bab iv hasil penelitian dan pembahasan...
TRANSCRIPT
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pamona Utara yang terletak di
Jalan Jenderal Sudirman no 21 Tentena, Kecamatan Pamona Puselemba,
Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII A1 yang terdiri dari 21 siswa dan kelas VIII A2 yang terdiri dari 21
siswa. Kelas VIII A1 terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan, untuk
kelas VIII A2 terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kelas VIII A1
sebagai kelas kontrol dimana pembelajaran berlangsung dengan metode
konvensional, sedangkan kelas VIII A2 sebagai kelas eksperimen yaitu kelas
yang diberi perlakuan dengan metode PBL.
B. Deskripsi Data Awal
Penelitian yang dilakukan pada bulan Januari 2014, yang dimulai dengan
memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui kondisi awal kedua kelas.
Perhitungan untuk mengetahui uji independen t test dan uji prasayarat (uji
normalitas dan uji homogenitas) dilakukan dengan menggunakan bantuan
SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0.
Deskripsi hasil belajar matematika digunakan untuk melihat hasil belajar
sehingga diperoleh gambaran mengenai keadaan kedua kelas. Adapun siswa di
kelas kontrol berjumlah 21 siswa dan kelas eksperimen berjumlah 21 siswa.
Hasil analisis deskripsi data tes awal dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18
Deskripsi Data Tes Awal
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
prestest Kontrol 21 71,43 10,188 2,223
Ekperimen 21 74,70 11,605 2,532
Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa hasil rata-rata kedua kelas adalah
71,43 pada kelas kontrol dan pada kelas eksperimen sebesar 74,70. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki rata-rata yang sama
sehingga kemampuan kedua kelas sama.
37
1. Uji Normalitas
Cara untuk mengetahui apakah hasil pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji
normalitas. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05.
Uji ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. hasil pengujiannya dapat dilihat
pada Tabel 19.
Tabel 19
Nomalitas Data Tes Awal
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat hasil uji Shapiro-Wilk bahwa nilai
signifikansi dari kelas eksperimen sebesar 0,810 dan nilai signifikansi
kelas kontrol sebesar 0,173. Nilai signifikan kelas kontrol dan kelas
eksperimen > 0,05. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa sampel yang diteliti berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi
yang sama. Uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan kriteria nilai
signifikansi > 0.05 , Rincian hasilnya disajikan dalam Tabel 20.
Tabel 20
Hasil Analisis Uji Homogenitas Skor Data Tes Awal
Pada Tabel 20, dapat dilihat bahawa uji homogenitas varians,
diperoleh nilai probabilitas 0,968 > 0,05 sehingga varians data
dinyatakan homogen.
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Pretest_Kelas_Kontrol VIII A1 0,935 21 0,173
Pretest_Kelas_Eksperimen VIII A2 0,974 21 0,810
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,002 1 40 0,968
38
3. Uji Banding Dua Sampel
Analisis uji banding dua sampel dilakukan untuk mengetahui apakah
ada perbedaan nilai atau hasil belajar pada kedua kelas. Data dari kedua
kelas dikatakan memiliki rataan yang sama jika nilai signifikan > 0,05,
sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda
jika nilai signifikan < 0,05. Hasil olah data uji banding dua sampel dapat
dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21
Hasil Analisis Uji t Data Tes Awal
Prestest
Equal variances assumed
Equal variances
not assumed
Levene's Test for Equality of Variances
F 0,068
Sig. 0,795
t-test for Equality of Means
T -0,972 -0,972
Df 40 39,340
Sig. (2-tailed)
0,337 0,337
Mean Difference
-3,274 -3,274
Std. Error Difference
3,370 3,370
95% Confidence Interval of the Difference
Lower -10,084 -10,088
Upper 3,537 3,540
Berdasarkan Tabel 21 skor koefisien t sebesar -0,972 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,337 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,337 >
0,05). Berdasarkan pada nilai signifikansi/probabilitas yaitu jika
signifikansi > 0,05, dapat disimpulkan bahwa rataan kedua kelas adalah
sama, maka kedua kelas mempunyai kondisi yang sama. Oleh karena itu
kelas kontrol diberi perlakuan secara konvensional dan kelas eksperimen
diberi perlakuan dengan metode PBL.
