bab iv hasil penelitian dan pembahasan...observasi juga dilakukan selama jalannya proses...
TRANSCRIPT
-
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dalam
dua siklus dengan tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanan dan observasi serta
refleksi. Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam
penelitian yang telah dilaksanakan.
4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1
4.1.1.1 Perencanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1, dilakukan dalam tiga tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Pada tahap
perencanaan, penelitian dirancang dengan jenis tindakan model action learning.
Tahap perencanaan dimulai dari menentukan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar IPA kelas 5 yang akan diujikan, kemudian menentukan
indikator dengan lebih spesifik dan menyeluruh menggunakan aturan penulisan
indikator yang tepat. Setelah itu materi disusun dengan urut, lengkap dan berisi
terkait indikator yang sudah ditentukan.
Setelah menentukan indikator, kemudian dibuat kisi-kisi soal dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus 1. RPP dan kisi-kisi soal dibuat
dengan beracuan pada indikator yang telah ditentukan. Indikator dalam RPP
kemudian dibuat menjadi tujuan yang dirumuskan secara lengkap dengan
memberikan unsur action, behavior, condition dan degree. Penyusunan RPP dan
kisi-kisi soal telah dikonsultasikan dengan guru kelas serta dosen pembimbing.
Selain kisi-kisi soal dan RPP, juga disusun kisi-kisi angket motivasi
belajar dengan beracuan dari indikator yang dipakai untuk mengukur motivasi
belajar yaitu tanggung jawab dan respon terhadap pelajaran, umpan balik atas
perbuatan (tugas) yang dilakukannya, tingkat kesulitan tugas, ketekunan dan
keuletan individu, penuh pertimbangan dan perhitungan (tidak berspekulasi dalam
tugas), serta dorongan untuk belajar.
-
55
Kisi-kisi soal yang dibuat pada siklus 1 berjumlah 40 butir soal pilihan
ganda dan kemudian diujikan di kelas 6 untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas soal. Butir-butir soal yang valid kemudian diambil 20 soal untuk
evaluasi siklus 1. Kisi-kisi motivasi belajar dibuat sejumlah 32 butir pernyataan
dan diujikan pula di kelas 6. Uji instrument soal dilakukan di kelas 6 SDN
Tegalrejo 05 pada hari sabtu, tanggal 8 Maret 2014 dengan jumlah siswa 30 anak.
Untuk pelaksanaan observasi, maka perlu dibuat pula lembar observasi
keterlaksanaan sintaks. Untuk itu dibuat kisi-kisi lembar keterlaksanaan sintaks
untuk guru dan untuk siswa dengan beracuan pada sintaks atau langkah-langkah
pembelajaran pada model action learning. Masing-masing lembar observasi
keterlaksanaan sintaks dibuat satu untuk setiap pertemuan di setiap siklus.
Untuk persiapan implementasi RPP atau tahap pelaksanaan, maka
sebelumnya perlu adanya pembahasan dan diskusi mengenai RPP bersama guru
dan penjelasan mengenai langkah-langkah yang benar mengajar materi
pembentukan tanah akibat pelapukan batuan menggunakan model action learning.
Hal ini dimaksudkan agar guru kelas yang akan mengajar paham betul sintaks dari
model action learning dan bagaimana cara mengajarnya.
Selain persiapan-persiapan tersebut, media dan alat pembelajaran juga
disiapkan dengan teliti seperti membuat bagan yang kreatif dan menarik tentang
jenis-jenis batuan, contoh nyata batuan dan gambar-gambar batuan, serta
memperbanyak soal evaluasi dan lembar motivasi belajar.
4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tahap pelaksanaan dan observasi merupakan implementasi dari RPP dan
perencanaan yang telah disusun. Tahap pelaksanaan siklus 1 dilakukan dalam tiga
pertemuan, dimana pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 24
maret 2014, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jumat tanggal 28 maret 2014
dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari senin tanggal 31 maret 2014.
Masing-masing pertemuan dilakukan selama dua jam pelajaran (2x35 menit).
-
56
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin, setelah upacara bendera
selesai, dan berlangsung selama 70 menit dimulai pada pukul 07.35 dan selesai
pada pukul 08.45. Guru memberikan materi dengan menggunakan model action
learning sesuai RPP yang telah disusun. Materi yang diajarkan pada pertemuan
pertama adalah jenis-jenis batuan. Guru memberi penjelasan singkat tentang
materi yang akan dipelajari sesuai yang tertulis dalam RPP, kemudian
mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dan membentuk kelompok secara
heterogen berdasarkan jenis kelamin. Setiap kelompok berisi 4 sampai 5 orang.
Dalam kegiatan pembelajaran pertemuan pertama guru membiarkan siswa
bekerja dalam kelompok untuk berdiskusi tentang bagan jenis dan contoh batuan
kemudian meminta action dari siswa yaitu dengan menentukan jawaban yang
tepat dari bagan jenis-jenis batuan. Setelah kelompok secara bergantian mengisi
bagan, siswa (masih dalam kelompok) diberikan contoh-contoh nyata dari batuan
dan dibebaskan untik mengamati contoh-contoh tersebut setelah itu guru meminta
kelompok menentukan nama dan jenis batuan dengan tepat. Bagian akhir dari
pertemuan pertama adalah laporan dari tiap kelompok tentang jenis-jenis batuan
yang dipelajarinya. Pada pertemuan pertama ini siswa masih segan dan belum
begitu berani melaporkan hasil yang diperolehnya di depan kelas.
Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jumat jam pertama dan
kedua yaitu dimulai pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 08.10. Guru
melaksanakan pembelajaran dengan langkah yang hampir sama dengan pertemuan
pertama, tetapi dengan melanjutkan materi yaitu materi pembentukan tanah akibat
pelapukan. Materi ini adalah lanjutan dari materi sebelumnya yaitu jenis-jenis
batuan. Pada pertemuan kedua ini siswa tidak diminta berkelompok tetapi siswa
bekerja secara individu. Meskipun bekerja secara inividu, siswa tetap
menunjukkan keaktifannya selama proses pembelajaran. Terlihat dari antusiasme
dan banyaknya siswa yang mulai berani bertanya seputar materi.
