bab iv konsep perencanaan dan perancangan 4.1....

16
124 BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Perencanaan Berbasis Pendekatan Desain Ekologis 4.1.1. Konsep Kawasan Kawasan yang akan dipakai yaitu kawasan Sriwedari yang terletak di jalan arteri atau jalan utama kota Surakarta, yaitu Jalan Slamet Riyadi. Kawasan ini mempunyai aspek culture serta alam yang cukup kuat. Desain nantinya diharapkan mampu mengembalikan citra Sriwedari sebagai pusat wisata kota bagi turis kota, lokal, maupun interlokal melalui aktivitas MICE, dimana aspek budaya, alam, masyarakat, serta bangunan saling bersinergi. Gambar 4.1. Peta Lokasi Kawasan Sumber: Googlemaps.com dinduh tanggal 08 Januari 2013 dan Laporan Akhir RIP Bapeda Surakarta

Upload: hoangdat

Post on 30-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

124

BAB IV

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4.1. Konsep Perencanaan Berbasis Pendekatan Desain Ekologis

4.1.1. Konsep Kawasan

Kawasan yang akan dipakai yaitu kawasan Sriwedari yang terletak di jalan

arteri atau jalan utama kota Surakarta, yaitu Jalan Slamet Riyadi. Kawasan ini

mempunyai aspek culture serta alam yang cukup kuat. Desain nantinya

diharapkan mampu mengembalikan citra Sriwedari sebagai pusat wisata kota bagi

turis kota, lokal, maupun interlokal melalui aktivitas MICE, dimana aspek budaya,

alam, masyarakat, serta bangunan saling bersinergi.

Gambar 4.1. Peta Lokasi Kawasan

Sumber: Googlemaps.com dinduh tanggal 08 Januari 2013 dan Laporan Akhir RIP Bapeda

Surakarta

125

Gambar 4.2. Konsep Zonasi Messo

Sumber: Analisis penulis berdasar RIP Kawasan Sriwedari, Bappeda

4.1.2. Konsep Site

Site ini berada di lahan Gedung Grha Wisata Niaga, pujasari, restoran

boga, serta lahan bekas gedung Solo Theatre. Site ini cukup strategis karena

terletak di Sriwedari.

126

Gambar 4.3. Konsep Site

Sumber: Laporan Akhir RIP Bapeda Surakarta

4.1.3. Konsep Zoning Site

Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, dihasilkan kesimpulan

sebagai berikut:

Tabel 4.1. Konsep Zoning Site

Sirkulasi di luar tapak ke dalam

tapak

Zona publik diterapkan dengan

menggunakan pola pencapaian langsung

dan tersamar, zona non-publik dan servis

cenderung menerapkan pola pencapaian

tersamar dan berputar

Sirkulasi dalam tapak Menerapkan pola gabungan antar radial

dengan linier

Sirkulasi dalam tapak ke

bangunan

Melalui ruang-ruang dan menembus

ruang-ruang, hal ini dikarenakan faktor

pencahayaan dan penghawaan

Pencahayaan tapak Pencahayaan terbaik dari barat ke timur,

namun menghindari sinar cahaya

matahari langsung

View tapak dan Orientasi

bangunan

Orientasi bangunan ditekankan terhadap

arah-arah yang mempunyai potensi yang

baik dalam hal view, penghawaan,

maupun pencahayaan

Kebisingan Dapat diredam dengan beberapa cara di

antaranya vegetasi serta pengadaan

silence zone. Serta untuk area yang dekat

127

Sumber: Analisis Penulis

4.2. Konsep Perancangan Berbasis Pendekatan Desain Ekologis

4.2.1. Konsep Tata Massa dan Bentuk Bangunan

Massa disusun atas lebih dari 1 massa bangunan, hal ini dilihat dari faktor

efektivitas ruangan, struktur, lahan, bangunan serta culture sekitar, dan efisiensi

energy. Selain itu, bangunan menggunakan sistem vertikalisme dengan ketinggian

bangunan antara 1 hingga 3 lantai yang dapat menerapkan metode infill design

mengingat terdapat beberapa bangunan konservasi di kawasan tapak, sistem

vertikalisme dapat menambah ruang terbuka hijau sehingga dapat meminimalisir

KDB. Gubahan massa dapat terkonfigurasi dari bentukan penggabungan dan

pengurangan bentuk, serta penggabungan pola bangunan, dan mampu

memberikan pencitraan yang baik dan kontekstual dengan sekitar.

