bab iv pelaksanaan, hasil peneliitian, dan pembahasan · 2017. 4. 27. · pelaksanaan penelitian di...
TRANSCRIPT
50
BAB IV
Pelaksanaan, Hasil Peneliitian, dan Pembahasan
4.1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang. Jumlah siswa yang ada di SD Negeri Lemahireng 01 mulai
dari kelas 1 sampai kelas VI adalah sebanyak 320 siswa. Mayoritas agama yang
mereka anut adalah agama islam. Jumlah tenaga pendidik di SD Negeri
Lemahireng 01 sebanyak 19 orang tenaga pendidik tersebut terdiri dari: 1 Kepala
Sekolah, 12 guru kelas, 2 guru agama Islam, 2 guru penjaskes, 1 guru bahasa
inggris dan 1 guru TIK serta penjaga perpustakaan.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang Kelas IVa digunakan sebagai kelas kelompok kontrol
sedangkan kelas IVb digunakan sebagai kelompok eksperimen. Unit dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang dengan proporsi sesuai dengan tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Distribusi Unit Penelitian
No Nama Sekolah Kelas Jumlah
Siswa
Kelompok
1 SD Negeri Lemahireng 01 IVa 30 Kontrol
IVb 30 Eksperimen
Jumlah Siswa Keseluruhan 60
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 60 siswa kelas IV sebagai unit
penelitian dengan jumlah proporsi siswa yang sama antara kelompok kelompok
eksperimen kelompok kontrol. Siswa pada kelompok eksperimen berjumlah 30
sedangkan siswa pada kelompok kontrol berjumlah 30.
51
Adapaun alasan yang menjadikan pertimbangan peneliti memilih kelas
IVa dan IVb SD Negeri Lemahireng Kecamatan Bawen 01 Kabupaten Semarang,
berdasarkan observasi pada tanggal 7 Februari 2016 pada kelas IVa dan IVb
adalah melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas guru masih
mendominasi atau menggunakan model konvensional yang berdampak pada minat
belajar siswa kurang dalam mengikuti pembelajaran. Serta hasil belajar siswa
yang masih di bawah KKM 66. Oleh karena itulah peneliti memilih kelas IVa dan
IVb SDN Lemahireng 01 sebagai subjek penelitian dengan bahan penelitian yaitu
untuk mengetahui apakah ada keefektifan menggunakan model Make a Match dan
Snowball Throwing terhadap hasil belajar IPA materi Perubahan Lingkungan SD
Negeri Lemahireng Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2015/2016.
Pelaksanaan penelitian di SDN Lemahireng 01 tahun pelajaran 2015/2016
dilakukan 4 kali pertemuan seperti tercantum dalam jadwal kegiatan yang
dilaksanakan seperti pada tabel 4.1.2 berikut:
Tabel 4.2
Jadwal Kegiatan Pembelajaran di SDN Lemahireng 01 Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang
No Hari/Tanggal Kegiatan
1. Sabtu, 7 Februari 2016 Obervasi dan perkenalan dengan tenaga
pendidik dan siswa kelas IV SDN
Lemahireng 01.
2. Sabtu, 26 Maret 2016 Pemberian soal pretest kepada kelas kontrol
yaitu kelas IVa dan kelas eksperimen kelas
IVb di SDN Lemahireng 01.
3. Senin, 28 Maret 2016 Melaksanakan kegiatan pembelajaran 1 pada
kelas eksperimen SDN Lemahireng 01 kelas
IVb dengan materi Perubahan Lingkungan.
4. Selasa, 29 Maret 2016 Melaksanakan kegiatan pembelajaran 2 pada
kelas eksperimen SDN Lemahireng 01 kelas
IVb menggunakan model Make a Match
52
dengan materi Perubahan Lingkungan.
5 Selasa, 5 April 2016 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas kontrol
SDN Lemahireng 01 kelas IVa dengan
materi Perubahan Lingkungan
6 Rabu, 6 April 2016 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas kontrol
SDN Lemahireng 01 kelas IVa
menggunakan model Snowball Throwing
dengan materi Perubahan Lingkungan
4.1.1 Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan
Model Pembelajaran Make a Match Sebagai Kelompok Eksperimen
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dilaksanakan di
kelas IVb SDN Lemahireng 01 dengan dua kali pertemuan, masing-masing
pertemuan selama 70 menit (2x35 Menit). Kegiatan ini dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 28 Maret 2016 dan Rabu 29 Maret 2016.
A. Pertemuan pertama
1. Pra Pembelajaran
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan
yang akan dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, memasang LCD, alat peraga,
buku pelajaran dan ruang untuk proses belajar mengajar.
Materi pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, pada
tahap ini guru menyampiakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
yaitu ;
a) Setelah melihat gambar peristiwa perubahan lingkungan yang di
tampilkan guru,siswa dapat menjelaskan pengertian erosi, abrasi,
tanah longsor, dan banjir dengan benar.
