bab iv hasil penelitian pada bab ini diuraikan secara

99
BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara keseluruhan temuan penelitian pengembangan model pembelajaran yang mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa pendidikan sejarah. Secara rinci hasil penelitian tersebut akan diuraikan dalam tiga sub, yaitu hasil penelitian studi pendahuluan, hasil penelitian pengembangan model dan hasil penelitian pengujian model. A. Hasi! Penelitian Studi Pendahuluan Penelitian tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi yang sedang berlangsung dalam proses perkuliahan mata kuliah sejarah nasional maupun sejarah dunia bagi mahasiswa program studi pendidikan sejarah, terutama dalam kaitannya dengan kondisi ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa. Secara rinci dalam studi pendahuluan ini. didapat data tentang performansi dosen dalam menyiapkan dan melaksanakan perkuliahan, pengembangan materi, pemilihan/penggunaan metode, media dan sumber belajar, evaluasi pembelajaran, tingkat ketrampilan berpikir kesejarahan dan aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan, serta kondisi sarana/prasarana yang disiapkan LPTK. Untuk mendapatkan keseluruhan data/informasi tersebut maka dilakukan observasi, wawancara dan penyebaran angket kepada dosen dan mahasiswa serta studi dokumen. Seperti telah diuraikan dalam bab III, bahwa teknik analisis data dalam tahap pertama (studi pendahuluan) adalah dengan deskriptif-kualitatif. yang 165

Upload: phamliem

Post on 08-Dec-2016

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan secara keseluruhan temuan penelitian

pengembangan model pembelajaran yang mengembangkan ketrampilan berpikir

kesejarahan mahasiswa pendidikan sejarah. Secara rinci hasil penelitian tersebut

akan diuraikan dalam tiga sub, yaitu hasil penelitian studi pendahuluan, hasil

penelitian pengembangan model dan hasil penelitian pengujian model.

A. Hasi! Penelitian Studi Pendahuluan

Penelitian tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis

kondisi yang sedang berlangsung dalam proses perkuliahan mata kuliah sejarah

nasional maupun sejarah dunia bagi mahasiswa program studi pendidikan sejarah,

terutama dalam kaitannya dengan kondisi ketrampilan berpikir kesejarahan

mahasiswa. Secara rinci dalam studi pendahuluan ini. didapat data tentang

performansi dosen dalam menyiapkan dan melaksanakan perkuliahan,

pengembangan materi, pemilihan/penggunaan metode, media dan sumber belajar,

evaluasi pembelajaran, tingkat ketrampilan berpikir kesejarahan dan aktivitas

mahasiswa dalam perkuliahan, serta kondisi sarana/prasarana yang disiapkan

LPTK. Untuk mendapatkan keseluruhan data/informasi tersebut maka dilakukan

observasi, wawancara dan penyebaran angket kepada dosen dan mahasiswa serta

studi dokumen.

Seperti telah diuraikan dalam bab III, bahwa teknik analisis data dalam

tahap pertama (studi pendahuluan) adalah dengan deskriptif-kualitatif. yang

165

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara
Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

166

dilakukan secara berulang-ulang di sepanjang kegiatan penelitian dalam

menjawab pertauyaan-pertanyan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.

Model analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang mengacu pada

Miles dan Huberman (1987:23).

Seperti telah dituliskan pada bab sebelumnya bahwa yang menjadi

responden dalam studi pendahuluan ini adalah dosen dan mahasiswa program

studi pendidikan sejarah FKIP UNSRI dan Universitas PGRI yang mengikuti

perkuliahan SNI II, IV, VI dan VIII, dan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan

Pra Sejarah, Sejarah Indonesia Madya dan Sejarah Indonesia Mutakhir di FKIP

universitas Muhamadiyah. Jumlah keseluruhan responden mahasiswa yang

dilibatkan dalam kegiatan observasi 302 orang. Untuk pengisian angket,

responden yang diambil hanya 10 orang dari setiap mata kuliah tersebut, sehingga

jumlah responden mahasiswa yang mengisi angket hanya 110 orang. Adapun

jumlah responden dosen untuk pelaksanaan observasi 13 orang, dengan rincian

Unsri 5 orang, Universitas PGRI 4 orang dan Universitas Muhammadiah 4 orang,

sedangkan jumlah responden dosen yang mengisi angket 21 orang.

K Dosen dan Mahasiswa

Melalui dokumentasi laporan Borang Akreditasi dari tiga LPTK tahun

2003, tempat lokasi penelitian berlangsung diketahui bahwa semua dosen yang

mengajar mata kuliah inti (sejarah) memiliki latar belakang pendidikan sejarah

atau ilmu sejarah di jenjang strata K Sebagian besar (68%) dosen pendidikan

sejarah masih pada jenjang strata 1, dan sisanya (32 %) telah melanjutkan ke

jenjang strata 2 dengan beragam disiplin ilmu. Jika dilihat dari masa tugas

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara
Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

mengajar di LPT K, maka hanya 4 orang dosen dari 37 dosen yang metil iSkr^ t sa

tugas mengajar di pendidikan sejarah di bawah 5 tahun. Secara keseIuniK^n^fo

dosen yang mengajar di tiga program studi Pendidikan Sejarah, FKIP di tiga

lokasi penelitian, yang dilihat dari latarbelakang pendidikan, masa tugas dan jenis

kelamin pada tabel di bawah ini.

;

Tabel 4.1 Profil Dosen Pendidikan Sejarah yang Mengasuh Mata Kuliah Keahlian

No. LPTK Kualifikasi Pendidikan

Masa Tugas Mengajar

Alumni S 1 Jenis Kelamin

1 Universitas Sriwijaya Jumlah = 13 org

S 1 = 3 org S 2 = 10 org S3 =0

<5 thn = 1 org > 5 thn = 12 org

Unsri = 10 org NonUnsri dan non lokal = 3 org

Lk = 4 org Pr = 9 org

II Universitas PGRI Jumlah = 15 org

S 1 = 11 org S 2 = 4 Org S 3 =0

<5 thn= 3 org > 5 thn = 12 org

Unsri ~ 4 org PGRI= 7 org UnMuh = 2 org Non lokal = 2 org

Lk «= 10 Olg Pr = 5 org

111 Universitas Muhammadiah Jumlah = 9 org

S 1 = 9 org S 2 = 0 Org S3 =0

<5 thn = 1 org > 5 thn = 8 org

Unsri = 6 org PGRI= 2 org Non Lokal = 1 org

Lk - 4 org Pr = 5 org

Dari tabel tersebut terlihat gambaran sebaran dosen pendidikan sejarah

yang mengajar di tiga LPTK di Kota Palembang. Sebagian besar dosen masih

berada pada jenjang pendidikan S 1, tetapi berlatar belakang pendidikan dari

pendidikan sejarah, dan hanya satu orang dosen dengan latar belakang S 1 dari

program studi pendidikaan geografi. Untuk menutupi kekurangan dosen yang

sebagian besar belum dan bahkan tidak ada sama sekait yang memiliki

kualifikasi strata 2, Universitas PGRI dan Muhammadiah menggunakan dosen

yang ada di Universitas Sriwijaya. Dari semua dosen pendidikan sejarah yang ada

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

168

di tiga LPTK di Kota Palembang, belum ada yang berkualifikasi S3. Berdasarkan

sebaran kualifikasi latar belakang pada dosen yang ada di tiga LPTK yang dikaji,

dapat dikalisiflkasikan bahwa Universitas Sriwijaya termasuk pada kategori

perguruan tinggi dengan kategori tinggi, sedangkan Universitas PGRI termasuk

kategori sedang, dan Universitas Muhammad iah termasuk kategori rendah.

Sebagian besar dari dosen ini adalah alumni-alumni LPTK yang ada di

kota Palembang. Hal ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya LPTK tersebut,yang

terkait dengan kebijakan pemerintah waktu dulu untuk meningkatkan kuantitas

guru sekolah menengah, sebagai lanjutan dari kebijakan pemerintah (INPRES)

pendidikan dasar. Di iain pihak sebagian besar guru-guru yang mengajar di SMP

dan SMA di kota Palembang khususnya, dan propinsi Sumatra Selatan umumnya,

adalah juga alumni dari tiga LPTK tersebut. Oleh sebab itu pembenahan guru-

guru sejarah yang ada di Kota Palembang dan Provinsi Sumatra Selatan harus

bermula dari pembenahan pembelajaran sejarah yang ada di tiga LPTK tersebut

Dilihat dari jumlah dan rata-rata IPK alumninya lima tahun terakhir,

mahasiswa pendidikan sejarah di tiga LPTK di Kota Palembang cukup

membanggakan. Di samping itu, sebagai raw input dari proses pendidikan sejarah

di LPTK, mahasiswa memiliki alasan yang berbeda saat memilih dan

menentukan pendidikan sejarah sebagai pilihan saat masuk ke UMPTN. Dari

hasil angket terhadap mahasiswa tentang alasan pemilihan jurusan/program studi

pendidikan sejarah sangat beragam, di antaranya karena belajar sejarah lebih

mudah dibanding ilmu lain, belajar sejarah menyenangkan, sejarah mirip dengan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

169

ilmu sosial politik, karena nilai sejarah saat di S MA tinggi, dan beberapa alasan

lainnya.

Alasan yang paling banyak dinyatakan responden mahasiswa adalah

karena pelajaran sejarah menarik yang menyebabkan mereka memilih program

studi ini. Ha! ini tentu sangat menggembirakan karena minat yang tinggi dari

peserta didik sangat menentukan keberhasilan pendidikan mereka. Apalagi untuk

sekelompok responden yang menyatakan karena keinginan yang sejak lama, dan

disebabkan oleh sosok guru sejarah yang menyenangkan, atau nilai pelajaran

sejarah yang tinggi sejak sekolah menengah, maka motivasi yang dimiliki untuk

belajar sejarah sangat tinggi. Hanya sebagian kecil saja dari responden mahasiswa

yang memilih program studi pendidikan sejarah karena faktor-faktor yang kurang

menunjukkan minat yang besar, yaitu karena tidak diterima di jurusan lain, dan

ikutan teman saja, serta memilih pendidikan sejarah karena satu-satunya program

studi yang ada untuk jurusan pendidikan IPS di LPTK tersebut.

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Menjawab pertanyaan, apakah yang menjadi tujuan utama dari

pembelajaran sejarah yang diberikan kepada mahasiswa, maka para responden

dosen memberikan jawaban yang bervariasi. Berdasarkan jumlah responden yang

memberikan jawaban yang sama dan dikelompokkan, maka disusun berurut pada

tabel berikut, dimulai dari kelompok jawaban responden terbanyak hingga paling

sedikit.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

170

Tabel 4.2 Pendapat Dosen tentang Tujuan Utama Pembelajaran Sejarah bagi

Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Rangking Jawaban

Uraian Jawaban dosen

1. Penguasaan materj/Ilmu pengetahuan 2. Pemahaman materi kesejarahan dan keterkaitannya dengan kondisi saat ini 3 Membuka pola pikir kritis dan memiliki wawasan ke depan 4 Mahasiswa berpikir secara realistik, setiap kejadian ada kaitannya dengan

masa lampau 5 Mengembangkan berpikir kesejarahan 6 Menjadi guru sejarah yang profesional dan dapat melakukan penelitian

sejarah 7 Mengerti makna sejarah

Jika dilihat dari jawaban dosen tentang tujuan utama melaksanakan

pembelajaran ke mahasiswa pendidikan sejarah, diketahui bahwa sebagian besar

dosen menempatkan penguasaan materi sejarah sebagai tujuan paling utama

dibanding pengembangan ketrampilan berpikir. Saat ditanya, apakah yang

menjadi dasar pemikiran jawaban para dosen tersebut Dari hasil angket terbuka

dan wawancara, para responden dosen memberikan jawaban sangat beragam,

yaitu;

• LPTK mencetak calon guru sejarah, karena itu perlu penguasaan materi

• Mahasiswa tersebut adalah calon guru sejarah, karena itu harus mampu

menceritakan kembali peristiwa sejarah.

Sedangkan dasar pemikiran responden dosen yang menyatakan bahwa

ketrampilan berpikir lebih utama diberikan dibanding penguasaan materi, yaitu;

• LPTK adalah lembaga akademik, maka mahasiswa harus dikembangkan

cara berpikirnya.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

171

« sejarah bukan untuk dihapal dan mustahil bisa dilakukan, karena itu

penting mahasiswa memiliki kemampuan menganalisa peristiwa sejarah.

Dasar pemikiran dosen yang kedua tersebut, memberikan kemungkinan

pembelajaran sejarah yang mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahan

mahasiswa mereka.

Keragaman pendapat dosen tersebut membawa pengaruh bagaimana

pembelajaran sejarah dilaksanakannya. Pemberian dikte materi menjadi "sesuai"

dilakukan jika tujuan dosen hanya untuk menyampaikan materi dan mengajar

untuk tes "teaching to tes". Sebaliknya akan berbeda dengan dosen yang

memiliki tujuan pembelajarannya untuk mengembangkan ketrampilan berpikir

kesejarahan. Secara lebih jeias dapat dirujukkan pada temuan studi pendahuluan

tentang bagaimana pengembangan materi, metode pembelajaran, media/sumber

belajar yang digunakan oleh dosen-dosen yang berbeda pandangan tersebut

berikutnya.

3. Pengembangan Materi

Sehubungan dengan pengembangan materi, semua responden dosen

menyatakan menggunakan isu/peristiwa yang aktual terjadi saat ini, sebagai

contoh, analogi dalam memberikan penjelasan materi kuliah. Hal ini agak berbeda

dengan jawaban responden mahasiswa, yang menyatakan hanya sebagian dosen

saja yang dalam menjelaskan materinya memberikan pemahaman kesejarahan

dengan tiga dimensi waktu (lalu, sekarang dan akan datang), sedangkan sebagian

besar dosen lainnya hanya menjelaskan tentang masa lampau saja dan cenderung

tidak memberikan contoh ataupun analogi dengan peristiwa lain. Sebagian besar

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

172

(85%) responden mahasiswa menyatakan bahwa dosen mereka sangat jarang

mengajak mereka untuk membahas, menganalisis isu peristiwa terkini dalam

konteks kesejarahannya dan sebagian lagi (5%) menyatakan tidak pernah sama

sekali ada pembahasan, mengenai isu peristiwa terkini dalam proses perkuliahan

yang dialaminya. Sebagian mahasiswa (10%) di salah satu LPTK yang diteliti

menyatakan pernah diarahkan dalam suatu diskusi untuk menganalisis peristiwa

terkini (misal, reformasi, Pemilu, krisis ekonomi) dalam salah satu mata kuliah

SNI VII yang menganalisis isu peristiwa terkini dalam konteks kesejarahannya

Dari hasil wawancara ditemukan adanya kecenderungan mahasiswa untuk

lebih mencari sendiri kejelasan materi pelajaran yang komprehensif melalui

teman, dibandingkan kepada dosen yang mengajar mahasiswa. Sekelompok

responden mahasiswa di salah satu LPTK menyatakan bahwa mereka tidak

mendapatkan penjelasan materi sejarah yang luas dari dosen SNI mereka,

melainkan justru dari teman kuliah yang mereka anggap "lebih" memahami

materi dibanding dosen mereka. Hal ini juga yang membuat mereka mengikuti

perkuliahan secara pasif. Mereka cenderung memilih untuk malas bertanya dan

pasif dalam diskusi. Sikap mahasiswa tersebut disebabkan oleh karena dosen

sering memberikan respon atau jawaban yang tidak membuat mahasiswa menjadi

lebih mengerti. Dari hasil observasi, sebagian kecil dosen sudah memberikan

arahan kepada mahasiswa untuk membandingkan dengan peristiwa sejarah di

tempat lain, atau memberikan contoh-contoh yang ada di dalam kehidupan

sekitarnya atau peristiwa lain di dunia yang memiliki kesamaan konsep dengan

materi yang sedang dibahas, tetapi sebagian besar responden dosen (ainnya

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

173

belum. Sebagian kecil dosen dari tiga LPTK tersebut, sudah ada yang

memberikan penjelasan materi yang lebih luas, melingkupi kejadian yang terkini

terjadi dan mengajak untuk mengkaji dengan tiga dimensi waktu.

Dari jawaban responden dosen dan mahasiswa tersebut, memunculkan satu

pemikiran bahwa diperlukan mode! pembelajaran yang dapat menjembatani kedua

pendapat yang terkesan bertolak belakang dalam hal aktivitas, motivasi, dan

kemandirian belajar serta ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa.

4. Penggunaan Literatur/Sumber Materi, Media dan Sarana/Prasarana

Sebagian besar (60%) dosen menyatakan tidak mendapat kesulitan dalam

menyiapkan literatur yang diperlukan dalam mata kuliah yang diasuhnya. Jika

terdapat kesulitan mereka meenutupi kekurangan literatur melalui artikel koran,

jurnal ilmiah. Sedangkan responden dosen lainnya (40%) menyatakan kesulitan

dalam menyiapkan literatur, karena terlalu kuno, kelemahan dalam bahasa Inggris

dan harga buku yang cukup mahal. Dosen juga menyatakan bahwa kurangnya

inventaris buku sejarah di perpustakaan sangat tidak membantu mereka dan juga

mahasiswa. Untuk mengatasi kekurangan literatur bagi mahasiswa, beberapa

dosen meminjamkan buku untuk di fotocopy. Ada juga sebagian dosen yang

mendiktekan isi buku miliknya kepada mahasiswa. Sepanjang proses perkuliahan

mahasiswa mencatat kalimat yang didiktekan dosen, sambil sesekali dosen

menjelaskan isi kalimat tersebut. Menurut hasil pengamatan peneliti pada satu

perkuliahan di salah satu LPTK, penjelasan yang diberikan dosen cenderung

hanya mengulang kembali isi kalimat yang didiktekan, tanpa uraian ataupun

contoh-contoh.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

174

Sehubungan dengan perlunya mahasiswa dengan literatur, sebagian besar

responden menyatakan tidak mewajibkan mahasiswa memiliki literatur,

mengingat biaya yang cukup mahal. Responden dosen lainnya menyatakan

perlunya setiap mahasiswa memiliki minimal satu buku dalam setiap mata kuliah.

Hal ini disebabkan adanya kesulitan yang didapat dalam mengajak mahasiswa

untuk memahami materi jika mereka tidak pernah membaca buku. Peneliti

menemukan satu responden dosen, yang selalu konsisten untuk menyuruh

mahasiswaanya menunjukan buku sejarah yang terkait dengan mata kuliah yang

diasuhnya, setiap tatap muka. Menurutnya untuk mengatasi kemalasan membaca

para mahasiswa, maka mereka harus terus dikontrol dan diarahkan.

Keluhan tentang kemalasan mahasiswa daiam memiliki dan membaca

buku hampir disampaikan oleh semua dosen. Seorang dosen LPTK swasta, YD,

menyatakan,"...sulit rasanya untuk mengajak mahasiswa berpikir kritis terhadap

materi yang disampaikan, karena mereka jarang, malas membaca..." (18-11-

2004). Beberapa dosen lainpun mengomentari hal yang senada, yaitu mahasiswa

cenderung tidak membeli/membaca buku, sedangkan buku di perpustakaan sangat

kurang. Kondisi ini merupakan bentuk "apologize" bagi dosen untuk tidak

mendominasi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, bahkan

sesekali harus didektekan dulu materinya. Ungkapan dosen tersebut, memperkuat

hasil observasi. Ditemukan adanya dosen yang menggunakan satu buku cetakan

lama, sebagai sumber utama mengajar. Akibatnya mahasiswa harus mencatat dan

dosen mendiktekannya. Kelemahan proses perkuliahan yang disebabkan oleh

ketersediaan literature terdapat pada dosen dan mahasiswa, serta ketersediaannya

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

175

di perpustakaan fakultas/universitas. Mengatasi kendala literatur, ada LPTK yang

mengeluarkan kebijakan bagi mahasiswa akhir untuk menyumbangkan buku.

Sebagian hanya berdasarkan buku yang dimiliki dosen sambil menunggu bantuan

pemerintah atau pihak swasta. Beruntung bagi salah satu LPTK, mendapatkan

proyek bantuan pengadaan buku-buku dan sarana belajar tahun 2004, sehingga

memperkaya literatur di program pendidikan sejarah di LPTK tersebut.

Informasi lain terkait dengan pengadaan literatur dalam perkuliahan,

menurut sebagian besar responden mahasiswa bahwa mereka meyiapkan

buku/literatur yang diperlukan dari satu mata kuliah tergantung pada bagaimana

metode yang digunakan dosen. Jika dosen dari satu mata kuliah selalu ceramah,

maka tidak perlu beli buku sebab dosen akan membacakan, menjelaskan dan

mendiktekannya. Hasil observasi, mahasiswa cenderung tidak membawa dan

membaca buku sumber, kecuali buku tulis dan alat tulis saat dosen

menjelaskan/mendiktekan materi. Berbeda halnya jika dosen menerapkan

metode diskusi/presentasi isi bab atau buku, maka mahasiswa akan berusaha

mengadakan buku yang diperlukan. Alasan lain yang membuat mahasiswa tidak

mempersiapkan literatur setiap matakuliah, yaitu harga buku mahal, bukunya sulit

didapat karena terbitan lama. Menurut hampir semua mahasiswa bahwa tidak ada

sangsi yang mereka terima dari dosen dengan ketidaktersediaan buku/ literatur

dalam suatu mata kuliah, walaupun ada juga sebagian kecil mahasiswa yang

mengatakan bahwa ada sangsi yang diterimanya, seperti membuat resume.

