bab iv pengolahan dan analisis data - · pdf filedata primer merupakan pengukuran dimensi...
TRANSCRIPT
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas dua data, yaitu data primer yang meliputi data
mentah sebagai data utama dalam pengolahan data, sedangkan data kedua adalah
data sekunder yang meliputi hasil pengamatan proses penambangan, deskripsi
front tambang yang akan dijadikan lokasi penelitian, serta data literatur lokasi
penelitian. Data ini diambil selama kurang lebih 1 bulan selama bulan Januari
sampai bulan Februari 2008.
Data primer merupakan pengukuran dimensi pelapukan boulder batuan pembawa
nikel pada front tambang yang sedang aktif. Hal ini diperuntukkan untuk
mendapatkan suatu face dari front tambang yang telah mencapai dan sedang
menggali lapisan saprolit yang bijihnya dikategorikan sebagai ore. Pertama-tama,
boulder diklasifikasikan atas ukuran fraksi yang terbagi atas 7 rentang fraksi
dalam ukuran metrik. Masing-masing fraksi ini kemudian diukur tebal
pelapukannya pada 4 arah utama, yaitu Atas, Bawah, Kiri, Kanan boulder beserta
dimensi diameter bouldernya. Data yang diambil sebanyak 30 data tiap rentang
fraksi dengan bentuk boulder yang berbeda-beda. Setelah itu dilakukan grab
sampling pada tiap rentang fraksi untuk di-preparasi contonya. Kemudian
dilakukan analisis kadar unsur pada tiap rentang fraksi.
Pengumpulan data primer ini dilakukan pada front Oshin East. Front ini dipilih
sebagai lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan data olahan dengan tujuan
penelitian dan waktu penelitian, dimana front ini terdiri atas boulder-boulder yang
tampak jelas dengan intensitas pelapukan medium-tinggi, dan pada saat itu
kemajuan tambang sudah mencapai lapisan saprolit. Dari sini dapat juga diamati
karakteristik dari front tambang yang akan mempengaruhi intensitas pelapukan
litologi daerah penelitian.
Data yang berikutnya yaitu data sekunder, yaitu data berupa hasil pengamatan
pada proses penambangan mulai dari front tambang sampai kepada stockyard
48
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
EFO, terutama pada proses pengangkutan dari stockyard ETO ke Grizzly yang
bertujuan untuk memisahkan material yang berukuran +20 ( boulder ) dan -20cm
( ore ). Pemisahan material ore inilah yang mendasari penelitian ini. Dari
pengamatan ini didapatkan persentase kehilangan ( Loss ) atau berkurangnya
material ore akibat proses dari grizzly ini. Data tambahan yang diperlukan adalah
data literatur mengenai geologi umum regional dan lokal, stratigrafi atau profil
laterit daerah lokasi penelitian, data hasil eksplorasi daerah penelitian, Peta-peta
penunjang, serta data penunjang lainnya seperti curah hujan, S.O.P sampling, dll.
Karakteristik awal dari daerah lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
1. Front Oshin East
Batuan induknya berupa batuan Dunit, berukuran boulder, dengan derajat
serpentinisasi Low-Medium ( 25%-75% ). Tingkat kekerasan sedang
dengan intensitas pelapukan yang kuat. Terdiri atas mineral yang berupa
Olivin, Piroksen, Garnierit, Silica, Manganesewad, dan Magnesit.
Intensitas fracture rendah sampai sedang dan diisi oleh urat-urat Garnierit
sehingga didominasi oleh kadar Nikel High-Grade secara merata dan
homogen pada arah lateral. Morfologi dari daerah front ini berupa
punggungan landai yang berarah barat daya menuju timur laut dengan
lereng yang berada di sebelah kanan dan kiri punggungan tersebut.
Kemiringan lereng berkisar antara 6° – 27° dengan tanah penutup
dominan tipis. Adapun kondisi front dari Oshin East dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut ini :
49
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
Gambar 4.1 Gambar front Oshin East dengan spot-spot saprolit yang
menerus dan ukuran boulder yang bervariasi.
50
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
Secara umum, alur pengumpulan data pada front Oshin East ini diperlihatkan oleh
gambar berikut ini :
Amati front yang sedang aktif. Pilih zona saprolit yang memiliki karakteristik ukuran boulder bervariatif ( derajat pelapukan medium-high ).
Ambil boulder yang diklasifikasikan atas ukuran fraksinya. . Untuk tiap rentang fraksi masing–masing ambil sebanyak 30 sampel boulder.
