional di
Kabuaten Cirebon yang diolah dengan menggunakan matrik IFE dan EFE pada
bagian input stage, Matrik Internal-Eksternal dan SWOT pada tahap matching stage,
dan penggunaan AHP pada tahap decision stage.
4.1. Pengumpulan Data
4.1.1. Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Cirebon
4.1.1.1. Visi
Visi sebuah organisasi sangat diperlukan, karena visi merupakan pandangan
atau filosofi masa depan dan merupakan cita-cita serta gambaran ideal yang harus
dijangkau. Visi menyangkut berbagai pandangan (filosofi) dasar masyarakat. Terdiri
dari filosofi agama, sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Adapun
visi dari pemerintah Kabupaten Cirebon dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut :
• Visi Pemerintah Kabupaten Cirebon :
“Terwujudnya masyarakat Kabupaten Cirebon sejahtera didukung pemerintah
yang bersih dan berwibawa”
• Visi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon :
“Mewujudkan industri dan perdagangan yang tangguh dan mandiri menuju masyarakat Kabupaten Cirebon yang sejahtera”
Dari visi diatas terdapat 1 (satu) kata kunci yang menjadi persamaan yaitu
masyarakat Kabupaten Cirebon sejahtera. Maka untuk mewujudkan visi tersebut
dirumuskan pula misi pembangunan masyarakat di Kabupaten Cirebon.
113
4.1.1.2. Misi
Untuk menggapai visi tersebut, maka perlu adanya tahapan-tahapan kinerja
yang harus dilakukan. Tahapan-tahapan kinerja inilah yang disebut sebagai misi.
Berikut ini adalah misi dari pemerintah Kabupaten Cirebon dan Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Cirebon :
• Misi Pemerintah Kabupaten Cirebon :
1. Memantapkan kualitas kehidup beragama
2. Meningkatkan mutu sumber daya manusia
3. Mengembangkan ekonomi masyarakat
4. Menegakkan keamanan dan ketertiban
5. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan
• Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon :
1. Meningkatkan pembinaan Industri dan Perdagangan barang dan jasa yang
didukung oleh kualitas SDM yang profesional.
2. Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dengan memperhatikan aspek ekonomi daerah/ lokal.
3. Membina persaingan usaha yang sehat serta perlindungan konsumen
4. Mengoptimalkan kompetensi inti daerah dan memperkuat sentra-sentra industri
yang ada.
5. Membangun pola kerjasama, kemitraan dan klaster industri inti daerah serta
meningkatkan jaringan pemasaran global.
6. Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan investasi dengan
memprioritaskan ekonomi berbasis kerakyatan.
Pernyataan misi diatas diatas menggambarkan bahwa pembangunan dalam
bidang perekonomian Kabupaten Cirebon berbasiskan pada perekonomian
kerakyatan. Ada beberapa poin yang diambil dari pernyataan misi yang dapat
mendukung pengembangan pasar tradisional di Kabupaten Cirebon. Poin-poin
tersebut adalah dalam hal pengembangan mutu SDM, ekonomi masyarakat,
pertumbuhan ekonomi daerah dengan memperhatikan asek ekonomi daerah / lokal,
dan pembinaan persaingan usaha.
Poin-poin dari misi tersebut menunjukkan komitmen dari pemerintah
Kabupaten Cirebon dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
114
dalam hal pengembangan pasar tradisional di Kabupaten Cirebon yang saat ini
mengalami keterpurukan karena faktor-faktor internal dan eksternal yang tidak
mendukung.
4.1.2. Identifikasi Fakor Eksternal dan Internal
Identifikasi faktor eksternal dan internal dilakukan untuk mendapatkan faktor
kunci internal dan eksternal yang akan digunakan dalam pengolahan data.
Identifikasi dilakukan berdasarkan pengumpulan data ekstenal dan internal yang
telah dilakukan.
4.1.2.1. Faktor-Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal akan memberikan gambaran mengenai peluang
(opportunity) yang dimiliki, serta ancaman (threat) yang dihadapi dalam
pengembagan pasar tradisional di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan analisis
lingkungan eksternal maka faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi adalah :
1. Faktor Politik
Fakor politik dalam penelitian ini adalah peraturan-peraturan baik itu berbentuk
Undang-Undang (UU), keputusan presiden (Keppres), keputusan menteri
(Kepmen), Surat Keputusan Bersama (SKB) pada tingkat pusat, dan Peraturan
Daerah (Perda), Peraturan Bupati (Perbub) pada tingkat daerah. Berikut ini
adalah peraturan-peraturan yang keluar dari tingkat pusat dan dan daerah yang
cukup strategis dalam pengembangan pasar tradisional :
a. Peraturan tingkat pusat yang terdiri dari dari Peraturan presiden (Kepres),
Surat Keputusan Bersama (SKB), dan Keputusan Menteri (Kepmen) yang
dinilai cukup penting dan strategis untuk mengembangan pasar tradisional,
adalah sebagai berikut :
♦ Kepmen No. 420/MPP/Kep/10/1997 tentang pedoman penataan dan
pembinaan pasar dan pertokoan.
♦ Perpres No. 112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar
tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.
♦ Permen No. 53/M-DAG/PER/2008 tentang penataan dan pembinaan pasar
tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, dll.
115
b. Peraturan tingkat daerah terdiri dari dari Peraturan Daerah (Perda) dan
Peraturan Bupati (Perbub) yang dinilai cukup cukup penting dan strategis
untuk mengembangan pasar tradisional, adalah sebagai berikut :
♦ Perda No. 9 tahun 2005 tentang izin gangguan
♦ Perda No. 11 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Perdagangan
♦ Pebub No. 36 tahun 2006 tentang Pedoman Pendirian Toko Modern atau
Mini Market di Kabupaten Cirebon.
Untuk lebih jelasnya mengenai isi dari peraturan dan regulasi-regulasi yang
terkait dengan pengembangan pasar tradisional dapat dilihat pada Bagian
Lampiran (A-10 s.d. A-17).
2. Faktor Ekonomi
Keadaan perekonomian Indonesia dan Kabupaten Cirebon pada khususnya dapat
dikaji dengan melihat isu-isu ekonomi yang terjadi saat ini dan data dari
beberepa indikator ekonomi. Berdasarkan pengumpulan data disimpulkan bahwa
keadaan perekonomian Indonesia dan Kabupaten Cirebon pada khususnya adalah
sebabagai berikut :
a. Keadaan perekonomian Indonesia dan Kabupaten Cirebon pada khususnya
mengalami penurunan pada sektor industri yang diakibatkan krisis global
yang terjadi di dunia, hal ini membuat banyak terjadinya PHK pada sektor
industri rotan di Kabupaten Cirebon. Kondisi perekonomian yang terpuruk
memberikan dampak negatif terhadap tingkat daya beli dan kesejahteraan
masyakat Kabupaten Cirebon.
b. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami
pertumbuhan positif, pada 5,5% pada tahun 2006, 6,3% pada tahun 2007,
6,1% pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi diikuti pula oleh
tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi di Indonesia pada 3 (tiga) tahun terakhir
menunjukkan tingkat inflasi yang cukup besar pada tahun 2006 dan 2008
inflasi yang terjadi sebesar 2 digit yaitu sebesar 13,25% dan 10,30%,
sedangkan tahun 2007 sebesar 6,40%.
