bab iv laporan hasil penelitian iv.pdf · btq & tahfidz/koordinator alquran 45 ahmad rifani...
TRANSCRIPT
44
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah berdirinya SDIT Nurul Fikri Banjarmasin
SDIT Nurul Fikri Banjarmasin mulai dirintis pembangunannya tahun 2008
dan masih berlanjut sampai sekarang di atas tanah hibah dari beberapa dermawan.
Gedung sekolah didirikan di atas tanah hibah seluas sekitar 395,5 M2 yang dipartisi
menjadi 5 ruangan berlantai 2, serta terdapat kantin serta koperasi sekolah.
Diresmikan dan dimulai perjalanannya pada bulan Juni 2009 dengan siswa
angkatan I sebanyak 20 siswa. Awal didirikannya SDIT Nurul Fikri ini
difilosofikan dari keinginan yayasan serta dukungan masyarakat sekitar untuk dapat
terus mendidik serta membina para siswa luluan Taman Kanak-kanak Islam
Terpadu Nurul Fikri Banjarmasin.
2. Visi, Misi dan Tujuan SDIT Nurul Fikri Banjarmasin
a. Visi : Membentuk insan mandiri, cerdas dan berakhlaq mulia
b. Misi :
1) Menjadi lembaga pendidikan yang berorientasi dakwah.
2) Menjadi wadah pembelajaran yang berkualitas sehingga
meluluskan siswa yang berkompetensi
3) Menjadi wadah pelatihan dan pengembangan potensi dan
kecakapan hidup siswa.
45
c. Tujuan Sekolah
1) Memiliki aqidah yang bersih ( Saliimul Aqidah)
2) Melakukan ibadah yang benar (Shohiihul`Ibaada)
3) Memiliki kepribadian yang matang (Mattiinul Khuluq)
4) Memiliki kemandirian (Qodiron `Alal Kasbi)
5) Memiliki wawasan berfikir yuang luas (Mutsaqqoful Fikqri)
6) Memiliki badan yangh sehat (Qowiyyul Jismi)
7) Memiliki kesungguhan diri (Mujaahidun Linafsihi)
8) Tertata dalam segala urusan (Munazhzhomun fii Syu`unihi)
9) Cermat terhadap waktu (Harisun `Ala Waqtihi)
10) Bermanfaat bagi orang lain (Naafi`un Lighoirihi)
3. Keadaan Guru, Staf Tata Usaha dan Karyawan lainnya di SDIT Nurul
Fikri
SDIT Nurul Fikri Banjarmasin memiliki guru, staf tata usaha
maupun karyawan lainnya dengan jumlah 72 orang. Adapun untuk latar
belakang pendidikan para guru umumnya berpendidikan S1. Keadaan
guru, staf usaha maupun karyawan lainnya di SDIT Nurul Fikri
Banjarmasin dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Daftar Keadaan guru, staf usaha maupun karyawan di SDIT
Nurul Fikri Banjarmasin
46
NO Nama Pendidikan
Terakhir Jabatan
1 Marjiyanto, S.Pd S1 Kepala SDIT Nurul Fikri
Banjarmasin
2 Ayu Wulandari, S.Pd S1 Waka Kurikulum
3 Mukhtasar, S.Pd.I S1 Koor Mapel
4 Mediyani Oscar, S.Pd S1 PJ Pramuka/Pelatih
Upacara/ Waka Kesiswaan
5 Akhmad Riza Fahlevi SLTA Bendahara BOS & Op.
Dapodik
6 Mahmud, S.Pd.I S1 Walas 4A/Korjen
7 Norlaila Hayati, S.E.I S1 TU Kurikulum &
Kesiswaan
8 Antoni, S.Th.I S1 Walas 6A
9 Wawan Sholihin, S.Hum S1 Walas 6B
10 Abdul Habib Al-Fatah,S.Pd.I S1 Walas 6C/Korjen
11 H. Usamah, S.Th.I S1 Walas 5A
12 Karimah, S.Pd.I S1 Walas 5C/Korjen
13 Gina Fitriawati, S.Pd S1 Koordinator BPI
14 Siti Aminah, S.Pd.I S1 Walas 1A
15 Bainah, S.Pd S1 Walas 1B
16 Sari Muliyana, S.Pd S1 Walas 1C/Korjen
17 Ridha Hayati, S.E.I S1 Walas 1D
18 Wiriyati, A.Md D3 Walas 3A
19 Maimunah, S.Pd S1 Walas 3C/Korjen
20 Nur Fadilah, S.Pd S1 walas 2A
21 Tri Mulyani, S.Pd S1 Walas 2B/Korjen
22 Fitriani, S.Pd S1 Walas 2C
23 Ima Falinda, M.Pd.I S2 Walas 2D
24 Abdul Gani SLTA BTQ & Tahfidz
25 Siti Fatimah, S.Pd.I S1 BTQ & Tahfidz
26 Arbainah SLTA BTQ & Tahfidz
27 Rini Armiati, S.Pd.I S1 BTQ & Tahfidz
28 Syaiful Munir D3 Bahasa Arab
29 Muhammad Fahri SLTA BTQ & Tahfidz
30 Giyarsi, S.Pd S1 BK
31 Mohammad Rosyid Abdullah SLTA Koordinator Sarpras/Air
Minum Amanah
32 Hairo Darojah, Amd.Keb D3 UKS
33 Rinita, S.Pd S1 Walas 5D
34 Yuni Ratnasari SLTA Walas 4D
35 Milya Rahimah, S.Pd S1 Walas 3B
36 Winadira, S.Pd.I S1 Walas 3D
37 Julia Evvian Sari, S.Pd S1 Pendamping 1B
38 Umi Maslihatin, S.Pd.I S1 Walas 4C
47
39 Mahlupi, S.Pd S1 Perpustakaan
40 Siti Rahayu, S.Pd S1 Walas 6D
41 Akhmad Sayuti D3 BTQ & Tahfidz
42 Muria Ulfah, S.Pd.I S1 Bahasa Arab/Pendamping
3D
43 Noor Ayna, S.Pd S1 Walas 6E
44 Ma'dil Abrar, S.Pd S1
BTQ &
Tahfidz/Koordinator
Alquran
45 Ahmad Rifani S.Pd S1 Walas 5B
46 Rusman Dinulloh, S.Pd S1 BTQ & Tahfidz
47 Noor Azmy Nazhifah, S.Ag S1 BTQ & Tahfidz
48 Maulida Rahmadina SLTA BTQ & Tahfidz
49 Rabiatul Adawiyah, S.Pd.I S1 BTQ & Tahfidz
50 Nursari, S.Pd S1 BTQ & Tahfidz
51 Suhailah, S.Pd S1 Pendamping 1A
52 Muhammad Nurahman Umar
Husen, S.Pd.I S1 PJOK
53 Rabiatul Adawiyah, S.Pd S1 Matematika/Pendamping
3C
54 Hasanah, S.E S1 BTQ & Tahfidz
55 Sirajuddin Noor, S.Pd S1 PJOK
56 Ahmad Jamidi, S.Pd S1 Walas 4B
57 Feni Isnawati S.IP S1 TU Kesiswaan
58 Suryadi Wirawan. S,Pd S1 BTQ & Tahfidz