53
b) Setelah melihat gambar peristiwa perubahan lingkungan yang di
tampilkan guru, siswa dapat menyebutkan faktor-faktor penyebab
erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir dengan benar.
c) Setelah melihat gambar peristiwa perubahan lingkungan yang di
tampilkan guru, siswa dapat menyebutkan cara-cara mencegah
erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir dengan benar.
2. Kegiatan Inti
Pada tahap ini sebelum memasuki materi guru menampilkan
gambar tentang peristiwa erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir, untuk
memancing siswa untuk bertanya jawab mangenai gambar tersebut.
Setelah itu guru dan siswa bertanya jawab mengenai fator-faktor penyebab
terjadinya erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir. Kemudian guru dan
siswa bertanya jawab mengenai cara mencegah erosi, abrasi, tanah
longsor, dan banjir.
3. Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa mengambil kesimpulan dari materi yang sudah
di bahas bersama sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa untuk
membacakan kesimpulan dari materi tersebut dan memberikan kesempatan
bagi siswa yang belum memahami materi perubahan lingkungan fisik dan
pengaruhnya. Kemudian,guru mengakhiri pelajaran.
B. Pertemuan Kedua
1. Pra Pembelajaran
Sebelum memulai pembelajaran guru dan siswa melaksanakan doa
bersama. Kemudian guru menanyakan tentnag materi yang sudah
dipelajari sebelumnya. Kegiatan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
siswa memahami materi sebelumnya. Kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran, pada tahap ini guru menyampiakan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu setelah melaksanakan permaian make a match,
siswa dapat menjawab tentang pengertian, faktor-faktor penyebab, dan
cara mencegah erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir dengan benar.
54
2. Kegiatan Inti
Setelah siswa memahami materi yang sudah dijelaskan sebelumnya
oleh guru, kemudian guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Pada
tahap ini guru membagi dua kelompok yaitu kelompok A dan B. Guru
membagi kartu soal untuk kelompok A dan kartu jawaban untuk kelompok
B. Setelah itu kelompok A dan B membentuk barisan yang saling
berhadapan agar memudahkan proses mencari pasangan kartu. Siswa yang
sudah menerima kartu harus mencari pasangan kartu soal dan jawaban
yang cocok sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh guru. Dalam
melakukan permaianan ini guru mengajak siswa untuk melakukan
permainan ini di lapangan sekolah dengan tujuan agar tidak menggangu
kelas lain, karena permainan ini dapat menimpulkan suara yang gaduh.
Selama mengikuti kegiatan ini semua siswa tampak semangat melakukan
permianan ini. Jika siswa yang sudah mendapatkan pasangan kartu yang
cocok sesuai waktu yang sudah ditentukan guru, kemudian dicocokan
bersama-sama dengan teman lainya. Setelah permainan selesai guru
menyampaikan kesimpulan dari permainan (make a match) ini dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti.
3. Kegiatan Akhir
Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan tentang pembelajaran pada hari ini dan siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari. Kemudian guru membagikan soal postest
yang terdiri dari 30 soal untuk dikerjakan siswa dengan diberi waktu 40
menit. Setelah siswa selesai mengerjakan dan mengumpulkan hasil postest,
tidak lupa mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya dalam melakukan
penelitian ini. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.
55
Berdasarkan pada langkah-langkah pembelajaran model Make a Match
peneliti kemudian menyusun lembar observasi, yang berfungsi sebagai alat
pengumpul data penggunaan model Make a Match dalam kegiatan
pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memantau jalannya perlakuan
pembelajaran sesuai dengan ketentuan dan teori yang digunakan. Langkah-
langkah tersebut kemudian disusun menjadi lembar observasi yang di
dalamnya peneliti menyediakan pernyatan Ya dan Tidak. Jika guru
melaksanakan kegiatan sesuai langkah-langkah pembelajaran maka observer
memberi tandan centang ( √ ) pada tabel Ya yang sudah disediakan. Sedangkan
jika guru tidak melaksanakan kegiatan sesuai langkah-langkah pembelajaran
maka observer memberikan tanda centang ( √ ) pada tabel Tidak yang sudah
di sediakan. Untuk 21 aspek yang akan diobservasi berdasarkan langkah-
langkah model Make a Match observer harus mengisi setiap pertanyaan dengan
memberikan tanda ( √ ) Ya atau Tidak sesuai dengan kenyataan yang
dilihatnya. Hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan
pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
Make a Match (lihat lampiran pada tabel 4.2.1). Dari hasil observasi yang ada
pada tabel 4.2.1 secara keseluruhan sudah menunjukkan bahwa dalam
mengimplementasikan model Make a Match dalam pembelajaran IPA, sudah
melakukan semua prosedur sesuai dengan model Make a Match dalam proses
belajar mengajar dengan baik atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran
yang tercantum dalam RPP.