116
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan perekonomian Indonesia dan Kabupaten
Cirebon beserta indikator-indikator ekonominya dapat dilihat pada Bagian
Lampiran (A-7 s.d. A-10).
3. Fakor Sosial
Faktor-faktor sosial yang menjadi ditinjau pada penelitian ini adalah letak
geografis, kependudukan, tingkat kesejahteraan, tingkat kesehatan, tingkat
pendidikan, dan budaya. Berdasarkan pengumpulan data maka dapat
disimpulkan beberapa poin dari faktor sosial, sebagai berikut :
a. Posisi geografis yang strategis berada pada jalur pantura, berbatasan dengan
4 (empat) Kabupaten/Kota, dan 1 Provinsi. Posisi strategis ini dapa menjadi
suatu keunggulan, dimana Kabupaten Cirebon dapat diakses dengan mudah
oleh penduduk dari Kabupaten/Kota dan Provinsi yang berbatasan dengan
Kabupaen Cirebon.
b. Jumlah penduduk yang terus meningkat mencapai 2.192.429 jiwa pada tahun
2008, yang terdiri 1.093.130 jiwa laki-laki dan 1099.362 jiwa perempuan,
dengan kepadatan rata-rata sebesar 2.213,77 jiwa/km2, dan diproyeksikan
tahun 2010 mencapai 2.235.590 jiwa. Mayoritas penduduk Kabupaten
Cirebon bekerja pada sekto perdagangan dengn presentasi 29,99%. Jumlah
penduduk yang cukup besar dan terus meningkat setiap tahunnya, ditambah
mayoritas penduduk bekerja pada sektor perdagangan menjadi suatu potensi
pasar yang cukup baik bagi para pegadang pasar tradisional di Kabupaten
Cirebon.
c. Berdasarkan tingkatan kesejahteraan Kabupaten Cirebon mayoritas berada
pada tingkatan Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu sebesar 36,1%. Berdasarkan
dari tingkat Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Cirebon sebesar
Rp. 661.000,- pada tahun 2008, jumlah ini terbilang rendah jika dibandingkan
dengan Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon. Rendahnya tingkat
kesejahteraan dapat berdampak positif dan negatif terhadap pasar tradisional.
berdampak positif karena segmen dari pasar tradisional adalah masyarakat
dari golongan menengah ke bawah, dan ada kecenderungan pasar tradisional
117
berkembang bila angka kemiskinan peningkat. Berdampak negatif, karena
menurunnya daya beli masyarakat.
d. Berdasarkan nilai indikator kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2008 yang
terdiri dari Indeks Mutu Hidup, Umur Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi,
dan IPM Kabupaten Cirebon berada pada posisi yang cukup baik dengan
indeks mutu hidup sebesar 77,48%, tapi angka kematian bayi masih dinilai
tinggi dengan tingkat kematian 51,23 jiwa/1000 keluarga atau sebesar 5,1%.
e. Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas penduduk Kabupaten Cirebon
adalah belum sekolah dengan persentase 28,35%, 26,82% tidak/belum tamat
SD, 27% tamat SD, 9,20 tamat SLTP, 7,5% tamat SLTP, dan 1,13% tamat
perguruan tinggi. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan masyarakat Kabupaten Cirebon masih tergolong rendah.
f. Mayoritas profil penduduk Kabupaten Cirebon adalah religius, ditandai
dengan banyaknya pondok pesantren di berbagai tempat. Kabupaten Cirebon
dikenal dikenal sebagai tempat ziarah, salah satu tempat ziarah yang banyak
dikunjungi adalah Makam Sunan Gunung Jati. Berdasarkan data dari Dinas
Parawisata, Kabupaten Cirebon setiap tahunnya dikunjungi sekitar 4,3 juta
wisatawan dan sekitar 88% berkunjung ke makam. Potensi kunjungan wisata
yang besar ini dapat berdampak positif bagi pengembangan pasar tradisional
khususnya terhadap pengembangan pasar wisata (trusmi, kue weru).
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan sosial Kabupaten Cirebon beserta
indikator-indikatorna dapat dilihat pada Bagian Lampiran (A-1 s.d. A-7).
4. Faktor Teknologi
Faktor teknologi yang dianalisis pada penelitian ini adalah sistem franchise
(waralaba), sistem rantai distribusi, teknologi pengawetan barang dagangan, dan
metode promosi. Berdasarkan pengumpulan data maka dapat disimpulkan
beberapa poin dari faktor teknologi, sebagai berikut :
a. Berkembangnya sistem waralaba pasar modern khususnya minimarket
membuat perkembangan minimarket di Kabupaten Cirebon meningkat secara
signifikan setiap tahunnya. Kondisi ini membuat tingkat persaingan antara
118
pasar tradisional dan modern semakin ketat, dan cenderung berdampak
negatif terhadap pasar tradisional.
b. Penggunaan sistem rantai distribusi yang digunakan oleh pasar modern
(minimarket dan supermarket) membuat rantai jalur disbribusi barang
semakin pendek dan membuat harga yang dijual semakin murah. Harga jual
yang lebih murah dari pasar modern ini yang membuat kurang bersaingnya
pasar tradisional khususnya barang-barang yang berasal dari pabrik-pabrik
besar.
c. Penggunaan teknologi seperti lemari pendingin (cool storage), pelastik wrap
oleh pasar modern membuat barang-barang kategori fresh menjadi lebih awet.
Penggunaan teknologi ini membuat pasar modern mempunyai waktu pajang
yang lebih lama untuk barang-barang berkategori fresh, dan ini membuat
pasar modern menjadi lebih efisien karena akan lebih sedikitnya barang-
barang dagangan yang dibuang karena sudah busuk atau basi.
d. Metode promosi yang beragam, seperti Frequence shopper program
(program pelanggan setia), kupon, POP, dan sebagainya. Membuat pasar
modern (supermarket dan minimarket) menjadi lebih menarik di mata
konsumen. Kondisi ini tentunya berdampak negatif terhadap pasar tradisional
yang kurang melakukan kegiatan-kegiatan promosi.
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan Teknologi pada bidang ritel yang
dipakai oleh pasar modern di Indonesia dan khususnya Kabupaten Cirebon dapat
dilihat pada Bagian Lampiran (A-17 s.d. A-26).
5. Faktor potensi masuknya pendatang baru pedagang tradisional
Faktor masuknya pendatang baru pada penelitian ini diidentifikasi muncul dari 2
(dua) kondisi. kondisi-kondisi tersebut adalah :
a. Terjadinya krisis global yang mengakibatkan banyak terjadi PHK pada
industri rotan di Cirebon. Kurang lebih sebanyak 30% pekerja pada sektor
industri rotan di Kabupaten Cirebon dirumahkan atau di PHK. Kondisi ini
membuat semakin banyaknya pendatang baru (pedagang baru) pada sektor
pasar tradisional yang membuat persaingan antara pedagang pasar tradisional
semakin ketat.
119
b. Terus meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon, dengan rata-
rata pertumbuhan penduduk pertahunnya sebesar 2,22%, tetapi tidak
didukung oleh penyerapan tenaga kerja yang ada, dan sejak terjadinya krisis
global, sektor industri sudah tidak bisa lagi menjadi andalan penyerapan
tenaga kerja. Kondisi ini membuat sektor pasar tradisional menjadi sasaran
utama para pencari kerja di Kabupaten Cirebon dan akan menambah
persaingan dengan pedagang yang telah ada.