39
C. Analisis Data
a. Hasil Belajar Matematika (Posttest)
Variabel penelitian ini adalah pembelajaran matematika yang
menggunakan metode PBL dengan memanfaatkan hasil belajar
Matematika. Subjek penelitian terdiri dari kelas kontrol sebagai
pembanding, dan kelas eksperimen yang menggunakan metode PBL.
Hasil penelitian ini memperlihatkan skor hasil belajar atau posttest dari
kelas kontrol dan kelas eksperimen yang didistribusikan sesuai dengan
interval perolehan skor minimum ke skor maksimum dengan Tabel 22
sebagai berikut :
Hasil posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
didefinisikan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 16.0 yang dapat dilihat pada Tabel 23 sebagai
berikut :
Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa kelas eksperimen berjumlah 21
siswa. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah adalah 100 dan nilai
terendah adalah 60. Rata-rata kelas adalah 79,29 dan standar deviasinya
9,451. Kelas kontrol berjumlah 21 siswa, dengan nilai tertinggi 93 dan
nilai terendah 60. Rata-rata kelas kontrol adalah 76,00 dan standar
Tabel 22
Skor Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Eksperimen
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Posttest Kelas Eksperimen & Kontrol
42 53 100 75,52 12,250
42 1 2 1,50 0,506
Valid N (listwise) 42
Tabel 23
Deskripsi Data Tes Akhir
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest Kontrol 21 76,00 10,271 2,241
Eksperimen 21 79,29 9,451 2,062
40
deviasinya 10,271. Hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen kemudian
dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-batas sebagai berikut :
Batas 1 = Mean + 0,5𝑆𝐷 = 75,52 + 0,5 x 12,250
= 81,645 dibulatkan menjadi 82 Batas 2 = Mean - 0,5𝑆𝐷 = 75,52 - 0,5 x 12,250
= 69,395 dibulatkan menjadi 69
Pengukuran hasil belajar matematika berdasarkan kategori menurut
Sudijono (2012) terlihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Distribusi Data Tes Akhir
Interval Hasil Belajar Kelas
Kontrol Eksperimen
83 < 𝑥 ≤ 100 Tinggi 4 7
19% 33%
70 < 𝑥 ≤ 82 Sedang 7 9
33% 43%
57 ≤ 𝑥 ≤ 69 Rendah 10 5
48% 24%
Berdasarkan Tabel 24 rata-rata kelas eksperimen memiliki hasil
belajar sedang, dengan jumlah 9 siswa dari 21 siswa atau 43%. Hasil
belajar dengan kategori tinggi untuk kelas eksperimen 7 siswa dengan
persentase 33% dan 5 siswa hasil belajarnya rendah dengan persentase
24%. Hasil belajar untuk kelas kontrol sebagian besar rendah, yaitu
sebanyak 10 siswa dengan persentase 48%. Siswa yang memiliki hasil
belajar sedang sebanyak 7 siswa dengan persentase 33% dan 4 siswa
untuk hasil belajar tinggi dengan persentase 19%.
1. Uji Normalitas
Cara untuk mengetahui apakah hasil pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji
normalitas. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan >
0,05. Uji ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. hasil pengujiannya dapat
dilihat pada Tabel 25.
41
Tabel 25
Normalitas Data Tes Akhir
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Posttest_Kelas_Kontrol VIII A1 0,942 21 0,244
Postest_Kelas_Eksperimen VIII A2 0,944 21 0,266
Berdasarkan Tabel 25 nilai signifikan kelas kontrol 0,244 dan kelas
eksperimen 0,266. Nilai signifikasi kedua kelas > 0,05. Hal ini
berarti populasi berasal dari distribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data setara atau
tidak. Uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan kriteria nilai
signifikansi > 0,05 yang artinya data berasal dari populasi yang
mempunyai varian yang sama atau homogen. Rincian hasil dapat
dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26
Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,019 1 40 0,892
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa berdasarkan uji Levene
didapatkan nilai signifikansi 0,892 > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa data skor hasil belajar berasal dari populasi yang mempunyai
varian yang sama atau homogen.
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas yang telah dilakukan
terbukti bahwa data skor hasil belajar sebagai data yang terdistribusi
normal dan homogen. Oleh karena itu untuk melihat perbedaan rata-
rata skor hasil belajar dapat menggunakan uji t independet sample
test.