Setelah diukur tebalnya, lakukan grab sampling pada tiap rentang fraksi. Preparasi sampai mendapatkan data kadar Ni hasil analisis laboratorium.
Masing-masing conto kemudian diukur diameter totalnya. Lalu ukur tebal pelapukan pada 4 arah utama yaitu bagian atas, bawah, kiri, dan kanan.
Gambar 4.2 Diagram Alir Pengambilan Data
Untuk data tebal pelapukan, dimensinya bukan diukur dari bagian lapuk
(spheroidal weathering) yang menyelimuti boulder pada face tambang atau zona
saprolitnya, melainkan tebal pelapukan saat boulder sudah terlepas dari tubuh
saprolitnya.
Oleh karena itu, pada beberapa boulder akan ditemui bagian lapuk yang sudah
terkikis atau terlepas dari weathering zonenya. Pada dasarnya, bagian lapuk pada
boulder inilah yang memiliki kadar Ni yang tinggi, yang justru akan terpisahkan
oleh grizzly pada proses penambangan.
Berikut ini adalah ilustrasi penghitungan tebal pelapukan dari sampel boulder :
Tebal l k
panja
Tebal l k
leba
Gambar 4.3 Conto sampel boulder serta ilustrasi pengambilan data
51
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Data Statistik
Pengolahan data statisitik ini dilakukan untuk melihat sebaran data dari masing
masing rentang fraksi. Dari sebaran data, dapat terlihat seberapa besar tingkat
pelapukan dari masing-masing rentang fraksi, serta melihat pola hubungan antara
tiap rentang fraksi dengan kadar unsur hasil analisis laboratorium.
Data- data yang diolah adalah sebagai berikut :
1. Data tebal pelapukan masing-masing rentang fraksi, serta hasil pengolahan
secara statistik yang meliputi besar Maksimum dan Minimum dari sebaran
data, Mean atau rata – rata tebal pelapukan yang bertujuan melihat apakah
hipotesa yang menyatakan bahwa tebal pelapukan pada setiap ukuran
fraksi seharusnya sama, serta Standar Deviasi dari sebaran data tersebut.
2. Data unsur hasil analisis laboratorium yang terdiri dari unsur Ni, Fe,
MgO, CaO, SiO2, Co, yang dinyatakan dalam % berat, serta Basicity,
pseudoelement yang berupa nilai konstanta yang menyatakan besar tingkat
peleburan bijih dalam skala industri ( lihat tabel 4.1 ).
Tabel 4.1 Nilai Kadar unsur tiap rentang fraksi
Fraksi WT ( % ) 1 - 2,5 cm 2,5 - 5 cm 5 - 10 cm 10 - 15 cm 15-20 cm 20-25 cm 25-30 cm
MgO 26.89 24.24 26.69 22.48 26.28 28.75 31.65 SiO2 40.51 41.10 43.08 41.86 43.48 41.49 42.22 CaO 0.24 0.57 0.27 0.41 0.25 0.09 0.10 Fe 10.07 10.76 7.68 11.80 9.52 8.19 7.53 Co 0.03 0.03 0.01 0.03 0.02 0.03 0.02 Ni 2.23 1.95 1.96 2.17 2.03 2.65 1.85
Elem
en
Basicity 0.67 0.60 0.63 0.55 0.61 0.70 0.75
Final Size : 200 mesh
Metode : New JIS
52
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
Fraksi Fraksi (cm)
% WT % WT
Fraksi (cm)
% WT
Fraksi
% WT
Fraksi (cm)
% WT
Fraksi (cm)
% WT
Gambar 4.4 Grafik Penyebaran Nilai Kadar Unsur Terhadap Rentang Fraksi Boulder
53
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
Fraksi (cm)
Gambar 4.5 Grafik Nilai Basicity Pada Tiap Rentang Fraksi Boulder
Dari Analisis yang dilakukan didapatkan :
Hubungan antara besar fraksi boulder dengan unsur yang dianalisis menunjukkan
bahwa beberapa unsur tidak memiliki trend atau pola yang berarti bahwa tidak ada
hubungan spasial antara besar fraksi boulder dengan nilai kadar beberapa unsur
tersebut. Terutama pada unsur Ni, dimana seharusnya semakin besar ukuran fraksi
boulder, maka semakin kecil pula nilai %berat Ni. Hal ini disebabkan oleh
semakin besar ukuran batuan segar yang memiliki nilai kadar Ni rendah dengan
kadar bagian lapuk yang relatif sama pada intensitas pelapukan dan tingkat
lateritisasi yang sama. Perilaku unsur Ni ini akan dianalisis lebih lanjut pada bab
berikutnya.
