bab iv pembahasan iv.1 pelaksanaan pemungutan bbn-kb …thesis.binus.ac.id/asli/bab4/2009-2-00011-ak...
TRANSCRIPT
56
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat
Pada bab ini akan dimulai dengan pembahasan pelaksanaan pemungutan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor yang berada di Kantor Sistem Administrasi
Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT). Diantara beberapa Kantor SAMSAT yang
ada di Provinsi DKI Jakarta seperti Kantor SAMSAT Jakarta Pusat, Jakarta Selatan,
Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara, penulis mengambil salah satunya yaitu di
Kantor SAMSAT Jakarta Barat. Ini dikarenakan penulis telah mendapat kesempatan
untuk mengamati secara langsung pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor di Kantor tersebut.
IV.1.1 Mekanisme Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB dan pemungutan lainnya
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak di Kantor SAMSAT terdapat beberapa
mekanisme pelaksanaan pemungutan, diantaranya: mekanisme pelaksanaan pemungutan
untuk Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan mekanisme pelaksanaan pemungutan
lainnya. Adapun mekanisme pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor terdiri dari mekanisme BBN I dan mekanisme BBN II.
IV.1.1.1 Mekanisme Bea Balik Nama (BBN) I
Dalam mekanisme ini diperuntukkan bagi kendaraan bermotor baru (100% baru)
dan kendaraan mutasi dari luar daerah dan lain-lain. Kendaraan bermotor ini belum
memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
(TNKB) dan Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB). Oleh karena itu
57
pemilik/Wajib Pajak harus mendaftarkan kendaraan bermotor ini pada Kantor SAMSAT
agar mendapat bukti yang sah telah memiliki kendaraan bermotor tersebut.
Berikut ini salah satu contoh dari mekanisme dan persyaratan BBN I:
Persyaratan Pendaftaran RANMOR CKD:
1. Mengisi formulir permohonan;
2. Cek fisik RANMOR;
3. Faktur Pembelian;
4. Sertifikat NIK/VIN;
5. Copy identitas:
a) Untuk perseorangan: tanda jati diri yang sah (KTP, SIM, dan Paspor asli) bagi
yang berhalangan melampirkan Surat Kuasa;
b) Badan hukum: SIUP dan NPWP, keterangan domisili, Surat Kuasa bermeterai
cukup dan tanda tangan pimpinan serta cap badan hukum;
c) Instansi Pemerintah: surat tugas/Surat Kuasa bermeterai dan ditandatangani oleh
pimpinan serta dibubuhi cap instansi.
Beberapa contoh lain pada mekanisme BBN I adalah
1. Pendaftaran KBM (kendaraan bermotor) CBU form A;
2. Pendaftaran Dump TNI/POLRI;
3. Pendaftaran lelang, faktur daerah;
4. Pendaftaran eks luar daerah;
5. Pendaftaran angkutan umum.
Berikut ini Loket/Kelompok Kerja (Pokja) terkait dengan mekanisme BBN I:
Loket/Pokja I : Penyediaan Formulir dan Penerangan
Loket/Pokja II : Cek Fisik Kendaraan Bermotor
58
Loket/Pokja III : Pendaftaran, Penelitian, dan Penetapan
Loket/Pokja IV : Penerimaan Pembayaran PKB, BBN-KB, dan Sumbangan Wajib
Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ)
Loket/Pokja V : Penyerahan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)
dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB)
Loket/Pokja VI : Pengarsipan
Apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh Wajib Pajak, langkah selanjutnya
adalah mengetahui mekanisme pendaftaran kendaraan bermotor CKD yang terdapat
pada Bagan 1 di bawah ini:
Bagan 1. Mekanisme Pendaftaran RANMOR CKD
Wajib Pajak dgn persyaratan lengkap
Loket pendaftaran penelitian
persyaratan awal
Penelitian Berkas Penelitian persyaratan akhir
POKJA V Penyerahan STNK, SKPD, dan TNKB
KODING Pengkodean identitas KBM oleh Dipenda
Kode Harian Tulis identitas KBM dan Nopol
T.U. STNK Cek identitas Order Nopol Menulis identitas
KBM dan pemilik
k u r i r
Pengesahan PKB dan BBN-KB oleh Kasi Dipenda
Korektor - 2 Pengecekan PKB dan BBN-KB pada SSPD oleh Dipenda
Entry data KBM Input data KBM Print SSPD oleh
POLRI
Kasir Pemeriksaan
PKB dan BBN-KB
Print STNK dan SKPD
SSPD ke Wajib Pajak
Korektor – 3 Pengecekan SWDKLLJ pada SSPD oleh Jasa Raharja
k u r i r
59
IV.1.1.2 Mekanisme Bea Balik Nama (BBN) II
Dalam mekanisme ini diperuntukkan bagi kendaraan bermotor yang telah
berpindah kepemilikan ke tangan kedua dan selanjutnya dan lain-lain. Kendaraan
bermotor ini telah memiliki STNK, TNKB, dan BPKB. Oleh karena itu hanya perlu
sedikit perubahan data identitas kendaraan bermotor sesuai keinginan pemilik/Wajib
Pajak. Perubahan data identitas ini harus dilaporkan ke Kantor SAMSAT agar data
identitas lama dapat diganti dengan data identitas terbaru.
Berikut ini salah satu contoh dari mekanisme dan persyaratan BBN II:
Persyaratan proses tukar nama:
1. STNK asli;
2. BPKB asli;
3. Fotocopy/identitas:
a) Perorangan jati diri yang sah (KTP, SIM, CIM, S + satu lembar fotocopy);
b) Badan hukum: SIUP dan NPWP, keterangan domisili, Surat Kuasa bermeterai
cukup dan tanda tangan pimpinan serta cap badan hukum;
c) Instansi Pemerintah: surat tugas/Surat Kuasa bermeterai dan ditandatangani oleh
pimpinan serta dibubuhi cap instansi yang bersangkutan.
