bab iv hasil penelitian dan pembahasan rawat jalan...
TRANSCRIPT
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Partisipan Penelitian
Riset partisipan dalam penelitian ini adalah penderita
Tuberkulosis yang sedang menjalankan pengobatan di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
Jumlah seluruh riset partisipan dalam penelitian yaitu 30 orang.
Riset partisipan yang diteliti memiliki karakteristik berdasarkan
jenis kelamin, usia, serta tingkat pendidikan. Berikut adalah
tabel 4.1 yang mendeskripsikan karakteristik riset partisipan.
Tabel 4.1 Karakteristik PenderitaTuberkulosis di
Instalasi Rawat Jalan RSP dr. Ario Wirawan Salatiga
berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, serta Pendidikan
(n:30)
Karakteristik Riset
Partisipan
Jumlah
(n:30)
Presentase
(%)
Jenis Kelamin :
Pria
Wanita
13
17
43,33
56,67
Usia :
15-30 tahun
31-45 tahun
46-60 tahun
18
5
7
60
16,67
23,33
Tingkat Pendidikan :
SLTP
SLTA/SMK
10
20
33,33
66,67
46
Tabel di atas menunjukan bahwa untuk jenis kelamin,
mayoritas riset partisipan yaitu wanita dengan 56,67%
sedangkan pria 43,33%. Mayoritas usia riset partisipan pada
usia 15-30 tahun dengan 60%, usia 46-60 tahun dengan
23,33%, dan usia 31-45 tahun dengan 16,67%. Tingkat
pendidikan riset partisipan mayoritas SLTA/SMK dengan
66,67% dan SLTP dengan 33,33%.
4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum peneliti menyebar kuesioner/angket di Rumah
Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, terlebih dahulu peneliti
melakukan pengujian validitas dan reliabilitas di Unit Pelayanan
Terpadu Balai Kesehatan Paru Masyarakat Salatiga untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas angket yang akan
digunakan. Terdapat dua jenis kuesioner/angket yang
digunakan oleh peneliti yaitu kuesioner/angket Spiritualitas
Perspective Scale (SPS) yang terdiri dari 10 pernyataan dan
kuesioner/angket kepatuhan pengobatan yang terdiri dari 12
pernyataan.
47
4.2.1 Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas kuesioner/angket penelitian
diujikan pada 28 orang penderita Tuberkulosis yang
sedang menjalankan pengobatan di Unit Pelayanan
Terpadu Balai Kesehatan Paru Masyarakat. Sebelumnya
peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas pada 24
orang penderita Tuberkulosis, tetapi berdasarkan hasil
analisis dengan menggunakan bantuan SPSS terdapat
beberapa item dari kedua kuesioner (spiritualitas dan
kepatuhan pengobatan) yang tidak valid sehingga peneliti
melakukan penambahan dalam pengujian validitas lagi
pada 4 orang penderita Tuberkulosis yang sedang
menjalankan pengobatan di Unit Pelayanan Terpadu Balai
Kesehatan Paru Masyarakat sehingga menjadi 28 orang.
Berdasarkan uji validitas kuesioner penelitian Spiritualitas
Perspective Scale (SPS) dan kuesioner kepatuhan
pengobatan dengan menggunakan teknik pearson product
moment, dalam program SPSS 16,0 for window, diketahui
N=28 didapatkan koefisien korelasi item total ≥ 0,20
sehingga kuesioner/angket penelitian tersebut valid dan
layak untuk disebarkan kepada riset partisipan yang
sebenarnya. Berikut hasil uji validitas item kedua
kuesioner/angket dalam tabel 4.2 dan tabel 4.3.
48
Tabel 4.2 Validitas Item Skala Spiritualitas Item-
Total Statistics
Variabel Corrected item-
Total Correlation
Keterangan
VAR00001 .305 Valid
VAR00002 .387 Valid
VAR00003 .398 Valid
VAR00004 .325 Valid
VAR00005 .212 Valid
VAR00006 .665 Valid
VAR00007 .756 Valid
VAR00008 .550 Valid
VAR00009 .515 Valid
VAR00010 .628 Valid
Tabel 4.3 Validitas Item Skala Kepatuhan
Pengobatan Item-Total Statistics
Variabel Corrected Item-Total
Correlation
Keterangan
VAR00001 .727 Valid
VAR00002 .782 Valid
VAR00003 .859 Valid
VAR00004 .802 Valid
VAR00005 .848 Valid
VAR00006 .672 Valid
VAR00007 .838 Valid
49
VAR00008 .840 Valid
VAR00009 .723 Valid
VAR00010 .702 Valid
VAR00011 .477 Valid
VAR00012 .525 Valid
4.2.3 Hasil Uji Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas maka peneliti juga
melakukan uji reliabilitas kuesioner/angket penelitian
dengan menggunakan teknik Alpha-Cronbach.
