bab iv konsep perencaaan dan...

26
117 BAB IV KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN 4.1 Konsep Makro Konsep makro perancangan gedung konser/Concert Hall Institut Wesley Jakarta ini merupakan sebuah solusi pemecahan masalah yang merupakan sebuah pertanyaan dari latar belakang yang telah ada. Solusi ini kemudian timbul sebagai sebuah gagasan besar yang mengarungi solusi setiap masalah yang ada sehingga menjadi suatu take line dalam merancang gedung konser ini. Dari masalah-masalah yang timbul, maka konsep yang akan dibangun adalah Connect Space And Activity. Gambar 4. 1 Diagram Konsep Makro Sumber : Analisis Penulis Konsep makro yang ada memiliki dua kebutuhan yaitu untuk memenuhi kebutuhan dalam yaitu pihak Institut Wesley Jakarta dan kebutuhan luar yaitu masyarakat luar. Dari dua kebutuhan ini maka timbulah sebuah pendekatan fleksibilitas ruang, karena ruang dalam gedung konser khususnya ruang auditorium nantinya akan dibuat untuk

Upload: hoangminh

Post on 15-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

117

BAB IV

KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN

4.1 Konsep Makro

Konsep makro perancangan gedung konser/Concert Hall Institut

Wesley Jakarta ini merupakan sebuah solusi pemecahan masalah yang

merupakan sebuah pertanyaan dari latar belakang yang telah ada. Solusi

ini kemudian timbul sebagai sebuah gagasan besar yang mengarungi solusi

setiap masalah yang ada sehingga menjadi suatu take line dalam

merancang gedung konser ini. Dari masalah-masalah yang timbul, maka

konsep yang akan dibangun adalah Connect Space And Activity.

Gambar 4. 1 Diagram Konsep Makro

Sumber : Analisis Penulis

Konsep makro yang ada memiliki dua kebutuhan yaitu untuk

memenuhi kebutuhan dalam yaitu pihak Institut Wesley Jakarta dan

kebutuhan luar yaitu masyarakat luar. Dari dua kebutuhan ini maka

timbulah sebuah pendekatan fleksibilitas ruang, karena ruang dalam

gedung konser khususnya ruang auditorium nantinya akan dibuat untuk

118

berbagai jenis konser, yang mana membutuhkan sebuah fleksibilitas agar

memudahkan perubahan suatu ruang tanpa mengurangi kualitasnya.

4.2 Konsep Messo

Konsep messo merupakan konsep yang merupakan sebuah pecahan

dari konsep makro yang mana lebih mengarah ke level skala kawasan.

Konsep messo pada perancangan gedung konser ini dibagi menjadi tiga

yaitu gedung konser yang mampu menjadi landmark di kawasan yang akan

berkembang ini, menjadi fasilitas publik yang saling bersinergi dengan

kawasan sekitar, dan berdampak baik terhadap kawasan sekita gedung

konser. Konsep messo ini nantinya akan dibagi menjadi konsep-konsep

mikro yang dapat mendukung bangunan untuk menjawab permasalahan-

permasalahan sekitar ke dalam wujud desain.

Gambar 4. 2 Diagram Konsep Messo

Sumber : Analisis Penulis

4.3 Konsep Mikro

Konsep mikro merupakan perwujudan dari konsep makro yang

mana dibagi menjadi konsep-konsep seperti konsep tata ruang dalam,

konsep tapak, konsep bangunan, konsep ruang pertunjukan, konsep

pencahayaan, konsep tata suara, serta konsep utilitas yang lain.

119

4.3.1 Konsep Tata Ruang dalam

4.3.1.1 Jenis Ruang

Jenis ruang pada gedung konser ini dibagi menjadi 5 yaitu

ruang publik, ruang pertunjukkan, ruang pertunjukkan, ruang

pemain, ruang pendukung, serta ruang servis.

Tabel 4. 1 Jenis Ruang

Jenis Ruang Kebutuhan ruang

Foyer

Lobby

Exhibition

Ruang Publik Hall

R.Telepon

R.Tiket

Ruang Pertunjukan

Panggung

Persiapan

R.Kontrol

Instrument

Storage

R. Penonton

Manager

Ruang Persiapan

Ruang Pemain

Ruang Make Up

Ruang Istirahat

Ruang Pakaian

Ruang Latihan

Toilet

Bantuan Darurat

R.Keamanan

Ruang Pendukung Restoran

Shop Area

Cafetaria

R. Meeting

Bengkel Kerja

R. Pengelola Umum

120

Ruang Service R. Pengelola Khusus

Loading Area

R. Penerima

R. Istirahat

R. Karyawan

Storage

Toilet Sumber : Analisis Penulis

4.3.1.2 Organisasi Ruang

Organisasi ruang di dalam gedung konser ini di susun

mengenai pengelompokan ruang berdasarkan jenisnya kemudian

dilihat bagaimana alurnya ke setiap ruang yang lain. Organisasi

ruang dalam gedung konser ini dibagi menjadi dua yaitu organisasi

ruang horizontal dan organisasi ruang vertikal.

(a)

(b)

Gambar 4. 3 (a) Organisasi Ruang Horizontal (b) Organisasi Ruang Vertikal

Sumber : Analisis Penulis

121

4.3.1.3 Pola Hubungan Dan Sirkulasi Antar Ruang

Pada sirkulasi ruang ini dibedakan antara setiap ruang serta

jalur pengelola, performer, serta pengunjung. Alur dari pengelola,

performer serta pengunjung memiliki jalan yang berbeda.

Sedangkan untuk pola hubungan ruang sendiri sudah dibagi

menjadi lima jenis ruang kemudian dibedakan statusnya apakah

jauh atau dekat, serta langsung atau tidak langsug.

Gambar 4. 4 Pola Hubungan Antar Ruang

Sumber : Analisis Penulis

122

Gambar 4. 5 Sirkulasi Ruang Pengunjung

Sumber : Analisis Penulis

Gambar 4. 6 Sirkulasi Pengelola

Sumber : Analisis Penulis

Gambar 4. 7 Sirkulasi Pemain

Sumber : Analisis Penulis

Selain mengetahui sirkulasi dari pengelola, pengunjung serta

pemain kita juga harus mengetahui hubungan ruang dari yang

dilewati mereka berikut pola hubungan ruang.

123

4.3.1.4 Besaran Ruang

Tiap-tiap ruang di dalam gedung konser memiliki luasan ruang

masing-masing. Luasan tiap ruang disesuaikan dengan jumlah

pelaku pada setiap ruangan tersebut ketika kegiatan di dalamnya

sedang berjalan. Dan setiap orang memiliki rasio jumlah standar

luasan masing-masing. Jadi jumlah pelaku satndar dalam suatu

ruang dikalikan dengan standar luasan setiap orang akan

menghasilkan luasan ruang yang dibutuhkan.

Tabel 4. 2 Besaran Ruang

Ruang Jumlah Pelaku Standar (m2) Luas (m

2)

Ruang Publik

Foyer 250 0.5/orang 125

Lobby 250 0.5/orang 125

Café 200 0.5/orang 100

Shop Area 100 0.5/orang 50

Ticket 5 1,2/orang 6

Exhibition Hall 250 0.5/orang 125

Toilet 15 2.25/orang 33.75

Sub Total 564.75

Sirkulasi 20% 112.95

Total 677.6

Ruang Pertunjukan

Panggung 1 30 2.25/orang 67.5

Panggung 2 20 2.25/orang 45

R. Penonton 1 300 0.6/orang 180

R.Penonton 2 500 0.6/orang 300

R. Persiapan 1 30 0.65/ruang 19.5

R. Persiapan 2 20 0.65/ruang 13

R. Kontrol Sound/

Lighting 8 2.25/ruang 18

Ruang Penyimpanan

instrumen 100

Ruang Gudang

Panggung 100

Ruang Manager 8 0.65/ruang 5.2

Sub Total 848.2

Sirkulasi 20% 169.64

124

Total 1017.84

Ruang Pemain

R. Penerima 80 2.25/orang 180

R. Persiapan 80 2.25/orang 180

R. Make Up 80 2.25/orang 180

R. Istirahat 80 1/orang 80

R. Pakaian 80 2.25/orang 180

R. Latihan 80 2.25/orang 180

Toilet 10 2.25/orang 22,5

Sub Total 1002.5

Sirkulasi 20% 200.5

Total 1203

Ruang Service

R. Meeting 8 2/orang 16

Workshop 15 2/orang 30

Dapur 30 2/orang 60

R. Pengelola Umum 8 2/orang 16

R. Pengelola Khusus 8 2/orang 16

Loading Area 32 32

R. Penerima 100 100

R. Istirahat Karyawan 40 1/orang 40

Gudang 200 200

Toilet 10 2.25/orang 22.5

AHU dan ME 300 300

Sub Total 832.5

Sirkulasi 20% 166.5

Total 999

Parkir

Parkir Pengelola 4 Mobil 12.5/Mobil 50

20 Roda Dua 1.6/Motor 32

Parkir Pengunjung 3 Bus 28/Bus 84

150 12.5/Mobil 1875

200 1.6/Motor 320

Sub Total 2361

Sirkulasi 20% 472.2

Total 2833.2 Sumber : Analisis Penulis

125

4.3.2 Konsep Tapak

Konsep tapak ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu penzoningan

bangunan, sirkulasi, tata parkir, dan vegetasi.

a. Zoning bangunan

Zoning bangunan pada gedung konser dibagi menjadi tiga

yaitu zona publik, semi publik dan zona privat pada zonasi ini

menyesuaikan kepada zona kebisingan serta view yang berada di

sekitar site. Selain itu penzoningan berguna untuk peletakan jenis-

jenis ruang yang akan ditempatkan di gedung konser.

Gambar 4. 8 Penzoningan Bangunan

Sumber : Analisis Penulis

b. Tata Massa

Dalam menentukan pola tata massa yang cocok yang pertama

kali dilkukan ialah pembagian grid vertikal, horizontal dan

diagonal. Grid dibuat disesuaikan dengan arah bangunan eksisting

di sekitar kawasan sehingga dengan menentukan grid maka akan

126

didapatkan konfigurasi massa yang sesuai. Pola tata massa masih

disesuaikan dengan zonasi publik, semi publik serta privat.

Gambar 4. 9 Pembuatan Grid Bangunan

Sumber : Analisis Penulis

Grid sejajar dan tegak lurus dibuat dengan membagi tapak

menjadi empat bagian. Kemudian setelah membaginya menjadi

empat barulah dibuat garis diagonal yang mana mengarah ke

eksisting sekitar. Dengan konfigurasi seperti itu tata massa yang

dibentuk bisa membuat beberapa alternatif. Tata massa yang dibuat

ada dua yaitu :

1. Alternatif satu

Alternatif satu ini terbentuk dari tiga konfigurasi massa

dibagi pada zona yang mengarah ke arah publik atau utara,

zona yang mengarah ke lahan kosong atau selatan, serta zona

penghubung diantara keduanya.

127

Gambar 4. 10 Pembagian Massa

Sumber : Analisis Penulis

Gambar 4. 11 Zonasi Massa

Sumber : Analisis Penulis

Pada zona yang mengarah ke Boulevard zona Lobi dan

zozna Komersil di taruh di dekatnya, sedangkan untuk zona

Auditorium berada ditengah karena bersifat semi publik. Untuk

zona privat berada di bagan selatan yaitu zona servis dan MEP,

serta zona kantor dan manajerial. Auditorium dibuat mengarah

ke arah lahan yang kosong dan dibuat jauh dari jalan agar

menghindari kebisingan..

2. Alternatif dua

Alternatif dua ini terbentuk dari konfigurasi dua massa yang

dibagi pada bagian utara yang lebih publik serta bagian selatan

yang bersifat privat.

128

Gambar 4. 12 Pembagian Massa

Sumber : Analisis Penulis

Gambar 4. 13 Zonasi Massa

Sumber : Analisis Penulis

Pada zonasi nya disebut kurang ideal tetapi cukup bisa

untuk dibuat dimana pada massa yang mengarah ke lahan

kosong dijadikan auditorium. Sedangkan untuk massa yang

mengarah ke publik dijadikan zona komersil dan lobi. Untuk

zona servis, zona MEP serta zona manajerial saling berdekatan.

c. Pola Sirkulasi

Pola sirkulasi dari bangunan gedung konser dibedakan menjadi

dua pada bagian utara untuk sirkulasi kendaraan pengunjung.

Untuk bagian selatan untuk sirkulasi pengelola serta artis.

129

Gambar 4. 14 Sirkulasi

Sumber : Analisis Penulis

d. Pola Parkir Dan Vegetasi

Pola Parkir dari gedung ini terbagi menjadi dua disesuaikan

dengan sirkulasi kendaraan pengunjung atau pengelola. Bisa dilihat

bahwa bagian utara untuk parkir pengunjung. Untuk bagian selatan

digunakan untuk parkir pengelola. Untuk vegetasi ditempatkan

pada parkir-parkir serta pada jalan yang mengarah ke entrance

utama. Vegetasi selain berfungsi sebagai penghijauan juga sebagai

penghalang dari kebisingan dari luar.

Gambar 4. 15 Pola Parkir Dan Vegetasi

Sumber : Analisis Penulis

4.3.3 Konsep Bangunan

a. Penampilan Bangunan

130

Untuk penampilan bangunan dibedakan menjadi beberapa

bagian untuk bagian utara yang mengarah ke publik menggunakan

fasad bangunan yang menonjol dengan menggunakan garis-garis

dan bagian bawahnya menggunakan kaca karena berfungsi sebagai

zona komersil. Untuk bagian tengahnya menggunakan konkret

yang dipadukan dengan kayu sebagai fasad untuk menambah

estetika bangunan selain itu kayu juga berfungsi untuk meredam

suara. dan bagian bawahnya menggunakan bahan-bahan yang

bersifat fleksibel yang mana dapa dibuka dan ditutup sesuai

kebutuhan. Untuk bagian utara menggunakan material konkrit serta

dipadukan dengan material-material batu-batu alami.

Gambar 4. 16 Penampilan Bangunan

Sumber : Analisis Penulis

b. Gubahan Massa

Untuk gubahan massa karena terdapat dua alternatif denah

massa maka akan dibuat dua gubahan massa sesuai dengan

denahnya. Untuk gubahan massa pertama bagian ruang auditorium

131

ditinggikan kemudian untuk zona yang lain di turunkan. Kelebihan

dari massa ini pengaturan ruang lebih baik, begitu pula dengan

pemenuhan kebutuhan ruangnya, tetapi massa lebih kompleks.

Gambar 4. 17 Gubahan Massa Alternatif 1

Sumber : Analisis Penulis

Untuk gubahan massa kedua, massa bagian auditorium lebih

ditinggikan. Kelebihannya ialah massa yang lebih simpel dan alur

sirkulasi yang lebih enak. Sedangkan untuk kekurangannya ialah

bangunan terlihat lebih sempit sehingga pemenuhan kebutuhan

ruang terbatas.

132

Gambar 4. 18 Gubahan Massa Alternatif 2

Sumber : Analisis Penulis

4.3.4 Konsep Fleksibilitas Ruang Pada Ruang Pertunjukan

Konsep fleksibilitas ruang yang akan dibuat ialah pembagian dua

ruang pertunjukan yang mana memiliki sifat yang berbeda yaitu jenis

akustik dan yang berjenis Concert Band. Dua ruangan ini dibedakan

menjadi dua wilayah yang mana dibagian tengahnya terdapat ruang yang

mengapitnya sehingga tidak terjadi kebocoran suara maupun mengurangi

getaran yang ada. Ruang konser yang bersifat akustik berkapasitas

maksimal 300 orang dengan kemampuan fleksibilitas yang rendah karena

diperlukan suatu ruang yang sangat steril terhadap bunyi dari luar.

Sedangkan untuk ruang konser/pertunjukan yang kedua lebih bersifat

fleksibel dengan menggunakan sistem tata suara speaker. Dan lay-out

ruang bisa dirubah sesuai dengan kebutuhan, baik panggung, pola kursinya

serta dindingnya. Dua ruang konser ini nantinya akan dipisahkan secara

vertikal ataupun secara horizontal.

133

Gambar 4. 19 Denah Konsep Ruang Pertunjukan

Sumber : Analisis Penulis

Pada gambar bisa dilihat bahwa terdapat dua ruang pertunjukan yang

mana di lantai 1 lebih bersifat fleksibel dimana ruang sekelilingnya

ditutupi oleh movable wall dan didepannya terdapat ruang publik dan

ruang pengunjung, serta dibagian belakangnya ialah ruang servis dan

ruang pemain. Sedangkan di lantai 2 ruang pertunjukan berjenis akustik

dan memiliki tingkat fleksibilitas yang rendah. Kemudian dibagian

depannya terdapat ruang publik untuk para pengunjung.

Gambar 4. 20 Potongan Konsep Ruang Pertunjukan

Sumber : Analisis Penulis

134

Pada gambar potongan bisa dilihat bahwa ruang servis serta ruang

pemain diletakan tegak lurus dengan ruang pertunjukan 1 dan 2. Ini tentu

saja akan memudahkan sirkulasi bagi pemain serta bagi pengelola untuk

masuk ke ruang pertunjukan. Sedangkan pengunjung hanya bisa

mengakses ruang pertunjukan melalui ruang yang bersifat publik. Untuk

mengatur tidak masuknya kebocoran suara serta getaran suara, maka

ruangan dipisah secara vertikal, kemudian diberi dilatasi agar getaran

berkurang.

Gambar 4. 21 Potongan Dilatasi Ruang Pertunjukan

Sumber : Analisis Penulis

Pada ruang pertnjukan 1 yang lebih bersifat fleksibel, lay-out ruang

pertunjukan ini bisa dirubah-rubah dengan menggunakan bantuan sistem-

sistem fleksibilitas seperti movable wall, reattracrable seating system,

movable stage, serta flexible acoustic material.

Gambar 4. 22 Perubahan Lay-out Ruang Pertunjukan 1

Sumber : Analisis Penulis

135

Selain itu ruang pertunjukan yang bersifat tertutup ini bisa dibuka

sehingga menyatu dengan ruang publik. Penyatuan ruang publik dengan

ruang konser ini digunakan sesuai kebutuhan pengguna. Penyatuan ruang

ini ada yang bersifat masih dalam satu bangunan hingga sampai keluar

bangunan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.23 dan 4.24.

Gambar 4. 23 Lay-out Ruang Pertunjukan Terbuka Di Dalam Bangunan

Sumber : Analisis Penulis

Gambar 4. 24 Lay-out Ruang Pertunjukan Terbuka Di Luar Bangunan

Sumber : Analisis Penulis

136

4.3.5 Konsep Sistem Tata Suara

Konsep sistem tata suara pada gedung konser ini menggunakan sistem

pengeras bunyi serta sistem akustik dengan memanfaatkan penggunaan

elemen bangunan. Untuk ruang konser pertama lebih banyak

menggunakan elemen bangunan sedangkan untuk ruang konser kedua

lebih banyak menggunakan sistem penguat suara. Untuk ruang konser

pertama walaupun sistem fleksibilitasnya rendah namun ada sistem

fleksibilitas yang bisa diterapakan didalamnya yaitu sistem fleksibel

acoustic materil. Dengan sistem ini maka pantulan suara dan penyerapan

suara bisa dikontrol. Selain itu langit-langitnya bisa menggunakan langit-

langit yang tidak teratur sehingga bunyi bisa maksimal tanpa pengeras

suara.

Gambar 4. 25 Sistem Suara

Sumber : Analisis Penulis

Konsep sistem tata suara pada ruang konser kedua relatif lebih

fleksibel dengan bisa menggunakan sistem pengeras suara. Selain itu

sistem pengeras suara ini dibagi menjadi dua yaitu sitem pengeras suara

low-frequency serta hi-frequency.

137

Gambar 4. 26 Gubahan Sistem Suara low-frequency

Sumber : Analisis Penulis

Gambar 4. 27 Sistem Suara hi-frequency

Sumber : Analisis Penulis

4.3.6 Konsep Sistem Pencahayaan

Konsep sistem pencahayaan pada gedung konser ada dua yakni

menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan

Pencahayaan Alami

Diatur agar cahayanya tidak menimbulkan silau, bayangan

ataupun panas sari matahari.

Bukaan ditentukan apakah permanen atau sewaktu-waktu dapat

ditutup kembali.

Pencahayaan Buatan

138

Lebih banyak digunakan di ruang konser karena performa

sistem pencahayaan pada ruang konser sangat diperhatikan.

Menggunakan sistem performance lighting, auditorium lighting,

emergency lighting, cue lights, dan blue lights.

Performance lighting merupakan pencahayaan dengan intensitas

tertinggi karena pencahayaan terbanyak harus mengarah ke arah

performer.

Gambar 4. 28 Sistem Pencahayaan

Sumber : Analisis Penulis

4.3.7 Konsep Sistem Pengendalian Kebisingan Suara

Konsep sistem pengendalian kebisingan suara ini adalah dengan

menggunakan metode-metode diman ruang yang membutuhkan akustik

yang baik yaitu ruang konser tidak terganggun oleh kebisingan dari luar,

seperti kendaraan maupun masyarakat sekitarnya. Sistem ini bisa

digunakan dengan menambhakan vegetasi pada luar bangunan yang

berfungsi mengurangi bunyi dari luar bangunan serta menggunakan bahan

kedap suara pada bangunan dan pelapis ruang konser.

139

Gambar 4. 29 Sistem Pengendlian Kebisingan

Sumber : Analisis Penulis

4.3.8 Konsep Sistem Penghawaan

Sistem Penghawaan pada ruang auditorium ada yang menggunakan

AC Central dan AC Unit. Bedanya jika AC Unit digunakan di ruang-ruang

yang lebih kecil seperti ruang instrumen dan kontrol, maka AC Central

digunakan di ruang pertunjukkannya karena berskala besar. Selain itu

untuk ruang yang bersifat publik bisa menggunakan penghawaan alami.

Gambar 4. 30 Skema Distribusi AC Central

Sumber : Analisis Penulis

Gambar 4. 31 Sistem Penghawaan

Sumber : Analisis Penulis

140

4.3.9 Konsep Sistem Struktur

Sistem struktur yang digunakan menggunakan sistem yang

fleksibilitas. Struktur atap menggunakan struktur bentang panjang. Selain

itu penggunaan Struktur bangunan menggunakan struktur beton. Struktur

ini kemudian dikombinasikan dengan material alami serta material kedap

suara sehingga terdapat struktur utama dan struktur pendukung untuk

menyiasati kebisingan ruang serta tidak merusak lingkungan.

Gambar 4. 32 Material Batu Alami

Sumber : Analisis Penulis

4.3.10 Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PDAM dan

sumur pompa untuk mengantisipasi kekeurangan kebutuhan air bersih.

Pompa air berukuran besar diperlukan untuk memompa air dari sumur

dalam volume yang besar dalam waktu yang singkat.

4.3.11 Sistem Penyediaan Air Kotor

Sistem pembuangan air kotor menggunakan sistem konvensional

yakni dengan memisahkan saluran buangan yang akan berakhir di sumur

peresapan.

141

4.3.12 Sistem Suplai Energi

Sistem kelistrikan menggunakan 2 sistem, yakni sistem dari PLN dan

sistem Generator. Sistem PLN digunakan pada tidak saat pertunjukan

karena kebutuhan dayanya relatif kecil, sedangkan sistem generator

digunakan hanya pada saat pertunjukan karena pada saat pertunjukan

diperlukan daya listrik yang besar, stabil dan konstan, selain itu generator

juga digunakan saat aliran listrik dari PLN mengalami gangguan. Jadi bisa

dibilang generator menjadi smuber utama dalam penyelenggaraan

pertunjukan sedang berlangsung.

4.3.13 Sistem Pencegah Bahaya Kebakaran

Pemasangan diutamakan pada tempat yang rawan dan mudah terbakar

seperti gudang, bengkel dan panggung. Khusus pada panggung, alat

pencegah bahaya kebakaran diletakan secara tersembunyi agar tidak

mengganggu panggung dari sisi fungsional maupun visual namun masih

menjamin kinerja, dan keamanan pencegah bahaya kebakaran ini. Alat-alat

pemadam ini diantaranya adalah

1. Detektor asap.

2. Detektor api.

3. Detector Panas (disesuaikan dengan ruangan dan fungsinya).

4. Sprinkler.

5. Hydrant, hidran halaman dengan 60 meter.

6. Tangga darurat.

7. Sistem alarm.

4.3.14 Sistem Komunikasi Dan Pengendalian Udara

Sistem komunikasi menggunakan intercom dan alat komunikasi radio

yang diletakkan pada posisi tersebar. Sistem pengkondisian udara

menggunakan pengkondisian buatan dengan sistem terpusat dengan tujuan

142

agar sistem pendinginan dapat merata efisien, serta mudah dalam

perawatan, operasional dan instalasinya. Sistem pengkondisian udara ini

harus sanggup mensirkulasi udara didalam gedung pertunjukan yang

mempunyai volume yang besar. Sistem pengkondisian ini umumnya

terdapat sistem cadangan untuk mengantisipasi jika nantinya terjadi

kerusakan pada sistem utama.