bab iv konsep perencaaan dan...
TRANSCRIPT
117
BAB IV
KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN
4.1 Konsep Makro
Konsep makro perancangan gedung konser/Concert Hall Institut
Wesley Jakarta ini merupakan sebuah solusi pemecahan masalah yang
merupakan sebuah pertanyaan dari latar belakang yang telah ada. Solusi
ini kemudian timbul sebagai sebuah gagasan besar yang mengarungi solusi
setiap masalah yang ada sehingga menjadi suatu take line dalam
merancang gedung konser ini. Dari masalah-masalah yang timbul, maka
konsep yang akan dibangun adalah Connect Space And Activity.
Gambar 4. 1 Diagram Konsep Makro
Sumber : Analisis Penulis
Konsep makro yang ada memiliki dua kebutuhan yaitu untuk
memenuhi kebutuhan dalam yaitu pihak Institut Wesley Jakarta dan
kebutuhan luar yaitu masyarakat luar. Dari dua kebutuhan ini maka
timbulah sebuah pendekatan fleksibilitas ruang, karena ruang dalam
gedung konser khususnya ruang auditorium nantinya akan dibuat untuk
118
berbagai jenis konser, yang mana membutuhkan sebuah fleksibilitas agar
memudahkan perubahan suatu ruang tanpa mengurangi kualitasnya.
4.2 Konsep Messo
Konsep messo merupakan konsep yang merupakan sebuah pecahan
dari konsep makro yang mana lebih mengarah ke level skala kawasan.
Konsep messo pada perancangan gedung konser ini dibagi menjadi tiga
yaitu gedung konser yang mampu menjadi landmark di kawasan yang akan
berkembang ini, menjadi fasilitas publik yang saling bersinergi dengan
kawasan sekitar, dan berdampak baik terhadap kawasan sekita gedung
konser. Konsep messo ini nantinya akan dibagi menjadi konsep-konsep
mikro yang dapat mendukung bangunan untuk menjawab permasalahan-
permasalahan sekitar ke dalam wujud desain.
Gambar 4. 2 Diagram Konsep Messo
Sumber : Analisis Penulis
4.3 Konsep Mikro
Konsep mikro merupakan perwujudan dari konsep makro yang
mana dibagi menjadi konsep-konsep seperti konsep tata ruang dalam,
konsep tapak, konsep bangunan, konsep ruang pertunjukan, konsep
pencahayaan, konsep tata suara, serta konsep utilitas yang lain.
119
4.3.1 Konsep Tata Ruang dalam
4.3.1.1 Jenis Ruang
Jenis ruang pada gedung konser ini dibagi menjadi 5 yaitu
ruang publik, ruang pertunjukkan, ruang pertunjukkan, ruang
pemain, ruang pendukung, serta ruang servis.
Tabel 4. 1 Jenis Ruang
Jenis Ruang Kebutuhan ruang
Foyer
Lobby
Exhibition
Ruang Publik Hall
R.Telepon
R.Tiket
Ruang Pertunjukan
Panggung
Persiapan
R.Kontrol
Instrument
Storage
R. Penonton
Manager
Ruang Persiapan
Ruang Pemain
Ruang Make Up
Ruang Istirahat
Ruang Pakaian
Ruang Latihan
Toilet
Bantuan Darurat
R.Keamanan
Ruang Pendukung Restoran
Shop Area
Cafetaria
R. Meeting
Bengkel Kerja
R. Pengelola Umum
120
Ruang Service R. Pengelola Khusus
Loading Area
R. Penerima
R. Istirahat
R. Karyawan
Storage
Toilet Sumber : Analisis Penulis
4.3.1.2 Organisasi Ruang
Organisasi ruang di dalam gedung konser ini di susun
mengenai pengelompokan ruang berdasarkan jenisnya kemudian
dilihat bagaimana alurnya ke setiap ruang yang lain. Organisasi
ruang dalam gedung konser ini dibagi menjadi dua yaitu organisasi
ruang horizontal dan organisasi ruang vertikal.