56
4.1.1.2 Tingkat Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dengan materi Perubahan
Lingkungan di SDN Lemahireng 01 kelas IVb sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan model Make a Match pretest dan postest dapat dilihat pada tabel
dibawah ini ;
Tabel 4.3
Descriptive Statistics
Statistics
Pretest_Eksperimen Postest_Eksperimen
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 57,14 75,23
Median 60,00 76,00
Mode 60 76
Std. Deviation 8,284 8,451
Minimum 43 56
Maximum 76 96
a. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Guna mengetahui adanya model Make a Match perlu dilakukan distribusi
frekuensi perolehan hasil belajar siswa kelas eksperimen siswa kelas IVb SDN
Lemahireng 01 Kecamatan Bawen. Melihat distribusi frekuensi perlu dilakukan
kategori. Cara untuk menentukan kategori menggunakan rumus 1+ 3,3 log n.
Dari perhitungan ini diperoleh banyaknya kategori dari 30 siswa kelas
eksperimen adalah lima kategori. Acuan kategori perolehan nilainya adalah
sebagai berikut: kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik.
Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas IVb SDN
Lemahireng 01 Kecamatan Bawen berada pada kategori apa perlu dilakukan
interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu skor
tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang
57
ditetapkan (kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik). Secara visual
rumus untuk mencari interval tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Interval =(Skor tertinggi- skor terendah)+1
Banyaknya Kategori
Interval = 5
1)4396( = 10,8 (Dibuat menjadi 11)
Interval yang didapatkan adalah 8, maka nilai terendah atau kurang berada
pada interval 43–53, hampir cukup berada pada interval 54-64, cukup berada
pada interval 65-75, baik berada pada interval 76 – 86, sangat baik berada pada
interval 87-97.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDN Lemahireng 01
No Interval Kategori Hasil Belajar
Pretest Postest
Frekuensi % Frekuensi %
1 43-53 Kurang 9 30 0 0
2 54-64 Hampir
Cukup
11 36,67 2 6,67
3 65-75 Cukup 8 26,66 6 20
4 76-86 Baik 2 6,67 20 66,6
5 87-97 Sangat Baik 0 0 2 6,67
Total 30 100 30 100
Berdasarkan pada tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes
pada siswa kelas IVb SDN Lemahireng 01 Kecamatan Bawen, siswa yang
mendapat nilai pada interval 43 – 53 atau berada pada kategori kurang adalah
9 siswa dengan persentase 30 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 54-
64 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 11 siswa dengan persentase
36,67%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 65 – 75 atau berada pada
interval cukup adalah 8 siswa dengan persentase 26,67 %, Siswa yang
mendapatkan nilai pada interval 76 – 86 atau berada pada kategori baik adalah
2 siswa dengan persentase 6,66 % dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai
pada interval 81–89 atau berada pada kategori sangat baik. Dari hasil distribusi
58
frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas IVb SDN
Lemahireng 01, sebagian berada pada kategori hampir cukup.
Hasil belajar postest siswa kelas IVb SDN Lemahireng 01, berdasarkan
pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak siswa yang
mendapatkan nilai pada interval 43 – 53 atau pada kategori kurang, siswa yang
mendapatkan nilai pada interval 54 – 64 pada kategori hampir cukup adalah 2
siswa dengan persentase 6,66 %. Sebanyak 6 siswa yang mendapat nilai pada
interval 65 – 75 atau masuk pada kategori cukup dengan persentase 20%.
Siswa yang mendapat nilai pada interval 76 – 86 yang berada pada kategori
baik adalah 20 siswa dengan persentase 66,68 %, dan siswa yang mendapat
nilai pada interval 87 – 97 adalah 2 siswa dengan persentase 6,66 %.
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postest
pada kelompok eksperimen masuk dalam kategori baik.
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas IVb SDN Lemahireng 01
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik
pretest maupun postest. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk
melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah
diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Make a Match. Adapun rata-
rata maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut ini ;
Tabel 4.5
Rata-Rata Hasil Belajar Dan Perubahan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
Kelas IVb SDN Lemahireng 01
Rata-Rata Hasil Belajar Perubahan
Pretest Postest
57,14 75,23 18,09
Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar pretes adalah
57,14 kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 75,23. Itu berarti, setelah
diberikan pembelajaran dengan model Make a Match siswa kelas IVb SDN
Lemahireng 01, terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 18,09.
59
4.1.2 Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan
Model Pembelajaran Snowball Throwing Sebagai Kelompok Kontrol.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dilaksanakan di
kelas IVa SDN Lemahireng 01 dengan dua kali pertemuan, masing-masing
pertemuan selama 70 menit (2x35 Menit). Kegiatan ini dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 5 April 2016 dan Rabu 6 April 2016.
A. Pertemuan pertama
1. Pra Pembelajaran
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan
yang akan dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti pelaksanaan pembelajaran
(RPP), lembar kerja siswa, memasang LCD, alat peraga, buku pelajaran dan
ruang untuk proses belajar mengajar.
Materi pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, pada tahap
ini guru menyampiakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu
a. Setelah melihat gambar peristiwa perubahan lingkungan yang di
tampilkan guru,siswa dapat menjelaskan pengertian erosi, abrasi,
tanah longsor, dan banjir dengan benar.
b. Setelah mendengarkan penjelasan guru,siswa dapat menyebutkan
faktor-faktor penyebab erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir
dengan benar.
c. Setelah mendengarkan penjelasan guru,siswa dapat menyebutkan
cara-cara mencegah erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir dengan
benar.