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan potensi masuknya pendatang baru para
pedagang pasar tradisional di Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Bagian
Lampiran (A-27 s.d. A-28).
6. Faktor persaingan antara pedagang pasar tradisional
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
tahun 2008 terdapat 17 toko, 1384 kios, 2106 los, 989 lemprakan yang tersebar
di 8 (delapan) pasar pemda, ditambah sebanyak 4328 pedagang yang berada di
pasar desa dan 404 PTT (Pedagang Tidak Tetap) disekitar radius 300 meter pasar
pemda. Pedagang Tidak Tetap yang ada diperkirakan jumlahnya lebih banyak
dari yang tercatat. Pedagang Tidak Tetap inilah yang menjadi pesaing utama dari
para pedagang pasar tradisional yang resmi (memiliki toko, kios, dsb.), karena
biasanya mereka berjualan di depan pasar, yang membuat para pembeli tidak
mau masuk kedalam pasar. Selain posisinya lebih depan para PTT ini
mempunyai keunggulan, yaitu harga yang diberikan lebih murah. Para PTT
dapat memberikan harga lebih murah karena mereka tidak mempunyai beban
sewa kios atau los. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi atau potensi
persaingan yang ada di pasar tradisional dapat dilihat pada Bagian Lampiran
(A-20 s.d. A-30).
7. Faktor tekanan dari pasar modern (tekanan produk pengganti)
Tekanan dari produk pengganti datang dari pasar modern khususnya minimarket
dan supermarket. Analisis faktor tekanan produk pengganti dapat diidentifikasi
dari 2 (dua) kondisi berikut :
120
a. Jumlah pasar modern yang terus berkembang tiap tahunnya, sampai dengan
tahun 2006 sebanyak 32 unit, pada tahun 2007 menjadi 57 unit, dan tahun
2008 sebanyak 82 unit. Pasar modern di Kabupaten Cirebon yang terdiri dari
minimarket dan supermarket perkembangannya lebih dari 40% setiap
tahunnya. Perkembangangan pasar modern yang pesat membuat persaingan
dengan pasar tradisional menjadi lebih ketat.
b. Berdasarkan penelitian dari Saepina (2008), menunjukkan pasar tradisional
yang lebih dekat dengan pasar modern mengalami penurunan omzet yang
lebih besar.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi atau potensi tekanan dari pasar modern
terhadap pasar tradisional dapat dilihat pada Bagian Lampiran (A-31 s.d. A-38).
8. Faktor kondisi konsumen pasar tradisional (tawar-menawar pembeli)
Pelanggan atau konsumen pasar tradisional di Kabupaten Cirebon sebagian besar
merupakan pembeli besar (membeli dalam jumlah borongan). Pembeli umumnya
merupakan para pedagang keliling, warung/toko, dan restoran. Penelitian dari
Suryadarma et.al (2007) menunjukkan bahwa komposisi konsumen pasar
tradisional adalah toko/warung (41,5%), rumah tangga (40,1%), restoran
(11,5%), pedagang keliling (6,6%), lainnya (0,5%). Kondisi ini merupakan suatu
keuntungan bagi pasar tradisional, karena para pembeli umumnya adalah para
pembeli loyal (berlangganan).
9. Hubungan pasar tradisional dengan pemasok (tawar-menawar pemasok)
Hubungan pasar tradisional dengan pemasok atau distributor dapat dianalisis dari
3 (tiga) kondisi berikut :
a. Pasokan barang dari non pabrik besar atau produk-produk pertanian rantai
distribusi pasar tradisional tidak terlalu panjang, pasar tradisional membeli
dari langsung dari produsen atau paling panjang membeli dari distributor
tingkat 1 (satu). Dengan sistem distribusi yang tidak terlalu panjang, produk-
produk dari non pabrik besar dan pertanian dapat dijual dengan harga yang
lebih murah.
121
b. Pasokan produk-produk dari pabrik atau industri besar rantai distribusi lebih
panjang dari toko modern, pasar tradisional membeli barang dari distributor
tingkat 2 (dua) dan 3 (tiga). Kondisi ini yang membuat harga jual yang
diberikan pasar tradisional lebih mahal untuk barang-barang yang berasal dari
pabrik atau industri besar.
c. Pada umumnya para pedagang pasar tradisional melakukan transaksi
pembayaran kepada para distributor atau pemasok dilakukan dengan cara
tunai. Berdasarkan penelitian Suryadarma, et.al. (2007) sebesar 86,5% para
pedagang membayar tunai, 10,3% konsinyasi, dan 3,2% kredit. Cara
pembayaran tunai ini membuat resiko yang akan ditanggung para pedagang
menjadi lebih besar.
Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan pasar tradisional dengan para pemasok
atau distributornya dapat dilihat pada Bagian Lampiran (A-39 s.d. A-41).
10. Akses kredit atau pinjaman (stakeholder lainnya)
Kekuatan stakeholder lainnya dalam penelitian ini adalah akses untuk
mendapatkan kredit atau modal usaha. Berdasarkan data ada 2 (dua) kesimpulan
tentang akses kredit atau pinjaman :
a. Akses kredit atau pinjaman untuk menambah modal sangat sulit diakses oleh
para pedagang tradisional. Hal tersebut dikarenakan karena prosedur dan
persyaratan kredit yang rumit, birokratis, dan sebagainya. Berdasarkan
penelitian persentasi modal yang digunakan, sebanyak 86,8% merupakan
modal sendiri.
b. Adanya program pemerintah yang memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
yang memberikan kemudahan akses kredit terhadap pengusaha kecil dan
menengah. Program KUR ini menjadi sebuah peluang bagi para pedagang
pasar tradisional untuk mendapatkan akses kredit.
Untuk lebih jelasnya mengenai akses kredit atau pinjaman dan penjelasan
mengenai program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat dilihat pada Bagian
Lampiran (A-41 s.d. A-44).
122
4.1.2.2. Faktor-Faktor Internal
Faktor-faktor internal akan memberikan gambaran mengenai kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki untuk pengembangan pasar
tradisional di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan hasil pengumpulan data maka dapat
disimpulkan faktor-faktor internal tersebut terdiri dari :
1. Faktor Lokasi
Faktor lokasi yang terdiri kondisi lalu lintas kendaraan, fasilitas parkir,
transportasi umum, komposisi pasar tradisional, letak berdirinya pasar
tradisional, syarat dan ketentuan pemakaian ruang. Berdasarkan data-data yang
dikumpulkan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Lalu lintas Kendaraan
8 (delapan) pasar pemda berada pada lokasi jalan-jalan utama (jalan provinsi)
dengan tingkat lalu lintas yang cukup padat.
b. Fasilitas Parkir
Fasilitas parkir yang tersedia pada pasar tradisional di Kabuaten Cirebon
dinilai kurang layak, baik dari segi luas lahan parkir dan juga utilitas lahan
parkir tersebut.
c. Transportasi Umum
Akses transportasi menuju pasar tradisional di Kabupaten Cirebon dinilai
cukup baik, dengan banyaknya alternatif akses transportasi seperti elf, bus,
dan angkot.
d. Komposisi Pasar Tradisional
Komposisi barang dagangan yang dijual di pasar tradisional sangat beragam
yang terdiri dari sembako, sandang/pakaian, alat-alat rumah tangga, dan
barang-barang non-food.
e. Letak Berdirinya Pasar Tradisional
Letak berdirinya pasar tradisional di Kabupaten Cirebon dinilai cukup
strategis (berada di pinggir jalan utama). Tempat yang strategis inilah yang
membuat pasar tradisional dapat dengan mudah ditemukan atau terlihat oleh
para pengendara atau konsumen yang melewati pasar. Tetapi jika melihat
plang yang tertera di pasar tradisional tidak begitu jelas terlihat, kebanyakan
plang yang tertera terlalu kecil dan sebagian terlihat sudah rusak.