Terkait dengan penggunaan sumber sejarah, hanya 15 % responden dosen

yang pernah menggunakan primary sourcess dalam kajian peristiwa sejarah

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

176

(dokumen, gambar, otobiografi, surat), sedangkan sisanya belum pernah

menggunakan sama sekali. Dosen yang menggunakan primary sourcess tersebut,

yaitu memberikan kesempatan mahasiswa untuk melihat lebih dekat peristiwa

sejarah tersebut terjadi. Mahasiswa belum merasakan diajak untuk ikut serta

" melakukan interpretasi, analisis dari suatu sumber sejarah, karena dosen telah

memberikan hasil interpretasinya. Sebelumnya melalui jawaban angket, sebagian

besar dosen menjawab menggunakan primary sourcess. Setelah diwawancarai

ternyata mereka beranggapan buku sejarah yang selama ini mereka pakai

isecondary sources) merupakan primary sourcess sumber pertama/utama. Data ini

diperkuat oleh hasil observasi dan jawaban hampir semua responden mahasiswa

pada angket menyatakan bahwa buku teks adalah sumber belajar yang paling

sering/utama digunakan.

Di dalam jawaban angket sebagian besar dosen menjawab penggunaan

media yang digunakan adalah peta, gambar dan globe. Melalui observasi, peneliti

belum mendapatkan satupun perkuliahan yang menggunakan media tersebut

Responden mahasiswapun menyatakan bahwa hampir tidak ada penggunaan

media, sementara itu ada sebagian responden (30%) yang menyatakan bahwa

adanya penggunaan media peta/globe tetapi jarang sekali. Dari hasil observasi,

sebenarnya banyak dari uraian materi, yang akan menjadi jelas jika menggunakan

media peta atau globe dan gambar. Apalagi jika lokasi-lokasi dalam uraian materi

yang disebutkan sudah berganti nama, atau menggunakan istilah geografi dari

buku terbitan lama. Ketersediaan media pembelajaran ini memang masih terbatas.

Di dua LPTK telah tersedia laboratorium yang berisi beberapa peta, globe dan

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

177

miniatur candi. Disebabkan tempat laboratorium dengan ruang kelas cukup jauh

dengan runga kuliah, atau adanya birokrasi administrasi sehingga hampir para

dosen tidak memanfaatkan media yang ada disana untuk dimanfaatkan dalam

membantu proses perkuliahannya. Keadaan lain terlihat di salah satu LPTK,

beberapa ruang kuliah memiliki peta-peta yang digantung di dinding. Selama

observasi tidak terlihat peta-peta tersebut dimanfaatkan. Di satu LPTK di lokasi

penelitian, bahkan sama sekali tidak memiliki peta ataupun globe. Dapat

disimpulkan bahwa pengadaan dan penggunaan media /sumber belajar rata-rata

di tiga LPTK ini memprihatinkan dan memerlukan pengembangan.

Semua responden mahasiswa menyatakan bahwa mereka belum pernah

diajak untuk melakukan analisis, interpretasi sejarah melalui sumber-sumber

primer. Hasil analisis tersebut telah mereka terima sebagai "bahan jadi"

interpretasi dosen berdasarkan interpretasi penulis buku teks. Jadi mahasiswa

hanya menerima reproduksi analisis/interpretasi dari penulis buku teks sejarah.

Dari hasil wawancara, sebagian besar mahasiswa menyatakan mereka hanya

menerima apa yang disampaikan oleh dosen, untuk menjadi bahan ujian dan

sangat jarang dilibatkan untuk suatu kegiatan yang mengenalkan mereka untuk

memberikan interpretasi versi mahasiswa atas suatu peristiwa sejarah. Dengan

kata lain mahasiswa belum memiliki pengalaman bagaimana kerja seorang

sejarawan.

Ironinya di dua perguruan tinggi sebagian responden mahasiswa saat

ditanya, apakah mereka sudah pernah mengunjungi museum atau tempat

bersejarah lain di kota Palembang, sambil tersenyum malu mereka mengatakan

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

178

belum pernah, tetapi sebagian lainnya mengatakan pernah. Di proram studi

pendidikan sejarah di tiga LPTK tersebut, telah memiliki program satu tahun

sekali mengadakan studi lapangan ke tempat-tempat bersejarah. Biasanya kegiatan

ini dilakukan di luar kota Palembang, atau kota-kota propinsi lain di Indonesia

sehingga dengan alasan biaya, atau tidak bisa meninggalkan pekeijaan/keluarga

sebagian mahasiswa tidak bisa mengikuti.

Sarana belajar yang digunakan secara umum sudah cukup baik. Dua LPTK

sudah dapat memberikan perkuliahan dengan menggunakan OHP, walau masih

terbatas jumlahnya (2 buah), dan pemakaiannnya harus bergilir. Dua LPTK itu

juga menggunakan white board , tetapi salah satu LPTK swasta masih

menggunakan kapur dan papan tulis, dan tidak ada OHP serta pemakaian listrik

yang terbatas. Penerangan bara bisa dilakukan di mang kuliah setelah jam 18.00.

Adanya keterbatasan sarana/prasarana yang disediakan oleh LPTK turut juga

mempengaruhi semangat dan sikap dosen dalam menjalankan proses perkuliahan.

Bahkan salah satu responden dosen memberikan ungkapan terkait dengan hal di

atas bahwa mereka bukan mengajar untuk mahasiswa tetapi untuk murid SMA

kelas tinggi (Plus).

S. Metode Perkuliahan

Di dalam penggunaan metode yang sering digunakan, responden dosen

memberikan jawaban lebih dari satu metode. Dari jawaban responden tersebut

dapat diurut berdasarkan jawaban yang paling banyak hingga paling sedikit

muncul, seperti tertuang dalam tabel di bawah ini.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

179

Tabel 4.3 Pendapat Dosen tentang Metode yang sering digunakan

Rangking jawaban Jawaban

1. Ceramah

2 Diskusi

i j Pemberian tugas

4 Tanya jawab

5 Inquity

6 Problem solving

Dominannya metode ceramah yang digunakan juga dibenarkan oleh

responden mahasiswa, jawaban mereka atas pertanyaan apakah metode yang

digunakan dosen saudara dalam proses perkuliahan, yaitu metode ceramah,

diskusi, tanya jawab, mencatat, mengerjakan tugas (karena dosen sering tidak

hadir), dan membuat hasil interpretasi atas suatu bacaan buku. Secara rinci

sebaran jawaban responden tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Pendapat Mahasiswa tentang Metode yang sering digunakan dosen

Jawaban Jumlah responden Unsri

Jumlah responden Univ. PGRI

Jumlah responden Univ. Muh.

Metode ceramah 38 (34,7%) 42 (37,5%) 43 (38,8%) Diskusi 35(31,9%) 39 (36,1%) 31(27,7%)

Tanya jawab 26(23,6%) 21(19,4) 22(20,8%) mencatat 11(9,7%) 8 (6,9%) 14(12,5%) jumlah 110(100%) 110(100%) 110 (100%)

Dari hasil pengamatan peneliti juga menemukan bahwa ketiga metode

tersebut adalah yang paling sering dilihat dalam proses perkuliahan. Ada satu

dosen yang menerapkan metode inkuiri untuk suatu penelitian tindakan.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

180

Latarbelakang masalah diujicobakan metode inkuiri tersebut menurut dosen yang

bersangkutan (SY) karena kejenuhan mahasiswa belajar sejarah dengan metode

ceramah dan diskusi yang dianggapnya juga sebagai pola lama pembelajaran di

kampus tersebut.

Terkait dengan penggunaan metode ceramah dan diskusi yang digunakan,

sebagian besar responden dosen (61,9%) menyatakan belum puas dengan

penggunaan metode selama ini. Menurut mereka ada beberapa metode yang

dirasakan cocok dengan mata kuliah yang mereka asuh, tetapi agak sulit untuk

dilakukan, yaitu metode pemberian tugas/penelitian, inquiry, problem solving dan

metode jigsaw. Sedangkan sebagian dosen lainnya (28,S %) menyatakan bahwa

metode ceramah dan diskusi kelompok/kelas sudah sesuai untuk upaya

memberikan pemahaman materi dan ketrampilan berpikir kritis mahasiswa

terhadap materi yang diberikan. Ditambahkan pula oleh sebagian kecil responden

dosen (9,5 %) bahwa metode ceramah adalah metode yang paling cocok dengan

kondisi mahasiswa yang tidak memiliki literatur, tidak bersemangat, pasif dalam

perkuliahan. Alasan lainnya, hampir setiap kegiatan diskusi mahasiswa yang

terlibat aktif dan mampu berpikir kritis hanya 2-3 orang saja, sehingga untuk

mencapai tujuan materi perkuliahan, metode ceramah dianggap lebih sesuai.

Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

Tabel 4.5 Pendapat dosen terhadap metode yang telah digunakan

Jawaban Belum mampu untuk mengembangkan ketrampilan berpikir mahasiswa

Jumlah responden ~—~ 13 (61,9%)

Cukup puas, karena mampu memberikan pemahaman materi dan mengembangkan ketrampilan berpikir mahasiswa

6 (28,5%)

Sudah sesuai dengan kondisi mahasiswa 2(9,5%) Jumlah 21 (100%)

Sementara itu, dari hasil jawaban mahasiswa pada angket, tentang metode yang

dirasakan sesuai dan mengarahkan mereka untuk berpikir kesejarahan tahap tinggi

selama perkuliahan adalah diskusi, tanya jawab, inkuiri, studi lapangan,

melakukan interpretasi atas suatu bacaan, dan mempresentasikan hasil analisis

suatu topik ke depan kelas.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan responden mahasiswa, maka

diketahui bahwa sangat jarang dosen mengajak mereka untuk

menganalisis/menginterpretasi bacaan, studi lapangan dan inquiry. Walaupun

metode itu sangat mereka senangi, karena menantang mereka untuk berpikir dan

mengenal keija sejarawan. Responden mengatakan mereka menjadi termotivasi

belajar dan bangga dengan program studi yang dipilihnya, karena merasakan

benar-benar suatu proses perkuliahan yang melibatkan mereka dan mengajak

mereka berpikir tingkat tinggi. Mereka menyatakan bahwa mereka diajak

mengkaji isi bacaan/dokumen/peta dan mempresentasikannya, dan diajak untuk

memperhatikan benda-benda di museum yang terkait dengan materi yang

diberikan, melalui metode tanya jawab, mengapa benda ini begini? dan kenapa

ada yang seperti ini? mana yang lebih muda masanya? mengapa benda ini ada di

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

182

Indonesia? Seperti apa kehidupan manusia saat itu?. Apa ciri-ciri benda pada

masa tersebut? Dengan bimbingan dan arahan dosen mahasiswa mencari

pertanyaan-pertanyaan tersebut, kemudian dipresentasikan dan dilakukan diskusi

dan mengambil kesimpulan bersama. Mereka sangat menyayangkan dosen

tersebut hanya mengajar mereka di semester awal, karena di semester-semester

berikutnya mereka tidak pernah menemukan lagi situasi perkuliahan seperti itu.

Dosen lebih sering memberikan materi dengan ceramah, diakhiri tanya jawab dan

diskusi.

Dari hasil observasi dan wawancara, kegiatan tanya jawab lebih sering

mereka dapatkan jika menjelang akhir perkuliahan, dan biasanya sebagian besar

mahasiswa lebih tidak bertanya, karena ingin cepat keluar. Namun sebaliknya,

kegiatan tanya jawab ini ternyata dapat juga memotivasi mahasiswa mempelajari

sejarah. Hal ini seperti diungkapkan oleh mahasiswa (M f) mengomentari tentang

hal ini dalam satu mata kuliah SNI V yang dikutinya,yaitu," saya senang dan aktif

di kelas saat dosen itu melakukan kegiatan tanya jawab kepada kami". Saat

ditanya lebih jauh bagaimana kegiatan tanya jawab yang terjadi, mahasiswa

tersebut menjelaskan bahwa dosen memberikan pertanyaan tentang suatu masalah

yang terkait dengan topik bahasan, lalu diberikan pertanyaan, sesudah dijawab,

diumya lagi tentang jawaban tersebut, terus menerus terjadi tanya jawab hingga

akhirnya dosen menyuruh mereka membuat suatu narasi, kesimpulan dari

peristiwa sejarah tersebut.

Sebaliknya ada juga dosen yang tidak memberikan kesempatan bertanya

sama sekait. Kegiatan diskusi biasanya dilakukan setelah ujian mid-semester,

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

183

mahasiswa secara kelompok mendapatkan tugas membuat makalah yang

merupakan pokok bahasan perkuliahan berikutnya. Saat ditanya, apakah kegiatan

diskusi yang dilakukan sesudah ujian mid semester itu lebih mempermudah,

memotivasi, dalam memahami materi perkuliahan dan melatih ketrampilan

berpikir tingkat tinggi dibanding metode yang digunakan sebelum ujian mid

semester (ceramah dan tanya jawab)? Sebagian besar mahasiswa menjawab,

mereka mendapatkan kesempatan belajar lebih banyak, melatih ketrampilan

berpikir dan termotivasi belajar, karena harus membaca, menganalisis dan

menyusunnya dalam suatu makalah, dan dipresentasikan. Sebagian mahasiswa

lain memberikan pendapat berbeda, karena pokok bahasan yang diberikan

menjadi kurang dipahami, karena mereka tidak mendapatkan salinan makalah

yang dibuat oleh kelompok lain, meraka juga menjadi pendengar dari temuan

materi yang disajikan teman sekelasnya. Kalau terjadi diskusi, mahasiswa

menganggap sering dt dominasi oleh beberapa mahasiswa tertentu, sebagian

besar lainnya pasif. Mahasiswa juga menyatakan keraguan atas materi yang

didiskusikan, jika dosen tidak memberikan tambahan penjelasan setelah berakhir

kegiatan diskusi atas satu makalah. Keraguan itu menjadi kecemasan, karena takut

nanti pokok bahasan tersebut menjadi salah satu soal di ujian semester. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kepasifan mahasiswa dalam kegiatan tanya jawab dan diskusi

dipengaruhi oleh faktor bagaimana metode pembelajaran yang digunakan dosen,

dan kesiapan pengetahuan mahasiswa.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

184

6. Proses Perkuliahan, keaktifan dan ketrampilan berpikir Kesejarahan

mahasiswa

Menurut sebagian besar responden dosen (75 %) menyatakan bahwa

sebenarnya model perkuliahan yang sudah dilakukan selama ini dalam mata

kuliah yahg diasuhnya telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

melatih, mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahan tahap tinggi, terutama

dalam kegiatan diskusi, membuat laporan/makalah untuk dipresentasikan di depan

kelas. Sebagian dosen lainnya (15%) menyatakan model yang dikembangkannya

belum sepenuhnya membantu mahasiswa untuk mengembangkan ketrampilan

berpikirnya, disebabkan terbatasnya media, sumber belajar sejarah yang tersedia.

Sisa dari responden dosen (10%) menyatakan bahwa model pembelajaran yang

diterapkan selama ini belum membantu mengembangkan ketrampilan berpikir

kesejarahan tahap tinggi mahasiswa, dan masih sebatas mengembangkan

kemampuan mengulang kembali isi cerita peristiwa sejarah yang diberikan. Hal

ini dikarenakan para mahasiswa tidak menunjukan kemampuan penguasaan

materi yang telah diajarkan sebelumnya.

Semua responden dosen, baik melalui angket ataupun wawancara

menyatakan bahwa tingkat kemampuan mahasiswa berpikir kesejarahan masih

rendah, terutama pada tahap menganalisis, interpretasi dan membandingkan serta

menyimpulkan. Hanya sebagian kecil mahasiswa 3 -10 orang (10% - 30%) dari

tiap mata kuliah yang mereka asuh terdapat mahasiswa yang aktif, cukup mampu

berpikir tahap tinggi. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya ketrampilan

berpikir kesejarahan, menurut responden dosen adalah keadaan minat mahasiswa

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

185

yang rendah, malas membaca buku dan cenderung mau menerima bahan jadi,

bahkan sebagian berpendapat bahwa mahasiswa kurang memiliki mental bersaing

dalam meraih prestasi perkuliahan. Selain itu menurut responden, kemungkinan

disebabkan juga oleh pengaruh visi LPTK yaitu untuk mencetak guru sejarah

bukan sejarawan, sehingga cukup dengan isi bacaan buku-buku paket siswa,

serta oleh minimnya sarana, media dan sumber belajar yang disediakan oleh

lembaga.

Sementara itu menurut sebagian responden mahasiswa proses perkuliahan

yang dipersiapkan, dilaksanakan oleh sebagian besar dosen selama ini telah

membantu mereka meningkatkan pemahaman dan ketrampilan berpikir

kesejarahan sehingga muncul percaya diri sebagai calon guru sejarah. Sebagian

responden mahasiswa lainnya mengungkapkan, tidak semua dosen mampu

melainkan hanya sebagian saja, yaitu saat menggunakan metode diskusi dan tanya

jawab, presentasi di depan kelas, sedangkan sebagian dosen lain tidak, karena

selalu ceramah saja dan mendiktekan. Sebagian responden mahasiswa lain justru

menyatakan bahwa semua proses perkuliahan belum membuat mereka merasa

percaya diri menjadi guru sejarah, sehingga ada yang berpendapat,"yang penting

tamat dulu, belajarnya bisa dilanjutkan sendiri sambil bekerja". Hal ini menurut

mahasiswa dikarenakan dosen kurang akrab dan kurang menjalin hubungan

komunikasi dalam melakukan proses perkuliahan, sehingga motivasi belajar

menjadi turun pada mata kuliah yang diasuh dosen tersebut

Sebagian mahasiswa juga menyatakan bahwa mereka merasakan adanya

kesan dosen tidak menguasai materi, hal ini terlihat dari jarang menjelaskan dan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

186

tidak memberikan kesempatan tanya jawab. Secara rinci bagaimana pendapat

mahasiswa terhadap proses perkuliahan yang mereka ikuti tertuang dalam tabel

di bawah ini.

Tabel 4.6 Pendapat Mahasiswa terhadap proses Perkuliahan

Jawaban Jumlah responden Unsri

Jumlah Responden Univ. PGRI

Jumlah Responden Univ. Muh.

Semua dosen merasa telah berhasil membantu mahasiswa mengembangkan pemahaman dan ketrampilan berpikir kesejarahan.

29

26,3%

17 Z '

/ 15,3%

14

12,5% Sebagian dosen ya, sebagian lainnya belum membantu mahasiswa mengembangkan pemahaman dan ketrampilan berpikir kesejarahan.

31 Z '

27,7%

33

30,5%

35 z '

> / 3 1 . 9 % , Proses perkuliahan yang diselenggarakan belum membantu mahasiswa percaya diri untuk menjadi guru sejarah

'35 V "

^ 31,9%

37 >

/ 33,3%

'44 >

/ 40,2% Dosen cenderung menurunkan minat belajar mahasiswa (sikap dan penguasaan materi)

15 ^

13,8%

'23 >

20,8%

17

15,3% Jumlah 110/100% 110/100% 110/100%

Terkait dengan pendapat di atas, para responden mahasiswa menginginkan agar

dosen dalam proses perkuliahan, memperkaya sumber belajar, media dan

menggunakan metode yang mengembangkan ketrampilan berpikir. Selain itu

mereka juga berharap para dosen tidak membuat kesenjangan jarak antara dosen

dan mahasiswa, dan menghargai mahasiswa sebagai manusia akademik.

Setelah dilakukan wawancara atas hasil angket tersebut, responden

mahasiswa memberikan beberapa tambahan penjelasan mengenai proses

perkuliahan yang mereka inginkan, sebagai berikut:

a. Respoden mahasiswa di LPTK Universitas PGRI, mengungkapkan bahwa;

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

187

• dosen sebaiknya jangan menggunakan metode ceramah saja, karena

membuat mereka merasa jenuh, bosan dan mengantuk, karenanya gunakan

metode yang dapat memotivasi mahasiswa mengembangankan

pengetahuan dari berbagai sumber.

• Kegiatan diskusi interaktif, studi lapangan, melihat langsung, observasi,

studi banding tempat, benda bersejarah menambah motivasi belajar dan

mengembangkan pengetahuan.

b. Responden mahasiswa LPTK Muhammadiah mengungkapkan, bahwa:

• mahasiswa menginginkan dosen memberikan materi hendaknya tidak

terpaku pada buku dan diberikan media agar mahasiswa tidak bosan, serta

bukan hanya diberikan catatan yang panjang lebar.

• kegiatan analisis dalam proses perkuliahan lebih diutamakan, dan diskusi

serta tanya jawab sebenarnya menyenangkan, tetapi terkadang malah bikin

tidak jelas memahaminya.

• Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mencari sendiri

isi, interpretasi peristiwa sejarah melalui studi lapangan, penelitian,

pengamatan, audio visual dengan bimbingan dosen.

• Banyak melatih mahasiswa berpikir kritis.

c. Responden mahasiswa Unsri, mengungkapkan bahwa:

• dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab, pemikiran mereka lebih

berkembang.

• Metode inquiry, bukan merupakan teori saja tetapi dipraktekkan.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

18

• "Diberi kesempatan untuk teijun langsung, observasi ke bendaa/lokasi

$ejarah.