2. Kegiatan Inti
Pada tahap ini sebelum memasuki materi guru menampilkan gambar
tentang peristiwa erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir, untuk memancing
siswa untuk bertanya jawab mangenai gambar tersebut. Setelah itu guru dan
siswa bertanya jawab mengenai fator-faktor penyebab terjadinya erosi, abrasi,
60
tanah longsor, dan banjir. Kemudian guru dan siswa bertanya jawab
mengenai cara mencegah erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir.
3. Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa mengambil kesimpulan dari materi yang sudah di
bahas bersama sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa untuk
membacakan kesimpulan dari materi tersebut dan memberikan kesempatan
bagi siswa yang belum memahami materi perubahan lingkungan fisik dan
pengaruhnya. Kemudian,guru mengakhiri pelajaran.
B. Pertemuan kedua
1. Pra pembelajaran
Sebelum memulai pembelajaran guru dan siswa melaksanakan doa
bersama. Kemudian guru menanyakan tentnag materi yang sudah dipelajari
sebelumnya. Kegiatan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa
memahami materi sebelumnya. Kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran, pada tahap ini guru menyampiakan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu setelah melaksanakan permaian make a match, siswa dapat
menjawab tentang pengertian, faktor-faktor penyebab, dan cara mencegah
erosi, abrasi, tanah longsor, dan banjir dengan benar.
2. Kegiatan inti
Setelah siswa memahami materi yang sudah dijelaskan sebelumya
oleh guru, kemudian guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Guru
membagi siswa dalam 4-5 kelompok dengan masing-masing kelompok
berjumlah 5-6 siswa. Cara pembagian kelompok dengan cara berhitung 1
sampai 6. Cara ini bertuuan agar delam pembagian kelompok dapat merata.
Setelah kelompok terbagi guru memanggi perwakilan kelompok untuk maju
kedepan guna memberikan aturan cara main dan materi yang telah guru
pesiapkan. Masing-masing perwakilan kelompok kembali ke kelompoknya
dan menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. Pada
tahap ini masing-masing siswa diberi lembar kerja siswa, pada tahap ini
masing-masing siswa ditugaskan untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja
yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Setelah
61
kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dolempar dari
siswa ke siswa yang lain. Siswa yang dapat bola pertanyaan diberikan
kesempatan untuk menjawa pertanyaan yang ada di dalam kertas bola
tersebut secara bergantian sesuai waktu yang sudah ditentukan.
3. Kegiatan akhir
Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan
tentang pembelajaran pada hari ini dan siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari. Kemudian guru membagikan soal postest yang terdiri dari 30
soal untuk dikerjakan siswa dengan diberi waktu 40 menit. Setelah siswa
selesai mengerjakan dan mengumpulkan hasil postest, tidak lupa
mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya dalam melakukan penelitian ini.
Kemudian guru mengakhiri pembelajaran.
Berdasarkan pada langkah-langkah pembelajaran model Snowball
Throwing peneliti kemudian menyusun lembar observasi, yang berfungsi sebagai
alat pengumpul data penggunaan model Snowball Throwing dalam kegiatan
pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memantau jalannya perlakuan
pembelajaran sesuai dengan ketentuan dan teori yang digunakan. Langkah-
langkah tersebut kemudian disusun menjadi lembar observasi yang di dalamnya
peneliti menyediakan pernyatan Ya dan Tidak. Jika guru melaksanakan kegiatan
sesuai langkah-langkah pembelajaran maka observer memberi tanda centang ( √ )
pada tabel Ya yang sudah disediakan. Sedangkan jika guru tidak melaksanakan
kegiatan sesuai langkah-langkah pembelajaran maka observer memberikan tanda
centang ( √ ) pada tabel Tidak yang sudah di sediakan. Untuk 21 aspek yang akan
diobservasi berdasarkan langkah-langkah model Snowball Throwing observer
harus mengisi setiap pertanyaan dengan memberikan tanda ( √ ) Ya atau Tidak
sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya.
Hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran
pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Snowball
Throwing (lihat lampiran pada tabel 4.2). Dari hasil observasi yang ada pada tabel
4.2 secara keseluruhan sudah menunjukkan bahwa dalam mengimplementasikan
model Snowball Throwing dalam pembelajaran IPA, sudah melakukan semua
62
prosedur sesuai dengan model Snowball Throwing dalam proses belajar mengajar
dengan baik atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang tercantum dalam
RPP.
4.1.2.1 Tingkat Hasil Belajar Kelompok Kontrol
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dengan materi Perubahan
Lingkungan di SDN Lemahireng 01 kelas IVa sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan model Snowball Throwing pretest dan postest dapat dilihat pada
tabel dibawah ini
Tabel 4.6
Analisis Statistik Deskriptif
Statistics
Pretest_Kontrol Postest_Kontrol
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 58,83 69,37
Median 61,50 70,00
Mode 63 70
Std. Deviation 9,293 6,724
Minimum 43 50
Maximum 73 80
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok kontrol adalah
43 dan nilai tertingginya adalah 73. nilai rata-rata yang diperoleh adalah 58,83.