4. Kuitansi pembelian yang sah;
5. Bukti pelunasan PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ tahun terakhir;
6. Hasil cek fisik KBM.
Beberapa contoh lain pada mekanisme dan persyaratan BBN II adalah
1. Pendaftaran STNK rusak/hilang/leasing;
2. Pendaftaran rubah bentuk/ganti nama;
60
3. Pendaftaran ganti Nopol;
4. Pendaftaran Ralat STNK;
5. Pendaftaran penghitaman/penguningan angkot.
Untuk Loket/Kelompok Kerja (Pokja) terkait dengan mekanisme BBN II adalah sama
dengan mekanisme pada BBN I. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh Wajib
Pajak, langkah selanjutnya adalah mengetahui mekanisme proses tukar nama yang
terdapat pada Bagan 2 di bawah ini:
Bagan 2. Mekanisme Tukar Nama atau Pindah Alamat
Adapun mekanisme pelaksanaan pemungutan lainnya terdiri dari mekanisme
perpanjangan atau pengesahan dan mekanisme Tata Usaha (TU).
Wajib Pajak dengan persyaratan lengkap
Loket Pendaftaran Penelitian persyratan
T.U. STNK Cek identitas Mengganti nama
atau alamat baru
KOHAR Pok. Proses sesuai jenis KBM dan Identitas
Korektor SSPD Pengecekan SWDKLLJ oleh Jasa Raharja
Korektor SSPD Pengecekan PKB dan BBN-KB Ranmor oleh DIPENDA
Korektor SSPD Pengecekan identitas Ranmor oleh POLRI
POKJA V Penyerahan STNK, SKPD, dan TNKB
Kasir Menerima
pembayaran Entry Nopol
Entry Data Input data
identitas pemilik/alamat KR yang baru
Print SSPD oleh POLRI
k u r i r
k u r i r
61
IV.1.1.3 Mekanisme Perpanjangan atau Pengesahan
Dalam mekanisme ini diperuntukkan bagi kendaraan bermotor yang telah
memiliki STNK, TNKB, dan BPKB. STNK dan TNKB memiliki masa berlaku selama
lima tahun. Dalam masa tenggang waktu tersebut pemilik/Wajib Pajak diwajibkan untuk
melunasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tiap tahun sebagai syarat untuk pengesahan
atas STNK yang dimiliki pemilik/Wajib Pajak.
Persyaratan perpanjangan atau pengesahan R 2 dan R 4:
1. Mengisi formulir permohonan;
2. Identitas untuk:
a) Perorangan: tanda jati diri yang sah (asli) bagi yang berhalangan, melampirkan
Surat Kuasa;
b) Badan hukum: salinan Akte Pendirian Surat Kuasa bermeterai dan
ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang
bersangkutan.
c) Instansi Pemerintah (termasuk BUMN/BUMD): surat tugas/Surat Kuasa
bermeterai dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap instansi
tersebut.
3. STNK asli dan BPKB asli;
4. Bukti pelunasan PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ ( SKPD yang telah divalidasi)
tahun terakhir;
5. Apabila masa berlaku STNK telah habis (5 tahun) harus melampirkan bukti hasil
pemeriksaan fisik motor.
62
Untuk Loket/Kelompok Kerja (Pokja) terkait dengan mekanisme perpanjangan atau
pengesahan adalah sama dengan mekanisme pada BBN I. Namun bila masa berlaku
STNK dan TNKB telah habis maka ditambahkan proses cek fisik di Loket/Pokja II pada
persyaratan perpanjangan atau pengesahan. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi
oleh Wajib Pajak, langkah selanjutnya adalah mengetahui mekanisme perpanjangan atau
pengesahan yang terdapat pada Bagan 3 di bawah ini:
Bagan 3. Mekanisme Perpanjangan atau Pengesahan
IV.1.1.4 Mekanisme Tata Usaha (TU)
Dalam mekanisme ini diperuntukkan bagi pemilik kendaraan bermotor yang
akan melakukan proses administrasi dengan Tata Usaha POLRI. Salah satu contoh dari
proses administrasi dengan Tata Usaha POLRI adalah perpindahan kendaraan bermotor
keluar daerah, blokir dan lain-lain. Berikut ini salah satu contoh persyaratan dalam
mekanisme TU:
Wajib Pajak dengan persyarakatan
lengkap Mengisi formulir
Loket Pendaftaran Penelitian persyaratan
Entry Data Input Nopol Print SSPD
Korektor SSPD Pengecekan identitas KBM oleh POLRI
Korektor SSPD Pengecekan PKB KBM oleh Dipenda
Korektor SSPD Pengecekan SWDKLLJ oleh Jasa Raharja
Penyerahan SSPD ke Wajib
Pajak
Kasir Menerima
pembayaran Entry Nopol
POKJA V Penyerahan STNK, SKPD, dan TNKB
63
Persyaratan mutasi ke luar daerah :
1. Mengisi formulir permohonan;
2. Identitas untuk:
a) Perorangan: fotocopy KTP, SIM/PASPOR;
b) Badan hukum: SIUP/NPWP + 1 lembar fotocopy, keterangan domisili, Surat
Kuasa bermeterai dan ditandatangani pimpinan serta dibubuhi stempel;
c) Instansi pemerintah (termasuk BUMN/BUMD): surat tugas/Surat Kuasa
bermeterai cukup dan ditandatangani pimpinan serta dibubuhi stempel.
