bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. deskripsi …repository.unj.ac.id/2266/9/bab 4.pdfkasie...
TRANSCRIPT
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil Kelurahan Mampang Prapatan
Kelurahan Mampang Prapatan merupakan salah satu bagian
wilayah Kecamatan Mampang Prapatan. Kelurahan Mampang
Prapatan terbagi atas tujuh RW dan 69 RT dengan batas wilayah
sebagai berikut:
a. Utara : Jl. Kapten P. Tendean/ Jl. Gatoto Subroto
b. Selatan : Jl. Mampang Prapatan IV/Jl. Mampang Prapatan V
c. Barat : Kali Mampang
d. Timur : Kali Cideng
GAMBAR 5. 1
Peta Wilayah Kelurahan Mampang Prapatan
(Sumber: Dokumentasi peneliti dari Laporan Tahunan
Kelurahan Mampang Prapatan )
2. Profil RPTRA RAMLI
RPTRA RAMLI dibangun diatas tanah milik Pemda DKI
Jakarta dengan luas 864m². Pembangunan dimulai pada tanggal 1
November 2016 dan diresmikan pada tanggal 14 Februari 2017 oleh
44
Gubernur DKI Jakarta. RPTRA RAMLI dikelola oleh enam
pengelola dimana Annisa Suryana sebagai Koordinator RPTRA dan
dibantu oleh lima bagiannya yakni Sekretaris, Bendahara, Humas,
Sarana dan Prasarana dan PKK Mart40
.
3. Sejarah Berdiri RPTRA RAMLI
Sebelum diresmikan RPTRA RAMLI pada tahun 2017, di
lokasi tersebut sudah didirikan taman yang diberi nama taman
Interaksi dibawah naungan oleh dinas pertamanan. Luasnya kurang
lebih 864m². Dengan adanya program RPTRA, maka taman Interaksi
berubah fungsi menjadi RPTRA, yang tadinya di naungi oleh Dinas
Pertamanan lalu di serahkan tanggungjawabnya kepada kelurahan.
Pembangunan dari taman menjadi RPTRA itu dimulai pada 1
November 2016 dan diresmikan pada tanggal 14 Februari 2017 oleh
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Berdasarkan hasil
musyawarah Kecamatan dan Kelurahan Mampang maka RPTRA di
wilayah Mampang diberi nama RPTRA RAMLI (Ramah
Lingkungan).41
4. Lokasi Kantor Kelurahan Mampang Prapatan
Kantor Kelurahan Mampang Prapatan berada di Jalan
Mampang Prapatan 4, Gang Lurah, RT.08 / RW.05 dengan kode
40
PKK Mart merupakan wadah untuk meningkatkan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari
masyarakat, seperti mendapatkan barang dengan harga yang murah, aman, berkualitas, sehat dan
halal. 41
Hasil wawancara dengan Key Informan Ramli, pada Senin 09 April 2018 pukul 10.43 WIB.
45
pos 12790. Kantor Kelurahan ini berada di dekat SDN 02 Pagi dan
berada di antara perumahan penduduk. Akses menuju kantor
Kelurahan dapat dilalui dengan kendaraan roda empat akan tetapi
tidak dilalui oleh kendaraan umum.
5. Lokasi RPTRA RAMLI
RPTRA RAMLI berada Jl. kapt Tendean, Gang. Jati,
Mampang Prapatan, RT.11/RW.1, Mampang Prpt., Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12790. RPTRA ini berada
di RT 11/RW 1 yang merupakan daerah padat penduduk. RPTRA
ini berada di tengah-tengah pemukiman warga. Akses untuk
menuju RPTRA ini hanya dapat dilalui dengan kendaraan bermotor
roda dua. Tak hanya di kelilingi oleh rumah-rumah warga,
lokasinya pun berdekatan dengan pasar Mampang, hotel Kaisar,
kantor pos Indonesia dan perkantoran lainnya.
6. Visi RPTRA RAMLI
RPTRA RAMLI memiliki visi, yaitu:
“Meningkatkan kesejahterahan masyarakat Kelurahan
Mampang Prapatan melalui pemberdayaan masyarakat
dibidang pendidikan, kesehatan dan keterampilan demi
tercapainya suasana yang ramah lingkungan”.42
7. Misi RPTRA RAMLI
RPTRA RAMLI juga memiliki misi yang terdiri dari:43
a) Mengembangkan pengetahuan sumber daya manusia
42
Marliana Dewi, Laporan Bulanan RPTRA RAMLI FEBRUARI 2018, hlm 7. 43
Ibid.
46
b) Meningkatkan peran masyarakat dalam hidup bersih dan
sehat dalam pencegahan penyakit
c) Meningkatan perekonomian masyarakat dalam
keterampilan yang memanfaatkan sumber daya yang ada
8. Sarana dan Prasarana RPTRA RAMLI
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh RPTRA RAMLI
sudah cukup memadai sebagai standar yang ditetapkan. Sehingga
peserta didik dan guru-guru dapat menggunakan fasilitas tersebut
dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.
Sarana dan prasarana yang ada di RPTRA RAMLI cukup
banyak. Peneliti mencatat beberapa sarana dan prasarana di
RPTRA tersebut, yaitu: ruang pengelola, ruang laktasi, PKK mart,
gudang, kamar mandi wanita, kamar mandi pria, kamar mandi
disabilitas, aula, perpustakaan, lapangan bulu tangkis, ayunan,
prosotan, baru terapi, tenis meja, computer, CCTV dan hidroponik.
9. Struktur Organisasi Kelurahan Mampang Prapatan
Struktur organisasi Kelurahan Mampang Prapatan terdiri
dari Lurah, Sekretaris Kelurahan, Kasie Pemerintahan,
Ketentraman, dan Ketertiban, Kasie Pemberdayaan Ekonomi dan
Kesejahterahan Rakyat dan Kasie Prasarana, sarana dan
Kebersihan Lingkungan Hidup. Struktur organisasi Kelurahan
Mampang Prapatan sebagai berikut:
a. Lurah dijabat oleh Ramli, S.Sos
b. Sekretaris Kelurahan dijabat oleh Sulastri, SKM., MAP
47
c. Kasie Pemerintahan, Ketentraman, dan Ketertiban dijabat oleh
Saefudin
d. Kasie Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahterahan Rakyat
dijabat oleh Sri Laela
e. Kasie Prasarana, sarana dan Kebersihan Lingkungan Hidup
dijabat oleh Andry Prabowo
Lurah sebagai pimpinan kelurahan memimpin koordinasi
dengan Kepala Puskesmas, Kasatlak PTSP, Kasatpel DUKCAPIL
dan Kasatgas Pol. PP.
GAMBAR 5. 2
Struktur Organisasi Kelurahan Mampang Prapatan
(Sumber: Dokumentasi peneliti)
10. Struktur Organisasi RPTRA RAMLI
RPTRA Ramli dikelola oleh enam pengelola dan satu
pembina. Dalam mengelola RPTRA Ramli dipimpin oleh seorang
koordinator dan dibantu oleh lima bagian dalam menjalankan
tugasnya. Bagian yang ada didalam kepengurusan RPTRA yakni
48
sekretaris, bendahara, Humas, Sarana Prasarana dan PKK Mart.
Koordinator dijabat oleh Annisa Suryana, Sekretaris dijabat oleh
Dewi M, Bendahara dijabat oleh Melati, Humas dijabat oleh
Hamdi, Sarana Prasarana dijabat oleh Munawaroh dan PKK Mart
dijabat oleh Bayu S serta pembina dijabat oleh Ramli S.Sos.
GAMBAR 5. 3
Struktur Organisasi RPTRA RAMLI
(Sumber: Dokumentasi peneliti dari Laporan Bulan Februari RPTRA
RAMLI)
B. Deskripsi Responden
Responden penelitian implementasi kebijakan ruang publik terpadu
ramah anak (RPTRA) merupakan orang-orang yang mengetahui dan
memahami serta ahli dalam bidang kebijakan publik. Secara umum
responden dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu pengurus
kelurahan, pengelola RPTRA dan ahli yakni sebagai berikut.
a. Pengurus tingkat kelurahan
Pengurus kelurahan yang menjadi responden
adalah mereka yang termasuk dalam pengurus RPTRA
49
berdasarkan Pergub DKI Jakarta Nomor 196 tahun 2015,
Penyuluh Keluarga Berencana (KB), Anggota PKK dan
salah satu pengelola RPTRA. Pengurus kelurahan yang
menjadi responden yakni Lurah Mampang Prapatan,
Sekretaris Kelurahan Mampang Prapatan, Kasie
Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahterahan Rakyat,
Penyuluh KB, anggota PKK dan anggota pengelola
RPTRA. Lurah Mampang Prapatan berdasarkan Pergub
DKI Jakarta Nomor 123 tahun 2017 menjabat sebagai ketua
pengurus RPTRA tingkat kelurahan. Lurah Mampang
mengerti dan memahami serta melaksanakan penerapan
RPTRA. Lurah Mampang Prapatan dijabat oleh Ramli,
S.Sos sebagai key informan telah memberikan informasi
mengenai implementasi RPTRA secara menyeluruh.