(a)
(b)
Gambar 4. 3 (a) Organisasi Ruang Horizontal (b) Organisasi Ruang Vertikal
Sumber : Analisis Penulis
121
4.3.1.3 Pola Hubungan Dan Sirkulasi Antar Ruang
Pada sirkulasi ruang ini dibedakan antara setiap ruang serta
jalur pengelola, performer, serta pengunjung. Alur dari pengelola,
performer serta pengunjung memiliki jalan yang berbeda.
Sedangkan untuk pola hubungan ruang sendiri sudah dibagi
menjadi lima jenis ruang kemudian dibedakan statusnya apakah
jauh atau dekat, serta langsung atau tidak langsug.
Gambar 4. 4 Pola Hubungan Antar Ruang
Sumber : Analisis Penulis
122
Gambar 4. 5 Sirkulasi Ruang Pengunjung
Sumber : Analisis Penulis
Gambar 4. 6 Sirkulasi Pengelola
Sumber : Analisis Penulis
Gambar 4. 7 Sirkulasi Pemain
Sumber : Analisis Penulis
Selain mengetahui sirkulasi dari pengelola, pengunjung serta
pemain kita juga harus mengetahui hubungan ruang dari yang
dilewati mereka berikut pola hubungan ruang.
123
4.3.1.4 Besaran Ruang
Tiap-tiap ruang di dalam gedung konser memiliki luasan ruang
masing-masing. Luasan tiap ruang disesuaikan dengan jumlah
pelaku pada setiap ruangan tersebut ketika kegiatan di dalamnya
sedang berjalan. Dan setiap orang memiliki rasio jumlah standar
luasan masing-masing. Jadi jumlah pelaku satndar dalam suatu
ruang dikalikan dengan standar luasan setiap orang akan
menghasilkan luasan ruang yang dibutuhkan.
Tabel 4. 2 Besaran Ruang
Ruang Jumlah Pelaku Standar (m2) Luas (m
2)
Ruang Publik
Foyer 250 0.5/orang 125
Lobby 250 0.5/orang 125
Café 200 0.5/orang 100
Shop Area 100 0.5/orang 50
Ticket 5 1,2/orang 6
Exhibition Hall 250 0.5/orang 125
Toilet 15 2.25/orang 33.75
Sub Total 564.75
Sirkulasi 20% 112.95
Total 677.6
Ruang Pertunjukan
Panggung 1 30 2.25/orang 67.5
Panggung 2 20 2.25/orang 45
R. Penonton 1 300 0.6/orang 180
R.Penonton 2 500 0.6/orang 300
R. Persiapan 1 30 0.65/ruang 19.5
R. Persiapan 2 20 0.65/ruang 13
R. Kontrol Sound/
Lighting 8 2.25/ruang 18
Ruang Penyimpanan
instrumen 100
Ruang Gudang
Panggung 100
Ruang Manager 8 0.65/ruang 5.2
Sub Total 848.2
Sirkulasi 20% 169.64
124
Total 1017.84
Ruang Pemain
R. Penerima 80 2.25/orang 180
R. Persiapan 80 2.25/orang 180
R. Make Up 80 2.25/orang 180
R. Istirahat 80 1/orang 80
R. Pakaian 80 2.25/orang 180
R. Latihan 80 2.25/orang 180
Toilet 10 2.25/orang 22,5
Sub Total 1002.5
Sirkulasi 20% 200.5
Total 1203
Ruang Service
R. Meeting 8 2/orang 16
Workshop 15 2/orang 30
Dapur 30 2/orang 60
R. Pengelola Umum 8 2/orang 16
R. Pengelola Khusus 8 2/orang 16
Loading Area 32 32
R. Penerima 100 100
R. Istirahat Karyawan 40 1/orang 40
Gudang 200 200
Toilet 10 2.25/orang 22.5
AHU dan ME 300 300
Sub Total 832.5
Sirkulasi 20% 166.5
Total 999
Parkir
Parkir Pengelola 4 Mobil 12.5/Mobil 50
20 Roda Dua 1.6/Motor 32
Parkir Pengunjung 3 Bus 28/Bus 84
150 12.5/Mobil 1875
200 1.6/Motor 320
Sub Total 2361
Sirkulasi 20% 472.2
Total 2833.2 Sumber : Analisis Penulis
125
4.3.2 Konsep Tapak
Konsep tapak ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu penzoningan
bangunan, sirkulasi, tata parkir, dan vegetasi.
a. Zoning bangunan
Zoning bangunan pada gedung konser dibagi menjadi tiga
yaitu zona publik, semi publik dan zona privat pada zonasi ini
menyesuaikan kepada zona kebisingan serta view yang berada di
sekitar site. Selain itu penzoningan berguna untuk peletakan jenis-
jenis ruang yang akan ditempatkan di gedung konser.