3. Surat rekomendasi dari Dirut. Lalu Lintas BABINKAM POLRI;
4. Surat rekomendasi dari Dinas Perhubungan (Dishub);
5. Surat pengantar dari perusahaan
6. Kuitansi Pembelian;
7. Surat keterangan ganti warna (apabila ganti warna);
8. STNK, BPKB, dan cek fisik.
Beberapa contoh lain dari mekanisme dan persyaratan TU adalah:
1. Mutasi antar SAMSAT;
2. Blokir;
3. Buka blokir;
4. Pendaftaran eks, berkas/faktur hilang.
Untuk Loket/Kelompok Kerja (Pokja) terkait dengan mekanisme Tata Usaha adalah
sama dengan mekanisme pada BBN I. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh
Wajib Pajak, langkah selanjutnya adalah mengetahui mekanisme mutasi keluar daerah
yang terdapat pada Bagan 4 di bawah ini:
64
Bagan 4. Mekanisme Mutasi Keluar Daerah
IV.1.2 Komposisi Penerimaan BBN-KB
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor obyek utamanya adalah penyerahan
kepemilikan kendaraan bermotor dari satu pihak ke pihak lainnya tetapi dalam
pelaksanaan pemungutannya terdapat juga obyek lain yang mana bertujuan untuk
meningkatkan penerimaan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Berikut ini akan
dijelaskan komposisi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, sebagai
berikut:
1. Bea Balik Nama (BBN) I
BBN I dikenakan kepada kendaraan bermotor baru, KBM (kendaraan bermotor)
CBU form A, Dump TNI/POLRI, lelang, faktur daerah, dan angkutan umum.
2. Ex luar daerah
Ex luar daerah merupakan kendaraan bermotor yang berasal dari luar daerah
misalnya Surabaya kemudian berpindah ke daerah lain dalam hal ini DKI Jakarta.
Pemohon Dengan persyaratan lengkap
Loket Mutasi Luar Daerah
Penelitian persyaratan
Cek data komputer Matikan data KR pada komputer
T.U. STNK Matikan buku register
Fiskal Pembuatan fiskal antar daerah oleh Dipenda
Loket Pengeluaran Penyerahan berkas mutasi Luar Daerah (LD) kepada Wajib Pajak + arsip
Korektor Paur Mutasi/PAMINI Reg. identitas
Sie BPKB Matikan Registrasi dan ambil arsip BPKB
Kelengkapan Adm TTD STNK
sementara.oleh Kasi STNK
TTD surat pengantar oleh Direktur Lalu Lintas
Penomeran Setum
k u r i r
k u r i r
Mutasi PMJ
65
Pada saat kendaraan bermotor yang berasal dari Surabaya masuk ke DKI Jakarta dan
ingin menetap lama maka pemilik kendaraan bermotor tersebut dikenakan pajak.
3. Bea Balik Nama (BBN) II
BBN II dikenakan kepada kendaraan bermotor yang berpindah kepemilikan ke
tangan ke-2 dan selanjutnya, STNK rusak/hilang/leasing, rubah bentuk/ganti nama,
ganti Nopol, ralat STNK, dan penghitaman/penguningan angkot.
4. Penagihan diterima dari tagihan wajib pajak yang belum melunasi BBN-KB sampai
jatuh tempo.
Sanksi administrasi berupa denda tidak dimasukan ke dalam total penerimaan BBN-
KB tetapi dimasukan ke pos tersendiri karena pada akhir tahun total denda dari seluruh
pajak daerah akan digabungkan ke dalam pos denda pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta.
IV.1.3 Penilaian Kinerja pada Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB di Kantor
SAMSAT Jakarta Barat
Dalam melaksanakan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pasti
akan terkait dengan penerimaan dan pengeluaran. Dalam praktek akuntansi ini
dinamakan prinsip penandingan (matching principle). Proses penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukan oleh instansi pemerintah daerah dalam hal ini Kantor
SAMSAT Jakarta Barat menggunakan akuntansi dasar kas (cash basis), karena
penerimaan BBN-KB diakui pada saat kas diterima dan pengeluaran untuk biaya
pemungutan diakui pada saat terjadinya pembayaran. Untuk melihat efektif dan
efesiennya kinerja dari Kantor SAMSAT maka kita menandingkan keduanya pada
periode yang sama dan sesuai dengan ketentuan umum pajak daerah bahwa biaya
pemungutan ditetapkan adalah sebesar lima persen dari total penerimaan pajak daerah.
66
Berikut ini akan ditampilkan perbandingan antara penerimaan BBN-KB dengan biaya
pemungutannya di Kantor SAMSAT Jakarta Barat, sebagai berikut:
Tabel 1 Perbandingan antara Penerimaan dengan Biaya Pemungutan BBN-KB
di Kantor SAMSAT Jakarta Barat Tahun 2006 s/d 2008
No Tahun Penerimaan Biaya Pemungutan
% BBN-KB BBN-KB
1 2006 371,721,253,295 18,586,062,665 5 2 2007 467,770,552,800 23,388,527,640 5 3 2008 662,151,885,700 33,107,594,285 5
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa penerimaan
yang diperoleh dari BBN-KB dibandingkan dengan biaya pemungutannya sudah efektif
dan efisien. Penerimaan BBN-KB diperkirakan masih bisa naik lagi karena
dimungkinkan biaya pemungutan tidak lima persen, bisa saja di bawah lima persen. Hal
ini diperbolehkan karena telah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah, dalam rangka pemungutan pajak daerah dapat diberikan biaya
pemungutan paling tinggi sebesar lima persen.
IV.2 Peranan Penerimaan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat terhadap
BBN-KB yang telah Dianggarkan oleh Dipenda Provinsi DKI Jakarta
IV.2.1 Laju Pertumbuhan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan salah satu dari penerimaan
yang diperoleh Kantor SAMSAT. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor mempunyai
peranan yang cukup signifikan dalam mendukung realisasi atas rencana pajak daerah
yang ditargetkan oleh Pemerintah Daerah. Pada Grafik 1 di bawah ini akan ditampilkan
laju pertumbuhan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat dalam kurun waktu tiga
tahun terakhir, sebagai berikut:
67
Grafik 1 Realisasi BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat
Realisasi BBN-KB di kantor Samsat Jakarta Barat
371,721,253,295467,770,552,800
662,151,885,700
0100,000,000,000200,000,000,000300,000,000,000400,000,000,000500,000,000,000600,000,000,000700,000,000,000
2006 2007 2008
Tahun
Nila
i
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa realisasi BBN-KB menunjukkan tren
positif atau mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 realisasi BBN-KB sebesar Rp.
