bab iv kepribadian dan identitas sebagaimana dalam proses...

28
69 BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses Dan hasil Tenunan Kebudayaan merupakan kebiasaan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kehidupan masyarakat dan kebiasaan itu diturunkan oleh para leluhur secara turun- temurun sampai pada generasi berikutnya. Kebiasaan itu juga yang masih dipegang oleh masyarakat desa Tunua khususnya para perempuan yakni mengenai kain tenunan. Dari pekerjaan menenun menghasilkan selembar kain tenunan, tentu dalam menghasilkan kain tenunan tersebut tidak terlepas dari proses yang sangat lama, namun tetap terjaga dan karena itu kebiasaan akan masyarakat khususnya para perempuan dalam hal menenun itu masih ada sampai sekarang. Tenunan juga merupakan ekspresi budaya yang sekarang ini secara global menyentuh aspek kehidupan manusia. Menenun menjadi kewajiban bagi para perempuan sejak dahulu yakni dari mereka kecil sudah diajarkan oleh orang tua sehingga sampai sekarang pekerjaan menenun tidak dilupakan oleh para perempuan di desa ini. Hasil dari kain tenunan biasanya digunakan sebagai penghangat tubuh dari cuaca yang dingin, tenunan juga menceritakan identitas pemakai, status sosialnya yang dilihat dari motif-motif pada kain, serta dalam perkembangan zaman saat ini peranan tenunan semakin berkembang yakni tenunan sudah menjadi style atau gaya bagi kalangan muda sampai para orang tua artinya bahwa dahulu tenunan hanya digunakan oleh masyarakat desa, namun karena perkembangan zaman masyarakat daerah perkotaan juga sudah

Upload: phungkhue

Post on 01-May-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

69

BAB IV

Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses Dan hasil Tenunan

Kebudayaan merupakan kebiasaan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu

kehidupan masyarakat dan kebiasaan itu diturunkan oleh para leluhur secara turun-

temurun sampai pada generasi berikutnya. Kebiasaan itu juga yang masih dipegang

oleh masyarakat desa Tunua khususnya para perempuan yakni mengenai kain

tenunan. Dari pekerjaan menenun menghasilkan selembar kain tenunan, tentu dalam

menghasilkan kain tenunan tersebut tidak terlepas dari proses yang sangat lama,

namun tetap terjaga dan karena itu kebiasaan akan masyarakat khususnya para

perempuan dalam hal menenun itu masih ada sampai sekarang. Tenunan juga

merupakan ekspresi budaya yang sekarang ini secara global menyentuh aspek

kehidupan manusia.

Menenun menjadi kewajiban bagi para perempuan sejak dahulu yakni dari

mereka kecil sudah diajarkan oleh orang tua sehingga sampai sekarang pekerjaan

menenun tidak dilupakan oleh para perempuan di desa ini. Hasil dari kain tenunan

biasanya digunakan sebagai penghangat tubuh dari cuaca yang dingin, tenunan juga

menceritakan identitas pemakai, status sosialnya yang dilihat dari motif-motif pada

kain, serta dalam perkembangan zaman saat ini peranan tenunan semakin

berkembang yakni tenunan sudah menjadi style atau gaya bagi kalangan muda sampai

para orang tua artinya bahwa dahulu tenunan hanya digunakan oleh masyarakat desa,

namun karena perkembangan zaman masyarakat daerah perkotaan juga sudah

Page 2: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

70

menggunakannya bahkan sudah dikenal sampai kalangan mancanegara. Oleh karena

itu tenunan merupakan salah satu bentuk yang paling utama dari ekspresi kebudayaan

di Asia Tenggara saat ini.1

Peranan, identitas dan kepribadian melekat pada diri seseorang. Dengan

demikian untuk melihat semuanya itu penulis ingin menganalisisnya pada kegiatan

menenun yang dilakukan oleh perempuan sampai ia menghasilkan kain tenunan. Oleh

karena itu melalui proses-proses inilah penulis menggambarkan ketiga hal di atas.

Pada selembar kain tenunan berisi tentang narasi dari si perempuan penenun di mana

dalam menghasilkan kain tenunan proses yang lama itulah kepribadiannya yang

sedang ia narasikan dan bukan saja itu hasil dari pekerjaan menenun sendiri juga

menjadi simbol identitas bagi si pemakai, oleh karena itu di bawah ini penulis akan

menganalisis kedua hal tersebut yakni tenunan menggambarkan kepribadian

perempuan dan juga tenunan sebagai simbol identitas orang Timor pada khususnya.

4.1. Tenunan menggambarkan kepribadian

Kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola, akan tetapi

organisasi ini selalu dapat berubah sehingga digunakan kata “dinamis”.

Artinya dalam kepribadian seseorang tidak hanya topeng yang dikenakan

ataupun hanya sekedar perilaku melainkan kepribadian seseorang merujuk

pada dirinya di balik tampilan luarnya dan tindakannya.2 Dalam pandangan

masyarakat mereka mendefenisikan kepribadian perempuan jika dilihat pada

1 R Maxwell, Textiles of Southeast Asia; Tradition, Trade and Transformation (Hongkong:

2003), 224. 2 Jess Feist dan Gregory J Feist, Teori Kepribadian, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) 85-86.

Page 3: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

71

tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang sabar, teliti, penuh kasih

sayang dan dia juga memiliki kekuatan dalam menjalani kehidupannya.

Ketrampilan-keterampilan yang ada dalam dirinya juga menjadi pembentuk

kepribadiannya yang bisa dilihat dalam proses ia menenun.

Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis yang ditampilkan oleh para

perempuan melalui persiapan-persiapan sampai pada proses ia menenun,

pikiran yang tidak terlihat namun dituangkan dalam sebuah karya yang indah

pada motif-motif dan juga pada selembar kain tenunan. Kepribadian dari para

perempuan terlihat dari hal-hal ini sehingga dalam kesimpulan Allport, ia

mengatakan bahwa kepribadian berhubungan erat dengan kenyataan bahwa

obyek yang dibahas memang merupakan manusia yang kompleks dan unik

yang membedakan dia dengan orang lain serta memiliki kemampuan yang

berubah. Ketika Allport menyimpulkan bahwa setiap orang memiliki

keunikan yang berbeda maka itulah yang ada dalam diri perempuan bahwa

keunikan pada dirinya ia tampilkan lewat setiap persiapan sampai pada proses

yang menghasilkan selembar kain tenunan.