Berdasarkan uji reliabilitas instrument angket skala
spiritualitas (SPS) diperoleh reliabilitas koefisien alpha
cronbach’s :0,780, sedangkan untuk instrument angket
skala kepatuhan pengobatan diperoleh reliabilitas koefisien
alpha cronbach’s :0,942. Berdasarkan hasil pengolahan
data uji coba instrument angket skala spiritualitas dan
angket kepatuhan pengobatan, sudah dapat digunakan
atau instrument sudah reliabel dikategorikan dapat diterima
(acceptable) untuk angket skala spiritualitas dan sangat
bagus (excellent) untuk angket skala kepatuhan
pengobatan.
50
4.3 Pelaksanaan Penelitian
4.3.1 Prosedur Penelitian
4.3.1.1 Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti
melakukan persiapan antara lain proses perizinan yaitu,
peneliti meminta surat pengantar dari Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan yang berisi izin untuk melakukan
penelitian. Surat pengantar tersebut ditujukan kepada
Direktur Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
untuk memohon izin melakukan penelitian,
pengambilan data, serta penyebaran kuesioner/angket
penelitian.
4.3.1.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap
pelaksanaan antara lain peneliti melakukan
pengambilan data dengan cara membagikan
kuesioner/angket kepada riset partisipan, kemudian
data tersebut dikumpulkan dan disiapkan untuk diolah.
4.3.1.3 Tahap Akhir
Beberapa hal yang dilakukan pada tahap akhir
antara lain, peneliti mengecek kembali data
51
kuesioner/angket yang telah dikumpulkan kemudian
memberikan skoring terhadap data dari kedua alat ukur.
Setelah data selesai diberi skoring, kemudian data
diolah menggunakan bantuan program SPSS 16,0 for
window menggunakan analisis regresi sederhana.
4.3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga selama 2
minggu sejak tanggal 19 Maret sampai dengan 30 Maret
2012. Peneliti memilih Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga, karena Rumah Sakit ini telah menjalin kerjasama
dengan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga dan rumah sakit ini adalah salah satu
Rumah Sakit khusus penyakit paru yang ada di Salatiga.
Rumah Sakit ini memiliki dua Unit Instalasi Rawat Jalan
yaitu poli eksekutif dan poli terpadu, peneliti melakukan
penelitian di poli terpadu, karena jumlah penderita
Tuberkulosis di poli ini lebih banyak dibandingkan poli
eksekutif serta penderita Tuberkulosis yang menjalankan
pengobatan di poli ini menggunakan program bantuan
pemerintah JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan
Masyarakat). Jumlah tenaga kesehatan di poli ini ada 11
52
orang, dengan 4 dokter spesialis, 5 perawat ruangan, dan
2 orang tenaga portir.
Peneliti mengikuti kegiatan pelayanan kerja dengan
perawat poli sehingga langsung memberikan
kuesioner/angket kepada penderita yang datang berobat,
langsung diisi dan langsung diambil kembali oleh peneliti
saat itu juga. Selama 2 minggu penelitian, rata-rata jumlah
penderita Tuberkulosis yang datang berobat perharinya
sekitar 6 orang. Dalam penelitian ini, peneliti mengalami
hambatan-hambatan diantaranya yaitu ada beberapa
partisipan yang menolak untuk mengisi kuesioner,
kesulitan dalam berkomunikasi dengan beberapa
partisipan (tidak bisa berbahasa indonesia) sehingga
peneliti meminta tolong perawat poli untuk membantu
menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, serta tidak ada
tempat khusus yang disiapkan bagi peneliti dan riset
partisipan untuk mengisi kuesioner/angket sehingga
peneliti dan riset partisipan cukup merasa terganggu
dengan keramaian yang ada diruangan.