Untuk unsur Silika dan Magnesium, terlihat bahwa semakin kecil ukuran boulder,
semakin rendah pula nilai kadar keduanya, Di saat lateritisasi selesai, Original
Magnesium Silicate dari batuan ultramafik telah terlarutkan, dan unsur-unsur
seperti Silika ( SiO2 ), Calcium, dan Magnesium ( MgO ) terlarutkan dan akan
meningkat lagi saat pengkayaan Ni.
Hal ini juga ditunjukkan oleh pengkayaan unsur Fe pada ukuran boulder yang
semakin kecil, yang sering terkonsentrasi pada permukaan laterit sebagai Fe2O3.
Unsur Fe ini berbanding terbalik dengan penurunan unsur Mg, sesuai dengan
komposisi dari mineral Garnieritnya ( Mg >> Fe, Ni )3 Si2 O5 (OH)4.
54
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
Sementara itu, pada pseudoelement Basicity, nilainya akan bergantung pada unsur
MgO, SiO2 , dan CaO, dikarenakan nilai Basicity merupakan hasil penghitungan
dari :
Basicity menyatakan tingkat lebur dari bijih pada skala industri. Hal ini terlihat
dari besar kandungan Silika yang berbanding terbalik dengan nilai ini, dimana
silika merupakan unsur dengan tingkat lebur yang paling rendah.
Untuk data statistik deskriptif, hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Dari Data Tebal Pelapukan
Fraksi (cm)
Standard Deviasi
Max (cm)
Min (cm)
Mean (cm)
1-2.5 0.36 1.2 0.07 0.66
2.5-5 0.62 2.07 0 0.61
5-10 0.19 1.07 0.1 0.41
10-15 0.21 0.92 0.1 0.50
15-20 0.33 1.35 0.17 0.62
20-25 0.36 2.25 0.2 0.80
25-30 0.36 1.85 0.32 1.03
Dari data diatas, terlihat bahwa pada boulder dengan ukuran besar, tebal
pelapukan juga semakin besar. Seharusnya, tebal pelapukan pada intensitas
pelapukan yang sama besarnya relatif sama. Hal ini dapat dikarenakan pada saat
pengukuran dimensi pelapukan, arahnya tidak mewakili secara keseluruhan,
dimana seharusnya setiap boulder dibelah untuk dilihat tebal pelapukannya dari
dalam. Sedangkan untuk nilai batas maksimum besar tingkat pelapukan tidak
dimiliki oleh boulder dengan fraksi tertinggi, namun dimiliki oleh fraksi dengan
ukuran 2.5 – 5 cm.
Hal ini menunjukkan, bahwa ada kemungkinan tingkat pelapukan dari boulder
Dunit daerah tersebut berkisar pada angka > 2.07 cm. Sedangkan nilai batas
55
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
minimum yang berupa 0 cm menunjukkan tidak semua boulder berukuran kecil
merupakan hasil pelapukan yang maksimum, melainkan berupa batuan segar dari
Dunit yang terpisah dengan bagian lapuknya.
Gambar 4.6 Mean tebal pelapukan pada tiap fraksi
Sedangkan untuk Mean ( rata-rata ) tingkat pelapukan, terjadi penurunan
sampai pada fraksi 5 – 10 cm. Namun pada fraksi 10 – 30 cm, terjadi peningkatan
besar tingkat pelapukan yang ditunjukkan oleh histogram di atas. Hubungan
spasial tidak menunjukkan pola yang khusus, dan tidak dapat diinterpretasikan,
dimana seharusnya tingkat pelapukan pada intensitas pelapukan yang sama
besarnya relatif sama.
4.2.2 Data Kualitatif
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan besar dimensi boulder batuan
pembawa nikel yang diwakili oleh diameter, sampai boulder tersebut mencapai
nilai kadar batas ( Cut-off Grade ). Hal ini akan mempengaruhi besarnya screen
dari Grizzly yang digunakan sebagai pemisah material ore dan boulder ( waste ).