Informasi yang diberikan berupa asal-usul terbentuknya
RPTRA hingga berjalan saat ini.
Sekretaris Kelurahan Mampang Prapatan, Kasie
Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahterahan Rakyat,
Penyuluh KB, anggota TP PKK kelurahan merupakan
pengurus RPTRA tingkat kelurahan. Mereka memahami,
mengerti dan menjalankan RPTRA. Mereka menjadi
informan dalam penelitian ini. Berdasarkan Pergub DKI
Jakarta Nomor 196 tahun 2015 Sekretaris Kelurahan
50
menjabat sebagai ketua harian, Kasie Pemberdayaan
Ekonomi dan Kesejahterahan Rakyat menjabat sebagai
wakil ketua harian, Penyuluh KB menjabat sebagai
sekretaris dan TP PKK kelurahan menjabat sebagai salah
satu anggota pengurus RPTRA tingkat kelurahan.
b. Pengelola RPTRA
Dalam penelitian ini pengelola RPTRA yang
menjadi informan. Pengelola merupakan pegawai kontrak
Pemda DKI Jakarta yang telah melalui proses seleksi.
Pengelola yang menjadi informan yakni Kasie Sarana dan
prasarana karena pada saat penelitian beliaulah yang ada di
lokasi.
c. Expert opinion
Setelah mendapatkan informasi dari informan dan
key informan selanjutnya melakukan wawancara dengan
expert opinion. Expert opinion dalam penelitian ini adalah
Raharjo, S.Pd., M.Si. Beliau merupakan salah satu dosen di
Prodi PPKN Universitas Negeri Jakarta. Beliau merupakan
lulusan S1 PPKN Universitas Negeri Jakarta dan S2 UI Ilmu
Administrasi Kebijakan Publik.
51
C. Temuan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
dengan mewawancarai responden maupun melihat dari dokumen-dokumen
mengenai RPTRA, peneliti menemukan hal-hal sebagai berikut.
1. Implementasi kebijakan RPTRA di Kelurahan Mampang Prapatan
Peneliti untuk melihat implementasi kebijakan RPTRA di
Kelurahan Mampang merujuk pada pendapat menurut Grindle, tentang
keberhasilan implementasi kebijakan publik ditentukan oleh tingkat
implementability yang terdiri atas Content of Policy dan context of
policy. Content of Policy memiliki indikator sebagai berikut (a) Interest
Affected, (b) Type of Benefits, (c) Extent of Change Envision. (d) Site of
Decision Making, (e) Program Implementer, (f) Resources Committed.
Sedangkan Context of Policy memiliki tiga indikator yakni sebagai
berikut (1) Power, Interest, and Strategy of Actor Involved, (2)
Institution and Regime Characteristic (3) Compliance and
Responsiveness. Berdasarkan pendapat Grindle, peneliti menganalisis
konten dan konteks kebijakan RPTRA.
52
Hasil temuan dan analisis mengenai implementasi RPTRA di
Kelurahan Mampang Prapatan sebagai berikut:
Tabel 4. 1
Temuan Penelitian Tentang Implementasi Kebijakan RPTRA di Kelurahan
Mampang Prapatan44
No Dimensi Teori Variabel Temuan Penelitian
1. Content of Policy
(isi kebijakan)
Interest Affected (Kepntingan-
kepentingan yang
mempengaruhi)
1. Mewujudkan Kota
Layak Anak
2. Memenuhi kebutuhan
Hak-hak anak
3. Menyediakan Ruang
terbuka resapan air tanah
Type of Benefits (Tipe
Manfaat)
1. Memenuhi
kebutuhan hak-hak
anak
2. Taman terbuka
public, penyerapan
air
3. Mempermudah
pencapaian 10
(sepuluh) program
PKK
4. Tempat interaksi
masyarakat
5. Usaha meningkatkan
pendapatan keluarga
6. Pusat informasi dan
konsultasi keluarga
Extent of Change (Derajat
perubahan yang ingin dicapai)
Tidak ada
Site of Decision Making (letak
pengambilan keputusan)
Pengambil keputusan di
Pengurus Tingkat kelurahan
Program Implementer
(Pelaksana Kebijakan)
1. Pengurus RPTRA
2. Pengelola
Resources Committed
(sumber-sumber daya yang
digunakan)
Fasilitas
Sumber daya manusia
Anggaran
2. Context of
Implementation
(Konteks
Power, Interest, and strategy of
Actor Involved (kekuasaan,
kepentingan-kepentingan, dan
1. Kekuasaan dari
gubernur, pengurus,
SKPD, pengelola
44
Hasil wawancara dengan informan dan key informan penelitian.
53
Kebijakan) strategi dari aktor yang terlibat) 2. Kepentingan dalam
mewujudkan KLA,
memenuhi hak-hak
anak
3. melalui media
Institution and Regime
Characteristic ( kharakteristik
lembaga dan rezim yang
sedang berkuasa)
Demokratis
Compliance and
Responsiveness (tingkat
kepatuhan dan adanya respon
dari pelaksana)
Sikap, perilaku yang baik
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi
Implementasi suatu kebijakan akan menemukan suatu
pendukung dan penghambat dalam penerapannya. Merujuk pada teori
George C. Edwards III tentang implementasi kebijakan peneliti
menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat sebagai berikut.
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam implementasi kebijakan RPTRA di
Kelurahan Mampang Prapatan yakni sebagai berikut:
Tabel 4. 2
Temuan Penelitian tentang Faktor Pendukung dalam Implementasi RPTRA
di Kelurahan Mampang Prapatan45
No Dimensi Teori Variabel Temuan Penelitian
1. Komunikasi Informasi Dukungan dari SKPD-SKPD terkait
RPTRA Ramli yang berada di daerah padat
penduduk
Transmisi
informasi
Menjalin komunikasi yang baik melalui media
sosial maupun bertemu langsung.
2. Sumber daya SDM Memiliki enam pengelola yang berintegritas
Fasilitas Fasilitas yang ada menjadi wadah anak-anak
45
Hasil wawancara dengan informan dan key informan penelitian.
54
untuk bermain, bersosialisasi, tumbuh dan
berkembang
Anggaran Anggaran tahun lalu menjadi rujukan untuk
anggaran tahun ini
3. Disposisi Sikap Pengelola dan pengurus tingkat kelurahan
memiliki sikap yang baik dalam mengelola
RPTRA
Wewenang a. Pengurus memiliki wewenang untuk
memonitoring pengelola dan memberi
keputusan ataupun solusi ketika ada
kendala atau maslaah
b. Pengelola dapat membuat peraturan di
RPTRA untuk kesehariannya, pengelola
diberi wewenang untuk menentukan posisi
kepengurusannya
4. Struktur
birokrasi
Struktur
birokrasi
a. Struktur birokrasi pengurus tingkat
kelurahan sudah jelas diatur dalam Pergub
DKI Jakarta No 16 tahun 2015
b. Pengelola memiliki sturktur birokrasi dan
dalam empat bulan akan dilakukan rotasi
posisi
SOP SOP yang ada memudahkan penngelola dalam
jam kerja dan dalam pengadaan barang yang
rusak
b. Faktor Penghambat
Faktor pendukung dalam implementasi kebijakan RPTRA di
Kelurahan Mampang Prapatan yakni sebagai berikut:
Tabel 4. 3
Temuan Penelitian tentang Faktor Penghambat dalam Implementasi
RPTRA di Kelurahan Mampang Prapatan46
No Dimensi Teori Variabel Temuan Penelitian
1. Komunikasi Informasi kendala mengenai pengelola itu dibawah
naungan siapa, job desc, payung hukum dan cuti
Transmisi
informasi
Tidak ada
2. Sumber daya SDM Tidak ada
46
Hasil wawancara dengan informan dan key informan penelitian.
55
Fasilitas Lahan yang tdak luas, aksesnya tidak dapat
dilalui oleh kendaraan bermotor roda empat dan
berada di bantaran kali sehingga ketika hujan
RPTRA akan tergenang
fasilitas yang ada saat ini dirasa masih belum
cukup memadai, seperti lampu, CCTV banyak
yang blank spot, permainan anak yang kurang
ramah terhadap anak
Anggaran Kurangnya anggaran untuk kegiatan di RPTRA
3. Disposisi Sikap Sikap dari pengurus kelurahan terhadap
pengelola kurang kekeluargaan, seperti di anak
tirikan dan kurang dirangkul.