• ' Memberikan sumber bacaan yang banyak

• Proses perkuliahan lebih interpretatif dan komprehensif

• Dosen melihat mahasiswa sebagai bagian dari kaum pemikir dan bukan

sebagai penerima materi

• Dosen memeberikan permasalahan peristiwa terkini dan mengajak

mahasiswa menarik benang merahnya dengan peristiwa masa lalu

• Dosen sebaiknya sering datang dan tepat waktu.

Dari hasil observasi, dapat dikelompokkan beberapa model proses

pembelajaran yang dilaksanakan. Model yang pertama, dosen yang samasekali

tidak memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk aktif dalam pembelajaran,

kecuali mendengar dan mencatat Model kedua, dosen yang memberikan sebagian

kecil dari waktu proses pembelajaran tersebut, untuk mengajak mahasiswa aktif.

Misal, memberi kesempatan menjelang dosen tersebut keluar atau memberi

pertanyaan di sela-sela penjelasan materi tetapi dosen sendiri yang langsung

segera menjawabnya. Sedangkan model ketiga, dosen yang memberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk aktif berpikir, dengan melakukan tanya

jawab, diskusi kelas yang dipandu langsung oleh dosen. Dari kajian empirik

terhadap proses pembelajaran pada mata kuliah Sejarah nasional Indonesia, maka

dapat dibagi dalam tiga model pembelajaran yang dilakukan dosen.

Secara rinci dari tipe pertama dari proses pembelajaran yang digunakan

oleh sebagian dosen pendidikan sejarah di tiga perguruan tinggi yang dikaji, adalah;

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

Tahapan Pembelajaran

Pendahuluan

Pelaksanaan

Penutup

Dosen menanyakan sampai dimanakah sebelumnya pada tatap muka minggu lalu. Ke'ri memulai perkuliahan dengan menyebutkan t3p materi saat ini. Ada juga yang melaksanakan absensi mahasiswa terlebih dulu, baru memulai perkuliahan.

Kegiatan 535® s

TS'55f j luafafltt U S ^

Pola I: Secara klasikal, dosen mendiktekan materi dari buku yang dipegangnya, sambil sesekali menjelaskan dengan cenderung hanya mengulang kalimat yang didiktekan. Mahasiswa hanya mencatat dan mendengar.

Pola II: Secara klasikal dosen menjelaskan materi sambil sesekali membacakan isi buku yang dipegangnya. Dan mahasiswa hanya mendengar dan mencatat.

Dosen pola I, tidak memberikan kesempatan bertanya dan dosen pola II memberikan kesempatan bertanya diujung perkuliahan, jika mahasiswa tidak ada yang bertanya (sering tidak ada), maka dosen memberitahukan topik materi minggu depan dan mengingatkan tugas makalah untuk dikumpulkan segera. Sambil melakukan absensi.

Bagan 4.1

Pembelajaran Sejarah tipe I, Hasil Temuan Studi Pendahuluan

Pada tipe I, dominasi dosen dt dalam kegiatan pembelajaran sangat tinggi,

mahasiswa hanya duduk, mendengarkan dan mencatat Interaksi belajar mengajar

dari dosen ke mahasiswa saja, sangat kurang terjadi dari mahasiswa ke dosen dan

juga dari mahasiswa ke mahasiswa. Suasana kelas cenderung sunyi, kecuali suara

dosen saat membacakan isi buku, mendiktekan atau menjelaskan. Tipe

pembelajaran yang kedua, secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

190

„ Tahap Pembelajaran Kegiatan

Pendahuluan Dosen memberitahukan batas materi minggu sebelumnya, dan topik materi yang akan dipelajari pada tatap muka saat ini.

Pelaksanaan Pola I. Dosen menjelaskan materi sambil sesekali menanyakan kepada mahasiswa, hal yang sedang dijelaskan, tetapi lebih sering langsung segera dijawab dan dijelaskan dosen yang bersangkutan. Mahasiswa mendengar, mencatat dan sesekali mencoba menjawab. Pola IL Dosen menjelaskan materi secara terus menerus kemudian menjelang waktu berakhir, sambil mengabsen, diberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya. Mahasiswa mendengar, mencatat dan ada sebagian kecil mahasiswa yang sempat bertanya, tetapi terkadang tidak ada yang bertanya.

Penutup Sambil mengabsen dosen mengingatkan tugas-tugas, baik individu atau kelompok untuk dikumpulkan.

Bagan 4.2 Pembelajaran Sejarah tipe U, Hasil Temuan Studi Pendahuluan

Pada pembelajaran tipe kedua ini, dosen sedikit lebih baik dalam melibatkan

mahasiswa. Mahasiswa diajak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan selama

proses pembelajaran atau di akhir pembelajaran, walaupun dominasi dosen masih

tetap tinggi. Kegiatan mahasiswa masih banyak diisi dengan kegiatan duduk,

mendengarkan, mencatat materi yang dianggap mereka penting untuk dicatat.

Berkaitan dengan catatan yang dimiliki mahasiswa, sebagian mahasiswa

mengemukakan mereka akan meng-copy catatan temannya, jika sudah menjelang

ujian tengah atau akhir semester. Tipe pembelajaran ketiga yang ditemukan di

tiga LPTK tersebut, secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

191

Tahap Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Dosen menanyakan materi minggu lalu, atau

menanyakan kelompok berapa yang tampil kedepan dalam kegiatan diskusi. Kemudian memulai memberikan kesempatan kelompok berikutnya untuk tampil

Pelaksanaan Pola I: Dosen menjelaskan materi, dimulai dengan memberikan pertanyaan awal, kemudian diteruskan dengan pertanyaan lanjutan. Jika sudah tidak ada mahasiswa yang menjawab, maka dosen memberikan penjelasan sedikit dan menyuruh untuk menggali sumber-sumber bacaan atau melihat peta kembali. Lalu diawali dengan pertanyaan awal kembali dosen meneruskan materi, seterusnya sama seperti itu. Pola II: Mahasiswa mempresentasikan baik secara individu atau pun kelompok hasil kajiannya tentang suatu topik. Mahasiswa lain diberikan kesempatan untuk merespon hasil kajian tersebut. Dosen memeriksa hasil kajian secara tertulis dan memberikan komentar atas hasil diskusi.

Penutup Dosen menganjurkan penampilan yang lebih baik dalam penguasaan materi dan cara mempresentasikan tugasnya.

Bagan 4.3 Pembelajaran Sejarah tipe III, Hasit Temuan Studi Pendahuluan

Pada tipe III ini, mahasiswa lebih banyak dilibatkan dalam kegiatan

pembelajaran. Dominasi dosen lebih berkurang dibanding tipe I dan tipe II.

Dosenpun menggunakan berbagai media, dan metode dalam memfasilitasikan

mahasiswanya untuk belajar, lebih variatif dibanding pembelajaran pada tipe-tipe

sebelumnya. Mahasiswa sudah mampu menceritakan kembali suatu peristiwa

sejarah di hadapan sejawatnya, tetapi belum sampai pada memberikan interpretasi,

atau menilai dan memposisikan dirinya pada tokoh-tokoh yang ada, atau juga

membandingkan peristiwa tersebut dengan peristiwa sejarah yang lain. Dapat

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

192

disimpulkan bahwa pada tipe III, ini, mahasiswa belum diarahkan secara penuh

kepada ketrampilan berpikir kesejarahan tahap tinggi.

Dalam menjawab pertanyaan apakah mereka aktif dalam proses

perkuliahan yang diikutinya? Hampir semua mahasiswa (90%) menjawab kadang-

kadang, tergantung dengan bagaimana dosen yang mengajar, metode yang

digunakan, dan apa topik yang dibahas. Sedangkan sisanya mengatakan mereka

tidak aktif, karena malu dan tidak percaya diri dalam kegiatan diskusi, bertanya

ataupun berkomentar. Dari hasil observasi, peneliti hanya menemukan sedikit

mahasiswa yang aktif bertanya atau menjawab pertanyaan, bahkan ada yang tidak

ada sama sekali. Untuk memvalidasi dan melengkapi temuan observasi tersebut,

maka dilakukan wawancara kepada mahasiswa.

Dari hasil wawancara dengan responden mahasiswa di tiga lokasi

penelitian tentang kepasifan mereka saat proses perkuliahan berlangsung, yang

peneliti observasi. Maka jawaban mereka bervariatif. Ada mahasiswa yang

berpendapat kalau keaktifan dalam mengajukan pertanyaan dalam proses

pembelajaran akan menjadi bumerang baginya oleh dosen yang mengajar. Hal ini

terungkap dari komentar mahasiswa,".. .wah takut, buk. Kalu kito nanyo-nanyo

gek masuk "black list"...kaio kaka-kakak kami dulu hati-hati dengan dosen itu

... ".(...waah takut, bu. Kalau kita sering bertanya nanti masuk "black /u/"...kata

kakak (mahasiswa senior) kami dulu hati-hati dengan dosen itu). Ungkapan

mahasiswa tadi dibenarkan oleh mahasiswa lain yang berada di dekatnya, dengan

anggukan. Saat ditanya lebih jauh, arti kata black list yang disebutkan, para

mahasiswa itu mengatakan," masuk catatan dosen untuk mahasiswa yang tidak

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

193

lulus". Temuan peneliti ke mahasiswa lain, guna menelusuri jawaban ini

ditemukan hal yang sama, yaitu sikap diam dalam perkuliahan adalah suatu

bentuk aman untuk bisa lulus dari mata kuliah yang diasuh dosen itu."...embek

sikap aman baelah, buA" (ambil sikap aman saja, bu), demikian ungkapan mereka.

Keinginan untuk aktif dalam proses pembelajaran agar terasa sebagai

subjek yang belajar dimiliki juga oleh mahasiswa. Sebaliknya, sikap pasif yang

dilakukan adalah suatu ha! yang bertolak belakang dengan keinginan mahasiswa.

Hal ini mengemuka saat mereka dipancing dengan pernyataan peneliti," bukankah

lebih enak, kalian datang duduk kadang mencatat kadang tidak, tapi nanti lulus".

Jika sebagian mahasiswa bergumam dengan menggeleng, maka satu mahasiswa

mengatakan," dak lemak buk, sebenernyo pastilah ado yang nak ditanyoke ke

dosen, ... kami nijadi cak budak kecik bae, kalu terus-terusan mak ini, takutnyo

gek dak teraso jadi mahasiswa''' (tidak enak, bu. Sebenarnya pasti ada yang ingin

ditanyakan (dari setiap tatap muka),...sepertinya kami ini menjadi anak kecil saja

(dalam proses perkuliahan), jika keadaan ini terus menerus, maka kami takut

nantinya tidak merasakan bagaimana menjadi mahasiswa).

Di mata kuliah SNI lainnya, di LPTK yang sama. Jawaban yang peneliti

peroleh atas pertanyaan yang sama, terkait dengan tidak aktifnya mereka dalam

perkuliahan yang baru saja diikuti, yaitu,"mana pernah dosen itu memberi

kesempatan bertanya". Saat ditanya, kenapa tidak mencoba untuk bertanya?

Jawaban responden dan temannya singkat," takut, buk".

Pada mata kuliah lain, peneliti secara implisit meminta kesediaan dosen

mengadakan kegiatan tanya jawab dalam kelas yang akan peneliti observasi.

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

194

Hasilnya hanya ada satu mahasiswa yang bertanya di akhir perkuliahan, yaitu saat

diberi kesempatan untuk bertanya oleh dosen yang bersangkutan. Hasil

wawancara dengan mahasiswa tersebut dan temannya, saat ditanya mengapa yang

lain tidak berani bertanya? Jawaban mereka," .. .kami maies buk, dosen itu nak

marah bae, ngatoi kito pulok...mano pulok jawabannyo jugo dak tuntas, cak tadi

n a ( ...kami malas, bu. Dosen itu hendak marah saja, mengejek kita

juga...apalagi jawabannya tidak jelas, seperti yang tadi di kelas). Mahasiswa yang

bertanya di kelas menambahkan," padahal pertanyaan aku tadi, sudah aku

persiapkan waktu tatap muka yang kedua, makanya memang pertanyaan tadi jadi

tidak cocok dengan materi yang sekarang dibahas. Karena waktu dulu hendak

ditanyakan tidak ada kesempatan". Seorang mahasiswa lain berkata," heran yo,

baru kali ini dosen tu ngenjuk kito kesempatan betanyo " rtieran ya, baru sekali ini

dosen itu memberi kesempatan kita bertanya). Ungkapan ini disetujui oleh

temannya dengan anggukan.

Di LPTK yang lain, jawaban yang diterima dari mahasiswa atas masalah

tersebut d ian taranya,"... kadang lebih lemak nanyo samo kawan yang agak pintar

daripado samo dosen, buk...kami galak kumpul disitu (sambil menunjuk suatu

tempat di belakang warung nasi di bawah pohon) diskusi...kalu samo dosen itu

jawabannyo dak memuasken jugo ngabesi waktu bae". (kadang lebih enak

bertanya sama kawan yang agak pintar, daripada sama dosen, bu. Kami sering

berkumpul di situ berdiskusi. Jikaa sama dosen jawabannya tidak memuaskan,

juga menghabisi waktu saja). Komentar lainnya," ...males buk nak nanyo-nanyo,

galak dicampai bae...malah ujinyo kito dak baco buku, dak nenger waktu

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

195

diterangke, dicurigai dak masuk kuliah kemarennyo ". (malas bu, untuk bertanya,

disepelekan saja oleh dosen, malah dikatakan kita tidak baca buku, tidak

mendengar saat dijelaskan, dicurigai tidak masuk kuliah". Responden mahasiswa

lainnya juga mengatakan, " kadang-kadang malas nak betanyo ke dosen buk,

kamo la sudah capek nyatet. Dosen itu diktekan bae dari buku dio, jadi lebih baek

diamken baelah, gek ujian kate k catatan ".

Ungkapan -ungkapan yang disampaikan mahasiswa di atas, berisikan

tentang alasan keengganan mereka untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan tanya

jawab. Alasan mereka adalah, pertama, karena dosen tidak pernah memberikan

kesempatan untuk bertanya selama perkuliahan. Kedua, karena mahasiswa trauma

dengan sikap negatif guru terhadapnya (mencurigai tidak masuk kuliah, malas

baca buku, atau juga dinilai pertanyaan yang diberikan tidak bermutu). Ketiga,

mahasiswa trauma dengan uraian jawaban dosen yang selalu tidak memuaskan.

Keempat, malas berpartisipasi karena sudah merasakan capek mencatat materi

yang didektekan.

Secara sederhana, dapat diuraikan bahwa alasan-alasan mahasiswa untuk

cenderung tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran di kelas, khususnya

dalam kegiatan tanya jawab disebabkan beberapa hal seperti yang dituangkan

pada kalimat di atas. Umumnya, alasan ketidak aktifan tersebut disebabkan oleh

pengaruh model pembelajaran yang diterapkan dosen, dan juga oleh bagaimana

sikap berkomunikasi dan berinteraksi yang dilakukan dosen pada mahasiswanya.

Saat ditanya apakah mereka mencatat semua materi yang didektekan

dosen itu? Sambil tertawa sekelompok mahasiswa ini mengatakan, "...idak buk,

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

196

ecak-ecak bae. Si A itu buk, rajin nyatet, kami pinjam bae untuk di fotocopi".

(tidak bu, pura-pura saja, si A yang rajin mencatat, kami tinggal pinjam dan

fotocopi saja). Seperti yang diuraikan di atas bahwa peneliti menemukan dosen

yang mendikte mahasiswa untuk catatan materi sejarah yang dipelajari. Dosen

menjelaskan sebentar dan kemudian mendiktekan kembali. Sesekali menuliskan di

papan tulis, kata yang tidak jelas. Sebagian mahasiswa mencatat sebagian lain

sibuk dengan kegiatannya seperti buat sms dengan handphone nya, ngobrol

ataupun ijin keluar tapi lama baru masuk kembali. Bahkan ada dosen hampir

keseluruhan jam perkuliahannya diisi dengan kegiatan mencatat.

Pasifnya mahasiswa dalam proses perkuliahan memang tidak semua

disebabkan faktor dosen, strategi dan metode dalam perkuliahan, melainkan juga

dari diri mahasiswa itu sendiri, karena ketidakmampuannya. Seorang mahasiswa

terus terang mengatakan," ... takut buk, gek salah pertanyaanyo, gugup jugo gek

diketawoi kawan.„pokoknya dak pe de lah, buk, kawan aku yang berani aktif

diskusi masih galak dikatai samo yang lain", (takut bu, nanti salah pertanyaanya,

juga gugup nanti ditertawai teman,...pokoknya tidak pe de (percaya diri) bu,

kawan yang aktif, masih saja diejek sama yang lain). Jika itu atasan dari mereka

yang pasif dalam kegiatan perkuliahan, berbeda dengan komentar seorang

responden mahasiswa yang aktif dalam kegiatan diskusi di kelas

mengatakan,"... kadang-kadang buk, jadi malas nak betanyo atau ngrespon

jawaban waktu diskusi. Serba salah...kadang karno dak katek kawan nak nartyo,

aku nanyo ...kawan cak dak katek nak ngomentari, aku ngomentari, tapi kawan

banyak ngomongi aku, ...aku terlalu sok pintar, kadang dosen jugo batasi aku,

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

197

padahal aku memang senang belajar tanya jawab, bedebat, diskusi...kadang buk,

aku stress dengan sikap samo omongan kawan ". (.. .kadang-kadang bu, jadi malas

untuk bertanya atau merespon jawaban waktu diskusi. Serba salah...kadang

dikarenakan tidak ada yang bertanya atau memberi komentar saya bertanya, tetapi

banyak teman yang mengatakan aku sok pintar, kadang dosen juga membatasi

Ungkapan lain yang didapat dari mahasiswa untuk menjelaskan

ketidakaktifan mereka dalam pembelajaran, adalah juga datang dari diri

mahasiswa tersebut. Diantara mereka merasa tidak percaya diri atas kemampuan

komunikasinya, dan sebaliknya ada yang merasakan tidak mendapat respon positif

dari teman sekelasnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kendala kemampuan mahasiswa untuk

mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahannya, dipengaruhi pada

bagaimana pengelolaan kelas yang dilakukan dosen. Tidak hanya pada pemilihan

metode, dan tugas kepada mahasiswa, tetapi juga bagaimana kemampuan dosen

membuat kondisi belajar yang mendorong mahasiswa berani menampilkan

gagasan kritisnya.

7. Tugas/ Penilaian

Tugas yang diberikan dosen untuk satu mata kuliahnya adalah beragam, misalnya

membuat resume, makalah, mengerjakan soal-soal latihan, meriview isi buku,

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

198

mengumpulkan data dari media elektronik (TV), menganalisis peristiwa aktual,

membuat peta dan melakukan studi lapangan.

Walaupun biasanya setiap dosen memberikan tugas kuliah, tetapi

responden mahasiswa di satu LPTK, menyatakan matakuliah SNI VII, sama sekali

tidak ada tugas. Dari hasil wawancara, para responden mahasiswa

mengungkapkan bahwa tugas-tugas tersebut tidak pernah dikembalikan. Sebagian

besar mereka sangat senang dengan tugas memberikan penjelasan hasil

analisisnya atas suatu topik sejarah secara individu di depan kelas. Alasannya

mereka akan termotivasi membaca buku, dan melatih kemampuan berbicara di

depan orang lain. Kesempatan yang terkadang sulit didapat jika metode diskusi

dilakukan.

Para mahasiswa juga menyatakan kecewa, jika dosen yang memberikan

tugas, saat dia tidak masuk tetapi tidak memberikan penjelasan apapun

berikutnya atas tugas yang dikerjakan pada tatap muka berikutnya. Ditambahkan

mereka bahwa tugas-tugas yang mereka kerjakan hanya sebagian yang

mengarahkan mereka untuk melatih ketrampilan berpikir kritis, seperti dalam

membuat tugas menganalisis isi bab/buku dan mempresentasikannya, memberikan

interpretasi atas suatu peristiwa sejarah, dan membuat makalah. Mereka

berpendapat lebih senang jika tugas yang mereka buat dipresentasikan atau

dibicarakan hasilnya di kelas.

8. Hambatan serta Upaya perbaikan Proses Perkuliahan

Sehubungan dengan kesulitan yang dihadapi responden dosen selama ini

dalam mencapai tujuan mata kuliah yang diasuh adalah sebagian besar menjawab

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

199

hambatan datangnya dari para mahasiswa, sebagian lagi menyatakan dari kondisi

lingkungan LPTK. Secara rinci dapat dijabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.7 Kesulitan Dosen dalam Mencapai Tujuan Mata Kuliah yang diasuh.

Jawaban Jumlah

Kurangnya keseriusan, minat mahasiswa dalam proses perkuliahan

7 (33.3%)

Mahasiswa malas membaca, dan kurang memiliki dana belajar 5 (23.8%) Kurangnya tersedia sarana media, buku-buku sejarah yang aktual di perpustakaan dan dosen memiliki minim buku yang baru.

4(19,1)

Kurangnya dukungan dari pimpinan LPTK, mahasiswa "dimanja" dan posisi dosen sulit

3(14,3%)

Lokasi kampus dan jadwal perkuliahan (malam) 2 (9,5%) jumlah 21 (100%)

Dari jawaban responden dosen di angket, bahwa untuk melatih

mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa tahap tinggi, maka

perlu ada upaya yang dilakukan dosen. Pada tabie 4,8 di bawah ini akan

diurutkan jawaban responden dosen tentang upaya-upaya yang dimaksud dari

yang paling paling banyak dituliskan hingga yang paling sedikit.