Setelah memberikan penjelasan singkat tentang materi dan identifikasi
masalah yaitu bagaimana proses pembentukan tanah akibat pelapukan batuan,
guru memberikan kisi-kisi tentang pengertian proses pembentukan tanah. Untuk
menarik keaktifan siswa kemudian guru meminta siswa menyusun tentang
-
57
pengertian proses pembentukan tanah dari kisi-kisi yang ada dan mengemukakan
dengan kata-kata siswa sendiri. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu
“bertindak” atau “berbuat” dalam menentukan jawaban dari identifikasi masalah
yang telah dipaparkan. Dengan begitu, siswa akan lebih memperhatikan dan
termotivasi untuk menemukan jawaban meskipun secara individu. Disamping itu
terjadi persaingan yang sehat antar siswa untuk menunjukkan keberanian dan
kemampuannya dalam berpendapat.
Setelah itu guru menyediakan gambar dan contoh tentang faktor-faktor
penyebab pelapukan batuan dan meminta siswa untuk menggolongkan faktor
tersebut ke dalam jenis pelapukan fisika, kimia atau biologi. Di akhir kegiatan inti
siswa menyusun hasil yang diperolehnya selama proses pembelajaran dan
meminta beberapa siswa untuk melaporkannya di depan kelas. Pada pertemuan
kedua ini antusiasme siswa lebih besar untuk menyampaikan pendapat dibanding
dengan pertemuan pertama.
Pada pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada hari senin setelah upacara
bendera, guru hanya mengulang sekilas seputar materi yang telah diberikan pada
pertemuan pertama dan kedua kemudian melakukan evaluasi (tes formatif) siklus
1 serta membagikan lembar motivasi belajar untuk mengukur sejauh mana
motivasi siswa setelah dilakukan tiga kali pertemuan siklus 1 menggunakan model
action learning. Siswa mengerjakan evaluasi dengan tertib dengan diberikan
waktu selama 40 menit untuk 20 soal pilihan ganda.
Observasi juga dilakukan selama jalannya proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga siklus 1. Kegiatan
observasi dilakukan sendiri oleh observer dengan menggunakan lembar observasi
tentang keterlaksanaan sintaks. Lembar observasi keterlaksanaan sintaks ini ada
dua macam yaitu lembar observasi keterlaksanaan sintaks untuk guru dan lembar
observasi keterlaksanaan sintaks untuk siswa. Jadi observasi dilakukan terhadap
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran apakah guru dan siswa sudah
mengikuti proses pembelajaran sesuai sintaks atau belum.
-
58
Pada siklus 1 pertemuan pertama guru sudah berhasil melakukan
pembelajaran dengan langkah-langkah yang benar dan cukup sesuai sintaks,
terbukti dari hasil lembar observasi keterlaksanaan sintaks bahwa hampir semua
langkah action learning telah dilaksanakan, hanya ada dua langkah yang
terlewatkan oleh guru yaitu memeriksa kesiapan peserta didik sebelum
memulai pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa guru cukup berhasil
melakukan proses pembelajaran sesuai dengan sintaks yang tertuang dalam RPP
siklus 1 pertemuan pertama. Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan sintaks
yang dilakukan oleh guru pada siklus 1 pertemuan pertama (terlampir), dapat
dilaporkan secara ringkas hasil observasi aktivitas guru dalam Tabel 23 sebagai
berikut.
Tabel 23
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 1 Pertemuan 1
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 2 2 0
2. Kegiatan Awal 3 1 2
3. Kegiatan Inti 9 9 0
4. Kegiatan Akhir 2 2 0
Berdasarkan Tabel 23 dapat terlihat bahwa dari 16 butir langkah
pembelajaran atau sintaks yang ada, guru telah melaksanakan 14 diantaranya dan
hanya dua yang tidak terlaksana. Namun masih ada kekurangan yaitu alokasi
waktu yang dilakukan selama proses pembelajaran masih kurang tepat dari
perencanaan dalam RPP siklus 1 pertemuan pertama, dimana diskusi siswa
membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang ditentukan sehingga rangkuman
dilakukan dengan cepat untuk menyingkat waktu yang berlebih dalam diskusi.
Pada pertemuan kedua, guru telah melaksanakan seluruh sintaks dengan
baik. Hal ini terbukti dari lembar observasi tentang keterlaksanaan sintaks untuk
pertemuan kedua yang semua butirnya terlaksana. Berdasarkan hasil observasi
-
59
keterlaksanaan sintaks yang dilakukan oleh guru pada siklus 1 pertemuan kedua
(terlampir), dapat dilaporkan secara ringkas hasil observasi aktivitas guru dalam
Tabel 24 sebagai berikut.
Tabel 24
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 1 Pertemuan 2
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 2 2 0
2. Kegiatan Awal 3 3 0
3. Kegiatan Inti 8 8 0
4. Kegiatan Akhir 2 2 0
Pada pertemuan ketiga, pembelajaran yang dilakukan hanya mengulang
sekilas materi pada pertemuan pertama dan kedua kemudian memberikan evaluasi
siklus 1 dan angket motivasi belajar. Pada pertemuan ketiga, semua langkah
dilakukan dengan benar oleh guru. Terbukti dari hasil observasi keterlaksanaan
sintaks yang dilakukan oleh guru pada siklus 1 pertemuan ketiga (terlampir),
dapat dilaporkan secara ringkas hasil observasi aktivitas guru dalam Tabel 25
sebagai berikut.
Tabel 25
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 1 Pertemuan 3
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 1 1 0
2. Kegiatan Awal 2 2 0
3. Kegiatan Inti 2 2 0
4. Kegiatan Akhir 1 1 0
-
60
Selain observasi keterlaksanaan sintaks atau langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, juga diobservasi keterlaksanaan sintaks
yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks pada
siswa pada siklus 1 pertemuan pertama yang hasilnya terlampir, dapat disajikan
data secara ringkas dalam Tabel 26 sebagai berikut.