Persiapan dan proses itu bisa dilihat dari ia mempersiapkan segala peralatan

dan bahan-bahan yang akan digunakan ketika ia akan menenun (bab 3).

Semuanya itu sebenarnya menceritakan kepribadian seorang perempuan

misalnya ia ingin membangun kehidupan berkeluarga, hubungan dia dengan

sesamanya, dan juga dengan alam. Hal-hal ini tidak terlepas dari kesiapan-

kesiapan tersebut karena dengan melakukan hal demikian semuanya

menggambarkan proses kehidupan yang akan dilaluinya nanti. Kepribadian

Page 4: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

72

dalam diri seseorang dibagi dalam 5 (lima) model menurut Costa dan McCrae

yakni neurotisme, ekstraversi, keterbukaan, keramahan dan kesadaran. Kelima

hal ini dibagi lagi dalam beberapa kepribadian yang akan penulis analisis di

bawah ini.

Pekerja keras

Perempuan merupakan makhluk pekerja dikatakan demikian karena

menurut masyarakat Timor bekerja yang dilakukan oleh para

perempuan dalam hal ini menenun tidak sekedar dipahami sebagai

sebuah panggilan sosial dan kultural semata karena bekerja sendiri

juga dihayati sebagai sebuah panggilan teologis di mana bekerja

merupakan wujud dari ibadah dan bakti kepada Tuhan. Ibadah,

penyembahan dan pengucapan syukur kepada Tuhan tidak hanya

sebuah ungkapan verbal, melainkan terwujud pula dalam tindakan-

tindakan nyata seperti dalam karya dan perbuatan.3 Perempuan

digambarkan sebagai sosok pekerja keras karena diberi tanggung

jawab besar dalam mengatur rumah tangganya yang juga di dalamnya

mengurus suami dan mendidik anak-anaknya karena peranan

perempuan dalam sebuah keluarga sangatlah dominan sebagai ibu

dalam rumah tangga ia sebagai ratu yang menata masa depan anak-

anaknya. Akan menjadi apa seorang anak itu tergantung dari peranan

seorang perempuan, hal ini dikarenakan perempuan memiliki

kepribadian yang mengharuskan dia terlibat secara langsung untuk

3 Eben Nuban Timo, Sidik Jari Allah dalam Budaya, (Maumere: Ledalero, 2007) 30.

Page 5: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

73

mengurus keluarganya serta dia juga memiliki kemampuan naluri yang

sangat luar biasa.4

Selain itu dia juga harus menenun agar hasil dari pekerjaannya itu bisa

dipakai oleh anggota keluarganya. Dalam hasil penelitian sudah

dipaparkan bahwa bukti bahwa perempuan itu pekerja keras bisa

dilihat dari persiapan yang dilakukan oleh para perempuan sebelum ia

menenun hal yang harus ia perhatikan yakni mempersiapkan bahan-

bahan yang digunakan seperti kapas yang harus dicarinya untuk

membuat beberapa gulungan benang. Kerja keras ia tunjukan lewat

semangat dalam mencari kapas yang ditanam di kebunnya, jikalau

masih kurang kapas yang diperlukan ia harus mencarinya sampai ke

hutan-hutan dengan berjalan kaki, namun semangatnya masih ada agar

ia bisa memperoleh kapas yang banyak untuk bisa ditenun. Karena

dalam menenun sebuah tenunan yakni berupa sarung dan selimut

membutuhkan benang yang sangat banyak oleh karena itu kerja keras

dari para perempuan menjadi kekuatan bagi mereka agar kapas-kapas

yang dicari itu dapat dikumpulkan dan diolah menjadi benang untuk

ditenun.

Perempuan bekerja karena hasil dari pekerjaannya itu berguna bagi

masyarakat dan bukan saja itu hasil kerjanya itu juga menjadi

pembentuk identitas diri bagi si pemakai dan juga identitas bagi

4 Pr. Darmawijaya, Perempuan Dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius Anggota IKAPI,

2003) 38.

Page 6: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

74

perempuan penenun itu sendiri. Bekerja bagi seorang perempuan sama

dengan berbakti dan mengabdi baik kepada orang tua, sesama dan juga

kepada Tuhan.5 Ketika seorang perempuan menenun baktinya kepada

orang tuanya ia tunjukan lewat tenunannya dengan terus melakukan

pekerjaan tersebut secara terus menerus yang kemudian ia ajarkan

secara turun temurun kepada anak cucunya sebab dengan melakukan

hal demikian ia mampu meneruskan warisan yang sudah ada sejak

dahulu yang kemudian menjadi identitas mereka. Selanjutnya bakti

seorang perempuan kepada Penciptanya ia tunjukan lewat motif-motif

yang ditenunnya serta dalam kain tenunan juga menggambarkan

tentang identitas sosial si pemakai. Perempuan mengerti siapa

Penciptanya pada waktu ia bekerja, motif-motif yang menggambarkan

kepercayaannya itu mau mengatakan bahwa hubungan antara manusia

dan yang tertinggi sudah ada sejak dahulu.

Teliti

Perempuan sebagai sosok yang penuh dengan ketelitian karena salah

satu unsur yang membedakan antara perempuan dan laki-laki adalah

mengenai ketelitian tersebut. Dikatakan demikian karena otak laki-laki

tidak sama dengan otak perempuan yang dilihat berdasarkan anatomi

otak, otak perempuan mempunyai daya memori lebih tajam

dibandingkan dengan memori otak laki-laki. Ketajaman tersebut yang

5 Nuban Timo, Sidik Jari… 22.

Page 7: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

75

membuat kaum perempuan lebih teliti dibandingkan dengan laki-laki.6

Ketelitian bagi para perempuan dalam dalam membuat motif tenunan

harus selalu diperhatikan karena itu menjadi hal yang mendasar.