59 Yuliana, S.Pd.I S1 PAI/Pendamping 1C
60 Al Mahji, A.Md.Kep D3 TU Kepegawaian
61 Marwan Saputra, S.Th.I S1 BTQ & Tahfidz
62 Agustini Sapitri, S.Pd S1 Bahasa
Inggris/Pendamping 3 B
63 Fitri Indah Lestari, S.Pd.I S1 PAI /Pendamping 1D
64 Nur Afni Wulandari S1 PIKET
65 Rapiyati, S.Pd S1 Anak Kebutuhan Khusus
66 Anisa Septiani, S.Pd S1 PAI
67 Wahyu Margono SLTA BTQ & Tahfidz
68 Haryanti, S.Pd S1 BTQ & Tahfidz
69 Norhalimah, S.Pd.I S1 BTQ & Tahfidz
70 M. Jaya Alfianur, S.Pd S1 BTQ & Tahfidz
71 Siti Arbayah SLTA BTQ & Tahfidz
72 Erliana Rahayu SLTA BTQ & Tahfidz
48
4. Keadaan siswa SDIT Nurul Fikri Banjarmasin
Jumlah seluruh siswa SDIT Nurul Fikri Banjarmasin tahun pelajaran
2019/2020 sebanyak 552 orang siswa yang terbagi menjadi 25 kelas. Untuk lebih
rincinya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Keadaan siswa SDIT Nurul Fikri Banjarmasin Tahun Pelajaran
2019/2020
No Kelas Nama
Ruangan
Siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 I
I A 9 17 26
I B 11 15 26
I C 14 11 25
I D 12 13 15
2 II
II A 15 10 25
II B 14 13 27
II C 14 11 25
II D 13 13 26
3
III
III A 15 9 21
III B 15 7 23
III C 12 9 21
III D 14 8 22
4 IV
IV A 28 0 28
IV B 27 0 27
IV C 0 17 17
IV D 0 17 17
5
V
V A 27 0 27
V B 27 0 27
V C 0 19 19
V D 0 18 18
6 VI
VI A 21 0 21
VI B 19 0 19
VI C 19 0 19
VI D 0 15 15
VI E 0 16 16
Jumlah Keseluruhan 552
49
5. Sarana Prasarana di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin
SDIT Nurul Fikri Banjarmasin berdiri diatas tanah seluas 4.605 m2 yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang sangat menunjang untuk
berlangsungnya segala bentuk kegiatan. Untuk lebih rincinya dapat di lihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.3 Ruangan Menurut Jenis, Kondisi dan Jumlahnya yang Terdapat di
SDIT Nurul Fikri Banjarmasin
No Jenis Ruangan
Kondisi
Baik Rusak Ringan Rusak Berat
1 Ruang teori/kelas - -
2 Lab. IPA - -
3 Ruang perpustakaan - -
4 Ruang UKS - -
5 Koperasi/toko - -
6 Ruang Kepala MA - -
7 Ruang Guru - -
8 Ruang TU - -
9 WC siswa - -
10 WC guru - -
11 Gudang/Sanggar
MGMP - -
12 Parkir sepeda - -
13 Post satpam - -
14 Kantin - -
15 Dapur Sekolah/madrasah - -
16 Kebun Sekolah/madrasah - -
50
Tabel 4.4 Perabotaan Menurut Jenis, Kondisi dan Jumlahnya yang Terdapat
di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin
B. Penyajian Data dan Analisis
Data yang disajikan pada bagian ini adalah hasil penelitian yang
dilakukan penulis di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin yang berkaitan dengan
implementasi metode Wafa dalam meningkatkan hafalan Alquran di SDIT
Nurul Fikri Banjarmasin. Data tersebut diperoleh melalui teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi dengan subjek penelitian 11 orang guru yang terdiri
dari 1 orang koordinator metode Wafa dan 10 orang guru BTQ dan Tahfiz serta
10 orang peserta didik.
Data-data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk deskriptif yaitu
dengan mengemukakan data yang diperoleh ke dalam bentuk penjelasan uraian
kata sehingga menjadi kalimat yang mudah dipahami. Untuk menggambarkan
No
Jenis Sarpras
Jumlah Sarpras Menurut Kondisi
Baik Rusak Ringan Rusak Berat
1. Kursi Siswa 522 6 -
2. Meja Siswa 526 2 -
3. Loker Siswa 520 - -
4. Kursi Guru di Ruang Kelas 25 - -
5. Meja Guru di Ruang Kelas 25 - -
6. Papan Tulis 50 - -
7. Lemari di Ruang Kelas 20 - -
8. Komputer/Laptop di Lab.
Komputer 70 - -
9. Alat Peraga PAI 3 - -
10. Alat Peraga IPA 6 - -
51
tentang implementasi metode Wafa dalam meningkatkan hafalan Alquran di
SDIT Nurul Fikri Banjarmasin, maka penulis akan menjabarkan hasil penelitian
dan sekaligus analisis mengenai penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Implementasi metode Wafa dalam meningkatkan hafalan Alquran di
SDIT Nurul Fikri Banjarmasin
a. Perencanaan Pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di SDIT
Nurul Fikri Banjarmasin
Perencanaan ialah salah satu hal pokok yang harus dibuat guru
sebelum melaksanakan pembelajaran karena dengan perencanaan
tersebutlah guru diharapkan memiliki arah dan pedoman dalam
kegiatan belajar mengajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan silabus merupakan komponen penting dalam perencanaan
pembelajaran. Perencanaan yang baik dan sistematis akan
memaksimalkan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator Alquran dan
guru BTQ dan Tahfiz mengenai perencanaan pembelajaran Alquran
di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin maka didapatlah beberapa hal
penting mengenai perencanaan pembelajaran Alquran dengan metode
Wafa secara keseluruhan.