Kemudian bentukan bangunan ini nantinya mampu mendominasi kegiatan

utama di Sriwedari yang menjadi sumber utama penarik wisatawan lokal dan

interlokal melalui kegiatan konvensi dan ekshibisi, hal ini kemudian dapat

diwujudkan melalui peletakan Zonasi secara messo di kawasan Sriwedari.

4.2.2. Konsep Organisasi dan Kebutuhan Ruang

1. Konsep Program Kebutuhan Ruang

Ruang dikelompokkan ke dalam 4 kelompok kegiatan.

a. Kegiatan Utama

Konvensi

dari sumber bising, digunakan sebagai

area publik.

Penghawaan Untuk memaksimalkan penghawaan

alami, orientasi serta bentuk bangunan

ditekankan pula terhadap aliran

pergerakan angin

Vegetasi Vegetasi diterapkan untuk menimbulkan

lingkungan yang asri. Vegetasi juga

digunakan untuk beberapa fungsi antara

lain peredam kebisingan, sirkulasi,

estetika, peneduh, RTH dan lain

sebagainya.

128

Tabel 4.2. Tabel Kebutuhan Ruang untuk Kegiatan Utama Konvensi

Jenis Ruang Luas (m²)

Ballroom/ Hall A 800

Ballroom/ Hall B 400

Auditorium 1200

Meeting Room 1 320

Meeting Room 2 160

Meeting Room 3 80

Interpreter Booth 60

Projection Booth 40

Operator Booth 12

Main Lobby 18

Pre-function Area 2500

R. Pendaftaran 10

Resepsionis 10

Public Lavatory 200

Sumber: Analisis Penulis

Ekshibisi

Tabel 4.3. Tabel Kebutuhan Ruang untuk Kegiatan Utama Ekshibisi

Jenis Ruang Luas (m²)

R.Pamer 180

Outdoor space 90

Workshop 32

Lobby penerimaan 13.5

Prre-function space 250

Sumber: Analisis Penulis

b. Kegiatan Penunjang

Tabel 4.4. Tabel Kebutuhan Ruang untuk Kegiatan Penunjang

Jenis Ruang Luas (m²)

Ruang Komersial 80

Public Lavatory 150

Kafetaria 255

Medical Room 20

Pelayanan Wartawan 60

Ruang ibadah (mushola) 33.6

Sumber: Analisis Penulis

129

c. Kegiatan Pengelolaan

Tabel 4.5. Tabel Kebutuhan Ruang untuk KegiatanPengelolaan

Jenis Ruang Luas (m²)

R. Administrasi 20

R. Pimpinan 9

R. Tamu 50

R. Kepala Divisi 9

R. Rapat Staff 60

R. Istirahat 50

Kantin 60

Lavatory 60

Gudang 40

Sumber: Analisis Penulis

d. Kegiatan Servis

Tabel 4.6. Tabel Kebutuhan Ruang untuk Kegiatan Servis

Jenis Ruang Luas (m²)

R. MEE 60

R. Satpam 24

Dapur 150

Lavatory 120

Gudang 40

Sumber: Analisis Penulis

2. Konsep Jenis Ruang

Jenis ruangan yang ada pada bangunan konvensi dan eksbisi ini antara

lain:

a. Zona Publik

Zona publik terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan penunjang baik pada

bangunan konvensi maupun ekshibisi, jenis ruangnya antara lain:

1) Ballroom/ Hall

2) Auditorium

3) Meeting Room

4) Interpreter Booth

5) Projection Booth

6) Operator Booth

7) Main Lobby

130

8) Pre-function Area

9) R. Pendaftaran

10) Resepsionis

11) Public Lavatory

12) Ruang Komersial

13) Kafetaria

14) Pelayanan Wartawan

15) Ruang ibadah (mushola)

16) R.Pamer

17) Outdoor space

18) Workshop

19) Lobby penerimaan

b. Zona Privat

Zona privat mewadahi kegiatan pengelolaan.

