bab iv metode yang digunakan dalam pengajaran tilawah …repository.uinbanten.ac.id/3138/6/bab...
TRANSCRIPT
BAB IV
METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PENGAJARAN TILAWAH
DI PONDOK PESANTREN AT-THAHIRIYAH
A. Pembelajaran Tilawah di Pondok Pesantren At-Thahiriyah Dengan Cara
Talaqqi
Cara pembelajaran tilawah yang ada di pondok pesantren At-Thahiriyah adalah
dengan cara Talaqqi, Murottal, Tilawah dan tahsin. Adapun yang di sebut dengan Talaqqi
yaitu pembelajaran secara langsung berhadapan dengan guru atau bisa di sebut dengan
(mentoring). Maka dalam pembelajaran ini murid secara langsung bisa mendengar dan
melihat ketika guru mencontohkan tilawahnya di hadapan murid. Cara ini adalah cara yang
paling bagus karna si murid bisa tau bagaimana cara menarik nafas, melafalkan makhrojul
huruf dan pengeluaran nafas. dan tidak kalah penting dan yang harus di amati ketika
melantunkan tilawah guru pun sekali-kali memainkan microphone, bukan tanpa maksud sang
guru memainkanya dan saya amati dan terus menerus mengikuti kajian mendalami tilawah
ternyata fungsinya untuk menyeimbangkan lantunan-lantunan tilawahnya yang di
kumandangkan.
Selanjutnya yaitu dengan cara murotal dalam cara ini adalah antara guru dan murid itu
bersama-sama melantunkan tilawah yang sebelumnya sudah di sepakati bersama-sama dan
menggunakan nada yang sudah di tentukan sebelumnya dan di lantunkan bersama-sama
antara guru dan murid. Meningkat selanjutnya yaitu mengenai tentang tilawah atau di sebut
denganperaktek kepembacaan atau lantunan tilawah sebelum ke perakteknya biasanya sang
guru mengenalkan dulu nada-nada dalam tilawah atau di sebut dengan tausyih. Ada tujuh
macam tingkatan tausyih yaitu: Bayati, Shaba, Nahawand, Hijaz, Rast, Sika, dan yang terahir
Jiharka. adapun tujuanya untuk memberi tahukan bahwa dalam ilmu qiro‟at itu ada tujuh
yang harus di kuasai dan jika ke tujuh lagu itu sudah dikuasai maka apabila di terapkan ke
ayat Al quran akan terasa indah dan inilah yang di sebut dengan memperindah Alquran.
Talaqqi berasal dari kata laqiya, artinya bertemu atau berjumpa. Maksudnya adalah
murid bertemu langsung, face to face, dengan guru. Talaqqi adalah cara belajar terbaik untuk
seluruh ilmu, bukan hanya Alquran, Seluruh ilmu, baik itu hadits, aqidah, fikih, dan terutama
adab hanya bisa diraih secara optimal dengan talaqqi. Dengan pertemuan secara langsung,
akan banyak sekali faidah yang didapatkan dibandingkan dengan belajar melalui media,
seperti menelaah buku, mendengarkan audio, video, atau pembelajaran online. Dalam
pembelajaran Alquran, baik tajwid dan khususnya Tahsin, akan lebih optimal melalui talaqqi
dan musyafahah (melatih dari lisan ke lisan) antara guru dengan muridnya, tanpa ada
perantara. Media ini berlangsung turun temurun dari Rasulullah Muhammad Saw., kepada
para sahabat, dan dari para sahabat kepada tabi‟in, terus menerus sampai kepada kita
sekalian.
Metode ini pula yang dilakukan para ulama dalam mengajar dan mempelajari hadits,
akidah, fikih, dan adab. Sedangkan sarana seperti buku, rekaman audiao atau video, serta
pembelajaran online merupakan suplemen yang hasilnya tidak akan optimal tanpa talaqqi.
Namun, tentu belajar melalui seluruh media tersebut jauh lebih baik daripada orang yang
tidak belajar sama sekali dan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang
kurang bermanfaat.1
Adapun menurut Ustadz Wawan mengemukakan pendapat bahwasanya Talaqqi
merupakan belajar membaca Alquran secara langsung dibimbing oleh seorang guru Alquran.
Dan dalam proses talaqqi inilah benar salah kita dalam memebaca Alquran disesuaikan sesuai
kaidah yang benar. Satu lagi yang tidak boleh terlupakan dalam proses belajar tahsin, yaitu
1 Ustadz Abudin, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 28 Juli 2018, Pukul 21:00 WIB.
ilmu tajwid. Ilmu tajwid merupakan ilmu untuk mengkaji kaidah-kaidah membaca
Alquranyang sesuai dengan bacaan Rasulullah Saw., sebagaimana telah diriwayatkan oleh
ulama qiroat. Jika kita ingin mendalami teori limu tajwid sangat mudah sekali karena saat ini
sudah sangat banyak bertebaran dimana-mana kajian-kajian yang membahas teori ilmu tajwid
baik itu berupa daurah, audio, vidio, group WA, chanel telegram dan lain sebagainya.
Bahkan pengambilan ijazah sanad ilmiyyah berkaitan dengan ilmu tajwid pun seperti
al jazariyyah tuhfatul athfal dan lain sebagainya sangat mudah sekali didapat. Antusiasme
dalam mengikuti kajian-kajian ilmu tajwid sangat luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya peserta yang ikut gabung dalam kajian-kajian ilmu tajwid baik online maupun
offline.