Pertama mengenai rencana pembelajaran terkait RPP dan
Silabus. Hasil wawancara penulis dengan koordinator Alquran beliau
mengatakan
52
“ Mengenai RPP dan silabus, langsung dibuat untuk beberapa kali
pertemuan, guru diminta mengumulkan RPP pada saat super visi yang
diadakan satu bulan sekali”.1
Selaras dengan hasil wawancara kepada guru Alquran mereka
mengatakan bahwa setiap guru Alquran membuat RPP untuk
pertemuan selama satu bulan, namun ada beberapa guru Alquran yang
kesulitan dalam penggunaan strategi pembelajaran. Kemudian yang
kedua mengenai tujuan secara keseluruhan dalam pembelajaran
Alquran dengan menggunakan metode Wafa ialah membaca Alquran
dengan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, menulis huruf
hijaiyah dengan baik dan benar serta menghafalakan juz 29 dan 30.
Berdasarkan wawancara dengan koordinator Alquran
dikatakan bahwa tujuan pembelajaran dirumuskan oleh guru pada
setiap materi ajar dalam satu kali pertemuan.
“Program pembelajaran Alquran yang dilakukan di SDIT Nurul Fikri
Banjarmasin ialah tilawah ( Wafa 1 sampai 5 serta gharib dan tajwid,
tadarus Alquran dan tahqiqul qiraah ) menulis serta tahfiz. Awalnya
tahfiz dikelola oleh guru Alquran namun dinilai kurang efektiv maka
sekarang tahfiz dikelola oleh guru wali kelas masing-masing peserta
didik. Namun untuk tahfiz nantinya akan lebih ditekankan ketika
tahqiqul qiraah yang mana hal tersebut diajarkan oleh guru Alquran.
Jumlah jam pelajaran dibagi menjadi tiga yaitu kelas 1 dan 2 ada 10
jam pelajaran dalam seminggu, kelas 3 dan 4 sebanyak 8 jam pelajaran
sedangkan kelas 5 dan 6 sebanyak 6 jam pelajaran. Untuk wafa gharib
dan tajwid, pada kelas rendah didahulukan tajwid kemudian gharib
sedangkan kelas tinggi didahulukan gharib kemudian tajwid”.
Guna mendukung tercapainya tujuan pembelajaran ada
beberapa hal yang dilakukan seperti
1 Hasil wawancara dengan Koordinator Alquran, Ustad Ma’dil Abror pada tanggal 5
maret 2020 pukul 14.00 WITA.
53
“Setiap paginya dikumandangkan pembacaan Alquran dengan nada
hijaz yang merupakan ciri khas dari metode Wafa, setiap bacaan, dan
doa-doa semuanya meggunakan nada hijaz. Kelompok guru Alquran
baik ustadz/ah mengadakan program tahsin dan tahfiz yang dilakukan
secara berkala dann konsisten.”2
Ketiga, materi pelajaran direncanakan oleh masing-masing
guru pada setiap kelompok dengan jilid yang sama dengan teknik
pengajaran yang berbeda. Setiap guru Alquran memiliki trik
tersendiri dalam menyusun teknik tersebut, berdasarkan hasil
wawancara dengan guru Alquran megungkapkan bahwa biasanya
ketika mereka mendapatkan nama-nama anak yang akan diajar
mereka langsung bertanya kepada wali kelas masing-masing dan guru
Alquran sebelumnya mengenai karakteristik anak tersebut.3
Keempat, perencanaan strategi, berdasarkan hasil wawancara
dengan guru Alquran mengatakan:
“Pemilihan strategi pembelajaran mengikuti konsep TANDUR dengan
konsep pengayaan, baca tiru yang menjadi strategi wajib dalam
pengenalan konsep, kemudian dilakukan baca simak murni dengan
kelompok belajar dengan jumlah 10-15 orang”.4
Strategi dasar yang digunakan adalah baca tiru dan baca simak
murni, bagi pembelajaran tilawah sedangkan untuk tahfiz dalam
tahqiqul qiraah strategi dasarnya ialah sabaq ( penambahan) sabqi (
Pengulangan hafalan kemarin) dan Manzil (pengulangan hafalan
2 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ustadz Marjianto pada tanggal 5 maret 2020
pukul 15.00 WITA.
3 Hasil wawancara dengan guru Alquran, Ustadzah Siti Fatimah pada tanggal 8 maret 2020
pukul 09.15 WITA.
4 Hasil wawancara dengan guru Alquran, Ustadzah Arbainah pada tanggal 8 maret 2020
pukul 10.00 WITA.
54
secara keseluruhan).5 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
yang berorientasi kepada peserta didik, peserta didik banyak
melakukan startegi drill. Berdasarkan keterangan dari koordinator
Alquran
“Drill bertujuan untuk mengetahui kesulitan dan kesalahan yang sering
terjadi pada siswa dalam membaca Alquran. Bahkan biasanya mereka
harus melakukan tiga kali drill dengan guru Alquran mereka sebelum
mengikuti tes kenaikan jilid. Kemudian baru melakukan tes dengan
saya ataupun dengan ustadz/ah senior lainnya”.6
Kelompok baru terbentuk jika jumlah peserta didik yang
mencapai target pencapaian materi yang sama, misalkan beberapa
orang anak dari kelompok yang berbeda melaksanakan ujian naik
jilid, jika jumlahnya cukup untuk dibuat kelompok, maka kelompok
baru dibentuk, jika jumlahnya sedikit maka anak didik dimasukkan
pada kelompok Wafa berikutnya. Hasil observasi penulis kebanyakan
kelas atas memiliki kelompok Wafa dengan jilid yang berbeda-beda.
Kelima, berkenaan dengan media dan sumber belajar, guru
mempersiapkan alat peraga buku besar yang berisi materi ajar perjilid,
bisa juga kartu permainan untuk memudahkan peserta didik
mengingat poin-poin penting yang perlu diingat dalam baca Alquran
seperti bentuk huruf yang serupa, tanda baca dan lain- lain. Sebelum
pembelajaranpun biasanya dimulai dengan cerita dan ice breaking untuk
5 Hasil wawancara dengan guru Alquran, Ustadz Sayuti pada tanggal 8 maret 2020 pukul
12.00 WITA.
6 Hasil wawancara dengan Koordinator Alquran, Ustad Ma’dil Abror pada tanggal 5
maret 2020 pukul 14.00 WITA.
55
mendapatkan perhatian dari peserta didik. Bisa juga dengan
menggunakan nada hijaz untuk pelajaran yang mana ketika guru
menjelaskan dan murid yang bertanya juga menggunakan nada hijaz
tersebut, seperti materi dengung.