Dalam membuat motif tenunan belah ketupat misalnya membutuhkan

setengah dari gulungan benang untuk membuatnya pada selembar kain

tenunan perhitungan dan ketelitian dalam mengikat benang-benang

menjadi sebuah motif memiliki makna keindahan, oleh karena itu jika

terjadi kesalahan dalam perhitungan ikatan benang dapat

mengakibatkan motif yang ada dalam tenunan akan terlihat tidak rapi.

Begitupula dalam motif-motif yang lain yang bercorak garis-garis

sejajar, panjang, berhadapan dan bulat dalam motif kain tenunan desa

Tunua.

Perhitungan dan ketelitian yang ada pada perempuan ini mau

menggambarkan bahwa dia juga mampu menyatukan berbagai bentuk

corak dalam motif-motif yang berarti bahwa ia memiliki kepribadian

yang menyatukan berbagai perbedaan yang ada dalam kehidupannya

menjadi terlihat indah jika disatukan. Hal ini karena dalam otak

perempuan lebih efisien dalam menganalisis situasi sosial dan

perempuan lebih baik dalam mendeteksi petunjuk dan membuat

analisis dari suatu situasi.7 Selain mampu mempersatukan perbedaan

yang ada dalam kehidupannya, seorang perempuan juga mampu

6 Naning Pranoto, HerStory: Sejarah Perjalanan Payudara, (Yogyakarta: Kanisius, 2010) 174.

7 Putri Evania, Menguak Rahasia Otak Perempuan, (Yogyakarta: Sinar Kejora, 2011) 15.

Page 8: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

76

menyatukan berbagai motif yang ada dalam kain tenunan agar dibuat

indah dan sebenarnya motif-motif itu menggambarkan sebuah situasi

sosial yang ada sejak dahulu dan oleh karena itu pada kesimpulannya

perempuan memiliki kualitas dalam menganalisisnya yang kemudian

ia tuangkan dalam kain tenunan.

Ketelitian yang dimiliki oleh perempuan terbawa hingga mereka

dewasa dalam mengatur kehidupannya. Jika dilihat kondisi sekarang

ini seorang perempuan harus teliti dalam mangatur dan

memperhitungkan biaya hidupnya, teliti dalam menentukan antara

kebutuhan dan kebiasaan dan juga teliti dalam mengatur waktu.

Kondisi inilah yang membuat perempuan menyadari bahwa ketelitian

itu sangatlah dibutuhkan dalam menjalani sebuah kehidupan.

Kreatif dan Imajinatif

Motif-motif yang tergambar dalam kain tenunan merupakan sebuah

simbol penyatuan hal ini karena perempuan memiliki daya imajinasi

dan kreatifitas yang baik dalam menyatukan setiap perbedaan yang ada

pada hasil tenunannya. Menurut Munandar (2004) perempuan

memiliki nilai rata-rata kreativitas yang lebih tinggi dari laki-laki. Hal

ini kemungkinan besar terjadi karena perubahan persepsi mengenai

peran gender wanita, bahwa sekarang ini perempuan didorong untuk

lebih kreatif dan produktif jika dibandingkan dengan masa lalu.8

8 Laura Irma Alanda dkk, Penyesuaian Diri Siswa Yang Mengikuti Akselerasi, (Jurnal Provitae

volume 3. No 1 Mei 2007, buku obor, 2007) 103.

Page 9: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

77

Kreatifitas yang tinggi dari perempuan juga didapat sejak ia kecil

dimana ia diajarkan bagaimana dia harus menenun dan sampai

sekarang menenun menjadi kebiasaannya.

Menenun merupakan pekerjaan yang hasil akhirnya adalah selembar

kain tenunan. Dalam kain tenunan tidak terlepas dari motif-motif yang

diracik dalam beberapa warna alam yang digunakan oleh para

perempuan serta pada tahap pewarnaan segala kreatifitasnya ia

tunjukan dalam menentukan warna yang cocok dalam hasil

tenunannya. Perempuan mampu memilih warna yang cocok karena ia

memiliki keunggulan dalam hal-hal yang menyangkut keterampilan-

keterampilan pada otak kirinya.9 Keunggulan perempuan dalam

meracik warna-warna alam seperti kuning, merah dan biru adalah

salah satu dari kreatifitas perempuan yang akan ia tuangkan dalam

tenunannya nanti.

Kebanyakan warna yang digunakan oleh para perempuan desa Tunua

adalah warna-warna terang yang menggambarkan kondisi batin

mereka yang dengan sukacita ketika mereka ingin menenun dan alasan

lainnya karena warna-warna tersebut terlihat menarik ketika ada yang

memakainya.10

Selain itu dalam menggunakan warna terang hasil

kreatifitas perempuan pada kain tenunan juga menjadi pembentuk

keindahan pada pola-pola motif yang dipakai. Warna itu digunakan

9 Gray Jhon, Mars dan Venus Together Forever, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005)

02. 10

YA (Penenun), Wawancara, Tunua: Minggu 02 Juli 2017, Pukul 15.00 WITA.

Page 10: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

78

agar dapat memisahkan perbedaan antara warna dasar kain dengan

setiap motif yang ada.

Kreatifitas dari perempuan dalam mendesain motif-motif tenunan dan

pewarnaan itu juga tidak sekedar menampilkan sisi estetika dan

keindahan saja, tetapi juga menyatakan kedekatan penenun dengan

alam di mana perempuan adalah seniman-seniman alam. Mereka

dengan segala kreatifitasnya mampu meramu bahan-bahan yang

tersedia di alam untuk digunakan dalam menenun dan lewat ramuan-

ramuan tersebut itulah yang membantu mereka dalam

mengekspresikan karyanya. Tanpa warna-warna alam para perempuan

dulu sampai dengan yang sekarang tidak mungkin membuat karya

yang sangat indah dalam selembar kain tenunan sebab alam

menyediakan semuanya kepada para perempuan penenun untuk

mengekspresikan karya mereka lewat tenunan tersebut.