53
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam
model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak dan menghindari
bias dalam analisis data (Wijaya, 2009:126). Analisis
pengujian normalitas data menggunakan teknik uji
kolmogorov smirnov test (uji K-S) dengan menggunakan
bantuan SPSS versi 16.0. Dikatakan data berdistribusi
normal jika nilai signifikansinya > 0,05. Hasil analisis uji
normalitas variabel spiritualitas dan kepatuhan pengobatan
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Variabel Spiritualitas dan
Kepatuhan Pengobatan Penderita Tuberkulosis di Instalasi
Rawat Jalan RSP dr. Ario Wirawan, Salatiga.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Spiritualitas Kepatuhan
N 30 30
Normal Parametersa Mean 42.73 52.97
Std. Deviation 4.242 5.223
Most Extreme Differences Absolute .098 .119
Positive .087 .089
Negative -.098 -.119
Kolmogorov-Smirnov Z .537 .654
Asymp. Sig. (2-tailed) .935 .787
54
Dalam uji normalitas pada tabel 4.4 dengan
menggunakan kolmogorov smirnov test (uji K-S), diperoleh
signifikansi untuk variabel spiritualitas dengan (2-tailed P) >
α = P (0,935) > α (0,05) dan untuk variabel kepatuhan
pengobatan dengan (2-tailed P) > α = P (0,787) > α (0,05)
dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05 maka distribusi
ditolak dan apabila signifikansi > 0,05 maka distribusi
diterima. Oleh karena itu data variabel spiritualitas dan
kepatuhan pengobatan merupakan data yang normal
karena signifikansi > 0,05.
Berikut ini adalah gambar grafik distribusi normal
variabel spiritualitas penderita Tuberkulosis dan kepatuhan
penderita Tuberkulosis dalam menjalankan pengobatan di
Instalasi Rawat Jalan RSP dr. Ario Wirawan, Salatiga.
Gambar 4.1 P-P Plot Distribusi Data Pada
Variabel Spiritualitas.
55
Gambar 4.2 P-P Plot Distribusi Data Pada
Variabel Kepatuhan.
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa sebaran variabel spiritualitas dan
variabel kepatuhan pengobatan berdistribusi normal. Hal ini
dibuktikan dengan nillai signifikansi variabel spiritualitas
dan kepatuhan yang > 0,05 serta pada gambar plot yang
dapat membentuk garis lurus, dengan asumsi bahwa ketika
plot mendekati garis dan dapat membentuk garis lurus
maka data pada variabel tersebut berdistribusi normal.
4.4.2 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua
variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak
secara signifikan. Analisis pengujian linearitas data dengan
menggunakan test for linearity dengan program SPSS versi
56
16,0 for window. Hasil analisis pengujian linearitas antara
variabel spiritualitas dan kepatuhan pengobatan penderita
Tuberkulosis dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel 4.4 Hasil Linearitas Variabel Spiritualitas dan
Kepatuhan Pengobatan Penderita Tuberkulosis di
Instalasi Rawat Jalan RSP dr. Ario Wirawan, Salatiga.
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 79.536 1 79.536 3.130 .088a
Residual 711.431 28 25.408
Total 790.967 29
a. Predictors: (Constant), spiritualitas
b. Dependent Variable: kepatuhan
Hasil Analisis menunjukkan bahwa harga F sebesar
3,130 dengan dengan signifikansi 0,088. Interpretasi hasil
analisis dilakukan dengan:
1. Susun hipotesis
H0 : Model regresi linear
H1 : Model regresi tidak linear
2. Menetapkan taraf signifikansI (misalnya α = 0,05).
3. Membandingkan signifikansi yang ditetapkan dengan
signifikansi yang diperoleh dari analisis (Sig.)
Bila α < Sig., maka H0 diterima, berarti regresi linier
57
Bila α ≥ Sig., maka H1 diterima, berarti regresi tidak
linier.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa
signifikansi 0,05 < 0,088, berarti model regresi H0 diterima
yaitu regresi linier. Berikut ini adalah gambar hubungan
linearitas antara variabel spiritualitas dan kepatuhan
pengobatan penderita Tuberkulosis dalam menjalankan
pengobatan di Instalasi Rawat Jalan RSP dr. Ario Wirawan
Salatiga.