Keenam, berhubungan dengan perencanaan evaluasi,
berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator Alquran, setiap
guru Alquran mengikuti ketentuan dari pihak pengembang Wafa yang
telah mengatur ketentuan penilaian. Penilaian dilakukan tiap akhir
pembelajaran oleh masing-masing guru tiap kelompok dengan
menggunakan buku prestasi dan jurnal harian.
Berdasarkan penyajian data diatas terkait mengenai
perencanaan pembelajaran Alquran dengan metode Wafa dapat dilihat
bawa SDIT Nurul Fikri Banjarmasin telah melaksanakan perencanaan
tersebut dengan baik hal tersebut dilihat dari terpenuhinya unsur-
unsur pokok dalam perencanaan pembelajaran. Wina Sanjaya
menyebutkan bahwa perencanaan pembelajaran ialah gambaran
umum tentang langkah apa yang akan dilakukan guna
mengintegrasikan komponen-komponen pembelajaran.7 Hal tersebut
dapat kita lihat dari dimulainya perumusan tujuan oleh SDIT Nurul
Fikri Banjarmasin dilanjutkan dengan rencana pembelajaran secara
langsung melalui RPP dan silabus, materi pembelajaran, perencanaan
7 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta : Kencana,
2008) h. 28
56
strategi, penggunaan media dan sumber belajar hingga prencanaan
evaluasi sehingga apa yang dilakukan oleh guru Alquran dikelas
menjadi lebih terarah dan sistematis.
Sejalan dengan pendapat Hamzah B. Uno yang
mengemukakan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang
memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik,
disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
kesenjangan dan masalah-masalah yang akan dihadapi sehingga suatu
kegiatan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Dalam hal ini
SDIT Nurul Fikri Banjarmasin meyakini dengan beragamnya
karakteristik peserta didik bagi peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran dan menghafalkan Alquran akan
mendapatkan jam tambahan sebanyak 15 sampai 20 menit sehabis
pulang sekolah.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di SDIT
Nurul Fikri Banjarmasin
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan terhadap
pelaksanaan pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di SDIT
Nurul Fikri Banjarmasin didapatkan lah data sebagai berikut.
Pertama, media pembelajaran, yaitu jenis pengantar konten
pembelajaran yang akan digunakan oleh guru. Guru alquran
8 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 2
57
menggunakan alat peraga buku besar yang berisi materi ajar perjilid,
kartu-kartu permainan yang digunakan untuk memudahkan peserta
didik mengingat poin-poin penting seperti bentuk huruf yang serupa,
tanda baca dan lain-lain.
Kedua, materi disampaikan dengan menggunakan konsep dan
contoh melalui lagu, gambar, gerakan, menggunakan atau mengubah
strategi mengajar, pembelajaran dibantu dengan media, alat bantu,
untuk menghindari kejenuhan. Hal tersebutlah yang membedakan
metode Wafa dengan metode lainnya.
Berikut Materi yang terdapat pada Wafa 1 sampai 5 tajwid dan
gharib.
1) Wafa 1 mempelajari hal-hal berikut :
a) Pengenalan huruf hijaiyah dengan syakal fathah.
b) penyajian materi disajikan perhuruf dalam bentuk huruf tunggal
dan beberapa huruf sambung.
c) Huruf yang disajikan tidak dimulai dari alif, tetapi huruf yang
biasa dikenal anak dalam ejaan bahasa Indonesia yang
kemudian dirangkai dalam bentuk kalimat seperti mata saya
kaya roda, sambil menggunakan gerakan tertentu, anak
mengenal huruf م ت س ي ك رد yang kemudian diulang-ulang
membacanya dalam bentuk huruf tunggal م م م ت ت ت
d) Setiap bab mempelajari dua sampai tiga huruf baru yang ada di
58
kepala bab.
e) Huruf baru yang dikenalkan menggunakan warna merah, pada
lembar latihan tidak digunakan warna.
f) Setiap bab mempelajari dua huruf baru dan mereview huruf
yang sudah dipelajari.
2) Wafa 2 mempelajari hal-hal berikut :
a) Pengenalan bunyi harakat kasrah, dhammah dan tanwin.
b) Pengaplikasian bunyi harakat ke dalam kata yang dipelajari
baik di awal, tengah maupun akhir.
c) Pengenalan bacaan mad thabi’i, bentuk ta marbuthah, panjang
satu alif pada fathah berdiri, kasrah berdiri dan dhammah
terbalik.
d) Mad dikenalkan dengan dilagukan, yang terdapat disetiap bab,
seperti “setiap fathah diikuti alif dibaca panjang dua harakat”
e) Pengenalan alif yang tidak dibaca seperti pada kata “ منوا ا "
f) Huruf maupun tanda baca baru yang dikenalkan menggunakan
warna merah, pada lembar latihan tidak digunakan warna.
g) Review melalui latihan.
3) Wafa 3 mempelajari hal-hal berikut :
a) Mim dan lam sukun (am-im-um), (al-il-ul).
b) Pengenalan mim dan lam sukun melalui kata yang terdapat mim
dan lam sukun.
c) Kelompok huruf jahr disukun, huruf hams disukun.
59
d) Fathah diikuti wawu sukun dibaca AU (pendek), fathah diikuti
ya sukun dibaca AI (pendek).
e) Huruf tasydid dan alif lam yang tidak dibaca.
f) Review melalui latihan.
4) Wafa 4 mempelajari hal-hal berikut :
a) Bacaan dengung pada nun dan mim bertasydid.
b) Bacaan ikhfa, idgham bighunnah, iqlab, idgham mimi, dan ikhfa
syafawi
c) Tanda panjang yang disebutkan dalam buku Wafa adalah
tanda layar yang dibaca 5 (lima) harakat serta huruf wawu yang
tidak dibaca.
d) Memperkenalkan fawatihus shuwar
e) Review kembali pembahasan sebelumnya yang diikuti dengan
latihan
5) Wafa 5 mempelajari hal-hal berikut :
a) Cara mewaqafkan bacaan.
b) Lafazh Allah dibaca tebal dan tipis.
c) Mad bertemu tasydid dalam kalimat dibaca panjang dalam
kalimat dibaca panjang 6 harakat dan nun bertasydid yang
diwaqaf dibaca dengung 3 harakat.
d) Idgham bilaghunnah izhar dan izhar syafawi.
e) Pengenalan qalqalah dan tanda baca.
f) Review kembali pembahasan sebelumnya lewat latihan.