Menenun merupakan pekerjaan yang sebagian besar dilakukan oleh

para perempuan dan suasana hati mereka yang penuh dengan

kegembiraan adalah bukti dari warna-warna yang mereka sajikan

dalam tenunan.11

Mereka merasa senang karena apa yang akan mereka

hasilkan nantinya bisa digunakan oleh sebagian orang dan juga

kreatifitas yang mereka tuangkan dalam penggunaan warna pada

tenunan itu akan terlihat baik dan indah jika ada yang

menggunakannya.

11

RN (Penenun), Wawancara, Tunua: Sabtu 01 Juli 2017, Pukul 19.00 WITA.

Page 11: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

79

Sabar dan Setia

Menenun dilakukan dengan posisi duduk kemudian paus niun atau

ikat pinggang besar milik penenun yang diletakan pada belakang

tubuh perempuan yang disatukan bersama dengan none (tempat

membentangkan benang) agar mudah dalam melakukan penenunan.

Posisi duduk yang berjam-jam sangat menguras tenaga bagi para

penenun dan karena itu dari awal ia menenun sebenarnya yang

dibutuhkan oleh para perempuan yakni ketenangan, kesabaran,

kesetiaan dan konsentrasi penuh karena dalam waktu yang lama untuk

menenun itu juga membentuk sifat emosional dari seorang perempuan.

Kesetiaan dalam menenun dilihat dari posisi duduknya yang berjam-

jam sangat menguras tenaga sampai ia menyelesaikan tenunannya,

tidak sampai di situ kondisi tubuh yang baik juga sangat membantu

kelancaran proses menenun. Kekuatan yang ada pada dirinya ia

tunjukan lewat kesabaran dan kesetiaannya dalam menenun sampai ia

menghasilkan kain tenunan. Jika diperhatikan waktu yang diperlukan

dalam membuat sebuah tenunan dalam hal ini sarung ataupun selimut

membutuhkan kurang lebih satu sampai dua bulan. Posisi duduk sang

penenun yang lama juga mau menggambarkan bahwa dia seorang

perempuan yang mempunyai fisik yang kuat, dia bukan perempuan

yang lemah. Kemampuan fisik yang kuat membantu dia untuk

mengerjakan pekerjaan menenun yang bukan hitungan hari tetapi

sampai berbulan-bulan untuk menghasilkan sebuah kain tenunan.

Page 12: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

80

Selain itu waktu yang lama juga menyimpulkan bahwa perempuan

adalah sosok yang sabar dan setia ketika ia harus menyelesaikan suatu

pekerjaan maupun persoalan yang sedang ia alami. Kesetiaan dan

kesabaran itu akan membuahkan keberhasilan jika dia mampu untuk

mengatasinya, meskipun membutuhkan waktu yang lama namun

semuanya itu bisa berjalan dengan baik jika dia tidak melupakan dua

hal tersebut.

Realistis

Berpikir secara realitis merupakan pemikiran yang di mana segi

obyektif kenyataan mendominasi pemikiran. Dalam cara berpikir itu

diharapkan bahwa segala faktor pribadi disingkirkan demi kepentingan

berpikir tentang apa yang ada di sana atau apa yang akan terjadi.12

Perempuan senang ketika ia ingin menenun, namun ada hal yang perlu

juga ia perhatikan yakni pantangan-pantangan. Berpikir realistis yang

ada pada perempuan ini mampu menyelamatkan kehidupannya dan

juga anggota keluarganya sebab ada dampak negatif dari melakukan

pekerjaan menenun tanpa memperhatikan pantangan-pantangan yang

ada seperti sakit yang berkepanjangan, kurangnya hasil kebun dan

terjadi kecelakaan dalam bentuk apapun.13

Pengertian tentang situasi juga menolong seseorang agar dapat

merencanakan hal yang realistis. Orang yang dangkal pengertiannnya

12

Robert W Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, (Yogyakarta: KANISIUS (Aggota IKAPI), 1994 ) 61.

13 MT (penenun), Wawancara, Tunua: Minggu 02 Juli 2017. Pukul 14.00 WITA.

Page 13: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

81

tentang suatu masalah adalah terbatas pengertiannya tentang

bagaimana masalah itu dapat dipecahkan. Pengertian yang lebih

mendalam tentang masalah dapat membuka mata orang itu untuk

melihat cara-cara lain dalam memecahkannya. Ia dimampukan untuk

membedahkan antara hasil yang hanya diangan-angankan dengan hasil

yang punya kemungkinan besar untuk dicapai. Tentu dugaan kita

tentang akibat perbuatan-perbuatan kita tidak dapat selalu benar,

namun demikian kita perlu berpikir dengan baik-baik tentang akibat

itu.14

Perempuan harus berpikir apa yang akan terjadi nantinya jika dia

melupakan pantangan yang ada, oleh karena itu kewajiban bagi setiap

penenun itu harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dan

dampak-dampak yang merugikan diri sendiri serta orang lain.

Komperhensif dan holistik.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Komperhensif diartikan

sebagai suatu sikap yang mampu menangkap atau menerima dengan

baik. Komperhensif juga memiliki makna yang lain yakni berpikir luas

dan lengkap, serta kemampuan untuk memperlihatkan wawasan yang

luas. Perempuan dikategorikan sebagai pribadi yang komperhensif

artinya bahwa perempuan memiliki kepribadian yang sangat luas

dalam cara berpikirnya. Hal itu dilihat dalam tenunan yang

ditenunnya, dimana perempuan di desa Tunua ketika dia membuat

14

Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2006) 227.

Page 14: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

82

motif-motif dalam kain tenunan dia mampu untuk menangkap dengan

baik apa yang sudah diajarkan dari kecil bahwa motif yang ada dalam

tenunannya menggambarkan keunggulan yang didukung oleh

kemampuan dari otak perempuan yang lebih cepat berpikir dari laki-

laki. Kemampuan perempuan dalam memperlihatkan wawasannya

juga terlihat dalam penggunaan warna yang ia pakai dalam kain

tenunan, dimana ia juga mampu meramu bahan-bahan alam yang akan

digunakan agar warna yang dihasilkan memperlihatkan warna yang

baik dan juga tidak luntur.