Untuk itu, dalam kasus ini dihitung kadar nikel boulder pada tiap rentang fraksi
sebagai nilai kadar yang mewakili rentang diameter boulder. Dalam menghitung
kadar nikel boulder, parameter yang digunakan adalah :
56
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
o Volume Total ( Vt ), yang merupakan volume dari keseluruhan bentuk
boulder dengan asumsi bola.
o Volume Segar ( Vs ), yang merupakan volume dari boulder yang telah
dikurangi oleh tebal pelapukan pada seluruh arah dengan asumsi bola.
o Volume Lapuk ( Vl ), yang merupakan hasil pengurangan dari Volume
Total dengan Volume batuan segar ( Vt – Vs ).
o Rasio, merupakan perbandingan antara volume lapuk dengan volume total
( Vl/Vt ) serta volume batuan segar dengan volume total boulder ( Vs/Vt ).
Keempat variabel diatas digunakan dalam menghitung Nilai %berat kadar Ni
dibantu dengan variabel yang berupa asumsi-asumsi mengacu pada hipotesa yang
menyatakan bahwa Kadar Lapuk pada seluruh arah adalah sama dan Kadar Segar
batuan pada litologi daerah tersebut adalah sama. Adapun variabel asumsi tersebut
adalah :
1. Kadar Nikel Lapuk, merupakan %berat Ni pada seluruh bagian lapuk yang
dianggap sama, dimana nilainya didapat dari hasil perhitungan Kadar Ni
relatif hasil analisis laboratorium dengan 100% rasio pada fraksi 1 – 2.5
cm, dimana pada rentang fraksi tersebut persentase rasionya paling
mendekati 1 ( 100% lapuk ).
2. Kadar Ni batuan segar, yang nilainya didapat dari data literatur profil
laterit geologi lokal daerah penelitian Tanjung Buli, dengan nilai kadar
±1.7 %berat Ni.
3. Berat Jenis antara batuan lapuk dan segar sama, sehingga tidak dijadikan
variabel perhitungan.
4. Bentuk boulder diasumsikan sebagai bola dan volume yang dihitung
berdasarkan rata-rata tebal boulder sebagai jari – jari bola.
57
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
Untuk itu, dalam menghitung kadar Ni pada tiap rentang fraksi boulder,
digunakan keempat variabel diatas serta asumsi yang ada. Berangkat dari asumsi
tersebut, hasil perhitungan yang dilakukan menghasilkan rumus perhitungan :
Metoda pertama yang digunakan adalah menghitung Volume Total, Lapuk, dan
Segar yang berasal dari tebal lapuk yang berbeda pada tiap – tiap rentang fraksi.
Metoda ini digunakan untuk menyesuaikan data hasil olahan dari rata – rata tebal
lapuk masing – masing fraksi tanpa menggunakan tebal lapuk yang sama sesuai
hipotesa awal.
Hasil data olahan pada tiap rentang fraksi menghasilkan nilai kadar Ni yang
ditampilkan pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data
Fraksi Volume Total (cm3)
Volume Segar (cm3)
Volume Lapuk (cm3)
Rasio Kadar Lapuk (%Ni)
Kadar Segar (%Ni) %Ni
1 ≤x≤2.5 3.32 0.47 2.84 0.856 2.60 1.7 2.60 2.5≤x≤ 5 26.30 14.36 11.93 0.453 2.60 1.7 2.11 5≤x≤10 140.98 107.08 33.90 0.240 2.60 1.7 1.91 10≤x≤15 487.08 419.06 68.02 0.139 2.60 1.7 1.82 15≤x≤20 1605.11 1460.70 192.55 0.120 2.60 1.7 1.80 20≤x≤25 3642.01 3272.94 420.05 0.115 2.60 1.7 1.80 25≤x≤30 7509.72 6327.95 881.37 0.110 2.60 1.7 1.79
Nilai kadar Ni diatas merupakan nilai kadar yang mewakili tiap rentang fraksi
pada boulder tersebut. Artinya bahwa secara pasti dapat ditentukan pola hubungan
antara besar diameter boulder dengan nilai %berat Ni.