60
6) Wafa Tajwid mempelajari hal-hal berikut :
a) Hukum ghunnah, nun sukun dan tanwin, serta hukum mim
sukun.
b) Hukum lam ta’rif, lafazh Allah dan ra.
c) Qalqalah dan mad.
d) Pembahasan diawali dengan kaidah kemudian diikuti dengan
contoh.
7) Wafa gharib yang terdiri dari pembahasan- pembahasan berikut.
a) Isymam, imalah. Tashil, naql, nun wiqayah, mad dan qashr.
b) Saktah, badal, baraah.
c) Pada akhir materi dilakukan latihan serta diperkenalkan tulisan
dalam Alquran rasm Usmani.
d) Pembahasan diawali dengan kaidah kemudian diikuti dengan
contoh. Tajwid dipelajari dengan dilagukan, jadi setiap kaidah
sampai pada contoh itu dipelajari dengan menggunakan lagu.
Ketiga, guru menggunakan gerakan tertentu dalam
mengajarkan Alquran untuk mengatasi problem yang sering dihadapi
anak seperti panjang pendek, dengung dan pelafalan hurup yang
serupa. Hal tersebut juga dilakukan untuk memusatkan perhatian dan
fokus peserta didik terhadap pembelajaran.
Keempat, kontrol pembelajaran, dalam hal ini peran guru
sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar
mengajar yang menyenangkan aktif dan memungkinkan anak
61
berprestasi secara maksimal. Guru melaksanakan berbagai strategi
mengajar dan pengelolaan kelompok mengajar sehingga peserta didik
dapat dipastikan aktif dalam proses pengajaran. Pada saat
pembelajaranpun guru Alquran memperbaiki secara langsung bacaan-
bacaan Alquran para peserta didik.
Kelima, guru Alquran merupakan pendidik yang telah
bersertifikasi karena telah mengikuti latihan serta workshop guna
untuk pengembangan kompetensi yang harus dikuasai dan diberikan
secara berkala.
Guru Alquran mengungkapkan beberapa workshop yang harus
mereka ikuti diantaranya ialah pelatihan manajemen, bedah buku wafa
1 sampai 5 tajwid dan gharib, problem solving permasalahan dalam
kelompok dan lain-lain.9
Langkah TANDUR yang merupakan bagian dari Wafa terlihat
pada proses pembelajaran dari awal sampai akhir yaitu sebagai
berikut.
1. Guru menyiapkan anak didik untuk memulai pelajaran dengan
berkreasi membuat tanya jawab kabar yang menarik, dengan
bernyanyi
2. Guru mengarahkan peserta didik untuk melafalkan pokok bahasan
yang dipelajari.
9 Hasil wawancara dengan guru Alquran, Ustadz Sayuti pada tanggal 8 maret 2020 pukul
12.00 WITA.
62
3. Menanamkan konsep kepada anak dengan strategi yang
variatif, dengan kartu, gerakan dan lagu.
4. Baca tiru dengan alat peraga, yakni guru membaca peserta didik
menirukan
5. Baca simak dengan peserta didik, peserta didik membaca secara
bergantian potongan-potongan ayat.
6. Pemberian bintang pada peserta didik dengan predikat shalih/ah.
Penjelasan singkatnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.5 Penerapan TANDUR pada pembelajaran Alquran dengan metode
Wafa di SDIT Nurul fikri Banjarmasin
Tahapan Kegiatan Waktu
Tumbuhkan Menanyakan kabar doa, cerita,
menonton film, menyanyi dan lain-lain
5 Menit
Demonstrasi
Mengulang materi sebelumnya secara
singkat Melanjutkan materi penguatan,
bisa dalam bentuk permainan yang
memaksimalkan keterlibatan peserta
didik (permainan kartu baca, tebak-
tebakan dan lain sebagainya)
Baca Tiru (BT) dengan alat peraga
(guru membaca, peserta didik
menirukan; guru membaca, kelompok
yang ditunjuk menirukan; peserta didik
membaca, peserta didik yang lain
menirukan)
7 Menit
Ulangi
Baca Simak Klasikal (BSK) dengan
buku Wafa (peserta didik membaca 1
halaman yang lain menyimak, guru
menilai; peserta didik membaca 1-2
baris, yang lain menyimak, guru menilai)
30 Menit
63
Murajaah dan penambahan Hafalan
Murajaah hafalan (secara bersama-
sama, menambah hafala baru
dilakukan dengan cara guru membaca
1 ayat dengan diulang sebanyak 3 kali
kemudian peserta didik menirukan ayat
yang dibaca sebanyak 10 kali yang
dilakukan dengan variasi gerakan, guru
menunjuk salah satu peserta didik
secara bergantian untuk membacakan
ayat tersebut, gru menilai setelah anak
hafal satu surah)
15 Menit
Rayakan
Pemberian reward (stempel), menyanyi,
yel-yel, bintang, hadiah, penanaman
refleksi materi
3 Menit
Berdasardasarkan tabel diatas Langkah TANDUR yang
merupakan bagian dari Wafa terlihat pada proses pembelajaran dari
awal sampai akhir denga alokasi waktu tersebut diatas, namun dalam
penerapan hafalan pihak SDIT Nurul Fikri Bajarmasin menambahkan
durasi waktu 30 menit sebelum memulai pembelajaran untuk
melaksanakan murojaah yang di bimbing oleh guru kelas masing-
masing.
Pelaksanaan pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di
SDIT Nurul fikri Banjarmasin terdiri dari kegiatan awal, inti dan
penutup. Adapun penjelasan singkatnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
64
Tabel 4.6 Pelaksanaan pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di SDIT
Nurul fikri Banjarmasin
No. Isi KBM Uraian Alokasi
Waktu
1
Muqaddimah a. Ustadz/ah menyiapkan peserta didik
untuk berdoa kemudian salam.
b. Absensi peserta.
c. Evaluasi kajian materi
terdahulu (appersepsi) atau yang
disebut murajaah
10 menit
2
Penyajian Materi
a. Baca tiru
a. Ustadz/ah mengenalkan materi baru
satu persatu dalam bentuk
permainan, tebak- tebakan dan
sejenisnya
b. Ustadz/ah mencontohkan,
peserta didik mengikuti secara
bersama-sama maupun
bergantian.
c. Ustadz menjelaskan ada atau tidak
hubungan materi tersebut dengan
materi sebelumnya.
15 menit
b. Baca simak
murni
Masing-masing peserta didik
membaca secara bergantian
potongan-potongan ayat.