Tabel 4.8 Pendapat Dosen agar Proses Perkuliahan dapat Mengembangkan Ketrampilan

Berpikir Kesejarahan Mahasiswa

Rangking jawaban Jawaban responden 1 Menggunakan metode inquiry, diskusi dan pemberian tugas 2 Studi lapangan 3 Menumbuhkan minat mahasiswa untuk banyak membaca,

mengevaluasi berbagai sumber 4 Menugaskan mahasiswa meriview isi bab/buku dan

mempresentas i kan 5 Membahas masalah-masalah di luar ilmu sejarah dan kemudian

dikaitkan dengan peristiwa sejarah 6 Memberikan literatur dan menyiapkan sarana 7 Mengajak mahasiswa mengikuti perkembangan dari kejadian

penting dalam masyarakat.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

200

Melihat pendapat dosen tersebut merupakan harapan baik untuk

dimulainya suatu perbaikan pembelajaran sejarah yang mengembangkan

ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa.

Setengah dari responden dosen menyatakan bahwa saat ini masih banyak

kegagalan mahasiswa saat PPL atas pertanyaan kritis siswa, serta mahasiswa

kurang mampu memilih, membuat dan menggunakan media. Hampir semua

responden dosen (85%) sependapat bahwa kemampuan guru sejarah dan hasil

belajar siswa di jenjang sekolah menengah secara tidak langsung, dan secara

umum disebabkan oleh pelaksanaan kurikulum dan proses perkuliahan yang

diterima calon guru saat di LPTK, sedangkan sebagian kecil responden lainnya

(15%) menyatakan bahwa pengaruh tersebut tidak dominan melainkan disebabkan

oleh faktor minat yang ada pada mahasiswa itu sendiri, dan kemauan untuk terus

membaca buku. Selain faktor mahasiswa juga dipengaruhi oieh faktor yang ada di

lingkungan orang tua mahasiswa dan sarana belajar yang tersedia.

B. Tahap Pengembangan Model

1. Tahap Penyusonan JDraft Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini didasari oleh

temuan-temuan dari tahapan pertama dalam penelitian ini, yaitu penelitian

lapangan dan penelitian kepustakaan. Permasalahan pembelajaran dan komponen-

komponen yang mempengaruhinya sebagai hasil temuan penelitian lapangan

menjadi acuan untuk memetakan, menyeleksi model pembelajaran yang

diperkirakan sesuai untuk dikembangkan. Dengan kata lain, model pembelajaran

yang dikembangkan adalah solusi bagi masalah pembelajaran yang ditemukan.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

201

Jika melihat profil dari raw input sistem pembelajaran sejarah di LPTK Kota

Palembang, mahasiswa, yang sebagian besar memiliki sikap/pandangan positif

terhadap pelajaran sejarah, terlihat dari alasan yang mereka nyatakan saat untuk

memilih program studi pendidikan sejarah, dan tingkat kemandirian dengan

kemampuan melakukan pendalaman materi secara individu/berkelompok, atas

materi yang dianggap mereka kurang jeias diterimanya. Selain itu merekapun

adalah mahasiswa pilihan, yang memiliki minat dan semangat belajar tinggi

mengingat sebagian besar mereka datang dari berbagai daerah

kabupaten/kecamatan di luar kota Palembang. Serta mereka telah berhasil lulus

dari tes masuk perguruan tinggi, bahkan sebagian dari mereka juga adalah guru

SD atau guru IPS di sekolah menengah.

Sementara itu, dari sisi instrumental input, walaupun sebagian besar dosen

pendidikan sejarah belum memiliki jenjang pendidikan S 2, tetapi pengalaman

yang cukup lama mengajar merupakan suatu hal yang mendukung untuk

melakukan pengembangan model pembelajaran dalam penelitian ini. Unsur lain

yang menunjang dari para dosen adalah menyadari sepenuhnya akan perlunya

perbaikan dalam perkuliahan yang dilakukan.

Hal lain yang menunjang dari sisi environmental input, untuk dilakukan

inovasi model pembelajaran di LPTK kota Palembang adalah adanya sekolah

mitra (SMP/SMA) dan lingkungan masyarakat, serta pemerintah kota Palembang

sangat mendukung kegiatan pembelajaran sejarah dan selalu memberikan

kritik/saran bagi kemajuan pendidikan sejarah dalam berbagai pertemuan ilmiah.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

202

Mengingat alumni di tiga LPTK inilah yang mengisi posisi guru sejarah di Kota

Palembang dan Propinsi Sumatra Selatan.

Sehubungan dengan metode pembelajaran, dalam pengembangan model

pembelajaran, akan tetap dipertahankan metode diskusi, tanya jawab, dan

mempresentasi hasil keija, dan akan menambahkan dengan metode inquiry dan

keija kelompok. Ha! ini sesuai dengan hasil temuan lapangan pada dosen dan

mahasiswa.

Dari temuan pra survey ini ditemukan juga hal-hal yang kurang

mendukung dan perlu untuk dipikirkan dalam upaya melakukan pengembangan

pembelajaran berpikir kesejarahan, seperti;

• Adanya kesalahpahaman antara dosen dan mahasiswa terkait dengan

tingkat partisipasi dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi mahasiswa.

Menurut sebagian besar mahasiswa, mereka cenderung menjadi tidak

aktif di dalam perkuliahan, hal ini disebabkan oleh bagaimana model

perkuliahan yang diterapkan dosen, metode yang digunakan, juga dari

sikap dosen terhadap mahasiswa. Metode yang tidak "menantang"

(ceramah dan dikte isi buku) mahasiswa untuk mengembangkan

ketrampilan berpikirnya, perkuliahan cenderung berpusat kepada dosen.

Mahasiswa sebagai pendengar,dan pencatat dari materi yang telah

"dipilih" dosen. Selain itu, sikap dosen yang dirasakan mahasiswa tidak

menempatkan mereka sebagai insan akademik (ilmiah) atau juga manusia

dewasa, baik melalui ucapan ataupun sikap dosen terhadap mereka, Hal ini

turut dirasakan mereka mempengaruhi motivasi untuk aktif dalam proses

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

203

pembelajaran. Akibatnya tingkat ketrampilan berpikir kesejarahan mereka

tidak "terlihat" oleh para dosen Sebaliknya, menurut dosen, mahasiswa

tidak memiliki semangat belajar, dan berkompetisi, dan kurang memiliki

ketrampilan berpikir kesejarahan tingkat tinggi dikarenakan malas

membaca yang disebabkan oleh tidak tersedianya sarana/media

pembelajaran yang memadai untuk tingkat perguruan tinggi serta lokasi

perkuliahan disatu LPTK yang cukup jauh sehingga dianggap telah

menyedot sebagian energi mahasiswa untuk belajar. Selain itu adanya

anggapan dosen, bahwa mahasiswa adalah calon guru sejarah, jadi tidak

perlu kajian buku yang banyak atau dengan materi sejarah yang dalam.

Kondisi ini menjadi dasar pemikiran pula untuk mengembangkan model

pembelajaran berpikir kesejarahan, yang dapat menjembati

kesalahpahaman tersebut. Melalui pemilihan pendekatan yang mengajak

mahasiswa tidak hanya meningkat ketrampilan berpikir kesejarahan dan

aktif, tetapi juga meningkatkan kinerja dosen.

• Hal yang paling mendasar menjadi masalah dalam pengembangan model

ini, yaitu pengadaan sumber primer/sekunder dan media pembelajaran.

Sehingga sangat diperlukan pengadaan sumber dan media tersebut melalui

kerjasama dengan para dosen sejarah di tiga LPTK tersebut.

Berdasarkan temuan lapangan, dan telaah pada kajian kepustakaan;

landasan teori belajar serta kajian-kajian terhadap konsep, tujuan pelajaran

sejarah juga strategi/model pembelajaran sejarah dalam pengembangan

ketrampilan berpikir kesejarahan, maka disusunlah satu draft awal model

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

204

pembelajaran berpikir kesejarahan yang didasarkan pada langkah-langkah

pendekatan holistik (Holistic approach in teaching thinking) dalam pengajaran

berpikir yang dikemukakan oleh Hans Vincent Ruggerio (1988). Pendekatan ini

memiliki 5 langkah, yaitu exploration, expression, investigation, ideaproduction

dan evaluation/refinement. Kemudian dipadukan dengan kerangka

konstrukstivisme dan berbagai teori dan hasil penelitian tentang pembelajaran

sejarah, khususnya dan umumnya dalam pembelajaran IPS. Setelah dilakukan

diskusi/pembahasan dengan para pakar, pembimbing penelitian dan dosen

pendidikan sejarah, akhirnya disusunlah draft desain model pembelajaran yang

mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahan.

Pendekatan holistik dalam pengajaran berpikir ini, juga telah diteliti dan

dicobakan untuk pengembangan ketrampilan berpikir yang membuktikan hasil

yang positif (Morrison, 2002 dan Purwadhi, 2002). Belum ditemukan tulisan,

yang menerangkan pendekatan ini telah digunakan untuk pelajaran sejarah dalam

mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahan.

Sebelum dilakukan kegiatan uji coba draft model oleh dosen, maka

dilakukan sosialisasi terbatas, yaitu hanya pada dosen yang mengajar mata kuliah

Sejarah Nasional Indonesia dari setiap LPTK pada awal semester genab

2004/2005. Jumlah dosen yang mengikuti kegiatan tersebut 10 orang, terdiri dari

5 orang dosen Unsri, 3 orang dosen Universitas PGRI dan 2 orang dosen

Universitas Muhammadiyah.

Pada awalnya, sebagian dosen meragukan penggunaan model ini dalam

perkuliahan bagi mahasiswa sejarah, karena target yang diinginkan terlalu tinggi.

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

205

Seperti diungkapkan salah satu dosen Unsri (ibu R)," Apa mungkin bisa tercapai

target untuk ketrampilan berpikir kesejarahan seperti dalam butir-butimya,

mahasiswa kita tidak pintar cobalah lihat dari setiap keias hanya sedikit yang

punya kemampuan nalar yang tinggi". Hal senada juga dari beberapa dosen lain,

tentang kemungkinan mahasiswa tidak mampu mengikuti model ini, dan tujuan

yang ingin dicapai. Selain itu ada juga yang mengkuatirkan tidak terkejarnya

target materi dalam silabus, karena draft model sepertinya memakan waktu

banyak. Kemudian, kekuatiran akan tidak tersedianya sumber primer, dan juga

sarana belajar yang kurang mendukung di lembaga, sehingga sulit model ini

dilaksanakan.

Setelah diberi penjelasan kembali mereka akhirnya dapat menerima, dan

mau mencoba untuk mengembangkannya sesuat dengan lingkungan dan

kurikulum LPTK, khususnya di program pendidikan sejarah. Penjelasan yang

diberikan kepada mereka bahwa dalam model ini, pada dasarnya tidak jauh

berbeda dengan yang selama ini dilakukan dalam proses perkuliahan, terutama

bagi dosen yang pernah mengajar dengan menggunakan metode inquiry, diskusi,

Tanya jawab dan keija kelompok. Model ini juga, sudah digunakan di jenjang

sekolah menengah dan mahasiswa di negara lain, dan mereka bisa. Apalagi terkait

dengan penerapan kurikulum 2004, LPTK juga dituntut untuk memberikan bekal

kompetensi berpikir kesejarahan kepada calon guru sejarah.

Mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia, rata-rata diberikan dalam 3 sks,

bahkan di universitas Muhammadiah dalam 4 sks. Sehingga kemungkinan target

materi akan dapat dicapai. Di setiap tahapan implementasi model, mahasiswa

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

206

diberi kesempatan melakukan analisis kritis dengan menggunakan alat Lembar

Kerja Analisis (LICA), dan bersama-sama dengan temannya dalam kelompok

mereka akan mendapatkan kesempatan mencari data/informasi, serta

mengemukakan ide, analisis terhadap sumber primer yang diberikan. Selain itu

model ini juga memberikan kesempatan mahasiswa mengemukakan

ide/ana! isis/interpretasinya secara divergen, dalam langkah produk ide, dan secara

bersama-sama melakukan evaluasi dan penyempurnaan hasil temuan kelompok.

Sementara itu, para dosen yang mengikuti sosialisasi konsep model

pembelajaran ini memberikan respon positif dan menaruh harapan besar terhadap

model ini. Salah satu ungkapan dari pak S, dari universitas PGRI,"... wah lebih

enak dong kalo begini mengajarnya,...kita tidak akan capek ngomong terus,

mahasiswa yang aktif.. ..jadi tidak bosan juga mahasiswa belajar, apalagi ....terus

terang aku sebenarnya malas mengajar Sejarah Nasional Indonesia, sebab

materinyo sudah basi...". Hal yang senada juga dinyatakan oleh beberapa dosen

lain, (Bpk A. Ibu Nly, ibu fs) bahwa model ini memberikan keaktifan mahasiswa

lebih besar, tidak cuma 3 D (duduk-dengar-diam), dan membawa mahasiswa

kesuasana lingkungan keija sejarawan.

Namun semula sebagian besar dosen sangat meragukan untuk

mendapatkan sumber primer dari setiap topik materi yang diajarkan. Setelah

diinformasikan bahwa dengan menggunakan buku-buku sekunder, autobiografi,

peta-peta sejarah yang sudah ada dapat digunakan, atau membuka internet atau

juga menghubungi arsip nasional, dan perpustakaan nasional, maka akan dengan

mudah mendapatkan sumber primer yang diinginkan dengan biaya yang murah.

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

i v ' - ' -; • .*» - .

Bahkan saat ini program Kantor Arsip Nasional untuk menspsifcl ts^l^y '" J

arsip sejarah dalam pembelajaran sejarah di sekolah, dengan memberikarvC!& ,4 ' , ' ! r. //

CD gratis yang berisi naskah, film dokumenter peristiwa sejarah pada sekolah^ ~~

sekolah. Akhirnya mereka menjadi lebih merasa yakin untuk mencoba model

yang dirancang ini. Adapun draft model rancangan yang akan dikembangkan,

seperti pada bagan di bawah ini.

DRAFT DESAIN MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR KESEJARAHAN

DISAIN

I. Tujuan : Ketrampilan berpikir kesejarahan 2. Materi: dikembangkan konsep waktu, tempat, diakronik dan sinkronik serta

multiperspektif. 3. Prosedur: kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Hoiistik dalam pengajaran

berpikir, melalui lima tahapan yaitu: eksplorasi, ekspresi, investigasi, produk ide dan evaluasi/penyempurnaan

4. Media/sumber: menggunakan (primary/secandary sourccs) 5. Evaluasi: evaluasi proses dan hasil belajar

IMPLEMENTASI

1. Eksplorasi : mengkondisikan rasa ingin tahu mahasiswa, melalui buku teks sejarah dan lembar keija fakta dan pendapa! sejarah dan diarahkan melalui pertanyaan-pertanyaan.

2. Ekspresi: mengarahkan mhs mendapatkan esensi dari masalah yang ada dalam peristiwa sejarah,

3. Investigasi: memfasilitasi dan membimbing mahasiswa mencari dan memperluas informasi, bukti-bukti sejarah yang terkait dengan masalah (peristiwa sejarah) dengan mencari berbagai sumber untuk memecahkan masalah, yang ada dalam dokumen sejarah

4. Produk Ide: membimbing dan memandu mhs dalam menuangkan ide-idenya melalui hasil analisis kritisnya terhadap dokumen sejarah yang ada.

Sebagai kesimpulan sementara 5. Evaluasi dan Penyempurnaan: kegiatan menguji, menilai dan menyempurnakan

hasil kesimpulan sementara yang telah dibuat

EVALUASI

1. Evaluasi Proses: Keaktifan mahasiswa dan ketrampilan berpikir kesejarahan (observasi)

2. Evaluasi Hasil: pasca tes (esay) dan angket evaluasi diri Bagan 4.4

Draft Desain Model Pembelajaran

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

208

Draft model yang disusun, seperti halnya model pembelajaran lain, terdiri

atas tiga komponen utama, yaitu: perencanaan (desain), implementasi (proses

pembelajaran) dan evaluasi. Secara umum bentuk rancangan awal dari

perencanaan model pembelajaran berpikir kesejarahan, yaitu:

n TPK

r ?

T M

^ opik ateri

J

r Ketrampilan berpikir kesejarahan (secara keseluruhan pada lima aspek berpikir kesejarahan, dengan konsep waktu dan tempat, sikronik dan diakronik)

Mengembangkan materi pembelajaran dengan konsep waktu/tempat, diakronik - sinkronik, serta multi perspektif

Jf

Skenario kegiatan pembelajaran melalui lima tahapan yaitu: eksplorasi, ekspresi, investigasi, produk ide dan evaluasi/penyempurnaan

J

media dan sumber belajar (primary/secondary sources) yang terkait dengan topik bahasan, sebagai alat perangsang ketrampilan berpikir kesejarahan

Menetapkan alat, jenis dan prosedur evaluasi Proses: pengamatan keaktifan dan ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa (observasi) Hasil : Tes tertulis-essay

J Bagan 4.5.

Desain awal Perencanaan Model Pembelajaran Berpikir Kesejarahan

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

209

Rancangan awal implementasi model pembelajaran berpikir kesejarahan, disusun

dengan menggunakan pendekatan holistik dalam pengajaran berpikir yang terdiri

dari lima langkah yaitu eksplorasi, ekspresi, investigasi, produk ide dan

evaluasi/penyempurnaan. Desain awal tersebut, dapat dilihat pada bagan 4.6 di

bawah ini.

Dosen mendorong rasa ingin tahu mahasiswa. Mahasiswa mengidentifikasi, analisis, mengamati apa, mengapa muncul masalah seperti ini tidak seperti itu dan apa akibatnya

Dosen mengarahkan mhs mendapatkan esensi dari masalah yang ada dalam kajian sejarah, terkait dengan topik bahasan. Mahasiswa menyatakan pemikiran , bagaimana masalah ini terjadi dan apa esensinya

Dosen memfasilitasi dan membimbing mhs mencari dan memperluas informasi, bukti-bukti sejarah yang terkait dengan masalah (peristiwa sejarah dengan mencari berbagai sumber untuk

o memecahkan masaiah/merekstruksi „ V _ J f

Dosen membimbing dan memandu mhs dalam menuangkan ide-idenya melajui hasil analisis kritisnya terhdp dokumen sejarah. Sebagai kesimpulan sementara.

\ [Secara bersama mhs dan dosen menguji, menilai dan

menyempurnakan hasil kesimpulan — Bagan 4.6

Desain awal Implementasi Model Pembelajaran Berpikir Kesejarahan

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

210

Bentuk rancangan awal model evaluasi pembelajaran berpikir kesejarahan

disusun dengan sasaran agar mampu melihat kondisi motivasi, keaktifan serta

tingkat ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa yang mencakupi lima

bagian, yaitu:

1. Chrortological Thinking (berpikir kronologis)

2. Hislorical Comprehension (pemahaman kesejarahan)

3. Hislorical Analysis andInterpretation (kemampuan analsis dan interpretasi kesejarahan)

4. Hislorical Research Capabilities (kemampuan penelitian kesejarahan)

5. Hislorical Issues-Anaiysis and Decision Malang (kemampuan analisis isu kesejarahan dan pengambilan keputusan)

Secara umum rancangan evaluasi tersebut dapat dilihat pada bagan 4.4 di bawah

ini Evaluasi

Prosedur meliputi: • Keaktifan mahasiswa • Ketrampilan berpikir

Alat/teknik

Dilakukan secara terus menerus dalam kegiatan

1 .Chronologicai Thinking

l^Historical Comprehension 3 „ Hislorical Analysis and Interpretation 4. .Hislorical Research Capabilities 5. Hislorical Issues-Anaiysis and Decision Malang

kesejarahan: Pedoman observasi

Evaluasi diri (graphic rating Scale)

pembelajaran, terhadap dosen dan mahasiswa Tes-esay

(post-test)

Observasi wawancara

Bagan 4.7 Desain awal Model evaluasi pembelajaran berpikir kesejarahan

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

211

2.Tahap Uji Coba Model

Setelah terdapat keinginan yang sama antara peneliti dan para dosen

sejarah di tiga LPTK di Kota Palembang untuk mengembangkan model ini, maka

dilakukan ujicoba terbatas dan meluas. Para dosen sejarah yang mengikuti

sosialisasi memberikan komitmen berpartisipasi pada kegiatan ujicoba

pengembangan model. Atas saran mereka dan kesanggupan untuk terlibat, maka

disepakati ada tujuh topik bahasan yang dikembangkan untuk ujicoba model,

yaitu; Penjajahan Jepang, Proklamasi Kemerdekaan, Pengakuan Kedaulatan -

KMB, Dekrit Presiden 5 Juli 1959, G 30 S PKI dan Peristiwa mempertahankan

kemerdekaan - perang dan diplomasi. Topik ini diambil karena merupakan bagian

dari materi di Sejarah Nasional Indonesia, Sejarah Indonesia Baru yang diajarkan

di semester genab dan ganjil.