123
f. Syarat dan Ketentuan Pemakaian Ruang
Status penggunaan lahan pasar tradisional yaitu pedagang hanya memiliki hak
pakai yang lama waktunya antara 10 sampai 20 tahun dengan opsi pertama
bila kontraknya telah habis dan akan memperpanjang lagi. Biaya-biaya lain
yang dipungut oleh pemerintah daerah adalah retribusi harian, dan uang
keamanan.
Untuk lebih jelasnya mengenai data-data dan gambaran kondisi dari lalu lintas
kendaraan, fasilitas parkir, transportasi umum, komposisi pasar tradisional, letak
berdirinya pasar tradisional, syarat dan ketentuan pemakaian ruang, dapat dilihat
pada Bagian Lampiran (A-44 s.d. A-52).
2. Kemampuan pedagang pasar tradisional dalam melakukan pelayanan dan
pengadaan barang (Pelayanan, Merchandising, Pedagang)
Faktor pelayanan, merchandising, dan pedagang pasar dibuat menjadi satu
indikator kunci lingkungangan internal karena pada pasar tradisional mulai dari
pemilik, orang yang melayani dan orang yang mengatur persediaan barang
adalah orang yang sama atau toko dijalankan oleh pemilik tokonya sendiri.
Berdasarkan data yang dikumpulkan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pelayanan yang diberikan para pedagang bersifat non-formal dan dalam
berkomunikasi menggunakan bahasa daerah.
b. Pembayaran bisa kredit (hutang) dan dapat melakukan tawar-menawar harga
c. Pembungkusan barang yang dilakukan masih tradisional, dengan
menggunakan plastik, karet, dan kertas.
d. Barang-barang yang sudah dibeli umumnya tidak dapat ditukar kembali,
khususnya produk-produk makanan.
e. Pemesanan dan kiriman barang bersifat rutin (setiap hari).
f. Barang-barang fresh (daging, sayur dll) tidak punya stok.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi pelayanan, merchandising, dan pedagang
pasar dapat dilihat pada Bagian Lampiran (A-52 s.d. A-53 dan A-60).
124
3. Faktor Harga
Berdasarkan observasi di pasar tradisinal di Kabupaten Cirebon, dapat
disimpulkan harga yang diberikan pasar tradisional adalah sebagai berikut :
a. Harga-harga barang dari produk pertanian, peternakan, nelayan dan non
pabrik besar umumnya lebih murah dari harga yang dijual di pasar modern.
b. Harga-harga barang dari pabrik besar relatif lebih mahal dari harga yang
dijual di pasar modern.
c. Harga jual yang bisa di tawar (fleksibel).
4. Faktor Suasana
Suasana pasar tradisional dibagi menjadi 3 (tiga) kondisi, yaitu kondisi eksterior,
interior, dan tata letak. Berdasarkan dari 3(tiga) kondisi tersebut maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Eksterior
Beberapa bangunan pasar dalam kondisi yang buruk, terlihat kumuh, dan
desain bangunan yang kurang menarik.
b. Interior
Kondisi interior pasar pada umumnya sangat buruk. Kondisi itu tercermin
dengan keadaan pasar yang becek, gelap, kotor, sempit, bau dan panas.
c. Tata letak
Pengaturan kios, los, dan lemprakan tidak teratur. Banyak pedagang kaki lima
yang berjualan bukan pada tempatnya yang membuat kondisi pasar menjadi
semrawut.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi dan gambaran suasana pasar tradisional
di Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Bagian Lampiran (A-53 s.d. a-60).
5. Metode Promosi
Para pedagang pasar tradisional umumnya kurang menjalankan kegiatan-
kegiatan promosi. Berikut ini adalah kesimpulan mengenai kegiatan promosi
yang dilakukan pedagang pasar tradisional :
a. Tidak ada kegiatan promosi dalam bentuk iklan atau promosi yang sifatnya
menarik konsumen yang berada di luar pasar.
125
b. Promosi biasanya sering dilakukan dengan cara memberikan potongan harga
pada pembelian dalam jumlah banyak.
c. Kebanyakan promosi dalam bentuk penjualan tatap muka (membantu dan
membujuk konsumen).
Untuk lebih jelasnya mengenai metode-metode promosi yang dilakukan pada
pasar tradisional dapat dilihat pada Bagian Lampiran (A-60 s.d. A-61).
6. Faktor Pemasaran
Dinas Perindustrian dan Perdagangan selalu dinas yang berwenang dalam
pengembangan pasar tradisional di Kabupaten Cirebon, melalui 2 (dua)
bidangnya yaitu bidang perdagangan dan promosi dan bidang pengelolaan pasar
sampai saat ini telah menjalankan berbagai program, diantaranya adalah :
1. Program peningkatan efesiensi perdagangan dalam negeri
2. Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan
3. Program pengawasan mutu dagangan pedagang pedagang kaki lima dan
asongan
4. Program penataan tempat berusaha bagi pedagang kaki lima dan asongan
Kegiatan yang ada baru sebatas maintenance kondisi pasar tradisional yang telah
telah ada, belum ada program atau kegiatan kearah pengembangan atau
pembangunan pasar tradisional yang lebih progresif.
7. Faktor Keuangan
Faktor keuangan dianalisis dari 2 (dua) aspek, yaitu anggaran yang dialokasikan
dan potensi retribusi (pendapatan). Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian
dan Perdagangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Anggaran yang dialokasikan untuk pasar tradisional terus meningkat dari
tahun 2006, sebesar 46,68% pada tahun 2007 dan 29,20% pada tahun 2008.
b. Potensi retribusi terus meningkat dari tahun 2006, sebesar 3% pada tahun
2007, dan 0,05% tahun 2008.
Untuk lebih jelasnya menganai kondisi keuangan khususnya alokasi untuk
kegiatan pengelolaan pasar dapat dilihat pada Bagian Lampiran (A-62 s.d. A-64).
126
8. Faktor-Faktor Teknis
Berdasarkan data Dinas Perinduatrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
tercatat sekitar 8824 pedagang yang berjualan di 8 (delapan) pasar pemda dan 22
pasar desa, dengan luas total seluruh pasar yang sekitar 98.252 m2. Potensi yang
sangat besar yang dimiliki pasar tradisional menempatkannya sebagai suatu
keunggulan dari pasar tradisional baik dari segi akses terhadap konsumen dan
juga sebagai sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Cirebon. Untuk
lebih jelasnya mengenai data potensi pasar tradisional di Kabupaten Cirebon
dapat dilihat pada Bagian Lampiran (A-64 s.d. A-65).
9. Faktor Sumber Daya Manusia
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Cirebon
didapat data Sumber Daya Manusia sebagai berikut :
a. Data Jumlah Pegawai
Jumlah pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan khususnya yang berada
pada Bidang Pengelolaan Pasar sebanyak 101 orang, yang terdiri 50 orang
PNS dan 51 orang TKK.
b. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas adalah lulusan setingkat SLTA.