Masing-masing guru
30 menit
memiliki teknik yang berbeda dalam
melaksanakannya, bisa dibagi dalam
beberapa kelompok atau perorangan
sehingga pelaksanaannya tidak
monoton
3
Evaluasi
a.Ustadz/ah mengadakan evaluasi
terhadap peserta didik secara bergilir
melalui bacaan peserta didik untuk
Wafa 1 sampai Wafa 5
b.Untuk Gharib dan tajwid
melalui tanya jawab materi yang
telah dibahas. Tentunya dengan
menggunakan nada hijaz
15 Menit
65
Berdasarkan penyajian data diatas dapat dilihat bahwa
pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di SDIT Nurul Fikri
Banjarmasin terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Unsur-unsur yang harus terdapat dalam kegiatan pendahuluan
pada modul pengembangan pembelajaran PAI ialah sebagai berikut :
Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari kemudian, menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai. Serta menyampaikan cakupan
materi dari penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.10 Unsur-unsur
tersebut terdapat pada muqaddimah/ kegiatan pembuka dalam hal ini
bagian menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran terlihat ketika ustadz/ah menyiapkan
peserta didik untuk berdoa kemudian salam dan menyapa peserta
didik dengan menanyakan kabar serta menambah emangat melalui
tepuk-tepukan. Langkah selanjutnya ialah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari kemudian terlihat ketika utadz/ah mengevaluasi
terkait pembelajaran sebelumnya atau disebut muraja’ah. Kemudian
unsur menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
10 Ahmad Shodiq dan Djunaidatul Munawaroh, Modul Pengembangan Perangkat
Pembelajaran PAI (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementrian Agama Republik
Indonesia, 2011), h.48
66
akan dicapai. Serta menyampaikan cakupan materi dari penjelasan
uraian kegiatan sesuai silabus. Hal ini dapat dilihat ketika Ustadz/ah
menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai pada pembelajaran Alquran dengan metode Wafa pada
tingkatannya masing-masing.
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran
untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik
peserta didik.11 Pada kegiatan inti ini lah yang membedakan metode
Wafa dengan metode lainnya, penggunaan TANDUR yakni
tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan.
Perbedaan lainnya juga terdapat pada awal mengenalkan huruf kepada
peserta didik jika metode lain diawali dari huruf alif/a maka Wafa
dimulai dari huru mim/ma karena kata tersebut mirip dengan kata
mama kata yang sering menjadi sesuatu yang pertama kali diucapkan
dari kita kecil.
Adapun untuk Jumlah jam pelajaran dibagi menjadi tiga yaitu
kelas 1 dan 2 ada 10 jam pelajaran dalam seminggu, kelas 3 dan 4
sebanyak 8 jam pelajaran sedangkan kelas 5 dan 6 sebanyak 6 jam
11 Rusman, Model-model Pengembangan Pembelajaran Profenalisme Guru (Jakarta :
Rajawali Press, 2012) h.12
67
pelajaran. Belum ditambah dengn jam tahfiz 1 jam sebelum memulai
pembelajaran guru kelas/wali kelas masing-masing akan mentalaqqi
peserta didik sesuai dengan target hafalan mereka masing-masing.
Pada kegiatan penutup yang harus diperhatikan oleh guru
adalah sebagai berikut.
1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri
membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran.
2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas, baik itu tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
peserta didik.
5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.12
Hal-hal yang termuat pada modul pengembangan perangkat
pembelajaran PAI mengenai kegiatan penutup diatas sudah sejalan
dengan yang dilakukan oleh guru Alquran di SDIT Nurul Fikri
12 Ahmad Shodiq dan Djunaidatul Munawaroh, Modul Pengembangan Perangkat
Pembelajaran PAI,,,, h.50
68
Banjarmasin hal ini dapat kita lihat ketika ustadz/ah melaksanakn
bagian dari TANDUR yaitu uraikan dan rayakan yakni menunjukan
kepada peserta didik tentang cara-cara mengulangi materi dan
menegaskan bahwa aku tahu bahwa aku memang tahu ini. Kemudian
yang dimaksud dengan rayakan ialah pemberian pengakuan untuk
penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan.13
c. Evaluasi Pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di SDIT Nurul
Fikri Banjarmasin.
Evaluasi pembelajaran Alquran dengan metode Wafa ada
beberapa penilaian meliputi tilwah, menulis dan tahfiz. Penilaian
tersebut terdiri dari penilaian harian, penilaian kenaikan jilid dan
penilaian akhir (Munaqasyah).
1) Aspek yang dinilai
a) Tilawah
(1) Kelancaran (tilawah tanpa pikir)
(2) Fashohah ( Ketepatan huruf dan vokal A-I-U)
(3) Tajwid ( Panjang, tekan, dengung, gunnah dan tanda baca)
b) Menulis
(1) Kesesuain dengan kaidah huruf hijaiyah
(2) Kerapian
13 Tim Wafa Indonesia, Keunggulan Metode, https://wafaindonesia.or.id/ diakses pada 18
Februari 2020 pukul 19.00 WITA.
69
c) Tahfiz/menghafal
(1) Kelancaran (tilawah tanpa pikir)
(2) Fashohah ( Ketepatan huruf dan vokal A-I-U)
(3) Tajwid ( Panjang, tekan, dengung, gunnah dan tanda baca)
(4) Wakaf dan ibtida
2) Penilaian Harian
Berikut ketentuan penilaian harian (kenaikan halaman) :
a) Penilain harian dilakukan oleh guru kelas/kelompok
masing-masing peserta didik.
b) Hasil penilaian ditulis dibuku prestasi peserta didik.
c) Pemberian nilai pada kartu prestasi menurut kriteria
sebagai berikut:
(1) Nilai A (lancar, dengan terjadi kesalahan dalam 1 tempat
dan dapat membetulkan sendiri maksimal 3 kali
pengulangan (guru tanpa menunjukkan kesalahannya)
(2) Nilai B (lancar dengan terjadi kesalahan maksimal di 3
tempat dan dapat membetulkan sendiri maksimal 3 kali
pengulangan (guru tanpa menunjukkan kesalahannya)
(3) Nilai C (melakukan kesalahan lebih dari 3 tempat atau
terdapat satu kesalahan yang tidak dapat membetulkan
sendiri) 14
14 Hasil wawancara dengan guru Alquran, Ustadzah Arbainah pada tanggal 11 maret 2020
pukul 10.00 WITA.