Selain perempuan itu sebagai seorang yang berpikir luas, dia juga

memiliki pribadi yang holistik artinya dalam pandangan seorang

negarawan Afrika bernama Jan Smuts dalam bukunya ia menuliskan

bahwa holistik atau holism dalam bahasa Yunani, holos berarti semua

atau keseluruhan. Semua faktor diperhitungkan secara keseluruhan

saling bergantung satu sama lain untuk kepentingan bersama.

Perempuan tidak pernah melupakan tugas tanggung jawabnya sebagai

istri dan juga ibu dari anak-anaknya, tanggung jawab itu ia tampilkan

dalam sosok perempuan saat ini. Menenun yang dikerjakan hasilnya

dapat dipakai bukan saja untuk anggota keluarganya tetapi juga untuk

setiap orang yang ingin menggunakannya. Artinya bahwa hasil yang

ditenun oleh seorang perempuan itu dia kerjakan bukan untuk dirinya

sendiri dan juga anggota keluarganya, melainkan juga untuk

kepentingan orang lain. Hal itu dilihat dari tenunan sebagai identitas

Page 15: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

83

masyarakat yang penulis akan memaparkannya dalam analisis tenunan

sebagai simbol identitas.

Penulis Sejarah, Budaya dan Religius

Pada bagian terakhir dalam point tentang kepribadian perempuan ini

penulis akan menganalisis bahwa dari semua proses yang dilakukan

oleh para perempuan sebelum ia menenun menggambarkan dia

seorang yang penulis sejarah dimana dalam kain tenunan yang

dikerjakan oleh seorang perempuan di dalamnya ia sedang

menceritakan sebuah sejarah kehidupan masyarakat khususnya di desa

Tunua. Tenunan sebagai sejarah merupakan media bagi perempuan

dalam menceritakan kepada setiap orang baik itu anak-anaknya,

anggota keluarganya dan juga kepada masyarakat bahwa mereka yang

hidup sampai saat ini tidak terlepas dari sejarah dan lewat tenunan mau

mengatakan bahwa sejarah itu tidak akan hilang dan masih terjaga

sampai sekarang.

Karya perempuan yang dituangkan dalam kain tenunan sebagai

warisan budaya masih terjaga. Dalam setiap keluarga, orang tua wajib

untuk mewariskan keahlian dalam menenun itu kepada anak

perempuannya. Hal itu juga nampak dalam filosofi masyarakat Timor

mengenai ike suti dan suni auni dalam Bab 1. Karena itu budaya

menenun sebagai warisan budaya ini masih terjaga sampai sekarang,

meskipun pekerjaan ini membutuhkan waktu yang lama. Dalam

tenunan kita juga bisa melihat konsep-konsep keagamaan yang

Page 16: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

84

digambarkan dalam berbagai motif warna dan bentuk gambar yang ada

dalam kain tenunan. Hubungan manusia dengan pencipta dan juga

hubungan mereka dengan para leluhurnya masih sangat jelas dalam

berbagai motif tersebut. Oleh karena itu dari semua hal di atas mau

menyimpulkan bahwa setiap karya yang dibuat oleh para perempuan

penenun selain menceritakan kepribadiannya, perempuan juga sebagai

pemilik dan penutur sejarah, budaya dan agama dalam sebuah

masyarakat.

4.2. Tenunan sebagai Simbol Identitas

Menenun merupakan pekerjaan yang menghasilkan kain tenunan dan

dalam tenunan juga terdapat motif-motif yang menggambarkan tentang

identitas si penenun maupun identitas si pemakai. Dalam selembar kain

tenunan warna menjadi hal terpenting dalam menentukan motif agar terlihat

indah dan menarik jika dilihat. Warna dasar dari tenunan di desa Tunua

kebanyakan memakai warna putih dan kemudian dikombinasi dengan warna-

warna cerah lainnya. Warna putih dipakai karena sejak dahulu para

perempuan di desa Tunua sangat dekat dengan tanaman kapas yang dipakai

untuk membuat benang dan hasil dari pemintalan benang itu adalah warna

putih yang digunakan dalam kain tenunan sampai sekarang.

Warna pada hakekatnya menurut Aristoteles bahwa semua warna itu

adalah hasil dari percampuran antara warna hitam dan warna putih. Ada

benarnya juga karena sebagian besar untuk menghasilkan warna-warna yang

cerah pada kain tenunan campuran dari akar mengkudu dan kapur sirih

Page 17: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

85

mampu menghasilkan warna merah yang baik dan adapula percampuran

antara kapur sirih dan kunyit menghasilkan warna kuning. Hal ini masih

dilakukan oleh sebagian masyarakat desa Tunua khususnya para perempuan

untuk mendapatkan kualitas warna yang baik. Sedangkan untuk warna hitam,

biasanya mereka menggunakan arang bekas bakaran, tidak terlepas dari kapur

sirih dan juga tanaman pohon (taum) untuk menghasilkan warna biru.

Perempuan memiliki keterampilan-keterampilan yang baik

dibandingkan dengan laki-laki sebab kemampuan yang dimiliki itu terletak

pada otak kirinya.15

Keterampilan itu yang membantunya ketika meracik

warna dan warna yang dihasilkan menentukan warna motif yang ada pada

kain tenunan. Otak perempuan juga bereaksi lebih cepat untuk menerima

informasi dalam jumlah yang lebih besar sehingga mempermudahnya dalam

berkominikasi dan juga berhubungan dengan orang lain. Ini yang

membedakan otak perempuan berbeda dengan otak laki-laki. Hal ini juga

dipengaruhi oleh faktor budaya dan juga perbedaan fungsi otak dengan laki-

laki.16

Dari pengertian ini sudah jelas bahwa otak perempuan penuh dengan

hal-hal yang imajinatif dan karena itu ia salurkan lewat tenunan yang dilihat

bukan saja sebagai hasil karyanya saja tetapi juga sebagai media

berkomunikasi. Tenunan dipakai sebagai media untuk berkomunikasi dengan

pencipta, alam, dan juga lewat tenunan perempuan bisa memperkenalkan

identitasnya. Pemakaian motif dalam kain tenunan sangat berpengaruh pada

15

Gray Jhon, Why Mars & Venus Collide, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) 44. 16

Putri, Menguak Rahasia … 62.