Gambar 4. 8 Penzoningan Bangunan
Sumber : Analisis Penulis
b. Tata Massa
Dalam menentukan pola tata massa yang cocok yang pertama
kali dilkukan ialah pembagian grid vertikal, horizontal dan
diagonal. Grid dibuat disesuaikan dengan arah bangunan eksisting
di sekitar kawasan sehingga dengan menentukan grid maka akan
126
didapatkan konfigurasi massa yang sesuai. Pola tata massa masih
disesuaikan dengan zonasi publik, semi publik serta privat.
Gambar 4. 9 Pembuatan Grid Bangunan
Sumber : Analisis Penulis
Grid sejajar dan tegak lurus dibuat dengan membagi tapak
menjadi empat bagian. Kemudian setelah membaginya menjadi
empat barulah dibuat garis diagonal yang mana mengarah ke
eksisting sekitar. Dengan konfigurasi seperti itu tata massa yang
dibentuk bisa membuat beberapa alternatif. Tata massa yang dibuat
ada dua yaitu :
1. Alternatif satu
Alternatif satu ini terbentuk dari tiga konfigurasi massa
dibagi pada zona yang mengarah ke arah publik atau utara,
zona yang mengarah ke lahan kosong atau selatan, serta zona
penghubung diantara keduanya.
127
Gambar 4. 10 Pembagian Massa
Sumber : Analisis Penulis
Gambar 4. 11 Zonasi Massa
Sumber : Analisis Penulis
Pada zona yang mengarah ke Boulevard zona Lobi dan
zozna Komersil di taruh di dekatnya, sedangkan untuk zona
Auditorium berada ditengah karena bersifat semi publik. Untuk
zona privat berada di bagan selatan yaitu zona servis dan MEP,
serta zona kantor dan manajerial. Auditorium dibuat mengarah
ke arah lahan yang kosong dan dibuat jauh dari jalan agar
menghindari kebisingan..
2. Alternatif dua
Alternatif dua ini terbentuk dari konfigurasi dua massa yang
dibagi pada bagian utara yang lebih publik serta bagian selatan
yang bersifat privat.
128
Gambar 4. 12 Pembagian Massa
Sumber : Analisis Penulis
Gambar 4. 13 Zonasi Massa
Sumber : Analisis Penulis
Pada zonasi nya disebut kurang ideal tetapi cukup bisa
untuk dibuat dimana pada massa yang mengarah ke lahan
kosong dijadikan auditorium. Sedangkan untuk massa yang
mengarah ke publik dijadikan zona komersil dan lobi. Untuk
zona servis, zona MEP serta zona manajerial saling berdekatan.
c. Pola Sirkulasi
Pola sirkulasi dari bangunan gedung konser dibedakan menjadi
dua pada bagian utara untuk sirkulasi kendaraan pengunjung.
Untuk bagian selatan untuk sirkulasi pengelola serta artis.
129
Gambar 4. 14 Sirkulasi
Sumber : Analisis Penulis
d. Pola Parkir Dan Vegetasi
Pola Parkir dari gedung ini terbagi menjadi dua disesuaikan
dengan sirkulasi kendaraan pengunjung atau pengelola. Bisa dilihat
bahwa bagian utara untuk parkir pengunjung. Untuk bagian selatan
digunakan untuk parkir pengelola. Untuk vegetasi ditempatkan
pada parkir-parkir serta pada jalan yang mengarah ke entrance
utama. Vegetasi selain berfungsi sebagai penghijauan juga sebagai
penghalang dari kebisingan dari luar.