Berikut ini adalah urutan tingkat pendidikan dan persentasenya, SLTA (41%),
SLTP (35%), SD (14%), S-1/Dilpoma (8%), S2 (2%).
c. Pengalaman Pegawai
Pada umumnya pegawai dalam bidang pengelolaan pasar telah bekerja lebih
dari 5 (lima) tahun. Terutama para pegawai teknis dilapangan yang jarang
terkena mutasi atau rotasi pegawai, mereka umumnya telah bekerja pada
bidang pasar lebih dari 10 tahun.
Untuk lebih jelasnya mengenai data Sumber Daya Manusia Dinas Perindustrian
Kabupaten Cirebon khususnya bidang pengelolaan pasar dapat dilihat pada
Bagian Lampiran (A-66 s.d. A-67).
127
10. Faktor Organisasi
Dikeluarkannya Perda No. 60 Tahun 2008 tentang rincian, tugas, fungsi dan tata
kerja Disperindag Kab. Cirebon memberikan wewenang yang lebih luas kepada
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon melalui bidang
pengelolaan pasar untuk dapat mengembangkan pasar tradisional yang berada di
Kabupaten Cirebon. Sebelunya status pengelolan pasar tradisional ditangani oleh
bidang setingkat UPTD yang tugas pokok dan tanggung jawabnya hanya
mengelola retribusi pendapatan pasar. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur
organisasi dan job description Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Cirebon khususnya Bidang Pengelolaan Pasar dapat dilihat pada Bagian
Lampiran (A-67 s.d. A-77).
4.1.3. Penentuan Sasaran Jangka Panjang
Berdasarkan Program periode 2010-2014 Bidang Pengelolaan Pasar pada
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, maka dapat dijabarkan
tujuan jangka panjang Bidang Pengelolaan Pasar sebagai berikut :
1. Meningkatkan sarana dan prasarana pedagang pasar tradisional sebesar 30% .
2. Meningkatkan pendapatan retribusi pasar sebesar 25 %.
3. Penambahan jumlah pasar Pemda sebesar 25% (2 pasar ) dan Pasar Desa sebesar
20% (4 pasar).
4. Pembangunan konsep pasar tradisonal bernuansa modern.
5. Meningkatkan kualitas barang dagangan pasar tradisional yang sesuai dengan
standar yang dikeluarkan Departemen Kesehatan melalui pembinaan dan operasi
pasar.
128
No Bobot Rating Nilai
1 0,149 3 0,447
2 0,196 3 0,588
3 0,108 4 0,432
4 0,085 4 0,34
1 0,061 2 0,122
2 0,072 1 0,072
3 0,037 2 0,074
4 0,08 2 0,16
5 0,169 2 0,338
6 0,043 2 0,086
1 2,659
Faktor-Faktor Internal
Kekuatan :Lokasi/tempat berdirinya pasar tradisional
Harga jual di pasar tradisional
Potensi pasar tradisional di Kabupaten Cirebon
Kelemahan :Kemampuan pedagang pasar tradisional dalam melakukan pelayanan dan pengadaan barang
Suasana di dalam pasar tradisional
Struktur organisasi Disperindag Kab. Cirebon khususnya bidang pengelolaan pasar
Kegiatan promosi yang dilakukan
Kegiatan/program Disperindag Kab. Cirebon dalam mendukung pasar tradisional
Kondisi keuangan dan anggaran Disperindag Kab. Cirebon dalam pendanaan pasar tradisional
Sumber Daya Manusia Disperindag Kab. Cirebon (Khususnya bidang pasar)
Total Faktor Internal
4.2. Pengolahan Data
4.2.1. Penyusunan Strategi Tahap 1 (Input Stage)
4.2.1.1. Perhitungan Bobot dan Rating (Matriks IFE dan EFE)
Hasil dari pengolahan data menunjukkan bobot dan rating faktor-faktor
internal dan eksternal, yang menunjukkan kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dihadapi dalam pengembangan pasar tradisional di Kabupaten
Cirebon. Rating dihasilkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada para
stakeholder, sedangkan bobot dihasilkan melalui hasil kuesioner derajat kepentingan
antar faktor dan hasilnya diolah dengan menggunakan expert choice 11 untuk
menghasilkan bobot (kuesioner dan proses pengolahan bobot dan rating dapat dilihat
pada bagian Lampiran). Bobot dan rating dikalikan untuk mendapatkan nilai yang
akan menjadi input matriks IE (Internal-Ekternal) pada pengolahan data selanjutnya.
Pada Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan gambar matriks IFE (Internal Factor
Evaluation) dan matriks EFE (External Factor Evaluation).
Tabel 4.1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
129
No Bobot Rating Nilai
1 0,11 3 0,33
2 0,097 3 0,291
3 0,197 4 0,788
4 0,058 3 0,174
1 0,037 2 0,074
2 0,098 1 0,098
3 0,071 2 0,142
4 0,073 2 0,146
5 0,2 2 0,4
6 0,059 2 0,118
1 2,561
Faktor-Faktor EksternalPeluang :
Ancaman :
Peraturan dan Undang-Undang Tingkat Pusat dan daerah
Keadaan sosial budaya masyarakat Kab. Cirebon
Kondisi konsumen pasar tradisional
Akses Kredit atau Pinjaman
Tekanan dari pasar modern
Hubungan pasar tradisional dengan pemasok
Total Faktor Eksternal
Keadaan perekonomian Indonesia dan Kab. Cirebon
Lingkungan teknologi bisnis ritel
Potensi masuknya pendatang baru pedagang pasar tradisional
Persaingan antara pedagang pasar tradisional saat ini
Tabel 4.2. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
4.2.2. Penyusunan Strategi Tahap 2 (Matching Stage)
4.2.2.1. Matriks IE (Internal-Eksternal)
Dengan menggunakan hasil evaluasi dari matriks IFE dan EFE, pada matriks
IE dapat dikerjakan. Untuk suatu sumbu horizontal pada matriks IE ini adalah Total
Weight Score dari matriks IFE yaitu sebesar 2,659, sedangkan untuk sumbu
vertikalnya adalah Total Weight Score dari matriks EFE yaitu sebesar 2,561. Pada
Gambar 4.1 menggambarkan matriks IE untuk kondisi pengembangan pasar
tradisional di Kabupaten Cirebon.
Berdasarkan posisi yang digambarkan pada matriks IE terlihat bahwa posisi
pasar tradisional di Kabupaten Cirebon berada pada sel nomor 5 (lima), dengan skor
2,656 untuk faktor internal dan 2,561 untuk faktor eksternal. Berdasarkan teori pada
kondisi ini baik dikendalikan dengan strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategi-
strategi yang umum dipakai yaitu strategi Market Penetration dan Product
development.