Wewenang Tidak ada
4. Struktur
birokrasi
Struktur
birokrasi
Struktur birokrasi pengelola RPTRA setiap
empat bulan berganti posisi di kepengurusan, hal
ini membuat tidak fokus dalam menjabat di
kepengurusan.
SOP Menurut pengelola SOP yang ada masih kurang
jelas dan masih abu-abu.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) merupakan strategi
pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mewujudkan kota layak anak.
RPTRA menjadi strategi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hak
anak. Kebijakan RPTRA ini didasari dengan adanya isu tentang
pemenuhan hak-hak anak salah satunya didasari oleh kurang ruang
terbuka. Sangatlah sulit menemukan ruang terbuka untuk anak-anak
bermain, bersosialisai dan tumbuh serta berkembang. Strategi ini tidak
hanya melibatkan pemerintah saja, akan tetapi melibatkan masyarakat dan
dunia usaha melalui sistem yang komprehensif dan berkelanjutan. Dengan
adanya RPTRA diharapakan dapat menjadi solusi dalam menunjang
tumbuh kembang anak.
56
1. Implementasi Kebijakan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di
Kelurahan Mampang Prapatan
Implementasi suatu kebijakan sangatlah penting karena untuk
mencapai suatu tujuan dan untuk memecahkan masalah. Untuk mencapai
tujuan dari suatu maka dalam mengimplementasikannya harus baik. Dalam
implementasi suatu kebijakan terdapat berbagai macam model
implementasi yang diungkapkan oleh para ahli. Setiap model
implementasi kekurangan dan kelebihan. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Raharjo, S.Pd., M.Si. selaku expert opinion.
“Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara
agar suatu kebijakan publik dapat mencapai tujuannya. Dan
agar dapat mencapai tujuannya tersebut maka suatu
kebijakan harus diimplementasikan dengan baik pula.
Terdapat beberapa model implementasi sebuah kebijakan,
tetapi harus disadari bahwa tidak ada satu model yang
sempurna, masing-masing terdapat kelebihan dan
kekurangannya. Sebagai contoh misalnya Model Edward,
yang mengemukakan pada empat hal terkait implementasi
kebijakan agar menjadi efektif.”47
Setelah melakukan penelitian dan memperoleh sejumlah data dari
wawancara serta dokumentasi di lapangan. Peneliti mencoba untuk
memberikan pembahasan mengenai Implementasi Kebijakan Ruang Publik
Terpadu Ramah Anak di Kelurahan Mampang Prapatan Kecamatan
Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan mengacu pada
pendapat Merilee S. Grindle dalam tentang keberhasilan implementsi
kebijakan. Menurut Grindle dalam Agustino (2008;154), keberhasilan
implementasi kebijakan publik ditentukan oleh tingkat implementability
47
Hasil wawancara dengan expert opinion Pak Raharjo, S.Pd., M.Si., pada 27 Mei 2018.
57
yang terdiri atas Content of Policy dan context of policy. Content of Policy
memiliki indikator sebagai berikut (a) Interest Affected, (b) Type of
Benefits, (c) Extent of Change Envision. (d) Site of Decision Making, (e)
Program Implementer, (f) Resources Committed. Sedangkan Context of
Policy memiliki tiga indikator yakni sebagai berikut (1) Power, Interest,
and Strategy of Actor Involved, (2) Institution and Regime Characteristic
(3) Compliance and Responsiveness.48
Teori ini digunakan oleh penulis
sebagai rujukan dalam penelitian ini, adapun pembahasan dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Content of Policy (isi kebijakan)
a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)
Interest Affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang
mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Dalam suatu kebijakan
harus berdasarkan kepentingan kelompok sasaran, jika memuat
kepentingan kelompok sasaran maka akan lebih mudah dari pada tidak
memuat kepentingan kelompok sasaran. Kepentingan kelompok
sasaran merupakan hal yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran dan
implemenmtasi kebijakan melibatkan banyak kepentingan.
Implementasi kebijakan RPTRA ini ditetapkan dengan tujuan sebagai
strategi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mendukung Jakarta
menjadi kota layak anak dan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan
hak-hak anak agar dapat tumbuh, berkembang dan berpartisipasi.
48
Leo Agustino, Op.Cit,hlm. 154.
58
Selain itu kebijakan ini bertujuan untuk menjadi sarana ruang terbuka
hijau, penyerapan air tanah dan untuk mempermudah tercapainya
sepuluh program pokok PKK.
Pelaksanaan kebijakan RPTRA ini didasarkan pada Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 123 Tahun
2017 tentang Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak. Sebelum terbit Pergub 123 Tahun 2017,
telah terbit seperti Pergub DKI Jakarta Nomor 196 tahun 2015 dan
Pergub DKI Jakarta nomor 40 tahun 2016 untuk mengatur kebijakan
RPTRA ini.
Kota Layak Anak merupakan program pemerintah yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 2 tahun 2009 tentang Kebijakan KLA dan DKI Jakarta
menjadi salah satu kota yang diharapkan dapat meweujudkannya.
Strategi Pemda DKI Jakarta untuk mewujudkan kota layak anak yakni
dengan dibuatnya kebijakan RPTRA. Selain itu dengan pembangunan
yang cukup pesat di Jakarta membuat ruang publik, ruang terbuka
hijau dan ruang untuk bermain anak menjadi terbatas. Dengan hal
tersebut berdampak pada sulitnya terpenuhi hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat
martabat kemanusiaan. Kepentingan hal inilah yang melatarbelakangi
dibuatnya kebijakan RPTRA. Dengan adanya RPTRA maka
diharapkan dapat mengatasi permasalah tersebut.
59
b. Type of Benefits (Jenis manfaat).
Pada indikator ini, berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan
bahwa dalam suatu kebijakan harus memiliki manfaat yang merupakan
hasil implementasi dari suatu kebijakan. Kebijakan publik harus
memiliki manfaat bagi kelompok sasaran. Kebijakan jika tidak
memiliki manfaat bagi kelompok sasaran maka kebijakan tersebut
akan diabaikan dan sia-sia. Manfaat dengan adanya kebijakan RPTRA
ini yakni sebagai taman terbuka, tempat interaksi masyarakat, ruang
terbuka hijau, tempat penyerapan air tanah dan lain sebagainya. Hal ini
sesuai yang tertera dalam Pergub DKI Jakarta Nomor 123 Tahun 2017
tentang Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak BAB III pasal 4, yakni sebagai berikut:
RPTRA berfungsi sebagai:
1. Taman terbuka publik;
2. Tempat interaksi masyarakat segala umur, mulai dari dalam
kandungan sampai dengan usia lansia, wahana permainan dan
tumbuh kembang anak;
3. Prasarana dan sarana kemitraan antara Pemerintah Daerah dan
masyarakat dalam memenuhi hak anak
4. Bagian prasarana dan sarana Kota Layak Anak
5. Ruang terbuka hijau dan tempat penyerapan air
6. Prasarana dan sarana kegiatan sosial warga termasuk
pengembangan pengetahuan dan keterampilan Kader PKK
7. Usaha peningkatan pendapatan keluarga
8. Pusat informasi dan konsultasi keluarga
9. Halaman yang asri dan teratur indah dan nyaman
10. Sistem informasi manajemen
RPTTRA merupakan strategi Pemprov DKI Jakarta dalam
mewujudkan kota layak anak dan memenuhi hak-hak anak. RPTRA ini
tidak hanya berguna sebagai wadah saja akan tetapi didalam RPTRA
60
terdapat layanan dan kegiatan untuk mewujudkan tujuan kebijakan
RPTRA. Selain itu manfaat yang dapat diberikan dari kebijakan
RPTRA ini yakni dengan dengan adanya layanan dan kegiatan.
Layanan dan kegiatan ini telah diatur dalam Pergub DKI Jakarta
Nomor 123 Tahun 2017 tentang Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana
dan Prasarana Ruang Publik Terpadu Ramah Anak BAB IV pasal 5
dan 6. Dalam pasal 5 dikatakan bahwa pada RPTRA dilaksanakan
layanan anak, masyarakat dan kebencanaan. Sedangkan dalam pasal 6,
merupakan kegiatan dalam rangka mewujudkan layanan yang ada di
RPTRA. Layanan kegiatan ini memberikan manfaat kepada
masyarakat sekitar. Sehingga RPTRA tidak hanya sebagai wadah akan
tetapi terdapat layanan kegiatan yang bermaanfaat.
c. Extent of Change Envision (Derajat Perubahan Yang Ingin Dicapai)
Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan
publik. Suatu Kebijakan publik dilatarbelakangi oleh suatu
permasalahan, kebijakan ini dibuat untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Kebijakan publik harus dapat melakukan perubahan agar
sesuai dengan harapan. Selain itu Content of Policy yang dijelaskan
dalam poin ini adalah sejauh mana perubahan yang ingin dicapai dari
sebuah kebijakan haruslah memiliki skala yang jelas.