Penelitian pada tahap kedua ini dengan menggunakan penelitian tindakan

(aetion research) dalam upaya mendapatkan model pembelajaran berpikir

kesejarahan yang sesuai dengan setting situasi kondisi di tiga LPTK kota

Palembang. Seperti diuraikan dalam bab sebelumnya, dalam penelitian tindakan

ini menggunakan langkah langkah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi

yang kemudian menjadi suatu rekomendasi bagi perencanaan berikut pada siklus

uji coba berikutnya. Analisis data dilakukan dalam metode kualitatif (selama

ujicoba berlangsung), dan kuantitatif (hasil post test dan angket evaluasi diri).

Analisis kuantitatif dilakukan hanya untuk melihat kecendrungan, gambaran

peningkatan ataupun penurunan tingkat ketrampilan berpikir kesejarahan

mahasiswa.

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

212

Penetapan alokasi waktu kegiatan uji coba terbatas dilaksanakan di

semester ganjil. Mahasiswa yang dapat dijadikan subjek penelitian adalah

mahasiswa yang mengikuti mata kuliah SNI I hingga SNI VII. Mengingat

perkembangan diskusi dalam kegiatan sosialisasi terbatas dengan para dosen

sejarah, tentang kelancaran ujicoba terbatas dari draft model pembelajaran ini,

khususnya untuk tujuan peningkatan ketrampilan berpikir kesejarahan kepada

mahasiswa, dianggap cukup tinggi dan sulit dicapai mahasiswa, serta masukan

dari pakar/pembimbing, maka dipilihlah mahasiswa semester VII Universitas

Sriwijaya untuk uji coba terbatas. Untuk tahap uji coba diperluas dilaksanakan

pada mahasiswa semester VI. Tahap uji coba model dilakukan dalam dua tahap,

yaitu tahap uji coba terbatas dan uji coba meluas. Tahap ujicoba terbatas

dilakukan tiga kali pertemuan di satu lokasi penelitian, sedangkan uji coba meluas

di tiga perguruan tinggi di Kota Palembang.

Pada dasarnya tahap uji coba model (terbatas dan meluas) ini ditujukan

untuk memperbaiki dan menyempurnakan draft model pembelajaran yang telah

disusun, sehingga menghasilkan model pembelajaran yang efektif dalam

mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahan bagi mahasiswa.

Pelaksanaan ujicoba mode! dilakukan secara berkesinambungan, dengan

menerapkan penelitian tindakan kelas. Setelah rancangan pembelajaran

disiapkan, maka dilaksanakan penerapan model di kelas, kemudian selama

pelaksanaan dilakukan observasi, serta berikutnya secara bersama antara dosen

dan peneliti melakukan refleksi dan diskusi untuk evaluasi dan penyusunan

kembali rancangann ujicoba berikutnya. Dengan kata lain, setelah dilaksanakan

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

213

ujicoba pertama, maka dilakukan evaluasi dan penyempurnaan desain oleh dosen

bersama peneliti untuk topik bahasan pada uji coba kedua, begitu seterusnya

sehingga sampai pada uji coba ke lima. Penghentian kegiatan uji coba model

bukan berdasarkan kepada banyaknya jumlah pelaksanaan uji coba, tetapi lebih

disebabkan oleh hasil yang didapat dari uji coba. Setelah didapat bahwa hasil uji

coba optimal dan konsisten, maka kegiatan uji coba bisa dihentikan.

2.1. Kegiatan Uji Coba Terbatas Pertama (UC I)

a. Perencanaan Pembelajaran

Topik bahasan yang dirancang untuk diajarkan pada uji coba terbatas

pertama ini ialah Pendudukan Jepang. Rancangan perencanaan pembelajaran yang

digunakan dalam ujicoba tahap 1 sesuai dengan model awal yang telah ditentukan,

terdiri dari lima komponen perencanaan pembelajaran, yaitu tujuan, topik

bahasan/materi, kegiatan belajar mengajar, alat/media dan sumber, serta

komponen evaluasi. Pada kegiatan ujicoba pertama, mahasiswa beijumlah 23

orang.

Pada komponen tujuan, dirumuskan tentang tingkah laku/tujuan yang

harus dicapai mahasiswa setelah proses pembelajaran. Perumusan tujuan

disesuaikan dengan materi, dan ketrampilan berpikir kesejarahan. Komponen

topik/materi, diambil dari kurikulum pendidikan sejarah. Komponen kegiatan

belajar mengajar, berisi tentang kegiatan dosen dan mahasiswa dengan

penggunaan pendekatan hofistik, yang terdiri dari lima langkah kegiatan, yaitu

eksplorasi, ekspresi, investigasi, produk ide dan evaluasi. Pada komponen

alat/media dan sumber, yang digunakan dalam proses pembelajaran seperti lembar

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

214

kerja fakta dan pendapat, lembar keija analisis fhoto, gambar/gambar sumber

primer sejarah pada masa pendudukan Jepang. Di komponen evaluasi, berisi

tentang alat untuk memperoleh data tentang kemampuan mahasiswa mengikuti

pembelajaran, khususnya ketrampilan berpikir kesejarahannya,

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pada awal pertemuan, dosen menyatakan tujuan perkuliahan dan topik

yang akan dipelajari hari ini, yaitu penjajahan Jepang. Kemudian sebagai kegiatan

eksplorasi, dosen menyuruh mahasiswa membaca, menganalisis dan

menginterpretasi isi buku sumber dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan oleh dosen secara tertulis di papan tulis. Adapun pertanyaan tersebut,

antara lain sebagai berikut: Sudah berapa lama peristiwa sejarah tersebut teijadi?

Bagaimana isi ringkasan peristiwa sejarah dalam topik bahasan hari ini?

Berdasarkan kajiannya, termasuk pada jenis sejarah apakah peristiwa sejarah ini?

Apakah penulis buku ini telah bersikap adil dalam menceritakan tokoh/kelompok

dalam peristiwa tersebut? Mengapa? Masih adakah kemungkinan bukti-bukti

sejarah yang belum disampaikan penulis buku tersebut? Jika ada seperti apa?.

Saat mahasiswa bekerja, dosen mengerjakan melakukan absensi, dan kemudian

secara bergilir melihat pelaksanaan kerja mahasiswa. Setelah dianggap dosen

cukup, dosen melanjutkan memberikan tugas secara kelompok mahasiswa

kembali menganalisis/ menginterpretasi, isi buku sumber dipandu dengan

lembaran fact and opinion untuk membedakan antara fakta sejarah dan

pendapat/interpretasi sejarah di dalam bacaan tersebut kemudian dituangkan

dalam lembaran kerja (fakta dan pendapat) fact and opinion.

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

215

Berikutnya pada tahap ekspresi, dosen memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk menyampaikan hasil jawaban dan kerja kelompok secara

klasikal. Dosen hanya memberikan kesempatan dua kelompok dari lima kelompok

yang dibentuk lalu dilanjutkan dengan penjelasan sejarah Jepang oleh dosen.

Kemudian untuk kegiatan investigasi dosen kembali meminta mahasiswa

membagi diri ke dalam 5 kelompok, dan membagikan fhoto-fhoto/ yang terkait

dengan topik bahasan. Setiap kelompok mendapat satu dokumen dan satu lembar

keija analisis fhoto. Kemudian kelompok diminta untuk mengamati apa yang ada

di dalam dokumen tersebut. Dosen kemudian duduk dimejanya, sambil

memeriksa makalah-makalah yang dikumpulkan mahasiswa, lalu berkata,"

...cepat kerjanya ya, nanti setengah jam lagi, masing-masing kelompok tampil ke

depan, kita diskusi...". Kesibukan mahasiswa dalam kelompok terlihat, tetapi

tampak sebagian besar mereka belum mengerti apa yang dilakukan. Mahasiswa

sibuk mempertanyakan apa yang diamati dalam gambar sesama mereka anggota

kelompok, merekapun berdebat dalam menentukan kesimpulan sementara

kelompok yang dipandu oleh lembar keija analisis. Namun kerja mereka diminta

stop oleh dosen dengan alasan waktu yang diberikan sudah melebihi 30 menit,

bahkan 45 menit. Para mahasiswa protes dengan mimik muka tidak puas, dan

berkata,"...belum sudah bu...belum diisi LKAnya". Merekapun cenderung tidak

berantusias untuk tampil ke depan menyampaikan temuan mereka. Hal ini terlihat

dari sikap "lempar-lemparan" menunjuk wakil kelompok ke depan. Dosen

mengatasi hal tersebut dengan mengatakan," ayo cepat, masing-masing kelompok

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

216

dua orang, secara panel saja biar lebih cepat.....ayo cepat ke depan, apa adanya

saja yang ditemukan...".

Pada tahapan produk ide, masing-masing kelompok secara bergilir dalam

diskusi panel, menyampaikan hasil analisis mereka terhadap dokumen mereka.

Walaupun kelima kelompok telah mendapat kesempatan mengungkapkan hasil

kesimpulan sementara mereka. Kegiatan evaluasi/penyempurnaan sebagai

langkah akhir model ini tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan. Hanya dua

kelompok yang bisa dikritisi, di evaluasi oleh dua orang mahasiswa. Dosen tidak

memperhatikan keinginan beberapa mahasiswa yang menunjukan jari tangannya

untuk ikut memberikan evaluasinya atas karya kelompok yang tampil. Kegiatan

penyempurnaan juga tidak bisa dilakukan dengan melibatkan mahasiswa,

sebaliknya dosenlah yang kemudian merumuskan kesimpulannya karena waktu

tidak mencukupi. Kemudian dosen memberikan tes akhir pembelajaran yang

dikerjakan di rumah, bersama dengan angket lembaran evaluasi diri.

c. Hasil Observasi dan Rekomendasi

Sebelum dilakukan putaran ujicoba kedua, dosen dan peneliti melakukan

pertemuan, untuk mendiskusikan temuan selama ujicoba pertama. Peneliti

menyampaikan hasil observasi, dan dosen menyampaikan kesulitan yang

dirasakan dalam melaksanakan pembelajaran.

Dari hasil observasi, peneliti menemukan bahwa secara umum, langkah-

langkah dalam kegiatan pembelajaran ini, dijalankan dengan secara kaku dan

tergesa-gesa, sehingga belum terlihat pembelajaran yang menyenangkan bagi

mahasiswa. Mahasiswa terlihat sibuk, tetapi tidak menuntaskan pekeijaannya, dan

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

217

memberikan kepuasan terhadap hasil keijanya, dikarenakan tidak dinilai hasilnya.

Sebagian besar mahasiswa terlihat kecewa karena tidak mendapat kesempatan

untuk menyampaikan produk ide dan evaluasinya atas hasil investigasi temannya

dari kelompok yang berbeda. Walaupun demikian, sebagian sudah terlihat

langkah-langkah yang dijalankan dalam pembelajaran ini, yang mengarahkan

mahasiswa untuk beraktivitas dalam pembelajaran. Melalui hasil keija mahasiswa

di lembar fakta dan pendapat sejarah, dan lembar ketja analisis fhoto, sudah

terlihat ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa. Dalam proses

pembelajaranpun, sudah tampak khususnya saat tahap investigasi dan produk ide.

Mahasiswa mencoba memberikan pemahaman dan aalisisnya terhadap dokumen

sejarah. Ungkapan-ungkapan seperti,"... mengapa seperti itu? ...kalau betul itu

...mengapa tidak terlihat., menurut saya itu bukan akibat penjajahan Jepang,

karena orangnya bukan orang Indonesia,..siapa yang buat dokumen itu...apa

buktinya?..." terdengar selama tahapan tersebut. Walaupun masih terlihat adanya

beberapa mahasiswa yang kebingungan apa yang harus dikenakannya, sehingga

hanya diam dan bercakap-cakap dengan teman di dekatnya sambil (pura-pura?)

membolak-balik buku sejarah.

Pada tahap eksplorasi, terlihat pekerjaan yang menumpuk pada mahasiswa

dalam melakukan pencarian jawaban dan pengisian lembar fakta dan pendapat

sejarah. Mahasiswa tampak bingung dalam melakukan tugas yang disuruh untuk

dikeijakan pada tahap ini. Namun, diskusi antar mahasiswa dalam kelompok serta

upaya lain, seperti membaca dari beberapa buku, sangat kental terlihat Pada

tahap, ekspresi, masih terdapat mahasiswa yang belum mampu untuk tampil

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

218

percaya diri memberikan hasil pikirannya ataupun kelompoknya. Saat ditanya, hal

ini disebabkan belum selesainya pekeijaan yang dilakukan, disebabkan waktunya

terbatas sekali. Proses interaksi hanya terjadi dari dosen ke mahasiswa. Belum

diberikan kesempatan mahasiswa untuk menilai ungkapan dari temannya.

Saat di tahap investigasi, mahasiswa sangat antusias mencoba memberikan

interpretasi mereka terhadap dokumen sejarah, sehingga terjadi diskusi, sayang

dikarenakan waktu dan sumber bacaan yang terbatas dibawa ke dalam kelas, maka

kegiatan investigasi data belum baik.

Di dalam tahapan produk ide, tidak tampak jelas hasil ide, gagasan,

elaborasi mahasiswa, dikarenakan hanya sebagian kecil dari mereka yang bisa

menyampaikan hasil kelompoknya, dan sebagian kecil juga mahasiswa yang

memberikan kritik, evaluasi terhadap gagasan temannya. Selain dibatasi waktu,

tahapan ini juga belum memberikan kesempatan mahasiswa untuk menyampaikan

gagasan, kritik, penilaian atas suatu hasil gagasan, produk ide temannya.

Kegiatan dosen, yang cenderung "melepaskan" kerja pembelajaran ke

pihak mahasiswa, belum sepenuhnya berperan sebagai fasilitator. Tahapan

penyempurnaan, belum dilakukan mahasiswa, tetapi hanya oleh dosen sendiri.

Dosen yang menjadi pelaksana pada ujicoba terbatas ini, juga memberikan

masukan, seperti; perlu adanya waktu yang memberikan informasi/petunjuk

kepada mahasiswa untuk mengikuti langkah-langkah dalam pembelajaran ini.

Selain itu buku-buku sumber sebagai bahan untuk melakukan investigasi

diperbanyak, atau jika memungkinkan dilakukan di ruang baca (ruang

perpustakaan) saja. Waktu 150 menit untuk satu pokok bahasan, tidak

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

219

memberikan kenyamanan bagi dosen melakukan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan langkah-langkah dalam pembelajaran. Masukan ini juga disampaikan

oleh mahasiswa, bahwa mereka mengeijakan tahap investigasi dan produk ide

sangat terbatas dalam penyediaan buku-buku sumber dan waktupun yang terbatas

sekali. Mahasiswa juga mengeluhkan, adanya teman-temannya yang mendominasi

dalam kegiatan produk ide.

Dari masukan dosen dan dipadukan dengan hasil observasi, maka

penelitidan dosen menyepakati bahwa model yang diujicobakan pada tahap

pertama ini, belum bisa dijadikan model yang diinginkan sesuai dengan tujuan

penelitian. Maka peneliti dan dosen menyepakati rekomendasi-rekomendasi

untuk perbaikan model, yang akan di ujicobakan pada putaran kedua. Adapun

rekomendasi tersebut adalah;

" Langkah eksplorasi: dosen lebih optimal dalam mendorong mahasiswa

untuk mengidentifikasi masalah, mengamati dan menanyakan soal yang

terkait dengan topik. Lembaran fakta dan pendapat sejarah, diberikan

secara individu, dan cukup hanya mengisi dua butir fakta sejarah dan dua

pendapat sejarah dari buku yang dipilih mahasiswa.

• Langkah Ekspresi: Dosen harus memunculkan langkah ini, dengan

mendorong mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya terkait dengan

hasil eksplorasi yang dilakukannya. Kemudian diberikan juga kesempatan

kepada mahasiswa untuk menilai ungkapan, ekspresi temannya. Jadi di

tahap ini kegiatan evaluasi juga dilakukan.

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

220

Langkah investigasi, harus dibarengi dengan kegiatan study pustaka atau

mencari sumber lain. Oleh karena perlu ketersediaan buku yang lebih

(perpustakaan) dan bila diperlukan mencari data melalui sumber lain,

seperti dari internet agar informasi yang diperlukan untuk merekonstruksi,

menganalisis, menyimpulkan isi yang terkait dengan dokumen tersebut

lebih luas dan dalam.

Langkah Produk Ide : langkah ini harus dimunculkan dan memberi

kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukan hasil pemikirannya dan

kelompoknya. Kegiatan evaluasi juga dilakukan pada tahap ini, agar

mahasiswa secara langsung dapat menilai produk ide kelompok lain atas

kerja investigasinya.

Langkah evaluasi/penyempurnaan: Pada tahap ini, dilakukan hanya

kegiatan penyempurnaan saja terhadap hasil kesimpulan sementara yang

disampaikan di tahap sebelumnya. Kemudian perlu dilakukan sesuai

dengan rancangan pembelajaran, dengan melibatkan mahasiswa dalam

membuat penyempurnaan/kesimpulan.

waktu yang tidak sesuai dengan langkah-langkah dalam draft model untuk

dilakukan dalam satu kali pertemuan (3 sks), selanjutnya perlu

diperhatikan untuk dilakukan dua kali pertemuan untuk satu topik bahasan.

Diperlukan adanya tahapan orientasi sebelum masuk pada tahap

eksplorasi.

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

221

• Tahapan kegiatan pembelajaran mengalami penyesuaian, yaitu terdiri dari,

orientasi, eksplorasi, ekspresi/evaluasi, investigasi, produk ide, evaluasi,

penyempurnaan.

2.2. Kegiatan Ujicoba Terbatas Kedua (UC 2)

a. Perencanaan Pembelajaran

Seperti telah digambarkan di atas, adanya rekomendasi perbaikan pada uji

coba kedua dalam waktu tatap muka (2 x 150 menit), dan perubahan dalam

langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dijalankan. Walaupun demikian

komponen perencanaan pembelajaran pada tahap ujicoba kedua ini, tidak berbeda

dengan ujicoba pertama. Hanya di Komponen KB M, dilakukan dengan enam

tahapan, yaitu orientasi, eksplorasi, ekspresi/evaluasi, investigasi, produk

ide/evaluasi dan terakhir penyempurnaan. Topik bahasan pada ujicoba terbatas

kedua ini adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pada tahap orientasi, guru tidak hanya memberikan penjelasan tentang

topik bahasan hari ini, juga memberikan penjelasan agenda keija yang akan

dilakukan oleh mahasiswa, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang perlu

dicapai oleh mahasiswa setelah selesai perkuliahan nantinya.

Pada tahap eksplorasi, dosen membawa mahasiswa kepada kegiatan

menggali pemahamannya terhadap topik bahasan dengan alat pertanyaan, buku

teks sejarah, dan lembar keija fakta dan pendapat sejarah.

Pada tahap ekspresi/evaluasi, sebagian besar mahasiswa sudah mampu

menggunakan waktu untuk mengekspresikan temuan mereka. Di tahap ini

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

222

sekaligus dilakukan evaluasi, terhadap hasil ekspresi yang disampaikan.

Walaupun masih terkesan interaksi, berlangsung antara dosen ke mahasiswa, dan

belum optimal tejjadi interaksi mahasiswa ke dosen, mahasiswa ke mahasiswa.

Pada tahap investigasi, mahasiswa dibagi dalam enam kelompok

diberikan gambar dan dokumen primer sejarah yang berbeda beserta lembar keija

analisis dokumen dan fhoto. Pelaksanaan tahap investigasi diarahkan dilakukan di

ruang baca perpustakaan, ataupun melalui sumber lain.

Pada tahap produk ide, tidak seperti saat ujicoba pertama, yang dilakukan

secara panel. Maka di ujicoba kedua, dosen memfasilitasi setiap kelompok untuk

menyampaikan hasil investigasinya secara bergiliran.Setiap kelompok secara

bergiliran, menyampaikan hasil inversitigasi mereka terhadap suatu dokumen

sejarah, dan menayangkan nya melalui OHP. Di saat itu juga, kelompok tersebut

mendapatkan evaluasi dari mahasiswa lain dan dosen, serta membuat kesimpulan

sementara.

Di tahap penyempurnaan, dosen memberikan arahan dan kesempatan

kepada mahasiswa untuk memberikan penyempurnaan dari kesimpulan sementara

yang diberikan temannya, dalam bentuk penguatan/kesimpulan akhir dari topik

bahasan hari ini. Dosen menunjuk dua mahasiswa untuk tugas ini, kemudian

dilanjutkan oleh dosen.

c. Hasil Observasi dan Rekomendasi Kegiatan

Pada ujicoba terbatas kedua ini, dilihat dari catatan observasi, secara

umum aktivitas mahasiswa sudah tinggi, pelaksanaan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran, sudah dapat dijalankan dosen walau masih ada sedikit kekakuan

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

saat proses pengalihan langkah-langkah pembelajaran. Ketrampilan bei^il

kesejarahan mahasiswa, yang terlihat dari hasil lembar keija fakta dan p e r t ^ a ^ ^ ^ ^ . ^

sejarah, lembar keija analsis dokumen dan fhoto serta dari ungkapan pendapat,

saat pembelajaran berlangsung sudah lebih baik. Para mahasiswa sudah

"tergelitik" untuk bergabung dan aktif dalam memberikan hasil interpretasi dan

analisisnya. Sebagai contoh, pada saat kelompok pertama menunjukkan poster

"DEKATI MERDEKA", diskusi berlangsung hangat dalam melihat posisi berdiri

tentara Jepang di antara orang Indonesia. Mengapa tidak berdiri sebelah kanan

sekali, mengapa harus berdiri disitu, apakah makna dia mengangkat tangan

(bersorak?) tapi dengan mengangkat senjata? Jadi siapa yang bikin poster itu? Apa

makna poster itu? Hal yang sama terjadi juga dalam tampilan produk ide

kelompok lain, yang menganalisis dan menginterpretasi naskah teks proklamasi

ditulis tangan dengan naskah teks yang diketik. Mereka mencoba membangun

kembali secara imaginative, peristiwa penulisan naskah tersebut dan proses

perubahan beberapa kata setelah diketik, sekaligus juga dibincangkan makna kata-

kata "keramat" (istilah mereka, saat diskusi). Begitu juga dalam kelompok analisis

fhoto, hampir semua menunjukan bagaimana tingkat ketrampilan berpikir

kesejarahan yang mereka miliki. Kebingungan mahasiswa dengan tugas yang

dirasakan banyak pada tahap eksplorasi, membuat sebagian tugas yang diminta

dosen tidak selesai dikerjakan.