Untuk hasil postest kelompok eksperimen nilai minimalnya adalah 50 dan nilai
tertingginya adalah 80. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 69,37.
c. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Guna mengetahui adanya model Snowball Throwing perlu dilakukan
distribusi frekuensi perolehan hasil belajar siswa kelas eksperimen siswa kelas
IVa SDN Lemahireng 01 Kecamatan Bawen. Melihat distribusi frekuensi perlu
63
dilakukan kategori. Cara untuk menentukan kategori menggunakan rumus 1+ 3,3
log n.
Dari perhitungan ini diperoleh banyaknya kategori dari 30 siswa kelas
eksperimen adalah lima kategori. Acuan kategori perolehan nilainya adalah
sebagai berikut: kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Agar
mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas IVa SDN Lemahireng 01
Kecamatan Bawen berada pada kategori apa perlu dilakukan interval terlebih
dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu skor tertinggi dikurangi
skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan (kurang, hampir
cukup, cukup, baik dan sangat baik). Secara visual rumus untuk mencari interval
tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Interval =(Skor tertinggi- skor terendah)+1
Banyaknya Kategori
Interval = 5
1)4080( = 8,2 (Dibuat menjadi 8)
Interval yang didapatkan adalah 9, maka nilai terendah atau kurang berada
pada interval 40-48, hampir cukup berada pada interval 49-57, cukup berada pada
interval 58-66, baik berada pada interval 67-76, sangat baik berada pada interval
77-86.
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas IVa SDN Lemahireng 01
No Interval Kategori Hasil Belajar
Pretest Postest
Frekuensi % Frekuensi %
1 40-48 Kurang 9 30 0 0
2 49-57 Hampir
Cukup
11 36,67 2 6,67
3 58-66 Cukup 8 26,66 20 66,66
4 67-76 Baik 2 6,67 6 20
5 77-86 Sangat Baik 0 0 2 6,67
Total 30 100 30 100
64
Berdasarkan pada tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes
pada siswa kelas IVa SDN Lemahireng 01 Kecamatan Bawen, siswa yang
mendapat nilai pada interval 40-48 atau berada pada kategori kurang adalah 9
siswa dengan persentase 30 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 49-57
atau berada pada kategori hampir cukup adalah 11 siswa dengan persentase
36,67%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 58-66 atau berada pada interval
cukup adalah 8 siswa dengan persentase 26,67 %. Siswa yang mendapat nilai pada
interval 65 – 76 atau berada pada kategori baik ada 2 siswa dengan presentase
6,67 %, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77-86 atau
berada pada kategori sangat baik. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas IVa SDN Lemahireng 01, sebagian
berada pada kategori hampir cukup.
Hasil belajar postest siswa kelas IVa SDN Lemahireng 01, berdasarkan
pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak siswa yang
mendapatkan nilai pada interval 40-48 atau pada kategori kurang dengan
persentase 0%, siswa yang mendapatkan nilai pada interval 49-57 pada kategori
hampir cukup adalah 2 siswa dengan persentase 6,67 %. Sebanyak 20 siswa yang
mendapat nilai pada interval 58-66 atau masuk pada kategori cukup ada 20 siswa
dengan persentase 66,68 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 67-76 yang
berada pada kategori baik adalah 6 siswa dengan persentase 20 %. Siswa yang
mendapat nilai pada interval 77-86 yang masuk dalam kategori baik ada 2 siswa
dengan persentase 6,67%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan
bahwa hasil belajar postest pada kelompok kontrol masuk dalam kategori baik.
d. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas IVa SDN Lemahireng 01
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik
pretest maupun postest. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk
melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah
diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Snowball Throwing.
65
Adapun rata-rata maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam
tabel berikut ini ;
Tabel 4.8
Rata-Rata Hasil Belajar Dan Perubahan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
Kelas IVa SDN Lemahireng 01
Rata-Rata Hasil Belajar Perubahan
Pretest Postest
58,83 69,37 10,54
Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar pretes adalah
58,83 kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 69,37. Itu berarti, setelah
diberikan pembelajaran dengan model Snowball Throwing siswa kelas IVb SDN
Lemahireng 01, terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 10,54.