Dalam Pergub DKI Jakarta Nomor 123 Tahun 2017 tentang
Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Ruang Publik
Terpadu Ramah Anak yang merupakan peraturan terbaru, tidak
61
dijelaskan mengenai skala yang ingin dicapai dari kebijakan ini.
Tujuan adanya RPTRA sebagai Jakarta menjadi kota layak anak dan
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan hak-hak anak agar dapat
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi. Selain itu kebijakan ini
bertujuan untuk menjadi sarana ruang terbuka hijau, penyerapan air
tanah dan untuk mempermudah tercapainya sepuluh program pokok
PKK. Skala dalam mencapai tujuan kebijakan ini tidak tertulis dan
tidak dijelaskan di Pergub tersebut.
Dengan tidak adanya skala yang dituliskan dan dijelaskan dalam
Pergub tersebut, sehingga keberhasilan dibuatnya kebijakan tersebut
menjadi tidak jelas. Seperti dalam memenuhi hak-hak anak untuk
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi dalam Pergub ini tidak
sebutkan dan tidak dijelaskan perubahan yang ingin dicapai. Begitu
juga dalam penyerapan air tanah, tidak dijelaskan berapa kubik air
yang dapat diserap dengan adanya RPTRA ini. Dengan tidak adanya
skala maka derajat perubahan yang diberikan oleh kebijakan ini
menjadi tidak jelas.
d. Site of Decision Making (Letak pengambil keputusan)
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang
peranan penting dalam pelaksaan suatu kebijakan, maka pada bagian
ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu
kebijakan yang akan diimplementasikan. Pengambilan keputusan
dalam implementasi kebijakan sangat diperlukan untuk memberikan
62
sebuah saran ataupun solusi mengenai yang ada di lapangan.
Pengambil keputusan dalam melaksanakan kebijakan ini diberikan
kepada pengurus tingkat kelurahan dan pengelola RPTRA. Hal ini
bertujuan untuk memberikan saran dan solusi jika terjadi kendala di
lapangan. Pengambilan keputusan ini telah tertera dalam Pergub DKI
Jakarta Nomor 123 Tahun 2017 tentang Pengelolaan dan Kebutuhan
Sarana dan Prasarana Ruang Publik Terpadu Ramah Anak pada pasal 8
ayat (4) poin g, pasal 9 ayat (6) poin a, b, dan ayat (9), dan pasal 10
ayat (2).
Berdasarkan peraturan tersebut, pengurus RPTRA tingkat
kelurahan diberikan wewenang untuk menyusun dan mengusulkan
rencana kerja dan anggaran kegiatan secara partisipatif. Selain itu
pengurus tingkat kelurahan dapat mengangkat pengelola RPTRA jika
ada kekosongan karena pengelola mengundurkan diri berdasarkan hasil
seleksi dan dapat menetapkan persyaratan untuk menjadi pengelola
sesuai kebutuhan. Sedangkan pengelola dapat mengambil keputusan
dalam mengusulkan rencana kebutuhan dan kegiatan RPTRA kepada
pengurus tingkat kelurahan dan dapat melaksanakan kegiatan
pelayanan RPTRA yang berkualitas.
e. Program Implementer (Pelaku pelaksana sebuah kebijakan atau
program)
Pelaksana suatu kebijakan sangat mempengaruhi implementasi
kebijakan. Suatu kebijakan publik akan diimplementasikan oleh
63
sesorang, organisasi ataupun badan-badan, penentuan pelaksan
kebijakan haruslah tepat. Kejelasan implementator kebijakan ini
diperlukan untuk implementator mudah dalam berkoordinasi dan untuk
memudahkan pengawasan. Jika suatu kebijakan dilakasanakan oleh
pelaksana yang tidak tepat maka tidak akan optimal dan tidak sesuai
dengan harapan. Dalam kebijakan RPTRA ini, implementornya telah
diatur dalam Pergub DKI Jakarta Nomor 123 Tahun 2017 tentang
Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Ruang Publik
Terpadu Ramah Anak pasal 8 sampai pasal 12. Organisasi RPTRA
terdiri dari:49
1. Tim Pembina RPTRA tingkat provinsi;
2. Tim pelaksana RPTRA tingkat Kota/Kabupaten
Administrasi;
3. Pengurus RPTRA tingkat kelurahan.
Susunan organisasi ruang publik terpadu ramah anak provinsi
DKI Jakarta terdiri dari:50
1. Tim Pembina Provinsi:
a. Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta
b. Wakil ketua : Para asisten Sekda DKI Jakarta
c. Sekretaris : Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan
Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta
d. Anggota : SKPD tingkat provinsi DKI Jakarta, unsur
dunia usaha dan unsur masyarakat/perguruan tinggi
2. Tim Pelaksana RPTRA Tingkat Kota/Kabupaten Administrasi
a. Ketua : Walikota/Bupati
b. Wakil Ketua : Sekretaris Kota Administrasi/Sekretaris
Administrasi Kabupaten
c. Sekretaris : Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan
Anak dan Pengendalian Penduduk Kota
Administrasi/Sekretaris Administrasi Kabupaten
49
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 123Tahun 2017 Tentang Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasaran
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, BAB VI, Pasal 8. 50
Ibid., Lampiran 1.
64
d. Anggota : SKPD tingkat Kota/Kabupaten
Administrasi, unsur dunia usaha dan unsur
masyarakat/perguruan tinggi
3. Pengurus RPTRA Tingkat Kelurahan
a. Ketua : Lurah
b. Ketua Harian : Sekretaris Kelurahan
c. Wakil Ketua Harian : Kepala Seksi Perekonomian Dan
Kesra
d. Anggota :
1. Kepala Seksi Prasarana, Sarana
Kebersihan, Dan Lingkungan
Hidup
2. TP PKK
3. Unsur masyarakat
Selain itu, dalam kebijakan ini terdapat pengelola RPTRA yang
merupakan ujung tombak dalam pelaksana kebijakan ini. Dalam BAB
VII pasal 9 diatur mengenai tanggungjawab pengelola, seleksi
pengelola, tugas pengelola, hak pengelola, dan masa kontrak
pengelola.
f. Resources Committed (Sumber-sumber daya yang digunakan)
Kebijakan yang tidak didukung oleh sumber daya yang memadai
akan menghambat dalam tahap implementasi. Sumber-sumber daya ini
yakni berupa sumber daya manusia dan sumber daya finansial. Dalam
implementasi kebijakan, implementor harus memiliki kompetensi dan
integritas yang baik agar suatu kebijakan dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan harapan. Selain sumber daya manusia, sumber daya
finansial sangatlah diperlukan, dengan sumber dana finansial suatu
kebijakan akan dapat diimplementasikan sesuai dengan harapan.
Sumber daya yang digunakan untuk mengimplementasikan
kebijakan RPTRA berupa sumber daya manusia, anggaran dan
65
fasilitas. Sumber daya manusia yang digunakan dalam implementasi
ini telah tertera dan dijelaskan pada Pergub DKI Jakarta Nomor 123
Tahun 2017 tentang Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak pasal 8 sampai pasal 12. Dalam
pasal tersebut telah dijelaskan dan ditetapkan mengenai implementor
dan persyaratannya. Implementor dalam kebijakan ini merupakan
aparatur sipil negara yang telah ditetapkan dan masyarakat yang lolos
seleksi. Masyarakat yang telah lolos seleksi dapat menjadi pengelola
RPTRA selama satu tahun dan setelah itu dapat terpilih kembali jika
telah lolos dalam seleksi. Mengenai sumber daya manusia yang
dibutuhkan telah dijelaskan dan cukup untuk mengimplementasikan
kebijakan ini.
Anggaran yang dibutuhkan dalam implementasi kebijakan ini
telah diatur dalam Pergub DKI Jakarta Nomor 123 Tahun 2017 tentang
Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Ruang Publik
Terpadu Ramah Anak BAB X pasal 15. Anggaran dalam kebijakan ini
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta sumber
dana lain yang sah dan tidak mengikat. Selain itu penganggaran
pengelolaan RPTRA ini dianggarkan oleh pengelola dan anggaran
kegiatan pendukung RPTRA ini dilaksanakan oleh SKPD/UKPD.
Dalam penggaran kebijakan ini tidak disebutkan nominal dan
klasifikasinya. Sehingga anggaran RPTRA satu dengan dapat berbeda.
66
Hal ini menjadi kekurangan dan ketidak jelasan mengenai anggaran
dalam mengimpelementasikan kebijkan RPTRA ini.
Fasilitas yang digunakan untuk mengimplementasikan kebijakan
ini telah diatur dalam Pergub DKI Jakarta Nomor 123 Tahun 2017
tentang Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak BAB XI pasal 16-22. Dalam peraturan
tersebut telah dijelaskan mengenai fasilitas yang dibutuhkan dan
kualitasnya. Hal ini bertujuan agar fasilitas yang ada sesuai dengan
tujuan dibuatnya kebijakan ini yakni ramah terhadap anak.