Gambar 4.3 P-P Plot Linearitas Antara Variabel
Spiritualitas dan Kepatuhan Pengobatan
Penderita Tuberkulosis
Berdasarkan gambar grafik P-P Plot dapat dilihat
bahwa semakin dekat plot mendekati garis maka semakin
besar pula hubungannya.
58
4.4.3 Analisa Deskriptif
4.4.3.1 Analisa Deskriptif Spiritualitas Penderita
Tuberkulosis
Analisis variabel spiritualitas digunakan 5 kategori,
dengan rumus sebagai berikut :
� =��������� − ���������ℎ
������������
I=�����
�= 8
Tabel 4.5 Kategori Variabel Spiritualitas
Penderita Tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan
RSP dr. Ario Wirawan, Salatiga
D
Dari tabel 4.5 presentasi spiritualitas penderita
Tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSP dr. Ario
Kategori Range Frekuensi Presentase
(%)
Sangat Tinggi 46-50 9 27%
Tinggi 37-45 20 60%
Sedang 28-36 1 3%
Rendah 19-27 0 0
Sangat
Rendah
10-18 0 0
Jumlah 30 100%
59
Wirawan Salatiga terbesar pada kategori tinggi dengan
presentasi 60%.
4.4.3.2 Analisis Deskriptif Kepatuhan Pengobatan
Penderita Tuberkulosis
Analisis deskriptif variabel kepatuhan pengobatan
penderita Tuberkulosis digunakan 5 kategori dengan
rumus :
� =��������� − ���������ℎ
������������
I = �����
�= 9,6 = 10 ( dibulatkan)
Tabel 4.6 Variabel Kepatuhan Pengobatan
Penderita Tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan
RSP dr. Ario Wirawan Salatiga
Kategori Range Frekuensi Presentase
(%)
Sangat Tinggi 52-60 17 51 %
Tinggi 42-51 12 36%
Sedang 32-41 1 3 %
Rendah 22-31 0 0
Sangat Rendah 12-21 0 0
Jumlah 30 100%
60
Dari tabel 4.6 diperoleh presentase kepatuhan
pengobatan penderita Tuberkulosis dalam menjalankan
pengobatan di Instalasi Rawat Jalan RSP dr. Ario
Wirawan Salatiga berada pada kategori sangat tinggi
dengan 51%.
4.4.4 Uji Regresi Sederhana
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi sederhana.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Pengaruh Variabel
Spiritualitas Terhadap Kepatuhan Pengobatan
Penderita Tuberkulosis
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .317a .101 .068 5.041
a. Predictors: (Constant), spiritualitas
b. Dependent Variable: kepatuhan
R square (R2) atau kuadrat R menunjukan koefisien
determinasi. Angka ini akan diubah dalam bentuk
persentase yang artinya presentase sumbangan pengaruh
variabel independen terhadap dependen. Dari perhitungan
SPSS yang dilakukan, didapatkan hasil R2 sebesar 0,101
61
yang diubah dalam bentuk persentase menjadi 10,1%,
artinya presentase sumbangan pengaruh variabel
spiritualitas terhadap kepatuhan pengobatan. Berikut ini
pada tabel 4.9 adalah hasil regresi linear sederhana.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Sederhana
Variabel Spiritualitas Terhadap Kepatuhan
Pengobatan Penderita Tuberkulosis di Instalasi
Rawat Jalan RSP dr. Ario Wirawan, Salatiga
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 36.284 9.474 3.830 .001
Spiritualitas .390 .221 .317 1.769 .088
a. Dependent Variable: kepatuhan
Berdasarkan hasil regresi pada tabel, maka dapat
disusun persamaan sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 36, 284 + 0,390X
Keterangan :
Y = Nilai prediksi variabel dependen
a = Konstanta nilai Y jika X = 0
b = Koefisien regresi yaitu nilai peningkatan atau
penurunan variabel Y didasarkan pada variabel X
X = Variabel independen
62
4.4.4.1 Uji Hipotesis
Pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk
populasi (dapat digeneralisasi). Uji hipotesis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel
bebas (X) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat (Y). Langkah-langkah pengujian sebagai
berikut:
1. Merumuskan hipotesis
Ho : X tidak berpengaruh terhadap Y
Ha : X berpengaruh terhadap Y
2. Menentukkan t hitung dan taraf signifikansi
Dari output didapat t hitung sebesar (1,769) dan
signifikansi (0,088).