Untuk mendapatkan besar diameter boulder yang diinginkan, maka terlebih
dahulu ditentukan fungsi dari kedua variabel diatas. Untuk itu, data kadar %berat
Ni diatas kemudian diplot dalam suatu Diagram Pencar, terdiri atas diameter
58
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
boulder sebagai sumbu absis, dan % Ni sebagai sumbu ordinatnya. Pengolahan
data menghasilkan grafik seperti terlihat pada gambar 4.7 berikut :
% WT
Diameter
Gambar 4.7 Diagram Pencar antara Diameter dengan Kadar Ni
Dari grafik diatas dapat kita lihat, bahwa untuk mencapai nilai Cut-off Grade
bijih nikel yang saat ini sebesar 1.8 %berat, maka diameter yang dicapai terdapat
pada rentang 25 cm – 30 cm. Untuk itu, ditentukan fungsi dari diagram diatas
sebagai fungsi dari Diameter boulder ( ф ) dengan kadar Ni. Hasil yang didapat
dari penentuan fungsi diatas adalah :
Dari fungsi diatas, kita langsung dapat menentukan besar diameter boulder ( x )
pada kadar Ni yang diinginkan. Pada kasus ini, nilai kadar Cut-off Grade yang
ingin dicapai adalah 1.8 %berat Ni. Nilai ini kemudian dimasukkan pada fungsi
diatas, dan menghasilkan diameter sebesar 25,7 cm pada nilai kadar sebesar 1.8
% Ni.
Hal ini mengartikan bahwa boulder dengan ukuran – 25.7 cm dapat kita
kategorikan sebagai ore dan boulder berukuran + 25.7 cm dapat kita kategorikan
59
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
60
sebagai waste boulder. Hal ini juga menunjukkan bahwa penggunaan lebar
bukaan grizzly sebesar 20 cm tidak tepat.
Sementara itu, dari diagram pencar hasil plotting nilai kadar Ni, garis
eksponensial yang dihasilkan tidak memperlihatkan selayaknya garis pada
persamaan eksponensial melainkan lebih mendekati garis linear. Hal ini
dikarenakan kurangnya jumlah data hasil olahan yang di-plot pada diagram
pencar tersebut. Hal ini juga akan berimbas pada munculnya error serta faktor
koreksi yang dibutuhkan pada pengolahan data. Namun, berdasarkan analisis dari
pengolahan data ini, karakteristik dari persamaan eksponensial yang dihasilkan
dari plotting data ini sesuai dengan karakteristik dari variabel diameter boulder
dan variabel kadar Ni pada suatu profil tubuh laterit pada umumnya.
Sesuai dengan garis persamaan eksponensial serta profil nikel laterit secara
umum, maka pada boulder yang semakin besar kadar Ni akan semakin rendah dan
kadar Ni ini akan tetap saat ukuran boulder sudah mencapai bedrock. Sementara
pada ukuran yang semakin kecil, kadar Ni akan semakin tinggi dan nilainya akan
tetap pada ukuran tertentu dimana saat itu lateritisasi telah berhenti dan nilai kadar
Ni tersebut relatif homogen dan tidak meningkat lagi. Artinya ada batasan dimana
kadar Ni sudah tidak terpengaruh oleh perubahan diameter boulder.
Pada pengolahan data lebih lanjut, perhitungan volume mempergunakan Mean
tebal pelapukan dari seluruh rentang fraksi sesuai dengan hipotesa bahwa besar
tebal pelapukan adalah sama. Hasil pengolahan data memperoleh rata – rata tebal
pelapukan sebesar 0.66 cm. Nilai ini kemudian dimasukkan dalam perhitungan
volume masing – masing bagian, dan mendapatkan data yang diperlihatkan oleh
Tabel 4.4.
Kadar Ni pada Tabel 4.4 memperlihatkan penurunan yang gradual pada ukuran
diameter fraksi yang semakin besar. Kadar lapuknya sendiri didapat dari asumsi
100% lapuk pada fraksi terkecil yang menghasilkan nilai sebesar 2.26 %Ni. Untuk
itu dapat kita analisis bahwa diameter boulder pada kadar batas Cut – off Grade
berada pada rentang fraksi 25 – 30 cm, dimana kadar batasnya memperlihatkan
rentang kadar 1.82 – 1.76 % Ni.