130
I II III
IV V VI
VII VIII IX
4,0 3,0 2,0 1,0
3,0
2,0
1,0
SKOR TOTAL EFE
SKOR TOTAL IFE
Kuat
3,0 – 4,0
Rata-rata
2,0 – 2,99
Lemah
1,0 – 1,99
Tinggi
3,0 – 4,0
Sedang
2,0 – 2,99
Rendah
1,0 – 1,99
(2,659 ; 2,561
Gambar 4.1. Matriks IE
4.2.2.2. Matriks SWOT (Strenghts-Weaknesses-Opportunities-Threats)
Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu para
pengambil keputusan mengembangkan 4 (empat) tipe strategi. Keempat tipe strategi
tersebut adalah :
1. Strategi SO (Strength-Opportunity)
2. Strategi WO (Weaknesses-Opportunity)
3. Strategi ST (Strenghth-Threats)
4. Strategi ST (Weaknesses-Threats)
Pada matriks ini, menggunakan key success factors untuk lingkungan internal
dan eksternal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutuhkan judgement yang
baik, dan tidak ada satu pun matching tool yang dianggap paling baik. Kegunaan dari
131
matriks SWOT adalah untuk membangkitkan strategi alternatif yang fisibel untuk
dilaksanakan, bukan untuk memilih atau menentukan strategi mana yang terbaik.
Jadi tidak semua strategi dikembangkan dalam SWOT. Pada Tabel 4.3 akan
memperlihatkan matriks SWOT untuk pengembangan pasar tradisional di Kabupaten
Cirebon.
132
Kelemahan (Weaknesses )
1 Lokasi/tempat berdirinya pasar tradisional yang strategis dan akses transportasi yang baik
1 Kemampuan pedagang pasar tradisional dalam melakukan pelayanan dan pengadaan barang masih bersifat tradisional
2 Harga jual barang di pasar tradisional yang lebih murah dan bisa melakukan tawar-menawar harga
2 Suasana pasar tradisional yang becek, kotor, panas, bau, dan kondisi bangunan yang kumuh
3 Potensi pasar tradisional di Kabupaten Cirebon yang besar dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Cirebon dan penyerapan tenaga kerja
3 Kurangnya dilakukan kegiatan promosi untuk menarik para konsumen yang berada di luar pasar
4 Struktur organisasi Disperindag Kab. Cirebon khususnya bidang pengelolaan pasar yang memberikan kewenangan penuh dalam pengelolaan pasar tradisional
4 Kurangnya kegiatan/program Disperindag Kab. Cirebon dalam mendukung pengembangan pasar tradisional
5 Minimnya anggaran yang dialokasikan untuk program atau kegiatan pengembangan pasar tradisional
6 Tingkat pendidikan pegawai bidang pengelolaan pasar tergolong rendah dan rendahnya produktivitas kerja
Peluang (Opportunities ) Strategi SO (Strengths-Opportunities ) Strategi WO (Weaknesses-Opportunities )
1 Peraturan dan Undang-Undang Tingkat Pusat dan daerah tentang pengelolaan dan pengembangan pasar tradisional
1 Penambahan jumlah pasar tradisional (pasar pemda). (S3, O1, O2, O4) 1 Pengembangan konsep pasar sebagai koridor ekonomi (pasar wisata). (W3,W4, W5, O1)
2 Keadaan sosial budaya masyarakat Kab. Cirebon, dimana jumlah penduduk yang banyak dan mayoritas penduduk bekerja pada sektor perdagangan dan pertanian
2 Menjaga hubungan konsumen yang telah ada (S1, S2, O3) 2 Penataan ulang dan renovasi pasar tradisional. (W2, W4, W5, O1, O4)
3 Konsumen pasar tradisional yang umumnya adalah konsumen tetap dan melakukan pembelian dalam jumlah besar
3 Melakukan penetrasi pasar (mencari pembeli potensial lainnya) dengan cara optimalisasi waktu operasi. (S2, S3, O2, O4)
3 Melakukan kegiatan promosi (W3, W4, O1, O2)
4 Akses Kredit atau Pinjaman menjadi lebih mudah dengan adanya program KUR
4 Meningkatkan jenis dan kualitas barang dagangan. (S4, O4) 4 Program pendampingan pasar (W4, O1)
5 Penataan lahan parkir (S1, S4, O1) 5 Melakukan kerjasama dengan pemerintah pusat (W5,O1)6 Peningkatan kualitas dan kopetensi Sumber Daya Manusia (W1, W6, O1)
Ancaman (Threats ) Strategi ST (Strengths-Threats ) Strategi WT (Weaknesses-Threats )1 Keadaan perekonomian Indonesia dan Kab. Cirebon yang kurang baik
karena adanya krisis ekonomi global1 Melakukan advokasi terhadap pedagang pasar tradisional (S3, S4, T5) 1Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan pasar tradisional
(W5, T1, T3)
2 Perkembangan teknologi bisnis ritel yang membuat perkembangan jumlah pasar modern di Kabupaten Cirebon meningkat pesat dan membuat lemahnya posisi bersaing pasar tradisional
2 Memperbaiki jaringan distribusi pedagang tradisional. (S2, S3, S4, T2, T6) 2 Pembinaan dan penyuluhan pedagang pasar tradisional.(W1, W5, T4, T5)
3 Potensi masuknya pendatang baru pedagang pasar tradisional 3 Penertiban pedagang yang melanggar peraturan (S4, T3, T4) 3 Kompetisi pasar bersih/penghargaan dan sertifikasi (W2,W3, W4, W5, T5)4 Banyaknya yang ada sekarang membuat persaingan antara pedagang pasar
tradisional saat ini sangat ketat4 Optimalisasi pemanfaatan lahan (S1, S4, T1, T3) 4 Penguatan status paguyuban pedagang menjadi koperasi (W4, T2, T4, T6)
5 Perkembangan pasar modern yang meningkat pesat menimbulkan persaingan semakin ketat
5 Pengaturan zoning pasar tradisional dan modern (S1, S3, S4, T2, T5) 5 Pemberdayaan petugas teknis pengelola pasar (W5,W6, T4)
6 Rantai distribusi terlalu panjang untuk barang-barang dari pabrikan besar dan sistem pembayaran tunai
6 Kredit lunak pembangunan pasar (S4, T1) 6 Mengurangi pengeluaran dengan efesiensi tenaga kerja pengelola pasar (W5, W6, T1)
7 Melakukan operasi pasar (S2, S4, T1, T4, T6) 7 Kerjasama dengan pihak swasta (distributor) melakukan event/ acara promosi (W3, W5, T2, T5, T6)
8. Pemberlakuan pajak bagi pasar modern (S2, T5)
Kekuatan (Strengths )
Tabel 4.3. Matriks SWOT (Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats)
133
Penyusunan Strategi Tahap 3 (Decision Stage)
4.2.3.1. Pengelompokkan alternatif strategi
Dari seluruh usulan alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analisis
Matriks IE, dan Matriks SWOT, maka dikelompokkan menjadi 6 (enam) kelompok.
Kelompok strategi tersebut tercantum pada Gambar 4.2. Kelompok bidang strategi
dengan berbagai alternatif strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan sarana dan prasarana pasar tradisional
• Penambahan jumlah pasar tradisional, baik pasar Pemda maupun pasar desa
• Penataan ulang dan renovasi pasar tradisional
• Penambahan jumlah lahan parkir dan optimalisasi penggunaannya.
• Peningkatan optimalisasi lahan berjualan pasar tradisional
2. Melakukan proteksi dan regulasi perlindungan pasar tradisional
• Memberlakukan peraturan zoning terhadap pasar modern untuk memproteksi
pasar tradisional.
• Penguatan status paguyuban atau asosiasi pedagang pasar menjadi lembaga
komperasi
• Memberlakukan kredit lunak bagi pedagang pasar tradisional untuk
mengembangkan usaha.