4.2 Hasil Uji Hipotesis
4.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data merupakan syarat yang pertama untuk uji data dalam
statistik non parametrik/pengambilan kesimpulan. Uji ini dimaksudkan untuk
melihat distribusi data, terdistribusi normal atau tidak. Jika data distribusi normal,
maka data tersebut dikatakan memenuhi syarat uji hipotesis. Uji normalitas data
dibantu dengan alat bantu SPSS 20.0 for windows. Pengujian normalitas data
dengan menggunakan teknik one sample Kolmogorov Smirnov Z. Langkah-
langkah analisis pengujiannya adalah sebagai berikut Analize – Nonparametrik
Test – One Sample Kolmogorov Smirnov. Berikut ini disajikan dalam tabel hasil
uji normalitas data baik data kelas IVa mapun data kelas IVb SDN Lemahireng 01
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
66
Tabel 4.9
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Postest_Eksperimen Postest_Kontrol
N 30 30
Normal Parametersa,b
Mean 75,57 69,37
Std. Deviation 7,842 6,724
Most Extreme Differences Absolute ,222 ,204
Positive ,186 ,096
Negative -,222 -,204
Kolmogorov-Smirnov Z 1,216 1,118
Asymp. Sig. (2-tailed) ,104 ,164
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan uji normalitas tersebut diketahui bahwa nilai probabilitas
Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov pada kelompok eksperimen
0,104 dan pada kelompok kontrol nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji
Kolmogorov-Smirnov 0,164. Probabilitas signifikansi Kolmogorov-Smirnov
kedua kelompok menunjukkan lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data
berdsitribusi dengan normal. Berikut grafik normalitas distribusi data pada
kelompok eksperimen SDN Lemahireng 01 yang tersaji dalam gambar 4.1 ;
Gambar 4.1
Grafik Normalitas Distribusi Data Kelompok Eksperimen
67
Dari grafik normalitas pada kelompok eksperimen tersebut, dapat dilihat
bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada kelompok kontrol pun
juga berdistribusi dengan normal. Sajian grafik normalitas pada kelompok kontrol
SDN Lemahireng 01 dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini ;.
Gambar 4.2
Grafik Normalitas Distribusi Data Kelompok Kontrol
4.2.2 Uji Homogenitas Data
Langkah berikut yang dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis adalah
melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas data hasil belajar siswa kelas IVa
maupun data kelas IVb, digunakan dengan alat bantu SPSS 20.0 for windows yaitu
dengan menggunakan Levene’s test. Kriteria pengujian ini yakni jika nilai
signifikansi lebih dari 0,05 maka data dikatakan bahwa kedua kelompok
penelitian ini sama berikut hasil uji homogenitas soal posttest terhadap dua
kelompok penelitian dengan menggunakan Test Of Homogeneity Of Variance.
Berikut ini adalah hasil pengujian homogenitas, yang disajikan dalam tabel
berikut ;
68
Tabel 4.10
Uji Homogenitas Data
Test of Homogeneity of Variances
Hasil_Belajar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,225 1 58 ,637
Dari uji homogenitas tersebut nilai signifikansi 0,565. Maka dapat dikatakan
bahwa dua kelompok penelitian ini sama atau homogen. Hal ini ditunjukkan pada
nilai signifikansi 0,637 > 0,05. Sebagai uji prasyarat untuk melakukan uji One
Way Anova, data hasil posttest pada dua kelompok penelitian ini normal dan
homogen, dengan kata lain Hₒ diterima dan Hₐ ditolak. Jadi kesimpulannya karena
uji prasyarat terpenuhi maka dapat dilakukan penelitian.
4.2.3 Uji Hipotesis
Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas, jika data yang
diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka langkah terakhir adalah
melakukan pengujian hipotesis yaitu dengan melakukan uji perbedaan pada hasil
belajar. Pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan One
Way Anova atau analisis varian satu jalur untuk menguji perbedaan rata-rata atau
lebih kelompok data yang independen. Acuan analisis kovarian ini adalah jika
nilai probabilitas/signifikansi <0,05. Setelah diperoleh hasil uji One Way Anova
kemudian dilakukanlah analisis uji hipotesis untuk mengetahui apakah Hₒ
diterima atau ditolak.
69
Berikut ini disajikan output hasil belajar dengan uji One -Way Anova ;
Tabel 4.11
Tabel Descriptives
Descriptives
Hasil_Belajar
N Mean Std.
Deviation
Std. Error 95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Make a Match 30 75,57 7,842 1,432 72,64 78,49 56 96
Snowball
Throwing
30 69,37 6,724 1,228 66,86 71,88 50 80
Total 60 72,47 7,888 1,018 70,43 74,50 50 96
Pada tabel di atas diperoleh rata-rata model pembelajaran Make a Match
75,57 dengan standar deviasi 7,842. Sedangkan rata-rata model pembelajaran
Snowball Throwing 69,37 dengan standar deviasi 6,724.
Tabel 4.12
Uji One Way Anova
ANOVA
Hasil_Belajar
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between
Groups
576,600 1 576,600 10,808 ,002
Within
Groups
3094,333 58 53,351
Total 3670,933 59
Berdasarkan hasil uji diatas, maka diketahui F hitung adalah 10,808.
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a = 5%, menunjukkan hasil F-
hitung yang telah dilakukan diperoleh dengan menggunakan uji One Way Anova.
Berdasarkan hasil analisis SPSS 20.0 Fhitung = 10,808 dengan taraf signifikansi: α=
0,05 dan df 1 (jumlah variabel – 1) = 1, dan df 2 (n-3) atau 60 – 3 = 57.