Page 18: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

86

pemakaian warna-warna yang digunakan, sebab hal itu juga menunjukan

identitas bagi si penenun dan juga si pemakai. Identitas bagi perempuan di

Timor mau mengatakan bahwa lewat tenunannya mau menceritakan bahwa

mereka merupakan orang-orang yang memiliki hubungan sosial dengan alam,

sesama dan juga Tuhan. Mereka juga percaya akan kehidupan dunia lain

karena itu mereka membuatnya dalam motif-motif yang ada dalam kain

tenunan semuanya itu menggambarkan kepercayaan-kepercayaan dunia

supranatural serta dalam tenunan itu mau menggambarkan tentang identitas

diri seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial yang ada dalam

masyarakat. Oleh karena di bawah ini penulis akan melihat identitas dari si

penenun maupun si pemakai dalam motif tenunan yang ada dalam masyarakat

desa Tunua.

Tenunan sebagai pembentuk kehidupan dan kesetaraan

Identitas menurut Allport secara kodrati adalah proses yang bersifat

psikososial yang berarti pribadi membentuk identitasnya seturut cita-

cita serta identitas bersama kelompoknya.17

Kehidupan bersosial

masyarakat desa Tunua tergambar dalam tenunan yang juga di

dalamnya menjelaskan hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Identitas dari perempuan dan laki-laki sendiri menjadi gambaran

kesetaraan yang ada pada tenunan yang bermotif Namkelas. Pada

mulanya Allah menciptakan langit dan bumi kemudian dia

17

Creamer Agus, Jati diri, Kebudayaan dan Sejarah (Maumere: Ledalero, 2001) 20-21.

Page 19: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

87

menciptakan manusia. Laki-laki sebagai ciptaan yang pertama hidup

dalam kesendirian dan binatang yang diciptakan oleh Allah untuk

menemani manusia gagal mengusir kesendirian manusia laki-laki.

Kesendirian manusia laki-laki teratasi dengan kehadiran rekan yang

setara yakni Allah menciptakan sosok perempuan.18

Kehidupan dan

kesetaraan yang digambarkan dalam motif namkelas yakni pembagian

warna tenunan hitam digunakan oleh laki-laki dan perempuan

menggunakan tenunan warna putih semuanya itu memiliki makna

bahwa Allah menciptakan manusia itu laki-laki dan perempuan tanpa

melihat perbedaan. Seiring dengan perkembangan zaman dan pikiran

dari para penenun, maka tenunan yang memisahkan antara laki-laki

dan perempuan kemudian diggabungkan menjadi garis-garis sejajar

pada selembar kain tenunan.19

Hal ini juga memiliki makna tersendiri

bahwa antara perempuan dan laki-laki biarpun mereka berbeda, namun

mereka dapat dipersatukan. Jadi jelas bahwa identitas dari perempuan

dan laki-laki dalam tenunan mereka adalah makhluk yang setara dan

itu terbawa dalam kehidupan bermasyarakat desa Tunua sampai

sekarang.

Tenunan sebagai gambaran identitas masyarakat Timor karena mereka

menghargai akan kehidupan yang Tuhan sudah berikan kepada

mereka. Kehidupan itu digambarkan dalam motif-motif dan bukan saja

18

Mutiara Andalas, Lahir dan Rahim, (Yogyakarta: KANISIUS Anggota IKAPI, 2009) 17. 19

MM (Penenun), Wawancara, Tunua: Jumad 07 Juli 2017, Pukul 10.00 WITA.

Page 20: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

88

itu ketika seseorang menjalani kehidupannya dia tidak sendiri karena

Tuhan menciptakan manusia itu laki-laki dan perempuan. Kesetaraan

menjadi sebuah gambaran dalam motif tenunan masyarakat Tunua

bahwa manusia adalah makluk yang saling membutuhkan,

menghargai, menolong satu dengan yang lain tanpa mengenal akan

perbedaan. Lewat motif-motif yang sudah dijelaskan di atas mau

menggambarkan bahwa identitas orang Timor pada umumnya adalah

seorang yang menghargai akan kehidupan dan juga kesetaraan.

Tenunan sebagai pembentuk identitas sosial dan gambaran

pelestarian terhadap alam.

Kain tenunan merupakan produk budaya yang digunakan oleh

masyarakat desa Tunua sebagai pakaian adat mereka. Namun dalam

pemakaiannya, ia tidak hanya berfungsi sebagai penahan hawa panas

atau dingin, hembusan angin, dan sebagainya, namun juga memiliki

fungsi lain yaitu: sebagai lambang kekuasaan, sebagai tanda identitas

diri dan sebagai penghias tubuh.20

Dalam motif tenunan yang ada

dalam masyrakat Tunua memiliki indentitas sosial bagi si pemakai

yakni dalam motif bunga lontar (Tuasufa) pada motif paukolo

merupakan perbedaan status sosial antara rakyat dan raja. Motif

Tuasufa menggambarkan rakyat yang hidup dalam ketaatan dan

kepatuhan kepada raja. Itu ditandai dengan gambaran motif paukolo

yang ditenun secara tegak berdiri. Dalam hidup bermasyarakat di desa

20

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi II, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 40.

Page 21: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

89

Tunua dahulu jabatan dari seorang usif atau raja lebih tinggi dari

jabatan pah tuaf/tuan tanah, mafefa/ juru bicara, amaf/ pejabat,

meo/panglima perang dan tob/rakyat biasa dalam struktur sosial yang

ada saat itu (bab 2). Oleh karena itu para perempuan dengan karyanya

mampu menggambarkan identitas si pemakai kain tenunan bahwa

perbedaan sosial yang dahulu diterapkan khususnya dalam

pemerintahan di desa Tunua bisa dilihat dari motif tenunan yang ia

tenun.