Akan tetapi yang masih sangat jarang sekali adalah majelis talaqqi Alquran dimana
majelis talaqqi ini adalah majelis yang wajib diikuti oleh kita pembelajar Alquran. Karena
teori ilmu tajwid bahkan ijazah sanad ilmiyyah tajwid pun tidak serta merta bisa membuat
bacaan kita menjadi mutqin. Oleh karena itu bagi kita yang ingin fokus di bidang ilmu qiraat
haruslah fokus duduk di majelis talaqqi. Carilah guru yang benar-benar serius memperbaiki
kesalahan-kesalahan tilawah antum dan membimbing antum. Setelah antum bisa bermajelis
maka bersabar dan istiqomahlah!. Mungkin sudah sering kita mengikuti daurah-daurah atau
kajian ilmu tajwid, sudah juga masuk beberapa group online yang membahas ilmu tajwid atau
memiliki puluhan koleksi buku-buku yang membahas tajwid dan lain sebagainya.
Akan tetapi semua itu tidak akan memeperbaiki bacaan kita. Karena hanya guru
talaqqi lah yang bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan tilawah kita. Ijazah, sertifikat, kajian
teori dan lain sebagainnya tidak bisa memperbaiki bacaan kita.2
2 Ustadz Wawan, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 24 Juli 2018, Pukul 14:30 WIB.
Adapun menurut Ustadzah Saroh mengemukakan pendapat bahwasanya Talaqqi
Alquran adalah metode belajar dan mengajar Alquran yang dipraktekan Rasulullah dan para
sahabat. Metode ini terbukti paling lengkap dalam mengajarkan bacaan Alquran yang benar,
dan paling mudah diterima oleh semua kalangan.
Talaqqi adalah kata-kata arab yang berasal dari kalimah laqia, yang maknanya
berjumpa. Yang dimaksudkan berjumpa adalah murid dengan guru. Jadi talaqqi dari segi
bahasa diambil daripada perkataan yaitu belajar secara berhadapan dengan guru. Sering pula
disebut Musyafahah, yang bermakna dari mulut ke mulut (pelajar belajar Alquran dengan
memperhatikan gerak bibir guru untuk mendapatkan pengucapan makhraj yang benar).
Secara lebih khusus, talaqqi artinya belajar ilmu agama secara langsung kepada guru
yang mempunyai kompetensi ilmu, tsiqah, dhabit dan mempunyai sanad keilmuan yang
muttashil sampai ke Rasulullah Saw., melalui para „Ulama „Aalimin „Aarifin.
Metode menghafal Alquran, untuk seorang yang ingin menghafal Alquran hendaknya
ia memperhatikan niat dan tujuan ia dalam menghafal Alquran terlebih dahulu. Perbaiki niat
menghafal karena hanya karena Allah Swt. dengan kita niat dengan benar, maka Allah akan
memberikan kemudahan. Kepada kita dalam menghafal Alquran, dan semoga Allah Swt.
menjauhkan diri kita terhadap sifat malas, dan sifat bosan. Dalam menghafal Alquran, akan
terasa lebih berbeda antara niat yang salah dan niat yang benar. Saat proses menghafal
Alquran akan mempengaruhi proses saat menghafal Alquran.
Niat menghafal Alquran. Jangan sampai salah jangan kita menghafal Alquran hanya
karena ingin mengejar target materi ujuan, atau hanya ingin ikut dalam perlombaan. Atau
karena hal yang lain dalam menghafal. Maka dari itu, perbaiki niat terlebih dahulu sebelum
kita hendak menghafal Alquran, jika sudah membenarkan niat. Baru kita belajar membaca
Alquran memperbaiki makhorijul huruf. Jika sudah lancar baru kita memulai menghafal
Alquran. Sebelum menghafal kita juga harus mencari metode menghafal Alquran, yang
mudah di gunakan dalam menghafal Alquran yang bsa kita terapkan. Dalam menghafal
Alquran dengan cepat dan tidak mudah lupa. Banyak sekali metode menghafal Alquran, yang
dapat memudahkan kita dalam menghafal Alquran. Salah satunya menurut saya yang saya
sudah pelajari dalam menghafal Alquran. Yaitu menggunakan metode Talaqqi. Nah sebelum
masuk pembahasan, mengenai metode ini. Menghafal Alquran menggunakan metode talaqqi,
sebelum itu kita fahami terlebih dahulu mengenai. Apa itu metode talaqqi, metode talaqqi
adalah cara belajar dan mengajar Alquran yang telah Rasulullah Saw., contohkan. Kepada
para sahabat beliau, dan kemudian oleh para sahabat dan diteruskan ke generasi selanjutnya.
Metode ini sangat terbukti, paling mudah dalam mengajarkan bacaan Alquran dan untuk
memudahkan dalam menghafal Alquran dan memperbaiki bacaan Alquran. Sangat mudah di
terapkan kepada semua kalangan, baik sebagai metode menghafal Alquran untuk anak, atau
juga bisa di terapkan untuk metode menghafal Alquran untuk dewasa. Dalam belajar
memperbaiki bacaan dan memperbaiki hafalan Alquran.