70
Maka nilai F-tabel menggunakan tabel F dihitung dengan bantuan Microsoft
Excel pada cell kosong diketik dengan rumus =FINV(0,05;1;57) lalu tekan enter
sehingga diperoleh nilai Ftabel= 4,009. Ternyata hasil dari Fhitung > Ftabel atau 10,808
> 4,009. Pada kolom Sig diperoleh nilai 0,002. Maka dari hasil output
disimpulkan bahwa Hα diterima karena Fhitung > Ftabel atau 10,808 > 4,009.
Jika pada rumusan hipotesis yaitu ;
H0: Tidak ada perbedaan keefektifan antara hasil belajar IPA yang
menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan Snowball
Throwing pada siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 01
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, dengan nilai sig > 0,05.
Hα: Ada perbedaan keefektifan antara hasil belajar IPA yang
menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan Snowball
Throwing pada siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 01
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, dengan nilai sig > 0,05.
Maka dari hasil output disimpulkan bahwa Hα diterima karena sig < 0,05
yaitu 0,002 < 0,05. Berarti dapat diambil keputusan bahwa ada perbedaan
keefektifan antara hasil belajar IPA yang signifikan menggunakan model
pembelajaran Make a Match dengan Snowball Throwing pada siswa kelas IV SD
Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
Hal ini diperkuat dengan informasi yang memaparkan hasil nilai rata-rata
pembelajaran siswa kelas IVb sebelum menggunakan model pembelajaran Make a
Match dan nilai rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan model Make a
Match. Rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan model Make a Match yaitu
sebesar 57,14 dan rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan model Make a
Match yaitu sebesar 75,23. Berarti rata-rata nilai siswa sesudah menggunakan
model Make a Match dengan siswa sebelum menggunakan model Make a Match
berbeda. Nilai posttest siswa yang menggunakan model Make a Match lebih
tinggi daripada nilai pretest belajar siswa sebelum menggunakan model Make a
Match.
Sedangkan hasil nilai rata-rata pembelajaran siswa kelas IVa sebelum
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dan nilai rata-rata
71
pembelajaran sesudah menggunakan model Snowball Throwing. Rata-rata
pembelajaran sebelum menggunakan model Snowball Throwing yaitu sebesar
58,83 dan rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan model Snowball
Throwing yaitu sebesar 69,37.
Tabel 4.1.3
Rata-Rata Hasil Belajar Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
No Model Pembelajaran Pretest Postest
1 Snowball Throwing (Kontrol) 58,83 69,37
2 Make a Match (Eksperimen) 57,14 75,23
Berdasarkan tabel 4.1.3 terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa
sebelum dan sesudah mendapatkan treatmen menggunakan model Make a Match
dengan Snowball Throwing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan keefektifan antara hasil belajar
IPA yang menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan Snowball
Throwing pada siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang.
72
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Model Make a Match dan Snowball Throwing dipilih sebagai perlakuan
untuk mengetahui perbedaan keefektifan hasil belajar IPA, karena kedua model
tersebut memiliki kesamaan dengan karakteristik pembelajaran IPA,yaitu
termasuk dalam model pembelajaran kooperatif. Dengan penerapan kedua model
tersebut maka,siswa akan dituntut untuk bekerjasama didalam kelompok serta
meningkatkan rasa tanggung jawab didalam kelompoknya. Sehingga didalam
pembelajaran siswa terpacu untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan uji hipotesisi penelitian menunjukkan bahwa H0 ditolak dah
diterima Ha artinya ada perbedaan keefektifan antara hasil belajar IPA yang
menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan Snowball Throwing
pada siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang.
Kemudian dari hasil belajar IPA siswa kelas IVa dan IVb SD Negeri
Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang sebelum diberi perlakuan
(pretest) berbeda dengan hasil belajar siswa (posttest) setelah diberi perlakuan
menggunakan model pembelajaran Make a Match untuk kelas IVb (ekseperimen)
dan model Snowball Throwing untuk kelas IVa (kontrol). Nilai rata-rata hasil
belajar sesudah menggunakan model Make a Match dan Snowball Throwing lebih
tinggi dari nilai rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan model Make a
match dan Snowball throwing.
Hasil belajar yang diperoleh di SDN Lemahireng 01 kelompok eksperimen
dengan perlakuan menggunakan model Make a Match dinyatakan lebih unggul
dengan rata-rata hasil belajar 75,23 dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
mendapat perlakuan dengan menggunakan model Snowball throwing dengan rata-
rata hasil belajar 69,37. Secara signifikan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa serta materi
yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini penerapan model pembelajaran Make a
Match dan Snowball Throwing telah melibatkan siswa aktif atau antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih memahami materi yang
dipelajari dan tentunya hasil belajar IPA siswa meningkat. Hasil ini mendukung
73
pendapat Hamdani (2011:60) yang menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu model atau metode yang digunakan, peran guru dalam
mengajarkan materi, serta peran siswa sebagai subjek didik.