Perbedaan status sosial antara rakyat dan rajanya tidak terlepas dari

suatu hubungan yang terjalin dengan baik dalam struktur masyarakat

desa Tunua. Seorang raja harus memiliki jiwa kepemimpinan yang

baik dan harus melindungi rakyatnya dari berbagai ancaman apapin itu

sedangkan tugas dari seorang rakyat dia harus patuh dan taat kepada

rajanya agar tercipta kemakmuran dan kesejateraan antara kedua belah

pihak.

Motif paukolo dan tuasufa yang ditunjukan dalam tenunan desa Tunua

sebenarnya memiliki suatu keterkaitan satu dengan yang lain dimana

hubungan baik antara raja dan rakyat adalah saling membutuhkan

untuk membangun kesejateraan bersama tanpa membedakan status

sosial. Oleh karena itu dengan sendirinya dalam tenunan ini identitas

si pemakai sangat jelas bahwa memang ada perbedaan antara raja dan

rakyat tapi itu tidak menjadi sebuah pemisah untuk menciptakan suatu

hubungan yang mencapai kesejateraan dan kemakmuran bersama.

Page 22: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

90

Tenun ikat bagi masyarakat Mollo Utara khususnya di desa Tunua

memiliki makna yang sangat mendalam dan simbol-simbol yang ada

dalam tenun ikat sebagai simbol status sosial sesesorang yang sangat

berpengaruh dan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan karena tenun ikat merupakan salah satu unsur yang

terpenting di dalam kehidupan orang Mollo Utara.21

Identitas masyarakat Timor yang ada di desa Tunua bisa digambarkan

dalam motif yang sudah penulis gambarkan di atas, selain itu identitas

masyarakat juga tercermin dalam hubungan para perempuan dengan

alam sebagai pemberi kehidupan dan di dalamnya membantu para

perempuan dalam menghasilkan karyanya. Identitas orang Timor

khususnya yang dilakukan oleh para perempuan itu tercermin di dalam

mereka sebagai pemelihara lingkungan dan juga pelestari alam sebab

alam menyediakan peralatan yang dipakai dalam proses menenun dan

juga alam menyediakan bahan-bahan untuk mewarnai kain tenunan.

Pelestarian lingkungan hidup dan juga alam selain perempuan yang

menenun dia mengambil bahan-bahan untuk dijadikan pewarnaan,

adapun masyarakat Timor pada umumnya juga mengusahakan alam

untuk bertani dan berkebun agar dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Disini bisa dilihat bahwa alam sebagai penyedia sumber kebutuhan

masyarakat oleh karena itu harus dijaga dan dilestarikan. Identitas

21

Asni Salviany La’a dan Sri Suwartiningsih, “Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin” Makna Tenun Ikat bagi Perempuan, Studi Etnografi di Kecamatan Mollo Utara-Timor Tengah Selatan, Vol. XXII, No. 1, 2013, 31.

Page 23: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

91

mereka digambarkan sebagai perawat bumi dan menghargai alam

dengan hal-hal yang dilakukan di atas.

Tenunan sebagai simbol religius

Tenunan bukan saja berfungsi sebagai pakaian penutup tubuh

melainkan ragam hias atau motif-motif yang terdapat dalam tenunan

itu memiliki nilai spiritual dan mistik menurut peraturan adat yang

berlaku.22

Masyarakat desa Tunua zaman dahulu mempercayai bahwa

menenun selain sebagai kretifitas dari para perempuan, namun

menenun juga merupakan pemberian dari dewa-dewa yang pada

akhirnya menjadi simbol dalam suatu motif tenunan.23

Simbol inilah

yang terlihat dalam motif Paukolo yang juga merupakan motif

pertama di desa Tunua.

Motif paukolo (kepala burung), dipercaya sebagai penjelmaan dewa

yang menjadi burung dan dewa menurut kepercayaan orang Timor

dahulu yaitu uis neno (dewa langit) yang memberikan kemakmuran

dan kesejateraan. Kepercayaaan kepada uis neno (dewa langit) terlihat

dari motif yang digunakan oleh raja yakni motif paukolo (kepala

burung). Seorang raja atau pemimpin dituntut untuk mampu

melindungi rakyatnya, menyelesaikan masalah dengan baik,

memberikan kemakmuran dan kesejateraan bagi rakyatnya.

22

Jes A Therik, Tenun Ikat dari Timur, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989) 24. 23

Nuban Timo, Sidik Jari… 68.

Page 24: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

92

Kepercayaan terhadap uis neno (dewa langit) ini selain sebagai

pemberi kesejateraan dan kemakmuran, uis neno juga dipercaya

sebagai penguasa tertinggi.24

Dahulu masyarakat mempunyai

kepercayaan atau agama asli yakni pemujaan terhadap nenek moyang

dewa langit (uis neno) yang memberikan kemakmuran, kesejahteraan

hidup disamping pemujaan pada dewa bumi yang bernama uis afu.

Kepercayaan kepada uis neno ini dipergunakan untuk menterjemahkan

kepercayaan kepada Tuhan.25

Kepercayaan inilah yang menjadi

simbol dari motif paukolo (kepala burung) yang dipakai oleh raja.

Raja yang memimpin harus mampu memberikan kesejateraan dan

kemakmuran bagi setiap rakyatnya. Raja memiliki kedudukan tertinggi

dalam status sosial masyarakat saat itu, sehingga pemahaman

masyarakat berkaitan dengan kepercayaan mereka terhadap uis neno

(dewa langit) tersebut.

Simbol belah ketupat dalam motif lulsial dalam tenunan masyarakat

desa Tunua juga menggambarkan harapan dan kepercayaan

masyarakat akan Tuhan, ikatan kekeluargaan dimana dalam

kehidupannya harus saling menghormati dan membantu dan

menunjukkan arah mata angin.26

Adapun makna lain dari motif belah

ketupat dimana jika dilihat dari bentuknya motif ini menggambarkan

24 P. Midelkoop, Atoni Pah Meto, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993) 100. 25

Therik, Nusa Tenun… 55. 26

Asni Salviany La’a dan Sri Suwartiningsih, Jurnal Studi… 32.