70
Berikut konversi nilai dari hasil penilaian tersebut
3) Penilaian Kenaikan Jilid
Penilaian kenaikan buku dilakukan oleh koordinator guru
atau guru ahli yang ditunjuk oleh koordinator guru, materi
uji memakai buku tilawah dengan kriteria penilaian.
Adapun untuk kriteria penilaian sama dengan penilaian
harian.
4) Penilaian Akhir (Munaqasyah)
Penilain Akhir (Munaqasyah) dilakukan oleh tim Wafa
pusat dari Surabaya. Anak yang lulus dari hasil evaluasi
akhir yang dilakukan oleh tim Wafa pusat berhak mengikuti
Munaqasyah, namun jika mereka tidak lulus dalam
penilaian akhir berdasarkan keputusan pihak SDIT Nurul
Fikri Banjarmasin mereka tetap dapat melaksanakan
Munaqasyah tetapi tidak mendapatkan ijazah/sertifikat
Wafa.15
15 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ustadz Marjianto pada tanggal 5 maret 2020
pukul 15.00 WITA.
Nilai Konversi Kesalahan Keterangan
86-100 A 0 s/d 1 Lulus
76-85 B -2 s/d -3 Lulus
56-75 C >-3 Tahsin (mengulang)
71
d. Peningkatan Hafalan Alquran melalui pembelajaran Alquran dengan
metode Wafa di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan mengenai
pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di SDIT Nurul Fikri
Banjarmasin. Materi Wafa yang diajarkan dari wafa 1 sampai 5 tajwid
dan gharib serta tadarus Alquran (tilawah) tentunya berguna untuk
meningkatkan kemampuan hafalan Alquran siswa SDIT Nurul Fikri
Banjarmasin. Umumnya peserta didik menyelesaikan Wafa tilawah
(wafa 1 sampai 5 tajwid dan gharib) pada kelas 4 tapi ada beberapa
anak yang mampu meneyelesaikannya ketika mereka berada dikelas
3 (tiga). Pembelajaran berikutnya yang mereka lakukan ialah tadarus
Alquran dan Tahqiqul Qiraah (memperbaiki bacaan) pada tahap
inilah peserta didik dapat menambah hafalan, ketertinggalan target
hafalan dan memperbaiki bacaan Alquran mereka. Peserta didik di
SDIT Nurul Fikri Banjarmasin selalu menjaga wudhu mereka karena
senantiasa harus membaca Alquran, sudah menjadi keunggulan
tersendiri bagi sekolah tersebut yaitu mengedepankan pendidikan
Alquran diatas segalanya. Sekolah melalui metode Wafa telah
mentargetkan haflan yang harus dicapai oleh peserta didik ditiap
jenjang kelas masing-msing.
Berikut target surah (juz 30 dan 29) yang harus dihafal oleh
peserta didik di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin.
72
Tabel 4.7 Taget hafalan Alquran peserta didik di SDIT Nurul Fikri
Banjarmasin.
KLS SEM TILAWAH TAHFIZ
MATERI SURAH
1
1 Wafa Buku 1
78. An naba (20)
79. An naziat (20)
80. Abbasa (14)
2 Wafa Buku 2
81. At-takwir (12)
82. Al Infithaar (9)
83. Al Muthaffifin (5/19)
2
1
Wafa Buku 3
83. Al Muthaffifin (14/19)
84. Al Insyiqaq (12)
85. Al Buruuj (12)
86. At thariq (6)
87. Al A’la (8)
88. Al Ghasiyah (11)
89. Al Fajr (16)
2
90. Al Balad (9)
91. Asy Syams (7)
92. Al-lail (8)
3
1 Wafa Buku 4
93. Ad dhuhaa sampai
114. Annaas
2 Wafa Buku 5 Murojaah juz 30
4
1 Tajwid dan Alquran
(Juz 27)
67. Al Mulk (33)
68. Al Qalam (31)
69. Al Haaqqah (28)
2 Gharib dan Alquran
( Juz 28)
70. Al Ma’arijj (24)
71 Nuuh (24)
72. Al Jiin (28)
5 1 Alquran juz 1 dan 2
73. Al Muzammil (20)
74. Al Muddatstir (26)
75. Al Qiyamah (16)
73
2 Alquran 3 dan 4
76. Al Insaan (26)
77. Al Mursalat (22)
6
1 Munaqasyah Tilawah Murojaah juz 29
2 Tahqiqul Qiraah Murojaah juz 30 dan 29
Guna membuktikan peningkatan Alquran tersebut penulis
melaksanakan tes lisan kepada 10 orang peserta didik di SDIT Nurul
Fikri Banjarmasin yang berada di kelas atas ( kelas 4 sampai 6).
Tabel 4.7 Hasil Tes Lisan kemampuan menghafal Alquran 10 peserta didik di
SDIT Nurul Fikri Banjarmasin.
No Nama Hafalan Nilai
Fashohah Kelancaran Tajwid
1. Raidah Husna
Naziihah
Juz 30 dan 29 90 90 90
2. Khadijah Juz 30 dan 29 90 90 90
3. Dinda Raniyah
Putri
Juz 30 dan 29 90 95 90
4. Novia Azaria Juz 30 dan 29 90 90 90
5. Jasmine Juz 30- Al
haqqah 90 90 90
6. Firda Nuraini Juz 30 dan 29 90 95 90
7. Muhammad
Ismail
Juz 30- Al
Insan 90 90 90
8. Ali Zainal
Abidin
Juz 30- Al
Qolam
85 90 85
9. Afif Al Rasyid Juz 30 dan 29 90 85 85
10. Ahmad Syauki Juz 30 dan 29 90 85 85
Berdasarkan data diatas terlihat kemampuan menghafal
Alquran yang sangat baik dari siswa di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin.
Hanya 3 orang saja yang belum mencapai target hafalan yang telah
74
ditetukan, namun kemmpuan menghafal Alquran mereka sangat baik.
Panduan yang penulis gunakan dalam tes lisan ialah pada buku
Ilmu dan Seni Qiraatil Quran : Pedoman bagi Qari-Qari’ah, Hafidh-
hafidhoh dan Hakim dalam MTQ karangan Misbahul Munir. Menilai
indikator kemampuan menghafal Alquran melalui Fashohah terdiri
dari kecepatan berhenti dan memulai bacaan Alquran, menjaga
keberadaan huruf dan harakat, menjaga dan memelihara keberadaan
kata dan ayat, kelancaran dan tajwid.16
Hasil observasi yang penulis lakukan selama di SDIT Nurul
Fikri Banjarmasin para peserta didik disana selalu menjaga wudhu
mereka, bahkan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti autis
pun mereka tak pernah lelah dan lupa selalu menjaga wudhu. Menjaga
wudhu sudah ditekankan dari awal mreka masuk kesekolah bahkan
menjadi kebiasaan yang konsisten dilakukan. Sesuai dengan adab
utama menghafal Alquran menurut Imam An-nawawi dalam At-
tibyan. Faktor mereka mengutamakan adab menghafal Alquran
tersebutlah yang membuat peningkatan dalam menghafal Alquran.