3. Uji Banding dua sampel
Analisis uji banding dua sampel dilakukan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan nilai atau hasil belajar pada kedua kelas. Data
dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang sama jika nilai
signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki
rataan yang berbeda jika nilai signifikan < 0,05. Hasil olah data uji
banding dua sampel dapat dilihat pada Tabel 27.
42
Tabel 27
Hasil Analisis Uji t Tes Akhir
posttest
Equal variances assumed
Equal variances
not assumed
Levene's Test for Equality of Variances
F 0,019
Sig. 0,892
t-test for Equality of Means
T -2,097 -2,097
df 40 39.984
Sig. (2-tailed)
0,042 0,042
Mean Difference
-7,619 -7,619
Std. Error Difference
3,633 3,633
95% Confidence Interval of the Difference
Lower -14,961 -14,961
Upper -0,277 -0,277
Berdasarkan Tabel 27 skor koefisien t sebesar -2,097 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,042 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,042 <
0,05). Pegujian Hipotesis 1, dapat dilakukan berdasarkan nilai
signifikansi yaitu jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.
Hasil uji independent samples t test Equal variances assumed
tersebut, maka H1 diterima yang berarti bahwa ada pengaruh metode
PBL terhadap hasil belajar kelas VIII SMP Negeri 1 Pamona Utara.
b. Analisis Motivasi Belajar Matematika
Hasil motivasi belajar matematika siswa dikategorikan menjadi tiga
bagian, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Menurut Sudijono (2009), jika
data dikategorikan menjadi tiga bagian, maka batas interval
ditentukan dengan cara 𝑚𝑒𝑎𝑛 + 0,5𝑆𝐷 dan 𝑚𝑒𝑎𝑛 − 0,5𝑆𝐷. Hasil
penelitian ini memperlihatkan skor motivasi belajar dari kelas kontrol dan
kelas eksperimen yang didistribusikan sesuai dengan interval perolehan
skor minimum ke skor maksimum dengan Tabel 28 sebagai berikut :
43
Tabel 28
Skor Motivasi Belajar Kelas Kontrol dan Eksperimen
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Motivasi Belajar Kelas Eksperimen & Kontrol
42 54 93 70,48 8,379
42 1 2 1,50 0,506
Valid N (listwise) 42
Berdasarkan data motivasi belajar dari kelas kontrol dan kelas
eksperimen diperoleh statistik deskriptif seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 29.
B
Berdasarkan Tabel 29 dapat terlihat bahwa dari 21 siswa pada kelas
eksperimen mempunyai skor maksimal 93, skor minimal 65, standar
deviasi 6,713 dan rata-rata skor 73,52. Sedangkan pada kelas kontrol
yang berjumlah 21 siswa mempunyai skor maksimal 91, skor minimal 54,
standar deviasi 8,908 dan rata-rata 67,43. Hasil belajar kelas kontrol dan
eksperimen kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-
batas sebagai berikut :
Batas 1 = Mean + 0,5𝑆𝐷
= 70,48 + 0,5 X 8,379
= 74,6695 dibulatkan menjadi 75
Batas 2 = Mean - 0,5𝑆𝐷
= 70,48 - 0,5 x 8,379
= 66,2905 dibulatkan menjadi 66
Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel motivasi belajar
berdasarkan kategori menurut Sudijono (2012) terlihat pada Tabel 30.
Tabel 29
Deskripsi Motivasi Belajar Kondisi Akhir
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Motivasi Kontrol 21 67,43 8,908 1,944
Eksperimen 21 73,52 6,713 1,465
44
Tabel 30
Distribusi Motivasi Belajar
Interval Motivasi Belajar
Kelas
Kontrol Eksperimen
76 < 𝑥 ≤ 93 Tinggi 3 8
14,28% 38,09%
67 < 𝑥 ≤ 75 Sedang 7 11
33,33% 52,38%
54 ≤ 𝑥 ≤ 66 Rendah 11 2
52,38% 9,52%
Berdasarkan Tabel 30 rata-rata kelas kontrol memiliki hasil motivasi
rendah, dengan jumlah 11 siswa dari 21 siswa atau 52,38%, 7 siswa atau
33,33% mempunyai motivasi belajar matematika sedang, dan 3 siswa
atau 14,28% memiliki motivasi belajar matematika tinggi. Kelas
eksperimen sebagian besar siswa memiliki motivasi belajar matematika
tinggi yakni 11 siswa atau sebesar 52,38%, 8 siswa atau 38,09%
mempunyai motivasi belajar tinggi sementara sisanya 2 siswa atau 9,52%
memiliki motivasi belajar matematika rendah.