Tabel 26
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 1
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 2 2 0
2. Kegiatan Awal 3 2 1
3. Kegiatan Inti 9 9 0
4. Kegiatan Akhir 2 1 1
Dari Tabel 26 dapat terlihat bahwa sebagian besar langkah pembelajaran
didikuti dengan baik oleh siswa. Terbukti dari 16 item (langkah pembelajaran)
yang ada, 14 item sudah dilakukan dan 2 item belum dilakukan oleh siswa yaitu
menyimak dan menulis tujuan pembelajaran serta merefleksikan hasil
pembelajaran. Dua item yang belum dilakukan tersebut terdapat pada kegiatan
awal dan kegiatan akhir. Pada kegiatan inti semua item (langkah pembelajaran)
sudah dilakukan. Sementara itu berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks pada
siswa pada siklus 1 pertemuan kedua yang hasilnya terlampir, dapat disajikan data
secara ringkas dalam Tabel 27 sebagai berikut.
Tabel 27
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 2
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 2 2 0
2. Kegiatan Awal 3 3 3
3. Kegiatan Inti 8 8 0
4. Kegiatan Akhir 2 2 0
-
61
Berdasarkan Tabel 27 pada pertemuan kedua siklus 1 dapat diperoleh data
bahwa siswa sudah lebih mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan baik.
Siswa menyimak dengan baik dan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disusun. Terbukti dari 14 item langkah-langkah
pembelajaran sudah dilaksanakan semuanya oleh siswa.
Berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks oleh siswa siklus 1 pada
pertemuan ketiga yang hasilnya terlampir, maka dapat disajikan data dalam Tabel
28 sebagai berikut.
Tabel 28
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 3
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 1 1 0
2. Kegiatan Awal 2 2 0
3. Kegiatan Inti 2 2 0
4. Kegiatan Akhir 1 1 0
Berdasarkan Tabel 28 dapat diperoleh data bahwa siswa sudah mengikuti
semua sintaks atau langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
disusun. Pada pertemuan ketiga ini, siswa hanya menyimak ulasan sekilas materi
pada pertemuan pertama dan kedua kemudian mengerjakan evaluasi siklus 1 dan
angket motivasi belajar. Siswa mengerjakan evaluasi dan angket motivasi belajar
dengan tenang dan sungguh-sungguh. Tidak ada siswa yang bekerja sama dalam
mengerjakan evaluasi siklus 1.
4.1.1.3 Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus 1 dari pertemuan pertama,
kedua dan ketiga kemudian diadakan refleksi dalam bentuk diskusi terkait proses
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Diskusi dilakukan bersama guru
-
62
kelas guna untuk mencari kelebihan dan kekurangan yang terdapat pembelajaran
siklus 1 yang dapat digunakan untuk perbaikan pada siklus 2.
Dalam diskusi yang dilakukan bersama guru kelas, ditemukan beberapa
kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama,
kedua dan ketiga.
Adapun kelebihan dari pembelajaran yang telah dilakukan dalam siklus 1
diantaranya yaitu : 1)Rancangan atau rencana pembelajaran telah disusun dengan
baik bersama dengan guru. 2)Persiapan yang dilakukan sudah cukup matang, dari
penyusunan RPP sampai pada media dan alat pembelajaran yang digunakan sudah
disiapkan sebaik mungkin. 3)Pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai sintaks,
dilakukan dengan baik dan urut oleh guru. 4)Dengan adanya diskusi dan
pembelajaran berbuat (mengamati dan menentukan secara langsung), mulai
tumbuh keaktifan siswa selama megikuti jalannya proses pembelajaran. 5)Guru
tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, pembelajaran sudah berlangsung
dua arah, terbukti dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa
dengan beberapa pertanyaan yang diajukan siswa. 6)Siswa saling berlomba
dengan kelompok lain secara sportif untuk mendapatkan jawaban yang terbaik.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, terdapat beberapa kekurangan selama
proses pembelajaran siklus 1 dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Beberapa
kekurangan tersebut yaitu: 1)Alokasi waktu kurang sesuai dengan yang
ditentukan, ada beberapa langkah pembelajaran yang melebihi batas waktu
meskipun tidak terlalu banyak. 2)Pembagian kelompok tidak berjalan dengan
mulus karena ada beberapa siswa yang protes ketika guru membagi kelompok
secara heterogen. 3)Masih ada beberapa siswa yang mengganggu jalannya diskusi
dengan ramai sendiri. 4)Siswa masih agak takut untuk mengemukakan pendapat
di depan kelas, dorongan untuk berani berpendapat masih kurang. 5)Masih ada
beberapa siswa yang kebingungan dengan model pembelajaran action learning
yang digunakan.
-
63
4.1.2 Pelaksanaan Siklus 2
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 juga dilakukan dalam tiga tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.
4.1.2.1 Perencanaan
Tahap perencanaan siklus 2 sama dengan siklus 1 yaitu dimulai dari
menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas 5 yang akan
diujikan. Standar kompetensi yang dipilih sama dengan standar kompetensi pada
siklus 1, tetapi kompetensi dasarnya berbeda. Pada siklus 2 kompetensi dasar
yang dipakai adalah KD 7.2 yaitu mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Setelah KD
diketahui kemudian menentukan indikator dengan lebih spesifik dan menyeluruh
menggunakan aturan penulisan indikator yang tepat. Setelah itu materi disusun
dengan urut, lengkap dan berisi terkait indikator yang sudah ditentukan.
Setelah menentukan indikator, kemudian dibuat kisi-kisi soal dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus 2. RPP dan kisi-kisi soal dibuat
dengan beracuan pada indikator yang telah ditentukan. Indikator dalam RPP
kemudian dibuat menjadi tujuan yang dirumuskan secara lengkap dengan
memberikan unsur action, behavior, condition dan degree. Penyusunan RPP dan
kisi-kisi soal telah dikonsultasikan dengan guru kelas serta dosen pembimbing.
Kisi-kisi soal yang dibuat pada siklus 2 berjumlah 30 butir soal pilihan
ganda dan kemudian diujikan di kelas 6 untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas soal. Butir-butir soal yang valid kemudian diambil 20 soal untuk
evaluasi siklus 1. Untuk menguji motivasi belajar, instrument yang digunakan
masih sama dengan yang digunakan pada siklus 1, karena itu tidak perlu
dirancang lagi.
Untuk pelaksanaan observasi siklus 2, maka dibuat pula lembar observasi
keterlaksanaan sintaks untuk siklus 2. Untuk persiapan implementasi RPP atau
tahap pelaksanaan, maka diadakan kembali pembahasan RPP bersama guru, tetapi
tidak lagi menjelaskan mengenai langkah-langkah yang benar mengajar
menggunakan model action learning.