2. Context of Policy (konteks kebijakan)
a. Power, Interest, and Strategy of Actor Involved (kekuasaan,
kepentingan-kepentingan dan strategi dari actor yang terlibat).
Dalam suatu kebijakan perlu dipertimbangkan kekuasaan,
kepentingan-kepentingan dan strategi dari actor yang terlibat guna
memperlancar jalannya suatu implementasi kebijakan. Seberapa
besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para
actor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
Stakeholder dalam kebijakan RPTRA ini terdiri dari
Pengurus RPTRA tingkat provinsi, pengurus RPTRA tingkat kota
dan pengurus RPTRA tingkat kelurahan. Tiap stakeholder yang ada
memiliki kepentingan untuk mengimplementasikan kebijakan
RPTRA sesuai dengan Pergub DKI Jakarta Nomor 123 Tahun 2017
tentang Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Ruang
67
Publik Terpadu Ramah Anak. Stakeholder yang ada memiliki tujuan
untuk membangun, menjalankan dan mewujudkan tujuan kebijakan
RPTRA ini. Hal ini dapat ditunjukan dengan adanya evaluasi pada
BAB XI pasal 14 dan pengawasan pada BAB XII pasal 23 Pergub
DKI Jakarta Nomor 123 Tahun 2017 tentang Pengelolaan dan
Kebutuhan Sarana dan Prasarana Ruang Publik Terpadu Ramah
Anak. Pengawasan telah dilakukan oleh pengurus RPTRA tingkat
kelurahan. Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Kasie Kesra:
“Kalo monitor itu setiap hari kita monitor, setiap hari
mereka melaporkannya di grup WA. Ya saya tidak pernah
memberikan jadwal untuk monitor di RPTRA. karna saya
tidak mau mereka ada kesra yang dating harus gini-gini,
setiap saat kalo saya punya waktu, pak lurah punya waktu
siapapun yang punya waktu silahkan monitoring ke
RPTRA. karna selain dari kelurahan ada juga dari dinas
kehutanan, dinas olahraga, kecamatan juga monitor jadi
semua SKPD memonitor.”51
Pengawasan yang dilakukan oleh pengurus tingkat kelurahan
dilakukan setiap hari melalui media sosial whatsapp. Melalui media
ini pengelola menyampaikan kegiatan-kegiatan yang sedang
berlangsung dan jika kegiatan tersebut tidak sesuai dengan
peraturan yang ada maka pengurus tingkat kelurahan dapat menegur
dan meluruskannya.
Dalam pelaksanaanya, pengurus RPTRA mulai dari tingkat
provinsi hingga pengurus tingkat kelurahan sangat concern terhadap
kebijakan RPTRA ini. Kebijakan ini dirancang untuk memecahkan
51
Hasil wawancara dengan Informan Sri Laela, pada Rabu 28 Maret 2018. pukul 13.28 WIB.
68
permasalahan yang berkembang di masyarkat yakni permasalahan
pemenuhan hak-hak anak dan ruang terbuka. Dengan dukungan
penuh dari pengurus RPTRA, kebijakan RPTRA yang saat ini
sedang berjalan memiliki fungsi dan manfaat sesuai dengan tujuan
dibuatnya kebijakan ini.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Munawaroh selaku
pengelola RPTRA, “selama berdiri setahun katanya sih jadi lebih
baik, ada yang kelihatan perubahannya ya itu sih Iwan dia jadi bisa
bersosialisasi dari tadinya pendiam jadi bisa berani bersosialisasi.”52
Berdasarkan yang diungkapkan oleh Munawaroh, dengan adanya
RPTRA dapat berpengaruh terhadap pemenuhan hak-hak anak,
yakni megenai interaksi dan partisipasi. RPTRA menjadi wadah
untuk anak-anak dalam tumbuh dan berkembang. Hal ini tidak
terlepas dari sikap dan perilaku pengelola yang merupakan ujung
tombak dari kebijakan ini.
Strategi dari implementor sangat dibutuhkan agar kebijakan
ini tidak terjadi penolakan. Selain itu, strategi diperlukan untuk
mensosialisasi agar kelompok sasaran mengerti dan paham
mengenai kebijakan RPTRA ini. Awal kebijakan ini ditetapkan,
Implementasi kebijakan RPTRA di Provinsi DKI Jakarta ditetapkan
pada tanggal 2 Juli 2015. Pemprov DKI Jakarta telah
52
Hasil wawancara dengan Informan Munawaroh, pada Selasa 27 Maret 2018. Pukul 13.55 WIB
69
mensosialisasikan secara massif kepada masyarakat. Hal ini sesuai
dengan dikatakan oleh sekretaris kelurahan, yakni sebagai berikut:
“Dari jaman dulu, awalnyakan memang digembor-
gemborkan. Jadi masyarkaat paham, jadi untuk kami tidak
kesulitan lagi dalam mensosialisasikannya. Pada saat
pertemuan RW, itu kita sampaikan juga bahwa di kelurahan
mampang khususnya di RW 01 ada bangunan RPTRA.
disitu tempat untuk berinteraksi masyarakat satu dengan
yang lainnya, disitu tempat berdiskusi dan lain-lainnya.
Disitu kami sampaikan pada saat rapat antar RW. Lalu pada
saat ada pertemuan dengan warga itu sering kami
sampaikan.”53
Pengurus RPTRA tingkat kelurahan sebagai aktor yang
secara langsung bersinggungan dengan masayarakat membutuhkan
strategi yang tepat untuk mensosialisasikan kebijakan ini. Pengurus
RPTRA di Kelurahan Mampang memiliki strategi sosialisasi
dengan cara menyampaikan dan menjelaskan pada saat rapat antar
RW dan pertemuan secara langsung dengan masyarakat. Hal ini
sangat berguna untuk memberitahu dan menjelaskan kebijkana
RPTRA agar kelompok sasaran tidak mengalami kebingungan dan
tidak terjadi penolakan. Selain itu dengan adanya strategi ini, dapat
menarik minat masyarakat untuk memanfaatkan RPTRA sehingga
dapat terwujudnya tujuan kebijakan ini.
53
Hasil wawancara dengan Informan Sulastri, SKM., MAP, pada Senin, 02 April 2018. pukul
13.55 WIB.
70
b. Institution and Regime Characteristic (Karakteristik dari suatu
lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan)
Karakteristik dari suatu lembaga mempengarui implementasi
suatu kebijakan. Karakteristik lembaga tersebut harus sesuai dengan
kebutuhan implementasi suatu kebijakan. Karakteristik lembaga
yang mengimplementasikan kebijakan RPTRA ini merupakan
lembaga yang berkarakteristik demokratis. Lembaga yang
menjalankan kebijakan ini merupakan lembaga pemerintahan yang
berasaskan Pancasila. Dengan berasaskan Pancasila maka lembaga
pemerintah berkarakteristik demokratis.
Hal tersebut ditunjukan dengan adanya hak anggota untuk
menyuarkan pendapat dan dalam mengambil keputusan
menggunakan musyawarah. Pengurus RPTRA tingkat kelurahan
dalam mengimplementasikan dapat menyusun dan mengusulkan
rencana kerja dan anggaran kegiatan secara partisipatif.54
Pengurus
RPTRA tingkat kelurahan dalam menyusun dan mgusulkan
rancangan kerja dan anggaran melibatkan stakeholder yang ada. Hal
ini bertujuan untuk mengoptimalkan rancangan kerja dan rancangan
anggaran.
54
Gubernur Provinsi Daerah Khusu Ibukota Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusu
Ibukota Jakarta Nomor 123 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan dan Kebutuhan Sarana dan
Prasarana Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, BAB III, Pasal 5.
71
c. Compliance and Responsiveness (Tingkat kepatuhan dan adanya
respon dari pelaksana)
Sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam
menanggapi suatu kebijakan. Pelaksana kebijakan ini telah patuh
dalam menjalankan kebijakan ini sesuai dengan peraturan yang ada.
Hal ini terbukti dengan berdirinya RPTRA Ramli di Kelurahan
Mampang Prapatan. RPTRA yang diproyeksikan untuk didirikan di
setiap kelurahan telah terlaksana di Kelurahan Mampang Prapatan.
Hal tersebut disebabkan oleh patuhnya pengurus kebiajakan
RPTRA ini mulai tingkat provinsi hinggar pengurus tingkat
kelurahan.