1. Uji Normalitas
Cara untuk mengetahui apakah hasil motivasi belajar matematika
dan kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan
uji normalitas. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan
> 0,05. Uji ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil pengujian
normalitas motivasi belajar matematika dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31
Normalitas Motivasi Belajar
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Motivasi_Kelas_Kontrol VIII A1 0,953 21 0,395
Motivasi_Kelas_Eksperimen VIII A2 0,897 21 0,031
Berdasarkan Tabel 31 terlihat nilai signifikan pada kolom Shapiro-
Wilk 0,031 untuk kelas eksperimen dan 0,395 untuk kelas kontrol,
Signifikan kelas eksperimen < 0,05, untuk kelas kontrol variabel
berdistribusi normal.
45
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data setara atau
tidak. Uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan kriteria nilai
signifikansi > 0,05 yang artinya data berasal dari populasi yang
mempunyai varian yang sama atau homogen. Rincian hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32
Hasil Uji Homogenitas Motivasi Belajar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,060 1 40 0,309
Berdasarkan Tabel 32 dapat dilihat bahwa berdasarkan uji Levene
didapatkan nilai signifikansi 0,309 > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa data skor hasil belajar berasal dari populasi yang mempunyai
varian yang sama atau homogen.
3. Uji Banding dua sampel
Uji analisis menggunakan statistik non parametrik karena data tidak
normal. Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan sama jika
nilai signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan
memiliki rataan yang berbeda jika nilai signifikan < 0,05. Hasil analisis
dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33
Uji Banding Dua Sampel Motivasi Belajar
Nilai
Mann-Whitney U 118,500
Wilcoxon W 349,500
Z -2,569
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,010
a. Grouping Variable: kelas
46
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pamona
Utara Sulawesi Tengah menunjukan adanya hasil belajar matematika siswa
kelas VIII A1 sebagian besar rendah, yaitu sebanyak 10 siswa dengan
persentase 48%. Siswa yang memiliki hasil belajar sedang sebanyak 7 siswa
dengan persentase 33% dan 4 siswa untuk hasil belajar tinggi dengan
persentase 19%. Sebagaian besar hasil belajar matematika siswa kelas VIII A2
memiliki hasil belajar sedang, yaitu sebanyak 9 siswa dari 21 siswa atau 43%,
hasil belajar dengan kategori tinggi sebanyak 7 siswa dengan persentase 33%
dan 5 siswa hasil belajarnya rendah dengan persentase 24%. Dari 21 siswa dari
kelas VIII A1, 14 siswa atau 67% telah mencapai tingkat ketuntasan 7 siswa
atau 33% belum mencapai tingkat ketuntasan, sedangkan pada kelas VIII A2
dari 21 siswa, 20 siswa atau 95% telah mencapai tingkat ketuntasan dan 1
siswa atau 5% belum mencapai tingkat ketuntasan.
Hasil analisis data motivasi belajar matematika, dapat dilihat bahwa
motivasi belajar matematika siswa rata-rata kelas VIII A1 memiliki hasil
motivasi rendah 11 siswa atau 52,38%, 7 siswa atau 33,33% mempunyai
motivasi belajar matematika sedang, dan 3 siswa atau 14,28% memiliki
motivasi belajar matematika tinggi. Hasil ini berbeda dengan kelas VIII A2
dimana sebagian besar siswa memiliki motivasi belajar matematika tinggi
yakni 11 siswa atau sebesar 52,38%, 8 siswa atau 38,09% mempunyai motivasi
belajar tinggi sementara sisanya 2 siswa atau 9,52% memiliki motivasi belajar
matematika rendah.