-
64
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tahap pelaksanaan pada siklus 2 juga dilakukan dalam tiga pertemuan,
dimana pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jumat tanggal 04 April 2014,
pertemuan kedua pada hari senin tanggal 07 April 2014 dan pertemuan ketiga
pada hari kamis tanggal 10 april 2014. Masing-masing pertemuan dilakukan
selama dua jam pelajaran (2x35 menit).
Pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari jumat berlangsung selama
70 menit dimulai pada pukul 07.00 dan selesai pada pukul 08.10. Guru
memberikan materi dengan menggunakan model action learning sesuai RPP yang
telah disusun. Guru memberi penjelasan singkat tentang materi yang akan
dipelajari sesuai yang tertulis dalam RPP, kemudian mengidentifikasi masalah
yang akan dibahas serta membentuk kelompok secara heterogen berjumlah 4
sampai 5 orang setiap kelompok. Setelah itu guru membiarkan siswa bekerja
dalam kelompok untuk mengamati jenis-jenis tanah yang telah disiapkan oleh
guru. Setelah siswa selesai mengamati contoh yang ada, guru membimbing siswa
untuk ke luar kelas dan mengamati tanah yang ada di lingkungan sekitar sekolah.
Jenis tanah yang ada di lingkungan sekolah harus diamati dan dicatat oleh
siswa termasuk ke dalam jenis tanah yang mana. Setelah kelompok selesai dengan
pengamatan atau actionnya di luar, kemudian siswa kembali ke kelas dengan
masih berkelompok. Setiap kelompok diminta melaporkan hasil yang
diperolehnya di depan kelas.
Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan pembelajaran dengan langkah
yang hampir sama dengan pertemuan pertama, tetapi dengan melanjutkan materi
yaitu pemanfaatan jenis-jenis tanah. Pada pertemuan kedua ini siswa tidak diminta
berkelompok tetapi secara individu. Siswa bekerja di dalam kelas mengamati
contoh-contoh benda hasil pemanfaatan jenis tanah tertentu. Selain itu siswa juga
diminta melaporkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada pertemuan ketiga guru hanya mengulang sekilas materi kemudian
melakukan evaluasi (lembar soal) serta membagikan lembar motivasi belajar
untuk mengukur sejauh mana motivasi siswa setelah dilakukan tiga kali
pertemuan siklus 2 menggunakan model action learning.
-
65
Observasi dilakukan selama jalannya proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan lembar observasi tentang
keterlaksanaan sintaks. Lembar observasi keterlaksanaan sintaks ini ada dua
macam yaitu lembar observasi keterlaksanaan sintaks untuk guru dan lembar
observasi keterlaksanaan sintaks untuk siswa.
Pada siklus 2 pertemuan pertama guru berhasil melakukan pembelajaran
dengan langkah-langkah yang benar dan sesuai sintaks, terbukti dari observasi
keterlaksanaan sintaks yang hasilnya terlampir dapat dilaporkan data dalam Tabel
29 sebagai Berikut.
Tabel 29
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 2 Pertemuan 1
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 2 2 0
2. Kegiatan Awal 3 3 0
3. Kegiatan Inti 9 7 0
4. Kegiatan Akhir 2 2 0
Berdasarkan Tabel 23 dapat terlihat bahwa dari 16 butir langkah
pembelajaran atau sintaks yang ada, guru telah melaksanakan semuanya. Alokasi
waktu yang dilakukan selama proses pembelajaran sudah cukup tepat dari
perencanaan dalam RPP siklus 1 pertemuan pertama.
Pada pertemuan kedua, guru juga melaksanakan seluruh sintaks dengan
baik. Hal ini terbukti dari lembar observasi tentang keterlaksanaan sintaks untuk
pertemuan kedua yang semua butirnya terlaksana. Berdasarkan hasil observasi
keterlaksanaan sintaks yang dilakukan oleh guru pada siklus 2 pertemuan kedua
(terlampir), dapat dilaporkan secara ringkas hasil observasi aktivitas guru dalam
Tabel 24 sebagai berikut.
-
66
Tabel 30
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 2 Pertemuan 2
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 2 2 0
2. Kegiatan Awal 3 3 0
3. Kegiatan Inti 7 7 0
4. Kegiatan Akhir 2 2 0
Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa semua item langkah-langkah
pembelajaran sudah dilakuakn dengan baik oleh guru. Pada pertemuan ketiga,
pembelajaran yang dilakukan hanya mengulang sekilas materi pada pertemuan
pertama dan kedua kemudian memberikan evaluasi siklus 2 dan angket motivasi
belajar. Pada pertemuan ketiga, semua langkah dilakukan dengan benar oleh guru.
Terbukti dari hasil observasi keterlaksanaan sintaks yang dilakukan oleh guru
pada siklus 1 pertemuan ketiga (terlampir), dapat dilaporkan secara ringkas hasil
observasi aktivitas guru dalam Tabel 31 sebagai berikut.
Tabel 31
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 2 Pertemuan 3
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 1 1 0
2. Kegiatan Awal 2 2 0
3. Kegiatan Inti 2 2 0
4. Kegiatan Akhir 1 1 0
Selain observasi keterlaksanaan sintaks atau langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus 2, juga diobservasi
keterlaksanaan sintaks yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan observasi
-
67
keterlaksanaan sintaks pada siswa pada siklus 1 pertemuan pertama yang hasilnya
terlampir, dapat disajikan data secara ringkas dalam Tabel 32 sebagai berikut.
Tabel 32
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 1
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 2 2 0
2. Kegiatan Awal 3 3 0
3. Kegiatan Inti 9 9 0
4. Kegiatan Akhir 2 1 1
Dari Tabel 32 dapat terlihat bahwa sebagian besar langkah pembelajaran
didikuti dengan baik oleh siswa. Terbukti dari 16 item (langkah pembelajaran)
yang ada, 15 item sudah dilakukan dan hanya 1 item belum dilakukan oleh siswa
yaitu merefleksikan hasil pembelajaran. Satu item yang belum dilakukan tersebut
terdapat pada an kegiatan akhir. Pada kegiatan pra pembelajaran, kegiatan awal,
dan kegiatan inti semua item (langkah pembelajaran) sudah dilakukan. Sementara
itu berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks pada siswa pada siklus 2
pertemuan kedua yang hasilnya terlampir, dapat disajikan data secara ringkas
dalam Tabel 33 sebagai berikut.