Gambar 4. 15 Pola Parkir Dan Vegetasi
Sumber : Analisis Penulis
4.3.3 Konsep Bangunan
a. Penampilan Bangunan
130
Untuk penampilan bangunan dibedakan menjadi beberapa
bagian untuk bagian utara yang mengarah ke publik menggunakan
fasad bangunan yang menonjol dengan menggunakan garis-garis
dan bagian bawahnya menggunakan kaca karena berfungsi sebagai
zona komersil. Untuk bagian tengahnya menggunakan konkret
yang dipadukan dengan kayu sebagai fasad untuk menambah
estetika bangunan selain itu kayu juga berfungsi untuk meredam
suara. dan bagian bawahnya menggunakan bahan-bahan yang
bersifat fleksibel yang mana dapa dibuka dan ditutup sesuai
kebutuhan. Untuk bagian utara menggunakan material konkrit serta
dipadukan dengan material-material batu-batu alami.
Gambar 4. 16 Penampilan Bangunan
Sumber : Analisis Penulis
b. Gubahan Massa
Untuk gubahan massa karena terdapat dua alternatif denah
massa maka akan dibuat dua gubahan massa sesuai dengan
denahnya. Untuk gubahan massa pertama bagian ruang auditorium
131
ditinggikan kemudian untuk zona yang lain di turunkan. Kelebihan
dari massa ini pengaturan ruang lebih baik, begitu pula dengan
pemenuhan kebutuhan ruangnya, tetapi massa lebih kompleks.
Gambar 4. 17 Gubahan Massa Alternatif 1
Sumber : Analisis Penulis
Untuk gubahan massa kedua, massa bagian auditorium lebih
ditinggikan. Kelebihannya ialah massa yang lebih simpel dan alur
sirkulasi yang lebih enak. Sedangkan untuk kekurangannya ialah
bangunan terlihat lebih sempit sehingga pemenuhan kebutuhan
ruang terbatas.
132
Gambar 4. 18 Gubahan Massa Alternatif 2
Sumber : Analisis Penulis
4.3.4 Konsep Fleksibilitas Ruang Pada Ruang Pertunjukan
Konsep fleksibilitas ruang yang akan dibuat ialah pembagian dua
ruang pertunjukan yang mana memiliki sifat yang berbeda yaitu jenis
akustik dan yang berjenis Concert Band. Dua ruangan ini dibedakan
menjadi dua wilayah yang mana dibagian tengahnya terdapat ruang yang
mengapitnya sehingga tidak terjadi kebocoran suara maupun mengurangi
getaran yang ada. Ruang konser yang bersifat akustik berkapasitas
maksimal 300 orang dengan kemampuan fleksibilitas yang rendah karena
diperlukan suatu ruang yang sangat steril terhadap bunyi dari luar.
Sedangkan untuk ruang konser/pertunjukan yang kedua lebih bersifat
fleksibel dengan menggunakan sistem tata suara speaker. Dan lay-out
ruang bisa dirubah sesuai dengan kebutuhan, baik panggung, pola kursinya
serta dindingnya. Dua ruang konser ini nantinya akan dipisahkan secara
vertikal ataupun secara horizontal.
133
Gambar 4. 19 Denah Konsep Ruang Pertunjukan
Sumber : Analisis Penulis
Pada gambar bisa dilihat bahwa terdapat dua ruang pertunjukan yang
mana di lantai 1 lebih bersifat fleksibel dimana ruang sekelilingnya
ditutupi oleh movable wall dan didepannya terdapat ruang publik dan
ruang pengunjung, serta dibagian belakangnya ialah ruang servis dan
ruang pemain. Sedangkan di lantai 2 ruang pertunjukan berjenis akustik
dan memiliki tingkat fleksibilitas yang rendah. Kemudian dibagian
depannya terdapat ruang publik untuk para pengunjung.
Gambar 4. 20 Potongan Konsep Ruang Pertunjukan
Sumber : Analisis Penulis
134
Pada gambar potongan bisa dilihat bahwa ruang servis serta ruang
pemain diletakan tegak lurus dengan ruang pertunjukan 1 dan 2. Ini tentu
saja akan memudahkan sirkulasi bagi pemain serta bagi pengelola untuk
masuk ke ruang pertunjukan. Sedangkan pengunjung hanya bisa
mengakses ruang pertunjukan melalui ruang yang bersifat publik. Untuk
mengatur tidak masuknya kebocoran suara serta getaran suara, maka
ruangan dipisah secara vertikal, kemudian diberi dilatasi agar getaran
berkurang.