Page 25: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

93

tubuh buaya. Buaya sendiri merupakan binatang yang dipercaya

memberi kehidupan bagi orang Timor waktu dulu sehingga binatang

ini menjadi simbol kepercayaan mereka yang memberikan

kemakmuran. Proses penyembahan juga dilakukan oleh masyarakat

Timor untuk mendapatkan kesejateraan dan kesuburan dalam

kehidupan mereka. Buaya tidak hanya memberi banyak pada

masyarakat Timor, tetapi dia juga memberi hidupnya sendiri bagi

kelangsungan hidup penduduk di pulau Timor.27

Oleh karena itu pulau

Timor sendiri jika dilihat dari ketinggian berbentuk seperti seekor

buaya yang sedang tertidur. Mitos tentang pulau Timor ini sendiri

banyak yang masih diceritakan oleh para orang tua kepada anak-

anaknya sehingga lewat karyanya perempuan berusaha untuk

mengerjakannya dalam bentuk motif tenunan agar mereka mengingat

akan adanya pulau yang mereka tinggali saat ini.

Kehidupan religius yang digambarkan dalam motif tenunan desa

Tunua secara khusus bagi masyarakat Timor pada umumnya, sejak

dahulu mereka sudah mengenal akan Ilah yang Tertinggi yang mampu

memberikan mereka kemakmuran dan kesejateraan, oleh karena itu

identitas masyarakat Timor sendiri merupakan orang yang beragama

sejak dahulu dan hal tersebut juga bisa dilihat dari motif-motif yang

ada dalam kain tenunan.

27

Nuban Timo, Pemberita Firman.. 141.

Page 26: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

94

Percaya kehidupan sesudah kematian

Kepercayaan masyarakat Timor yang tercermin dalam kain tenunan

juga menjadi salah satu pembentuk identitas bagi mereka yang dalam

hal ini selain mereka percaya akan Ilah yang Tertinggi mereka juga

mempercayai bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dimana baik

laki-laki dan perempuan dalam suku Timor ketika mereka meninggal

dunia mereka dimakamkan bersama-sama dengan barang-barang

kesayangannya. Menurut Johanes Hessing barang-barang tersebut

berupa kain selimut, perhiasan emas dan juga perak, alat makan dan

minum, pisau. Hal ini percaya karena ketika seseorang meninggal itu

jiwanya akan segera berangkat ke dunia para leluhur setelah keluarga

yang ditinggalkan melepaskan kepergiannya melalui ritus kematian.

Kain tenunan yang di dalamnya harus menggambarkan motif-motif

terbaik, biasanya yang bercorak hias dengan “totem” atau marga.28

Masyarakat Timor mengenal akan kehidupan yang Tuhan anugerahkan

kepadanya seperti yang penulis sudah paparkan di atas bahwa

kehidupan itu digambarkan setara bahwa manusia harus saling

mendukung satu dengan yang lain tanpa mengenal perbedaan. Selain

gambaran kehidupan, mereka juga percaya akan adanya kehidupan

yang lain setelah kematian. Kehidupan tidak berakhir dengan kematian

fisik karena hidup itu berlanjut di bawah kontrol Uisneno (Ilah

28

Nuban Timo, Sidik Jari… 39-40.

Page 27: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

95

Tertinggi). Orang yang meninggal, ia berlalu dari dunia ini ke dunia

yang lain, dunia para arwah.29

Dari kepercayaan di atas sudah jelas bahwa masyarakat Timor pada

umumnya mereka percaya akan hal tersebut dan itu menjadi identitas

bagi mereka sehingga sampai sekarang ini ketika ada kematian

biasanya kain-kain tenunan itu dijadikan sebagai pemberian ketika

seseorang akan dimakamkan.

Dari semua motif-motif yang digambarkan di atas penulis mau menyimpulkan

bahwa tenunan menjadi simbol identitas masyarakat desa Tunua baik si penenun tapi

juga bagi si pemakai. Di dalam motif-motif tenunan tergambar pula kepercayaan,

status sosial dan asal-usul sebuah kehidupan Perempuan mampu memberikan suatu

karya yang sangat indah dalam hasil tenunan yang ia buat dengan kesabaran,

ketelitian dan kerja keras. Tidak sampai disitu pikiran yang harus dituangkan dalam

motif-motif itu membutuhkan waktu yang bukan sedikit, oleh karena itu perempuan

menjadi sosok yang punya daya imajinasi yang tinggi. Perempuan mampu bertahan

sampai membuahkan hasil yang baik yakni selembar kain tenunan yang kita ketahui

ada yang berbentuk selendang, sarung dan juga selimut. Sebuah karya yang luar biasa

dan penuh inspirasi. Proses dan persiapan merupakan gambaran dari kepribadian

seorang perempuan yang kuat dan setia dalam melakukan pekerjaan menenun. Bukan

saja itu hasilnya menjadi sebuah gambaran identitas diri dan juga gambaran identitas

masyarakat di desa Tunua. Karya yang dihasilkan oleh para perempuan ini juga mau

menunjukan bahwa tenunan sebenarnya mempunyai nilai dan makna dalam setiap

29

Nuban Timo, Sidik Jari… 41.

Page 28: BAB IV Kepribadian dan Identitas Sebagaimana Dalam Proses ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16437/4/T2_752016005_BAB IV... · tampilan luarnya melekat erat dengan sosok yang

96

persiapan, proses dan juga hasil yang didapat yakni kain tenunan itu sendiri.

Akhirnya penulis mau menyimpulkan bahwa dalam analisis ini seorang perempuan

yakni penenun dia diberikan anugerah oleh Tuhan yang sangat luar biasa, dimana

lewat tangannya terbentuk sebuah identitas diri serta identitas sebuah masyarakat

yang masih ada dan masih terjaga sampai sekarang ini. Selain itu juga melalui proses

yang dilakukan oleh para perempuan penenun sebenarnya sebagai media untuk

menarasikan kepribadiannya.