3. Menentukkan t tabel
t tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada
signifikansi 0,05/2=0,025 dengan derajat kebebasan
df=n-2 atau (30-2=28) hasil yang diperoleh t tabel
sebesar 2,0484
4. Kriteria pengujian
Jika H0 ditolak, maka t hitung > t tabel
63
Jika H0 diterima, maka t hitung < t tabel
Berdasarkan signifikansi :
Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.
5. Membuat kesimpulan
Karena t hitung (1.769) < dari t tabel (2,0484) dan
signifikansi 0,088 > 0,05 maka H0 diterima. Artinya
tidak ada pengaruh secara signifikan antara aspek
spiritualitas terhadap kepatuhan penderita
Tuberkulosis dalam menjalankan pengobatan.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
4.5.1 Spiritualitas penderita Tuberkulosis
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
spiritualitas dari penderita Tuberkulosis yang sedang
menjalankan pengobatan di Instalasi Rawat Jalan RSP dr.
Ario Wirawan Salatiga dengan jumlah total riset partisipan
sebanyak 30 orang diperoleh hasil yaitu 27% atau 9 orang
riset partisipan yang memiliki kategori tingkat spiritualitas
yang sangat tinggi, kemudian 60% atau 20 orang riset
partisipan yang memiliki kategori tingkat spiritualitas yang
tinggi, dan 3% atau 1 orang riset partisipan yang memiliki
kategori tingkat spiritualitas yang sedang. Berdasarkan
64
hasil dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
mayoritas tingkat spiritualitas penderita Tuberkulosis
termasuk dalam kategori tinggi dengan jumlah presentase
60%.
Berikut dalam tabel 4.10 adalah hasil analisis variabel
spiritualitas dengan karakteristik riset partisipan
berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan.
Tabel 4.9 Analisis Variabel Spiritualitas Dengan
Karakteristik Riset Partisipan Berdasarkan Jenis
Kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan
Karakteristik Jumlah
(n=30)
Presentase
spiritualitas
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
13
17
13%
12,9%
Usia
15 – 30 tahun
31 – 45 tahun
46 – 60 tahun
18
5
7
12,2%
12%
13,4%
Tingkat pendidikan
SLTP
SLTA/SMEA
10
20
12,4%
12.8%
65
Berdasarkan hasil analisis variabel spiritualitas
dengan karakterisitik jenis kelamin, usia, dan tingkat
pendidikan pada tabel di atas, maka dapat dianalisis
sebagai berikut:
1. Jenis kelamin
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, tingkat
spiritualitas riset partisipan antara wanita dan pria
hampir sama yaitu, diperoleh 12,9% tingkat spiritualitas
untuk wanita dan 13% tingkat spiritualitas untuk pria.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, perbedaan
jenis kelamin antara wanita dan pria tidak
mempengaruhi tingkat spiritualitas seseorang.
2. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat spiritualitas seseorang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa riset partisipan dengan usia 15-30
tahun sebanyak 18 orang memiliki tingkat spiritualitas
dengan presentase 12,2%. Usia 31-45 tahun sebanyak 5
orang memiliki tingkat spiritualitas dengan presentase
12%, sedangkan pada usia 46-60 tahun sebanyak 7
orang memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dengan
presentase 13,4%. Pada usia 46-60 tahun seseorang
telah melewati perkembangan kehidupannya dan telah
66
cukup banyak memiliki pengalaman hidup. Menurut
Sutisna (2010), perkembangan usia dapat menentukan
proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap
tahap perkembangan memiliki cara meyakini
kepercayaan terhadap Yang Maha Kuasa.
3. Tingkat Pendidikan
Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa, tingkat
spiritualitas riset partisipan berdasarkan tingkat
pendidikan SLTP dan SLTA/SMEA hampir sama. Untuk
riset partisipan dengan tingkat pendidikan SLTP
sebanyak 10 orang memiliki tingkat spiritualitas 12,4%,
dan riset partisipan dengan tingkat pendidikan
SLTA/SMEA sebanyak 20 orang memiliki tingkat
spiritualitas 12,8%. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukan bahwa, tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi tingkat spiritualitas seseorang.