Gambar 4. 21 Potongan Dilatasi Ruang Pertunjukan
Sumber : Analisis Penulis
Pada ruang pertnjukan 1 yang lebih bersifat fleksibel, lay-out ruang
pertunjukan ini bisa dirubah-rubah dengan menggunakan bantuan sistem-
sistem fleksibilitas seperti movable wall, reattracrable seating system,
movable stage, serta flexible acoustic material.
Gambar 4. 22 Perubahan Lay-out Ruang Pertunjukan 1
Sumber : Analisis Penulis
135
Selain itu ruang pertunjukan yang bersifat tertutup ini bisa dibuka
sehingga menyatu dengan ruang publik. Penyatuan ruang publik dengan
ruang konser ini digunakan sesuai kebutuhan pengguna. Penyatuan ruang
ini ada yang bersifat masih dalam satu bangunan hingga sampai keluar
bangunan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.23 dan 4.24.
Gambar 4. 23 Lay-out Ruang Pertunjukan Terbuka Di Dalam Bangunan
Sumber : Analisis Penulis
Gambar 4. 24 Lay-out Ruang Pertunjukan Terbuka Di Luar Bangunan
Sumber : Analisis Penulis
136
4.3.5 Konsep Sistem Tata Suara
Konsep sistem tata suara pada gedung konser ini menggunakan sistem
pengeras bunyi serta sistem akustik dengan memanfaatkan penggunaan
elemen bangunan. Untuk ruang konser pertama lebih banyak
menggunakan elemen bangunan sedangkan untuk ruang konser kedua
lebih banyak menggunakan sistem penguat suara. Untuk ruang konser
pertama walaupun sistem fleksibilitasnya rendah namun ada sistem
fleksibilitas yang bisa diterapakan didalamnya yaitu sistem fleksibel
acoustic materil. Dengan sistem ini maka pantulan suara dan penyerapan
suara bisa dikontrol. Selain itu langit-langitnya bisa menggunakan langit-
langit yang tidak teratur sehingga bunyi bisa maksimal tanpa pengeras
suara.
Gambar 4. 25 Sistem Suara
Sumber : Analisis Penulis
Konsep sistem tata suara pada ruang konser kedua relatif lebih
fleksibel dengan bisa menggunakan sistem pengeras suara. Selain itu
sistem pengeras suara ini dibagi menjadi dua yaitu sitem pengeras suara
low-frequency serta hi-frequency.
137
Gambar 4. 26 Gubahan Sistem Suara low-frequency
Sumber : Analisis Penulis
Gambar 4. 27 Sistem Suara hi-frequency
Sumber : Analisis Penulis
4.3.6 Konsep Sistem Pencahayaan
Konsep sistem pencahayaan pada gedung konser ada dua yakni
menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan
Pencahayaan Alami
Diatur agar cahayanya tidak menimbulkan silau, bayangan
ataupun panas sari matahari.
Bukaan ditentukan apakah permanen atau sewaktu-waktu dapat
ditutup kembali.
Pencahayaan Buatan
138
Lebih banyak digunakan di ruang konser karena performa
sistem pencahayaan pada ruang konser sangat diperhatikan.
Menggunakan sistem performance lighting, auditorium lighting,
emergency lighting, cue lights, dan blue lights.
Performance lighting merupakan pencahayaan dengan intensitas
tertinggi karena pencahayaan terbanyak harus mengarah ke arah
performer.
Gambar 4. 28 Sistem Pencahayaan
Sumber : Analisis Penulis
4.3.7 Konsep Sistem Pengendalian Kebisingan Suara
Konsep sistem pengendalian kebisingan suara ini adalah dengan
menggunakan metode-metode diman ruang yang membutuhkan akustik
yang baik yaitu ruang konser tidak terganggun oleh kebisingan dari luar,
seperti kendaraan maupun masyarakat sekitarnya. Sistem ini bisa
digunakan dengan menambhakan vegetasi pada luar bangunan yang
berfungsi mengurangi bunyi dari luar bangunan serta menggunakan bahan
kedap suara pada bangunan dan pelapis ruang konser.