Tabel 33
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 2
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 2 2 0
2. Kegiatan Awal 3 3 0
3. Kegiatan Inti 7 7 0
4. Kegiatan Akhir 2 2 0
-
68
Berdasarkan Tabel 33, pada pertemuan kedua siklus 2 dapat diperoleh data
bahwa siswa sudah mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan baik. Siswa
menyimak dengan baik dan melaksanakan semua langkah-langkah pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disusun. Terbukti dari 14 item langkah-langkah
pembelajaran sudah dilaksanakan semuanya oleh siswa.
Berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks oleh siswa siklus 2 pada
pertemuan ketiga yang hasilnya terlampir, maka dapat disajikan data dalam Tabel
34 sebagai berikut.
Tabel 34
Hasil Observasi
Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 3
No Waktu
Pelaksanaan Jumlah item
Keterangan
Terlaksana Tidak
1. Pra Pembelajaran 1 1 0
2. Kegiatan Awal 2 2 0
3. Kegiatan Inti 2 2 0
4. Kegiatan Akhir 1 1 0
Berdasarkan Tabel 34 dapat diperoleh data bahwa siswa sudah mengikuti
semua sintaks atau langkah-langkah pembelajaran sebanyak 6 item sesuai dengan
RPP yang telah disusun. Pada pertemuan ketiga ini, pembelajaran yang dilakukan
hanya mengulang sekilas materi pada pertemuan pertama dan kedua kemudian
memberikan evaluasi siklus 2 dan angket motivasi belajar. Siswa mengerjakan
evaluasi dan angket motivasi belajar dengan tenang dan sungguh-sungguh. Tidak
ada siswa yang bekerja sama dalam mengerjakan evaluasi siklus 2.
-
69
4.1.2.3 Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus 2 dari pertemuan pertama,
kedua dan ketiga maka kemudian diadakan refleksi kembali dalam bentuk diskusi
terkait proses kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam diskusi yang
dilakukan bersama guru kelas, ditemukan lebih banyak kelebihan dari proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Kelebihan-kelebihan tersebut adalah: 1)Rancangan atau rencana
pembelajaran telah disusun dengan sangat baik bersama dengan guru. 2)Persiapan
yang dilakukan sudah cukup matang, dari penyusunan RPP sampai pada media
dan alat pembelajaran yang digunakan sudah disiapkan sebaik mungkin.
3)Pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai sintaks, dilakukan dengan baik dan
urut oleh guru. 4)Dengan adanya diskusi dan pembelajaran berbuat (mengamati
dan menentukan secara langsung), mulai tumbuh keaktifan siswa selama megikuti
jalannya proses pembelajaran. 5)Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
belajar, pembelajaran sudah berlangsung dua arah, terbukti dengan adanya
komunikasi yang baik antara guru dan siswa dengan beberapa pertanyaan yang
diajukan siswa. 6)Siswa saling berlomba dengan kelompok lain secara sportif
untuk mendapatkan jawaban yang terbaik. 7)Ada interaksi siswa dengan
lingkungan yang menyebabkan siswa lebih nyaman dan mudah belajar. 8)Siswa
mulai berani mengeluarkan pendapat dan berani melaporkan hasil kerjanya di
depan kelas. 9)Siswa yang mengganggu jalannya pembelajaran berkurang karena
merasa senang dengan model action learning yang digunakan.
Kekurangan-kekurangan dari siklus 1 sudah tidak terlihat lagi di siklus
kedua, hanya mungkin masih ada satu dua siswa yang gaduh dan ramai. Namun
hal itu tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
4.2 Hasil Penelitian
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang meliputi siklus 1 dan
siklus 2, didapatkan hasil penelitian yang disajikan dalam deskripsi data dan
analisis data dengan uraian sebagai berikut.
-
70
4.2.1 Deskripsi Data
Pada akhir kegiatan pembelajaran siklus 1 maupun siklus 2, dilakukan
kegiatan evaluasi untuk mengukur hasil belajar IPA siswa dan angket motivasi
belajar untuk mengukur bagaimana motivasi belajar IPA siswa setelah diterapkan
model action learning. Pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dari
siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan kualitas. Akibatnya keaktifan dan kerja
sama siswa kemudian meningkat. Demikian pula motivasi belajar dan sikap siswa
terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Semua peningkatan ini
berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang
ditunjukkan oleh meningkatnya hasil tes secara signifikan.
4.2.1.1 Data Siklus 1
Setelah dilakukan pembelajaran siklus 1 dengan menggunakan model
action learning yang terdiri dari 3 pertemuan, diperoleh adanya peningkatan hasil
belajar dan motivasi belajar IPA siswa pada akhir siklus 1. Hasil belajar yang
diperoleh disajikan dalam tabel distribusi frekwensi hasil belajar sebagai berikut.
Tabel 35
Distribusi Frekwensi Hasil Belajar IPA Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05
Semester 2/ 2013-2014
No Interval Frekwensi Persentase
1. 40 - 51 1 4
2. 52 - 63 3 12
3. 64 - 75 11 44
4. 76 - 87 8 32
5. 88 - 99 2 8
Jumlah 25 100
Dari Tabel 35 dapat diperoleh data bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5
yang diperoleh melalui evaluasi siklus 1 sebanyak 4% siswa memperoleh nilai
pada interval 40-51, 12% siswa memperoleh nilai pada interval 52-63, 44% siswa
memperoleh nilai pada interval 64-75, 32% siswa memperoleh nilai pada interval
76-87 dan sebanyak 8% siswa memperoleh nilai tertinggi pada interval 88-99.
-
71
Motivasi belajar IPA pada akhir siklus 1 juga diukur dengan menggunakan
instrumen butir-butir pernyataan. Hasil dari pengukuran motivasi belajar IPA
siklus 1 disajikan dalam Tabel 36.