Terlebih lagi durasi mereka bersama Alquran minimal 3 jam
perharinya, tergantung tingkatan kelas mereka kelas 1 dan 2 ada 10
jam pelajaran dalam seminggu, kelas 3 dan 4 sebanyak 8 jam pelajaran
sedangkan kelas 5 dan 6 sebanyak 6 jam pelajaran. Jam tahfiz sendiri
16 Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qiraatil Quran : Pedoman bagi Qari-Qari’ah, Hafidh-
hafidhoh dan Hakim dalam MTQ, (Semarang: Binawan, 2005) h. 356
75
sekarang telah dipegang oleh wali kelas masing-masing sehingga
durasinya juga bertambah. Hal ini merupakan terobosan baru dari
pihak sekolah yang berbeda dengan pengembang metode Wafa yakni
sebelumya tahfiz juga diajarkan oleh guru Alquran sehingga
durasinya sangat sedikit hanya 15-20 menit saja, selain bertambahnya
durasi tahfiz juga ada terobosan baru dari SDIT Nurul Fikri
Banjarmasin dalam pengelolaan tahfiz yakni metode dalam murojaah
hafalan para peserta didik yang terdiri dari Sabaq ( Penambahan
Hafalan), Sabqi ( Pengulangan hafalan kemarin) dan Manzil
(pengulangan secara keseluruhan).
2. Faktor pendukung dan Penghambat dalam pembelajaran Alquran
dengan metode Wafa di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin
a. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis tentang
kegiatan pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di SDIT Nurul
Fikri Banjarmasin memiliki banyak faktor pendukung.
Pertama, media pembelajaran yang menunjang seperti
ketersedian buku Wafa 1 sampai 5, tajwid dan gharib disertai dengan
kartu-kartu dan alat peraga yang besar. Hal ini tentunya sangat
berdampak pada saat pembeajaran dan penghafalan Alquran
penggunaan LCD, kemudian video-video animasi untuk memudahkan
anak dalam menghafal Alquran. Sejalan dengan hal tersebut fasilitas
serta sarana dan prasana yang baik menjadi faktor penting dari
76
tercapainya tujuan pembelajaran.17
Kedua, Dukungan penuh dari sekolah karena sejalan dengan
tujuan sekolah yang mengedepankan pendidikan Alquran maka setiap
paginya sebelum pembelajaran dimulai senantiasa dikumandangkan
pembacaan Alquran dengan nada hijaz yang menjadi ciri khas metode
Wafa.
Ketiga, evaluasi bukan hanya dari peserta didik tetapi juga
dilakukan oleh kelompok guru Alquran baik ustadz/ah yang
mengadakan program tahsin dan tahfiz dilakukan secara berkala dan
konsisten. Seyogyanya guru Alquran hendaklah selalu
memperhatikan strategi dan metode pengajaran serta selalu
melakukan evaluasi dalam hal ini evaluasi bukan hanya untuk peserta
didik namun juga dari pengajar tersebut untuk memaksimalkan
kemampuan dalam menghafalkan Alquran.18
b. Faktor Penghambat
Banyaknya faktor pendukung tak menampik jika dalam
pembelajaran Alquran dengan metode Wafa di SDIT Nurul Fikri
Banjarmasin juga terdapat beberapa faktor penghambat.
Pertama, peserta didik yang belum bisa membaca Alquran dan
memiliki kesulitan dalam menghafal Alquran (daya ingat yang
lemah). Banyaknya pengalaman belajar yang dimiliki seseorang,
17 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 149.
18 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 151.
77
maka pengetahuan yang diperolehnya juga semakin banyak. Dalam
menghafalkan Alquran kemampuan membaca peserta didik menjadi
faktor utama, karena jika kemampuan membaca Alqurannya baik
maka akan mudah dalam menghafalkan Alquran begitu juga
sebaliknya.19
Kedua, kemampuan guru Alquran dan wali kelas dalam
menghafal Alquran yang belum konsisten.
Guru Alquran di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin telah
melakukan pembelajaran tahsin, akan tetapi dulu hanya dilakukan
dengan rekan sejawat. Waktu dan tempatnya pun fleksibel, tetapi
sekarang ketika tahfiz dibantu oleh wali kelas maka para wali
kelaspun harus mengikuti program tahsin dan tahfiz yang dihandle
oleh Ustadz Sariffani beserta isteri di Asrama tahfiz Alquran Nurul
Fikri Banjarmasin. Tahsin tersebut dilaksanakan pada setiap hari
selasa, rabu, kamis dan jum’at selama 30 menit. Adapun dengan
mekanisme sebagai berikut
Pertama, guru Alquran yang senior sebanyak 6 orang akan
mentahsin beberapa orang selama 3 bulan ketika sudah selesai, guru
Alquran yang telah selesai ditahsin akan mentahsin guru wali kelas
ataupun mata pelajaran yang lain. Seperti dalam rantai MLM ( Multi
Level Marketing). Kepala sekolah mengungkapkan kedepannya tahsin
19 Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qiraatil Quran : Pedoman bagi Qari-Qari’ah, Hafidh-
hafidhoh dan Hakim dalam MTQ, (Semarang: Binawan, 2005) h. 356
78
dan tahfiz ini kan diberlakukan kepada seluruh guru, karyawan dan
staf di lingkungan SDIT Nurul Fikri Banjarmasin. Ketiga, tidak
selarasnya tujuan di sekolah dan di rumah, sekolah menginginkan
pendidikan Alquran yang kontinu namun orang tua di rumah tidak
membantu dan menyerahkan semuanya kepada sekolah.
Hal inilah yang masih menjadi kendala hingga saat ini, orang
tua yang tidak memberikan dukungan dalam hal ini yakni membantu
dan mengingatkan anak agar tadarus Alquran dan murojaah dirumah.
Oleh karena itu ketika POMG (Perkumpulan orang tua murid dan
guru) dilaksanakan guru Alquran akan mengingatkan mengenai hal
tersebut. Adapun anak yang didukung oleh orangtua yakni selarasnya
tujuan di sekolah dan di rumah kemampuan menghafal mereka lebih
baik.