Talaqqi dari segi bahasa diambil dari perkataan yang merupakan belajar secara
langsung berhadapan dengan guru langsung. Sering juga disebut sebagai. Mustafahah yang
berarti belajar dari mulut ke mulut, atau makna lebih mudahnya belajar Alquran, dengan
memperhatikan gerak bibir guru. Untuk mendapatkan pengucapan makhorijut huruf dengan
benar dari guru yang mengajar. Berdasarkan sumber-sumber dari Alquran dan Al-Sunnah
telah di jelaskan dan ditunjukan, bahwa metode talaqqi dan musyafahah. Telah diamalkan
dalam pengajaran dan pembelajaran Alquran sejak dari awal penurunan wahyu kepada
Rasulullah Saw.,
Cara memulai belajar metode talaqqi yaitu belajar antara guru dan murid, belajar
secara langsung face to face berhadapan di depan guru secara langsung, yang mana sang guru
membacakan ayat dengan di penggal mulai dari perkata, di ulang beberapa kali hingga hafal.
Dan di lanjut ke kata selanjutnya, baru disambung ke ayat berikutnya, hingga kemudian kami
mengikuti perayat dan sampai satu lembar, itu di lakukan berulang kali, dan kami
mengikutinya.
Ada yang unikdari metode ini adalah tidak boleh membawa mushaf atau membaca
ketika proses talaqqi berlangsung, jika kita memang harus konsentrasi mendengar ayat demi
ayat yang dibacakan oleh sang guru, yang mulai kami hafal, sehingga dalam metode talaqqi
yang saya pelajari harus fokus terhadap ayat yang di bacakan oleh guru. Karena dalam
mneghafal menggunakan metode talaqqi ini, dimana cara menghafalnya dengan cara di
dengar berulang-ulang. Dan di tirukan berulang-ulang. Akan memudahkan kami dalam
meniru, dan mnegingat, sehingga dalam segi tahan lama hafalan dan makhorijul huruf. Yang
telah guru sampaikan ayat per ayat. Dapat kami tirukan baik nada dan panjang pendek ayat
yang telah di sampaikan, dan kami bisa langsung praktekkan dengan daya konsentrasi yang
lebih kuat. Karena sering di ulang-ulang.3
B. Pembelajaran Tilawah di Pondok Pesantren At-Thahiriyah Dengan Cara
Murottal
Mungkin tak banyak yang tahu sebenarnya cara membaca Alquran itu ada dua, yakni
dibawakan dengan cara murotal dan mujawwad, cara pembacaan dengan murottal merupakan
cara yang paling lazim kita temui dan hampir dipelajari semua muslim di dunia, pembacaan
Alquran sesuai dengan kaidah hukum bacaan yang sudah ada berdasarkan yang dicontohkan
oleh Nabi Muhammad Saw., Murottal adalah membaca Alquran yang memfokuskan pada
dua hal yaitu kebenaran bacaan dan lagu, maka porsi lagu Quran tidak dibawakan
sepenuhnya. Hanya pada nada asli dengan tingkat suara sedang.
3 Ustadzah Saroh, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 19 Juli 2018, Pukul 14:00 WIB.
Secara bahasa antara mujawwad dan murottal tidak ada perbedaan mujawwad berarti
membaca Alquran dengan memperhatikan ilmu tajwid, sedangkan murottal membaca
Alquran dengan tartil (tenang tanpa tergesa-gesa) dengan memperhatikan ilmu tajwid dan
makhrarijul huruf, tetapi dalam ilmu nagham (ilmu lagu Alquran) kedua bacaan tersebut
berbeda. Dalam ilmu tajwid, dikenal istilah yang mengungkapkan tentang tingkat kecepatan
dalam membaca Alquran yaitu tartil, tadwir, hadr dan tahqiq.
Sebagian dari kita pasti sudah tak asing dengan kata “murottal”, yaitu teknik membaca
Alquran yang dipakai sehari-hari oleh umat Islam. Cara pembacaan dengan murottal
merupakan cara yang paling lazim kita temui dan hampir dipelajari semua muslim di dunia.
Teknik membaca murottal di tandai dengan cara membacanya sangat santai, membutuhkan
teknik pernafasan yang sewajarnya, tidak terikat pakem tertentu, bahkan bisa juga tanpa
irama alias datar-datar saja. Aspek yang diutamakan dalam pembacaan murottal adalah
penetapan tajwid yang baik sedangkan iramanya bersifat melengkapi bacaan, itulah kenapa
bisa jadi kadar iramanya tidak 100%.
Berbeda dengan murottal, mujawwad adalah teknik membaca Alquran yang dilakukan
dengan perlombaan ataupun acara-acara tertentu. Teknik ini menggunakan irama tertentu dan
membutuhkan teknik pernafasan tingkat tinggi. Biasanya mujawwad dilantunkan teknik
pernafasan tinggi. Biasanya mujawwad dilantunkan dengan ritme yang lebih lambat daripada
murottal. Irama yang digunakan dalam mujawwad. Disempurnakan sehingga pendengar
dapat menikmati bacaan qori dengan khidmat.
Bagi yang sudah paham hakikat panjang harokat, dengaung, dan aspek lain dalam ilmu
tajwid, tentu berpandangan bahwa teknik murottal ataupun mujawwad semuanya sah dan
baik. Namun sebagian umat Islam telah salah kaprah menilai mujawwad karena mengira
teknik bacaan ini mengabaikan hukum tajwid khususnya dalam hal panjang harokat.
Faktanya, panjang harokat dihitung dengan satuan ketukan, bukan durasi (milidetik, detik,
menit, dan lain sebagainya), sehingga panjang harokat bagi masing-masing orang berbeda.
Bahkan satu orang dapat menghasilkan panjang harokat yang berbeda tergantung ritme atau
speed bacaannya. Pada qori pada umumnya mengkhususkan dirinya adalah qori mujawwad
saja, atau murottal saja. Qori murottal yang terkenal misalnya Syaikh Mishary Rayid Al-
Afasy. Qari mujawwad yang terkenal ZA dari indonesia.4
Adapun menurut Ustadz Wawan mengemukakan pendapat bahwasanya Murottal adalah
pengumpulan bacaan ayat-ayat Alquran yang bertujuan untuk melestarikan Alquran dengan
cara merekam bacaan Alquran. Sudah diketahui bahwa terdapat hukum-hukum bacaan
(tajwid) yang harus diperhatikan dalam pembacaan Alquran. Oleh karena itu untuk
menguatkan (tahqiq) kelestarian Alquran maka di gunakanlah media rekaman. Pada masa
sekarang, media dan alat perekam suara telah ditemukan ditemukan sehingga media tersebut
bisa di manfaatkan untuk merekam bacaan Alquran dan rekaman bacaan tersebut bisa di
ulang kembali. Hal ini juga sangat berguna dalam rangka menyebarkan Alquran dan
mengembangkannya di dunia Islam terutama di negeri-negeri yang kekurangan pakar.
Murottal adalah membaca Alquran dan memfokuskan pada dua hal yaitu kebenaran bacaan
dan lagu Alquran. Karena konsentrasi bacaan difokuskan pada penerapan tajwid sekaligus
lagu, maka porsi lagu quran tidak dibawakan sepenunya. Hanya pada nada asli atau jawab
dengan tingkat suara sedang.
Mujawwad adalah membaca Alquran dengan lagunya secara sempurna baik dalam tingkatan
nadanya maupun jenis dan variasi lagu.5
4 Ustadz Abudin, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 28 Juli 2018, Pukul 21:00 WIB. 5 Ustadz Wawan, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 24 Juli 2018, Pukul 14:30 WIB.
C. Pembelajaran Tilawah di Pondok Pesantren At-Thahiriyah Dengan Cara
Tahsin
Metode tahsin adalah metode dimana kita mempelajari Alquran membaguskan bacaan
Alquran dari seorang guru yang memberikan pelajaran terhadap semua santri. kemudian
ketika sang guru sudah selesai memberikan pelajaran sekaligus dengan contoh-contoh tentang
melantunkan tilawah maka para santri akan di tunjuk atau di pilih dengan bergantian untuk
melantunkan tilawah atau di suruh mengulang lantunan-lantunan tilawah yang sudah di
ajarkan oleh sang guru untuk melihat perkembangan-perkembangan dari murid yang
mendalami tilawah.
Tahsin berasal dari bahasa Arab yaitu “hassana-yuhassinu‟ yang berarti memperbaiki,
memperbagus, meningkatkan, memperindah atau menjadikan lebih baik dari sebelumnya.
secara istilah tahsin didefinisikan sebagai kegiatan atau metode untuk menyempurnakan
pengucapan huruf-huruf Alquran sebaik-baiknya mulai dari pengucapan huruf serta
kebenaran tajwid-tajwid dan kaidah-kaidahnya.
Jumhul ulama sering menyamakan metode tahsin dengan metode belajar tajwid.
Sebagaimana sudah kita sama-sama ketahui, tajwid yaitu mengeluarkan setiap huruf hijaiyah
dari tempat keluarnya masing-masing sesuai dengan hak dan mustahaqnya.6
Adapun menurut Ustadz Abudin mengemukakan pendapatnya bahwasanya dalam bertilawah
itu ada metode atau ada cara-cara tersendiri untuk bisa melantunkan tilawah tersebut dan
metode itu ada dua tingkatan yaitu tingkatan dasar dan tingkatan menengah ke atas. Adapun
yang di sebut tingkatan dasar, yaitu kita terlebih dahulu dan di anjurkan bertalaqqi langsung
berhadapan langsung dengan seorang guru) jadi kita bisa mendengarkan bacaan guru terlebih
6 Ustadzah Saroh, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 19 Juli 2018, Pukul 14:00 WIB.
dahulu lalu murid mengulanginya lagi dan bacaan kita itu didengarkan oleh seorang guru,
biar bisa di koreksi dan dikasih arahan tentang tilawah karna dalam mempelajari tilawah
tidak mudah seperti yang di bayangkan karna dalam melatunkan tilawah harus selalu berada
dalam aturan tilawah sepeti hukum tajwid, nada-nada dan makhrojul huruf. Untuk menambah
atau agar mengingat-mengingat untuk biar cepet terekam dalam otak kita makanya harus
mengulang-ngulang atau mendengarkan rekaman-rekaman para qori dan qoriah agar cepet
terekam dalam otak kita dan mencoba dan belajar untuk melantunkan tilawah sendiri dan
menirukan dari rekaman tersebut, sampai kita bisa. itu juga bisa termasuk sebagai cara atau
sebagai metode dasar. Adapun dengan cara tingkatan menengah ke atas yaitu dengan
mengembangkan dengan sendirinya atau secara mandiri maksudnya apabila dia sudah
mempunyai dasarnya sudah paham betul dengan dasarnya cara tilawah maka santri tersebut
akan mengembangkan dengan sendirinya tidak mesti dengan bertalaqqi lagi inilah yang
dinamakan dengan cara atau metode menegah ke atas.
Dan seni melantunkan tilawah itu tidak boleh asal ada metode-metode atau variasi
variasi nada yang biasa di sebut dengan tausyih yang harus di pelajari bagi yang mendalami
tilawah, antara lain Bayyati, Shaba, Nahwand, Hijaz, Rast, Sika dan Jiharka. Dan bagi
pendengarnya mempunyai daya tarik tersendiri karna dalam tilawah ini mempunyai sebuah
seni-seni yang sangat indah, tidak semua orang akan bisa melantunkanya, karna dalam
mempelajari seni tilawah ini harus sungguh- sungguh dan terus berlatih untuk bisa menjadi
qori yang bisa menguasai segala variasai-variasai yang ada.7
Ketika melantunkan ayat-ayat suci Alquran yang begitu indah, dan tidak bisa di
pungkiri ketika lantunan itu menggema orang mendengarkanya menjadi takjub dan bisa jadi
badanya gemetar atau bulu kuduknya berdiri, dan yang mendengarpun merasa tenang dan
7 Ustadzah Saroh, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 19 Juli 2018, Pukul 14:00 WIB.
nyaman ketika Alquran di lantunkan dengan orang yang ahlinya yang menguasai ilmu qiroat,
tajwid dan makhroj hurufnya. Dan banyak yang tertarik dan penasaran atau dalam jaman
sekarang bisa di sebut dengan (kepo), wah bagaimana si tilawah- tilawah tuh dan cara
mempelajarinya, di pondok kamipun memberi luang untuk para santri yang ingin belajar
mengembangkan bakatnya dalam bidang tilawah. sebagai daya tarik tersendiri bagi orang-
orang yang ada disekelilingnya atau bagi para santri, yang belum pernah belajar tilawah
sebelumnya.8
Santri itu mampu menadomkan atau melagukan ayat Alquran sesuai dengan
koredornya, dimana ada bayati hijaj nahawan dan yang lain nya, jadi kita berusaha agar santri
ini dapat memahami koridor lagunya dan ketika melantunkan dia udah paham dengan lagu
yang di lantukan tersebut, adapun di adakan mempelajari qiroat agar santri membaca
Alquran itu dengan benar dengan tartil karena sebenarnya tujuan mempelajari tilawah itu
salah satunya untuk membaguskan bacaan Alquran, jadi mendatangkan kepada kebagusan
dan memelihara lisan. karna fungsinya untuk membaguskan ketika membaca Alquran dengan
metode mujawwad, dalam ilmu tajwid tahapan membaca Alquran yaitu ada 4, tartil, tadwir,
Hadr dan Tahqiq.9
Tartil adalah bacaan al quran yang tenang tanpa tergesa- gesa, memaknai setiap
lafazhnya, dengan memepertimbangkan setiap bacaan sesuai dengan hukum tajwid. Bacain
ini terkenal di semua kalangan sebagai bacaan yang paling utama. Karna dalam al quran
Allah berfirman:
........
8 Ustadz Wawan, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 24 Juli 2018, Pukul 14:30 WIB. 9 Ustadz Abudin, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 28 Juli 2018, Pukul 21:00 WIB.
Dan bacalah AlQuran itu dengan perlahan-lahan. ( Q.S. 73 al- muzzamil:4).
Maksud ayat ini ialah agar kita memebaca alquran dengan perlahan – lahan sehingga
memebantu pemahaman dan perenungan terhadap Alquran. Demikian cara Nabi Saw.,
Membaca Alquran. Sebagai mana di jelaskan Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw., Membaca
Alquran dengan tartil sehingga bacaan yang seharusnya di baca panjang memang harus di
baca panjang.10
Tadwir adalah bacaan yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, yakni
pertengahan dengan tingkat kecepatan antara tartil dan Hadr, dengan mempertimbangkan
setiap bacaan sesuai dengan hukum tajwid, adapun tahqiq bacaan Alquran yang sangat
memeperhatikan karakteristik setiap huruf ( makhrojul huruf), dan mempertimbangkan setiap
bacaan sesuai dengan hukum tajwid, oleh karena itu bacaan ini sangat lambat lebih lambat
dari tartil, bacaan ini di rekomendasikan untuk pemula dalam belajar al quran. dan yang di
namakan Hadr adalah bacaan cepat tanpa menghilangkan perhatian setiap bacaan dari
kesesuaian dengan hukum tajwid.11
Alquran sendiri memperhatikan nada dan langgam ketika memilih kata-kata yang di
gunakanya setelah terlebih dahulu memperhatikan kaitan antara kandungan kata dan pesan
yang ingin di sampaikan.
Sebelum seseorang terpesona dengan keunikan atau kemukjizatan kandungan
Alquran, terlebih dahulu ia akan terpukau oleh beberapa hal yang berkaitan dengan susunan
kata-kata dan kalimatnya, antara lain menyangkut nada dan lagam- lagamnya.
10
Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap (Diponegoro: CV Penerbit Diponegoro,
2003), p. 2. 11
Ustadz Abudin, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 28 Juli 2018, Pukul 21:00 WIB.
Walaupun ayat-ayat Alquran di tegaskan oleh Allah bukan syair, atau puisi, namun ia
terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Ini di sebabkan karena
huruf dari kata-kata yang di pilihnya melahirkan keserasian bunyi, dan kemudian kumpulan
kata-kata itu melahirkan pula kesenian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya. Seperti
tertera dalam surat Asy-Syams, atau Adh- Dhuha atau Al-Lahab atau surat An-Nazi‟at ayat
15 – 26 dan surat-surat lainya.12
Adapun bagi seorang yang membaca Alquran hendaknya berniat yang baik, yaitu niat
beribadah yang ikhlas karna Allah, bukan mencari ridha manusia atau agar mendapatkan
pujian darinya atau popularitas atau ingin mendapatkan hadiah materi dan lain- lain.
Allah Swt. berfirman:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. ( Q.S. Al-
Bayyinah: 5 ).
Ikhlas menurut ibnu iyadh yang di kutip Imam An-Nawawi dalam kitabnya Adz-
Adzkar An-Nawawiyah adalah beramalah hanya karena Allah. bukan karena manusia. Ibnu
Iyadh berkata, meninggalkan amal karena manusia adalah riya (pamer) dan beramal karna
manusia adalah syirik. Ikhlas adalah anda di selamatkan Allah dari keduanya. Seseorang
membaca Alquran hendaknya hadir dalam hatinya, bahwa ia sedang berdialog dengan Tuhan
12
M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran, (Tafsir Maudhu‟i Atas Berbagai Persoalan Umat), (Bandung:
Mizan Anggota IKAPI, 2000), p. 397.
dan membaca kitab suci-nya. Jadi, seorang yang membaca Alquran seolah-olah menghadap
kepada Tuhan, ia melihatnya atau Tuhan melihatnya.13
Dalam mendalami tilawah pasti kita gak asing lagi dengan sebutan Qira‟ah sab‟ah
atau tujuh cara untuk melapalkan Alquran dalam catatan sejarah, timbulnya penyebaran
qira‟at di mulai sejak masa tabi‟in, yaitu pada awal II H tatkala para qori telah tersebar di
berbagai peloksok. Dan qira‟at – qira‟at tersebut di ajarkan secara turun temurun dari guru ke
guru hingga sampai pada para imam qira‟at.14
Adapun yang di maksud imam qira‟ at yang di
sebut dalam qira‟ah sab‟ah itu ialah seseorang yang paling terkemuka atau mashur dan
bacaanya bagus, memiliki kedalaman ilmu dan usianya panjang. Hal yang tidak kalah
penting, merekalah yang menjadikan imam qira‟ah oleh masyarakat mereka. Dengan
demikian, bila hanya tujuh tokoh di turunkan oleh ibnu mujahid, bukan berarti bahwa hanya
ulama-ulama itu yang menguasai qiro‟ah. Masih banyak ulama lain yang sangat berkompeten
dalam hal itu, misalnya, khalaf bin Hisyam dan Yazid bin Qa‟qa.15
Adapun kata sab‟ah itu sendiri maksudnya adalah imam-imam qira‟at yang tujuh.
Mereka adalah :
a. Abu Amr bin Al-Ala syaikh Al-Rurah nama aslinya Ziyad bin Al Alaa bin
Ammar Al Mazini Al Bashri. beliau wafat di kuffah pada tahun 154 H. dengan
muridnya bernama Ad-Duri ( w. 246 H ) di baghdad dan As-Susi ( w. 261 H ).
b. Ibnu katsir, nama aslinya Abdullah bin katsir Al-Makki beliau adalah seorang
Tabi‟in, dan wafat di mekkah pada tahun 120 H. muridnya bernama Al-Bazzi
wafat di makkah pada tahun 250 H. Dan Qunbul ( w. 291 H ). Di mekah
13
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Keanehan Bacaan Alquran Qira‟at Ashim dari Hafash),
(Jakarta: Amzah, 2013), p. 38. 14
Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), p. 123. 15
Anwar, Pengantar Ulumul Quran..., p. 131.
c. Nafi Al-Madani nama aslinya Abu Ruwaim Nafi bin Abdirrohman bin Abi
Nu‟aim Al laitsiy. Berasal dari Ashfahan, dan wafat di madinah tahun 169 H.
Dua muridnya Yaitu Qalun ( w. 220 H ) di madinah dan Warasy ( w. 198 H)
di Damaskus.
d. Ibnu Amir Asy-Syami nama aslinya Abdullah bin Amir Al Yahshubiy,
seorang hakim di damaskus pada masa kekhilafahan Al Walid bin Abdul
Malik. Dan dia termasuk salah seorang tabi‟in. Beliau wafat di damaskus pada
tahun 118 H. muridnya bernama Hisyam ( w. 245 H ). Di Damaskus dan ibnu
Dzakwan ( w. 242 H ). Di Damaskus.
e. Ashim Al-kufi nama aslinya Ashim bin Abi An Najuud, dia adalah seorang
tabi‟in. Wafat di kufah tahun 128 H. dengan muridnya bernama Syu‟bah ( w.
193 H ). DI Khufah dan Hafash ( w. 180 H ). Di Khufah.
f. Hamjah Al-Kufi nama aslinya Hamzah bin Habib bin Imarah az-Zayyat Al
faradhi at-Taimiy, beliau wafat di Bahlawan pada masa kekhilafahan abu
ja‟far Al manshur tahun 156 H. dan muridnya bernama khalaf ( w. 229 H ) di
Baghdad dan khalad ( w. 220 H ) di Kufah.
g. Al-Kisa‟i Al Kuufi nama aslinya Ali bin Hamzah, imam ahli Nahwu ( tata
Bahasa Arab). Beliau wafat di Ranbawaih salah satu daerah di perkampungan
ar-Ray, ketika hendak menuju ke khurasan bersama ar-Rasyid pada ahun 189
H. dan muridnya bernama Abu Al-Harits ( w. 240 H ) di Baghdad dan Ad-
Duri ( w. 246 H ) di Baghdad.
Di antara qurra tujuh Imam di atas yang banyak di ikuti oleh mayoritas umat islam di
Indonesia yaitu qira‟at Imam Ashim Al-Khufi melalui periwayatan muridnya yang bernama
Hafash.16
Dalam mempelajari ilmu-ilmu tilawah, ilmu-ilmu Qori, yang bertujuan agar santri
mampu melantunkan nada-nada yang di padukan dengan Alquran, karna ada hadits yang
menerangkan perindahlah Alquran itu dengan sura-suara kalian. Berangkat dari sinilah peran
dimana santri At-Thahiriyah itu harus bisa mempelajari tilawah Alquran. Dengan tilawah ini
santri lebih giat dan lebih mencintai lagi untuk melantunkan ayat-ayat suci Alquran dan
memperindah bacaan-bacaanya karna jika kita selalu melantunkan Alquran secara otomatis
keimanan kita akan meningkat dan hati kita akan tenang dan tentram17
Adapun yang perlu di ingat ataupun yang harus di garis bawahi oleh seorang yang
mendalami tilawah jadikan lah tilawah ini untuk memperindah Alquran bukan untuk
menjelekan Alquran dan jangan sembrono dalam melafalkan Alquran harus menggunakan
tatacara bacanya seperti ilmu tajwid dan makhrojul huruf. walaupun suaranya bagus jika
melantunkan ayat suci Alquran tanpa tajwid itu sama saja seperti menjelekan Alquran, dan di
hukumi berdosa. Adapun mempelajari ilmu tajwid adalah fardu kifayah atau merupakan
kewajiban kolektif. Ini artinya, mempelajari ilmu tajwid secara mendalam tidak di haruskan
bagi setiap orang, tetapi cukup di wakili oleh beberapa orang saja. Namun, jika ada satu kaum
tidak ada seorang pun yang mempelajari ilmu tajwid, berdosalah kaum itu. Adapun hukum
membaca Alquran dengan memakai aturan-aturan tajwid adalah fardu‟ain atau merupakan
16
Majid Khon, Praktikum Qira’at..., p. 32. 17
Ustadz Abudin, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 28 Juli 2018, Pukul 21:00 WIB.
kewajiban pribadi. Dengan demikian, memakai ilmu tajwid dalam membaca Alquran
hukumnya wajib bagi setiap orang, tidak bisa di wakili oleh orang lain.18
Adapun yang di namakan makhrojul huruf adalah tempat keluarnya huruf pada waktu
huruf itu di lafalkan atau di bunyikan. Kesalahan dalam pengucapan huruf atau makhroj
huruf, dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang tengah di
baca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran mana kala
seseorang melakukan nya dengan sengaja dan sadar.
Contoh kesalahan dalam pengucapan makhraj huruf terdapat dalam surat Al- Fatihah
pada ayat العلمين د لله رب الحم (segala puji bagi Allah tuhan semesta alam). Jika lafazh مينلعلا di
baca الالمين ( huruf Ain berubah jadi hamjah ), maka artinya menjadi segala puji bagi Allah
“rajanya segala penyakit” contoh lainya, lafazh شكر (bersyukur) dan jika di baca سكر akan
berubah makna menjadi “Mabuk”19
maka dari itu berhati-hatilah dalam membaca ayat suci
Alquran jika ada yang salah satu huruf yang kita lafalkan tidak sesuai dengan makhrojul
huruf maka menjadi penyimpangan makna.
D. Analisis Living Quran di Kalangan Santri Mengenai Pembelajaran Tilawah
di Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Yang menyebabkan memilih nyantri di pondok pesantren At-Thariah Karena pondok
ini terkenal dengan ilmu alatnya atau kitab kuningnya, dan dalam pembelajaran pondok ini
berbasis salafi tapi dalam pembelajaran di pondok ini mengadopsi dari pondok pesantren
moderen dengan cara pembelajaran menggunakan tingkat-tingkatan (kelas-kelas) seperti
ketika santri baru masuk ke pondok ini dia harus mengikuti aturan pondok dengan cara harus
mengikuti kajian atau pengajian kelas I‟dad dan jika sudah mempuni dan menguasai dari
18
Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap..., p. 6. 19
Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap..., p. 20 – 21.
kelas I‟dad baru meningkat ke kelas 1 terus meningkat dengan sampai kelas 3 walaupun
begitu di pondok ini masih kuat dengan budaya pondok salafi yang mendepankan konsef
kesederhanaan, kemandirian dan memperkuat tali persaudaraan. Walaupun begitu Pondok
At-Thahiriyah juga sangat menonjol dalam bidang tilawatil Qurannya, karna disini banyak
guru-guru qori yang sudah mahir dalam bidang tilawah dan keahlianya pun sudah gak di
ragukan lagi, karna daari pondok ini sudah banyak membentuk qori-qoriah yang handal dan
mempuni dalam bidang tilawah.