Tabel 36
Hasil Motivasi Belajar IPA Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05 Semester 2/ 2013-2014
No Kategori Interval Skor Frekuensi Persentase
1. Tinggi 18 - 25 17 68
2. Sedang 10 - 17 7 28
3. Rendah 0 - 9 1 4
Jumlah 25 100
Dari Tabel 36 dapat diperoleh data bahwa tingkat motivasi belajar IPA
siswa kelas 5 pada siklus 1, sebanyak 68% berada pada tingkat motivasi belajar
yang tinggi, sebanyak 28% berada pada tingkat motivasi belajar sedang dan hanya
4% siswa yang berada pada tingkat motivasi belajar yang rendah.
4.2.1.2 Data Siklus 2
Pada akhir kegiatan pembelajaran siklus 2, kembali dilakukan evaluasi (tes
formatif). Setelah hasil evalusasi diolah, diperoleh adanya peningkatan hasil
belajar dan motivasi belajar IPA siswa yang lebih baik dari siklus 1. Hasil belajar
yang diperoleh dari evaluasi siklus 2 disajikan dalam Tabel 37 sebagai berikut.
Tabel 37
Distribusi Frekwensi Hasil Belajar IPA Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05
Semester 2/ 2013-2014
No Interval Frekwensi Persentase
1. 60 - 67 1 4
2. 68 - 75 8 32
3. 76 - 83 4 14
4. 84 - 91 10 40
5. 92 - 99 2 8
Jumlah 25 100
-
72
Dari Tabel 37 dapat diperoleh data bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5
pada siklus 2 sebanyak 4% siswa memperoleh nilai pada interval 60-67, sebanyak
32% siswa memperoleh nilai pada interval 68-75, sebanyak 14% siswa
memperoleh nilai pada interval 76-83, sebanyak 40% siswa memperoleh nilai
pada interval 84-91 dan sebanyak 8% siswa memperoleh nilai tertinggi pada
interval 92-99.
Motivasi belajar IPA pada akhir siklus 2 juga diukur dengan menggunakan
instrumen butir-butir pernyataan dalam lembar angket motivasi belajar yang sama
dengan siklus 1. Setelah model action learning kembali diterapkan pada kegiatan
pembelajaran siklus 2, terjadi peningkatan motivasi belajar IPA siswa
dibandingkan siklus 1. Hasil dari pengukuran motivasi belajar IPA siswa pada
siklus 2 disajikan dalam Tabel 38 sebagai berikut.
Tabel 38
Hasil Motivasi Belajar IPA Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05 Semester 2/ 2013-2014
No Kategori Interval Skor Frekuensi Persentase
1. Tinggi 18 - 25 21 84
2. Sedang 10 - 17 4 16
3. Rendah 0 - 9 0 0
Jumlah 25 100
Dari Tabel 38 dapat diperoleh data bahwa tingkat motivasi belajar IPA
siswa kelas 5 pada siklus 2, sebanyak 84% berada pada tingkat motivasi belajar
yang tinggi, sebanyak 16% berada pada tingkat motivasi belajar sedang dan tidak
ada siswa yang berada pada tingkat motivasi belajar yang rendah.
4.2.2 Analisis Data
Analisis data pada siklus 1 maupun siklus 2 dilakukan melalui dua tahap
yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Berikut akan diuraikan analisis
data selengkapnya.
-
73
4.2.2.1 Analisis Ketuntasan
Analisis ketuntasan dilakukan untuk menganalisis hasil belajar IPA siswa
dengan membandingkan data mentah dengan skor KKM mata pelajaran IPA yang
telah ditetapkan oleh sekolah. Berikut disajikan tabel ketuntasan hasil belajar IPA
siswa kelas 5 siklus 1 pada Tabel 39.
Tabel 39 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1
Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05
Semester 1/ 2013-2014
No Ketuntasan Frekwensi Persentase
1. Tuntas 20 80
2. Tidak Tuntas 5 20
Rerata 73.8
Maksimum 95
Minimum 40
Berdasarkan Tabel 39 terlihat bahwa pada siklus 1, sebanyak 80% siswa
sudah mencapai ketuntasan dan masih ada sebanyak 20% siswa yang belum
mencapai ketuntasan atau KKM IPA yaitu 68. Data pada Tabel 39 dapat
digambarkan dalam grafik seperti yang tergambar pada Gambar 2 sebagai berikut.
Gambar 2. Grafik ketuntasan hasil belajar IPA siklus 1 siswa
kelas 5 SDN Tegalrejo 05 Salatiga
80%
20%
Tuntas
Tidak Tuntas
-
74
Analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada siklus 2 disajikan
dalam Tabel 40 sebagai berikut.
Tabel 40 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2
Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05
Semester 1/ 2013-2014
No Ketuntasan Frekwensi Persentase
1. Tuntas 24 96
2. Tidak Tuntas 1 4
Rerata 80
Maksimum 95
Minimum 60
Berdasarkan Tabel 40 terlihat bahwa pada siklus 2, sebanyak 96% siswa
sudah mencapai ketuntasan dan hanya sebanyak 4% siswa (1 orang siswa) yang
belum mencapai ketuntasan atau KKM IPA yaitu 68. Data pada Tabel 40 dapat
digambarkan dalam grafik seperti yang tergambar pada Gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 3. Grafik ketuntasan hasil belajar IPA siklus 2 siswa
kelas 5 SDN Tegalrejo 05 Salatiga
96%
4%
Tuntas
Tidak Tuntas
-
75
4.2.2.2 Analisis Komparatif
Berdasarkan hasil analisis ketuntasan, maka analisis komparatif dilakukan
dengan membandingkan ketuntasan hasil belajar antar siklus dan pra-siklus.
Sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan model action learning (hasil
pra-siklus), siswa yang mampu mencapai ketuntasan hanya sebanyak 6 orang atau
sebesar 24%. Apabila dibandingkan dengan hasil belajar pra-siklus, hasil yang
diperoleh pada siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan seperti yang tersaji
pada Tabel 41 sebagai berikut.
Tabel 41
Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05
Semester 1/2013-2014
No Ketuntasan Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2
f % F % f %
1. Tuntas 6 24 20 80 24 96
2. Tidak tuntas 19 76 5 20 1 4
Rerata 61,12 73.8 80.6
Maksimum 83 95 95
Minimum 43 40 60
Berdasarkan Tabel 41 terlihat bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5
mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus 1, terbukti dari persentase siswa
yang mencapai ketuntasan dari pra siklus yang hanya sebanyak 24% naik
sebanyak 64% ke siklus 1 menjadi 80%. Kemudian dari siklus 1 ke siklus 2 naik
sebanyak 16% menjadi 96%. Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja yaitu
sebanyak 80% siswa harus mencapai ketuntasan, maka hasil yang diperoleh pada
siklus 1 maupun siklus 2 sudah memenuhi dari indikator kinerja yang telah
ditetapkan.
-
76
Selain proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan, dapat terlihat
pada siklus 1 dan siklus 2 bahwa rerata nilai IPA yang diperoleh siswa kelas 5
mengalami peningkatan dari pra-siklus yang sebesar 61,12 naik menjadi sebesar
73,8 pada siklus 1 kemudian naik lagi menjadi sebesar 80,6 pada siklus 2. Nilai
maksimum pada kedua siklus sama tinggi yaitu 95. Nilai minimum dari siklus 1
mengalami perbaikan yaitu dari nilai 40 di siklus 1 menjadi nilai 60 di siklus 2.
Kondisi meningkatnya ketuntasan siswa dari pra-siklus ke siklus 1 dan
siklus 2 tergambar dalam grafik pada Gambar 4 sebagai berikut.
Gambar 4.Grafik perbandingan proporsi ketuntasan hasil belajar IPA
pra-siklus dan antar siklus siswa kelas 5 SDN Tegalrejo 05
Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar IPA siswa kelas 5 sebelum
diberikan tindakan dan setelah diberikan tindakan dengan model action learning,
maka analisis komparatif juga dilakukan dengan membandingkan hasil
pengukuran motivasi belajar IPA antar siklus dan pra-siklus. Sebelum dilakukan
tindakan dengan menggunakan model action learning (hasil pra-siklus), siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2
Tuntas Tidak Tuntas
-
77
yang memiliki motivasi belajar IPA tinggi hanya sebanyak 4 orang atau sebesar
16%, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah masih banyak yaitu
9 siswa atau 36%, sedangkan 12 siswa lainnya hanya memiliki motivasi belajar
IPA pada tingkat sedang. Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran pra-
siklus, tingkat motivasi yang ditunjukkan siswa pada hasil pengukuran motivasi
pada siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan seperti yang tersaji pada Tabel
42 sebagai berikut.
Tabel 42
Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar IPA
Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05
Semester 1/2013-2014
No Tingkat
Motivasi
Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2
f % f % f %
1. Tinggi 6 24 17 68 22 88
2. Sedang 12 48 7 28 3 12
3. Rendah 9 36 1 4 0 0
Berdasarkan Tabel 42 terlihat bahwa tingkat motivasi belajar IPA siswa
kelas 5 mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus 1, terbukti dari persentase
siswa yang memiliki motivasi tinggi dari pra-siklus yang hanya sebanyak 24%
naik sebanyak 44% ke siklus 1 menjadi 68%. Kemudian dari siklus 1 ke siklus 2
naik sebanyak 20% menjadi 88%.
Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja yaitu sebanyak 80% siswa
harus memiliki motivasi tinggi, maka hasil yang diperoleh pada akhir siklus 2
sudah memenuhi dari indikator kinerja yang telah ditetapkan. Selain itu pada akhir
siklus, sudah tidak ada siswa yang berada pada tingkat motivasi belajar IPA
rendah setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model action
learning.
-
78
Kondisi meningkatnya motivasi belajar IPA siswa dari pra-siklus ke siklus
1 dan siklus 2 tergambar dalam grafik peningkatan tingkat motivasi belajar IPA
pada Gambar 5 sebagai berikut.
Gambar 5. Grafik perbandingan proporsi tingkat motivasi belajar IPA
pra-siklus dan antar siklus siswa kelas 5 SDN Tegalrejo 05
4.3 Pembahasan
Berdasarkan analisis data, kegiatan pembelajaran IPA yang berlangsung
selama dua siklus di kelas 5 SDN Tegalrejo 05 dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA setelah
diterapkan model pembelajaran action learning.
Hasil belajar IPA siswa dengan nilai rerata 61,12 pada kondisi pra-siklus,
setelah dilakukan pembelajaran dengan action learning pada siklus 1, mengalami
peningkatan rerata menjadi 73,8 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 40.
Walaupun masih terdapat nilai di bawah KKM, pembelajaran pada siklus 1 dapat
dikatakan telah berhasil karena indikator keberhasilan telah tercapai yaitu proporsi
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2
Motivasi Tinggi Motivasi Sedang Motivasi Rendah
%
-
79
jumlah siswa yang dapat mencapai KKM adalah 80% dari keseluruhan siswa yang
berjumlah 25 anak. Keberhasilan pencapaian indikator kinerja hasil belajar pada
siklus 1 dipengaruhi oleh adanya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model action learning yang bervariasi, menyenangkan dan memungkinkan siswa
mengalami pembelajaran yang nyata. Dengan pembelajaran yang demikian, mulai
tumbuh motivasi, partisipasi dan keaktifan siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan antusias dan sungguh-sungguh, sehingga ketika dilakukan
tes formatif pada akhir siklus 1 didapatkan hasil sebanyak 80% siswa sudah
mencapai ketuntasan.
Dalam pembelajaran Siklus 1 walaupun indikator kinerja telah tercapai
pada akhir siklus 1, tetapi masih ada 20% siswa yang belum dapat mencapai
ketuntasan. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum dapat
menyesuaikan diri dengan model pembelajaran yang action learning, sehingga
siswa-siswa tadi belum begitu antusias dalam kegiatan pembelajaran, belum
berani mengungapkan pendapat dan belum sepenuhnya aktif dalam diskusi
kelompok yang berlangsung. Kebanyakan siswa yang belum dapat mencapai
ketuntasan ini, apabila dilihat dari latar belakang prestasinya termasuk siswa-
siswa yang menempati rangking bawah di kelas.
Kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam siklus 1 kemudian dilakukan
perbaikan dalam pembelajaran siklus 2. Siswa yang tadinya belum antusias
mengikuti pembelajaran sekarang lebih antusias dan aktif dalam bertanya jawab,
berdiskusi kelompok, bahkan memperhatikan ketika perwakilan kelompok lain
sedang membacakan hasil kerja kelompoknya. Selain itu siswa tidak lagi bergurau
ketika diminta melakukan pengamatan di luar kelas.