Hal yang menyebabkan hasil belajar menggunakan model Make a Match
lebih baik dari pada belajar menggunakan model Snowball Throwing di SDN
Lemahireng 01, kerena; a)Dalam proses pembelajaran Make a Match dapat
meningkatkan aktivitas belajar baik secara kognitif maupun psikomotorik, karena
disamping melatih pemahaman siswa dan melatih siswa kemampuan bertindak,
siswa juga disuguhkan suatu proses pembelajaran yang akan membuat semau
siswa menjadi aktif dan di kemas dalam suasana belajar yang menyenangkan,
sehingga pembelajaran ini dianggap menjadi bermakna karena memberikan
pengalaman yang berkesan bagi siswa. Sedangkan dalam model Snowball
Throwing hanya meningkatkan pada kognitif saja yaitu mengetahui pemahaman
siswa dalam memahami materi, kemudian dari segi permainanya yang aktif hanya
siswa yang melempar dan siswa yang menjawab pertanyaan sehingga siswa yang
lain hanya melihat saja; b) Pada pembelajaran Make a Match juga dapat melatih
siswa agar menghargai waktu belajar, karena pada model ini guru membatasi
waktu untuk mecocokan kartu, sehingga secara langsung dapat melatih siswa
untuk memanfaatkan waktu yang ada; c)Kemudian secara langsung model Make a
Match melatih kerja sama antar siswa. Karena yang bermaian semua siswa
sehingga timbul kerja sama, interaksi antar siswa pada saat mecocokan kartu.
Dengan cara ini akan tumbuh rasa empati dan saling membantu antar siswa.
Sedangkan model Snowball Throwing kerja sama kurang karena dalam
permainanya siswa hanya membuat sendiri soal tanpa bantuan siswa lainya.
Kemudian dalam permainanya siswa yang aktif hanya siswa yang melempar bola
dan siswa yang medapat bola lalu menjawab pertanyaan, sedangkan siswa yang
lain hanya melihat. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang merasakan
permainan ini
Make a match dipilih sebagai salah satu bentuk variasi metode
pembelajaran yang akan diterapkan di kelas karena metode pembelajaran Make a
Match memiliki kelebihan yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
74
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Penerapan model ini
dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya
akan diberi poin. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran Make a
Match adalah kartu-kartu. Kartu- kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan
dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan tersebut. (Suprijono, 2011:
94). Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran Make a Match juga memiliki
kelemahan yaitu waktu yang tersedia perlu dibatasi, hal ini bertujuan untuk
mencegah siswa terlalu banya bermain-main dalam proses pembelajaran dan
model ini dalam pelaksanaannya memakan waktu yang banyak.
Berikut ini beberapa hasil penelitian yang mendukung tentang keefektifan
model Make a Match.
Penelitian yang dilakukan oleh Rismadiani Kurnia (2014) yang berjudul
Keefektifan Model Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar
Matematika Kelas III SD Negeri Randugunting 01 Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014, menunjukkan bahwa model
Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 7 Salatiga. Hal ini dibuktikan dengan setelah kedua kelompok eksperimen
diberikan model pembelajaran yang berbeda, mereka diberikan tes akhir pada
materi Bangun Datar dan diperoleh rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen
sebesar 81,27, sedangkan kelas kontrol hanya 73,73. Hasil penghitungan dengan
menggunakan rumus independent samples t test melalui program SPSS versi 20,
menunjukkan model kooperatif tipe make a match efektif dan signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan nilai hasil thitung > ttabel
(2,153 > 2,000). Dari hasil penelitian, diharapkan guru dapat menerapkan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatiftipe make a match.
Penelitian yang dilakukan oleh Galih (2014) yang berjudul Peningkatan
Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make a Match Siswa Kelas IV
SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II Tahun Ajaran
2014/2015, menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match dapat meningkatkan keaktifan belajar pada
75
pelajaran IPA di kelas 4 Semester II SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen
Tahun Pelajaran 2014/2015 karena pada Siklus II keaktifan siswa kategori tinggi
diperoleh hasil 87% sehingga telah mencapai indikator keberhasilan keaktifan
siswa yaitu 70% keaktifan tinggi. Terbukti bahwa keaktifan belajar meningkat,
pada pra Siklus kategori tinggi 42% pada Siklus I mengalami peningkatan
menjadi 65% dan meningkat di Siklus II mencapai 87%.
Penelitian yang dilakukan oleh Sanen, Notari (2013) yang berjudul
Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make a Match Siswa Kelas IV SD
Negeri Dukuh 03 Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014,
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 4 Sekolah
Dasar Negeri Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal tersebut dibuktikan
dengan perbedaan hasil belajar yang signifikan yaitu siswa yang diajar
menggunakan metode Make a Match memperoleh nilai rata-rata 82,38 sedangkan
siswa yang diajar tidak menggunakan metode Make a Match memperoleh nilai
rata-rata 74,34.
Dari hasil temuan pada saat pembelajaran di SDN Lemahireng 01, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match yang lebih unggul dan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal
dibandingkan model pembelajaran Snowball Throwing, sehingga model
pembelajaran kooperatif layak digunakan dan dapat dijadikan alternatif untuk
pembelajaran di sekolah, khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA).