bab iv kondisi umum vila kota bunga puncak profil dan ... · profil dan sejarah perkembangan kota...

17
BAB IV KONDISI UMUM VILA KOTA BUNGA PUNCAK Profil dan Sejarah Perkembangan Kota Bunga Puncak Awal pengembangan kawasan Kota Bunga semula memiliki nama Taman Mawar dengan luas + 9 ha. Sesuai dengan konsep tersebut kawasan ini didominasi oleh tanaman mawar yang berbunga sepanjang tahun. Konsep bangunan pun dibuat menyesuaikan dengan konsep awal yaitu sebuah kawasan peristirahatan terdiri dari vila-vila bergaya country yang dikelilingi oleh taman. Karena pemeliharaan tanaman mawar sangat sulit terutama dalam mengusahakannya berbunga sepanjang tahun ,sehingga sulit pula untuk mempertahankan tema kawasan. Pada awal tahun 1995 nama Taman Mawar diubah menjadi theme park. Dengan mengambil tema vila tradisional dari mancanegara hal ini juga diikuti dengan perubahan keseluruhan desain baik rumah maupun lanskapnya. Penggunaan Tanaman mawar sebagai ciri khas tanaman semusim yang berbunga akhirnya diganti dengan tanaman annual dan perennial yang memiliki beragam jenis warna dan aroma. Selanjutnya pada tahun 1997, nama Taman Mawar diubah menjadi Kota Bunga dengan slogan ‘Kota Sejuta Aroma’. Perusahaan yang mendirikan kawasan tersebut adalah PT Sarana Papan Ekasejati (PT SPE) dan PT Pangeran Plaza Utama (PT PPU) sebagai pengelola sekaligus merupakan bagian dari pelaksana proyek Grup Sinar Mas pada Divisi Real Estate. Kantor pusat berada di ITC Mangga Dua Raya, Jakarta Utara. Pembangunan Kota Bunga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pemukiman dan sekaligus menjadi kawasan pariwisata untuk rekreasi. Perkembangan pembangunan Kota Bunga dimulai pada wilayah Tahap I dan II dengan luasan 14,6 ha dan PT Pangeran Plaza Utama sebagai pengelolanya. Berdasarkan aturan pemerintah saat itu satu perusahaan terbatas (PT) hanya boleh mengelola suatu kawasan maksimal 15 ha, maka pengelolaan Kota Bunga dibagi- bagi menjadi beberapa kawasan. Setelah tugas dari PT PPU selesai maka untuk selanjutnya dilakukan oleh PT SPE hingga sekarang. Pada pembangunan wilayah tahap II dengan areal seluas 21,38 ha dibangun tipe-tipe rumah Caravan dan Mediterania. Perluasan wilayah terus dilakukan, wilayah tahap III telah selesai

Upload: vantram

Post on 03-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV

KONDISI UMUM VILA KOTA BUNGA PUNCAK

Profil dan Sejarah Perkembangan Kota Bunga Puncak

Awal pengembangan kawasan Kota Bunga semula memiliki nama Taman

Mawar dengan luas + 9 ha. Sesuai dengan konsep tersebut kawasan ini didominasi

oleh tanaman mawar yang berbunga sepanjang tahun. Konsep bangunan pun

dibuat menyesuaikan dengan konsep awal yaitu sebuah kawasan peristirahatan

terdiri dari vila-vila bergaya country yang dikelilingi oleh taman. Karena

pemeliharaan tanaman mawar sangat sulit terutama dalam mengusahakannya

berbunga sepanjang tahun ,sehingga sulit pula untuk mempertahankan tema

kawasan. Pada awal tahun 1995 nama Taman Mawar diubah menjadi theme park.

Dengan mengambil tema vila tradisional dari mancanegara hal ini juga diikuti

dengan perubahan keseluruhan desain baik rumah maupun lanskapnya.

Penggunaan Tanaman mawar sebagai ciri khas tanaman semusim yang berbunga

akhirnya diganti dengan tanaman annual dan perennial yang memiliki beragam

jenis warna dan aroma. Selanjutnya pada tahun 1997, nama Taman Mawar diubah

menjadi Kota Bunga dengan slogan ‘Kota Sejuta Aroma’.

Perusahaan yang mendirikan kawasan tersebut adalah PT Sarana Papan

Ekasejati (PT SPE) dan PT Pangeran Plaza Utama (PT PPU) sebagai pengelola

sekaligus merupakan bagian dari pelaksana proyek Grup Sinar Mas pada Divisi

Real Estate. Kantor pusat berada di ITC Mangga Dua Raya, Jakarta Utara.

Pembangunan Kota Bunga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

terhadap pemukiman dan sekaligus menjadi kawasan pariwisata untuk rekreasi.

Perkembangan pembangunan Kota Bunga dimulai pada wilayah Tahap I

dan II dengan luasan 14,6 ha dan PT Pangeran Plaza Utama sebagai pengelolanya.

Berdasarkan aturan pemerintah saat itu satu perusahaan terbatas (PT) hanya boleh

mengelola suatu kawasan maksimal 15 ha, maka pengelolaan Kota Bunga dibagi-

bagi menjadi beberapa kawasan. Setelah tugas dari PT PPU selesai maka untuk

selanjutnya dilakukan oleh PT SPE hingga sekarang. Pada pembangunan wilayah

tahap II dengan areal seluas 21,38 ha dibangun tipe-tipe rumah Caravan dan

Mediterania. Perluasan wilayah terus dilakukan, wilayah tahap III telah selesai

18

pada tahun 1999 dan diikuti dengan wilayah tahap IV. Pada tahun 2004 telah

terbangun vila sebanyak 2.305 unit dan luasan areal yang mencapai 152,6 ha. Saat

ini pengembangan kawasan Kota Bunga secara besar-besaran sudah tidak

dilakukan lagi atau dapat dikatakan telah selesai. Rencana induk (Masterplan)

tahun 2006 Kota Bunga dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan data yang

diterima dari divisi Estate Management, Berita Acara Serah Terima (BAST) 30

April 2009 luas total kawasan saat ini telah mencapai 161 ha dengan jumlah vila

yang terbangun sebanyak 2.487 unit dan kavling sebanyak 86 unit (Lampiran 1).

19

Gambar 3. Masterplan 2006 Kota Bunga Puncak

Sumber: Kota Bunga Puncak

20

Struktur Organisasi

Pihak pengelola kawasan Kota Bunga pada awal perkembangannya dilakukan

oleh PT Pangeran Plaza Utama yang kemudian dilanjutkan oleh PT Sarana Papan

Ekasejati yang merupakan anak perusahaan dari PT Duta Pertiwi, Tbk. Grup Sinar

Mas memiliki beberapa anak perusahaan di berbagai bidang. Salah satu anak

perusahaan tersebut yang bergerak di bidang developer dan real estate adalah PT

Duta Pertiwi, Tbk yang mengembangkan kawasan permukiman (Housing II) Kota

Bunga di wilayah Cipanas, Jawa Barat.

Director sebagai pemegang kekuasaan tertinggi Housing II Kota Bunga

bertanggung jawab kepada Executive Director, yaitu pemimpin dari PT Duta

Pertiwi, Tbk. Dalam menjalankan tugasnya Director dibantu oleh Deputy

Director yang kemudian berwenang untuk memberikan tanggung jawab

perusahaan kepada General Manager. Pemberian nama jabatan atau level

kepemimpinan Grup Sinar Mas mengalami beberapa perubahan (Lampiran 2)

sehingga untuk level General Manager diubah menjadi Project Division Head,

dan penamaan masing-masing manajer sesuai dengan departemen yang

membawahinya. Struktur organisasi PT Sarana Papan Ekasejati dapat dilihat pada

Gambar 4.

Dalam Estate Management pemegang kekuasaan tertinggi berada di

bawah naungan Project Division Head (Gambar 5). Tiga departemen yang berada

di bawah naungan Estate Management masing-masing dikepalai oleh seorang

manajer dengan nama Landscape Department Head, Estate Department Head,

dan Finance and Accounting Department Head. Estate Department terdiri dari

beberapa sub departemen seperti After Sales Service (Customer Service dan

Mechanical Engineering), Teknik, Human Resources and Development (HRD),

dan General Affair (security). Dalam Landscape Department terdiri dari sub

departemen Marketing, Landscape, dan Business Development. Ketiga

departemen ini memiliki tugasnya masing-masing dan dalam pelaksanaannya

memiliki keterkaitan satu sama lain, sehingga dibutuhkan kerja sama demi

tercapainya tujuan organisasi. Berbagai perubahan yang terjadi mengenai

perkembangan kawasan Kota Bunga ini diatur dan dilaksanakan sepenuhnya oleh

divisi lanskap.

21

Executive Director PT Duta Pertiwi, Tbk

Director-Housing II PT. Sarana Papan Ekasejati

Deputy Director

Estate Management Project Division Head

Estate Business Estate Department Finance and Accounting Development Head Department Head Department Head

Gambar 4.Struktur Organisasi Housing II PT. Sarana Papan Ekasejati

22

Estate Management Project Division Head

Estate Business Development Estate Department Finance and Accounting

Department Head Head Department Head

After Sales Service General Affair Finance & Accounting

Marketing Landscape BisDev Perawatan Customer Service HRD Teknik Security General Affair Fin &Acc

Staff

Non staff

Manual

Gambar 5. Struktur Organisasi Estate Management

23

Dalam satu bagian Estate Management masing-masing sub departemen ini

memiliki hubungan koordinasi yang terkait satu sama lain. Subdepartemen yang

memiliki hubungan kuat dengan bagian lanskap adalah bagian layanan konsumen

(Customer Service). Kedua bagian ini berhubungan dalam mengurusi masalah

komplain konsumen yang berkaitan dengan perawatan taman vila, dimana

pengajuan komplain tersebut diserahkan ke divisi lanskap berupa ’Form Lembar

Layanan Konsumen’ (Lampiran 3). Di lapang, form tersebut segera di follow up

oleh supervisor lokasi setempat yang pelaksanaannya dilakukan oleh inspektor

lapangan (mandor). Ilustrasi mengenai hubungan atau keterkaitan antara

subdepartemen lanskap dengan beberapa subdepartemen lainnya, dapat dilihat

dalam Gambar 6 berikut.

Gambar 6. Hubungan Antar Subdepartemen dalam Estate Management

24

Letak, Luas, dan Aksesibilitas

Kota Bunga Puncak terletak di ruas jalur Hanjawar-Pacet yang secara

administratif berada di Kecamatan Pacet, Kabupaten Dati II Cianjur, Provinsi

Jawa Barat, yang juga merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Dati II

Bogor. Kawasan ini memiliki luasan 161 ha yang dikelilingi oleh beberapa desa

sebagai wilayah perbatasan, yaitu:

Utara: Desa Sukanagalih dan Desa Cisereh;

Selatan: Desa Kenanga dan Roso;

Barat: Desa Batulawang, Kampung Panggung dan daerah Singkup;

Timur: Desa Sukanagalih.

Selain terdapat enam desa yang mengelilinginya, kawasan ini juga dilalui oleh

beberapa aliran sungai seperti sungai Cikundul, sungai Cimacan, dan sungai

Cinengah.

Jalur utama puncak dapat dilewati oleh kendaraan pribadi dan kendaraan

umum. Aksesibilitas dengan menggunakan jasa angkutan umum yang melintasi

jalur Hanjawar ini berupa bus, mini bus, dan angkutan kota. Bus antar kota yang

melintasi jalur ini adalah bus dengan trayek Tasik-Jakarta, Banjar-Jakarta, dan

Bandung-Jakarta, sedangkan untuk mini bus dan mobil L300 dengan trayek

Cianjur-Bogor. Karena letaknya tidak berada di jalur utama, setelah melewati

pertigaan Hanjawar dilanjutkan menempuh jalur angkutan kota trayek Loji–

Sukanagalih. Aksesibilitas untuk menjangkau kawasan Kota Bunga dari arah

Cipanas yang berjarak 2,5 km dan dari kota Cianjur yang berjarak 30 km dapat

ditempuh dengan kendaraan angkutan kota yang melintasi kawasan ini.

Topografi

Berdasarkan hasil analisis dari Peta Rupa Bumi Digital Indonesia

(Bakorsurtanal) untuk daerah Cipanas, Kota Bunga berada pada ketinggian

dengan elevasi 850-1025 m di atas permukaan laut. Kondisi kawasan yang

berbukit dan bergunung ini mempunyai kemiringan lereng antara 2% - 42%.

Kontur dasar kawasan Kota Bunga memiliki bentuk topografi yang beragam,

25

mulai dari yang datar, landai, bergelombang hingga curam. Klasifikasi kemiringan

lereng datar hingga landai adalah 0%-15%, dan untuk klasifikasi berbukit-bukit

hingga curam berkisar antara >15% (Lampiran 4). Secara umum kondisi topografi

pada kemiringan curam hanya 30% dari luas total lahan yaitu + 48,3 ha dan untuk

topografi landai hingga datar + 112,7 ha.

Untuk memudahkan dalam pembangunan pada beberapa tempat dilakukan

pemotongan dan pengurugan (cut and fill) dengan kemiringan yang digali

maksimum 1:2 dan daerah yang ditimbun dengan perbandingan 1: 2,5. Kawasan

Kota Bunga adalah kawasan pemukiman yang hakekatnya membutuhkan lahan

yang cukup luas untuk pembangunannya, sedangkan disisi lain bentukan kontur

tidak memungkinkan untuk didirikan bangunan. Oleh sebab, itu kegiatan cut and

fill ini dirasa penting untuk dilakukan karena dapat mempertahankan bentukan

dari elemen alami (form) kawasan pegunungan yang berbukit-bukit. Dampak lain

yang ditimbulkan oleh aktivitas ini adalah terangkatnya lapisan top soil tanah dan

berubahnya pH tanah sehingga jika ingin menanam harus menambahkan tanah

merah yang didatangkan dari luar kawasan.

Daerah yang memiliki tingkat kecuraman tinggi namun keadaannya tidak

diperhatikan, yaitu berupa kumpulan semak-semak liar. Apabila hujan turun deras

dan jumlah air hujan yang jatuh ke permukaan tanah berlebihan, serta ditunjang

dengan tingkat kecuraman yang tinggi, hal ini sangat berpotensi untuk terjadi

erosi tanah. Solusi yang dapat diberikan yaitu menggunakan vegetasi penahan

erosi dan penstabil struktur tanah terutama pada tanah yang curam dengan

kemiringan lereng diatas 30%. Jenis vegetasi tersebut dapat berupa pohon atau

penutup tanah seperti pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dan rumput vetiver

(Vitiveria zizanioides) atau lebih dikenal dengan nama akar wangi∗. Fungsi

vegetasi khususnya pepohonan dalam perspektif landscape engineering adalah

sebagai kekuatan mekanistis alamiah yang mampu menahan laju jatuhan dan

larian air hujan, menginfiltrasikan air hujan dalam tanah secara aman, dan

memproteksi tanah itu sendiri. Terlebih pada lereng di atas 30% disertai kondisi

tanah labil, peranan vegetasi memiliki nilai proteksi lingkungan yang amat tinggi

∗ http://www.leisa.info/index.php?url=article-details.tpl&p[_id]=67290

26

dan dapat menjaga keseimbangan alam serta memiliki nilai estetika yaitu sebagai

pagar tanaman.

Tata Guna Lahan

Berdasarkan ijin yang telah diperoleh PT.Sarana Papan Ekasejati seluas

161 ha, luas tanah yang telah dibebaskan (hak milik) sesuai sertifikat yang ada

yaitu seluas 1.526.140 m2. Pelaksanaan mulai dari diperolehnya ijin lokasi dan ijin

pembebasan lahan sampai selesai berlangsung selama kurun waktu + 1,5 tahun.

Status lahan yang dibebaskan untuk kegiatan pengembangan perumahan kawasan

Kota Bunga adalah tanah milik adat dan tanah milik (bersertifikat). Kegiatan

pembebasan lahan ini dilakukan secara langsung dari pihak developer terhadap

pemilik lahan dengan cara negosiasi tanpa perantara dan tanpa paksaan.

Penetapan harga didasarkan pada harga pasaran setempat dengan didukung

pemanfaatan tanahnya berupa kebun campuran, tegalan, dan sawah dengan

memperhatikan waktu panen (misalnya satu kali setahun atau dua kali setahun).

Untuk lahan pekarangan yang mempunyai bangunan perhitungan dilakukan

tersendiri dengan memperhitungkan nilai bangunan. Pelaksanaan pembebasan

lahan secara langsung bertujuan untuk meminimalisir segala permasalahan yang

akan timbul di kemudian hari, serta untuk memperoleh kesepakatan harga

dilakukan tawar-menawar secara musyawarah. (Laporan UKL dan UPL PT SPE,

2004)

Pada tahun 2004 pengembangan perumahan dan sarana pariwisata Kota

Bunga, telah terbangun dan beroperasi seluas 98 ha dan 63 ha lainnya

direncanakan untuk kegiatan pengembangan berupa kavling vila dan sarana

lainnya. Perincian luas tapak perumahan dan sarana pariwisata Kota Bunga sesuai

dengan ijin lokasi yang telah diterbitkan mempunyai luas 1.610.000 m2 (161 ha).

Dari lusan tapak tersebut dialokasikan untuk beberapa jenis penggunaan yaitu:

jalan, kavling perumahan, fasilitas umum, utilitas dan ruang terbuka hijau.

Besarnya luasan seluruh kavling vila hingga saat ini, adalah 627.280 m2.

27

Vegetasi dan Satwa

Sesuai dengan pengembangan kawasan maka akan merubah rencana induk

(masterplan) 2006 yang telah ada. Jika dilihat dari vegetasi alaminya kawasan ini

umumnya sudah tidak memilikinya lagi dan kebanyakan tanaman yang ada di

datangkan dari luar untuk kemudian ditanam di lokasi. Untuk menyesuaikan

dengan konsep kawasan ini maka tanaman yang digunakan umumnya berupa

tanaman hias yang berfungi estetis.

Pada awal pembangunan kawasan Kota Bunga menggunakan jenis-jenis

tanaman yang sesuai dengan konsep awalnya, yaitu tanaman beraroma sebagai

perwujudan dari slogan ‘Kota Sejuta Aroma’. Karena jenis tanaman beraroma

terbatas maka penggunaannya bersifat umum dengan kata lain tidak ada

pengkhususan jenis tanaman tertentu untuk suatu tema tertentu. Tanaman

beraroma tersebut seperti tanaman mawar (Rosa sinensis), melati (Jasminum

sambac), kemuning (Murraya paniculata), kenanga (Cananga odorata), cempaka

(Michelia champaca), lavender (Lavandula angustifolia), melati jepang

(Pseuderanthemum reticulatum), dan lainnya.

Pada masa promosi dan penjualan, penataan kawasan diupayakan

semaksimal mungkin untuk menarik minat pembeli dan berkunjung ke kawasan

ini sehingga dapat menaikkan pemasukan bagi Kota Bunga. Seperti mengadakan

acara festival tanaman hias, karnaval keliling, bazaar serta promosi besar-besaran.

Namun akibat krisis ekonomi yang melanda Indosesia berdampak pada penurunan

daya beli masyarakat. Oleh karena itu pihak Kota Bunga pun melakukan evaluasi-

evaluasi untuk menyesuaikan tingkat pendapatan (income) dengan pengeluaran

biaya, salah satunya dalam hal perawatan taman (landscape maintenance).

Penyesuaian tersebut seperti pemilihan jenis tanaman perennial yang memiliki

daya adaptasi yang tinggi, mudah dalam perawatan namun tetap memiliki

beragam bentuk dan warna yang menarik. Sedangkan untuk penggunaan tanaman

beraroma yang umumnya bersifat musiman tentu memiliki perawatan khusus dan

membutuhkan pergantian di setiap musimnya sadangkan pihak stok perbanyakan

tanaman (nursery) saat itu sudah tidak berfungsi lagi. Hal inilah yang

menyebabkan ciri khas atau identitas dari slogan ‘Kota Sejuta Aroma’ di Kota

Bunga kurang dapat dirasakan.

28

Tanaman beraroma* memiliki ciri khas tersendiri yaitu bau semerbak yang

dikeluarkannya, seperti aroma resin, aroma rempah-rempah, dan aroma wangi.

Aroma resin dapat dijumpai pada tanaman palem-paleman, pinus, lavender, dan

gaharu. Pada tanaman pinus dan palem-paleman yang memiliki daun konifer

ternyata dapat mengeluarkan aromanya melalui gesekan antar daun yang terkena

oleh hembusan angin, sedangkan untuk tanaman gaharu mengeluarkan bau yang

khas dari batangnya. Aroma resin ini dipercaya dapat meredakan stres dan

ketegangan serta berfungsi sebagai therapy. Aroma rempah banyak ditemukan

pada tanaman herbal, selain itu tanaman lain yang memiliki aroma ini seperti

cengkeh (Syzygium aromaticum), sereh (Andropogon nardus), rosmari

(Rosmarinus officinalis), dan pohon kayu putih (Melaleuca leucadendron). Aroma

rempah memiliki bau khas yang cukup tajam dan menyengat. Tanaman beraroma

wangi lazim ditemui seperti mawar, melati, kenangan, cempaka, sedap malam,

dan kemuning. Tanaman-tanaman ini mengeluarkan bau wangi yang

menyegarkan serta dapat memberi semangat.

Dalam pengamatan masih ditemui beberapa tanaman semak beraroma

seperti kenanga, cempaka, lavender, pinus, dan mawar namun dalam jumlah yang

terbatas. Sebaiknya penggunaan tanaman beraroma dan berwarna cerah harus

tetap digunakan. Penanaman vegetasi beraroma dan berwarna cerah ini dapat

digunakan dalam jumlah yang cukup banyak dan serempak pada beberapa area

tertentu saja terutama pada area dengan intensitas tinggi, seperti welcome area,

median jalur utama, main road, dan lingkar taman rotunda. Sehingga saat bunga

bermekaran, pengunjung yang datang yang umumnya hanya melihat-lihat dengan

kendaraannya dapat merasakan aroma semerbak dari tanaman-tanaman tersebut,

sehingga konsep ‘Kota Sejuta Aroma’ tetap dapat dipertahankan.

Kota Bunga memiliki beberapa vegetasi (Lampiran 5) yang

penggunaannya disesuaikan atas fungsi dan tema kawasan. Pemilihan jenis

vegetasi ini yang penggunaannya disesuaikan menurut tema kawasan, yaitu pada

taman bergaya Amerika didominasi oleh tanaman semak berwarna cerah

(Anonim, 2007) antara lain puring (Codieaum variegatum), anggrek bulan

(Phalaenopsis amabilis), bunga kenikir (Cosmos bipinnatus), ophiophogon

* http://www.plantamor.com

29

(Ophiopogon jaburan). Untuk taman bergaya Eropa dipilih tanaman-tanaman

yang dapat dibentuk dengan pola simetris (Lestari dan Kencana, 2008) seperti teh-

tehan (Acalypha macrophylla), jengger ayam (Celosia sp), taiwan beauty (Cuphea

hyssopifolia) dan soka (Ixora sp.). Sedangkan untuk taman Jepang yang tidak

terlalu banyak menggunakan tanaman berwarna umumnya hanya didominasi oleh

tanaman yang dapat dipangkas bentuk (topiary) dan hamparan rumput, seperti

pangkas kuning (Duranta sp.), bambu jepang (Arundinaria pumila), bawang

brojol (Zephyranthes sp.), rumput peking (Aglotis stolonifer) dan rumput gajah

(Axonopus compressus). Tanaman-tanaman ini mempunyai nilai estetika yang

tinggi karena dibentuk dalam suatu pola-pola organik yang dikombinasikan

dengan pohon-pohon dan hamparan rumput (lawn).

Peggunaan jenis-jenis tanaman disesuaikan dengan lokasi dan kondisi di

lapang, seperti arah lintasan matahari, kelembaban lingkungan, pengaruh musim,

bentuk kontur tanah, serta luas dan posisi taman. Pertimbangan lain dalam

menentukan jenis tanaman adalah perpaduan warna dan tekstur tanaman itu

sendiri (seperti tanaman berdaun lebar, panjang, kecil atau lurus, bentuk dahan,

batang, serta ranting) sehingga kesan yang diharapkan muncul sesuai dengan tema

taman yang diinginkan dan dapat menciptakan suatu komposisi yang harmonis

(Don, 2005).

Pada Areal dengan intensitas tinggi seperti pada median utama jalur dan

daerah rotunda menggunakan tanaman semak berwarna cerah. Jenis tanaman yang

digunakan antara lain hortensia (Hyrangea macrophylla), jengger ayam (Celosia

sp.), kucai (Carex morrowii), kastuba (Euphorbia pulcherrima), bayam-bayaman

(Coleus sp.), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), adam hawa (Rhoeo discolor),

dan sebagainya. Fungsi tanaman sebagai peneduh juga ditemui pada jalur

sepanjang median seperti tanaman trembesi (Samanea saman), tanjung

(Mimusops elengi), dadap merah (Erythrina crista-galli).

Jenis tanaman yang biasa dijumpai di pekarangan rumah atau taman vila

seperti tanaman penutup tanah, semak dan perdu dengan jenis: puring (Codeneum

variegatum), kalipha (Acalipha sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinencis),

kastuba (Euphorbia pulcherrima), sedap malam (Polianthes tuberosa,), kembang

pukul empat (Mirabilis jalapa), soka (ixora japanica), bugenvil (Bougenvillea

30

sp.), pangkas kuning (Duranta sp.), simbang darah (Iresine herbstii), lili paris

(Chlorophytum comosum), rumput peking (Aglotis stolonifer), rumput gajah

(Axonopus compressus), dan lain-lain.

Sewaktu musim hujan dan debit sungai meningkat, kawasan sempadan

sungai Kawasan sempadan sungai dapat berfungsi sebagai daerah parkir air

sehingga air bisa meresap ke tanah. Maka daerah ini sebaiknya ditanami oleh

vegetasi-vegetasi yang dapat menyerap dan menyimpan air dengan baik, seperti

rumput, alang-alang (Imperata cylindrica), pacar air (Impatiens balsamina),

golongan pisang-pisangan (Heliconia), dan tanaman vertiver (Vetiveria

zizanioides). Jenis vegetasi yang berada di daerah sempadan sungai Cikundul

selebar + 5 meter terutama di daerah curam dan berbatasan langsung dengan areal

pertanian penduduk, jenis pohon yang dibudidayakan maupun yang liar seperti

pohon kelapa (Cocos nucifera), bambu (Bamboosa sp.), pisang (Heliconia sp.),

jengkol (Pithecolobium lobatum) dan alang-alang (Imperata cylindrica).

Satwa yang terdapat di kawasan ini umumnya merupakan satwa piaraan

dan satwa liar yang dapat bersosialisasi pada lingkungan pertanian. Beberapa jenis

amphibi, reptilia, aves dan mamalia yang dilindungi berada di dalam Kebun

Binatang Mini (Petting Zoo) wilayah Tahap I seperti bunglon, ayam kalkun,

burung merpati, kuda, angsa. Jenis satwa liar yang ditemui seperti ular sawah,

kodok, kadal, itik, kambing, sapi, dan yang lainnya.

Iklim

Kawasan Vila Kota Bunga Puncak berada pada posisi koordinat 06.44' LS

dan 107.0' BT dengan ketinggian elevasi sebesar 1.130 m. Dari data yang didapat

dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dramaga Bogor 2008 atas

Kecamatan Pacet, Cipanas. Curah hujan rata-rata 259,4 mm/bln dengan curah

hujan tertinggi di bulan November yaitu 457 mm. Kelembaban rata-rata 82 % per

bulan dan kelembaban tertinggi terjadi di bulan Desember yaitu 88 %.

31

Tabel 2. Data Iklim Kecamatan Pacet Tahun 2008

Bulan Curah Hujan Rata-Rata

(mm)

Kelembaban Rata-Rata (%)

Januari 291,2 87 Februari 316.3 85 Maret 616,6 84 April 369,4 85 Mei 150,1 78 Juni 34,1 81 Juli 31,4 73 Agustus - 79 September 272,6 76 Oktober 273,7 80 November 457 84 Desember 301,3 88

Sumber : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor

Tanah

Berdasarkan data Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, tanah di

Kota Bunga memiliki persamaan jenis dengan tanah yang terdapat di lereng dan

puncak G.Gede yaitu dengan ciri-ciri tanah sedikit berkembang, solum tanah

dalam, dibagian atasnya berwarna coklat tua kekuningan, lempung berpasir

berkerikil, struktur remah, halus, gumpal, konsistensi gembur (lembab), memiliki

pH masam dan agak plastis basah, berdrainase baik dengan bentuk kontur yang

berbukit hingga bergunung dan memiliki bahan induk lahar. (no. LPT. 195922 –

195927). Menurut Klasifikasi Nasional jenis tanah ini disebut sebagai tanah

Regosol Coklat tua kekuningan.

Hidrologi

Kota Bunga memiliki beberapa sumber air tanah yang terletak di wilayah

tahap III dan IV. Aliran sungai yang masuk ke dalam kawasan Kota Bunga seperti

sungai Cikundul, sungai Cimacan, dan sungai Cinengah. Sungai Cikundul

32

memiliki lebar penampang + 5 meter, sedangkan sungai Cimacan dan sungai

Cinengah memiliki lebar penampang sekitar 2 meter. Ketiga sungai ini sebagian

besar digunakan untuk sumber air penyiraman oleh kontraktor. Sungai Cimacan

pada bagian hulu mengalir dari perbatasan wilayah Tahap II menuju Tahap IIIA

(Arena Fantasi), sungai Cinengah berada di tengah tapak, merupakan sungai

musiman dan cabang dari sungai Cikundul alirannya dimulai dari wilayah Tahap I

(kolam pancing) melewati sebagian Tahap II (mini market) dan bermuara di

Sungai Cikundul. Terakhir adalah sungai Cikundul yang berada pada bagian hilir

tapak, melintas dari wilayah Tahap I melewati Tahap II (Botanical Garden) dan

menuju wilayah Tahap VI (Kota Air).

Seiring dengan pembangunan kawasan Kota Bunga sebagai kawasan

pemukiman yang membutuhkan lahan relatif datar maka dilakukan perubahan-

perubahan (normalisasi) terhadap sinousitas sungai yang masuk ke kawasan ini

(Lampiran 6). Perubahan aliran sungai ini diupayakan agar mengikuti bentuk

alami dari sungai yaitu dengan aliran yang berkelok-kelok. Hal ini dilakukan guna

mempertahankan kondisi alami dan untuk menunjang konsep nuansa alam

pegunungan yang dikelilingi oleh sawah serta dialiri oleh sungai-sungai.

Sosial Ekonomi

Penghuni Kawasan

Konsep hunian vila Kota Bunga cenderung bersifat rekreatif dan fasilitas

lain sebagai penunjang kawasan wisata, membuat perumahan ini tidak selalu

dijadikan sebagai rumah tinggal. Para pemilik hanya menjadikan vila mereka

sebagai tempat peristirahatan sementara terutama pada hari libur, akhir pekan atau

event-event tertentu yang menyedot peningkatan jumlah pengunjung, sehingga

vila tersebut biasanya disewakan. Karena hanya bersifat sebagai tempat

peristirahatan sementara, maka kontak sosial dan komunikasi antar penghuni

sangat minim dan masing-masing bersifat individualisme.

Pemilik vila berkewajiban membayar biaya bulanan untuk mengganti

fasilitas-fasilitas yang sudah diterima, seperti fasilitas keamanan, fasilitas

perawatan bangunan dan perawatan taman atau dikenal dengan nama biaya PPL

(Penggantian Perawatan Lingkungan). Besarnya PPL ini disesuaikan dengan luas

33

lahan vila. Konsumen juga memperoleh member card yang berfungsi sebagai alat

bantu transaksi dalam mendapatkan fasilitas yang ada di Kota Bunga seperti

kolam renang, lapangan tenis, kolam pancing, Arena Fantasi (tiket masuk), mini

market, restoran, dan danau Little Venice.

Masyarakat Sekitar

Masyarakat sosial ekonomi penduduk sekitar kawasan Kota Bunga,

memanfaatkan lahan yang dimilikinya sebagai sumber penghidupan ekonomi

rumah tangga. Kegiatan-kegiatan yang berlangsung di sekitar lokasi sedikit

banyak mempunyai keterkaitan dengan pengembangan lokasi menjadi daerah

pariwisata seperti, pertanian, peternakan, pekebunan, perumahan dan lokasi-lokasi

disekitar tapak yang dianggap mempunyai daya tarik sebagai tempat wisata

(Taman Bunga Nusantara, Taman Cibodas, dan lainnya). Dengan keberadaan

kawasan Kota Bunga dapat membuka lapangan pekerjaan, seperti penduduk

sekitar dapat menjual barang dagangan mereka di kawasan ini serta dalam

merekrut tenaga kerja harian, hampir seluruhnya menggunakan masyarakat daerah

sekitar Kota Bungai.hal ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial yang

ada.