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
61
Tabel 4.4 Hasil pengolahan data pada tebal lapuk yang sama
Fraksi R total (cm)
tebal lapuk (cm)
R segar (cm)
Volume total (cm3)
Volume fresh (cm3)
Volume lapuk (cm3)
rasio kadar
lapuk (% Ni)
1 ≤x≤2.5 0.90 0.666 0.23 3.326 0.055 3.271 0.983 2.26
2.5≤x≤ 5 1.81 0.666 1.14 26.303 6.284 20.019 0.761 2.13
5≤x≤10 3.18 0.666 2.51 140.981 66.464 74.517 0.529 2.000
10≤x≤15 4.81 0.666 4.14 487.083 298.322 188.761 0.388 1.92
15≤x≤20 7.17 0.666 6.50 1605.110 1151.501 453.609 0.283 1.86
20≤x≤20 9.46 0.666 8.80 3642.017 2852.228 789.789 0.217 1.82
25≤x≤30 12.30 0.666 11.63 7509.719 6600.877 908.842 0.121 1.77
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
Untuk memperoleh ukuran diameter yang sesuai dari data kadar Ni di atas, maka
terlebih dahulu data hasil di plot pada diagram pencar, yang hasilnya adalah
seperti terlihat pada gambar 4.8 sebagai berikut :
Gambar 4.8 Diagram Pencar kadar Ni dengan tebal lapuk sama
Grafik di atas menghasilkan suatu fungsi untuk mendeterminasi ukuran diameter
pada kadar Ni tertentu. Adapun fungsi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Dari fungsi tersebut, maka besar ukuran diameter boulder yang maksimum dalam
mencapai nilai kadar % Ni Cut-off Grade sebesar 1.8 % adalah 26.7 cm. Nilai ini
mengartikan bahwa, menurut hasil perhitungan dengan tebal pelapukan yang
sama, maka ukuran boulder sebesar -26.7 cm dapat dikategorikan sebagai ore,
sedangkan nilai +26.7 cm dapat kita kategorikan sebagai waste boulder.
Pada metode pertama, dimana tebal pelapukan pada tiap fraksi berbeda, hasilnya
adalah sebesar 25.7 cm. Bila dibandingkan dengan metode yang kedua,
perbedaanya tidak cukup signifikan, yaitu sebesar ± 1 cm atau sekitar 3.8 %. Hasil
yang berbeda ini tidak terlalu berpengaruh pada nilai kadar Ni itu sendiri ataupun
62
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
aplikasinya pada penggunaan screening mengingat lebar screening diatur pada
skala industri dengan rentang ukuran yang cukup besar ( masih berada dalam
rentang 25 – 30 cm ).
Selain itu, dari hasil di atas, kita juga dapat melihat bahwa ukuran diameter ( ф )
yang dihasilkan selaras dengan rentang kadar yang dimiliki. Ini membuktikan
bahwa perhitungan dengan tebal lapuk yang sama ataupun berbeda menghasilkan
rasio pelapukan yang relatif sama dengan syarat bahwa perbedaan tebal lapuk
yang dimiliki tiap fraksi boulder tidak signifikan.
Hasil yang selaras juga ditampilkan oleh Gambar 4.7, dimana nilai kadar Ni
berada pada rentang fraksi 20 – 25 cm yang sebesar 1.80 % berat Ni dan pada
rentang fraksi 25 – 30 cm yang sebesar 1.79 %berat Ni. Untuk itu, besar diameter
yang sesuai dengan nilai Cut-off Grade juga harus berada pada rentang fraksi
tersebut.
Diameter yang dihasilkan pada Cut-off Grade tersebut membuktikan bahwa kedua
fungsi tersebut dapat diterapkan pada setiap nilai kadar yang diinginkan, dan
dapat berfungsi dalam proses penambangan sebagai standar dalam penentuan
besar bukaan grizzly pada kadar Ni yang diinginkan.
4.3 Analisis Data Olahan
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, bahwa dicari besar diameter boulder pada
nilai kadar Cut-off Grade, maka kita dapat menentukan diameter tersebut
berdasarkan fungsi di atas. Saat ini, nilai kadar batas minimum yang dimiliki pada
lokasi penelitian adalah sebesar ≥ 1.8 % Ni dan ≥ 25 % Fe. Artinya bahwa
diameter boulder yang dideterminasi sebagai ore harus dapat mencapai nilai kadar
tersebut dengan diameter maksimum demi mencapai efisiensi serta peningkatan
produksi bijih ( fine ore ) yang dapat terjual.
Pengolahan data menghasilkan Diameter (ф) tersebut adalah sebesar 26, 7 cm.
Yang artinya kadar Ni Cut-off Grade dapat dicapai pada Diameter sebesar itu.
Selama ini, proses pemisahan bijih ( ore ) dengan boulder masih menggunakan
63
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
grizzly dengan lebar screening sebesar 20 cm, yang artinya bahwa bijih dengan
diameter sebesar -20 cm dikategorikan sebagai ore, dan +20 cm dikategorikan
sebagai waste. Kecuali ada rekomendasi dari Geologist, maka boulder tersebut
akan dikategorikan sebagai waste.