Selain itu pengelola yang merupakan ujung tombak
implementasi kebijakan ini telah menjalankan sesuai dengan
peraturan yang ada. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Sekretaris
Kelurahan Mampang Prapatan, “menurut saya pengelola sudah
sesuai dengan rulenya, pengelola pun sudah sesuai dengan jadwal
yang ditentukan. Semuanya sudah berjalan sesuai dengan alurnya
masing-masing.”55
Pengelola saat ini telah menjalankan tugasnya
dengan baik. Selain itu pengelola RPTRA memiliki respon yang
baik dalam mengelola RPTRA. Hal ini ditunjukan dengan kadang
pakai uang kas pengelola kalo misalnya kitanya gak mau ribet kan
55
Hasil wawancara dengan Informan Sulastri, SKM., MAP, pada Senin, 02 April 2018. pukul
14.05 WIB.
72
lama tuh prosesnya.56
Pengelola menggunakan uang kas yang
dikumpulkan yang berasal dari uang pribadi. Hal ini menunjukan
respon yang baik dalam menjalankan kebijakan ini. Pengurus
RPTRA tingkat kelurahan dalam mengimplementasikan kebijakan
ini masih kurang optimal. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
pengelola RPTRA:
“Menurut saya kalo lurahnya sendiri sih dengan adanya
RPTRA ini menganggapnya kayak beban, sebenarnya kalo
lurahnya gencar RPTRA bakal bagus. Dalam setahun ini sih
saya ngerasa kurang kekeluargaan, kurang dirangkul, kayak
anak tirikan.”57
Sikap yang kurang respon dan kekeluargaan menjadi salah
satu kekurangan dalam mengimplementasikan kebijakan ini di
Kelurahan Mampang Prapatan. Pengurus RPTRA tingkat kelurahan
alangkah baiknya memiliki sikap yang baik agar tercapainya tujuan
dari kebijakan RPTRA ini.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi
Kelurahan Mampang Prapatan memiliki satu RPTRA yakni
RPTRA RAMLI yang sudah berdiri sejak tahun 2017. Dalam
implementasi RPTRA di Kelurahan Mampang Prapatan memiliki faktor
penghambat dan faktor pendukung. Faktor penghambat dan pendukung
ini harus segera dicari solusinya. Oleh karena itu diperlukan adanya
evaluasi.
56
Hasil wawancara dengan Informan Munawaroh, pada Selasa 27 Maret 2018. Pukul 13.35 WIB 57
Hasil wawancara dengan Informan Munawaroh, pada Selasa 27 Maret 2018. Pukul 13.37 WIB
73
Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Pak Raharjo
selaku expert opinion dalam penelitian ini.
“Oleh karena itu yang dapat dilakukan adalah bahwa
kebijakan yang sudah diimplementasikan harus dievaluasi,
hal ini dilakukan untuk menilai sejauhmana keefektifan
suatu kebijakan public, sejauhmana tujuan dari kebijakan
tersebut tercapai, bagaimana kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan yang terjadi. Evaluasi bertujuan untuk
mencari kekurangan dan dapat mengatasi kekurangan,
kendala atau kelemahan dari kebijakan tersebut.”58
Mengenai hal ini, peneliti membahas faktor penghambat dan
faktor pendukung merujuk dari model implementasi George C. Edwards
III. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Faktor Penghambat dalam Implementasi
Implementasi RPTRA di Kelurahan Mampang Prapatan terdapat
kendala atau penghambat dalam mengimplementasikannya. Kendala
terdapat diberbagai aspek, seperti informasi, sumber daya, anggaran
sikap dan standar operasional prosedur. Kendala dalam aspek informasi
seperti kurang jelasnya job desc pengelola, cuti untuk pengelola, dan
patung hukum pengelola. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh pengelola:
“Kalo menurut saya pribadi sih masih sedikit bingung,
kita itu sebenarnya dibawah naungan siapa sih, job descnya
gak ada, payung hukumnya, cutinya gitu-gitu juga belum
jelas, kontrak kita tuh kan dari sudin PPAPP sedangkan
pengurusnya kelurahan.”59
Pengelola terdapat kendala mengenai pengelola itu dibawah
naungan siapa, job desc, payung hukum dan cuti. Pengelola sendiri di
58
Hasil wawancara dengan expert opinion Pak Raharjo, S.Pd., M.Si., pada 27 Mei 2018. 59
Hasil wawancara dengan Informan Munawaroh, pada Selasa 27 Maret 2018. Pukul 13.45 WIB.
74
rekrut oleh PPAPP sedangkan dalam menjalankan RPTRA atasannya itu
Lurah. Hal ini membuat bingung pengelola dalam mengelola RPTRA.
Mengenai job desc pengelola pun masih kurang jelas, karena pengelola
hanya menjaga, membersihkan RPTRA, dan mengawasi ketika anak-
anak bermain di RPTRA. Job desc pengelola dianggap masih kurang
jelas. Payung hukum yang melandasi pengelola pun dianggap kurang
jelas. Pengelola tidak mengetahui payung hukumnya. Sedangkan cuti
untuk pengelola dianggap tidak jelas. Pengelola tidak mengetahui apakah
ia dapat cuti dan jika dapat cuti berapa kali dalam satu tahun. Hal ini
menjadi kendala mengenai informasi dalam menjalankan RPTRA.
Kendala yang selanjutnya yakni mengenai struktur organisasi
yang ada di pengelola. Struktur organisasi pengelola terdiri dari
koordinator, sekretaris, bendahara, Humas, Sarana Prasarana dan PKK
Mart. Waktu dalam menjabat kepengurusan struktur organisasi yang ada
di pengelola hanya empat bulan. Hal ini menjadi kendala dalam
menjalankan RPTRA. Hal ini seseuai yang dikatakan oleh pengelola:
“Iya karna kan setiap empat bulan berganti posisi di
kepengurusan, ya seharus dalam masa jabatan setahun baru
diganti, biar yang menjabat menguasai, paham dan
melakukan kerjanya dengan baik. Baru empat bulan ganti,
jadi kurang fokus.”60
Empat bulan berganti posisi dalam struktur organisasi pengelola.
Hal ini membuat kinerja pengelola dalam menjabat di kepengurusan
kurang maksimal, tidak fokus dan kurang dapat memahami dengan baik.
60
Hasil wawancara dengan Informan Munawaroh, pada Selasa 27 Maret 2018. Pukul 13.58 WIB.
75
Hal ini menjadi salah kendala dalam menjalankan dan mengelola
RPTRA. Mengenai hal ini dirasa kurang tepat, hal ini akan membuat
pengelola menjadi tidak maksimal dan tidak fokus dalam bekerja.
Keterbatasan lahan menjadi salah satu kendala dalam
mengimplementasikan kebijakan RPTRA ini. Lahan yang ada di RPTRA
ini hanya 864m². Hal ini sesuai yang dikatakan oleh pak Lurah, “Dulu
awalnya itu tanahnya milik dinas pertamanan, kurang lebih luasnya
864m²”61
. Lahan yang ada saat ini memang tadinya merupakan sebuah
taman. Lahan yang ada saat ini meskipun tidak memenuhi kriteria
luasnya dan merupakan daerah banjir tetap dijadikan lahan untuk
membangun RPTRA. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh pak
Lurah, ”Karna ada ketentuan awal, salah satu kriterianya itu luas
lahannya minimal 1000m², Kedua lokasinya bukan lokasi banjir”.62
Lahan yang ada saat ini memang tidak memenuhi kriteria yang
ditentukan. RPTRA ini ketika hujan lebat akan tergenang air karena
berada di bantaran kali Mampang.
Selain itu fasilitas yang ada saat ini dirasa masih belum cukup.
RPTRA ini masih kekurangan lampu, CCTV banyak yang blank spot dan
permainan yang dianggap dapat membahayakan keselamatan anak-anak.
61
Hasil wawancara dengan Key Informan Ramli, pada Senin 09 April 2018. pukul 11.05 WIB. 62
Hasil wawancara dengan Key Informan Ramli, pada Senin 09 April 2018. pukul 11.07 WIB.
76
Hal ini sesuai yang dikatakan oleh pengelola:
“Masih kurang, kurangnya lampu, cctv banyak yang
blank spot, itu juga permainannya juga kayak bahaya
soalnya kan bawahnya batu-batu gitu, seharusnya bawahnya
itu kayak karpet gitu. Kalo ngeliat di RPTRA durian itu
bagus.”63
Kurangnya penerangan yang di RPTRA disebabkan kurangnya
lampu. Lampu yang ada tidak cukup banyak, sehingga penerangan ketika
malam hari menjadi kurang. Lampu sangat dibutuhkan untuk penerangan
ketika malam hari. Karena jam operasional RPTRA hingga jam sepuluh
malam. Tidak hanya kekurang penerangan, CCTV yang ada dianggap
kurang dapat menjangkau keadaan di RPTRA. Meskipun sudah ada
empat CCTV, hal ini belum menjangkau keaadaan yang ada. Kurangnya
CCTV sehingga menimbulkan blank spot.