• Melakukan kegiatan advokasi terhadap pasar tradisional terhadap segala
bentuk tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh pasar modern, dan pemasok
atau distributor
• Pemberlakuan pajak bagi pasar modern
3. Melakukan kerja sama dan menjaga hubungan baik dengan pihak pemerintah
(provinsi dan pusat), swasta (distributor dan pengelola), dan pembeli atau
konsumen
• Melakukan kerja sama dengan pemerintah pusat yaitu provinsi dan pusat
dalam melakukan pengembangan pasar tradisional
• Menjaga atau memelihara para pembeli potensial yang telah ada
• Memperbaiki jaringan distribusi / pasokan barang ke pasar tradisional
• Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan pasar
tradisional
134
4. Melakukan kegiatan promosi dan optimalisasi potensi pasar tradisional
• Pengembangan konsep pasar sebagai koridor ekonomi (pasar wisata)
• Melakukan kegiatan promosi
• Kompetisi pasar bersih/penghargaan dan sertifikasi
• Kerjasama dengan pihak swasta (distributor) melakukan event/acara
pertunjukkan
• Melakukan penetrasi pasar (mencari pembeli potensial lainnya) dengan cara
optimalisasi waktu operasi
5. Peningkatan dan optimalisasi Sumber Daya Manusia dan produk pasar tradisional
• Peningkatan kualitas dan kopetensi Sumber Daya Manusia pedagang dan
pengelola pasar
• Pemberdayaan petugas teknis pengelola pasar
• Mengurangi pengeluaran dengan efesiensi tenaga kerja pengelola
• Meningkatkan jenis dan kualitas barang dagangan.
6. Peningkatan dan optimalisasi program pengembangan pasar tradisional yang
telah ada
• Program pendampingan pasar
• Pembinaan dan penyuluhan pedagang pasar tradisional
• Penertiban pedagang yang melanggar peraturan
• Melakukan operasi pasar
4.2.3.2. Prioritas Strategi
Untuk mendapatkan urutan prioritas strategi mana yang akan didahulukan
maka perlu dilakukan pembobotan terhadap masing-masing strategi. Pembobotan
dilakukan dengan cara menyusun nilai perbandingan relatif dari faktor-faktor yang
berada pada satu tingkat dalam satu hirarki. Nilai perbandingan relatif prioritas
strategi didapat dari hasil penyebaran kuesioner tahap 2 (dua) kepada para
stakeholder (contoh kuesioner dan hasilnya dapat dilihat pada bagian Lampiran).
Perhitungan dari bobot yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan bantuan
Expert Choice 11. Bobot yang diperoleh untuk masing-masing kelompok bidang
strategi yang telah diurutkan dari bobot terbesar hasil perhitungan analisis proses
hirarki dapat dilihat pada Tabel 4.4.
135
Pengembangan Pasar Tradisional di
Kabupaten Cirebon
Peningkatan Sarana
dan Prasarana
Proteksi dan
regulasi
Kerjasama dengan
pemerintah pusat,
swasta, dan pembeli
Peningkatan SDM
dan Kualitas Produk
Peningkatan dan
Optimalisasi program
yang telah ada
Penambahan
jumlah pasar
pemda dan desa
Promosi dan
optimalisasi pasar
tradisional
Penataan ulang
dan renovasi
Penambahan
dan
optimalisasi
lahan parkir
Optimalisasi
lahan tempat
berjualan
Peraturan
zoning
Penguatan
status asosiasi
pedagang
menjadi
koperasi
Pemberian
kredit lunak
Melakukan
advokasi
Pajak pasar
modern
Kerjasama
pemerintah pusat
Memelihara
pembeli potensial
Memperbaiki
jaringan distribusi
Kerjasama dengan
pihak swasta dalam
pengelolaan pasar
Pengembangan
konsep pasar wisata
Kegiatan promosi
Kompetisi pasar
bersih
Kerjasama dengan
distributor dalam
mengadakan event
Melakukan
penetrasi pasar
Peningkatan
SDM pengelola
pasar
Pemberdayaan
petugas teknis
Efesiensi tenaga
pengelola pasar
Meningkatkan
jenis kualitas
barang
Program
pendampingan pasar
Pembinaan dan
penyuluhan pasar
Penertiban pedagang
Program operasi
pasar
Gambar 4.2. Pengelompokkan Strategi
136
Tabel 4.4. Urutan Hasil Pembobotan Kelompok Strategi
No Kelompok Strategi Bobot
1. Melakukan kerja sama dan menjaga hubungan baik dengan pihak pemerintah (provinsi dan pusat), swasta (distributor dan pengelola), dan pembeli atau konsumen
0,350
2. Melakukan kegiatan promosi dan optimalisasi potensi pasar tradisional
0,194
3. Peningkatan sarana dan prasarana pasar tradisional 0,148 4. Peningkatan dan optimalisasi program pengembangan pasar
tradisional yang telah ada 0,117
5. Peningkatan dan optimalisasi Sumber Daya Manusia dan produk pasar tradisional
0,113
6. Melakukan proteksi dan regulasi perlindungan pasar tradisional 0,077
Dari tabel diatas terlihat bahwa prioritas bidang strategi yang pertama adalah
dengan melakukan kerjamasama dan hubungan baik dengan pemerintah pusat,
swasta, dan pembeli atau konsumen dengan bobot 0,350. Prioritas yang kedua adalah
melakukan kegiatan promosi dan optimalisasi potensi pasar tradisional 0,194.
Prioritas ketiga adalah peningkatan sarana dan prasarana dengan bobot 0,148.
Prioritas keempat adalah peningkatan dan optimalisasi program pengembangan pasar
tradisional yang telah ada dengan bobot 0,117. Prioritas kelima adalah peningkatan
dan optimalisasi SDM dan produk pasar tradisional dengan bobot 0,113, dan yang
terakhir adalah melakukan proteksi dan regulasi perlindungan pasar tradisional
dengan bobot 0,077.
4.2.3.2.1. Melakukan kerja sama dan menjaga hubungan baik dengan pihak pemerintah (provinsi dan pusat), swasta (distributor dan pengelola), dan pembeli atau konsumen
Melakukan kerja sama dan menjaga hubungan baik dengan pihak pemerintah
(provinsi dan pusat), swasta (distributor dan pengelola), dan pembeli atau konsumen
merupakan alternatif yang pertama dari 6 (enam) kelompok strategi yang diusulkan,
dengan bobot 0,350. Kelompok strategi ini terdiri dari 4 (empat) alternatif strategi.
Urutan serta bobot masing-masing alternatif strategi tersebut tercantum pada Tabel
4.5.
137
Tabel 4.5. Urutan Prioritas Alternatif Strategi Melakukan kerja sama dan Menjaga Hubungan Baik dengan Pihak Pemerintah (provinsi dan pusat),
Swasta (distributor dan pengelola), dan Pembeli atau Konsumen No Kelompok Strategi Bobot
1. Melakukan kerja sama dengan pemerintah pusat yaitu provinsi dan pusat dalam melakukan pengembangan pasar tradisional
0,419
2. Menjaga atau memelihara para pembeli potensial yang telah ada 0,295 3. Memperbaiki jaringan distribusi / pasokan barang ke pasar
tradisional 0,158
4. Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan pasar tradisional
0,128
Para responden cenderung memilih strategi melakukan kerjasama dengan
pemerintah pusat baik itu ditingkat provinsi atau pusat dengan bobot sebesar 0,419.