1) R. Administrasi

2) R. Pimpinan

3) R. Tamu

4) R. Kepala Divisi

5) R. Rapat Staff

6) R. Istirahat

7) Kantin

8) Lavatory

9) Gudang

c. Zona Servis

Pada zona ini, kegiatan servis dilakukan.

1) R. MEE

2) R. Satpam

3) Dapur

4) Lavatory

5) Gudang

131

3. Konsep Pola Ruang

Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, pola ruang yang cocok

untuk diterapkan pada bangunan ini yaitu terpusat, linier, radial, serta

cluster.

4. Konsep Organisasi Ruang

Diagram 4.1. Organisasi Ruang

Sumber: analisis penulis

4.2.3. Konsep Sistem Struktur dan Material

Konsep sistem struktur yaitu dengan menggunakan struktur bentang panjang

serta struktur balok tertutup dengan memperhatikan besaran serta massa dari

tiap-tiap bangunan konvensi ini. Serta penggunaan material-material lokal

dan alami di beberapa bagian.

4.2.4. Konsep Sistem Utilitas

1. Sistem Jaringan Air Bersih

132

Sistem pasokan air bersih menggunakan down-feed system karena

sistem ini berdasarkan hasil analisa merupakan sistem yang paling efektif

dibanding up-feed system. Untuk sumber air bersih berasal dari 2 sumber

utama, yaitu PDAM serta pengolahan air bekas, dan menghindari penggunaan

air tanah yang dapat mengganggu keseimbangan alam .

Pada bangunan konvensi, air bersih digunakan pada kamar mandi,

hydrant, menyiram tanaman, dan dapur, serta beberapa spot yang pada

perancangannya kemungkinan juga membutuhkan air bersih, seperti kolam.

2. Sistem Jaringan Air Kotor

Gambar 4.4. Jaringan Air kotor

Sumber: Analisis Penulis

Air kotor yang dapat diolah kembali dapat dimanfaatkan dalam

penyiraman tanaman. Jenis air buangan yang dapat diolah kembali yaitu

pembuangan air bekas kamar mandi (grey water) dan pembuangan air hujan

(rain water). Untuk jenis air buangan yang tidak dapat diolah lagi menjadi

sesuatu yang tidak bermanfaat, dapat dibuang langsung ke riol kota, atau

disaring terlebih dahulu untuk kemudian dibuang. Bangunan konvesi ini

memanfaatkan sistem pengolahan kembali air buangan.

a. Grey Water System

b. Rain Water System

133

Gambar 4.5. Rain Water System

Sumber: Analisis Penulis

3. Sistem Jaringan Listrik

Berdasarkan hasil analisa, sumber jaringan listrik pada bangunan konvensi

dan ekshibisi yang utama berasal dari PLN, kemudian menggunakan energi

tambahan berupa generator set.

4. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang diterapkan ke dalam bangunan konvensi dan

ekshibisi ini terbagi ke dalam 2 macam pencahayaan, yaitu pencahayaan

alami dan pencahayaan buatan.

a. Alami

Menggunakan cahaya matahari sebagai sumber cahaya utama, dengan

menerapkan beberapa bukaan dinding. Selain itu, pencahayaan alami di

dalam ruang juga dapat diwujudkan melalui perwujudan void yang dapat

diterapkan pada bangunan konvensi, maupun melalui bentukan massa

bangunan yang mendukung pencahayaan ini yang dapat diterpkan pada massa

bangunan ekshibisi atatupun beberapa massa bangunan penunjang.

134

b. Buatan

Pencahayaan ini digunakan pada ruang-ruang yang bersifat privat dan

membutuhkan tingkat privasi yang tinggi, yang berakibat pada kurangnya

bukaan, serta dipergunakan sebagai pencahayaan di malam hari dimana

cahaya matahari sudah tidak tampak. Selain itu, pencahayaan ini juga

diterapkan untuk pencahayaan stage yang berada di dalam ballroom serta

auditorium. Berikut beberapa contoh jenis lampu yang diterapkan untuk

stage.