Dilihat dari hasil belajar pada akhir siklus 2, indikator kinerja kembali
tercapai dengan peningkatan yang cukup baik ditandai dengan terjadinya
peningkatan proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan yaitu sudah
mencapai 96% atau sebanyak 24 orang dari 25 siswa. Selain itu pada siklus 2
rerata kelas naik menjadi 80,6 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60.
-
80
Adanya peningkatan proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari
siklus 1 ke siklus 2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
meningkatnya antusiasme dan motivasi belajar IPA siswa karena mengalami
pembelajaran action learning yang menyenangkan, menantang dan nyata.
Pembelajaran pada siklus 2 yang lebih baik dibanding siklus 1 menyebabkan
siswa juga mengalami peningkatan aktivitas. Terlihat dari beberapa siswa yang
awalnya pasif mulai berani untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan
mengungkapkan pendapatnya. Peningkatan-peningkatan inilah yang kemudian
menyebabkan tingkat motivasi belajar maupun hasil belajar siswa juga ikut
meningkat.
Adanya satu siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan pada akhir
siklus 2, setelah dianalisis dalam refleksi bersama guru kelas lebih lanjut ternyata
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, dari 6 kali pertemuan dalam 2 siklus
yang berlangsung, siswa tersebut tercatat satu kali tidak mengikuti proses
pembelajaran di kelas (tidak masuk) tanpa alasan. Kedua, dari hasil observasi
yang telah dilakukan sepanjang kegiatan pembelajaran yang berlangsung,
memang siswa tersebut seringkali tidak memperhatikan penjelasan dan hanya
pasif dalam diskusi kelompok sehingga hasil yang diperolehnya belum maksimal.
Ketiga, dari pendapat beberapa teman sekelas siswa tersebut memang agak sulit
untuk bersosialisasi dengan teman lain dan prestasi belajarnya di kelas juga tidak
terlalu baik.
Dilihat dari hasil observasi selama proses pembelajaran, keaktifan siswa
sudah cukup besar. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti langkah-langkah
pembelajaran dengan penggunaan model action learning. Model pembelajaran ini
mampu memberikan pembelajaran yang menarik tidak hanya terpusat pada guru
melainkan berpusat pada siswa dengan lingkungan sekitarnya berfungsi sebagai
sumber belajar yang baik dan mampu memberikan hal-hal yang positif kepada
siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar IPA.
Dilihat dari tingkat motivasi belajar siswa pra-siklus ke siklus 1, juga
mengalami peningkatan. Terbukti pada pra-siklus, ketika dilakukan pengukuran
tingkat motivasi belajar IPA siswa, hanya sebanyak 24% siswa saja yang memiliki
-
81
tingkat motivasi belajar yang tinggi dan masih ada sebanyak 36% siswa yang
motivasi belajarnya rendah. Sedangkan pada siklus 1 setelah diterapkan model
pembelajaran action learning, terdapat sebanyak 68% siswa yang memiliki tingkat
motivasi belajar tinggi dan hanya 4% siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah.
Keberhasilan meningkatnya proporsi jumlah siswa yang memiliki tingkat
motivasi belajar IPA tinggi pada siklus 1 dipengaruhi oleh pembelajaran action
learning yang mampu memberi kontribusi positif dalam diri siswa untuk lebih
aktif dan antusias dalam mengikuti jalannya proses pembelajaran. Pembelajaran
dengan model baru yang menyenangkan mampu meningkatkan motivasi belajar
IPA siswa yang awalnya rendah sampai sedang menjadi tinggi.
Pada siklus 2, setelah kembali diterapkan model action learning dalam
kegiatan pembelajaran, antusiasme dan keaktifan siswa lebih meningkat dibanding
siklus 1. Terbukti dari proporsi jumlah siswa yang memiliki tingkat motivasi
belajar tinggi pada siklus 2 sebanyak 88% dan sudah tidak ada siswa yang
memiliki tingkat motivasi belajar rendah. Hal ini menunjukkan bahwa model
action learning yang diterapkan dengan benar sesuai langkah-langkah yang ada
mampu meningkatkan motivasi belajar IPA pada siswa kelas 5 yang awalnya
kurang antusias pada mata pelajaran IPA.
Setelah membandingkan dengan teori-teori model pembelajaran action
learning, didapatkan hasil yang sepaham dalam penelitian ini. Melalui kegiatan
pembelajaran yang dirancang sesuai dengan langkah-langkah action learning yang
menekankan kepada pembelajaran berbuat yang nyata dan menyenangkan,
terbukti mampu meningkatkan hasil belajar maupun motivasi belajar IPA siswa.
Teori Michael J. Marquadt yang menyatakan bahwa “belajar dengan
bertindak apabila dilaksanakan secara sistematis, dapat secara efektif dan efisien
memecahkan masalah dengan strategi inovatif dan mempertahankan,
mengembangkan tim yang terus meningkatkan kemampuan mereka…” sejalan
dengan hasil penelitian yaitu meningkatnya hasil belajar dan motivasi belajar IPA
siswa diiringi dengan peningkatan kerjasama dan interaksi antar siswa untuk
-
82
memecahkan masalah (action) sehingga pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan.
Teori Revans yang menyatakan bahwa “action learning mengajarkan
suatu konsep atau pengetahuan yang kemudian dihubungkan dengan tindakan dan
pengalaman langsung, sehingga dapat membantu proses pembelajaran menjadi
lebih nyata…” juga sejalan dengan hasil penelitian. Terlihat dari kegiatan
pembelajaran yang berlangsung selama dua siklus dengan pembelajaran berbuat
yang nyata, siswa dapat lebih memahami pengetahuan yang diajarkan oleh guru.
Kondisi yang demikian kemudian secara bertahap menyebabkan motivasi belajar
IPA siswa meningkat dan kemudian mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa
sehingga dapat meningkat pula.
Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh David Kristian Setiaji pada tahun 2012 dengan judul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar IPS Melalui Action Learning bagi siswa Kelas IV SD Negeri 2
Pajerukan Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Semester II tahun Ajaran
2011/ 2012”. Hasil penelitian milik David memaparkan pula bahwa melalui model
action learning, hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Peningkatan ini
ditunjukkan dengan proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari pra-
siklus sebesar 45% meningkat pada siklus 1 menjadi 65% dan pada siklus 2
menjadi 100%.