Dalam kegiatan diskusi (tahap produk ide), kendala yang masih dihadapi

adalah sukarnya semua mahasiswa melihat gambar, poster, atau dokumen yang

dianalisis temannya, jika tidak duduk di barisan depan, hal ini mengingat

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

224

penunjukan gambar/photo/dokumen tidak menggunakan OHP. Hal ini berakibat

dengan lambatnya dimulai kegiatan produk ide dan evaluasi, disebabkan kegiatan

mengedarkan media dokumen tersebut ke semua mahasiswa.

Dosen yang melaksanakan kegiatan pembelajaran ini juga memberikan

komentar kepuasannya, karena hambatan yang ditemukan pada ujicoba pertama,

sebagian sudah berkurang. Dia merasa yakin, jika dicoba sekali lagi, maka akan

semakin tampak sosok model pembelajaran ketrampilan berpikir kesejarahan ini.

Hal ini juga dilihat dari antusias belajar mahasiswa tinggi, dan kemampuan

mahasiswa menganalisis, memberikan kritik, pendapat terhadap rekonstruksi

sejarah Proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Dari diskusi antara peneliti dan dosen, maka rekomendasi untuk

pelaksanaan ujicoba ketiga, adalah; proses perkuliahan tetap mengacu pada desain

yang dibuat. Kemudian ditambahkannya tahapan klasifikasi dan generalisasi.

Serta difungsikannya media OHP, dan setiap kelompok diberikan

gambar/dokumen/poster sejarah yang sama, walau kajian setiap kelompok

berbeda. Interaksi belajar mengajar, hendaknya mengarah kepada transaksi, yaitu

interaksi tidak hanya satu arah saja, dari dosen ke mahasiswa melainkan antara

mahasiswa ke mahasiswa, dan Interaksi mahasiswa ke dosen (muIri arah).

2.3. Kegiatan Ujicoba Terbatas Ketiga (UC 3)

a. Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil rekomendasi ujicoba kedua, maka komponen

perencanaan pembelajaran di putaran ketiga tidak mengalami perubahan untuk

setiap komponennya. Pada kegiatan belajar mengajar, jika pada ujicoba

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

225

sebelumnya dengan enam tahapan, maka di ujicoba ke tiga ini dilakukan dengan

delapan tahapan, yaitu orientasi, eksplorasi, ekspresi/evaluasi, eksplorasi,

ekspresi/evaluasi, investigasi, produk ide/evaluasi, penyempurnaan. Topik

bahasan pada ujicoba terbatas ketiga adalah Pemberontakan G 30 S PKL

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap orientasi, dosen memberitahukan topik bahasan diperkuliahan kati

ini, serta memberikan tujuan yang harus dicapai dalam perkuliahan ini. Selain itu,

dosen juga menyampaikan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa

selama proses pembelajaran pada topik bahasan kali ini.

Pada tahap eksplorasi, dosen membawa mahasiswa kepada kegiatan

menggali pemahamannya untuk berimajinasi, menganalisis dan menilai tafsirtan-

tafsiran sejarah oleh penulis/sejarawan pada buku teks sejarah. Pada tahap

ekspresi, dosen sudah mampu mengarahkan mahasiswa untuk memberikan

ekspresi mereka, tidak lagi menunggu harus ditunjuk dosen. Interaksi berlangsung

antara dosen ke mahasiswa, dan interaksi mahasiswa ke dosen, mahasiswa ke

mahasiswa.

Mahasiswa tampak lebih antusias dan konsentrasi dalam mengidentifikasi

"fakta" dan "pendapat" sejarah melalui lembar kerja. Mahasiswa menjadi lebih

cepat, dan tertib, karena masing-masing mahasiswa sudah membawa buku teks

sejarah, bahkan ada yang lebih dari satu. Setelah melewati tahap klasifikasi,

mahasiswa menilai, membandingkan dan menyimpulkan hasil klasifikasi yang

dilakukan. Mahasiswa terlihat mampu memberikan argumentasi atas pembedaan

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

226

yang dilakukan, serta membuat satu simpulan atas suatu fakta sejarah dan

pendapat yang menggambarkannya.

Pada tahap investigasi, seperti ujicoba sebelumnya, mahasiswa dibagi

dalam enam kelompok. Masing-masing kelompok diberikan gambar dan dokumen

primer sejarah yang sama beserta lembar keija analisis dokumen dan fhoto. Setiap

kelompok ditentukan kajian dokumen sejarah yang dianalisis. Pelaksanaan tahap

investigasi diarahkan dilakukan di ruang baca perpustakaan, ataupun melalui

sumber lain.

Pada tahap produk ide, dosen memfasilitasi setiap kelompok untuk

menyampaikan hasil investigasinya secara bergiliran setiap kelompok. Tidak

seperti saat ujicoba pertama, secara panel. Secara bergiliran setiap kelompok

menyampaikan hasil investigasinya dengan media OHP. Semua mahasiswa

mengetahui dan turut memberikan interpretasinya, karena mereka juga memiliki

copyan dokumen sejarah tersebut, secara bersamaan dilakukan evaluasi dari

mahasiswa lain dan dosen terhadap hasil produk ide setiap kelompok.

Di tahap penyempurnaan, seperti di ujicoba kedua dosen memberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk memberikan penyempurnaan dari evaluasi

yang diberikan temannya, dalam bentuk kesimpulan dari topik bahasan hari ini.

Dosen memberikan kesempatan kepada enam mahasiswa dari tiap kelompok,

kemudian dilanjutkan oleh dosen,

c. Hasil Observasi dan rekomendasi

Dari catatan observasi dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan

ujicobaketiga ini sudah menggambarkan isi perencanaan pembelajaran. Sosok

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

227

model pembelajaran sejarah yang dapat meningkatkan ketrampilan berpikir

kesejarahan sudah terlihat. Sehingga periu untuk diujicobakan pada sample yang

lebih luas.

Setelah dirancang bentuk model pembelajaran hipotetik yang disusun

berdasarkan temuan dan rekomendasi dari uji coba terbatas, maka dilakukan

kembali ujicoba dengan sampel yang lebih luas. Pelaksanaan ujicoba lebih luas ini

dilakukan di tiga universitas yang memiliki program studi pendidikan sejarah di

Kota Palembang, yaitu Universitas Sriwijaya, Universitas PGRI dan Universitas

Muhammadiah. Sampel responden yang dipilih adalah mahasiswa semester VI,

atau yang mengikuti mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia VI, atau Sejarah

Indonesia Mutakhir I.

2.4. Kegiatan Uji Coba Lebih Luas I (UC 4)

a. Perencanaan Pembelajaran

Topik bahasan yang dipelajari pada uji coba lebih luas pertama ini adalah

Pengakuan Kedaulatan RI - Konfrensi Meja Bundar untuk semua responden

mahasiswa semester VI yang mengikuti mata Kuliah SNI VI atau Sejarah

Indonesia Mutakhir I di tiga universitas yang dijadikan lokasi penelitian.

Rancangan perencanaan pembelajaran, tidak berbeda dengan ujicoba terbatas

tiga, dan sesuai dengan rancangan model perencanaan yang disusun setelah

ujicoba terbatas.

b. Pelaksanaan pembelajaran

Untuk menggambarkan jalannya pelaksanaan pembelajaran, maka akan

diuraikan satu persatu di tiap lokasi penelitian. Di Universitas Sriwijaya, secara

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

228

< umum dos^n telah mampu menciptakan suasana belajar di kelasnya dengan

menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang tertuang dalam rencana

pembelajarannya. Hanya pada tahap produk ide/evaluasi, dosen menggunakan

pembatasan jumlah mahasiswa (3 orang) yang bertanya untuk setiap kelompok

yang tampil. Pada tahap penyempurnaan, dosen tidak memberikan penguatan atas

kesimpulan yang diberikan mahasiswa.

Di Universitas PGRI, secara umum dosen telah melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran yang ada. Walau mengingat keterlambatan hadir maka,

tahapan orientasi tidak dilakukan sepenuhnya, hanya sebatas memberikan tugas

yang akan dilakukan mahasiswa. Pada tahapan eksplorasi pertama, dosen belum

optimal mengarahkan mahasiswa untuk mengeksplorasi permasalahan dalam

peristiwa sejarah, masih terlihat sebagian mahasiswa bingung dan hanya

membaca saja buku teks sejarah yang ada. Sehingga pada tahap ekspresi pun ada

sebagian mahasiswa yang tidak aktif memberikan pemikirannya, tetapi pada tahap

klasifikasi, sudah beijalan baik. Pada tahap produk ide, sedikit mendapat

hambatan dan tidak betjalan sepenuhnya, karena tidak tersedianya sarana listrik

untuk peresentasi. Pada tahap penyempurnaan dosen belum memberikan

penguatan atas kesimpulan yang disusun mahasiswa. Selain itu penggunaan

waktu, banyak habis terbuang oleh penyiapan sarana pembelajaran.

Di Universitas Muhammadiah, secara umum dosen sudah melakukan

tahapan pembelajaran yang ada dalam perencanaan pembelajaran. Hanya belum

optimal pada tahap produk ide/evaluasi dan penyempurnaan, dosen belum

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

memberikan penguatan atas evaluasi mahasiswa dan kesimpulan semen

dibuat mahasiswa,

c. Observasi dan Rekomendasi;

Dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran di tiga lokasi penelitian,

secara umum terlihat bahwa langkah-langkah pembelajaran telah dilakukan dosen

dengan baik walau belum sepenuhnya optimal. Dari refleksi atas hasil observasi

tersebut, peneliti dan dosen model menyiapkan rekomendasi -rekomendasi untuk

uji coba berikutnya, seperti kehadiran tepat waktu, penyiapan sarana/fasilitas dan

tidak memberikan batasan mahasiswa untuk memberikan ide/evaluasi atas

ide/karya temannya, serta memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang

disusun mahasiswa, dengan cara membenarkan, menambahkan, memberikan

contoh/analogi ataupun mengkoreksi.

2.5. Kegiatan Uji Coba Lebih Luas kedua (UC 5)

a. Perencanaan Pembelajaran

Topik bahasan yang dipelajari pada uji coba lebih luas kedua ini adalah

Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Rancangan perencanaan pembelajaran, tidak berbeda

dengan ujicoba sebelumnya.

b. Pelaksanaan pembelajaran

Secara umum ketiga model dosen di tiga lokasi penelitian telah

melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah yang sesuai dalam

perencanaan pembelajaran. Rekomendasi yang diberikan sudah dilaksanakan.

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

230

c. Hasil Observasi dan Rekomendasi

Proses pembelajaran berlangsung lebih interaktif dari yang sebelumnya.

Dosen telah menciptakan suasana belajar yang memebrikan kesempatan

mahasiswa untuk menggali pemahaman yang telah dimilikinya, dan melakukan

kegiatan-kegiatan pembelajaran yang aktif, kritis terhadap permasalahan sejarah

yang dipelajari. Selain itu tidak ada yang merasa dominan aktif atau dominan

pasif dalam proses pembelajaran.

3.Bentuk Akhir Model

Setelah dilakukan ujicoba terbatas sebanyak tiga kali dan uji coba lebih luas dua

kali (lima kali uji coba) maka ditemukan gambaran model pembelajaran sejarah yang

dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa. Perbaikan yang

dilakukan di setiap ujicoba, membawa suatu bentuk model yang sedikit berubah dari

model yang dirancang saat sebelum ujicoba. Jika pada awalnya langkah kegiatan belajar

terdiri dari lima langkah kegiatan, maka berikutnya mengalami perubahan. Pembahan

terjadi setelah didapat berbagai hambatan dari penerapan draft model sebelumnya.

Langkah-langkah kegiatan belajar, walau masih tetap apa yang diberikan oleh Ruggiero,

pendekatan holistik dalam pengajaran berpikir, namun mengalami perkembangan dalam

hierarki penerapan serta dilakukannya penambahan satu kegiatan, yaitu tahap orientasi.

Jika draft awal, kegiatan pembelajam dilakukan dengan Hma tahapan, maka akhir dari

ujicoba terbatas, berkembang menjadi delapan langkah. Kegiatan pembelajaran tidak

bisa dilakukan hanya satu kali tatap muka untuk semua tahapan, melainkan dua kali tatap

muka. Secara rinci dapat dilihat rangkuman rekaman catatan proses perkuliahan pada

tahap pengembangan model (Ujicoba 1-5) pada bagan 4.8.

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

231

Dtttil Pereacaaaaa: 1. Perumusan tujuan pembelajaran (KBK) 2. Penentuan topik bahasan/materi pelajaran

Penetapan prosedur perkuliahan dengan lima tahapan dari pendekatan holistik

4. Pemilihan/penetapan media/sumber belajar 5, Penetapan alat evaluasi baik proses maupun hasil Implementasi:

Eksplorasi Ekspresi Investigasi Produk ide Evaluas i/penyempurrnaan KasII Observasi/Umpan Balik: 1. desain perencanaan belum berfungsi 2, Tahapan proses kaku/dipaksakan karena waktu,

bahkan tahapan akhir tidak dilakukan. 3 media/sumber belajar belum menunjang

pembelajaran 4. Mahasiswa belum terlibat semua dalam kegiatan

kelas, terutama tahap eksplorasi dan ekspresi Kesimpalan: Model pembelajaran holistik belum terbentuk Rekomendasi: I. Proses perkuliahan dengan memperhatikan desain 2 Penyediaan waktu, dengan pelaksanaan 2 X TM 3 Penyediaan sumber belajar yang memadai 4. diperlukan tahapan orientasi, pemisahan evaluasi

dengan penyempurnaan 5 Dosai memfasilitasi mahasiswa urttuk aktif

D m l a Perencanaan: Desain perencanaan disusun sesuai dengan ujicoba sebelumnya, hanya berbeda lopik bahasan ImpleoMatasi: Dilaksanakan dengan g tahapan sesuai dengan ujicoba sebelumnya Ha* 11 Obaetvasl/Vinpaa Balik: I Di LPTK yang kategori baik, tahapan penyempurnaan ndak berlangsung baik. Di dua LPTK yang sedang dan .rendah, tahapan berjalan, baik walau kurang sempurna 2. Mahasiswa terlibat aktif, dan terlihat ketrampilan betptkir kesejarahannya, sudah cukup tinggi. Keslmpalaa: Model pembelajaran holistik sudah terbentuk lebih mantap RdiMWBdaah Dosen dapat menjalankan tahapan dengan sempurna, dan mempersiapkan ketersediaan media/sarana sebelum pakulihan.

Desaia Perencanaan: 1. Perumusan tujuan pembelajaran (KBK) 2. Penemuan topik bahasan/materi pelajaran 3. Penetapan prosedur pettadulHii dengan enam

tahapan dari modifikasi pendekatan holistik 4. Pemil ilaii/peoetapan media/sumber belajar 5. Penetapan alat evaluasi baik proses maupun hasil I inplemeatash Orientasi Eksplorasi Ekspresi Investigasi Produk ide/Evaluasi Penyempurnaan HasO ObservasWJmpan Bilik: 1. desain perencanaan sudah berfungsi 2. Tahapan proses sudah berjalan baik, 3. sumber belajar cukup menunjang proses

pembelajaran, kecuali media/sarana belum 4. Mahasiswa sebagian besar sudah menunjukan

ketrampilan berpikir dan aktif dalam tahapan Kafanpataa: Model pembelajaran holistik mulai terbentuk Rekomendasi: 1 Proses perkuliahan dengan memperhatikan desain 2 Pengoptimalan penggunaan media/sarana 3 Diadakan tahapan eksplorasi, dan ekspresi ke 2, 4 Mengoptimalkan interaksi belajar yang multi arah

Desain Perencanaan: Desain perencanaan disusun sesuai dengan ujicoba sebelumnya, hanya berbeda jumlah KBM menjadi 8 langkah, dan topik bahasan V Orientasi Eksplorasi Ekspresi Klasifikasi Generalisasi Investigasi Produk ide/ Evaluasi penyempurnaan Hm8 Otacrvasl/Umpaa Batik: 1. Keaktifan/ keantusiasan mahasiswa belajar besar 2. ketrampilan berpikir kesejarahan, dari setiap rtnn

: Model pembelajaran holistik sudah terbentuk Re komentari: 1. Dosen dapat mempertahankan pola yang sudah ada 2. Menyepakati model pembelajaran holbtik tni

ditindaklanjuti dalam uiicotn kbih luas di tiea LPTK.

Desain Powauia: Desain perencanaan disusun sesuai dengan ujicoba sebelumnya, hanya berbeda topik bahasan lmptraentaai: Dilaksanakan dengan 8 tahapan sesuai dengan ujicoba sebelumnya Hwill Otacrvaal /Unpu BaUkj 1. Di LFTK yang kategori baik, sedang dan .rendah, tahapan pembebgaran berjalan sesuai desain 2. Mahasiswa terlibat aktif, dan terlihat ketrampilan berpikir kesejarahannya 3. penggunaan mcdiafcarana dan sumber belajar sangat baik. 4. Hasil pasca tes ke t i p LPTK : 92.04 ; 87,458 , 85,143 Kerimpnlaa: Model pembelajaran holistik sudah terbentuk baik Rekomendasi: Adanya signifikansi peningkatan ketrampilan berpikir kesejarahan baik dalam proses maupun hasil belajar, maka model pembelajaran holistik ini siap untuk diuji validasi

Bagan 4.8 Rangkuman Proses Pengembangan Model Hipotetik

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

232

Setelah mengalami beberapa kali perbaikan model pembelajaran selama

uji coba, maka dimantapkan bentuk akhir model hipotetik yang siap untuk

diujivalidasikan, lebih jelas terlihat pada pada bagan 4.9 di bawah ini.

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

233

MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR KESEJARAHAN

DISAIN

1 Tujuan : ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa dan merekonstruksi pengetahuan bani

2. Materi : konsep-konsep sejarah dalam sejarah Indonesia 3. Prosedur: Skenario kegiatan pembelajaran dengan delapan tahapan yaitu:

- orientasi, eksplorasi, ekspresi, klasifikasi, generalisasi, investigasi, produk idd evaluasi, dan penyempurnaan

4. Media/sumber: media dan sumber belajar (primary/secondary sources) yang terkait dengan topik bahasan

5. Evaluasi: evaluasi proses dan hasil belajar

IMPLEMENTASI

1. Orientasi : Penyiapan kondisi belajar, pemfokusan perhatian pada topik yang akan diajarkan serta recalling pengetahuan lama.

2.Eksplorasi : kegiatan menganalisis, mengkritisi, berimajinasi dan membangun pemahaman sejarah atas tafsiran sejarah yang disusun penulis buku sejarah/sejarawan

3. Ekspresi : menyusun, menyampaikan, membandingkan, menilai hasil keija di tahap eksplorasi

4. Klasifikasi: Pengembangan kemampuan mencari, menganalisis, menentukan, membedakan antara "fakta" dan "pendapat" sejarah dari suatu tafsiran sejarah pada buku teks

5. Generalisasi: Pengembangan kemampuan memberikan argumentasi dan menilai kelengkapan atau tidaknya fakta dan pendapat sejarah yang ditemukan serta menyusun simpulan atas hasil di tahap klasifikasi.

6. Investigasi: Pengembangan kemampuan mencari dan memperluas informasi, bukti-bukti searah dari berbagai sumber untuk merekonstruksi peristiwa sejarah melalui dokumen primer/sekunder

7. Produk Ide/evaluasi: Penuangan ide- ide, perekonstruksian sejarah melalui hasil analisis kritis, interpretasi, pengambilan keputusan atas suatu dokumen primer/sekunder sejarah.

S. Penyempurnaan: Pengembangan kemampuan menilai dan memberikan pandangan yang komprehensif atas hasil rekonstruksi sejarah yang telah dilakukan dan menemukan nilai-nilai sejarah yang bisa diteruskan di masa kini dan masa depan..

EVALUASI 1. Evaluasi Proses: Keaktifan mahasiswa dan ketrampilan berpikir kesejarahan

(observasi) 2. Evaluasi Hasil: pasca tes (esay) dan angket evaluasi diri .