Tabel 4.6. Jenis Lampu Stage

1) Bohlam

2) Reflektor

3) Floodlight

4) Scooplight

5) Fresnellight

135

6) profilelight

Sumber: http://id.scribd.com/doc/39335116/Tata-Cahaya, diunduh tanggal 08 Januari 2013

5. Sistem Penghawaan

Konsep penghawaan juga menggunakan penghawaan yang berasal

dari sumber alami serta buatan (artificial).

a. Penghawaan Alami

Sama halnya dengan pencahayaan, penghawaan alami dapat diwujudkan

melalui bukaan dinding serta void.

b. Penghawaan Buatan

Diterapkan pada ruang-ruang yang mempunyai tingkar privasi,

konsentrasi, serta keamanan yang tinggi. Di antaranya Ballroom, auditorium,

ruang rapat, ruang administrasi, dan lain sebagainya. Penghawaan buatan

dilakukan dengan Air Conditiong, Kipas Angin, serta exhaust fan tergantung

dari kebutuhan masing-masing ruang.

6. Sistem Fire-protection

Sistem pencegah kebakaran di bangunan konvensi dan ekshibisi ini

menggunakan sistem proteksi aktif, misalnya fire extinguisher, hydrant,

detektor asap, fire alarm. Untuk hydrant, sumber air berasal dari PDAM serta

olahan air buangan.

7. Sistem Akustik

Sistem akustik ruangan untuk ruang-ruang kegiatan utama, digunakan

dengan langkah menaikan lantai bagian depan (panggung), lantai yang

136

miring, sumber bunyi dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi,

memberikan bahan penyerap suara untuk menghilangkan cacat bunyi.

8. Sistem Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah disediakan 2 kotak sampah yang berbeda dengan

tujuan untuk memisahkan jenis-jenis sampah menjadi organik serta non

organik agar memudahkan untuk proses daur ulang sampah.

Diagram 4.2. Diagram Skema Pembuangan Sampah

Sumber:Analisis Penulis

4.2.5. Konsep Vegetasi

1. Vegetasi sebagai barrier/ filter kebisingan

Gambar 4.6. Vegetasi sebagai barrier kebisingan

Sumber:Analisis Penulis

137

2. Vegetasi sebagai pengarah sirkulasi

Gambar 4.7. Vegetasi sebagai pengarah sirkulasi

Sumber:Analisis Penulis

3. Vegetasi sebagai peneduh

Gambar 4.8. Vegetasi sebagai peneduh

Sumber:Analisis Penulis

4. Vegetasi sebagai elemen estetika

Gambar 4.9. Vegetasi sebagai elemen estetika

Sumber:Analisis Penulis

138

5. Vegetasi sebagai ruang terbuka hijau

Dalam ekologis, ruang terbuka hijau dapat bermanfaat untuk

menurunkan tingkat pencemaran udara serta meningkatkan

kandungan air tanah.

Gambar 4.10. Vegetasi sebagai RTH

Sumber:Analisis Penulis

6. Vegetasi sebagai atap

Dapat diterapkan melalui 2 cara yaitu melalui perwujudan rooftop

terrace ataupun green roof.

Gambar 4.11. Vegetasi sebagai atap

Sumber:Analisis Penulis

4.2.6. Konsep Tata Parkir

Untuk parkir terdapat 2 alternatif utama, yaitu beberapa

memanfaatkan dan mengolah kembali lahan parkir kawasan Sriwedari yang

sudah ada sehingga didapatkan satu kesatuan bahwa gedung konvensi dan

ekshibisi ini merupakan salah satu bagian dari Sriwedari yang saling

berhubungan, serta parkir yang terletak di tapak bangunan itu sendiri untuk

memudahkan sirkulas i pengunjung konvensi. Kemudian disediakan pula

139

space parkir bagi difable. Tata parkir menggunakan pola parkir menyudut

yang mempunyai ruang parkir yang lebih efektif.

Gambar 4.12. Konsep Tata Parkir

Sumber:Analisis Penulis