371,721,253,295 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar Rp.
467,770,552,800 dan kenaikan ini terus berlanjut hingga pada tahun 2008 yaitu sebesar
Rp. 662,151,885,700. Untuk mengetahui besarnya persentase laju pertumbuhan BBN-
KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Laju Pertumbuhan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat
Tahun 2006 s/d 2008
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa realisasi
penerimaan BBN-KB mengalami kenaikan pertumbuhan penerimaan tiap tahunnya.
Pada tahun 2007 realisasi penerimaan mulai mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya pada tahun 2006 yaitu sebesar 25.84% dan peningkatan ini terus berlanjut
No Tahun Realisasi Pertumbuhan Pertumbuhan
Anggaran Penerimaan BBN-KB (Rp) (%) 1 2006 371,721,253,295 - -2 2007 467,770,552,800 96,049,299,505 25.843 2008 662,151,885,700 194,381,332,900 41.55
Rata-rata 33.70
68
hingga tahun 2008 yaitu sebesar 41.55%. Dari hasil rata-rata perhitungan pertumbuhan
BBN-KB diperoleh angka sebesar 33.70%, ini menandakan bahwa tingkat pertumbuhan
penerimaan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat untuk setiap tahun baik.
IV.2.2 Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB di Kantor
SAMSAT Jakarta Barat
Dinas Pendapatan Daerah setiap tahun melakukan perencanaan terhadap pajak
daerah yang akan dipungut pada tahun selanjutnya. Salah satu pajak daerah yang
dilakukan perencanaan adalah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Rencana
penerimaan dari BBN-KB dibagi dalam beberapa wilayah pelayanan mulai dari Kantor
SAMSAT Jakarta Utara hingga Kantor SAMSAT Jakarta Selatan. Perencanaan
penerimaan ini harus dilakukan dengan baik dan matang agar realisasi yang diperoleh
bisa maksimal. Pada Grafik 2 di bawah ini akan ditampilkan perbandingan rencana dan
realisasi BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir, sebagai berikut:
Grafik 2 Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB di Kantor SAMSAT
Jakarta Barat
Rencana & Realisasi BBN-KB di kantor Samsat Jakarta Barat
502,740,000,000 544,575,000,000468,113,000,000
371,721,253,295467,770,552,800
662,151,885,700
0100,000,000,000200,000,000,000300,000,000,000400,000,000,000500,000,000,000600,000,000,000700,000,000,000
2006 2007 2008
Tahun
Nila
i
Rencana BBN-KB (Rp) Realisasi BBN-KB (Rp)
69
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa antara rencana dan realisasi yang
terdapat di Kantor SAMSAT Jakarta Barat menunjukkan tren yang kurang memuaskan
karena selama dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2006 dan tahun 2007 realisasi
penerimaan BBN-KB tidak tercapai. Pada tahun 2006 realisasi penerimaan hanya
mencapai sebesar Rp. 371,721,253,295 dan pada tahun 2007 mulai terjadi peningkatan
penerimaan walaupun sebenarnya penerimaan tidak mencapai rencana yang telah
ditetapkan yaitu sebesar Rp. 467,770,552,800. Akhirnya setelah tidak melampaui target
yang telah ditetapkan pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2008 Kantor SAMSAT
Jakarta Barat bisa melampaui target yang diberikan yaitu sebesar Rp. 662,151,885,700.
Untuk mengetahui besarnya persentase antara rencana dan realisasi BBN-KB di Kantor
SAMSAT Jakarta Barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 Perbandingan Rencana dan Realisasi BBN-KB di Kantor SAMSAT
Jakarta Barat Tahun 2006 s/d 2008
No Tahun Rencana Realisasi Realisasi terhadap
Anggaran BBN-KB (Rp) BBN-KB (Rp) Rencana BBN-KB
(%) 1 2006 502,740,000,000 371,721,253,295 73.942 2007 544,575,000,000 467,770,552,800 85.903 2008 468,113,000,000 662,151,885,700 141.45
Rata-rata 100.43
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 3 dapat diketahui bahwa Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor di Kantor SAMSAT Jakarta Barat mengalami kenaikan dalam hal
pertumbuhan realisasi penerimaan, namun realisasi terhadap rencana yang telah
ditetapkan tidak tercapai ini dibuktikan pada tahun 2006 dan tahun 2007 dimana
pertumbuhan realisasi penerimaan untuk masing-masing tahun adalah 73.94% untuk
tahun 2006 dan 85.90% untuk tahun 2007. Akhirnya setelah tidak mencapai realisasi
70
dalam dua tahun berturut-turut, pada tahun 2008 realisasi penerimaan mencapai
pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar 141.45%. Dari hasil rata-rata perhitungan
pertumbuhan realisasi penerimaan terhadap rencana yang dianggarkan diperoleh angka
sebesar 100.43%, ini menandakan bahwa tingkat pencapaian suatu realisasi terhadap
rencana yang telah dianggarkan setiap tahun baik sekali karena melebihi 100%.