139
Gambar 4. 29 Sistem Pengendlian Kebisingan
Sumber : Analisis Penulis
4.3.8 Konsep Sistem Penghawaan
Sistem Penghawaan pada ruang auditorium ada yang menggunakan
AC Central dan AC Unit. Bedanya jika AC Unit digunakan di ruang-ruang
yang lebih kecil seperti ruang instrumen dan kontrol, maka AC Central
digunakan di ruang pertunjukkannya karena berskala besar. Selain itu
untuk ruang yang bersifat publik bisa menggunakan penghawaan alami.
Gambar 4. 30 Skema Distribusi AC Central
Sumber : Analisis Penulis
Gambar 4. 31 Sistem Penghawaan
Sumber : Analisis Penulis
140
4.3.9 Konsep Sistem Struktur
Sistem struktur yang digunakan menggunakan sistem yang
fleksibilitas. Struktur atap menggunakan struktur bentang panjang. Selain
itu penggunaan Struktur bangunan menggunakan struktur beton. Struktur
ini kemudian dikombinasikan dengan material alami serta material kedap
suara sehingga terdapat struktur utama dan struktur pendukung untuk
menyiasati kebisingan ruang serta tidak merusak lingkungan.
Gambar 4. 32 Material Batu Alami
Sumber : Analisis Penulis
4.3.10 Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PDAM dan
sumur pompa untuk mengantisipasi kekeurangan kebutuhan air bersih.
Pompa air berukuran besar diperlukan untuk memompa air dari sumur
dalam volume yang besar dalam waktu yang singkat.
4.3.11 Sistem Penyediaan Air Kotor
Sistem pembuangan air kotor menggunakan sistem konvensional
yakni dengan memisahkan saluran buangan yang akan berakhir di sumur
peresapan.
141
4.3.12 Sistem Suplai Energi
Sistem kelistrikan menggunakan 2 sistem, yakni sistem dari PLN dan
sistem Generator. Sistem PLN digunakan pada tidak saat pertunjukan
karena kebutuhan dayanya relatif kecil, sedangkan sistem generator
digunakan hanya pada saat pertunjukan karena pada saat pertunjukan
diperlukan daya listrik yang besar, stabil dan konstan, selain itu generator
juga digunakan saat aliran listrik dari PLN mengalami gangguan. Jadi bisa
dibilang generator menjadi smuber utama dalam penyelenggaraan
pertunjukan sedang berlangsung.
4.3.13 Sistem Pencegah Bahaya Kebakaran
Pemasangan diutamakan pada tempat yang rawan dan mudah terbakar
seperti gudang, bengkel dan panggung. Khusus pada panggung, alat
pencegah bahaya kebakaran diletakan secara tersembunyi agar tidak
mengganggu panggung dari sisi fungsional maupun visual namun masih
menjamin kinerja, dan keamanan pencegah bahaya kebakaran ini. Alat-alat
pemadam ini diantaranya adalah
1. Detektor asap.
2. Detektor api.
3. Detector Panas (disesuaikan dengan ruangan dan fungsinya).
4. Sprinkler.
5. Hydrant, hidran halaman dengan 60 meter.
6. Tangga darurat.
7. Sistem alarm.
4.3.14 Sistem Komunikasi Dan Pengendalian Udara
Sistem komunikasi menggunakan intercom dan alat komunikasi radio
yang diletakkan pada posisi tersebar. Sistem pengkondisian udara
menggunakan pengkondisian buatan dengan sistem terpusat dengan tujuan
142
agar sistem pendinginan dapat merata efisien, serta mudah dalam
perawatan, operasional dan instalasinya. Sistem pengkondisian udara ini
harus sanggup mensirkulasi udara didalam gedung pertunjukan yang
mempunyai volume yang besar. Sistem pengkondisian ini umumnya
terdapat sistem cadangan untuk mengantisipasi jika nantinya terjadi
kerusakan pada sistem utama.