Dari penelitian ini, dapat terlihat bahwa ada hubungan eksponensial antara besar
diameter boulder dengan kadar Ni. Hal ini mengindikasikan bahwa screening
sebesar 20 cm tidak efektif melainkan menbuang bijih sehingga mengurangi
jumlah produksi bijih. Selain itu, dalam nilai Cut-off Grade yang telah mengalami
kenaikan ( misal ≥ 2.0 % Ni ), maka besar diameter boulder tersebut pun juga
harus diturunkan untuk menghindari perbedaan kadar antara bijih tersebut dengan
desain program eksplorasinya.
Dalam mendeterminasi Kadar Ni tersebut, pada dasarnya dapat disesuaikan
dengan kadar Ni hasil analisis laboratorium. Yang artinya bahwa keduanya
memiliki hubungan yang linear, dikarenakan keduanya merupakan nilai Kadar
%Ni yang mewakili tiap rentang fraksi boulder batuan pembawa nikel. Data
keduanya dapat kita lihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.9 berikut ini :
Tabel 4.5 Perbandingan data kadar Ni analisis dengan perhitungan
% Ni Analisis Lab
% Ni Perhitungan Fraksi ( cm )
2.23 2.27 1 ≤x≤2.5
1.95 2.13 2.5≤x≤ 5
1.96 2.00 5≤x≤10
2.17 1.92 10≤x≤15
2.03 1.86 15≤x≤20
2.65 1.82 20≤x≤20
1.85 1.77 25≤x≤30
64
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
Gambar 4.9 Perbandingan data kadar Ni analisis Lab dengan Ni perhitungan
Metode II
Terlihat bahwa nilai kadar Ni hasil analisa X-Ray dengan nilai kadar Ni hasil
perhitungan berbeda. Hasil analisis kadar tidak menunjukkan pola penurunan
linear seperti yang terdapat pada hasil perhitungan. Pada tiap rentang fraksi terjadi
perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dikarenakan pada sampling
boulder tersebut, grab sampling yang dilakukan pada bijih tidak mewakili
keseluruhan bagian yang lapuk dengan bagian batuan yang segar. Kemungkinan
adanya kehadiran mineral sekunder berkadar tinggi atau rendah seperti Garnierit,
Krisopras yang mengurat pada bagian boulder dapat mengakibatkan setiap
boulder yang disampling memiliki nilai kadar Ni yang sangat tinggi atau rendah.
Pada dasarnya, nilai kadar Ni tiap rentang fraksi berada di antara nilai kadar
batuan segar dengan kadar lapuk. Namun, terlihat pada salah satu nilai kadar hasil
analisis, nilai yang dihasilkan lebih tinggi. Hal ini dapat dikarenakan pada proses
preparasi sampel, sampel yang terambil hanya mewakili bagian yang lapuk saja,
sehingga tanpa adanya kehadiran kadar pengotor dari batuan segar pada batuan
tersebut, analisisnya menghasilkan nilai kadar yang sangat tinggi.
65
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
Selain itu, rasio volume pelapukan pada boulder tidak menunjukkan pola yang
linear, dimana pada tingkat pelapukan yang seharusnya sama, dan dengan volume
batuan segar yang meningkat secara linear, rasio menurun secara linear. Hal ini
dapat disebabkan oleh karena hasil pengukuran dimensi tebal pelapukan, pada 4
arah kurang representatif. Seharusnya tebal pelapukan diukur pada 6 arah atau
lebih, dan untuk lebih mewakili lagi, boulder dapat dibelah, dan dilihat
kemenerusan tebal pelapukannya dari dalam, serta intensitas fracture yang terisi
oleh mineral sebagai bagian yang lapuk. Hal ini juga dapat disebabkan oleh
bentuk dari boulder itu sendiri, yang mana pada kenyataan di lapangan bentuknya
adalah asimetris dengan tebal pelapukan yang meningkat secara gradual.
Terlepas dari hal tersebut, hasil yang didapat menghasilkan suatu datum dalam
penghitungan diameter boulder yang paling efektif pada kadar tertentu dalam
meningkatkan jumlah produksi ore. Pada beberapa kasus penurunan bijih sebagai
umpan dalam grizzly, didapat bahwa pengosongan grizzly menghasilkan
pengurangan jumlah bijih mencapai ± 10 %. Dengan adanya penghitungan seperti
ini, hampir dapat dicermati bahwa jumlah ore akan semakin meningkat serta dapat
menghindari adanya dilusi kadar pada proses produksi.