IV.3 Kontribusi BBN-KB terhadap PAD Provinsi DKI Jakarta
IV.3.1 Laju Pertumbuhan PAD
Suatu cara untuk mengukur besarnya peranan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta yaitu dengan
melakukan analisis perbandingan pada pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah tiap
tahunnya. Besarnya realisasi penerimaan PAD dapat dilihat pada Grafik 3 di bawah ini:
Grafik 3 Realisasi PAD
Realisasi PAD
8,452,403,885,154.81 8,731,096,244,968
10,279,884,199,180
0.00
2,000,000,000,000.00
4,000,000,000,000.00
6,000,000,000,000.00
8,000,000,000,000.00
10,000,000,000,000.00
12,000,000,000,000.00
2006 2007 2008
Tahun
Nila
i
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa realisasi PAD menunjukkan tren positif
atau mengalami kenaikan tiap tahunnya tetapi kenaikan ini tidak dibarengi dengan
tercapainya rencana yang diharapkan, ini terjadi pada tahun 2006 dan 2007. Penerimaan
71
PAD pada tahun 2006 sebesar Rp. 8,452,403,885,154.81 dan pada tahun 2007
mengalami peningkatan sebesar Rp. 8,731,096,244,968 dan kenaikan ini terus berlanjut
hingga pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 10,279,884,199,180. Untuk mengetahui
besarnya persentase laju pertumbuhan PAD Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 Laju Pertumbuhan PAD Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2006 s/d 2008
No Tahun Realisasi Pertumbuhan Pertumbuhan
Anggaran Penerimaan PAD (Rp) (%) 1 2006 8,452,403,885,154.81 - - 2 2007 8,731,096,244,968 278,692,359,813.19 3.303 2008 10,279,884,199,180 1,548,787,954,212 17.74
Rata-rata 10.52 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa Pendapatan
Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir telah
mengalami kenaikan dalam hal pertumbuhan penerimaan tetapi kenaikan ini tidak
didukung oleh realisasi terhadap rencana yang telah dianggarkan. Pada tahun 2007
pertumbuhan penerimaan meningkat 3.30% dari tahun sebelumnya pada tahun 2006 dan
kenaikan pertumbuhan penerimaan ini terus berlanjut secara signifikan pada tahun 2008
yaitu sebesar 17.74%.
Terjadinya target yang tidak terealisasi pada tahun 2006 dan 2007 disebabkan
oleh tidak terealisasinya beberapa sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang
telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI
Jakarta seperti pajak daerah, retribusi daerah, laba usaha daerah, dan lain-lain
pendapatan. Dan terjadinya target yang terealisasi pada tahun 2008 disebabkan oleh
terlampauinya rencana yang telah ditetapkan pada pajak daerah dan retribusi daerah.
72
IV.3.2 Laju Pertumbuhan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta
Pajak daerah di Provinsi DKI Jakarta terdiri dari sepuluh jenis pajak. Di antara
sepuluh jenis pajak terdapat pajak yang menjadi unggulan dalam hal besarnya peranan
yang diberikan kepada pajak daerah, pajak tersebut ialah Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBN-KB). Besarnya penerimaan BBN-KB yang diterima tidak selalu sama
dari tahun ke tahun ini tergantung dari rencana dan realisasi yang telah ditetapkan dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Pada Grafik 4 di bawah ini akan
ditampilkan laju pertumbuhan BBN-KB di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga
tahun terakhir, sebagai berikut:
Grafik 4 Realisasi BBN-KB Provinsi DKI Jakarta
Realisasi BBN-KB Provinsi DKI Jakarta
1,808,720,941,930
2,215,253,938,300
2,981,056,833,050
0
500,000,000,000
1,000,000,000,000
1,500,000,000,000
2,000,000,000,000
2,500,000,000,000
3,000,000,000,000
3,500,000,000,000
2006 2007 2008
Tahun
Nila
i
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa realisasi BBN-KB menunjukan tren
positif atau mengalami kenaikan tiap tahunnya tetapi kenaikan ini tidak dibarengi
dengan tercapainya rencana yang diharapkan, ini terjadi pada tahun 2006 dan 2007.
Penerimaan BBN-KB pada tahun 2006 sebesar Rp. 1,808,720,941,930 dan pada tahun
2007 mengalami peningkatan sebesar Rp. 2,215,253,938,300, kenaikan penerimaan ini
terus berlanjut hingga akhirnya pada tahun 2008 mengalami kenaikan tren yang
73
signifikan yaitu sebesar Rp. 2,981,056,833,050. Untuk mengetahui besarnya persentase
laju pertumbuhan BBN-KB di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 5 berikut
ini:
Tabel 5 Laju Pertumbuhan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2006 s/d 2008
No Tahun Realisasi Pertumbuhan Pertumbuhan
Anggaran Penerimaan BBN-KB (Rp) (%) 1 2006 1,808,720,941,930 - -2 2007 2,215,253,938,300 406,532,996,370 22.48 3 2008 2,981,056,833,050 765,802,894,750 34.57
Rata-rata 28.52
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir telah mengalami kenaikan dalam hal pertumbuhan penerimaan, kenaikan ini
berawal dari penerimaan pada tahun 2007 yang mengalami kenaikan sebesar 22.48%
dari tahun sebelumnya pada tahun 2006, kemudian kenaikan ini terus berlanjut pada
tahun 2008 yaitu sebesar 34.57%. Dari hasil rata-rata perhitungan pertumbuhan BBN-
KB diperoleh angka sebesar 28.52%, ini menandakan bahwa tingkat pertumbuhan
penerimaan BBN-KB untuk setiap tahun cukup baik.