Ketika mendengar bahwa di pondok ini ada eskul tilawah yang biasa di laksanakan
seminggu sekali yaitu di malam kamis Perasaan saya senang, karna saya suka dengan
tilawatil Quran dan ingin mendalaminya, karna waktu dulu saya seringnya belajar tilawah
dengan melihat di YouTube ataupun mendengarkan audio-audio qori nasional ataupun
internasional, yang sudah di Download sebelumnya. Mungkin ini adalah peluang besar bagi
saya agar bertalaqqi kepada ahlinya langsung, yang saya inginkan yang sejak dulu, tanpa
meninggalkan pengkajian atau pengajian kitab kuning yang sebagai pengajian pokok dalam
pondok dan sebagai pondasi juga buat pribadi sendiri yaitu arahan hidup dalam agama. jadi
ketika mondok di sini akan menguasai bermacam bidang terutama Alatnya, pemahaman
tentang kitabnya, tentang dalam hal tilawahnya dan masih banyak yang lainya.
Adapun dalam bertalaqqi gurunya membaca atau mencontohkan lantunan ayat suci
Alquran satu ayat-satu ayat, ketika sudah selesai maka santri tersebut diizinkan untuk
mengulang kembali apa yang telah guru tersebut lantunkan, biasanya pertama bareng-bareng
antara santriwan dan santriwati, setelah itu baru santriwan dulu bareng-bareng. Setelah itu di
susul santriwati melantunkan bareng-bareng, ketika sudah bersama-sama melantunkan
barulah di coba melantunkan secara individual untuk mewakili dari laki-laki dan perempuan
dan pelantunan itu di tunjuk secara acak oleh guru yang ngajarnya dan jumblah yang
melantunkanpun tidak di batasi karna dalam talaqqi itu semuanya di serahin sama guru
pengajar tilawah dan penunjukan juga pleksibel terkadang dari santriwan terlebih dahulu
lanjut ke santriwati ataupun sebaliknya, dan dalam pengajan nada-nada semua di pelajari baik
dalam lagam hijaznya ataupun bayati dan yang lainya yang berjumblah ada tujuh tingkatan.
Semua itu di pelajari dan di ulang-ulang terus sampai santrinya itu benar-benar sudah bisa.20
Dalam dunia pondok pastinya ada kelebihan dan kekurangan ataupun mengalami suka
dan dukanya adapun sukanya mondok di At-Thahiriyah atau jadi santri adalah kita makan
bersama, apalagi ketika ada santri yang di jenguk kita bisa makan besar atau perbaikan gizi
(bacakan), bisa selalu sholat Berjamaah, dan kita bisa berkumpul bersatu walaupun bukan
satu keluarga satu kandung. Tapi tetap kita satu keluarga dalam satu iman. Dan yang labih
serunya antara senior atau lebih terkenal dalam pondok ini sebutan teteh pondok atau mang
santri. dan tidak ada jurang pemisah antara teteh kamar dan santri junior kadang bercanda
bareng sama teteh kamar, walaupun begitu teteh kamar selalu memberi motivasi-motivasi
kepada santri juniorna, dan arahan-arahan karna dalam satu kamar pasti ada teteh kamarnya
buat membimbing dan buat sarana muthol ( sorogan) ketika di luar pengajian atau buat
mengulang pengajian yang belum paham ketika di majlis. Dan teteh kamar juga sering
bercerita kisah-kisah tentang kehidupan nabi-nabi sampai para ulama-ulama yang
menimbulkan motivasi dan semangat bagai santri juniornya. Dan yang paling di sukai dalam
pondok ini yaitu solideritasnya yang kuat tanpa memandang dari segi latar belakangnya dan
keturunanya karna dalam pemahaman kami semuanya adalah saudara tanpa terkecuali.21
20
Annisa Mediyani, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 07 Oktober 2018, Pukul 09:00 WIB. 21
Annisa Mediyani, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 07 Oktober 2018, Pukul 09:00 WIB.
Adapun tentang dukanya di Pondok Pesantren At-Thahiriyah itu dari segi Air yang
terkadang selalu kehabisan dan sarana tempat mandinyapun bisa di katakan masih minim atau
kurang dan sampai-sampai ketika mau mandi harus ngantri dulu, makanya jika mau ada
urusan di luar pondok atau berangkat dari pondoknya pagi, kita punya inisiatif sendiri dengan
cara mandinya sebelum sholat subuh karna jika mandinya abis pulang ngaji bisa di pastikan
akan mengantri panjang bisa-bisa gak bisa mandi karna kadang sudah abis dulu airnya. Dan
pondok pesanten At-Thahiriyah ini setiap tahunya selalu bertambah. Maka wajar jika sampai
ngantri panjang dan kehabisan air. Dan duka yang lebih besar yaitu ketika kerinduan kepada
kedua orang tua menghampiri.22
22
Annisa Mediyani, diwawancarai oleh Nafsiah, Ponsel Recording, Pondok Pesantren At-Thahiriyah
Kaloran Serang Banten, 07 Oktober 2018, Pukul 09:00 WIB.