Bagan 4.9. Draft model hipotetik setelah ujicoba

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

234

Dari rancangan draft model yang telah dikembangkan melalui lima kali uji

coba, maka desain perencanaan mengalami perubahan pada prosedur kegiatan

pembelajaran, secara rinci dapat dituangkan dalam bagan 4.10 di bawah ini.

s TPK

s

*

KBM — = ;

—i

r Mengembangkan ketrampilan berpikir kesejarahan (secara keseluruhan pada lima aspek berpikir kesejarahan, dengan konsep waktu dan tempat, sikronik

^ dan diakronik) ^

Mengembangkan materi pembelajaran dengan konsep waktu/tempat, sinkronik, diakronik serta multiperfektif

Menetapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Holistik dalam pengajaran berpikir, melalui delapan tahapan yaitu: orientasi, eksplorasi, ekspresi, klasifikasi, generalisasi, investigasi, produk ide/evaluasi dan penyempurnaan

Media Sumber

I Evaluasi

Menetapkan media dan sumber bc\a]ar(primary/secondary sources) yang terkait dengan topik bahasan

Menetapkan alat, jenis dan prosedur evaluasi Proses: pengamatan implementasi model, keaktifan dan ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa Hasil : Tes tertulis-essay

Bagan 4.10

Desain Perencanaan Model Pembelajaran Berpikir Kesejarahan setelah uji coba

Secara umum rancangan draft implementasi model pembelajaran berpikir

kesejarahan setelah dilakukan ujicoba terbatas, disusun dengan mengembangkan

tahapan pendekatan Holistik dalam pengajaran berpikir, yaitu terdiri dari delapan

langkah yaitu orientasi, eksplorasi, ekspresi/evaluasi, eksplorasi, ekspresi/valuasi,

investigasi, produk ide/ evaluasi dan penyempurnaan. Desain model tersebut,

dapat dilihat pada bagan 4.11 di bawah ini.

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

235

f Penyiapan kondisi belajar, pemfokusan perhatian pada topik yang akan diajarkan serta recallirtg pengetahuan lama

V

/T kegiatan menganalisis, mengkritisi, berimajinasi dan membangun pemahaman sejarah atas tafsiran sejarah yang disusun penulis buku sej arah/sej ara wan

r menyusun, menyampaikan, membandingkan, menilai hasil keija di tahap eksplorasi

V /

Pmengembangan kemampuan mencari, menganalisis, menentukan, membedakan antara "fakta" dan "pendapat" sejarah dari suatu tafsiran sejarah pada buku teks

Pengembangan kemampuan memberikan argumentasi dan menilai kelengkapan atau tidaknya fakta dan pendapat sejarah yang ditemukan, serta menyusun simpulan

r; Pengembangan kemampuan mencari dan memperluas informasi, bukti-bukti sejarah dari berbagai sumber untuk merekonstruksi peristiwa sejarah melalui dokumen primer/sekunder

Ceramah Tanya jawab

Tanya Jawab kerja kelompok

Tanya Jawab Keija kelompok

Keija kelompok

Tanya Jawab keija kelompok

Inquiry (document

study) Ketja kelompok

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

236

Penuangan ide- ide, perekonstruksian sejarah melalui has i! analisis kritis, interpretasi, pengambilan keputusan atas suatu dokumen primer/sekunder sejarah.

V-

Pengembangan kemampuan menilai dan memberikan pandangan yang komprehensif alas hasil rekonstruksi sejarah yang telah dilakukan dan menemukan nilai-nilai sejarah

J

Keija klmpk, presentasi dan diskusi kelas

Diskusi

Bagan 4.11

Desain Implementasi Model Pembelajaran Berpikir Kesejarahan

Setelah Ujicoba

Adapun bentuk rancangan model evaluasi pembelajaran berpikir

kesejarahan yang disusun setelah ujicoba, pengembangan model, masih sama

bentuk dan jenis evaluasinya, yaitu evaluasi proses dan hasil, dengan bentuk tes

tertulis, esay dan angket evaluasi diri.

4. Ketrampilan berpikir Kesejarahan Mahasiswa dari Hasil Uji Coba

Pengembangan Model

Untuk mendapatkan data bagaimana hasil belajar mahasiswa khususnya

ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa di setiap ujicoba terbatas

dilaksanakan, maka dilakukan pasca tes. Selain itu juga diberikan angket evaluasi

diri yang berbentuk graphic rating scale, untuk mendapatkan data yang sama

Diharapkan dari dua bentuk instrument ini, maka data ketrampilan berpikir

kesejarahan mahasiswa menjadi lebih akurat

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

237

a. Hasil Tes

Tes yang diberikan kepada mahasiswa di setiap akhir perkuliahan satu

pokok bahasan berisi sepuluh butir soal, dan setiap soal menguji ketrampilan

berpikir mahasiswa dan pemahaman materinya. Dalam penghitungan ketrampilan

berpikir kesejarahan, dilihat dari perolehan nilai di setiap komponennya yaitu

komponen chronological thinking (CT), historical comprehension (HQ),

historical analysis and interpretation (HAI), historical research capabilities

(HRC), dan historical issues analysis and decision making (HIADM). Untuk

mengetahui data keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 8

Untuk mengetahui secara visual, gambaran kecendrungan peningkatan

ketrampilan berpikir kesejarahan secara keseluruhan dari setiap aspek di setiap

ujicoba yang diakibatkan oleh penerapan model hipotetik pembelajaran, dapat

dilihat pada tabel 4.9di bawah ini.

Tabel 4.9 Data Hasil Belajar Ketrampilan Berpikir Kesejarahan (HT)

pada Tahap Pengembangan Model

u c N Mean Std. deviasi

F Sig.

1 23 55.6696 9.14680 79.665 <0,01 2 23 75.3478 6.16890 3 23 86.7391 4.76939 4 70 82.6286 9.50966 5 70 88.4000 7.04520

Dari tabel di atas, tampak bahwa skor rata-rata ujicoba kesatu hingga uji

coba kelima menunjukkan perbedaan. Hasil anova untuk perbedaan rata-rata

kemampuan berpikir kesejarahan mahasiswa yang diakibatkan oleh penerapan

model hipotetik pembelajaran holistik adalah signifikan pada a 0,05 (F=79.665,

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

238

memiliki signifikansi < 0,05). Jika diteliti lebih lanjut pada tabel 4.9, tampak

bahwa rata-rata pada ujicoba 4 teijadi penurunan sebesar 3,91. Penurunan ini

kecil dibandingkan dengan kenaikan yang teijadi pada uji coba berikutnya yaitu

5,57. Hal sebaliknya, teijadi pula kenaikkan Standard deviasi pada uji coba

keempat sebesar 4,74 dan kemudian pada uji coba kelima menurun sebesar 2,46.

Hal ini tidak terlepas dengan variasi yang cukup besar dari dua LPTK yang baru

diikutkan pada ujicoba keempat dibandingkan LPTK pertama

(pengetahuan/kemampuan dosen, tingkat pengetahuan mahasiswa dan

sarana/prasarana di tiga perguruan tinggi yang ada berbeda). Setelah dilakukan

adaptasi dengan kondisi dua LPTK tersebut dan dilakukan penyiapan

sarana/prasarana yang diperlukan dalam model pembelajaran ini, maka akhirnya

dapat mengurangi rentangan variasi antar responden pada akhir uji coba kelima.

Walaupun demikian secara keseluruhan dari kegiatan di tahap ini berarti telah

terjadi kenaikan rata-rata pada ketrampilan berpikir kesejarahan yang diakibatkan

oleh model pembelajaran yang dikembangkan. Apabila disajikan dalam bentuk

histogram, rata-rata kenaikan itu tampak seperti disajikan pada gambar 4.1.

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

239

Ertnuted feUrgJnd Mnm of PUmampuan bwplUr «Jarahan

g * Z 1 c e X ?

mtoobiK*

Gambar 4.1 Perbandingan Rata-Rata Ketrampilan berpikir Kesejarahan

Pada Tahap Pengembangan Model Pembelajaran Berpikir Kesejarahan

Dapat disimpulkan bahwa penerapan model hipotetik ini telah

memberikan pengaruh yang besar terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan

mahasiswa. Hal ini dilihat dari adanya perbedaan yang signifikan antara

kelompok ujicoba, dalam kelima aspek ketrampilan berpikir kesejarahan.

b. Hasil Angket Evaluasi Diri {self Evaluation)

Seperti juga pada tes esay tertulis, angket evaluasi diri ini juga disusun

untuk mendapatkan gambaran ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa yang

merupakan hasil reflektif mahasiswa terhadap pengaruh pembelajaran yang

diikutinya terhadap ketrampilan berpikir kesejarahanya. Oleh karena itu,

instrument ini disusun berdasarkan komponen yang ada dalam ketrampilan

berpikir kesejarahan tersebut (lihat lampiran 8). Di bawah ini digambarkan data-

data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket evaluasi diri pada tahap

pengembangan model.

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

240

Diketahui dari hasil lima kali ujicoba, adanya perbedaan rata-rata skor

evaluasi diri mahasiswa terhadap lima aspek ketrampilan berpikir kesejarahan

yang semakin meningkat Diasumsikan karena adanya perbedaan responden,

sarana, lingkungan kelas/universitas maka skor rata-rata pada uji coba ke empat

lebih rendah dibanding uji coba sebelumnya, tetapi pada uji coba kelima

meningkat atau memperlihatkan adanya pengaruh penerapan model pembelajaran

terhadap aspek ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa seperti yang

dirasakan mahasiswa tersebut

Secara visual, bagaimana gambaran refleksi diri mahasiswa terhadap

ketrampilan berpikir kesejarahan mereka di setiap ujicoba yang diakibatkan oleh

penerapan model hipotetik, dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.10 Data Hasil Angket Evaluasi Diri Mahasiswa terhadap Ketrampilan berpikir

Kesejarahan pada Tahap Pengembangan Model

uc N Mean Std. deviasi F Sig.

1 23 22.3415 .96961 88.786 <.001 2 23 24.0107 1.01628 3 23 25.6082 1.13053 4 70 25.1110 1.04813 5 70 26.7235 1.03831

Pada tabel di atas, tampak bahwa skor rata-rata evaluasi diri mahasiswa

terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan dari ujicoba kesatu hingga uji coba

kelima menunjukkan perbedaan. Hasil anova untuk perbedaan rata-rata refleksi

diri mahasiswa atas ketrampilan berpikir kesejarahannya yang diakibatkan oleh

penerapan model hipotetik pembelajaran berpikir kesejarahan adalah signifikan

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

241

pada a 0,05 (F=88,786 memiliki signifikansi < 0,05). Jika diteliti lebih lanjut pada

tabel 4.20, tampak bahwa rata-rata pada ujicoba 4 teijadi penurunan sebesar 0,50

Penurunan ini kecil dibandingkan dengan kenaikan yang tetjadi pada uji coba

berikutnya sebesar 1,61. Hal ini disebabkan oleh faktor/kondisi yang sama seperti

yang teijadi pada hasil tes. Secara keseluruhan berarti mahasiswa telah merasakan

akibat pengaruh model pembelajaran yang dikembangkan, terlihat dengan

terjadinya kenaikan rata-rata pada kemampuan berpikir kesejarahan yang

dirasakan mahasiswa. Apabila disajikan dalam bentuk histogram, rata-rata

kenaikan itu tampak seperti disajikan pada gambar 4.2.

UJtoob» K*

Gambar 4.2 Perbandingan Rata-Rata Ketrampilan Berpikir Kesejarahan Pada Tahap

Pengembangan Model Pembelajaran Holistik Berdasarkan Hasil Evaluasi Diri Mahasiswa

Dari hasil observasi selama uji coba pengembangan model, mahasiswa

terlihat semakin antusias dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini

menunjukkan motivasi belajar mahasiswa sudah semakin besar dalam mengikuti

pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran berpikir

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

242

kesejarahan ini. Untuk mengukur bagaimana peningkatan motivasi mahasiswa

belajar sejarah dengan menggunakan model yang dikembangkan ini, maka dalam

evaluasi diri juga digali bagaimana kondisi motivasi belajar yang mereka miliki.

Hasil temuan bagaimana kecenderungan motivasi mahasiswa tersebut dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.11 Data Hasil Angket Evaluasi Diri Mahasiswa terhadap Motivasi Belajar Sejarah

pada Tahap Pengembangan Model

uc N Mean Std. deviasi F Sig.

i 23 3.5217 .31109 83,198 <001 2 23 3,8652 .29674 3 23 4,1630 .30608 4 70 4,1460 .17383 5 70 4,4271 .16099

Pada tabel 4.11 di atas, tampak bahwa skor rata-rata evaluasi diri

mahasiswa terhadap motivasi belajar sejarah yang mereka miliki, dari ujicoba

kesatu hingga uji coba kelima menunjukkan perbedaan. Hasil anova untuk

perbedaan rata-rata refleksi diri mahasiswa atas ketrampilan berpikir

kesejarahannya yang diakibatkan oleh penerapan model hipotetik adalah

signifikan pada a 0,05 (F=83,198 memiliki signifikansi < 0,05). Jika diteliti lebih

lanjut pada tabel tersebut, tampak bahwa rata-rata pada ujicoba 4 terjadi

penurunan sebesar 0,01. Penurunan ini kecil dibandingkan dengan kenaikan yang

terjadi pada uji coba berikutnya. Dari ujicoba ke 4 dan 5 juga teijadi kenaikan

sebesar 0,28. Secara keseluruhan berarti teijadi kenaikan rata-rata pada motivasi

belajar sejarah yang dirasakan mahasiswa akibat pengaruh model pembelajaran

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

243

yang dikembangkan. Apabila disajikan dalam bentuk histogram, rata-rata

kenaikan itu tampak seperti disajikan pada gambar 4.3

Uftooba K*

Gambar 4.3 Perbandingan Rata-Rata Motivasi Belajar Sejarah Pada Tahap Pengembangan

Model pembelajaran holistik Berdasarkan Hasil Evaluasi Diri Mahasiswa

Melalui gambaran visual kecenderungan tingkatan motivasi belajar sejarah

mahasiswa, semakin jelas, bahwa model pembelajaran holistik ini, telah mampu

mengembangkan motivasi belajar sejarah yang dimiliki mahasiswa .

Dari semua temuan penelitian di atas terhadap implikasi model

pembelajaran holistik terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa baik

dilihat dari butir soal hasil belajar maupun dari hasil refleksi diri mereka yang

dituangkan melalui angket evaluasi diri yang diberikan. Kedua instrumen tersebut

memberikan gambaran peningkatan ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa.

Oleh sebab itu, dilakukan berikutnya tahapan pengujian model hipotetik,

dibandingkan dengan model pembelajaran lain. Bagaimana hasil pengujian model

ini, dapat dilihat pada sub bab berikut.

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

244

C. Hasil Pengujian Model

Pada tahap pengujian model, peneliti masih melakukannya di tiga lokasi

penelitian sebelumnya, tetapi dengan responden mahasiswa yang berbeda.

Responden mahasiswa yang digunakan adalah mahasiswa pada semester V, atau

yang sedang mengikuti perkuliahan Sejarah Nasional Indonesia (SNI) V atau

Sejarah Indonesia Baru (SIB). Topik bahasan yang diajarkan pada tahap pengujian

model ini adalah Mempertahankan Kemerdekaan yang terbagi dalam dua sub

topik, yaitu kedatangan NICA kemudian Perang dan Diplomasi. Topik materi

pelajaran tersebut diberikan di kedua kelas kelompok kontrol dan kelas kelompok

eksperimen. Pembagian jumlah mahasiswa untuk kelas kontrol dan eksperimen

adalah dengan membagi jumlah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan di SNI V

atau di SIB. Temuan yang difokuskan untuk dilihat dari tahapan pengujian model

yaitu bagaimana pengaruh model pengembangan ini terhadap ketrampilan berpikir

kesejarahan mahasiswa,

a. Hasil Tes

I) Keadaan Awal Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Sebagaimana sudah dijelaskan dalam bab tiga, rancangan eksperimen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah the Matching Only pra test post test

control group design. Konsekuensi dari penggunaan rancangan ini adalah kedua

kelompok yang mau dibandingkan secara statistik harus dalam kondisi yang sama

sebelum perlakuan (treatment) diberikan.

Untuk mengetahui keadaan awal sebelum perlakuan (treatment) diberikan

(antara eksperimen dan kontrol), dilakukan pemberian pra tes kepada dua

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

245

kelompok subyek (eksperimen dan kontrol) yang mau diberi perlakuan

(treatment) itu. Secara ringkas, hasil pengolahan komputer SPSS Versi 12.00

terhadap data pra test, disajikan pada lampiran 8.

Rata-rata skor pre test ketrampilan berpikir kesejarahan pada kelompok

eksperimen adalah 53,75, sedangkan pada kelompok kontrol 55,625. Hasil

statistik uji-t untuk perbedaan kedua rata-rata itu adalah 1,571 yang memiliki a =

0,120. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada beda rata-rata sebesar 1,875

ternyata secara statistik perbedaan itu tidak signifikan. Dengan demikian berarti

secara umum kondisi awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

adalah sama.

2) Perbedaan Hasil Pra tes Pasca tes Kelompok Eksperimen

Rata-rata skor pra tes dan pasca tes ketrampilan berpikir kesejarahan yang

diperoleh mahasiswa untuk kelompok eksperimen, adalah 53,75 sedangkan rata-

rata skor pasca tes adalah 85,77. Hasil ini menunjukkan bahwa ada peningkatan

ketrampilan berpikir kesejarahan pada mahasiswa kelompok eksperimen sebesar

32,02. Hasil statistik uji-t untuk perbedaan rata-rata kedua kelompok tersebut

adalah 24,865 yang signifikan pada a < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada

efek perlakuan terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa. Semua

aspek ketrampilan berpikir kesejarahan adalah signifikan pada a = 0,05. Untuk

melihat lebih jelas tabel data perbedaan hasil pra tes dan pasca tes kelompok

eksperimen dapat dilihat pada lampiran 8. Dengan demikian, berarti ada dampak

positif yang signifikan dari model yang diujicobakan terhadap semua aspek

ketrampilan berpikir kesejarahan.

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

246

3) Perbedaan Hasil Pra tes Pasca tes Kelompok Kontrol

Rata-rata skor pra tes dan pasca tes ketrampilan berpikir kesejarahan yang

diperoleh mahasiswa untuk kelompok kontrol, adalah 55,63 sedangkan rata-rata

skor pasca tes adalah 62,46. Hasil ini menunjukkan bahwa ada peningkatan

ketrampilan berpikir kesejarahan pada mahasiswa kelompok kontrol sebesar 6,83-

Hasil statistik uji-t untuk perbedaan rata-rata kedua kelompok tersebut adalah

3,403 yang signifikan pada a < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok

kontrol pun ada efek perlakuan terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan

mahasiswa. Untuk mengetahui data lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 8.

•) perbedaan Gained Score Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Untuk melihat perbedaan dampak yang ditimbulkan oleh perlakuan yang

diberikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, digunakan gained

score. Ringkasan hasil statistik uji-t yang dilakukan dengan menggunakan

program SPSS Versi 12.00 untuk perbedaan dampak perlakuan yang diberikan

pada kelompok eksperimen dan kontrol, disajikan pada tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12 Perbandingan Gained Score Tes Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Kontrol

Variabel/ aspek KHonpok Rji(i-r<ta t Sign-

CT Eksperimen 2,9091 8,021 0 , 0 0 1 CT

Kontrol 0.8642 8,021 0 , 0 0 1

HC Eksperimen 5,2045 9,912 <0,001 HC

Kontrol 1,3750 9,912 <0,001

HAI

H RC

Eksperimen 4.0341 2,736 0,007 HAI

H RC Kontrol Eksperimen

1,4375 2,736 0,007 HAI

H RC Kontrol Eksperimen 7,7500 9,532 <0,001

HAI

H RC Kontrol 1,4792

9,532 <0,001

HIADM Eksperimen 8,5455 9,861 <0,00) HIADM

Kontrol 1,687b 9,861 <0,00)

HT Eksperimen 28.4432 9,506 <0,001 HT

Kontrol 6,8333 9,506 <0,001

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

247

Rata-rata gained score kelompok eksperimen ketrampilan berpikir

kesejarahan adalah 28,44 sedangkan rata-rata gained score kelompok kontrol

adalah 6.83. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata gained score yang diperoleh

kelompok eksperimen lebih tinggi sebesar 21,61 dibanding dengan gained score

kelompok kontrol. Hasil statistik uji-t untuk perbedaan rata-rata kedua kelompok

tersebut adalah 9,506 yang signifikan pada a < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

ada dampak signifikan perlakuan terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan

mahasiswa, di mana kelompok eksperimen lebih baik dibanding kelompok

kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran holistik

berdampak positif dalam meningkatkan ketrampilan berpikir kesejarahan.

5.Perbandingan Rata-Rata Gained Score Hasil Tes Mahasiswa pada

Kelompok Kontrol dan Eksperimen Berdasarkan Kategori

Perguruan Tinggi

Untuk melihat bagaimana pengaruh model, pada ketrampilan berpikir

kesejarahan di setiap perguruan tinggi, dengan kategorisasi baik sedang dan

rendah. Kategorisasi perguruan tinggi ini, diasumsikan dari sebaran dosen di

perguruan tinggi tersebut yang memiliki latarbelakang pendidikan Strata 2. Di

bawah ini, dipaparkan hasil temuan perbandingan penerapan model dengan model

pembelajaran lain terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa di tiga

perguruan tinggi di Kota Palembang.

Setelah melihat perbandingan rata - rata gained scored per aspek dari

ketrampilan berpikir kesejarahan antara kelompok eksperimen dan kontrol maka

dapat disimpulkan bahwa pengaruh perbedaan penerapan model pembelajaran

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

248

holistik dengan model pembelajaran sejarah konvensional sangat signifikan.