IV.3.3 Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB Provinsi DKI
Jakarta
BBN-KB merupakan salah satu diantara sekian banyak jenis pajak yang ada di
Provinsi DKI Jakarta. BBN-KB termasuk jenis pajak unggulan di samping Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB). Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari penerimaan
BBN-KB setiap tahunnya maka diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam
74
menetapkan suatu rencana yang akan ditetapkan dalam APBD karena apabila rencana
tidak terealisasi ini akan berdampak pada buruknya penilaian kinerja pada instansi
terkait. Pada Grafik 5 di bawah ini akan ditampilkan perbandingan rencana dan realisasi
BBN-KB di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sebagai
berikut:
Grafik 5 Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta
Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta
2,450,000,000,000 2,650,000,000,000 2,700,000,000,000
1,808,720,941,9302,215,253,938,300
2,981,056,833,050
0500,000,000,000
1,000,000,000,0001,500,000,000,0002,000,000,000,0002,500,000,000,0003,000,000,000,0003,500,000,000,000
2006 2007 2008
Tahun
Nila
i
Rencana BBN-KB (Rp) Realisasi BBN-KB (Rp)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa antara rencana dan realisasi BBN-KB
menunjukkan tren positif atau menunjukkan kenaikan antara penetapan rencana dan
realisasi yang diperoleh akan tetapi terdapat tahun yang tidak merealisasikan rencana
yang telah ditetapkan, yaitu pada tahun 2006 dan tahun 2007. Pada tahun 2006 hingga
tahun 2007 penerimaan BBN-KB tidak mencapai target yang telah dianggarkan yaitu
sebesar Rp. 1,808,720,941,930 dan Rp. 2,215,253,938,300. Kemudian pada tahun ke-3
yaitu tahun 2008 penerimaan BBN-KB mulai menunjukkan perbaikan atau telah
melampaui target yang telah dianggarkan yaitu sebesar Rp. 2,981,056,833,050. Untuk
mengetahui besarnya persentase antara rencana dan realisasi BBN-KB di Provinsi DKI
Jakarta dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:
75
Tabel 6 Perbandingan Rencana dan Realisasi BBN-KB Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2006 s/d 2008
No Tahun Rencana Realisasi Realisasi terhadap
Anggaran BBN-KB (Rp) BBN-KB (Rp) Rencana BBN-KB (%) 1 2006 2,450,000,000,000 1,808,720,941,930 73.832 2007 2,650,000,000,000 2,215,253,938,300 83.593 2008 2,700,000,000,000 2,981,056,833,050 110.41
Rata-rata 89.28
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir telah mengalami kenaikan dalam hal pertumbuhan realisasi penerimaan, ini
berawal dari realisasi penerimaan BBN-KB pada tahun 2006 yang mencapai 73.83% dan
terjadi kenaikan pada tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2007 yang mencapai sebesar
83.59%, kemudian kenaikan ini terus berlanjut dan melampaui rencana yang telah
ditetapkan pada tahun 2008 yang mencapai 110.41%. Dari hasil rata-rata perhitungan
pertumbuhan realisasi terhadap rencana yang dianggarkan diperoleh angka sebesar
89.28%, ini menandakan bahwa tingkat pencapaian suatu realisasi terhadap rencana
yang telah dianggarkan setiap tahun kurang memuaskan.
IV.3.4 Kontribusi yang Diberikan oleh BBN-KB terhadap Pajak Daerah
Pajak daerah memiliki beragam jenis pajak mulai dari pajak provinsi hingga
pajak kabupaten/kota. Diantara sekian banyak pajak daerah terdapat pajak unggulan atau
yang diprioritaskan, ini dikarenakan besarnya kontribusi yang diberikan kepada pajak
daerah dalam hal penerimaan pajak, pajak yang dimaksud adalah Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor. Untuk melihat besarnya kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor terhadap pajak daerah dapat dilihat pada Grafik 6, sebagai berikut:
76
Grafik 6 Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi Pajak Daerah
0
5,000,000,000,000
10,000,000,000,000
15,000,000,000,000
Nilai
2006 2007 2008
Tahun
Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi Pajak Daerah
Realisasi BBN-KB (Rp) Realisasi Pajak Daerah (Rp)
PD
B B N - KB
Dari Grafik 6 dapat diketahui bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
merupakan jenis pajak daerah yang memiliki porsi kontribusi yang cukup besar terhadap
jumlah penerimaan pajak daerah secara keseluruhan. Di bawah ini akan ditampilkan
besarnya nilai yang diberikan oleh Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor kepada pajak
daerah, sebagai berikut:
Tabel 7 Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi Pajak Daerah
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 s/d 2008
No Tahun Realisasi Realisasi
% Anggaran BBN-KB (Rp) Pajak Daerah (Rp)
1 2006 1,808,720,941,930 6,482,168,811,472 27.90 2 2007 2,215,253,938,300 7,202,527,438,121 30.76 3 2008 2,981,056,833,050 8,751,315,392,333 34.06
Rata-rata 30.91
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa kontribusi
realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap pajak daerah di Provinsi DKI
Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan penerimaan
yang baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 realisasi Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor memberikan kontribusi penerimaan terhadap pajak daerah sebesar 27.90%
77
dan pada tahun 2007 kontribusi penerimaan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
meningkat menjadi 30.76%, dan kenaikan ini terus berlanjut hingga pada tahun 2008
yang mencapai 34.06%. Bila dilihat dari rata-rata selama tiga tahun kontribusi
penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap pajak daerah mencapai
30.91%, ini menandakan bahwa peranan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap
pajak daerah cukup penting karena sepertiga dari total keseluruhan penerimaan pajak
daerah diperoleh dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
IV.3.5 Kontribusi yang Diberikan oleh BBN-KB terhadap PAD
Pendapatan Asli Daerah memiliki berbagai macam sumber penerimaan, seperti
pajak daerah, retribusi daerah, laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan. Salah satu
sumber penerimaan paling besar adalah pajak daerah. Pajak daerah memiliki beragam
jenis pajak, salah satu yang paling dominan dalam hal kontribusi penerimaan yang
diberikan adalah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Berikut ini akan dijelaskan
besarnya kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli
Daerah yang akan ditampilkan dalam Grafik 7, sebagai berikut:
Grafik 7 Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi PAD
0
5,000,000,000,000
10,000,000,000,000
15,000,000,000,000
Nilai
2006 2007 2008
Tahun
Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi PAD
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (Rp)Realisasi BBN-KB (Rp)
P A D
B B N - KB
78
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa Bea Balik Nama Kendaran Bermotor
merupakan bagian dari jenis pajak daerah yang memiliki kontribusi cukup besar
terhadap jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah secara keseluruhan. Berikut ini