Hal ini membuat pengelola kurang dapat memantau keadaan yang
ada, sehingga keamanan menjadi kurang. Selain itu permaianan anak
seperti ayunan dan prosotan dianggap cukup berbahaya bagi keselamatan
anak-anak. Hal ini disebabkan oleh lantai permainan tersebut bebatuan
atau konblok. Lantai yang menggunakan konblok lebih baik diganti
dengan karpet ataupun yang berbahan tidak keras, agar permainan yang
ada tidak membahayakan anak-anak.
Anggaran yang ada saat ini hanya sebatas gaji, alat tulis dan
asuransi. Hal ini menjadi salah satu kendala untuk mengembangkan
RPTRA. Anggaran yang ada saat ini dirasa tidak dapat memenuhi
63
Hasil wawancara dengan Informan Munawaroh, pada Selasa 27 Maret 2018. Pukul 13.11 WIB.
77
kebutuhan RPTRA. Pengelola mencari dana dengan membuat proposal
yang nanti akan diajukan ke perusahaan yang ada di daerah kelurahan
Mampang. Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Munawaroh selaku
pengelola:
“Kalo misalnya kayak rakor di RPTRA itu ada dananya
sendiri dari kelurahan, tapi kalo misalkan kita mau ,kek
kemarin hut RPTRA kita mau bikin kegiatan lomba paling
kita swadaya dari masyarakat kemaren kita masukin ke
perusahan yang ada didaerah mampang terus dananya
terkumpul berapa mungkin dari lurah nambahin itu juga
mereka nambahin juga kantong sendiri. Kalo saya sih
kurang tau mengenai pendanaannya untuk rptra untuk
kegiatannya itu sih kurang begitu tahu ya, untuk RPTRA sih
paling anggarannya untuk alat kebersihan, terus ATK, untuk
pengelola, aqua dapet, kopi, teh paling sih untuk kegiatan
kelurahan paling ngasih snack aja”64
Rapat Koordinasi (rakor) di RPTRA memiliki dana yang
dianggarkan di kelurahan. Dana tersebut untuk keperluan
keberlangsungannya Rakor, seperti makanan dan minuman. Sedangkan
untuk kegiatan yang akan dilaksanakan di RPTRA seperti HUT RPTRA
tidak memiliki anggaran. Sehingga pengelola mencari dana sendiri
dengan meminta swadaya masyarakat dan membuat proposal yang nanti
akan diajukan ke perusahaan yang ada di Kelurahan Mampang. Dengan
tidak adanya anggaran untuk kegiatan-kegiatan maka RPTRA ini tidak
akan berkembang.
Kegiatan-kegiatan yang ada hanya sedikit sekali melihat danaya
tidak memadai. Mengenai anggaran pengelola tidak mengetahui secara
detail. Anggaran yang ada di kelurahan bagi pengelola tidak transparan.
64
Hasil wawancara dengan Informan Munawaroh, pada Selasa 27 Maret 2018. Pukul 15.05 WIB.
78
Kurang tahunya pengelola menganai anggaran yang ada, membuat
pengelola sulit untuk membuat kegiatan-kegiatan di RPTRA. Hal ini
menjadi kendala dalam implementasikan kebijakan RPTRA ini. Dana
yang dianggarkan di kelurahan tak dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
Sehingga kegiatan-kegiatan yang ada hanya mengandalkan dari Sudin
terkait dan sumbangan dari perusahaan atau masyarakat.
Kendala yang selanjutnya yakni mengenai sikap. Sikap dari
pengurus kelurahan terhadap pengelola kurang kekeluargaan, seperti di
anak tirikan dan kurang dirangkul. Sikap tersebut dirasakan oleh
pengelola selama berjalannya RPTRA ini. Dengan sikap seperti ini maka
RPTRA ini sulit untuk berkembang dan sulit mencapai tujuan
didirikannya RPTRA. Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh
pengelola:
”Menurut saya kalo lurahnya sendiri sih dengan adanya
RPTRA ini menganggapnya kayak beban, sebenarnya kalo
lurahnya gencar RPTRA bakal bagus kalo dia mau
ngeluarin duit ya bakal bagus, tapi dilurah disini sedikit
pelit tapi lurahnya disini bagus politik-politik duit gak mau,
teken proposal aja susah. Kesra sama kayak pak lurah tapi
dia sedikit royal biasanya sebulan sekali dikasih uang untuk
ATK, kalo dari sekel sendiri ya lumayan royal juga. Dalam
setahun ini sih saya ngerasa kurang kekeluargaan, kurang
dirangkul, kayak anak tirikan.”65
Berdasarkan pendapat dari pengelola, sikap dari pengurus tingkat
kelurahan menganggap beban, kurang merangkul, kurang kekeluargaan
dan seperti di anak tirikan. Sikap ini yang selama ini dirasakan oleh
pengelola. Pak Lurah sebagai ketua pengurus tingkat kelurahan
65
Hasil wawancara dengan Informan Munawaroh, pada Selasa 27 Maret 2018. Pukul 15.15 WIB.
79
menganggap RPTRA seperti beban. Memang Lurah yang bertanggung
jawab di tingkat kelurahan memiliki tanggung jawab dalam
keberlangsungannya RPTRA. Jika menganggapnya sebagai beban maka
dalam penerapannya akan kurang maksimal. Selain itu pengurus tingkat
kelurahan kurang merangkul, kurang kekeluargaan dan seperti menganak
tirikan RPTRA.
Kendala dalam menjalankan dan mengelola RPTRA yakni
mengenai standard operational prosedur (SOP). Menurut pengelola SOP
yang ada masih kurang jelas dan masih abu-abu. SOP yang ada hanya
sebatas jam kerja dan alur pengadaan barang yang rusak. Hal ini
membuat pengelola menjadi bingung dalam mengelola. Dalam membuat
permohonan barang yang rusak, pengelola membuat formatnya sendiri
karena tidak ada format baku dari pengurus tingkat kelurahan. Hal ini
sesuai yang dikatakan oleh pengelola:
“SOP sampai saat ini masih abu-abu gak jelas gitu, kalo
misalkan dalam kerja ada peminjaman tempat ya itu kita
yang buat persyaratan, formnya sendiri, gak dikasih secara
tertulisnya dengan jelas jadi kalo misalkan mau ngapa-
ngapain wewenang kita gak ada. kalo mengajukan sarana
dan prasarana itu kita bikin form sendiri, apa-apa aja yang
dibutuhkan terus itu kita kirim ke Kasie Kesra dan itu pun
prosesnya lama.”66
Ketidak jelasan SOP membuat pengelola menjadi bingung dan
sehingga tidak memiliki wewenang. SOP yang ada hanya sebatas jam
kerja dan alur permohonan barang. Jam kerja pengelola dalam satu hari
delapan jam dan terbagi menjadi dua shift. Shift pertama dimulai dari jam
66
Hasil wawancara dengan Informan Munawaroh, pada Selasa 27 Maret 2018. Pukul 15.20 WIB.
80
06.00 WIB-14.00 WIB dan shift kedua dimulai dari jam 14.00 WIB –
22.00 WIB. Mengenai alur permohonan barang yang rusak pengelola
dapat membuat daftar barang-barangnya lalu selanjutnya koordinator
pengelola akan menyerahkan ke Kasie Kesra.
Lokasi RPTRA yang berada di kawasan padat penduduk dan
berada di jalan yang sempit sehingga akses menuju lokasi menjadi sulit.
Akses yang dapat digunakan hanya dengan berjalan kaki dan
menggunakan kendaraan bermotor roda dua kendaraan bermotor roda
empat tidak dapat menjangkau ke lokasi. Jauhnya lokasi dari jalan raya
membuat distribusi barang dan mengadakan kegiatan-kegiatan akan
menjadi sulit.
Hal tersebut sesusai yang dikatakan oleh Nurul Qolbi:
“Ya kalo dari kita sih faktor penghambatnya Cuma dari
lokasi aja, karna kadang-kadang kalo mau ada kegiatan jadi
susah masuknya. Kalo mau bikin bimbingnan atau pelatihan
ya kendalanya itu aja lokasi. Kalo misalnya dipinggir jalan
kan enak, truk bisa masuk, kendaraan roda empat bisa
masuk cepet.”67
Lokasi yang berada didalam kawasan padat penduduk dan tidak
berada di pinggir jalan raya sehingga menjadi kendala dalam penerapan
RPTRA. Sulitnya akses dan tidak dilalui kendaraan bermotor roda empat
menjadi penghambat dalam mengadakan kegiatan-kegiatan maupun
pelatihan. Kegiatan-kegiatan dan pelatihan yang seyogyanya
diperuntukan untuk masayarakat menjadi dapat terlaksana karena
sulitnya akses kendaraan. Lokasi ini yang hanya dapat dilalui oleh
67
Hasil wawancara dengan Informan Nurul Qolbi, pada Kamis 05 April 2018 pukul 13.06 WIB.