Meskipun tidak ada beda yang signifikan di tiga perguruan tinggi dengan kategori

tinggi, sedang, rendah. Lebih jelas perbedaan tersebut, dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.13 Perbandingan Rata-Rata Gained Scored pada Aspek Ketrampilan Berpikir

Kesejarahan Mahasiswa, Berdasarkan Kategori Perguruan Tinggi

Variabel/Aspek

Variabel

Kategori

PT

Mean Gain Score F Sign Variabel/Aspek

Variabel

Kategori

PT kontrol eksperimen

F Sign

Kemampuan Berpikir kesejarahan

tinggi 17.43 34.27 1.048 0.488 Kemampuan Berpikir kesejarahan

Sedang 15.27 31.31 1.048 0.488 Kemampuan

Berpikir kesejarahan Rendah 13.42 30.15

1.048 0.488

Total 15.44 31.98

1.048 0.488

F

Sign

63! .446

<0,05

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelompok eksperimen

pada perguruan tinggi dengan kategori tinggi, lebih tinggi dibanding dengan dua

perguruan tinggi yang lainnya, yang berkategori sedang dan rendah. Hasil anova

untuk perbedaan rata-rata yang diakibatkan oleh penerapan model antar ketiga

perguruan tinggi adalah tidak signifikan pada a =0,05 (F=l,048, memiliki

signifikansi 0,488). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada beda

siknifikan yang ditimbulkan oleh model pembelajaran holistik terhadap

ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa pada ketiga perguruan tinggi yang

dikaji, meskipun kemampuan tersebut pada mahasiswa perguruan tinggi dengan

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

. . . . . c kategori tinggi, lebih tinggi dibanding dengan kemampuan mahasisv

perguruan tinggi lainnya. ! \ ^ V ' " ^ ^ ^ A'-'

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa rata-rata kelompok eksperfiH5fF;

lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Harga F sebesar 631,446 yang memiliki

signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, berarti pula ada beda yang

signifikan pada hasil belajar yang menunjukan ketrampilan berpikir kesejarahan

mahasiswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Mahasiswa di

kelompok eksperimen lebih tinggi ketrampilan berpikir kesejarahannya

dibandingkan kelompok kontrol. Secara lebih jelas perbedaan itu. dapat

ditampilkan dalam histogram, seperti pada gambar 4.4 berikut.

Estimated Marginal Means of Kemampuan berpikir kesejarahan

Kelompok Poriftkuort

KatonipoK Eksperimen K*4ompofc Kontrai

f_ Uniwenrt»* PGRI UnwvaMM Mutwwtdm

Pe r gu ruan T ingg i

Gambar 4.4 Perbandingan Rata-Rata Skor Ketrampilan berpikir Kesejarahan Pada Tahap

Pengujian Model Berdasarkan Kategori perguruan Tinggi

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

250

b. Hasil Evaluasi Diri Mahasiswa

Pemberian angket evaluasi diri {sel/ evaluatiori) pada tahap pengujian

model pembelajaran holistik. dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran

peningkatan ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa, menurut hasil refleksi

diri mahasiswa itu sendiri. Angket ini disusun dengan butir item pernyataan yang

sama dengan yang diberikan pada tahap pengembangan model. Di bawah ini

diuraikan juga hasil temuan penelitian bagaimana gambaran rata-rata skor pra tes

dan pasca tes pada kelompok eksperimen dan juga kontrol. Kemudian dipaparkan

juga, perbandingan hasil pra tes di kelompok eksperimen dan kontrol, serta hasil

pasca les di dua kelompok tersebut. Ditambah pula dengan gambaran

perbandingan rata-rata gain score kelompok eksperimen dan kontrol. Pada bagian

ini juga diuraikan bagaimana gambaran perbedaan hasil evaluasi diri mahasiswa

terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan mereka pada tiga perguruan tinggi yang

ada di Kota Palembang.

I. Perbandingan Rata-Rata Skor Pra Tes dan Pasca Tes Hasil Evaluasi Diri

Mahasiswa pada kelompok Eksperimen

Temuan hasil penelitian yang menunjukan adanya pengaruh penerapan

model pembelajaran holistik. dapat dilihat pada hasil pre tes dan pasca tes

kelompok yang menerima perlakuan penerapan model tersebut, yaitu kelompok

eksperimen. Hasil rata-rata pasca tes kelompok eksperimen lebih besar dari pra

tesnya Hal ini menunjukan adanya pengaruh yang diberikan model pembelajaran

holistik terhadap peningkatan ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa. Data

dapat dilihat pada lampiran 8.

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

251

Setelah dari setiap aspek ketrampilan berpikir kesejarahan pada angket

evaluasi diri dinilai, maka dapat diartikan bahwa secara keseluruhan, responden

mahasiswa mengakui ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa sesudah

menerima pembelajaran lebih tinggi sebesar 3,76 dibanding dengan kemampuan

mahasiswa sebelum menerima penerapan model tersebut. Hasil uji t untuk

pengujian kesamaan dua rata-rata tersebut diperoleh sebesar 19.122 yang

signifikan pada a = 0.05. Ini berarti ada perbedaan yang signifikan rata-rata post

test dengan pre tes pada aspek ketrampilan berpikir kesejarahan, dimana rata-rata

skor posttes lebih tinggi dibanding pre test. Hal ini berarti, mahasiswa merasakan

dan mengakui bahwa terdapat pengaruh yang besar dari penerapan model

pembelajaran berpikir kesejarahan terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan

mereka.

2. Perbandingan Rata-Rata Skor Pra Tes dan Pasca Tes Hasil Evaluasi Diri

Mahasiswa pada Kelompok Kontrol

Pada kelompok kontrol, responden mahasiswa juga merasakan adanya

pengaruh penerapan model pembelajaran yang digunakan dosennya, namun lebih

rendah dari kelompok eksperimen. Untuk melihat lebih jelas hasil perbandingan

ini. dapat di lihat pada lampiran S.

Ditemukan bahwa menurut mahasiswa pada kelompok kontrol,

ketrampilan berpikir kesejarahan mereka dan di setiap aspeknya tidak berbeda

signifikan setelah menerima pembelajaran dibandingkan dengan sebelumnya.

Secara keseluruhan, ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa sesudah

menerima pembelajaran holistik tidak lebih besar dari 0.25 dibanding dengan

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

252

kemampuan mahasiswa sebelum menerima penerapan model tersebut. Hasil uji t

untuk pengujian kesamaan dua rata-rata tersebut diperoleh 0,884 yang tidak

signifikan pada a = 0,05 (stgn 0,379). Meskipun ada perbedaan rata-rata skor post

test dan pra tes, namun secara statistik, perbedaan itu tidak signifikan. Hal ini

berarti pula, walaupun mahasiswa merasakan dan mengakui bahwa terdapat

pengaruh dari penerapan model pembelajaran berpikir kesejarahan terhadap

ketrampilan berpikir kesejarahan mereka, namun sangat kecil.

Hasil statistik uji-t pada semua aspek ketrampilan berpikir kesejarahan

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ternyata pada semua aspek

vang dikaji harga statistik uji-t memiliki a > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

pada semua aspek ketrampilan berpikir kesejarahan, juga tidak ada perbedaan

yang signifikan. Dengan kata lain, secara statistik keadaan awal antara evaluasi

diri mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada semua

aspek ketrampilan berpikir kesejarahan adalah sama. Hal ini diasumsikan karena

responden berada pada semester dan kelas yang sama. Sehingga memiliki rata-

rata kemampuan yang relatif sama. Diketahui bahwa hasil pada pra tes.

kelompok eksperimen lebih tinggi 0,08 dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hasil statistik uji-t untuk perbedaan kedua rata-rata itu adalah 0,331 yang

memiliki a = 0,741. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada beda rata-rata

namun secara statistik perbedaan itu tidak signifikan. Dengan demikian berarti

secara umum kondisi awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

adalah sama. Selain itu juga , diasumsikan karena mereka dari angkatan tahun,

semester yang sama.

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

253

Paparan perbandingan hasil pasca tes pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, menunjukkan hal yang berbeda. Perbedaan rata-rata skor

pasca tes di kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol lebih tinggi 3,68

dibanding perbedaan rata-rata skor pra tes di kedua kelompok tersebut. Hal ini

menunjukan adanya pengaruh perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen

lebih besar dibanding pengaruh yang diakibatkan oleh perlakuan yang diberikan

pada kelas kontrol.

Secara keseluruhan, ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa di

kelompok eksperimen lebih tinggi sebesar 3,76 dibanding mahasiswa di

kelompok kontrol. Hasil statistik uji t untuk pengujian kesamaan dua rata-rata

tersebut diperoleh 14,539 yang signifikan pada a = 0,05. Ini berarti ada

perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pasca tes di kelompok eksperimen

dan di kelompok kontrol. Hal ini berarti, mahasiswa yang berada di kelompok

eksperimen merasakan dan mengakui bahwa terdapat pengaruh dari penerapan

model pembelajaran berpikir kesejarahan terhadap ketrampilan berpikir

kesejarahan mereka.

3. Perbandingan Rata-Rata Gained Score Hasil Evaluasi Diri Mahasiswa

pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Setelah mengkaji perbandingan pra tes dan pasca tes antara kelompok

eksperimen dan kontrol, maka berikut dipaparkan bagaimana perbedaan gained

scored kedua kelompok tersebut. Seperti pada tabel sebelumnya, diketahui bahwa

rata-rata skor post tes kelompok eksperimen lebih besar dibanding kelompok

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

254

kontrol. Maka gain score kelompok eksperimenpun lebih besar dibanding

kelompok kontrol. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.14 Perbandingan Gain Score dari Hasil Angket Evaluasi Diri

Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Variabel/ aspek Kelompok Mean t Sign.

Variabel CT Eksperimen .6974 20.868 <0.001

Kontrol .0549 HC Eksperimen .7324 14.848 <0.001

Kontrol .0460 HAI Eksperimen ,8572 26.884 <0.001

Kontrol .0406 H RC Eksperimen .8810 34.030 <0.001

Kontrol .0542 HIADM Eksperimen .7625 17.756 <0.001

Kontrol ,0531 HT Eksperimen 3.9305 39.679 <0.001

Kontrol 2489

Dari tabel tersebut diketahui bahwa menurut hasil refleksi mahastsiwa .

ketrampilan berpikir kesejarahan mereka yang berada di kelompok eksperimen

lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Secara keseluruhan,

ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa di kelompok eksperimen lebih tinggi

sebesar 3.68 dibanding mahasiswa di kelompok kontrol. Hasil statistik uji t untuk

pengujian kesamaan dua rata-rata tersebut diperoleh 39.679 yang signifikan pada

a = 0.05. Ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata gained score

di kelompok eksperimen dan di kelompok kontrol. Hal ini berarti, mahasiswa

yang berada di kelompok eksperimen merasakan dan mengakui bahwa terdapat

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

255

pengaruh dari penerapan model pembelajaran berpikir kesejarahan terhadap

ketrampilan berpikir kesejarahan mereka.

6. Perbandingan Rata-Rata GainedScore Hasil Evaluasi Diri Mahasiswa

pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen Berdasarkan Kategori

Perguruan Tinggi

Hasil penelitian pada tahapan pengujian model di tiga perguruan tinggi

(tinggi, sedang dan rendah) tentang ketrampilan berpikir kesejarahan, menurut

refleksi diri mahasiswa sebelum dan sesudah perlakuan, penerapan pembelajaran

sejarah di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipaparkan berikut ini.

Dari temuan penelitian terhadap hasil evalusi diri mahasiswa per aspek

dalam ketrampilan berpikir kesejarahan, pada tahap pengujian model di tiga

perguruan tinggi dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Secara statistik, di

tiga perguruan tinggi tersebut menunjukan bahwa, kelompok eksperimen lebih

tinggi rata-rata skor evaluasi dirinya dibanding kelompok kontrol. Ini berarti ada

beda yang signifikan. Namun perbandingan rata-rata skor ini. tidaklah beda

signifikan pada perbandingan untuk ketiga perguruan tinggi tersebut. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

256

Tabel 4.15 Perbandingan Rata-Rata Gained Scored Evaluasi Diri Mahasiswa Terhadap Ketrampilan Berpikir Kesejarahan Berdasarkan Kategori Perguruan Tinggi

Variabel/Aspek

Variabel

Kategori

PT

Mean Gain Score F Sign Variabel/Aspek

Variabel

Kategori

PT kontrol eksperimen

F Sign

Kemampuan Berpikir Kesejarahan

Tinggi 0.2527 j 3,6858 1,048 0,488 Kemampuan Berpikir Kesejarahan

Sedang 0.2413 ! 3,9184 1,048 0,488 Kemampuan

Berpikir Kesejarahan Rendah 0,2583 4,2279

1,048 0,488

Total 0,2489 3.935

1,048 0,488

F

Sign

631.446

0.002

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelompok eksperimen

pada perguruan tinggi dengan kategori baik, lebih tinggi dibanding dengan dua

perguruan tinggi yang lainnya, yang berkategori sedang dan rendah. Hasil anova

untuk perbedaan rata-rata yang diakibatkan oleh penerapan model pembelajaran

holistik antar ketiga perguruan tinggi adalah tidak signifikan pada a =0.05

(F= 1.048, memiliki signifikansi 0,488). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

tidak ada beda sikniftkan yang ditimbulkan oleh model pembelajaran holistik

terhadap ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa pada ketiga perguruan

tinggi yang ada, meskipun kemampuan tersebut pada mahasiswa perguruan tinggi

dengan kategori rendah lebih tinggi dibanding dengan kemampuan mahasiswa di

dua perguruan tinggi lainnya.

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa rata-rata kelompok eksperimen

lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Harga F sebesar 631,446 yang memiliki

signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, berarti pula ada beda yang

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

257

signifikan pada hasil refleksi diri mahasiswa yang menunjukan bahwa

ketrampilan berpikir kesejarahan mahasiswa antara kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol. Kelompok eksperimen lebih baik kemampuan penelitian

kesejarahannya dibandingkan kelompok kontrol. Secara lebih jelas perbedaan itu.

dapat ditampilkan dalam histogram, seperti pada gambar 4.5 berikut.

Estimated Marginal Means of Kemampuan berpikir kesejarahan

Keftompok Pertakuao EKsewwnen

Kontrol

Gambar 4.5 Perbandingan Rata-Rata Skor Ketrampilan berpikir Kesejarahan dari Hasil

Evaluasi Diri Pada Tahap Pengujian Model pembelajaran holistik Berdasarkan Kategori perguruan Tinggi

7. Hasil Evaluasi Diri terhadap Motivasi Belajar Sejarah Mahasiswa Pada

Tahap Pengujian Model

Pada uraian di sub B, tahap pengembangan model telah disampaikan

bahwa motivasi belajar sejarah mahasiswa di kelas yang menggunakan model

pembelajaran holistik menunjukkan hasil yang menggembirakan. Begitu juga

pada saat pengujian model. Di tahap ini observasi yang dilakukan hanya pada

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

258

kelompok eksperimen di tiga perguruan tinggi yang dikaji. Dari ketiga lokasi

tersebut menunjukan aktivitas belajar / motivasi belajar yang relatif sama.

Pada saat kegiatan pembelajaran terlihat jelas, keantusiasan mahasiswa

untuk terlibat aktif baik dalam bentuk pengerjaan tugas, pelaporan, penyampaian

ide. gagasan yang ada dalam delapan tahapan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran menjadi terlihat menyenangkan bagi mahasiswa.

Pada tahap eksplorasi, mahasiswa secara individu mencoba menemukan

dan membedakan antara fakta dan pendapat sejarah, kemudian terlihat adanya

diskusi kecil sesama mereka sebelum dosen meminta mereka mengeekpresikan

dan mengevaluasi temuan temannya. Salah satu contoh evaluasi mahasiswa yang

berupa komentar atas pernyataan temannya yang menyampaikan hasii temuannya

tentang bukti sejarah yang harus disertai atau dilihat sebagai dasar menentukan

suatu kalimat/paragraf adalah fakta atau pendapat.

Keantusiasan/semangat belajar juga tampak teijadi saat dosen menggali

pemahaman mereka atas materi sejarah dari beberapa buku sejarah yang berbeda.

Pada saat dosen mengarahkan mereka untuk menginvestigasi dokumen primer

sejarah yang diberikan, suasana tampak ramai dengan komentar yang lebih

menunjukan ketertarikan dan keingintahuan. Bahkan terkadang mereka

mentertawakan dokumen sejarah tersebut, karena tidak mampu dan mencoba-coba

menafsirkan tulisan dengan ejaan lama atau gambar-gambar karikatur dari

beberapa koran masa kemerdekaan, interpretasi yang terkadang "lucu" terdengar

saat mahasiswa mencoba memaknai simbol-simbol yang ada dalam dokumen

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

259

sejarah. Suasana ramai dengan pertanyaan, komentar atas hasil interpretasi

temannya tampak lebih terlihat saat tahap produk ide dan evaluasi.

Pertanyaan, komentar yang menunjukkan keingintahuan mahasiswa atas

temuan '"produk ide" temannya terhadap suatu dokumen, misalnya diantanya

mereka mempertanyakan atau mengkoreksi jawaban mengenai dasar pemikiran

temannya dalam menentukan jenis, tahun, pembuat dokumen tersebut, makna

kata/kalimat ataupun posisi/sikap yang tampak dalam dokumen/fhoto sejarah yang

di kaji. Selain adanya sikap keingintahuan dan memberikan argumentasi atas

suatu hasil "investigasi dan rekonstruksi" sejarah yang disampaikan dengan dasar

kajian-kajian pengetahuan awal yang dimiliki, ada juga beberapa mahasiswa

yang memberikan argumentasi dengan berekspresi secara emosional Sebagai

contoh, seperti kajian pada karikatur Van Mook memberikan umpan padi/beras di

dalam suatu perangkap ayam. Mereka merasa rakyat Indonesia direndahkan

bahkan sejajar dengan ayam, karenanya mereka berdebat tentang siapa pembuat

karikatur tersebut. Akibatnya mahasiswa terpecah dalam dua kelompok yang

berbeda pandangan. Sebagian beranggapan yang membuat karikatur tersebut

orang Indonesia, tetapi sebagian lain orang Belanda. Terlihat bahwa tidak ada lagi

mahasiswa yang sibuk ber "sms" atau duduk dengar diam (3 d) atau juga

mengerjakan hal yang tidak terkait dengan topik bahasan.

Secara statistik bagaimana perbedaan motivasi belajar sejarah mahasiswa

di kelompok eksperimen dan kontrol dan bagaimana perbedaannya di tiga

perguruan tinggi di Kota Palembang, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

260

Tabel 4.16 Perbandingan Rata-Rata Gain Score Evaluasi Diri Mahasiswa Terhadap Motivasi

Belajar Sejarah Berdasarkan Kategori Perguruan Tinggi

i Variabel/Aspek

Variabel i

Kategori

PT

Mean Gain Score F Sign i Variabel/Aspek

Variabel i

Kategori

PT kontrol eksperimen

F Sign

i Motivasi i Belajar Sejarah

Tinggi .1036 .8467 .106 .900 i Motivasi i Belajar Sejarah Sedang .0591 .9000

.106 .900 i Motivasi i Belajar Sejarah

Rendah .0458 .8654

.106 .900

Total .0688 .8716

.106 .900

i F

Sign

331,196

<0,001

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelompok eksperimen

pada perguruan tinggi dengan kategori baik, lebih tinggi dibanding dengan dua

perguruan tinggi yang lainnya, yang berkategori sedang dan rendah. Hasil anova

untuk perbedaan rata-rata yang diakibatkan oleh penerapan model pembelajaran

holistik antar ketiga perguruan tinggi adalah tidak signifikan pada a =0,05 (F=

0,106 , memiliki signifikansi 0,900). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

tidak ada beda siknifikan yang ditimbulkan oleh model pembelajaran holistik

terhadap motivasi belajar sejarah mahasiswa pada ketiga perguruan tinggi yang

ada, meskipun kemampuan tersebut pada mahasiswa perguruan tinggi dengan

kategori sedang lebih tinggi dibanding dengan kemampuan mahasiswa di dua

perguruan tinggi lainnya.

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa di kelompok

eksperimen merasakan motivasi belajar sejarah meningkat lebih tinggi dari pada

kelompok kontrol. Harga F sebesar 331,196 yang memiliki signifikansi lebih kecil

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara

261

dari 0.05. Dengan demikian, berarti pula ada beda yang signifikan pada hasil

reileksi diri mahasiswa tersebut terhadap pengaruh penerapan model

pembelajaran holistik terhadap motivasi belajar sejarah mereka. Secara lebih jelas

perbedaan itu. dapat ditampilkan dalam histogram, seperti pada gambar 4.6

Efttmatod Maiylnal Mvans Mott^Jtt t>*toi|«r rahan

i

Gambar 4.6 Perbandingan Rata-Rata Skor Motivasi Belajar Sejarah dari Hasil Evaluasi Diri

Pada Tahap Pengujian Model pembelajaran Holistik Berdasarkan Kategori perguruan Tinggi

Dari temuan data di atas, dapat diartikan bahwa mahasiswa di kelompok

eksperimen di tiga perguruan tinggi, merasakan motivasi belajar sejarah mereka

meningkat lebih tinggi dari sebelumnya.