Alternatif kedua adalah menjaga dan memelihara pembeli potensial yang telah ada
dengan bobot 0,295, dan diurutan ke tiga dan ke empat yaitu memperbaiki jaringan
distribusi atau pasokan barang dengan bobot 0,158 dan melakukan kerjasama dengan
pihak swasta dalam pengelolaan pasar tradisional dengan bobot 0,128.
4.2.3.2.2. Melakukan kegiatan promosi dan optimalisasi potensi pasar tradisional
Kelompok strategi dengan melakukan kegiatan promosi dan optimalisasi
potensi pasar tradisional, terdiri dari 5 (lima) alternatif strategi. Urutan prioritas
strategi masing-masing alternatif strategi tersebut tercantum pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6. Urutan Prioritas Alternatif Strategi Kegiatan Promosi dan Optimalisasi Potensi Pasar Tradisional
No Kelompok Strategi Bobot
1. Pengembangan konsep pasar sebagai koridor ekonomi (pasar wisata)
0,105
2. Melakukan kegiatan promosi 0,111 3. Kompetisi pasar bersih/penghargaan dan sertifikasi 0,438 4. Kerjasama dengan pihak swasta (distributor) melakukan
event/acara pertunjukkan 0,208
5. Melakukan penetrasi pasar (mencari pembeli potensial lainnya) dengan cara optimalisasi waktu operasi
0,139
138
Menyelenggarakan kompetisi pasar bersih/penghargaan dan sertifikasi
terhadap pasar tradisional merupakan alternatif strategi yang paling disukai dalam
kelompok strategi kegiatan promosi dan optimalisasi potensi pasar tradisional dengan
bobot 0,438. Prioritas terakhir dari kelompok strategi ini adalah melakukan kegiatan
promosi dengan bobot 0,111.
4.2.3.2.3. Peningkatan sarana dan prasarana pasar tradisional
Kelompok strategi dengan melakukan kegiatan promosi dan optimalisasi
potensi pasar tradisional, terdiri dari 4 (empat) alternatif strategi. Urutan prioritas
strategi masing-masing alternatif strategi tersebut tercantum pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7. Urutan Prioritas Alternatif Strategi Peningkatan Sarana dan Prasarana Pasar Tradisional
No Kelompok Strategi Bobot
1. Penambahan jumlah pasar tradisional, baik pasar Pemda maupun pasar desa
0,100
2. Penataan ulang dan renovasi pasar tradisional 0,370 3. Penambahan jumlah lahan parkir dan optimalisasi
penggunaannya 0,345
4. Peningkatan optimalisasi lahan berjualan pasar tradisional 0,185
Penataan ulang dan renovasi menjadi prioritas utama dalam bidang strategi
peningkatan sarana dan prasarana pasar tradisional dengan bobot 0,370. Prioritas
berikutnya ditempati oleh penambahan jumlah lahan parkir dan optimalisasi
penggunaannya dengan bobot 0,345, Peningkatan optimalisasi lahan berjualan pasar
tradisional dengan bobot 0,185 dan penambahan jumlah pasar tradisional, baik pasar
Pemda maupun pasar desa dengan bobot 0,100.
4.2.3.2.4. Peningkatan dan optimalisasi program pengembangan pasar tradisional yang telah ada
Kelompok strategi peningkatan dan optimalisasi program pengembangan
pasar tradisional yang telah ada, terdiri dari 4 (empat) alternatif strategi. Urutan
139
prioritas strategi masing-masing alternatif strategi tersebut tercantum pada Tabel 4.8
berikut.
Tabel 4.8. Urutan Prioritas Alternatif Strategi Peningkatan dan Optimalisasi Program Pengembangan Pasar Tradisional Yang Telah Ada
No Kelompok Strategi Bobot
1. Program pendampingan pasar 0,172 2. Pembinaan dan penyuluhan pedagang pasar tradisional 0,144 3. Penertiban pedagang yang melanggar peraturan 0,226 4. Melakukan operasi pasar 0,459
Melakukan operasi pasar merupakan alternatif strategi yang paling di sukai
dan menjadi prioritas oleh para responden untuk kelompok strategi peningkatan dan
optimalisasi program pengembangan pasar tradisional yang telah ada, dengan bobot
0,459. Priotitas selanjutnya secara berurutan yaitu penertiban pedagang yang
melanggar peraturan, program pendampingan pasar, dan pembinaan dan penyuluhan
pedagang pasar tradisional.
4.2.3.2.5. Peningkatan dan optimalisasi Sumber Daya Manusia dan produk pasar tradisional
Kelompok strategi peningkatan dan optimalisasi sumber daya manusia dan
produk pasar tradisional terdiri 4 (empat) alternatif strategi. Urutan prioritas strategi
masing-masing alternatif strategi tersebut tercantum pada Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9. Urutan Prioritas Alternatif Strategi Peningkatan dan Optimalisasi Sumber Daya Manusia dan Produk Pasar Tradisional
No Kelompok Strategi Bobot
1. Peningkatan kualitas dan kopetensi Sumber Daya Manusia pedagang dan pengelola pasar
0,118
2. Pemberdayaan petugas teknis pengelola pasar 0,241 3. Mengurangi pengeluaran dengan efesiensi tenaga kerja
pengelola 0,108
4. Meningkatkan jenis dan kualitas barang dagangan 0,532
140
Meningkatkan jenis dan kualitas barang dagangan merupakan prioritas
pertama dalam kelompok strategi peningkatan dan optimalisasi Sumber Daya
Manusia dan produk pasar tradisional dengan bobot 0,532. Prioritas selanjutnya
secara berturut-turut yaitu pemberdayaan petugas teknis pengelola pasar,
peningkatan kualitas dan kopetensi Sumber Daya Manusia pengelola pasar, dan
mengurangi pengeluaran dengan efesiensi tenaga kerja pengelola.
4.2.3.2.6. Melakukan proteksi dan regulasi perlindungan pasar tradisional
Proteksi dan regulasi perlindungan pasar tradisional terdiri dari dari 5 (lima)
alternatif strategi. Urutan prioritas strategi masing-masing alternatif strategi tersebut
tercantum pada Tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10. Urutan Prioritas Alternatif Strategi Proteksi dan Regulasi Perlindungan Pasar Tradisional
No Kelompok Strategi Bobot
1. Memberlakukan peraturan zoning terhadap pasar modern untuk memproteksi pasar tradisional
0,149
2. Penguatan status paguyuban atau asosiasi pedagang pasar menjadi lembaga koperasi
0,237
3. Memberlakukan kredit lunak bagi pedagang pasar tradisional untuk mengembangkan usaha
0,179
4. Melakukan kegiatan advokasi terhadap pasar tradisional terhadap segala bentuk tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh pasar modern, dan pemasok atau distributor
0,340
5. Pemberlakuan pajak bagi pasar modern 0,095
Pemberian advokasi terhadap pasar tradisional terhadap segala bentuk
tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh pasar modern, dan pemasok atau
distributor merupakan prioritas pada kelompok strategi ini dengan bobot 0,340.
Prioritas selanjutnya secara berturut-turut yaitu penguatan status paguyuban atau
asosiasi pedagang pasar menjadi lembaga koperasi, memberlakukan kredit lunak
bagi pedagang pasar tradisional untuk mengembangkan usaha, memberlakukan
peraturan zoning terhadap pasar modern untuk memproteksi pasar tradisional, dan
pemberlakuan pajak bagi pasar modern.