Menurut Farran (dalam Potter Perry, 2005:564) setiap
individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai
spiritualitas karena masing-masing memiliki cara pandang
yang berbeda mengenai hal tersebur. Perbedaan definisi
dan konsep spiritualitas dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup seseorang, serta
67
persepsi mereka tentang hidup dan kehidupan. Pengaruh
tersebut nantinya dapat mengubah pandangan seseorang
mengenai konsep spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan
pemahaman yang ia miliki dan keyakinan yang ia pegang
teguh. Hal serupa juga diungkapkan Wiramihardjo
(2009:145), bahwa spiritualitas adalah kekuatan-kekuatan
yang bersangkutan dan nilai (value) dan makna (meaning).
Nilai dari sesuatu dan makna apa yang terdapat dalam
suatu situasi itu merupakan dorongan utama yang
melahirkan suatu perilaku.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teoretis yang
ada, peneliti menyimpulkan bahwa spiritualitas setiap orang
itu berbeda, tergantung bagaimana cara pandang dan cara
pemaknaan terhadap spiritualitas itu sendiri. Cara pandang
dan cara pemaknaan yang berbeda ini tidak terlepas dari
proses seseorang dalam menjalani kehidupannya, faktor-
faktor internal dan eksternal dari seseorang bisa menjadi
latar belakang yang mempengaruhi cara pandang dan
pemaknaan seseorang terhadap spiritualitas itu sendiri.
Menurut peneliti pengalaman hidup, lingkungan sosial, dan
kebudayaan seseorang yang dapat mempengaruhi cara
pandang dan cara pemaknaan seseorang terhadap definisi
spiritualitas.
68
4.5.2 Kepatuhan Pengobatan Penderita Tuberkulosis
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa, kepatuhan
penderita Tuberkulosis dalam menjalankan pengobatan
dengan jumlah total riset partisipan sebanyak 30 orang
diperoleh hasil yaitu 51% atau 17 orang riset partisipan
yang memiliki tingkat kepatuhan yang sangat tinggi dalam
menjalankan pengobatan, 36% atau 12 orang riset
partisipan yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi
dalam menjalankan pengobatan, dan 3% atau 1 orang
yang memiliki tingkat kepatuhan yang sedang dalam
menjalankan pengobatan. Berdasarkan hasil dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat
kepatuhan pengobatan penderita Tuberkulosis termasuk
dalam kategori sangat tinggi dengan jumlah presentase
51%.
Berikut dalam tabel 4.11 adalah hasil analisis
variabel kepatuhan pengobatan dengan karakteristik riset
partisipan berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkat
pendidikan.
69
Tabel 4.10 Analisis Variabel Kepatuhan
Pengobatan Dengan Karakteristik Riset
Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan
Tingkat Pendidikan
Karakteristik Jumlah
(n=30)
Presentase
kepatuhan
pengobatan
Jenis kelamin
Pria
Wanita
13
17
15%
15,4%
Umur
15 – 30 tahun
31 – 45 tahun
46 – 60 tahun
18
5
7
15%
16,2%
15%
Tingkat Pendidikan
SLTP
SLTA/SMEA
10
20
15%
16%
Berdasarkan hasil analisis variabel kepatuhan
pengobatan dengan karakterisitik jenis kelamin, usia, dan
tingkat pendidikan pada tabel di atas, maka dapat dianalisis
sebagai berikut:
1. Jenis kelamin
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, tingkat
kepatuhan riset partisipan antara wanita dan pria hampir
70
sama yaitu, diperoleh 15,4% tingkat kepatuhan untuk
wanita dan 15% tingkat kepatuhan untuk pria.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa
perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkat
kepatuhan seseorang dalam menjalankan pengobatan.
2. Usia
Hasil penelitian menunjukan bahwa riset partisipan
dengan usia 15-30 tahun sebanyak 18 orang memiliki
tingkat kepatuhan dengan presentase 15%. Usia 31-45
tahun sebanyak 5 orang memiliki tingkat kepatuhan
dengan presentase 16,2%, sedangkan pada usia 46-60
tahun sebanyak 7 orang memiliki tingkat kepatuhan
dengan presentase 15%. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukan bahwa sebagian besar riset partisipan
berada pada usia produktif yaitu 15-30 tahun, pada usia
produktif manusia cenderung mempunyai mobilitas yang
tinggi sehingga kemungkinan terpapar oleh kuman TB
lebih besar. Penelitian ini juga menunjukan bahwa,
presentase kepatuhan pengobatan riset partisipan
berdasarkan usia menunjukkan bahwa pada usia 31-45
tahun memiliki tingkat kepatuhan yang lebih tinggi yaitu
16,2%, artinya usia mempengaruhi kepatuhan
seseorang dalam menjalankan pengobatan.