Hasil belajar di kelas VIII A2 lebih baik, disebabkan penggunaan metode
PBL. Proses pembelajaran yang otentik, dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri, keterampilan dan
percaya diri menjadikan siswa mampu memperoleh gambaran secara
menyeluruh tentang materi yang saling berkaitan sehingga dapat memahami
konsep materi yang diajarkan. Setiap siswa aktif berdiskusi dalam
kelompoknya masing-masing, karena presentasi ditunjuk secara acak oleh
guru. Siswa lebih berani berbicara di depan kelas karena dituntut untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Hal tersebut bagus untuk siswa
karena siswa berani mengungkapkan pendapatnya sehingga tidak hanya diam
saat tidak paham tentang materi yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran
dengan metode pembelajaran PBL mempermudah siswa untuk memahami
masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melakukan pengecekan
kembali akan hasil jawaban saat presentasi, sehingga siswa diharapkan lebih
terbiasa berpikir teratur, terarah, utuh, dan sistematik. Hal ini sependapat
47
dengan teori Arend (Trianto, 2009) yang mengemukakan bahwa salah satu
kelebihan metode PBL adalah meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.
Berdasarkan observasi diketahui bahwa metode PBL mampu membuat
siswa belajar mandiri ketika diberi latihan soal pada materi lingkaran. Hal ini
didukung oleh Anonim (2008) yaitu melalui metode PBL, siswa memiliki
keterlibatan penuh dalam proses belajar mengajar dimana guru hanya sebagai
fasilitator yang mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada siswa. Siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Pamona Utara Sulawesi Tengah juga mengalami
kesulitan ketika belajar tentang konsep materi lingkaran yang dikaitkan
dengan kehidupan nyata sehingga menyebabkan motivasi belajar yang
rendah. Menurut Saryantono (2013) PBL dapat mengatasi kesulitan siswa
dalam belajar dengan menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks
belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan
memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Metode PBL juga
mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam penyelesaikan soal. PBL juga
mampu meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditandai dengan PBL
menjadi metode pembelajaran yang cukup bagus bagi siswa dalam memahami
materi pelajaran (Wijayanto 2009). Hal ini ditandai dengan kualitas proses
pembelajaran oleh siswa dan kualitas kinerja guru (Rahmayanti, 2012).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka diketahui temuan-
temuan dalam penelitian ini yaitu adanya perbedaan nilai rata-rata kelas yang
tidak diberi perlakuan dan yang diberi perlakuan yaitu sebesar 6,09. Kelas
kontrol dikategorikan rendah karena kemampuan guru dalam menerapkan
metode pembelajaran belum maksimal dan belum sesuai dengan kebutuhan
siswa sehingga menyebabkan siswa malas belajar. Kelas eksperimen
dikategorikan tinggi karena melalui metode PBL siswa mampu mengerjakan
permasalahan melalui pengetahuan mereka sendiri, menantang siswa untuk
berpikir serta memiliki kepercayaan diri dalam melakukan diskusi secara
berkelompok. Motivasi belajar dan metode PBL juga memiliki pengaruh
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pamona Utara Sulawesi
Tengah pada materi lingkaran. Pembelajaran dengan metode PBL membantu
siswa dalam mentransfer ilmu pengetahuan yang siswa miliki kedalam
kehidupan sehari-hari dan konsep yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan
siswa. Penggunaan PBL di kelas dapat memupuk kemampuan siswa dalam
menyelesaikan latihan soal bersama siswa lainnya, meningkatkan aktivitas
kegiatan belajar mengajar di kelas, mengembangkan kemampuan siswa untuk
48
berpikir kritis, realistik dengan kehidupan siswa dan membantu siswa dalam
mengembangkan pengetahuan yang baru.
Proses belajar mengajar dengan metode PBL mengakibatkan siswa
memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, siswa menjadi lebih
berani dalam bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, siswa menjadi
lebih bersemangat dalam belajar matematika, siswa selalu aktif dalam belajar
di kelas serta siswa menjadi lebih senang belajar kembali tentang apa yang
telah dipelajari sebelumnya. Timbulnya motivasi belajar pada siswa kelas VIII
dikarenakan adanya dorongan dan keinginan untuk berhasil dalam belajar
matematika. Motivasi yang dirasakan oleh siswa dipengaruhi oleh metode PBL
karena metode ini baru pertama kali diaplikasikan di kelas VIII, SMP Negeri 1
Pamona Utara Sulawesi Tengah.