akan ditampilkan besarnya nilai yang diberikan oleh Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor kepada Pendapatan Asli Daerah, sebagai berikut:
Tabel 8 Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi PAD
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 s/d 2008
No Tahun Realisasi Realisasi
% Anggaran BBN-KB (Rp) Pendapatan Asli Daerah (Rp)
1 2006 1,808,720,941,930 8,452,403,885,154.81 21.402 2007 2,215,253,938,300 8,731,096,244,968 25.373 2008 2,981,056,833,050 10,279,884,199,180 29.00
Rata-rata 25.26
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa kontribusi
realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan
penerimaan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 realisasi Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor memberikan kontribusi penerimaan terhadap Pendapatan
Asli Daerah sebesar 21.40% dan pada tahun 2007 kontribusi penerimaan dari Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor meningkat menjadi 25.37% dan kenaikan ini terus berlanjut
hingga pada tahun 2008 yang mencapai sebesar 29.00%. Bila dilihat dari rata-rata
selama tiga tahun kontribusi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap
Pendapatan Asli Daerah memang tidak sebesar kontribusi yang diberikan kepada pajak
daerah, namun bila dilihat dengan rata-rata yang mencapai 25.26%, ini menandakan
bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah cukup
79
penting kontribusinya karena seperempat dari total keseluruhan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah diperoleh dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
Untuk melihat seberapa besar tingginya hubungan antara Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta. Di bawah
ini akan ditampilkan hasil dari penghitungan korelasi dengan menggunakan SPSS:
Tabel 9 Kuatnya Hubungan antara BBN-KB terhadap PAD
Tahun
BBN-KB (X) PAD (Y) Anggaran
2006 1,808,720,941,930 8,452,403,885,154.81 2007 2,215,253,938,300 8,731,096,244,968 2008 2,981,056,833,050 10,279,884,199,180
Tabel 10
Hasil Perhitungan Korelasi
Dari hasil perhitungan korelasi di atas terlihat bahwa nilai koefisien korelasi
antara Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan Pendapatan Asli Daerah,
didapatkan nilai sebesar 0.979, ini menandakan bahwa hubungan korelasi tersebut tinggi
dan koefisien korelasi bertanda positif (+), artinya hubungan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor dengan Pendapatan Asli Daerah searah sehingga jika Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor semakin besar maka Pendapatan Asli Daerah semakin besar
pula. Dan nilai signifikansi antara Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan
Pendapatan Asli Daerah adalah 0.131 > 0.05, ini menandakan bahwa hubungan antara
80
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan Pendapatan Asli Daerah adalah tidak
signifikan, artinya bila Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor turun tidak akan
menyebabkan penurunan yang drastis pada Pendapatan Asli Daerah karena Pendapatan
Asli daerah masih memiliki sumber penerimaan lain, seperti pajak daerah lainnya, hasil
laba perusahaan daerah, retribusi daerah, dan pendapatan lainnya yang sah.
IV.4 Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan salah satu sumber penerimaan
bagi pajak daerah yang mana hasil dari penerimaan ini akan digunakan untuk membantu
pemerintah daerah dalam membangun daerah khususnya dalam hal ini pemerintahan
Provinsi DKI Jakarta, seperti membangun infrastruktur jalan dan jembatan, perbaikan
jalan, dll. Setiap tahun Dinas Pendapatan Daerah melakukan perencanaan terhadap pajak
daerah agar penerimaan yang akan dicapai pada tahun selanjutnya terencana dengan baik
dan mencapai sasaran, namun tidak selalu apa yang direncanakan sesuai dengan target
atau melampaui target. Hal ini disebabkan karena banyak faktor bisa dari luar atau dari
dalam, berikut ini akan dijelaskan beberapa hal yang menyebabkan tidak terealisasinya
penerimaan yang direncanakan pada tahun 2006 dan tahun 2007, sebagai berikut:
1. Pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak tiga kali dalam
kurun waktu empat tahun, ini disebabkan karena bergejolaknya harga pasar minyak
dunia dan ini berimbas pada beberapa harga BBM di Indonesia. Berikut ini akan
dijelaskan salah satu kenaikan harga BBM yang membawa dampak kurang baik
terhadap penerimaan dari sektor pajak yang memiliki kaitannya dengan kendaraan
bermotor selama kurun waktu empat tahun terakhir, yang akan ditampilkan pada
Tabel 11, sebagai berikut:
81
Tabel 11 Kenaikan Harga BBM
Tanggal Harga BBM
1 Maret 2005 2,400 sebelumnya 1,810 1 Oktober 2005 4,500 sebelumnya 2,400
24 Mei 2008 6,000 sebelumnya 4,500
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pemerintah menaikan harga BBM yaitu
premium sebanyak tiga kali, ini merupakan upaya pemerintah dalam merespon
perkembangan gejolak harga pasar minyak dunia. Kenaikan ini bertujuan untuk
melindungi APBN Indonesia agar tidak terjadi defisit terlalu besar karena
pemerintah masih memberikan subsidi BBM untuk masyarakat, sehingga dampak
dari kenaikan harga BBM ini tidak mengganggu anggaran lainnya seperti untuk
pendidikan dan pertahanan. Namun, resiko dari kenaikan harga BBM ini harus
ditanggung oleh rakyat. Ini bisa dilihat pada Tabel 12, sebagai berikut:
Tabel 12 Pertumbuhan Jumlah Kbm Baru
Tahun Jumlah Kbm Pertumbuhan % 2006 467,385 - - 2007 497,424 30,039 6.43 2008 591,422 93,998 18.90
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dampak dari kenaikan harga BBM ini
terlihat pada pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor baru pada tahun 2007 hanya
sebesar 6.43%. Jumlah kuantitas kendaraan bermotor memang naik tetapi tingkat
pertumbuhannya kecil ini disebabkan karena masyarakat masih belum siap
menerima kenaikan harga BBM sebanyak dua kali, yaitu kurun waktu dari tahun
2005 sampai 2007 dan juga karena tidak adanya penambahan pemasukan sehingga
82
masyarakat melakukan penghematan dan menunda pembelian kendaraan bermotor
baru.
2. Setiap tahun jumlah kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah selalu
menunjukkan adanya kenaikan, hal ini akan berdampak bukan hanya pada
penerimaan dari BBN-KB tetapi juga akan berdampak besar pada penerimaan PKB
setiap tahunnya. Berikut ini akan dijelaskan pertumbuhan jumlah kendaraan
bermotor yang mutasi keluar daerah, yang akan ditampilkan pada Tabel 13, sebagai
berikut:
Tabel 13 Pertumbuhan Jumlah Kbm yang Mutasi Keluar Daerah
Tahun Jumlah Kbm Peningkatan % 2006 124,979 - - 2007 149,105 24,126 19.30 2008 174,679 25,574 17.15
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor
yang mutasi selalu menunjukkan adanya kenaikan, ini terlihat pada tahun 2007 yang
mencapai 19.30%, namun pada tahun 2008 menunjukkan adanya perbaikan yaitu
adanya penurunan persentase pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang mutasi
keluar daerah yang mencapai 17.15%.
Kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah menyebabkan penurunan
penerimaan BBN-KB, karena bila terjadi penjualan kendaraan bermotor yang mana
pemilik kendaraan tersebut dahulu berdomisili di Jakarta tetapi karena sudah mutasi
keluar daerah maka penerimaan BBN-KB-nya diterima oleh pemerintah daerah
dimana pemilik kendaraan bermotor tersebut berdomisili.
3. Kendaraan ex luar daerah merupakan kendaraan yang sebelumnya adalah objek
pajak dari luar daerah misalnya Bandung kemudian berpindah ke daerah lain dalam
83
hal ini DKI Jakarta. Bagi daerah yang ditinggalkan ini merupakan pengurangan
penerimaan tetapi bagi daerah yang ditempati ini merupakan pemasukan
penerimaan. Berikut ini akan dijelaskan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor ex
luar daerah yang berada di Provinsi DKI Jakarta, yang akan ditampilkan pada Tabel
14, sebagai berikut:
Tabel 14 Pertumbuhan Jumlah Kbm Ex Luar Daerah
Tahun Jumlah Kbm Pertumbuhan % 2006 33,576 - - 2007 33,064 (512) (1.52) 2008 34,583 1,519 4.59
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor ex
luar daerah mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi pada tahun 2007 yaitu
sebesar -1.52%, walaupun penurunan ini kecil tetapi cukup berdampak pada
penerimaan BBN-KB yang tidak terealisasi. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2008
mulai terjadi adanya peningkatan kembali pertumbuhan secara positif atas kendaraan
ex luar daerah dan ini mempunyai kontribusi cukup besar atas terlampauinya target
yang direncanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
IV.5 Upaya Optimalisasi Penerimaan BBN-KB dalam Meningkatkan
Penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah pada Tahun 2009.
Pada tahun 2009 pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pelayanan Pajak
mempunyai pekerjaan besar dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak daerah.
Dalam beberapa tahun ke belakang pajak daerah merupakan sumber penerimaan
Pendapatan Asli Daerah yang sangat diandalkan karena besarnya kontribusi yang
diberikan dibandingkan dengan sumber penerimaan lainnya. Namun tahun ini pajak
84
daerah akan mendapat cobaan terutama untuk pajak unggulannya seperti Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan Bermotor, dan Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor, ini dikarenakan beberapa hal, yaitu pemerintah daerah mempunyai rencana
untuk menetapkan BBN-KB maksimal 20% dari nilai kendaraan bermotor, diperkirakan
akan bergejolak kembali harga pasaran minyak dunia, dan krisis finansial global yang
terjadi saat ini. Bila hal ini terjadi maka akan berdampak pada penerimaan pajak dari
sektor yang secara langsung berkaitan dengan kendaraan bermotor. Berikut ini akan
ditampilkan dalam sebuah tabel tentang besarnya rencana penerimaan BBN-KB
terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2008 dan 2009, sebagai
berikut:
Tabel 15 Rencana Penerimaan BBN-KB terhadap PD & PAD Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2008 & 2009
Tahun Rencana Rencana Rencana Rencana BBN-KB Rencana BBN-KB
BBN-KB Pajak Daerah PAD terhadap PD (%) terhadap PAD (%) 2008 2,700,000,000,000 8,484,270,000,000 10,381,542,819,361 31.82 26.01
2009 3,067,951,000,000 9,397,012,000,000 11,134,547,508,395 32.65 27.55
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa rencana penerimaan BBN-KB
terhadap PD pada tahun 2009 lebih tinggi dari tahun 2008, yaitu 32.65% untuk tahun
2009 dan 31.82% untuk tahun 2008. Rencana penerimaan BBN-KB terhadap PAD pada
tahun 2009 lebih tinggi dari pada tahun 2008, yaitu 27.55% untuk tahun 2009 dan
26.01% untuk tahun 2008. Melihat dari persentase pertumbuhan rencana baik BBN-KB,
PD maupun PAD, terlihat bahwa pemerintah daerah pada tahun 2009 menginginkan
adanya kenaikan penerimaan, namun bila dilihat dari adanya rencana untuk menetapkan
BBN-KB maksimal 20% dari nilai kendaraan bermotor, ini sungguh berbanding terbalik.
85
Oleh karena itu, diperlukan upaya dari Dinas Pelayanan Pajak dan instansi
terkaitnya dalam hal ini Kantor SAMSAT untuk membantu pemerintah daerah dalam
meningkatkan penerimaan dari sektor pajak agar bisa mencapai rencana yang
diharapkan. Berikut ini beberapa upaya yang telah dilakukan agar dapat meningkatkan
penerimaan BBN-KB, sebagai berikut:
1. Penyampaian Surat Pemberitahuan Kewajiban Pajak Kendaraan Bermotor (Super
KPKB) secara intensif;
2. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat melalui penetapan Nilai Jual Kendaraan
Bermotor (NJKB) yang belum tercantum di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Peningkatan survey di lapangan dan pengumpulan data lainnya untuk menentukan
Harga Pasaran Umum (HPU) kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta;
4. Peningkatan pendataan kendaraan bermotor bekas pakai yang diperjualbelikan
melalui Show Room;
5. Pelaksanaan koordinasi yang lebih intensif baik dengan instansi terkait maupun
dengan pihak swasta, seperti : Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Asosiasi
Importir Kendaraan Bermotor, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
(Gaikindo), dan pengusaha atau pemilik Show Room;
6. Peningkatan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pembayaran BBN I (kendaraan
baru).