81
kendaraan roda dua dan berjalan kaki sehingga pada saat pendistribusian
barang-barang, alat-alat untuk kegiatan menjadi terhambat.
b. Faktor Pendukung dalam Implementasi
Implementasi kebijakan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di
Kelurahan Mampang Prapatan sudah berjalan lebih dari satu tahun. Pada
tanggal 14 Februari 2017, RPTRA Ramli merayakan satu tahun telah
berdiri. Dalam lebih dari satu tahun berdiri, RPTRA ini memilki faktor
pendukung dalam menjalankan kebijakan ini. Faktor tersebut antara lain
seperti lokasi yang strategis, menggunakan media sosial dalam
berinteraksi, keterlibatan SKPD dan lain-lain.
Dengan adanya faktor pendukung tersebut sehingga RPTRA
dapat berjalan hingga saat ini. Faktor pendukung dalam implementasi
seperti menggunakan medsos untuk berkoordinasi, dukungan dari SKPD-
SKPD terkait, sikap dan komitmen pengelola dan pengurus yang baik.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kasie Kesra, “faktor
pendukungnya ya Alhamdulillah RPTRA sudah berjalan, karna ada
dukungan dari SKPD-SKPD terkait.”68
Dalam menjalankan kebijakan
RPTRA ini, semua Sudin terlibat didalamnya.
Keterlibatan Sudin dalam pembangunan hingga berjalannya
RPTRA sesuai bidang yang dibawahinya. Seperti Sudin Perumahan
berperan dalam pembangunan RPTRA. Pembangunan seperti gedung,
permainan, aula dan yang ada di RPTRA merupakan tanggung jawab
68
Hasil wawancara dengan Informan Sri Laela, pada Rabu 28 Maret 2018. pukul 13.18 WIB.
82
Sudin Perumahan. Sudin Pemberdayaan Perempuan Anak dan
Pengendalian Penduduk berperan dalam pengrekrutan dan pelatihan
untuk pengelola. Sudin Perpustakaan berperan dalam menyediakan
perpustkaan, buku-buku yang ada di RPTRA. Buku-buku yang ada di
RPTRA setiap tiga bulan diganti dan ini merupakan tanggung jawab dari
Sudin Perpustakaan. Keterlibatan SKPD tersebut menjadi salah satu
faktor pendukung dalam pelaksanaan RPTRA. Hal ini membuka ruang
untuk SKPD dalam berkontribusi dalam kemajuan dan perkembangan
RPTRA.
RPTRA Ramli yang berada di daerah padat penduduk
memungkinkan tewujudnya pemenuhan hak-hak anak dalam tumbuh dan
berkembang. Daerah padat penduduk yang kekurangan ruang terbuka
sangat strategis didirikannya RPTRA. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh
Lurah Mampang:
“Pertama ada di letaknya, dia harus strategis ditempat
padat penduduk ya kalo gak ada penduduk buat apa, kan
percuma. Ya kan RPTRA ini berada di wilayah padat
penduduk ya jadi menurut saya itu salah satu faktor
pendukungnya.”69
Lokasi yang berada di daerah padat penduduk, RPTRA ini
menjadi salah satu solusi dalam pemenuhan hak-hak anak dan menjadi
wadah masyarakat untuk bersosialisasi. Padatnya rumah penduduk dan
sedikitnya ruang terbuka, dengan adanya RPTRA ini menjadi sangat
69
Hasil wawancara dengan Key Informan Ramli, pada Senin 09 April 2018 pukul 11.06 WIB.
83
tepat. Hal ini menjadi faktor pendukung dalam mewujudkan tujuan
didirikannya RPTRA.
Komunikasi yang baik merupakan salah satu faktor pendukung
dalam menjalankan dan mengelola RPTRA. Pengelola dan pengurus
tingkat kelurahan sudah melakukan komunikasi yang baik sampai saat
ini. Pengelola dan pengurus tingkat kelurahan menjalin komunikasi yang
baik melalui media sosial. Media sosial whatshap menjadi sarana dalam
berkomunikasi. Pengelola dan pengurus membuat grup di WA untuk
berkomunikasi.
Hal ini sesuai yang dikatakan oleh anggota PKK Kelurahan
Mampang:
“Ya itu kita dengan adanya grup WA, ada di Instagram
jadi pengelola itu selalu melaporkan, mengupdate apa-apa
aja yang terjadi di hari itu. Misalnya pagi-pagi masyarakat
melakukan olahraga bulu tangkis lalu mereka update ini loh
kegiatan kami di grup. Jadi kita tahu kegiatan apa saja yang
terjadi, itu sampai langsung ke Walikota.”70
Jarak antar RPTRA dengan kelurahan yang cukup jauh tidak
menjadi kendala. Hal ini disebabkan oleh adanya media sosial. Adanya
media sosial sangat membantu dalam berkomunikasi pengelola dengan
pengurus tingkat kelurahan. Media sosial seperti whatshap, dan
instagram menjadi saran yang digunakan untuk saling bertukar informasi.
Pengelola dan pengurus memiliki grup WA untuk saling berkomunikasi.
Grup ini menjadi wadah dalam bertukar informasi. Pengelola dapat
melaporkan kegiatan yang sedang berlangusng di RPTRA melalui grup
70
Hasil wawancara dengan Informan Nurul Qolbi, pada Kamis 05 April 2018 pukul 13.36 WIB.
84
tersebut. Dengan adanya grup tersebut, pengurus tingkat kelurahan
bahkan tingkat walikota dapat memantau kegiatan yang sedang
berlangsung.
Selama berdirinya RPTRA, sikap dan komitmen pengelola dan
pengurus tingkat kelurahan sangat baik. Sikap pengelola telah sesuai
dengan kontrak kerja yang ada. Mereka telah menjalankan tugas dan
fungsinya dengan sebaik mungkin. Hal ini menjadi faktor pendukung
berjalannya RPTRA.
Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Sekretaris Kelurahan:
“Kan mereka sebelum teken kontrak memang ada
beberapa point yang harus dijalankan, ya sejauh ini mereka
sudah melakukan yang sesuai dengan perjanjian.
Komitemennya sesuai dengan perjanjian. Bentuk ikatan
kerja antara pengelola dengan pengurus kelurahan apa, dia
punya perjanjian kontrak itu ada disana.”71
Sikap dan komitmen pengelola selama ini sudah baik. Sikap
pengelola sudah sesuai dengan apa yang tertera di perjanjian kontrak.
Pengelola menjalankan apa yang ada di kotrak kerja, mengenai tugas
pokok dan fungsi. Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung dalam
implementasi kebijakan RPTRA.
Pengurus dan pengelola memiliki struktur birokrasi untuk
menjalankan kebijakan RPTRA ini. Struktur birokrasi pengurus tingkat
kelurahan telah tertera dalam Pergub DKI Jakarta Nomor 196 tahun 2015
pasal 16. Berdasarkan Pergub ini, pengurus tingkat kelurahan telah
71
Hasil wawancara dengan Informan Sulastri, SKM., MAP, pada Senin, 02 April 2018. pukul
13.45 WIB.
85
ditetapkan dalam jabatannya. Sehingga tidak mengeluarkan tenaga untuk
menentukan posisi-posisi dalam kepengurusan. Selain itu dalam SOP di
RPTRA keterlibatan seluruh SKPD yang ada, sangat membantu dalam
menjalankan RPTRA. Keterlibatan ini membuat penerapan RPTRA
menjadi lebih mudah dan dapat mengembangkan RPTRA.
E. Keterbatasan Studi
Pada proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti
mengalami berbagai keterbatasan studi antara lain:
1. Keterbatasan Literatur
Buku sumber dalam penelitian ini sangat terbatas. Hanya
terdapat buku tentang modul pedoman RPTRA. Buku-buku yang
membahas tentang RPTRA itu tidak ada. Sehingga peneliti kesulitan
mencari mengenai konsep maupun teori RPTRA.
2. Keterbatasan Pedoman Wawancara
Pada dasaranya, penelitian deskriptif dapat berubah-ubah saat
terjun ke lapangan. Ada beberapa pedoman wawancara penelitian yang
telah dibuat oleh peneliti, namun pada kenyataan, ada perubahaan saat
penelitian di lapangan. Hal tersebut menjadikan peneliti harus
menyesuaikan pedoman wawancara dengan apa yang ada di lapangan..
3. Keterbatasan Sumber Informasi
Peneliti menyadari bahwa saat penelitian berlangsung, sumber
informasi tidak memilliki banyak waktu. Informan atau dengan key
86
informan tidak memiliki waktu yang cukup banyak, karena mereka
masih memiliki tugas dan kerja yang lain di kelurahan. Infoman dan
key informan pada saat diwawancara sulit terbuka dalam memaparkan
informasi.