71
3. Tingkat pendidikan
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa riset partisipan
dengan tingkat pendidikan SLTP memiliki tingkat
kepatuhan dalam menjalankan pengobatan dengan
presentase 15%, sedangkan riset partisipan dengan
tingkat pendidikan SLTA/SMEA memiliki tingkat
kepatuhan dalam menjalankan pengobatan dengan
presentase 16%. Dari penelitian ini menunjukan bahwa,
tingkat pendidikan mempengaruhi kepatuhan seseorang
dalam menjalankan pengobatan.
Menurut Depkes RI (2007) Pada penderita
Tuberkulosis, penderita yang patuh berobat adalah yang
menyelesaikan pengobatan secara teratur dan lengkap
tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9
bulan. Kepatuhan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu motivasi orang, persepsi terhadap kerentangan, dan
keyakinan tentang pengendalian atau pencegahan
penyakit, variabel lingkungan, kualitas instruksi kesehatan,
dan kemampuan untuk mengakses sumber-sumber
(Capernito, 1998:634).
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teoritis yang
ada peneliti mengambil kesimpulan bahwa kepatuhan
72
pengobatan penderita Tuberkulosis dipengaruhi oleh dua
faktor yang sangat berperan penting yaitu faktor internal
yaitu mencakup pengetahuan, pemahaman, serta
kesadaran diri dari penderita Tuberkulosis dan faktor
eksternal yaitu mencakup lingkungan sosial dan budaya
dari penderita tuberkulosis itu sendiri.
4.5.3 Pengaruh Aspek Spiritualitas Terhadap Kepatuhan
Pengobatan Penderita Tuberkulosis
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
antara aspek spiritualitas dengan kepatuhan pengobatan
penderita Tuberkulosis dalam menjalankan pengobatan di
Instalasi Rawat Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga. Penelitian ini menghasilkan analisis koefisien
konstan signifikan 0,088 dengan tingkat signifikansi 0,05
dan nilai t tabel 2,0484. Hasil penelitian ini bertolak
belakang dengan kajian teori Dwidiyanti (2008) yang
mengungkapkan bahwa spiritualitas dapat menjadi sumber
kekuatan dan penyembuhan. Pemenuhan spiritualitas pada
individu dapat menjadi sumber kekuatan dan pembangkit
semangat individu yang sedang sakit yang dapat turut
mempercepat proses kesembuhan.
73
Menurut Reed (dalam Kozier dkk, 1995:995)
spiritualitas yaitu mengacu pada bagaimana manusia
mencari makna kehidupan melalui hubungan intrapersonal,
interpersonal dan, transpersonal. Taylor dan Craven (dalam
Dwidiyanti 2008:69-70), mengungkapkan bahwa
spiritualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, tahap
perkembangan seseorang, keluarga, latar belakang etnik
dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis dan
perubahan, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait
dengan terapi.
Jika dihubungkan dengan penelitian ini, menurut
peneliti perbedaan hasil penelitian dengan teori yang ada
ditimbulkan dari pandangan dan cara pemaknaan
seseorang terhadap spiritualitas. Setiap orang memiliki
cara pandang dan pemaknaan terhadap spiritualitas yang
berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal
dan eksternal di antaranya pengalaman hidup, lingkungan
sosial, dan kebudayaan. Oleh sebab itu, peneliti
menyimpulkan bahwa perbedaan cara pandang dan
pemaknaan ini yang nantinya akan mempengaruhi perilaku
seseorang terhadap spiritualitas. Menurut peneliti,
perbedaan hasil penelitian dengan kajian teori juga bisa
dipengaruhi oleh jumlah sampel, dalam penelitian ini
74
peneliti hanya membatasi jumlah sampel sebanyak 30
orang. Apabila penelitian ini diberlakukan dalam jumlah
sampel yang lebih besar (diatas 30 orang), kemungkinan
juga akan mempengaruhi hasil dari penelitian ini.