4.4 Analisis Data Kualitatif
Pada dasarnya, tingkat pelapukan dan lateritisasi endapan Ni dikontrol oleh
morfologi, topografi, iklim, control air tanah, serta tipe batuan asal dan alterasi.
Dan berdasarkan mineralogi bijihnya, tipe endapan pada front ini merupakan tipe
Hydrous Mg Silicate Deposits, yang didominasi oleh kehadiran Mg – Ni silikat
pada bagian saprolitnya. Silikat ini merupakan variasi dari Serpentin, Talc, Klorit,
dan Sepiolit, serta Garnierit. Terbentuk pada ofiolitik Harzburgite – Peridotit,
pada tektonik yang cukup aktif dengan relief yang tinggi. Horizon utama bijih
pada tipe endapan ini adalah adalah pada zona saprolit bawah ( low saprolit zone )
yang berada di bawah zona diskontinuitas Mg. Profil bagian atasnya secara umum
sama dengan tipe endapan oxida. Tipikal profil dari endapan ini memperlihatkan
pelapukan mengulit bawang ( spheroidal weathering ) dengan sebagian batuan
66
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
yang tersepentinisasikan kuat, dan zona saprolitnya terdiri atas boulder – boulder
berukuran beberapa millimeter sampai 10 cm. Dengan intensitas pelapukan
meningkat dari zona bawah ( batuan asal ) sampai ke margin atas. Meskipun
dalam beberapa meter dari diskontinuitas Mg, beberapa blok masih
memperlihatkan batuan asal yang tidak terlapukkan. Kebanyakan dari Silikat,
termasuk Garnierit dapat mengandung kadar Ni yang sangat tinggi. (3 – 4
%berat). Biasanya mineral ini hadir dalam bentuk boxworks dan vein
bersebelahan dengan silika sekunder yang mengikuti struktur reliknya sebagai
shears, rekahan, batas – batas butir. Pelapukan sebagian pada Serpentin primer
juga menghasilkan host mineral yang signifikan pada tipe endapan ini, sehingga
bentuk utama dari bijih ini adalah batuan yang terserpentinisasikan kuat.
Pada dasarnya, mineral Serpentin pada bagian luar dari pelapukan boulder ini
mengandung lebih banyak Ni dibandingkan dengan Garnierit yang mengurat pada
boulder – boulder ini. Di saat pelapukan mengulit bawang mendominasi, pada
dasarnya bijih dapat ditentukan dari besar screening serta selective crushing pada
proses penambangannya.
Salah satu faktor pengontrol dari tingkat pelapukan adalah iklim, dimana lokasi
penelitian memiliki iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi serta panas
di siang hari sepanjang tahun dan menjadikan perbedaan suhu yang cukup
signifikan antara siang dan malam serta menyebabkan pelapukan yang sangat
intensif. Selain itu, kemiringan lereng pada daerah penelitian berkisar pada 6° -
27°. Pada kemiringan lereng yang landai seperti ini, air tanah akan banyak
meresap dan sangat baik untuk proses lateritisasi serta pelapukan batuan ultrabasa,
serta serta melindi unsur – unsur mobile dari batuan yang ada di permukaan. Hal
ini dapat terlihat pada sebaran kadar Ni yang relatif tinggi pada zona saprolit
daerah ini.
Batuan asal, yang juga menjadi faktor, memberi pengaruh pada pengamatan
tingkat pelapukan daerah ini. Pada front Oshin East ini, batuan induknya adalah
batuan Dunit, yang termasuk dalam keluarga batuan Peridotit, yang mengandung
lebih dari 90 % Olivin. Dunit yang relatif lebih kaya akan Olivin akan terlapukkan
secara merata sehingga menghasilkan variasi laterit yang homogen.
67
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
68
Selain ketiga faktor di atas, faktor lainnya yang mempengaruhi intensitas
pelapukan adalah struktur dan rekahan. Dari pengamatan di lapangan, intensitas
struktur dan rekahan tinggi pada zona saprolit maupun pada zona atasnya.
Intensitas struktur dan rekahan ini mempengaruhi variasi dari kemenerusan
ukuran boulder dan sebaran kadar Ni, juga dikontrol oleh air tanah yang melindi
dan membawa unsur – unsur mobile hasil pelapukan pada batuan ultrabasa di
permukaan.
Bab IV – Pengolahan dan Analisis Data
42